Anda di halaman 1dari 8

Kelainan Enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase (G6PD)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl.Arjuna Utara No.6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat
Tahun Akademik 2013/2014

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup diciptakan Tuhan dalam keadaan baik dan sempurna secara fisik.
Makhluk hidup tersebut tersusun oleh banyak sistem organ, sistem organ ini disusun oleh
organ-organ yang memiliki fungsi yang sama, kemudian organ ini juga disusun oleh
jaringan-jaringan yang sama, dan jaringan-jaringan ini kemudian disusun oleh sel. Sel adalah
unit organisme terkecil yang mampu melaksanakan semua aktivitas kehidupan manusia.
Sistem dalam tubuh manusia yang akan dibahas dalam makalah PBL kali ini adalah
mengenai sistem sirkulasi yang berfungsi sebagai penghubung antara lingkungan eksternal
dan lingkungan internal tubuh. Sistem sirkulasi ini akan membawa nutrient dan gas ke semu
sel, jaringan, organ dan sistem organ serta membawa produk akhir metabolic keluar darinya.
Dan sistem sirkulasi ini berhubungan dengan sel darah merah (eritrosit) yang juga
berhubungan dengan mekanisme enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase.

1.2Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah PBL ini adalah pembaca mampu mengetahui dan mengerti
mengenai sel darah merah serta kelainan enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase pada anak-
anak.

1.3Rumusan Masalah

Anak laki-laki usia 1tahun dengan muka pucat dan kondisi lemah, diduga menderita kelainan
enzim G6PD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase).

1.4Skenario

Seorang ibu membawa anak laki-lakinya yang berusia 1tahun berobat ke Poliklinik, karena
anaknya lemah, muka pucat. Setelah diperiksa lebih lanjut anaknya diduga menderita
kelainan enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase (G6PD).

Pemeriksaan G6PD merupakan pengukuran konsenterasi G6PD dalam darah. G6PD adalah
suatu enzim yang berperan dalam proses pembentukan dan perombakan sel darah merah dan
pencegahan hemolisis pada eritrosit. Kelainan enzim G6PD menyebabkan proses
pembentukan dan perombakan sel darah merah menjadi tidak normal dan mudah pecah
(hemolitik). Hemolisis yang disebabkan defisiensi G6PD dapat terulang menjadi infeksi virus
atau bakteri akut dan kelainan metabolik seperti asidosis. Defisiensi G6PD dapat
mengakibatkan destruksi berlebihan sel darah merah.
BAB II
Pembahasan

Sel

Sel adalah suatu unit tertentu dari substansi hidup, terdiri dari massa kecil protoplasma,
sitoplasma, yang mengandung nucleus dan dikelilingi oleh membran plasma. 1Sel merupakan unit
terkecil dari organisme hidup. Berdasarkan jenisnya, sel dibedakan menjadi Prokariotik (sel yang
tidak memiliki membrane inti) dan Eukariotik (sel yang sudah mempunyai membrane inti). Sel
jasad Eukariot mempunyai struktur dan organisasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sel
prokariot.2Pada Eukariotik,, bahan genetiknya (DNA) berada didalam suatu membrane nukles
sehingga jasad eukariot mempunyai struktur nucleus yang jelas. 2Pada Eukariot bahan genetik
utamanya umumnya terdiri atas lebih dari satu kromosom berbentuk linear yang dikemas
sedemikian rupa dengan adanya protein yang disebut histon, pada jasad eukariot tingkat rendah
juga ada bahan genetic ekstrakromosom (plasmid). 2Sel Eukariotik juga sudah memiliki organela-
organela penting yang terdapat didalam selnya, yaitu Mitokondria (tempat produksi energy
seluler), Retikulum Endoplasma Kasar (berperan dalam proses sekresi protein dan tempat
melekatnya ribosom), Retikulum Endoplasma Halus (tempat detoksifikasi senyawa-senyawa
tertentu dan sintesis lemak), Badan Golgi (berperanan dalam sekresi dan sortasi/pemilahan
protein), kloroplas (tempat berlangsungnya reaksi fotosintesis pada tumbuhan), Vakuola (tempat
penyimpanan air serta produk metabolism) dan organel-organel lain.2

Membran Sel

Membran sel atau membrane plasma adalah batas kehidupan, batas yang memisahkan sel
hidup dari sekelilingnya yang mati.3Seperti semua membrane biologis, membrane plasma
memiliki permeabilitas selektif, yaitu membrane ini memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengan lebih mudah daripada substansi yang lainnya. 3Membran sel berfungsi
sebagai barier semipermeabel yang memungkinkan molekul yang berukuran kecil dapat keluar
masuk ke dalam sel. Membran sel ini memiliki struktur lipid bilayers (disebut sebagai fluid
mosaic model). Molekul penyusun utamanya adalah fosfolipid, yang terdiri dari bagian kepala
yang polar (hidrofilik) dan dua ekor nonpolar (hidrofobik).3

Semua membrane disusun dari lemak dan protein dimana setiap komponen diikat oleh
ikatan non kovalen. Selain lemak dan protein, membrane sel juga mengandung karbohidrat.
Rasio antara lemak dan protein bervariasi bergantung tipe membrane selulernya. Komposisi dari
membrane sel adalah sebagai berikut:3
- Lipid
Lipid pada membrane tersusun atas fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan fosfat).
Fosfolipid merupakan lipid yang jumlahnya paling melimpah dalam sebagian besar membrane.
Kemampuan fosfolipid untuk membentuk membrane disebabkan oleh struktur molekularnya.
Komponen lemak lainnya adalah kolesterol dimana pada hewan tertentu dapan mencapai 50%
dari molekul lemak yang terdapat pada membrane plasma. Kolesterol tidak terdapat pada
sebagian besar membrane plasma tumbuhan dan bakteri. Lipid yang selalu dijumpai adalah
fosfolipid, glikolipid, sfingolipid dan sterol. Kolesterol merupakan lipida terbanyak yang
menyusun selaput sel.
- Karbohidrat
Peran karbohidrat membrane dalam pengenalan sel dengan kemampuan sel untuk
membedakan tipe-tipe sel yang bertetangga bersifat krusial bagi fungsi organisme.
Karbohidrat pada membrane biasanya merupakan rantai pendek bercabang yang tersusun
kurang dari 15unit gula sebagian diantaranya berikatan kovalen dengan lipid, membentuk
molekul yang disebut glikolipid, akan tetapi sebagian besar karbohidrat berikatan kovalen
dengan protein membentuk glikoprotein.

- Protein
Protein membrane tersusun atas glikoprotein atau protein yang bersenyawa dengan
karbohidrat. Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membrane memiliki
12 sampai lebih dari 50macam protein berbeda. Protein ini tidak disusun secara acak
tetapi setiap lokasi dan orientasinya disusun pada posisi relative tertentu pada lipid
bilayers.

- Protein Integral
Protein integral adalah protein yang berpenetrasi kedalam lipid bilayers. Protein ini dapat
menembus membrane sehingga memiliki domain pada sisi ekstraseluler dan sitoplasmik
dari membrane. Protein integral merupakan protein transmembran, dengan daerah
hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior hidrofobik membrane
tersebut. Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih rentangan asam
amino non polar, yang biasanya bergulung menjadi alfa-helix.

- Protein Perifer
Protein perifer sama sekali tidak tertanam dalam bilayer lipid. Seluruhnya berlokasi di
bagian luar dari lipid bilayers, baik itu di permukaan sebelah ekstraseluler maupun
sitoplasmik dan berhubungan dengn membrane melalui ikatan non kovalen. Protein ini
merupakan anggota yang terikat secara longgar pada permukaan membrane, sering juga
pada bagian protein integral yang dibiarkan terpapar. Protein pada membrane
menentukan sebagian besar fungsi spesifik membrane.

- Lipid anchor protein


Lipid anchor protein ini terdapat disebelah luar lipid bilayer tetapi berikatan secara
kovalen dengan molekul lemak yang terdapat pada lipid bilayer. Protein membrane
plasma memiliki fungsi yang sangat luas antara lain sebagai protein pembawa (carrier)
senyawa melalui membrane sel, penerima isyarat (signal) hormonal dan meneruskan
isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel lainnya. Protein selaput plasma juga
berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa
ekstraseluler. Protein-protein permukaan luar memberikan cirri individual sel dan
macamprotein dapat berubah sesuai dengan diferensiasi sel. Protein-protein pada
membrane sel banyak juga berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat pada selaput
mitokondria, RE dan kloroplas. Protein membrane sel memiliki kemampuan bergerak,
sehingga dapat berpindah tempat, perpindahan berlangsung kea rah lateral dengan jalan
difusi.
Sel darah merah

Sel darah merah dalam bahasa Inggris dikenal dengan erythrocyte atau red blood
4
cell. Sebenarnya, eritrosit berasal dari bahasa Yunani yakni erythros yang artinya merah dan
kytosyang artinya selubung sel.4Disebut sel darah merah karena memang warnanya yang kuning
kemerahan. Warna merah ini berasal dari haemoglobin yang membentuk eritrosit, sedangkan
haemoglobim dibentuk oleh zat besi. Bentuk sel darah merah jika dilihat dengan mikroskop
terlihat berbentuk cakram/kepingan bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Pada manusia, sel darah
merah ini dibentuk dibagian sumsum tulang belakang, limpa dan hati, dengan kecepatan laju
pembentukkannya 2juta eritrosit per detik.4Terdapat beberapa tahap pembentukkan sel darah
merah didalam sumsum tulang belakang, yaitu sebagai berikut:4
1. Sel darah merah akan membesar dan berisi esame namun tidak mengandung
haemoglobin
2. Sel darah merah mulai memuat haemoglobin dan kehilangan nukleusnya
3. Sel darah merah siap diedarkan melalui sirkulasi darah dan beredar kurang lebih sekitar
114-115hari, jadi lama aktifnya sel darah merah tidak lebih dari 120hari.
4. Sel darah merah akan dihancurkan dan mati
5. Haemoglobin yang keluar dari sel darah merah yang mati akan terurai menjadi dua zat
baru yaitu hematin yang mengandung zat besi, yang nantinya berguna untuk membentuk
eritrosit baru.

Setelah dibentuk, sel darah merah akan menyebar membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan-jaringan ditubuh. Oksigen ini diikat oleh haemoglobin yang terdapat didalam sel
darah merah. Sel darah merah akan melepaskan oksigen melalui pembuluh kapiler yang
dilaluinya. Pada saat yang sama, sel darah merah juga akan mengikat karbondioksida dari
jaringan tubuh untuk dikembalikkan ke paru-paru. Haemoglobin dalam sel darah merah akan
mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancurkan dan membunuh bakteri yang masuk ke
dalam tubuh, bakteri ini biasa disebut dengan membrane sel pathogen.

Eritrosit juga bisa melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah menuju
jaringan yang kekurangan oksigen dengan cara melepaskan senyawa S-nitrosothiol. Sel darah
merah juga menjadi penentu golongan darah seseorang, penggolongan ini ditentukan oleh ada
atau tidaknya antigen bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua antigen yang telah
dikenali dalam sel darah merah, yaitu antigen A dan antigen B.

Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase

Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase (G6PD) adalah enzim dalam tubuh yang membantu sel
darah merah agar berfungsi normal.5 Defisiensi G6PD adalah kondisi turunan dimana tubuh
seseorang tidak memiliki cukup enzim. Enzim ini membantu memperkuat dinding sel darah
merah.5Jika jumlahnya kurang, sel-sel darah merah dapat lebih mudah rusak, sehingga
memproduksi lebih banyak bilirubin yang kemudian akan menyebabkan sakit kuning. Defisiensi
enzim ini juga dapat menyebabkan anemia.5Anemia biasanya terjadi setelah tubuh terpapar
bahan kimia tertentu, obat, jamu dan kacang-kacangan yang membuat sel darah merah mudah
rusak.

Defisiensi Enzim G6PD

Defisiensi G6PD adalah suatu kelainan enzim yang terkait kromosom sex (x-linked),
yang diwariskan, dimana aktivitas atau stabilitas enzim G6PD menurun, sehingga menyebabkan
pemecahan sel darah merah.5Peranan enzim G6PD dalam mempertahankan keutuhan sel darah
merah serta menghindarkan kejadian hemolitik, terletak pada fungsinya dalam jalur pentosa
fosfat. Sel darah merah membutuhkan suplai energy secara terus-menerus untuk
mempertahankan bentuk, volume, kelenturan dan menjaga keseimbangan potensial membran
melalui regulasi pompa Natrium-Kalium.5Fungsi enzim G6PD adalah menyediakan NADPH
yang diperlukan untuk membentuk kembali GSH yang berfungsi menjaga keutuhan sel darah
merah sekaligus mencegah hemolitik. Umumnya defisiensi G6PD tidak bergejala, hemolisis
terjadi bila penderita terpapar bahan eksogen yang potensial menimbulkan kerusakan oksidatif,
yaitu obat-obatan, bahan kimia, infeksi dan kacang fava.5Defisiensi G6PD terkait kromosom x,
dimana pada umumnya hanya manifest pada laki-laki, defisiensi G6PD sangat polimorfik dan
memiliki banyak varian, dilaporkan lebih dari 300 varian telah ditemukan pada manusia, dan
sekitar 400juta manusia diseluruh dunia menderita kelainan/defisiensi enzim ini. 5 Frekuensi
tertinggi didapatkan pada daerah tropis dan menjadi penyebab tersering kejadian ikterus dan
anemia hemolitik akut di kawasan Asia Tenggara.5Hemolisis adalah pecahnya membrane
eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).

Hemolisis

Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial.
Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir adalah <2mg/dl, pada konsenterasi >5mg/dl
bilirubin akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membrane mukosa
yang disebut ikterus.5Ikterus adalah suatu gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit,
sklera atau jaringan lain yang terlihat, karena adanya deposisi produk akhir pemecahan atau
katabolisme heme yaitu bilirubin.5 Hemolisis didefinisikan sebagai peningkatan destruksi
ertitrosit yang disertai peningkatan produksi eritrosit. 6Diagnosa banding hemolisis dapat
dikelompokkan berdasarkan penyebab intrinsic dan ekstrinsik, penyebab intrinsic ditandai
dengan kelainan pada eritrosit termasuk kelainan membbran, hemoglobin dan enzim. 6Penyebab
hemolisis ekstrinsik ditandai dengan sel eritrosit abnormal, disertai proses eksternal yang
menyebabkan hemolisis.

Asidosis adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh (darah dan cairan tubuh lainnya),
kondisi kebalikan dari asidosis adalah alkalosis yaitu cairan tubuh terlalu basa. 7Asidosis
metabolic mengacu pada kondisi dimana keseimbangan asam-basa tubuh terganggu karena
peningkatan produksi asam atau berkurang ekskresi dan penurunan produksi bikarbonat. Kondisi
ini pada akhirnya dapat menyebabkan asidemia atau keasaman darah, dimana pH arteri turun
dibawah 7.35, jika kondisi ini tidak diobati, dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan
menyebabkan koma dan bahkan kematian.8Asam biasanya diproduksi sebagai produk sampingan
dalam sejumlah aktivitas metabolisme termasuk pemecahan lemak. Keseimbangan normal antara
asam dan basa dikelola oleh bikarbonat, yang menetralisir asam, sehingga mencegah akumulasi
berlebihan asam. Asidosis metabolic disebabkan oleh peningkatan tingkat asam karena
meningkatnya asam atau mencerna asam atau zat yang dapat diubah menjadi asam.8
Hal ini juga dapat disebabkan oleh hilangnya bikarbonat seperti kasus diare dan asidosis tubulus
ginjal, menelan zat seperti jumlah besar antibeku, aspirin, dll juga dapat meningkatkan tingkat
asam dalam tubuh kita.

Hipotesis

Anak tersebut menderita kelainan enzim G6PD yang menyebabkan kerusakan membrane sel
darah merah

Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengetahui struktur, fungsi dan komposisi membrane sel darah merah.
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab kerusakan membrane eritrosit.

BAB III
Penutup

Kesimpulan

Defisiensi enzim G6PD adalah suatu kelainan enzim yang terkait kromosom sex (x-linked), yang
diwariskan, dimana aktivitas atau stabilitas enzim G6PD menurun, sehingga menyebabkan
pemecahan sel darah merah. Enzim G6PD ini berperan dalam mempertahankan keutuhan sel
darah merah serta menghindarkan kejadian hemolitik. Hemolisis adalah kejadian pecahnya sel
darah merah yang menyebabkan meningkatnya kadar bilirubin dalam tubuh, bila kadar bilirubin
meningkat, maka akan menyebabkan sakit kuning (penyakit kuning), anemia, dll.

Daftar Pustaka

1. Priastini R, Hartono B. Buku Ajar Biologi Kedokteran Edisi ke-3. Jakarta:UKRIDA,


2010
2. Yuwono, Triwibowo. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga, 2010
3. http://www.biologi-sel.com/2012/06/membran-plasma.html, 14 Desember 2013
4. http://1manfaat.com/sel-darah-merah.html, 15 Desember 2013
5. http://eprints.undip.ac.id/18714/1/Satrio_Wibowo2.pdf, 15 Desember 2013
6. Pendit BU, Hartawan B, Iqbal M, Yurita [editor]. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta:EGC,
1996
7. http://www.kamuskesehatan.com, 15 Desember 2013
8. http://www.biologi-sel.com/2013/05/metabolik-asidosis-gejala-penyebab-dan.html, 15
Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai