Abstract
Khaled Hosseini's novel entitled The Kite Runner is his first novel that tells about
social conflict, racial discrimination between Pashtun and Hazara, two different races
and ethnicities in Afghanistan played by Amir and Hassan. The aims of this study are
to find out more deeply about racial discrimination in Afghanistan in the 1970s, and
to analyze the causes of the impact of racial discrimination on certain societies. The
theory of racial and social class discrimination by Karl Marx is used in this study.
The results of this study indicate that racial discrimination at The Kite Runner is
caused by two factors, structural factors and social psychological factors. Between
Pashtun and Hazara they differ in terms of religious beliefs, culture, social status, and
also physical appearance. In addition, racial discrimination in The Kite Runner also
causes several adverse impacts on certain individuals and communities. Therefore, it
can be concluded that racial discrimination is dangerous for individuals and society
because it will be able to make stereotypes about other people in terms of
expectations or group-based standards.
Keywords : Racial Discrimination, Pashtuns, Hazaras.
A. Pendahuluan
Karya sastra adalah sebuah bentuk tulisan yang dapat merujuk pada karya
individu itu sendiri atau pemahaman kategorikal sastra, seperti sastra Inggris atau
sastra Amerika. Pada umumnya orang-orang dapat menganggap tulisan-tulisan
yang lebih diterima sebagai sastra adalah karya-karya seperti novel, esai, puisi, dan
drama. Sastra itu sendiri sudah ada sejak zaman dahulu kala. Secara teoritikal,
semua karya sastra itu bersifat kontekstual karena dilihat dari prosesnya dimana
para penulis atau pengarang mulai menuangkan pikirannya baik mengenai apa
yang mereka rasakan ataupun mengenai situasi dan kondisi di sekitar mereka, lalu
dituangkan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Sastra juga memiliki banyak arti yang
berbeda. Bagi sebagian orang, sastra mungkin memiliki makna yang sangat jelas.
Bagi sebagian yang lain, mungkin juga mereka percaya pada pemahaman yang
sangat sederhana tentang sastra itu sendiri. Perspektif mengenai sastra itu sendiri
sangat umum, bisa jadi berbeda-beda menurut masing-masing orang. Keindahan
sastra itu sendiri ada di mata orang yang melihatnya.
Suatu karya sastra secara tersirat dapat menyampaikan suatu pesan moral
yang pada umumnya berkaitan dengan kehidupan ataupun keadaan yang dialami
oleh penulis atau pengarang karya sastra tersebut, seperti yang ada di dalam novel
“The Kite Runner” karya Khaled Hosseini yang banyak menyiratkan berbagai
konflik mengenai kehidupan sosial di Afganistan. Untuk itu berdasarkan paparan
diatas, penulis akan melakukan kajian mendalam mengenai representasi konflik
sosial dalam novel “The Kite Runner” karya Khaled Hosseini.
Pemilihan topik kajian di atas didasarkan pada pertimbangan berikut ini.
Pertama, untuk lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
diskriminasi rasial di Afganistan pada tahun 1970-an. Kedua, untuk mengetahui
penyebab dari diskriminasi rasial di Afganistan saat itu. Ketiga, untuk mengetahui
dampak dari pada diskriminasi rasial tersebut pada masyarakat tertentu. Ketiga,
agar topik kajian ini memberikan referensi kepada peneliti atau penulis lain yang
mempelajari sastra, terutama dalam berdiskusi mengenasi multikulturalisme dan
pluralisme.
Untuk membatasi topik di atas, maka kajian ini hanya akan membatasinya
pada beberapa aspek, yakni a) Diskriminasi rasial di Afganistan pada tahun 1970-
an, b) Penyebab adanya diskriminasi rasial di Afganistan, c) Dampak dari pada
diskriminasi rasial tersebut pada masyarakat tertentu.
Untuk mengkaji permasalahan di atas, maka penulis menggunakan teori-teori
kelas sosial oleh Karl Marx, dan beberapa kritik berbeda lainnya seperti jurnal, dan
artikel. Sedangkan terkait dengan metode kajian, penulis menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Karen data yang dikumpulkan bukan angka, melainkan data
yang dikategorikan ke dalam data kualitatif. Novel “The Kite Runner” karya
Khaled Hosseini sebagai data utama atau data primer akan dianalisis dan didukung
oleh beberapa referensi seperti yang tercantum di dalam daftar pustaka atau data
sekunder. Data sekunder diambil juga dari teori kelas sosial oleh Karl Marx, dan
beberapa kritik berbeda lainnya seperti jurnal, dan artikel. Sebelum menganalisis
novel “The Kite Runner” karya Khaled Hosseini ini, langkah pertama yang
dilakukan adalah mempelajari, memilih, dan mengumpulkan bab novel. Peneliti
membaca setiap bab novel, dan secara otomatis peneliti mengetahui masalah sosial
intrinsic dari novel. Itu akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data.
B. Pembahasan
1. The Kite Runner karya Khaled Hosseini
The Kite Runner adalah novel pertama yang ditulis oleh Khaled
Hosseini pada tahun 2003, lalu diikuti dengan novel-novel lain setelahnya.
Novel ini adalah novel pertama yang ditulis dalam bahasa Inggris, juga novel
ini sudah diterjemahkan ke lebih dari 25 bahasa, dan terjual lebih dari 10 juta
kopi di seluruh dunia. Novel ini sangat terkenal pada saat itu dan masuk ke
dalam catatan “Banned and Challenged Books”.
The Kite Runner yang dibuka dengan bertempat di Kabul, Afganistan
pada pertengahan 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Selain itu novel ini
juga mengambil tempat di Pakistan dan Amerika. Para tokoh utamanya yang
dibesarkan di rumah yang sama tetapi dipisahkan oleh kelas sosial. Amir dan
sahabatnya, Hassan, tidak dapat dipisahkan sampai suatu peristiwa tragis yang
mengubah hubungan mereka selamanya. Perjalanan hidup dan nasib mereka
mencerminkan bagaimana akhirnya tragedi dunia di sekitar mereka. Amir
seorang muslim Sunni yang berjuang untuk menemukan tempatnya yang ia
anggap sebagai efek samping dari serangkaian peristiwa masa kecilnya yang
cukup traumatis.
Pada awal novel ini yang dibuka oleh sosok Amir yang sudah dewasa
dan kini tinggal di Amerika bersama istrinya. Lalu kemudian novel ini
kembali ke masa kecil Amir di Afganistan. Selain pengalaman masa kecil,
Amir berjuang dengan menjalin hubungan yang lebih dengan dengan ayahnya
yang biasa ia panggil dengan sebutan Baba. Lalu hubungan Amir dengan
sahabat kecilnya, Hassan, seorang muslim syiah. Sampai akhirnya membuat
Amir kembali ke Afganistan untuk menebus kesalahannya di masa itu yang
berakibat jangka panjang hingga Amir tumbuh dewasa.
Salah satu perjuangan terbesar bagi sosok Amir adalah belajar
menavigasi budaya sosial-ekonomi kompleks yang dihadapinya, tumbuh besar
di Afganistan sebagai anggota kelas atas tetapi tidak merasa seperti anggota
istimewa di lingkungan keluarganya sendiri. Sedangkan Hassan dan ayahnya,
Ali, adalah seorang pelayan di rumah besar milik ayahnya Amir itu, namun
terkadang hubungan Amir dengan mereka lebih seperti hubungan anggota
keluarga. Juga ayah Amir, Baba, yang tidak secara konsisten berpegang teguh
pada prinsip-prinsip budayanya, membingungkan dari pada menjelaskan hal-
hal untuk Amir kecil. Dalam novel ini banyak menyinggung penguasa kelas
sosial di Afganistan yang memandang dunia secara hitam dan putih, namun
Amir mengidentifikasikan banyak warna abu-abu.
Selain masalah yang mempengaruhi kehidupan pribadinya, Amir juga
harus bersaing dengan ketidakstabilan system poltik di Afganistan pada 1970-
an saat itu. Selama di beberapa bagian penting dalam novel ini seperti yang
terjadi saat turnamen terbang layang-layang, Amir memutuskan untuk tidak
betindak atau melawan, tetapi ia memutuskan untuk tidak menghadapi para
pengganggu walaupun ia memiliki kesempatan saat itu, dan pilihan itu yang
membuat ia larut dalam penyesalannya lalu berantai yang memicu rasa
bersalah, kebohongan, dan pengkhianatan. Sampai akhirnya, karena iklim
politik yang berubah, Amir dan ayahnya terpaksa harus melarikan diri dari
Afganistan. Pandangan Amir datang ke Amerika saat itu adalah sebagai
kesempatan untuk meninggalkan masa lalunya.
Meskipun Amir dan Baba bekerja keras untuk menciptakan kehidupan
baru bagi diri mereka sendiri di Amerika Serikat, masa lalu tidak dapat tetap
terkubur. Ketika itu muncul kembali, Amir terpaksa harus kembali ke tanah
kelahirannya untuk menghadapi penyesalan di masa mudanya, dengan hanya
sedikit harapan untuk menebus kesalahan.
Pada akhirnya, The Kite Runner adalah novel tentang hubungan
bagaimana hubungan yang kompleks dalam hidup kita tumpang tindih dan
terhubung untuk menjadikan kita sebagaimana kita semestinya.
b. Unsur Ekstrinsik
1) Biografi Pengarang
Khaled Hosseini lahir di Kabul pada tahun 1965 dan
merupakan anak tertua dari lima bersaudara. Ayahnya adalah seorang
diplomat untuk Kementrian Luar Negerti Afganistan, dan ibunya
adalah seorang guru sekolah menengah. Hosseini memiliki teman
masa kecil seorang muslim Syiah, dan Hosseini tumbuh dalam
kehidupan yang nyaman, ia juga menyukai film-film Amerika dan
bermain layang-layang. Hosseini mulai menulis cerita pendek saat
duduk di bangku sekolah dasar. Hosseini dan keluarganya pindah ke
Paris ketika invasi Rusia ke Afganistan terjadi pada tahun 1980.
Pengalaman imigran dalam novel ini berdasarkan pada pengalaman
dan kesulitan yang dialami oleh Hosseini dan orang tuanya di San
Jose, California, Amerika Serikat.
Pada tahun 1984, Hosseini lulus dari sekolah menengah setelah
menjadi fasih dalam berbahasa Inggris. Ia menempatkan aspirasi
pribadinya untuk menjadi seorang penulis ditahan, Hosseini
memutuskan untuk mengejar ilmu kedokteran. Pada tahun 1989, is
lulus dari Santa Clara University dengan gelar sarjana dalam bidang
biologi dan lulusan dari Fakultas Kedokteran UC San Diego pada
tahun 1993. Hosseini kembali ke California Utara pada tahun 1999,
dimana ia bergabung dengan cabang Grup Medis Kaiser Permanente.
Pada saat ini, ia juga kembali menulis cerita pendek, beberapa di
antaranya diterbitkan di berbagai majalah sastra. Satu cerita
pendeknya yang dimulai pada 1997 yaitu novel ini “The Kite Runner”
yang mendapat penolakan oleh The New Yorker, Atlantic Monthly,
dan Esquire. Empat tahun kemudian, Hosseini memperluas cerita
pendeknya menjadi novel pertamanya (Ghilzai, 2016).
2) Latar Belakang “The Kite Runner” karya Khaled Hosseini
Novel ini menceritakan tentang invasi pra-Rusia dan
pemerintahan Afganistan pra-Taliban, juga kehidupan di Afganistan di
bawah pemerintahan Taliban dan kehidupan di Afganistan pasca-
Taliban. Meskipun ceritanya fiktif, informasi mengenai sistem politik,
sosial, dan budaya Negara Timur Tengah ini memberikan kontras
dengan tajuk berita kontemporer tentang Afganistan yang menjadi sel-
sel teroris. The Kite Runner menggambarkan potret realistis dari
sebuah Negara dimana sebagian besar pembaca mungkin tahu sedikit
dan memungkinkan pembaca untuk memisahkan orang-orang suatu
Negara dari para pemimpinnya yaitu Taliban dan kelompok (teroris)
yang terkait dengannya (Van Metre, Geiger, 2010).
The Kite Runner novel baru tentang menemukan tempat di
dunia yang penuk gejolak dan transisi. Ini mengeksplorasi kesulitan
berkembang menjadi hubungan orang dewas dengan orang tua kita
dengan secara bersamaan mengeksplorasi ide-ide tentang bagaimana
kapasitas manusia untuk kebaikan dan kejahatan, dan juga hubungan
antara dosa, pengampunan, serta penebusan. Latar yang diambil di
Afganistan dan Amerika Serikat, menggambarkan universalitas dari
karakter dan tema, juga menyinggung sedikit mengenai kesadaral
sosial dan agama.
Kombinasi dari permainan alur dalam narasi di dalam novel ini
yang menggabungkan flashback dan flashforward, pengembangan
karakter, penyisipan kata-kata Afganistan, serta penggabungan
simbolisme yang sangat luas menghasilkan penghargaan kritis dan
keberhasilan popular untuk The Kite Runner, sebuah novel yang
secara serentak dianut oleh akademisi seperti dan masyarakat umum.
C. Simpulan
Novel The Kite Runner karya Khaled ini adalah novel pertama dari Hosseini,
yang setelah diterbitkan banyak mendapat pujian dan juga teguran sekaligus
karena cerita di dalamnya yang dianggap sangat sensitif untuk dipubliksikan dan
dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam novel ini ada tiga karakter yang sangat
membangun alur cerita. Karakter Amir yang juga menjadi narrator dan tokoh
protagonist utama di dalam novel ini. Seorang Pashtun yang kaya raya bersama
ayahnya, Baba. Sedangkan Hassan, anak dari seorang pekerja di rumah Amir, Ali.
Amir dan Assef adalah seorang Pashtun Sunni, ras dan etnis mayoritas di
Afganistan. Sementara itu, Hassan adalah seorang Hazara Syi’ah, ras dan etnis
minoritas di Afganistan.
Hazara yang dianggap sebagai ras terendah di Afganistan karena penampilan
fisik, kepercayaan agama, dan kedudukan sosial mereka, membuat para Hazara
sering didiskriminasi oleh ras-ras lain di Afganistan, terlebih Pashtun. Insiden
yang erkait dengan diskriminasi rasial ini juga mewakili konflik dalam The Kite
Runner. Novel ini membahas masalah diskriminasi rasial di Afganistan
sebagaimana yang digambarkan dalam kisah cerita antara Amir, Hassan, dan
Assef. Diskriminasi rasial ini disebabkan oleh faktor struktural sosial dan faktor
psikologis sosial. Faktor struktural sosial dipengaruhi oleh cara kebanyakan
masyarakat dalam memandang orang Hazara. Sementara itu, faktor psikologis
sosial yang menyebabkan diskriminasi rasial adalah prasangka-prasangka dan
stereotip yang terjadi di masyarakat yang jelas dinyatakan bahwa ekonomi dan
status sosial antara Pashtun dan Hazara dalam novel The Kite Runner berbeda.
D. Kepustakaan
Ghilzai, S. (2016). Biography of Khaled Hosseini. Retrieved December 6, 2019, from
https://www.afghan-web.com/biographies/biography-of-khaled-hosseini/
HANDAYANI, F. S. (2016). Racial Discrimination Towards the Hazaras As
Reflected in Khaled Hosseini’S the Kite Runner.
Helemejko, T. (2012). The concept of Marxism. Semantic Scholar, (March), 9–20.
Retrieved from
https://pdfs.semanticscholar.org/ac94/0670569e5020dba62f523d1419e4ee21086
b.pdf?_ga=2.25339454.2009270161.1572196442-1836718592.1572196442
Pearson, F. T. (2002). The Hazara People of Afghanistan. (August).
Published, K. H., Mellat, A., & Library, O. (2003). THE KITE.
Van Metre, Geiger, & K. (2010). SPeCIAL RePoRt 2301. New York.