Oleh:
Gede Arya Sutha
Surya
02
Orientasi
Raden Ajeng Kartini atau dikenal dengan Ibu Kartini merupakan keturunan dari
keluarga terpandang Jawa. Kartini lahir 21 April 1879, dimana pada saat itu adat-
istiadat masih erat dipegang oleh masyarakat, termasuk keluarganya.
Kartini pernah merasakan bangku sekolah hingga tamat sekolah dasar. Karakternya
yang haus dengan ilmu pengetahuan membuatnya ingin terus melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi.
Akan tetapi, ayahnya tidak memberikan izin untuk melanjutkan sekolah. Mengetahui
sikap ayahnya, Kartini sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa mengubah keputusan
ayahnya. Karena dia adalah anak yang pada zamannya masih terbelenggu oleh
keadaan.
Justru Kartini tidak boleh lagi keluar rumah sampai tiba waktu menikah. Demi
menghilangkan rasa bosan, dia menghabiskan waktunya untuk membaca buku ilmu
pengetahuan. Lambat laun pengetahuannya bertambah dan wawasannya meluas.
Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih kebebasan
mereka untuk bisa bersekolah. Rasa kagumnya itu membuat ia ingin memajukan
wanita Indonesia.
Dalam pandangannya, wanita tidak hanya bisa urusan "belakang" rumah tangga saja.
Melainkan wanita juga harus bisa dan punya wawasan ilmu yang luas. Dia pun mulai
mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari baca dan tulis serta ilmu
pengetahuan lainnya. Semakin hari, dia disibukkan dengan aktivitas membaca dan
mengajarnya.
Kartini juga memiliki banyak teman di Belanda dan sering sekali berkomunikasi
dengan mereka. Bahkan sempat dia memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk
memberikannya beasiswa sekolah di Belanda.
Berkat kegigihan dan dukungan suami, Kartini mendirikan sekolah wanita di berbagai
daerah. Sekolah wanita itu dikenal dengan nama Sekolah Kartini.
Reorientasi
Sesuai dengan Keppers No 108 tahun 1964 pada 2 Mei 1964. Kartini resmi digelari
pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal
21 April sebagai Hari Kartini. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan, tidak
hanya di Indonesia melainkan hingga di kota-kota Belanda. W.R Supratman bahkan
membuatkan lagu yang kita kenal dengan Ibu Kita Kartini untuk mengenang jasa-
jasanya.