MANAJEMEN KEPERAWATAN
1
Kegiatan Belajar I
DES KR IPS I
Peran Ners dalam Pengelolaan Asuhan Keperawatan
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
meliputi peran dan fungsi Ners saat mengelola asuhan keperawatan pasiennya. Peran
Ners dalam pemberian asuhan meliputi peran interpersonal, informasional, dan
pengambilan keputusan.
Setelah mempelajari modul ini para peserta saat dihadapkan pada situasi di fasilitas pelayanan
kesehatan mampu secara sistematis dan tepat merancang pemberian asuhan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
2
Petunjuk
Proses pembelajaran dengan modul yang saudara pelajari ini dapat berjalan lebih baik dan
lancar apabila saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1. Pahami dan dalami secara bertahap dari kegiatan belajar dalam modul ini.
2. Ulangi lagi dan resapi materi yang anda peroleh dan diskusikan dengan teman atau orang
yang kompeten di bidangnya.
3. Kerjakan Latihan soal yang terdapat dalam modul ini dan ulangi bila nilai saudara
belum memenuhi standar kelulusan supaya memudahkan saudara dalam
mempersiapkan diri untuk mengikuti uji kompetensi
4. Keberhasilan dalam memahami modul ini tergantung dari kesungguhan, semangat dan tidak
mudah putus asa dalam belajar.
3
Uraian Materi
1. Pengertian
Ners menjalankan peran sebagai manajer pasien atau sebagai pengelola asuhan keperawatan
pasien kelolaannya. Mintzberg (1990) dalam Robbins & Judge (2017) menetapkan tiga peran
manajer, yaitu peran interpersonal, informasional, dan pengambilan keputusan (decisional).
Peran tersebut dijalankan Ners dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketiga peran tersebut
melekat dalam diri seorang Ners dan ditampilkan lengkap di sepanjang proses pemberian
asuhan keperawatan sejak pasien masuk hingga pulang, sejak menerima timbang terima dari
dinas sebelumnya hingga menyerahkan asuhan/ timbang terima pada dinas berikutnya.
Masalah dan konflik dapat terjadi jika salah satu peran tidak dilaksanakan secara optimal.
Peran interpersonal merupakan peran dalam diri seorang Ners dalam berinteraksi dengan
orang lain, baik berinteraksi dengan pasien, keluarga pasien, rekan Ners, maupun tenaga
kesehatan lain. Peran tersebut meliputi tiga sub peran, yaitu figurehead, leader, dan liaison.
Peran figurehead atau peran sebagai contoh peran merupakan peran sebagai contoh teladan
ditunjukkan seorang Ners pada lingkungan di sekitarnya. Peran ini ditampilkan untuk
menginspirasi pasien dan rekan tim kerjanya dengan menampilkan figur yang dihormati serta
menunjukkan sikap dan perilaku sesuai norma dan nilai yang berlaku. Peran sebagai leader
atau pemimpin merupakan kemampuan Ners dalam memotivasi dan mengarahkan orang yang
ada di sekitarnya. Kemampuan tersebut ditunjukkan melalui kemampuan mempengaruhi dan
memotivasi pasien selama dalam perawatan. Seorang Ners menjalankan peran leader karena
harus mempengaruhi pasiennya untuk memenuhi pencapaian tujuan perawatan. Gaya
memimpin secara umum dikelompokkan menjadi 3 yaitu otokratik, demokratik, dan laissez
faire,
• Otokratik: Ners mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan orang lain, baik pasien
maupun sejawat. Gaya ini diterapkan pada kondisi gawat darurat dan terutama saat
menghadapi pasien yang tidak memiliki pilihan.
• Demokratik: Ners mengikutsertakan pasien atau sejawat dalam pengambilan
keputusan
• Laissez Faire: Ners memimpin/ mengarahkan pasien dengan pengarahan yang minimal
atau bahkan tanpa pengarahan sama sekali. Gaya ini dilakukan karena menganggap
4
pasien atau sejawat mempunyai tingkat kematangan dan kedewasaan tinggi baik
teknis maupun mental.
Peran liaison/ duta merupakan peran seorang Ners sebagai perantara atau penghubung antara
pasien dengan pihak lain seperti pasien lain maupun tenaga kesehatan lain. Peran ini
ditunjukkan dengan kemampuannya memelihara jaringan informasi/ komunikasi yang baik
dengan pasien dan anggota tim lain.
Peran informational merupakan peran seorang Ners dalam mengelola informasi yang ada di
sekitar pasien untuk. Peran tersebut meliputi peran monitor, disseminator, dan spokesperson.
Peran monitor dilakukan Ners dengan selalu mengobservasi perkembangan asuhan pasien.
Peran disseminator dilakukan Ners dengan memberikan informasi terkait perubahan status
pasien. Peran spokesperson atau juru bicara pasien agar berbagai pihak memahami tujuan
asuhan dengan baik.
PENUTUP
Ners dalam menjalankan peran meliputi sebagai manajer pasien atau sebagai pengelola asuhan
keperawatan. Tiga peran manajer, yaitu peran interpersonal, informasional, dan pengambilan
keputusan (decisional). Peran interpersonal, meliputi tiga sub peran, yaitu figurehead, leader,
dan liaison. Peran liaison/ duta merupakan peran seorang Ners sebagai perantara atau
penghubung antara pasien dengan pihak lain. Peran informational meliputi peran monitor,
disseminator, dan spokesperson. Peran pengambilan keputusan tersebut meliputi peran
meliputi entrepreneur, penanganan masalah, pengalokasi sumber daya, dan negosiator
5
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 ed. Wolter Kluwer,
rd
6
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1
Kegiatan Belajar II
Fungsi Manajemen Keperawatan Ners
Dalam Pengelolaan Asuhan Keperawatan
DES KR IPS I
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
meliputi Fungsi manajemen dalam mengelola asuhan meliputi perencanaan/ planning
(P), pengorganisasian/ organizing (O), pengelolaan staf/ ketenagaan/ staffing (S),
penggerakan/ directing/ actuating (A), dan pengendalian/ controlling (C).
Setelah mempelajari modul ini para lulusan Ners saat dihadapkan pada situasi di fasilitas
pelayanan kesehatan mampu secara sistematis dan tepat merancang pemberian asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
2
URAIAN MATERI
Pengertian
Fungsi manajemen keperawatan merupakan tahapan dalam proses pengelolaan sistem asuhan
dan pelayanan keperawatan. Tahapan ini dilaksanakan seorang Ners saat memberikan asuhan
keperawatan agar tujuan asuhan dan pelayanan keperawatan tercapai. Apabila ada satu fungsi
manajemen tidak dilaksanakan maka visi, misi, dan tujuan asuhan dan pelayanan keperawatan
tidak mudah diwujudkan. Fungsi manajemen keperawatan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, penggerakkan, dan pengendalian. Pelaksanaan setiap fungsi
dilakukan secara berurutan dengan tetap mengupayakan keselamatan pasien.
Perencanaan merupakan proses/ kegiatan yang diawali dengan menetapkan tujuan,
menentukan rencana kegiatan, menentukan kebutuhan personel, merancang proses dan
hasilnya, serta memodifikasi rencana yang diperlukan. Fungsi ini dilakukan sebelum seorang
Ners melaksanakan fungsi manajemen keperawatan lainnya.
Pengorganisasian merupakan proses/ kegiatan pengelompokkan aktivitas untuk mencapai
tujuan organisasi, penentuan uraian tugas, dan cara pengkoordinasian, baik secara vertikal
maupun horizontal. Kegiatan fungsi pengorganisasian harus memenuhi prinsip-prinsip
pengorganisasian, yaitu rantai komando, kesatuan komando, rentang kendali, dan spesialisasi.
Kegiatan penyusunan struktur organisasi dapat meningkatkan kemampuan dalam
berkoordinasi dan berkomunikasi, mengembangkan pola hubungan antar staf secara horizontal
maupun vertikal, serta memperjelas wewenang, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
Penerapan fungsi pengorganisasian berfokus pada pemberian dukungan dalam penerapan
metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan pasien
kelolaannya.
Pengelolaan staf/ ketenagaan merupakan kegiatan penyusunan dan pengembangan
ketenagaan untuk meningkatkan kinerja secara efektif dan efisien. Penerapan fungsi
ketenagaan difokuskan pada mempersiapkan ketenagaan yang kompeten dan terstandar.
Kegiatan ketenagaan seorang Ners adalah menentukan tingkat ketergantungan pasien dan
menyesuaikan jumlah perawat yang dibutuhkan sesuai tingkat ketergantungan pasien.
Penggerakkan/ actuiting merupakan kegiatan menggerakkan agar fungsi sebelumnya (fungsi
perencanaan, pengorganisasian, dan ketenagaan) terlaksana. Fungsi ini menekankan pada
upaya membelajarkan pasien. Penerapan fungsi pengarahan berfokus pada penerapan
3
kepemimpinan yang efektif dalam membentuk perilaku pasien sesuai dengan tujuan asuhan
keperawatan.
Pengendalian merupakan suatu kegiatan untuk memastikan pencapaian kinerja seorang Ners
sesuai dengan rencana, pedoman, regulasi, dan kebijakan yang berlaku. Penerapan fungsi
pengendalian berfokus pada penerapan indikator mutu layanan keperawatan secara efektif
untuk menjamin mutu asuhan. Kegiatan Ners pada fungsi ini antara lain memastikan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang menerapkan keselamatan pasien.
PENUTUP
Fungsi manajemen keperawatan merupakan tahapan dalam proses pengelolaan sistem asuhan
dan pelayanan keperawatan. Fungsi manajemen keperawatan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, penggerakkan, dan pengendalian. Pelaksanaan setiap fungsi
dilakukan secara berurutan dengan tetap mengupayakan keselamatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 rd ed. Wolter Kluwer,
Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
4. Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
5. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier ( Singapore)
Pte.Ltd
4
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1
Kegiatan Belajar IV
Fungsi Pengorganisasian
Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
deskripsi
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
meliputi fungsi manajemen pengorganisasian/ organizing dalam mengelola asuhan
keperawatan.
Setelah mempelajari modul ini para lulusan Ners saat dihadapkan pada situasi di fasilitas
pelayanan kesehatan mampu secara sistematis dan tepat merancang pemberian asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
URAIAN MATERI
Pengertian
Pengorganisasian merupakan pengelompokan beberapa aktifitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Koordinasi dengan unit lain dilakukan secara horizontal dan vertikal. Seorang
Ners harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui pengelompokkan kegiatan sehingga tujuan
asuhan pasien dan pelayanan keperawatan tercapai.
2
konsep yang dibahas dalam fungsi pengorganisasian, adalah konsep peran, kekuasaan, status,
wewenang, kepusatan, dan komunikasi.
3
Pengorganisasian dalam pemberian asuhan/ pelayanan keperawata atau nursing care delivery
strategy dapat menggunakan berbagai metode di antaranya metode kasus, tim, primer,
fungsional, dan metode case manajemen
• Metode kasus:
• Metoda tim
4
• Metode fungsional
5
• Metode case Manajemen
6
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 ed. Wolter Kluwer,
rd
7
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1
Kegiatan Belajar V
. Menilai Kondisi Tenaga Keperawatan
. Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
DES KR IPS I
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
meliputi peran dan fungsi Fungsi manajemen pengelolaan staf/ ketenagaan/ staffing
dalam mengelola asuhan keperawatan.
Setelah mempelajari modul ini para lulusan Ners saat dihadapkan pada situasi di fasilitas
pelayanan kesehatan mampu secara sistematis dan tepat merancang pemberian asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
URAIAN MATERI
Pengertian
Menilai Kondisi Tenaga Keperawatan Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Hakekat ketenagaan pada intinya adalah pengaturan, mobilisasi potensi, prosesmotivasi, dan
pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini
berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya
(Suarli dan Bahtiar, 2009).
2
Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan ketegori klien yang
dirawat, rasio perawat dan klien untuk memenuhi standart praktek keperawatan.
Kategori perawatan klien:
1. Perawatan mandiiri (self care) yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri secara
mandiri
2. Perawatan sebagian (partial care) yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan
keperawatan dan pengobatan tertentu misalnya pemberian obat intravena, mengatur posisi,
dsb
3. Perawatan total (total care) yaitu klien yang memerlukan bantuan secara penuh dalam
perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat
4. Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan obervasi dan tindakan
keperawatan yang terus menerus
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu. Perawatan langsung, waktu perawatan
tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung
berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan
klien. Rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care adalah
berkisar 4-5 jam/klien/hari. Dalam Gillien 1994 waktu yang dibuthhkan untuk perawatan
langsung didasarkan pada kategori berikut:
a. Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam = 2 jam
b. Perawatan sebagian (partial care) adalah 3/4×4 jam = 3 jam
c. Perawatan total (total care) adalah 1- 1,5 x 4 jam = 4-6 jam
3
Selain cara diatas, perlu dihitung waktu memberikan pendidikan kesehatan dapat juga
digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gilies, waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/ klien/ hari.
Menghitung waktu yang dibuuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu menjumlahkan
ketiga cara tersebut yaitu waktu perawatan langsung, waktu perawatan tidak langsung dan
waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya jumlah tenaga yang dibutuhkan dihitung berdasarkan
beban kerja perawat.
Hal- hal yang perlu dipertimbnagkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:
a. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan
c. Rata- rata lama perawatan
d. Pengukuran keperawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien
f. Rata- rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan
Metode Gilies 1994 digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan dengan
menggunakan rumus sbb:
Jumlah tenaga = (A x B x 365) : (hari libur 1 tahun x jam kerja per hari)
Keterangan :
A: jumlah jam keperawatan per hari
B: jumlah pasien rata- rata per hari
Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip diantaranya harus ada
kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf. Misalnya kebutuhan staf untuk
rekreasi, memperhatikan siklus jadwal penugasan yang sibuk dan tidak sibuk, berat dan ringan,
harus dilalui oleh semua staf yang terlibat dalam rotasi serta staf yang mempunyai jam kerja
yang sama. Prinsip berikutnya yaitu setiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi- sore-
malam; metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas dan kualitas staf dalam suatu unit
4
kerja; siklus yang digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai dan setiap staf harus
dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.
Berdasarkan prinsip tersebut, dapat diperkirakan formulasi jumlah staf pada setiap shiftnya.
1. Modifikasi kerja mingguan
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal dinas mingguan. Pendekatan
tersebut dapat dilihat dari karakteristik staf yang ada dalam tim. Modifikasi tugas mingguan
meliputi:
1. Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja per
minggu. Pada metode ini terjadi tumpang tindih kurang lebih 6 jam per 24 jam. Dimana
jam- jam tersebut dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian rencana
keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini adalah memerlukan staf yang
banyak.
2. Perincian 12 jam dalam satu shift yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur dan 4 hari kerja. Sistem ini
sama dengan sistem yang pertama yang membutuhkan tenaga yang banyak.
3. Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari libur)
4. Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak disukai
karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 ed. Wolter Kluwer,
rd
5
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1
Kegiatan Belajar VI
DES KR IPS I
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
fungsi manajemen meliputi mengaplikasikan kegiatan seorang Ners pada fungsi
actuating dalam mengelola asuhan keperawatan.
Setelah mempelajari modul ini para lulusan Ners saat dihadapkan pada situasi di fasilitas
pelayanan kesehatan mampu secara sistematis dan tepat merancang pemberian asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
Secara khusus, Anda diharapkan dapat:
1. Membedakan fungsi manajemen keperawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
2. Mengaplikasikan kegiatan seorang ners pada fungsi actuating
URAIAN MATERI
Pengertian
Fungsi Pengarahan/ Penggerakan/ Actuating dalam Keperawatan
Modul ini berisi materi tentang fungsi Actuating/Menggerakan dalam keperawatan Setelah
Fungsi perencanaan, pengorganisasian dan ketenagaan maka diperlukan suatu fungsi
menggerakan agar fungsi sebelumnya dapat terlaksana.
2
Fungsi menggerakan terdiri beberapa kegiatan agar seluruh perencanaan, pengaturan dan
pengelolaan staf bisa terlaksana. Dalam modul ini akan dijelaskan aktifitas 1)
directing/pengarahan 2). Delegasi; 3). Memotivasi 4) Komunikasi 5). Supervisi dan 6)
mengelola konflik. Lingkup bahasan adalah actuating dalam pengelolaan asuhan keperawatan
pada khususnya dan pelayanan keperawatan secara umumnya
Fungsi menggerakan
Fungsi menggerakan adalah aktivitas manajemen yang mendorong anggota dalam tim untuk
dapat menjalankan perannya sesuai tugas dan kewenangannya. Beberapa aktivitas dalam
penggerakan staf harus didasari kemampuan memimpin/leadership, mengarahkan,
memotivasi, mendelegasikan tugas, melaksanakan supervise dan mengelola konflik.
Directing/Pengarahan
Definisi: merupakan kegiatan manajemen yang menggunakan proses interpersonal agar
tujuan organisasi dapat tercapai. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan kontribusi staf
dalam mencapai tujuan, dan meningkatkan harmonisasi antara pimpinan dan staf.
Tiga elemen dalam pengarahan
a) Komunikasi
b) kepemimpinan dan
c) motivasi.
Ners mengelola pelayanan keperawatan sesuai tugas dan kewenangannya. Saat pengelolaan
pelayanan di level pengelolaan tim dalam asuhan keperawatan, maka Ners adalah pemimpin
dalam tim sesuai metode penugasan keperawatan. Ners sebagai leader akan memberikan
contoh, mengarahkan asuhan keperawatan sesuai tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
3
kepada anggota tim/perawat pelaksanaan. Proses pengarahan ini memerlukan kemampuan
komunikasi efektif antar tim keperawatan dan profesi lainnya.
Delegasi
Definisi: delegasi merupakan elemen penting dalam fungsi pengarahan, delegasi adalah
memberikan sebagian atau keseluruhan tugas sesuai kompetensi dan kewenangan staf untuk
periode tertentu. Delegasi tidak hanya sekedar memberikan tugas tetapi ada unsur untuk
membangun capacity building dan pengarahan.
Unsur dalam delegasi: 5 W + 1 H
a) Who: Delegator dan delegate, baik delegator dan delegate harus sesuai
kewenangan dan kompetensinya
b) Why; alasan dilaksanakan delegasi
c) What: materi yg didelegasikan harus jelas, singkat dan tahapannya jelas
d) When: jelas waktu tanggal, bulan , tahun dan jam. Dicatat waktu dilaksanakan
delegasi serta delegasi harus dilaksanakan kapan
e) Where: tempat pendelegasian maupun dimana delegasi harus dikerjakan
f) How: bagaimana melaksanakan instruksi dan hal yang didelegasikan
Delegasi sangat erat dengan kewenangan, dalam PMK 26 Tahun 2019 disampaikan perbedaan
kewenangan perawat profesi dan vokasi.
Pasal 18 (1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan perorangan, Perawat Profesi memiliki wewenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf a sampai dengan huruf j. (2) Dalam melakukan pengkajian Keperawatan secara
4
holistik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, Perawat Profesi melakukan pengkajian
dasar dan lanjutan secara menyeluruh. (3) Dalam menetapkan diagnosis Keperawatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, Perawat Profesi berwenang menegakkan
diagnosis Keperawatan.
Pasal 19 (1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan perorangan, Perawat Vokasi memiliki wewenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf a, huruf d, huruf e, huruf g, dan huruf i kecuali konseling. (2) Dalam melakukan
pengkajian Keperawatan secara holistik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a,
Perawat Vokasi melakukan pengkajian dasar secara menyeluruh
Pelaksanaan delegasi dalam pelayanan contohnya dalam pengorganisasian tim. Ners adalah
leader akan mendelegasikan rencana keperawatan kepada perawat pelaksana. Disamping
sebagai delegator, Ners juga dapat menerima delegasi dari kepala ruangan misalnya dalam
memimpin timbang terima, memimpin tim di ruangan saat kepala ruangan mempunyai tugas
yang lain.
Motivasi
Motivasi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penggerakan. Motivasi berdasarkan
sumbernya bisa dikategorikan menjadi motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal
adalah berasal dari individu dan motivasi eksternal berasal dari luar individu misalnya
5
organisasi. Disamping terdapat hirarki tingkatan motivasi, dan pendekatan motivasi yang
sering digunakan adalah hierarki Maslow. Agar dapat melaksanakan fungsi menggerakan
makan Ners wajib melaksanakan pengkajian motivasi dari individu pasien dalam kontek
pengelolaan asuhan pasien ataupun motivasi staf dalam konteks pelayanan keperawatan.
Komunikasi
Alat untuk menggerakan baik pasien maupun staf adalah komunikasi. Komunikasi dalam
menggerakan menggunakan pendekatan komunikasi Efektif. Komunikasi Efektif dalam
pelayanan kesehatan meliputi:
a. Komunikasi efektif antar perawat
6
b. komunikasi efektif perawat dengan profesi lainnya
c. komunikasi efektif perawat dengan pasien dan keluarga
Pelaksanaan fungsi Actuating adalah untuk mencapai tujuan pengelolaan dan dilaksanakan
dalam beberapa kegiatan yang kegiatan tersebut mempersyaratkan komunikasi efektif.
Beberapa kegiatan yang mempersyaratkan komunikasi efektif adalah komunikasi per telepon,
timbang terima, transfer pasien ke antar ruang dan di luar rumah sakit, sedangkan komunikasi
dengan pasien dapat berupa komunikasi saat melaksanakan asuhan keperawatan. Beberapa
metode komunikasi efektif yang sering digunakan adalah ISOBAR, ISBAR dan SBAR.
SBAR terdiri dari S ( sebelum menyampaikan Nama Ners yang menyampaikan tanggung
jawabnya sebagai pengelola pasien, nama RS dan identitas pasien. Situation menyampaikan
keluhan dan kondisi terkini pasien), B (Background menjelaskan penyebab masalah pasien
atau yang melatarbelakangi kondisi saat ini), A (Assesment yaitu state of the problem penilaian
terhadap kondisi pasien untuk membuat rencana tindakan perawatan ) R (Recommendation
yaitu saran tindakan yang akan dilakukan dan untuk mengkonfirmasi informasi yang
disampaikan).
7
Komunikasi saat mendelegasikan baik per-telpon, serah terima maupun transfer hal yang
diperhatikan juga proses read back dan confirmation. beberapa istilah di pelayanan kita kenal
dengan Tulis lengkap, Baca Ulang dan Konfirmasi (TULBAKON). Dalam delegasi
TULBAKON menghindarkan kesalahan misalnya kesalahan terhadap obat. Upaya untuk
mengurangi kesalahan melalui TULBAKON, dimana Baca Ulang dengan mengeja
alphabetical dengan memperhatikan look alike dan sound alike (LASA).
Komunikasi dengan pasien dan keluarga menggunakan prinsip terapeutik dan komunikasi
efektif, dimana komunikasi dengan pasien dan keluarga meliputi tahap pra interaksi, interaksi
dan terminasi. Komunikasi dengan pasien dan keluarga merupakan bagian directing perawat
kepada pasien sehingga pasien dan keluarga berpartisipasi dalam asuhan dan mencapai tujuan
asuhan keperawatan.
Supervisi
Supervisi merupakan kegiatan memberikan arahan, contoh, motivasi dan arahan dalam
pelaksanaan kegiatan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi tidak hanya sekedar
mengevaluasi tetapi lebih diarahkan pada proses menggerakan dan mengarahkan.
Jenis supervisi secara pelaksanaannya:
a. secara langsung/concurrent
b. secara tidak langsung melalui dokumen rekam medis atau data sekunder yang lainnya
Dalam kontek pengelolaan asuhan keperawatan, Ners melaksanakan supervisi pada tim
perawat yang dibawahnya dalam mengelola asuhan keperawatan dengan bersama merumuskan
diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian, mendelegasikan rencana keperawatan dan
melaksanakan supervisi asuhan dengan memberikan contoh asuhan, terlibat langsung dalam
asuhan, mengarahkan dan memberikan contoh yang benar apabila terjadi ketidaksesuaian
dalam implementasi.
Pengelolaan Konflik
Konflik didefinisikan sebagai perbedaan internal atau eksternal yang diakibatkan oleh
perbedaan ide, nilai, atau perasaan antara dua orang atau lebih. Ners sebagai pemimpin harus
mampu membantu memutuskan masalah/ perbedaan serta membuat perbedaan ini sebagai
upaya membangun tim. Konflik bisa terlaksana dalam proses asuhan maupun konflik dengan
perawat saat melaksanakan asuhan keperawatan. Pengelolaan konflik yang baik akan
membantu fungsi penggerakan.
8
Jenis resolusi konflik:
a. Kompromi; resolusi umumnya dimulai dengan masing-masing individu yang berkonflik
menyampaikan keinginan, pendapat, tujuan masing-masing dan kemudian dikompromikan
untuk mengakomodir dari masing-masing individu. Sering disebut win-win solution
b. Competing; keinginan, pendapat, tujuan masing-masing dan kemudian dicari mana yang
lebih sesuai/dapat diterima, sehingga sering disebut win-loss. Resolusi ini sering
menimbulkan ketidaknyamanan pada sisi yang loss
c. Accommodating/kolaborasi; keinginan, pendapat, tujuan masing-masing dan kemudian
diakomodasi dua belah pihak untuk mendapatkan suatu solusi yang lebih baik
d. smoothing; mengakomodasi kedua belah pihak, nanti umumnya belum menghasil resolusi
yang aktual
e. Menghindar: penyelesaian konflik dengan mencoba tidak menyelesaikan/mengabaikan
dahulu, teknik menghindar ini juga bisa dilaksanakan pada langkah pertama saat kondisi
masih tidak kondusif, setelah kondisi kondusif bisa dilanjutkan dengan teknik kompromi
atau juga kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 ed. Wolter Kluwer,
rd
9
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1
Kegiatan Belajar VII
Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan
Dan Pelayanan Keperawatan
DES KR IPS I
Modul ini berisi materi manajemen keperawatan berfokus pada pembahasan tentang
kemampuan Ners mengelola asuhan keperawatan pasien secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pembahasan
fungsi manajemen dalam fungsi pengendalian mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.
Uraian Materi
Modul ini berisi materi tentang fungsi pengendalian dalam keperawatan Setelah Fungsi
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan dan penggerakan maka diperlukan suatu fungsi
pengendalian akan dapat mengevaluasi sesuai tujuan dan perencanaan yang telah ditetapkan.
Dalam modul pengendalian akan dijelaskan 1) pengendalian pengelolaan asuhan keperawatan
2) penilaian kinerja perawat 3).pengendalian pelayanan keperawatan yang terdiri dari indikator
mutu keperawatan, keselamatan pasien 4) pengendalian mutu secara eksternal: akreditasi
nasional dan internasional.
2
Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi manajemen terakhir, dimana penampilan/kinerja/rencana diukur
sesuai standar dan sebagai evaluasi terhadap penampilan aktual. Hasil dari tampilan aktual
dievaluasi, dibandingkan dengan rencana dan standar yang ditetapkan. Hasil evaluasi dapat
digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan tampilan/kinerja serta menjadi dasar untuk
perbaikan.
Tahap pengendalian dalam asuhan keperawatan dilaksanakan oleh Perawat Penanggung Jawab
Asuhan/PPJA atau ketua tim dengan membandingkan evaluasi sebagai hasil dari intervensi
dengan standar luaran asuhan yang ditetapkan sesuai diagnosis keperawatan. Setiap shift
setelah melaksanakan implementasi sesuai diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
dilakukan monitoring/pengukuran dampak intervensi, respon Subjektif dan Obyektif dari
pasien. Hasil evaluasi perkembangan pasien yang berupa subjektif (S) dan obyektif (O) pasien
selanjutnya dianalisis (A) dan ditetapkan perencanaan (P) keperawatan yang harus dilakukan
pada shift berikutnya. Setiap akhir shift atau jika ada perkembangan pasien maka perawat akan
mengevaluasi dengan pola SOAP dan SOAP ini dicatat dalam catatan keperawatan dan
beberapa informasi yang terkait kolaborasi dicatat dalam catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT). Tugas Ners dalam pengendalian asuhan adalah melaksanakan evaluasi
apakah implementasi dan asuhan serta perencanaan intervensi keperawatan yang dilaksanakan
oleh timnya telah sesuai dengan Rencana Keperawatan (RENPRA) atau jika diperlukan
modifikasi maka akan dilakukan pengkajian lanjutan dan penetapan RENPRA yang baru sesuai
perkembangan perawatan pasien.
3
Pengendalian Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan
1 Standar Indikator Pelayanan Kesehatan
Standar indikator adalah tingkat keunggulan/capaian yang telah ditentukan sebelumnya yang
berfungsi sebagai panduan untuk praktik/pelayanan dan digunakan sebagai alat ukur yang
mengevaluasi apakah praktik/pelayanan sudah berjalan sesuai standar. Standar indikator
digunakan sebagai alat ukur, maka standar harus digunakan obyektif, terukur, dan dapat
dicapai.
Setiap organisasi dan profesi harus menetapkan standar dan tujuan untuk memandu praktisi
individu dalam melakukan perawatan yang aman dan efektif.
Dua belas (12) indikator mutu RS, tahun 2016
1. Kepatuhan identifikasi pasien
2. Emergensi respon time
3. Waktu tunggu rawat jalan
4. penundaan operasi elektif
5. kepatuhan visit dokter spesialis
6. waktu pelaporan hasil tes kritis
7. Kepatuhan penggunaan sesuai obat formularium
8. Kepatuhan Hand Hygiene
9. Kepatuhan terhadap Clinical Pathway
10. Kepatuhan pencegahan risiko jatuh
11. Kepuasan Pasien
12. Kecepatan waktu tanggap komplain
Perawat harus berkontribusi dalam pencapaian standar indikator mutu karena tugas
keperawatan terlibat dalam identifikasi pasien, kepatuhan hand hygiene, melaksanakan unsur
nursing pathway dalam clinical pathway, pencegahan risiko jatuh, kepuasan pasien, komplain,
pelaporan tes kritis, dan asuhan pre operasi sebelum operasi.
4
2 Standar Sasaran Keselamatan Pasien
Identifikasi Pasien
Angka ketepatan Identifikasi pasien adalah 100%. Perawatan berkontribusi terhadap
tercapainya sasaran keselamatan pasien. Dalam Identifikasi pasien implementasinya perawat
wajib melaksanakan identifikasi sebelum melaksanakan asesmen dan intervensi keperawatan
baik yang bersifat mandiri maupun kolaborasi. Identifikasi pasien minimal menggunakan dua
data yaitu nama dan tanggal lahir/no Rekam Medis. Identifikasi pasien dapat dilakukan baik
secara verbal maupun visual dengan melihat nama dan tanggal lahir pada gelang identitas, atau
membandingkan wajah dengan foto dalam rekam medis pada pasien-pasien tertentu yang tidak
memungkinkan identifikasi secara verbal. Selain ada gelang identitas juga ada gelang penanda
yang harus diketahui yaitu:
• penanda warna biru untuk laki-laki
• penanda merah muda untuk wanita
• penanda ungu untuk pasien yang menyatakan persetujuan Do Not Resusitasi/DNR
• penanda merah untuk pasien dengan risiko alergi
Komunikasi Efektif
Angka kesalahan dalam berkomunikasi targetnya adalah 0%. Komunikasi efektif yang harus
diperhatikan adalah komunikasi antar pemberi asuhan dan komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga. Komunikasi efektif per telepon perlu disampaikan secara terstruktur
menggunakan pendekatan Situasi, Background, Analisis, Rekomendasi (SBAR), dan yang
menerima melaksanakan read-back atau Tulis Lengkap Baca Ulang Konfirmasi (Tulbakon).
Isi dari komunikasi obat terutama pada komunikasi terkait obat perlu memperhatikan Look
alike dan sound-alike (LASA) dengan cara mengeja obat dengan kode singkatan internasional
yang sudah disepakati.
5
Meningkatkan keamanan obat
Angka kesalahan obat targetnya adalah 0%. Upaya peningkatan keamanan obat adalah sebelum
melaksanakan prinsip 6 benar obat dimana perawat sebelum memberikan obat harus
melakukan pengecekan benar orang, benar obat, benar rute, benar dosis, benar rute dan
dokumentasi. Disamping itu perawat harus memahami pengelolaan penyimpanan obat, model
delivery Unit dose dan juga mewaspadai dan mengetahui obat-obat dengan Nama Obat Rupa
Mirip (NORUM) dan Look alike dan sound alike (LASA).
Selain itu juga bertugas dalam surgical checklist. Proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen,
foto (images), dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang; Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan. Kebijakan
dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi
6
• Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
• Setelah kontak pasien;
• Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Kejadian akibat tidak melaksanakan sasaran keselamatan pasien adalah terjadi insiden. Insiden
meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak
Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Selain Insiden di atas, terdapat KTD yang
mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang
tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian
sentinel.
7
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 ed. Wolter Kluwer,
rd