Sepulang sekolah aku menunggu ayah di depan gerbang sekolah, tiba-tiba datang 3 anak centil,
mereka kakak kelasku. mereka berkata:
“ih anak penyakitan!, jauh-jauh ah. hahahaha”
Yaa aku hanya bisa diam dan membisu saja walaupun hatiku sangat sakit.
Tidak lama kemudian ayah datang, aku langsung masuk ke dalam mobil dan berkata “yah, aku
ingin sembuh. aku tidak mau menjadi bahan ejekan di sekolah”
“Fara sayang kamu pasti sembuh, ayah akan berusaha demi kamu. hiraukan saja jika teman-
temanmu mengejekmu” jawab ayah sambil mengelus rambutku
Sesampainya di rumah aku langsung berganti pakaian dan mulai belajar, karena besok aku ulangan
harian fisika.
Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 21.00 waktunya aku untuk tidur.
Terbangun aku pukul 04.30, suara Adzan Subuh pun sudah berkumandang, aku bergegas Sholat dan
Mandi. Setelah mandi aku pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama keluargaku. Seusai
sarapan, aku bergegas berangkat ke sekolah.
Sesampainya di depan sekolah ternyata sudah ada sahabat-sahabatku yaitu Ira, Citra dan Tiara yang
telah lama menungguku di depan gerbang. hehehe
“ihh Fara kamu lama banget sih” keluh tiara
“hehe.. maaf deh, tadi di jalan aku terjebak macet” jawabku
“ya sudah tidak apa-apa. yuk masuk” ajak Ira
“yuk, eh bagaimana kalau kita sarapan dulu?” ajak Citra
“duh.. tapi aku udah sarapan. aku temenin kalian aja ya” jawabku
“oke”
Saat sedang menunggu makanan datang seorang lelaki menghampiri kami. Ya dia adalah kakak
kelas kami, dia kelas 9.
“Hai, nama kamu Fara bukan?” tanya lelaki itu
“eh, iya. kamu siapa? apa aku melakukan kesalahan?” jawabku sambil ketakutan
“oh iya namaku Dika. ah kamu jangan ketakutan gitu dong, aku cuma pengen kenalan kok. boleh
aku bergabung disini?” tanyanya lagi
“oh boleh saja kok kak ganteng” jawab teman-temanku
Teeettt…Teeettt.. Teeettt
Bel berbunyi yang bertanda bahwa jam belajar akan segera dimulai.
“Kak aku masuk kekelas dulu ya” sahutku
“oh oke”
Saat aku hendak masuk ke kelas di pintu kelas ada 3 cewek centil itu lagi yang menghalangi
jalanku.
“heh anak penyakitan!!. kamu nggak usah dekat-dekat dengan dika deh!”
“Dika siapa maksud kalian?” tanyaku agak sedikit bingung
“halah jangan pura-pura nggak tau deh kamu! tadi kan kamu barusan sama dia di kantin. ngaku
deh!!”
“oh dia cuma mengajak kenalan denganku saja kok. aku tidak mengerti apa-apa” jawabku
“Bagus deh. aku ingetin ya! kamu jangan deketin dika kalau kamu mau selamat! lagiam ya kamu
nggak pantes buat dia!”
“emm ya” jawabku dengan singkat
Saat ulangan fisika berlangsung, kepalaku terasa sangat sakit, namun aku hiraukan rasa sakit itu.
Semakin aku hiraukan, rasanya semakin sakit lalu keluarlah darah dari hidungku. aku telah
mencoba membersihkan darahnya dengan tanganku, namun darahnya semakin banyak dan terus
mengalir.
“Fara kamu kenapa?” tanya guruku
“ah, tidak apa-apa kok bu” jawabku
Ibu guru sangat panik dan memanggil tim medis dari anggota PMR (Palang Merah Remaja) di
sekolah. salah satunya adalah kak Dika.
Aku dilarikan ke rumah sakit yang dekat dengan sekolah. yang menemaniku di rumah sakit adalah
Kak Dika karena dia adalah ketua PMR di sekolah.
Ayah dan Bundaku sedang ada tugas di luar kota aku tidak ingin mengganggu pekerjaan mereka
maka aku meminta pihak sekolah untuk tidak memberitahu ayah dan bunda sampai pekerjaannya
selesai.
Aku harus menjalani perawatan di rumah sakit sampai aku benar-benar sembuh.
“Kak aku malu dengan penyakitku ini” keluhku
“jangan malu dong Fara, disini aku mau menunggu kamu, aku menerima apa adanya kamu”
“Maksud kakak?” tanyaku heran
“ya aku mau menerima apa adanya kamu asal kamu mau menjadi pacarku” jawabnya
Aku sangat kaget mendengarnya.
“ah kak aku tidak suka bercanda”
“Loh? siapa yang bercanda. aku serius ra?”
“Terus?”
“ya kamu mau atau tidak?” tanyanya
“emm, oke deh. tapi kakak nggak malu punya pacar sepertiku?” tanyaku
“Tidak” jawabnya
Tak terasa sudah 1 minggu aku dirumah sakit ini. jujur aku sangat bosan. tapi kak Dika tetap setia
menemaniku dan memberi semangat padaku.
Namun, usaha dokter sia-sia. aku tidak bisa tertolong. dan akhirnya aku meninggalkan dunia yang
pernah memberiku tangis, canda tawa, dan bahagia. namun aku telah tenang berada di sisi tuhan.
~ selesai ~