1. Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pesanan
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga
pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil
3. Biaya produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
- Biaya langsung
- Biaya tidak langsung
4. Unsur harga pokok bahan baku sesuai dengan prinsip harga perolehan (cost)
5. Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai kedalam proses produksi dapat
dipakai metode
- Metode FIFO (First In First Out)
- Metode LIFO (Last In First Out)
- Metode Rata-Rata
7. Pencatatan terhadap harga jual sisa bahan yg tdk terpakai dilakukan
sebagai berikut;
• Apabila harga jual tersebut rendah, maka pencatatan harga dilakukan pada saat
penjualan
• Apabila harga jual besar jumlahnya, maka pencatatan dilakukan pada saat sisa
bahan tersebut diserahkan ke gudang.
8. Perlakuan terhadap produk rusak (Spoiled Goods)
Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi sesuatu pesanan, maka harga
pokok produk rusak dibebankan ke pesanan tempat terjadinya produk rusak
tersebut
Apabila terjadinya produk rusak dianggap merupakan hal yang normal, maka
kerugian akibat produk rusak dibebankan kepada semua produk dengan
memperhitungkan ke dalam tarip BOP
9. Perlakuan terhadap produk cacat (defective goods)
Apabila timbulnya produk cacat akibat spesifikasi pesanan, maka biaya
pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan yang bersangkutan.
Apabila produk cacat merupakan hal biasa terjadi, maka biaya pengerjaan
kembali, dibebankan ke tarip BOP dengan demikian dipikul oleh semua produk
(pesanan)
Akuntansi Biaya Bahan Baku:
• Perencanaan BOP pertahun utk Dept I Rp8.000.000 kapasitas direncanakan 20.000 jam
mesin
• Perencanaan BOP pertahun utk utk Dept II Rp12.000.000 kapasitas direncanakan
30.000 jam tenaga kerja langsung
2.000
Harga Jual/Pesanan = Rp.4.942 / unit
Diminta