Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan Pada Tn.

T Dengan
Diagnosa Medis Combustio Grade III Di
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

DI SUSUN OLEH :
SEPTYA FLORENSA
(2017.C.09A.0910)
 
Definisi Combostio

Combustio atau Luka bakar adalah suatu bentuk


kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar
akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis,
maupun jaringan subkutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kontak dengan sumber
panas/penyebabnya dan kedalaman luka bakar
akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel .
Anatomi dan Fisiologi

Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital


seperti perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari
pengaruh fisik maupun pengaruh kimia, serta mencegah
kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan sebagai
termoregulasi.
 Epidermis
 Dermis
 Lapisan Subkutan
Etiologi

Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh


paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar.
Klasifikasi

 Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)


 Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
 Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Patofisiologi

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan


energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas
dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Perubahan patofisiologik yang
disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi
Jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder
Akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh
Fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Curah
jantung akan menurun sebelum perubahan yang
signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas.
Manisfestasi Klinis
Komplikasi

Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal.


Sindrom kompartemen.
Adult Respiratory Distress Syndrome.
Ileus Paralitik dan Ulkus Curling.
Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan
cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi
sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat.
Gagal ginjal akut.
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium : Hb, dll


 Rontgen : Foto Thorax, dll (mengetahui adanya edema paru
dll)
 Scan Paru : Dilakukan untuk menentukan luasnya cedera
inhalasi.
 EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia, terutama pada luka bakar listrik.
 CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan
pada luka bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20%
pada anak.
Penatalaksanaan Medis

Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar.


Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia
(penurunan suhu di bawah norm
Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk
mengurangi rasa sakit. al, terutama pada anak dan orang tua).
Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan
pada luka yang lebih dalam dari superficial partial thickness.
Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa.
Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri
Manajemen Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Adapun pengkajian primer asuhan keperawatan
gawat darurat, yaitu:
 Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh


adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk.
 Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,


timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur,
suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing,
sonor,stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal
pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosispada tahap lanjut.
 Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar,
hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali
tidak sadar.
 Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari
semua cidera yang mungkin ada
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan
metode AMPLE, yaitu sebagai berikut:
A :Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien.
Baik alergi obat-obatan ataupun kebutuhan akan
makan/minum.
M :Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications
especially). Pengobatan yang diberikan pada klien
sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak
menimbulka reaksi alergi.
P :Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit
sebelumnya.
L :Last meal(Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E :Events /Environment surrounding the injury; ie.
Exactly what happened
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara
mengkaji data dasar klien yang kemudian digolongkan
dalam AMPLE.
Pemeriksaan fisik persistem yang biasa timbul pada
luka bakar yaitu:
 B1 (Breathing).
Periksa bagian wajah, dada, dan leher pasien atas
adanya tanda-tanda distress pernafasan seperti
penggunaan otot aksesori, keteraturan retraksi dada,
keteraturan pola nafas, dan suara nafas abnormal.
 B2 (Blood)
Kaji atas adanya keluhan nyeri pada dada, normalitas
tanda-tanda vital, dan denyut jantung yang cepat, pelan
atau tidak teratur .
 B3 (Brain)

Pada kasus luka bakar dapat ditemukan penurunan


kesadaran yaitu nyeri pada respon membuka mata,
gangguan verbal, dan gangguan motorik karena
adanya cedera.
 B4 (Bladder)
Catat frekuensi urin, adanya inkontinensia, terasa
panas, atau bau aneh dan status nyeri pada sistem
urinaria.
 B5 (Bowel)
Periksa adanya distensi abdomen, jejas, dan adanya
luka.
 B6 (Bone)
Meliputi pemeriksaan warna, tekstur, turgor, suhu,
kepucatan, sianosis dan kekuningan .
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan Spasme jalan nafas (D.0149 Hal.18).
2. Hipovolemia berhubungan dengan Evaporasi
(D.0023 Hal.64).
3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera
kimiawi (D.0077 Hal.172).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Imobilitas (D.0056 Hal.128).
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan Faktor elektris (D.0129 Hal.282).
Intervensi Keperawatan menurut SIKI
Hipovolemia berhubungan dengan 1. Periksa tanda dan gejala
Evaporasi (D.0023 Hal.64) terjadinya hipovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
3. Hitung kebutuhan cairan
4. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
Nyeri akut berhubungan dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Agen pencedera kimiawi (D.0077 durasi, frekuensi, kualitas,
Hal.172). intensitas nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan proses


keperawatan yangmengikuti rumusan dari rencana
keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup
melakukan, membantu, memberikan askep untuk
mencapai tujuanyang berpusat pada pasien, mencatat
serta melakukan pertukaran informasi yang relevan
dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
pasien.
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan


antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Anda mungkin juga menyukai