DES KR IPS I
Modul ini membahas pemenuhan kebutuhan pasien gawat darurat yang mengalami kasus
trauma. Modul ini menguraikan beberapa penyakit dan respons pasien akibat kondisi
gawat darurat yang di sebabkan oleh kondisi trauma serta asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan
mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar seperti kebutuhan dasar manusia, ilmu biomedik,
farmakologi, ilmu gizi, ilmu penyakit dalam dan ilmu bedah dengan memperhatikan
aspek profesionalitas, etis dan legal. Modul ini fokus pada kasus trauma kepala,
pneumothoraks, trauma abdomen, luka bakar dan fraktur.
2. Pengkajian Keperawatan
Data subjektif: mengeluh nyeri
Data objektif: tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi meghindari
nyer), gelisah, frekuensi nadi meningkat, berfokus pada diri sendiri, tekanan darah
meningkat, kerusakan jaringan, perdarahan, kemerahan, hematoma, krepitasi, hilang
fungsi, kelainan bentuk, edema.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nyeri
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Berikan terapi nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Kolaborasi pemberian analgetic
b. Pembidaian
Periksa kebutuhan dilakukan pembidaian
Periksa bagian distal area cedera (mis. pulsasi nadi, pengisian kapiler, gerakan
motorik, dan sensasi) pada bagian tubuh yang cedera
Monitor adanya perdarahan pada area yang cedera
Identifikasi material bidai yang sesuai (mis. lurus dan keras, Panjang bidai
melalui dua sendi)
Tutup luka dengan balutan
Atasi perdarahan sebelum bidai di pasang
Minimalkan pergerakan, terutama pada bagian yang cedera
Berikan bantalan pada bidai
Imobilisasi sendi di atas dan di bawah area cedera
Pasang bidai pada posisi tubuh seperti saat ditemukan
Anjurkan membatasi gerak pada area cedera
5. Evaluasi Keperawatan
a. Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun, meringis
menurun, bersikap protekrif menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi membaik,
berfokus pada diri sendiri menurun, tekanan darah membaik.
b. Integritas jaringan meningkat dengan kriteria hasil kerusakan jaringan
menurun, nyeri menurun, perdarahan menurun, kemerahan menurun, hematoma
menurun.
2. Pengkajian Keperawatan
Data subjektif: mengeluh lemah, mengeluh haus
Data objektif: frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, pengisian vena menurun, status mental berubah, konsentrasi urine
meningkat, kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma.
3. Diagnosis Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan evaporasi
2. Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan bahan kimia iritatif, suhu
lingkungan yang ekstrem, efek samping terapi radiasi.
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Hipovolemia
Periksa tanda dan gejalan hipovolemia
Monitor intake dan output cairan
Hitung kebutuhan cairan
Berikan asupan cairan oral
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
b. Pencegahan Syok
Monitor status kerdiopulmonal (mis. frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP)
Monitor status cairan (mis. masukan dan haluaran urine, turgor kulit, CRT)
Berikan oksgen untuk mempertahankansaturasi oksien >94%
Pasang jalur IV
Pasang kateter urine untuk memantau produksi urine
Kolaborasi pemberian IV
Kolaborasi pemberian antiinflamasi
c. Perawatan Luka
Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
Monitor tanda-tanda infeksi
Bersihkan dengan cairan NaCl atau permbersih isotonic
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Kolaborasi prosedur debridement
Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Evaluasi Keperawatan
a. Status cairan membaik dengan kriteria hasil kekuatan nadi meningkat, output
urine meningkat, membrane mukosa lembab, dyspnea menurun, frekuensi nadi
membaik, tekanan darah membaik, tekanan nadi membaik, turgor kulit membaik,
hematokrit membaik.
b. Tingkat syok menurun dengan kriteria hasil kekuatan nadi meningkat, output
urine meningkat, akral hangat, tekanan arteri rata-rata membaik, tekanan darah
sistolik dan diastolik membaik, tekanan nadi membaik, frekuensi nadi membaik,
pengisian kapiles membaik
c. Integritas jaringan meningkat dengan kriteria hasil kerusakan jaringan
menurun, nyeri menurun, perdarahan menurun, kemerahan menurun, hematoma
menurun.
C. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Cedera Kepala
1. Pengertian
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma pada kulit kepala, tengkorak,
dan otak. Cedera kepala berdasarkan patologi dibagi menjadi dua, cedera kepala primer
merupakan cedera awal yang menyebabkan gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik
dari sel di area tersebut yang menyebabkan kematian sel. Cedera kepala sekunder
merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang terjadi setelah
trauma sehingga meningkatkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis
cedera otak, termasuk edema serebral, perubahan biokimia dan perubahan
hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau
sistemik
2. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif: sakit kepala
Data objektif: tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar, tingkat
kesadaran menurun, respon pupil melambat atau tidak sama, bradikardi, pola napas
irregular, refleks neurologis terganggu, gelisah, agitasi, muntah (tanpa disertai mual),
fungsi kognitif terganggu, papiledema.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan edema serebral
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan embolisme, hipertensi atau
hiperkolesterolnemia
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan
napas
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (edema serebral)
Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Berikan posisi elevasi kepala 15 – 30 derajat
Hindari manuver Valsava
Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis
5. Evaluasi Keperawatan
a. Perfusi serebral meningkat dengan kriteria hasil: tekanan darah sistolik 100 – 120
mmHg, tekanan darah disatolik 80 – 90 mmHg, refleks pupil membaik, refleks
neurolgis membaik, gelisah menurun, agitasi menurun, muntah menurun, fungsi
kognitif membaik, papilledema menurun.
b. Bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat,
produksi sputum menurun, mengi menurun, wheezing menurun.
REFERENSI
Curtis, K., & Ramsden, C. (2016). Emergency and Trauma Care for Nurses and Paramedics.
Australia: Elsevier.
Crouch, R., Chaters, A., Dawood, M., & Bennett, P. (2017). Oxford Handbook of Emergency
Nursing (2nd ed.). UK: Oxford University Press.
Emergency Nurses Association (2007). Emergency Nursing Core Curriculum (6th ed.). St.
Louis: Saunders Elsevier.
Emergency Nurses Association (2010). Sheehy’s Emergency Nursing, Principles and Practice
(6th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.
Hodge, A., Hugman, A., Varndell, W., Howes, K. (2013). ‘A review of the quality
assurance processes for the Australasian Triage Scale (ATS) and implications for
future practice’, Australasian Emergency Nursing Journal. College of Emergency
Nursing Australasia, 16(1), pp. 21– 29. doi: 10.1016/j.aenj.2012.12.003.
Lemone, P., M. Burke, K., Bauldoff, G., & Gubrud, P. (2017). Medical- Surgical Nursing
Critical Thinking for Person-Centred Care. (K. Millar, Ed.) (6th editio, Vol. 3).
Melbourne: Pearson Education.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra
Communications.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2017). Fundamentals of Nursing (9th
ed.). St. Louis: Elsevier/Mosby.
Tscheschlog, B.A, & Jauch, A. (2015). Emergency Nursing, Made Incredibly Easy (2nd ed.).
USA: Wolters Kluwer Health.
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec. Jagakarsa
Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan Hukum:
AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015 tentang Perubahan
Pengawas dan Pengurus
D ES KR IPS I
Modul ini membahas pemenuhan kebutuhan pasien gawat darurat yang mengalami kasus
non trauma. Modul ini menguraikan beberapa penyakit dan respons pasien akibat kondisi
gawat darurat yang di sebabkan oleh kondisi non trauma serta asuhan keperawatan yang
dapat diberikan kepada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar seperti kebutuhan dasar manusia, ilmu
biomedik, farmakologi, ilmu gizi, ilmu penyakit dalam dan ilmu bedah dengan
memperhatikan aspek profesionalitas, etis dan legal. Modul ini fokus pada kasus stroke,
status asmatikus, sindrome koroner akut, syok hipovolemik, Diabetic ketoacidosis
(DKA).
2. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif: sakit kepala
Data objektif: tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar, tingkat
kesadaran menurun, respon pupil melambat atau tidak sama, bradikardi, pola napas
irregular, refleks neurologis terganggu, gelisah, agitasi, muntah (tanpa disertai mual),
fungsi kognitif terganggu, papiledema.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan edema serebral
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan embolisme, hipertensi atau
hiperkolesterolnemia.
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (edema serebral)
Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. tekanan darah meningkat, tekanan
nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Berikan posisi elevasi kepala 15 – 30 derajat
Hindari manuver Valsava
Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis
b. Pemantauan Tekanan Intrakranial
Monitor peningkatan tekanan darah
Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
Monitor penuruan frekusi jantung
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor perlambatan atau ketidaksimstrisan pupil
Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang yang diindikasikan
Monitor tekanan perfusi serebral
Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
Dokumentasikan hasil pemantauan
5. Evaluasi Keperawatan
• Masalah penurunan kapasitas adaptif intrakranial : kapasitas adaptif
intrakranial meningkat, dengan kriteria hasil tingkat kesadaran meningkat,
sakit kepala menurun, tekanan darah dan nadi membaik, respon pupil membaik
• Masalah risiko perfusi serebral tidak efektif : Perfusi serebral meningkat
dengan kriteria hasil: tekanan darah sistolik 100 – 120 mmHg, tekanan darah
disatolik 80 – 90 mmHg, refleks pupil membaik, refleks neurolgis membaik,
gelisah menurun, agitasi menurun, muntah menurun, fungsi kognitif membaik,
papilledema menurun.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan preload, perubahan afterload, dan/atau perubahan kontaktilitas
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nyeri
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Berikan terapi nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik
5. Evaluasi Keperawatan
a. Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun, meringis
menurun, bersikap protekrif menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi membaik,
berfokus pada diri sendiri menurun, tekanan darah membaik
b. Curah jantung menigkat dengan kriteria hasil: palpitasi menurun, lelah menurun,
dispnea menurun, tekanan darah membaik, bradikardia/takikardia membaik,
gambaran EKG normal, nadi prifer teraba kuat, CRT< 2 detik, oliguria membaik,
warna kulit sianosis/pucat membaik, suara jantung S3 dan/atau S4 menghilang.
2. Pengkajian keperawatan
Data subjektif: diaspnea
Data objektif: batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih/obstruksi
jalan napas, mengi, wheezing, frekuensi napas berubah, PCO2 meningkat/menurun,
PO2 menurun, takikardi, pH arteri meningkat/menurun, sianosis, napas cuping hidung,
pola napas abnormal (mis. cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), gelisah,
warna kulit abnormal (mis. pucar, kebiruan).
3. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,
hipersekresi jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Jalan Napas
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas wheezing
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Ajarkan terknik batuk efektif
Kolaborasi pemberian bronkodilator
b. Terapi Oksigen
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor efektifitas terapi okgen (mis. oksimetri, Analisa gas darah)
Pertahankan kepatenan jalan napas
Berikan oksigen
Kolaborasi dalam penentuan dosis oksigen
c. Manajemen Asam Basa
Identifikasi penyebab ketidakseimbangan asam basa
Monitor frekuensi dan kedalaman napas
Monitor perubahan pH, PO2, PCO2, dan HCO3-
Ambil specimen darah arteri untuk pemeriksaan AGD
Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik, jika perlu
5. Evaluasi Keperawatan
a. Bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat,
produksi sputum menurun, mengi menurun, wheezing menurun.
b. Pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil dispnea menurun, bunyi napas
tambahan menurun, napas cuping hidung menurun, takikardi menurn, PCO2
membaik, PO2 membaik, pH arteri membaik.
2. Pengkajian keperawatan
Data subjektif: mengeluh lemah, mengeluh haus
Data objektif: pengisian kapiler > 2 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba,
akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, membran mukosa kering, volume
urine menurun.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume cairan
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Syok Hipovolemik
Monitor status kerdiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
TD, MAP)
Menitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
Pertahankan jalan napas paten
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi >94%
Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan eskternal
Berikan posisi syok : telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran
darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat.
Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernapas atau penderita menjadi
kesakitan segera turunkan kakinya kembali .
Pasang jalur IV berukuran besar (mis. no 14 atau 16)
Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1 – 2 L pada dewasa
Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/KgBB pada anak
Kolaborasi pemberian transfusi darah
b. Manajemen Cairan
Monitor status hidrasi (mis. kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, mebran
mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
Monitor hasil laboratorium (mis. hematocrit, Na, K, Cl, berat jenis urine,
BUN)
Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
Berikan asupan cairan
5. Evaluasi Keperawatan
a. Perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil kekuatan nadi perifer meningkat,
warna kulit pucat menurun, pengisian kapiler membaik, akral membaik
b. Status cairan membaik dengan kriteria hasil kekuatan nadi meningkat, output
urine meningkat, membrane mukosa lembab, dyspnea menurun, frekuensi nadi
membaik, tekanan darah membaik, tekanan nadi membaik, turgor kulit membaik,
hematokrit membaik.
REFERENSI
Curtis, K., & Ramsden, C. (2016). Emergency and Trauma Care for Nurses and Paramedics.
Australia: Elsevier.
Crouch, R., Chaters, A., Dawood, M., & Bennett, P. (2017). Oxford Handbook of Emergency
Nursing (2nd ed.). UK: Oxford University Press.
Emergency Nurses Association (2007). Emergency Nursing Core Curriculum (6th ed.). St.
Louis: Saunders Elsevier.
Emergency Nurses Association (2010). Sheehy’s Emergency Nursing, Principles and Practice
(6th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.
Hodge, A., Hugman, A., Varndell, W., Howes, K. (2013). ‘A review of the quality
assurance processes for the Australasian Triage Scale (ATS) and implications for
future practice’, Australasian Emergency Nursing Journal. College of Emergency
Nursing Australasia, 16(1), pp. 21– 29. doi: 10.1016/j.aenj.2012.12.003.
Lemone, P., M. Burke, K., Bauldoff, G., & Gubrud, P. (2017). Medical- Surgical Nursing
Critical Thinking for Person-Centred Care. (K. Millar, Ed.) (6th editio, Vol. 3).
Melbourne: Pearson Education.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra
Communications.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2017). Fundamentals of Nursing (9th
ed.). St. Louis: Elsevier/Mosby.
Tscheschlog, B.A, & Jauch, A. (2015). Emergency Nursing, Made Incredibly Easy (2nd ed.).
USA: Wolters Kluwer Health.
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
DES KR IPS I
Modul ini membahas konsep dasar keperawatan gawat darurat. Modul ini menguraikan
tentang konsep dasar gawat darurat yang mencakup cara memprioritaskan pasien dengan
teknik triase, intergrasi prinsip etik dalam kasus gawat darurat, dan prosedur initial
assessment.
URAIAN MATERI
2. Kategori ATS
ATS terbagi atas 5 kategori, dengan masing-masing response time antara lain:
a. Kategori ATS 1
Kategori 1 meliputi kondisi yang menjadi ancaman bagi kehidupan (atau akan
segera terjadi kemunduran dan membutuhkan penanganan segera).
b. Kategori ATS 2
Kategori 2 penilaian dan perawatan dalam waktu 10 menit. Kondisi pasien cukup
serius atau dapat memburuk begitu cepat sehingga ada potensi ancaman terhadap
kehidupan, atau kegagalan sistem organ jika tidak diobati dalam waktu sepuluh
menit dari kedatangan.
c. Kategori ATS 3
Penilaian dan perawatan dimulai dalam 30 menit, kondisi pasien dapat berlanjut
pada keadaan yang mengancam kehidupan, atau dapat menyebabkan morbiditas
jika penilaian dan perawatan tidak dimulai dalam waktu tiga puluh menit setelah
kedatangan (urgency situasional).
d. Kategori ATS 4
Penilaian dan perawatan dimulai dalam waktu 60 menit. Kondisi pasien dapat
mengancam, atau dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan, ada potensi
untuk hasil yang merugikan jika pengobatan tidak dimulai dalam waktu satu jam,
cenderung memerlukan konsultasi atau manajemen rawat inap
e. Kategori ATS 5
Penilaian dan perawatan dimulai dalam 120 menit kondisi pasien tidak urgent
sehingga gejala atau hasil klinis tidak akan terjadi perubahan secara ignifikan jika
penilaian dan pengobatan ditunda hingga dua jam dari kedatangan (Hodge,
Hugman, Varndell, & Howes, 2013).
Klasifikasi :
REFERENSI
Curtis, K., & Ramsden, C. (2016). Emergency and Trauma Care for Nurses and Paramedics.
Australia: Elsevier.
Crouch, R., Chaters, A., Dawood, M., & Bennett, P. (2017). Oxford Handbook of Emergency
Nursing (2nd ed.). UK: Oxford University Press.
Emergency Nurses Association (2007). Emergency Nursing Core Curriculum (6th ed.). St.
Louis: Saunders Elsevier.
Emergency Nurses Association (2010). Sheehy’s Emergency Nursing, Principles and Practice
(6th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.
Hodge, A., Hugman, A., Varndell, W., Howes, K. (2013). ‘A review of the quality
assurance processes for the Australasian Triage Scale (ATS) and implications for
future practice’, Australasian Emergency Nursing Journal. College of Emergency
Nursing Australasia, 16(1), pp. 21– 29. doi: 10.1016/j.aenj.2012.12.003.
Lemone, P., M. Burke, K., Bauldoff, G., & Gubrud, P. (2017). Medical- Surgical Nursing
Critical Thinking for Person-Centred Care. (K. Millar, Ed.) (6th editio, Vol. 3).
Melbourne: Pearson Education.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra
Communications.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2017). Fundamentals of Nursing (9th
ed.). St. Louis: Elsevier/Mosby.
Tscheschlog, B.A, & Jauch, A. (2015). Emergency Nursing, Made Incredibly Easy (2nd ed.).
USA: Wolters Kluwer Health.