Anda di halaman 1dari 33

Peran Dokter Umum dalam Program WHO 3 by 5

Samsuridjal Djauzi, Teguh H. Karjadi


Subbagian Alergi dan Imunologi Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
CURRICULUM VITAE

Nama : Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FACP

Tempat / Tgl. Lahir : Bukittinggi, 3 Mei 1945

Pendidikan : - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 1969


- Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FKUI, tahun 1976
- Konsultan Alergi-Imunologi, tahun 1986
- Pendidikan Doktor FKUI, tahun 1999
- Honorary Fellow of American College of Physician,
tahun 2001
- Guru Besar FKUI, tahun 2004

Jabatan sekarang : - Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FKUI/RSUPN.CM
- Direktur RS. Kanker Dharmais
Perkembangan Baru Penatalaksanaan AIDS

1. Cara penularan melalui narkoba suntikan semakin


menonjol
2. Penularan melalui hubungan seksual tidak aman
belum terkendali
3. Tersedianya obat ARV generik yang efektif dan
harganya lebih terjangkau
Resiko Penularan HIV

1. Hubungan seksual tidak aman


2. Penggunaan narkoba suntikan
3. Kecelakaan di tempat kerja (terutama
dilayanan kesehatan)
4. Ibu hamil ke bayi
Mencegah penularan HIV

1. Penyuluhan
2. Layanan testing dan konseling sukarela
3. Pelayanan diagnosis
4. Layanan terapi
5. Dukungan psikologi dan sosial
HIV Dikalangan Remaja Pengguna
Narkoba Suntikan

Puskesmas Kampung Bali dan YPI


Remaja yang dijangkau 1450 orang
Menjalani testing dan konseling sukarela 200 orang
HIV positif 186 orang (93%)
Perjalanan Penyakit

Tanpa
Tes
HIV gejala AIDS
HIV
5-10 tahun 6 bl-2 tahun
3 bulan
Mitos tentang pengobatan HIV

1. Masih bersifat penelitian


2. Sangat kompleks
3. Mahal
Program WHO 3 by 5

Diluncurkan 1 Desember 2003


3 juta Odha kan mendapat ARV pada akhir tahun 2005
Di Indonesia 10.000 Odha kan mendapat ARV pada
akhit th 2005
Layanan Melalui RS namun dapat diperluas ke
layanan kesehatan lain termasuk Poliklinik Karyawan
Empat pertanyaan dasar

1. Kapan mulai pengobatan


2. Kombinasi obat yang digunakan
3. Kapan obat diganti
4. Bagaimana memantau hasil pengobatan
Mulai terapi

¾ HIV positif dan


¾ AIDS (ada gejala) atau
¾ CD4 kurang dari 200 atau
¾ Limfosit total kurang dari 1200
Infeksi Oportunistik di RSCM

Infeksi Oportunistik Frekuensi


Kandidiasis mulut - esofagus 80,8 %
Tuberkulosis 40,1 %
Sitomegalovirus 28,8 %
Ensefalitis toksoplasma 17,3 %
Pneumonia P. carinii (PCP) 13,4 %
Herpes simpleks 9,6 %
M. avium kompleks (MAC) 4,0 %
Kriptosporodiosis 2,0 %
Histoplasmosis paru 2,0 %
Obat yang digunakan

2 NTI + 1 NNTI atau


2 NTI + 1 PI
Obat yang Tersedia di Indonesia

AZT
Duviral
3TC
Nevirapin → Neviral
Stavudin
Evafirenz
Indikasi Mengganti terapi

1.Kegagalan pengobatan
2.Toksisitas ARV
Sasaran WHO

¾ Layanan untuk 6 juta orang pada tahun 2010

¾ 50 % pada 2005
Keadaan Indonesia

ƒ Perkiraan jumlah kasus 120 ribu orang


ƒ Peningkatan cepat akibat penggunaan
narkoba suntikan
ƒ ARV sudah tersedia sejak lama namun
mahal
ƒ ARV generik tersedia sejak 2001 (600
ribu/bulan)
Hasil pengobatan

¾ Perbaikan klinis nyata


¾ Bisa produktif
¾ Setelah 6 bulan terapi sebagian
besar Viral load undetectable
Foto Kampung Bali

Lingkungan rumah di belakang Puskesmas


Lingkungan Pasar Loak
Gerakan akses terapi
ƒ Layanan akses diagnostik dan terapi di Indonesia sejak 3
tahun yang lalu
ƒ Dua tahun terakhir, dengan tersedianya obat ARV
generik layanan meningkat tajam (2000 odha)
ƒ Persetujuan kerjasama GPO Thailand dan Indofarma
ƒ Import obat ARV generik oleh Indofarma
ƒ Layanan VCT gratis di Jakarta (Kerjasama antar LSM dan
Pokdisus)
ƒ Tgl 20-24 september 2002: Pertemuan Canberra
Merubah sikap tentang AIDS

Tidak peduli Peduli

• Penatalaksanaan oleh • Dokter umum


dokter ahli
• Memerlukan peralatan • Peralatan sederhana
canggih
• Memberhentikan pekerja • Tetap bekerja &
mendapat dukungan
• Menyebarluaskan • Menjaga kerahasian
diagnosis

Anda mungkin juga menyukai