Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEGIATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA PASEN


TENTANG PERSIAPAN PRE OPERASI FRAKTUR
DIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Pembimbing : Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. Armelia Widiarti (2017.C.09a.0878)


2. Tirta Taruna (2017.C.09a.0911)
3. Erikson (2017.C.09a.0885)
4. Krisevi Handayani (2017.C.09a.0895)
5. Winda Aprilia (2017.C.09a.0915)
6. Septya Florensa (2017.C.09a.0910)
7. Pipik (2017.C.09a.0905)
8. Lastri Lestari (2017.C.09a.0751)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LAPORAN KEGIATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA PASEN
TENTANG PERSIAPAN PRE OPERASI FRAKTUR
DIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun dalam Rangka Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Pra
Klinik Keperawatan IV (PPK IV)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. Armelia Widiarti (2017.C.09a.0878)


2. Tirta Taruna (2017.C.09a. 0911)
3. Erikson (2017.C.09a.0885)
4. Krisevi Handayani (2017.C.09a. 0895)
5. Winda Aprilia (2017.C.09a. 0915)
6. Septya Florensa (2017.C.09a. 0910)
7. Pipik (2017.C.09a. 0905)
8. Lastri Lestari (2017.C.09a. 0751)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendidikan kesehatan ini disusun oleh kami yang bertanda tangan di bawah
ini:

1. Armelia Widiarti 2017.C.09a.0878


2. Erikson 2017.C.09a.0885
3. Pipik 2017.C.09a. 0905
4. Krisevi Handayani 2017.C.09a.0895
5. Lastri Lestari 2017.C.09a. 0751
6. Septya Florensa
2017.C.09a.0910
7. Tirta Taruna
2017.C.09a.0911
8. Winda Aprilia
2017.C.09a.0915

Program Studi :
Sarjana Keperawatan
Judul : Pendidikan Kesehatan Tentang Persiapan Pre Operasi Fraktur di
Ruang O.K RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melakukan Pendidikan Kesehatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Akademik

Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan karunia-Nya lah kami selaku penulis laporan kegiatan yang berjudul “Tentang
Persiapan Pre Operasi Fraktur”yang mana laporan kegiatan ini sebagai salah satu
tugas untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Pra Klinik Keperawatan IV (PPK
IV) untuk keluarga pasien.
Saat penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, Selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners., M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan.
3. Ika Paskaria., S.Kep.,Ners, Selaku Koordinator PPK IV
4. Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners, Selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.
Serta teman-teman dikelas IV-B yang telah memberikan dukungan dan sarannya.
Serta Orang Tua yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dengan ini
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Keperawatan
dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Amin.
Palangka Raya, 26 November 2020

Penulis       
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
1.4.1 Bagi Penyuluhan 2
1.4.2 Bagi Umum2
1.4.3 Bagi Institut 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persiapan Pre Operasi Faktur 3
2.1.1 Konsultasi Dengan Dokter 3
2.1.2 Pramedikasi3
2.1.3 perawatan Kandung Kemih dan Usus 3
2.1.4 Mengidentifikasi dan melepasprostesis 4
2.1.5 Persiapan Fisik 4
BAB 3 METODE DAN MEDIA PENYULUHAN
3.1 Metode
3.2 Media
BAB 4 LAPORAN DAN HASIL KEGIATAN
4.1 Tahap Persiapan
4.2 Tahap Pelaksanaan
4.3 Tahap Evaluasi
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
LEAFLET
DOKUMENTASI

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat
sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan
yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan
termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah
nyeri (Sjamsuhidajat, 2010).
Persiapan operasi Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan,
yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari
ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi
penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien
sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah
mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan
pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan  perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fraktur ?
2. Apa saja persiapan untuk pasien Pre Operasi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Intruksional Umum
Setelah Melakukan Penyuluhan ini keluarga dan pasien mengerti tentang apa
itu Fraktur.
1.3.2 Tujuan Intruksional Khusus
Adapun tujuan penyuluhan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Fraktur.
2. Untuk mengetahui apa saja persiapan Pre Operasi Fraktur.

1.4 Mampaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penyuluh
Dengan melaksanakan penyuluhan ini, penyuluh dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam menganalisa pemecahan masalah yang berhubungan dengan
Fraktur dan persiapan Pre operasi Fraktur.
1.4.2 Bagi Umum
Menambah pengetahuan kepada keluarga dan pasien tentang Fraktur dan
persiapan untuk Pre Operasi Fraktur Di Ruang Instalasi Bedah Sentral.
1.4.3 Bagi Institut
Hasil penyuluhan ini bisa menjadi tambahan informasi dan pengetahuan bagi
kampus Stikes Ekaharap Palangkaraya.
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Persiapan Pre Operasi Fraktur


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah. Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan
tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur
pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien
dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis
dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Adapun persiapan klien di unit perawatan meliputi :
2.1.1 Konsultasi dengan dokter
obstetrik dan dokter anestesi Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa
dokter obstetri dan dokter anestesi sebelum operasi dilakukan. Anggota multidisiplin
lainnya juga dapat terlibat, misalnya fisioterapis.
2.1.2 Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai
persiapan atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai
bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dll.
2.1.3 Perawatan kandung kemih dan usus

3
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan
imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum
operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah
terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
2.1.4 Mengidentifikasi dan melepas prostesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll
harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandenya akan
diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang
identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang
identitas untuk bayi.
2.1.5 Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan
fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
1. Status kesehatan
fisik secara umum Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi
identitas klien, riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan
fisik lengkap; antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi imunologi.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena pasien tidak akan
mengalami stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup bagi
perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreks sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan. Protein
sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase katabolik
setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma yang
hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk perbaikan
jaringan dan daya tahan terhadao infeksi. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya
jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka
yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya diperiksa adalah
kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi ginjal. Ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri atau anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema atau
lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 – 8 jam. Tujuan pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadi infeksi pasca pembedahan.
Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan
cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
1) Pengertian Pencukur rambut dilakukan untuk menghilangkan rambut
tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme dan menghambat pandangan
lengan pembedahan.
2) Tujuan Mencegah terjadinya infeksi Menurunkan angka terjadinya injuri
saat operasi.
3) Indikasi Pencukuran daerah sekitar alat kelamin, dengan tidakan
apendiktomi, herniatomi, oretroliasis, pemasangan palte pada fraktur
femur, hemoroidektomi Pemasangan infus sebelum pembedahan Bulu mata
sebelum operasi katarak
4) Kontra Indikasi Luka dengan Insisi.
5) Persiapan alat
a) Alat cukur biasa/ listrik
b) Gunting
c) Handuk
d) Bola kapas
e) Larutan antiseptik (tidak menjadi keharusan)
f) Lampu portable
g) Selimut mandi
h) Bengkok
i) Sketsel/Tirai Pasien.
6) Prosedur
a) Inspeksi kondisi umum kulit bila terjadi lesi, iritasi, atau tanda
infeksi, pencukuran seharusnya tidak dilakukan. Kondisi ini
meningkatkan kemungkinan terhadap infeksi luka pasca operasi
b) Tinjau kembali pesanan dokter untuk memastikan area yang akan
dipotong. (tinjau prosedur ruang operasi sesuai kebijakan institusi)
area luas untuk pemotongan rambut tergantung pada tempat insisi,
tempat pembedahan.
c) Jelaskan mengenai prosedur dan rasionalisasinya untuk pemotongan
rambut diatas permukaan yang luas. Meningkatkan kerja sama dan
meminimalkan ansietas karena klien dapat berpikir insisi akan seluas
tempat pemotongan rambut.
d) Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi.
e) Tutup pintu ruangan atau tirai tempat tidur memberikan privasi pada
klien
f) Atur posisi tempat tidur yang sesuai (tempat tidur di tinggikan)
Menghindari bekerja sambil membungkuk dalam waktu yang lama.
g) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi pembedahan.
Pemotongan rambut dan persiapan kulit dapat memerlukan waktu
beberapa menit.
h) Keringkan area yang dipotong dengan handuk. Menghilangkan
kelembaban, yang mempengaruhi kebersihan potongan dari
pemotongan.
i) Pegang pemotong pada tangan dominan, sekitar 1 cm diatas kulit,
dan gunting rambut pada arah tumbuhnya. Mencegah penarikan
rambut dan abrasi kulit
j) Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah pemajangan bagian tubuh
yang tidak perlu
k) Dengan ringan, sikat rambut yang tercukur dengan handuk.
Menghilangkan rambut yang terkontaminasi dan meningkatkan
kenyamanan klien memperbaiki penglihatan terhadap area yang
dipotong
l) Bila memotong area diatas permukaan tubuh (missal umbilicus atau
lipat paha) bersihkan lipatan dengan aplikator berujung kapas yang
telah dicelupkan ke arah larutan antiseptik, kemudian dikeringkan.
Menghilangkan secret, kotoran, dan sisa potongan rambut, yang
menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme.
m) Berikan klien bahwa prosedur telah selesai. Menghilangkan ansietas
klien
n) Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai kebijakan institusi, buang
sarung tangan. Pembuangan peralatan yang kotor sesuai tempatnya
mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi resiko cidera.
o) Inspeksi kondisi kulit setelah menyelesaikan pemotongan rambut.
Menentukan bila terdapat sisa rambut atau bila kulit terpotong
p) Dokumentasikan prosedur (nama, waktu, area yang dipotong atau
dicukur, dan kondisi kulit sebelum dan sesudah tindakan)
q) Lakukan kewaspadaan ekstra bila klien memiliki kecenderungan
perdarahan sebelumnya seperti pada leukemia, anemia aplikasi, atau
hemofilia atau telah menerima terapi anti koagulan. Bila klien
memiliki kecenderungan perdarahan atau pada terapi antikoagulan,
pencukuran kering mungkin dianjurkan
6. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan mengakibatkan infeksi pada
daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk
mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya, jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
7. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan
8. Persiapan Psikis (Mental) Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak
siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan
pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun
psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul
akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi
jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit
tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami
menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula,
akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap
orang dalam menghadapi pembedahan.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain :
a) Takut nyeri setelah pembedahan.
b) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal ( body image ).
c) Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
d) Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e) Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f) Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi.
g) Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi
dan pernafasan, gerakan - gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan
yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur,
sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu
mengkaji hal - hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat,
tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung / support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan
hal - hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
1) Pengalaman operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang.
2) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan
petugas kamar operasi.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur ( pre, intra, post operasi )
Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan
harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif,
ROM, dll. Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien
menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang
tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah
merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah
dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental
pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga /
orang terdekat pasien.Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga
dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan
mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati
pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara:
a) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi,
hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan
tempat kamar operasi, dll.
b) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada
keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal
yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
c) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana
dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan
mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil
darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah
yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan
mempersiapkan mental pasien dengan baik
d) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang
segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
e) Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
f) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
g) Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga
juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar
operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di
depan kamar operasi.
h) Persiapan administrasi
i) Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung
jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain itu persiapkan
segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk perihal administrasi
yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua data ini secara detil
kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri, orangtua, adik atau kakak). Jika
kita menggunakan asuransi dari kantor, jelaskan kepada anggota keluarga
bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja yang butuh diisi,
difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika menggunakan BPJS ataupun cara
pembiayaan yang lain. Satukan semua berkas formulir dan fotokopi dokumen
dalam satu map khusus. Ketika kita sudah mau masuk ruang operasi sampai
nanti pasca operasi, sudah tentu semua dokumen administrasi otomatis
menjadi urusan keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat
prosedur administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah
(postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer
ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pra oprasi
merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai sejak pasien
memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif. Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat
dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.

3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK).


Jakarta: CV Trans Info Media
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik       Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.
http://theurbanmama.com/articles/5-hal-yang-perlu-dipersiapkan-sebelum-operasi-
elektif-M20914.html
https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-post-
operasi/
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Persiapan Pre Operasi Fraktur


B. Sasaran
1. Program : Di Ruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2. Penyuluhan : Di Ruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien Di Ruang OK
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dapat memahami tentang Persiapan Pre
Operasi Fraktur.
2. Tujuan Khusus
1) Pasien dan keluarga pasien di Ruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya mengerti tentang Persiapan Pre Operasi Fraktur.
D. Materi : Persiapan Pre Operasi Fraktur.
E. Metode :Bimbingan dan penyuluhan, ceramah, dan Tanya jawab
F. Media :Leaflet dan PPT
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Sabtu, 28 November 2020
2. Pukul : 10.00 - Selesai
No Kegiatan Waktu Metode
1Pembukaan 2 Menit Secara langsung
1
1Perkenalan (Perkenalan kelompok oleh 2 Menit Secara langsung
2 moderator )
2Menyampaikan Kontrak 2 Menit Secara langsung
3 (Menyampaikan tujuan)
4Menyampaikan Materi Penyuluhan 10 Menit Secara langsung
4 ( Penyampaian Materi oleh Leader )
5Evaluasi 5 Menit Secara langsung
5 (Tanya Jawab oleh Demonstrator )
H. Tugas Pengorganisasian
1. Moderator : Septya Florensa
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2. Leader : Armelia Widiarti
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3. Fasilitator :
1. Erikson
2. Krisevi Handayani
3. Pipik
4. Lastri Lestari
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membagikan dan mengedarkan leaflet
4. Dokumentasi
1. Tirta Taruna
2. Winda Aprilia
I. TEMPAT
1. Setting Tempat :

Keterangan:

:Moderator dan Leader

:Peserta

:Fasilitator
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

PERSIAPAN PRE OPERASI FRAKTUR

1. Pengertian Persiapan Pre Operasi Fraktur


Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien
di meja bedah. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang
rawan  yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik).
2. Persiapan Pasien di Unit Perawatan Bedah
1. Konsultasi dengan dokter
2. Pramedikasi
3. Mengidentifikasi dan melepas prostesis
4. Persiapan Fisik
3. Apa Yang menyebabkan Ketakutan dan Kecemasan Pasien saat
melakukan Pembedahan?
1) Takut nyeri setelah pembedahan.
2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal ( body image ).
3) Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
4) Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
6) Takut meninggal saat dibius / tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.
4. Bagaimana Untuk Mengurangi Ketakutan dan Kecemasan Pasien saat
melakukan Pembedahan?
1. Pengalaman operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik
maupun penunjang.
2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi
dan petugas kamar operasi.

Persiapan Pre Persiapan Pasien di Unit


Operasi Fraktur Perawatan Bedah

1. Konsultasi
Fraktur adalah dengan dokter
terputusnya kontinuitas
tulang dan atau tulang
rawan  yang
disebabkan oleh
2. Pramedikasi
OLEH : rudapaksa (trauma atau
tenaga fisik).

Kelompok 1

1. Mengidentifik
asi dan
Pre operasi
YAYASAN EKA HARAP melepas
(pre bedah) merupakan
PALANGKA RAYA prosthesis
SEKOLAH TINGGI ILMU
masa sebelum
2. Persiapan
KESEHATAN dilakukannya tindakan
Fisik
PROGRAM STUDI NERS pembedahan, dimulai
TAHUN 2020/202 sejak persiapan
pembedahan dan
berakhir sampai pasien
Pengertian
di meja bedah.
Penyebabkan Ketakutan dan

Kecemasan Pasien saat melakukan


6. Takut meninggal
Pembedahan?
saat dibius / tidak
sadar lagi.
Bagaimanaoperasi
7. Takut Untuk Mengurangi

gagal.
Ketakutan dan Kecemasan Pasien

saat melakukan Pembedahan?


1. Takut nyeri setelah
pembedahan.
2. Takut terjadi
perubahan fisik,
menjadi buruk rupa
dan tidak berfungsi
normal ( body
1. Pengalaman
image ).
operasi sebelumnya
3. Takut keganasan
Persepsi pasien dan
( bila diagnosa
keluarga tentang
yang ditegakkan
tujuan / alasan
belum pasti ).
tindakan operasi
4. Takut / cemas
Pengetahuan pasien
mengalami kondisi
dan keluarga
yang sama dengan
tentang persiapan
orang lain yang
operasi baik fisik
mempunyai
maupun penunjang
penyakit yang
2. Pengetahuan pasien
sama.
dan keluarga
5. Takut / ngeri
tentang situasi /
menghadapi ruang
kondisi kamar
operasi, peralatan
operasi dan petugas
pembedahan dan
kamar operasi.
petugas.

Anda mungkin juga menyukai