Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 8

Astagfirullah, BAB ku Berdarah


LBM 3 Paliatif Dan Menjelang Ajal
Tutor:
Ns. Aprilia Yulianti W., M.Kep.,Sp.Kep.Mat
1. Arviani Syaputri (30901700009)
2. Dewi Ayu Wulansari (30901700019)
3. Feby Saskiya Putri (30901700029)
4. Inayatul Mukaromah (30901700038)
5. Meidinda Yumnaning Hasna (30901700047)
6. Nita Arfiana (30901700058)
7. Rika Vianti (30901700072)
8. Sholihatun (30901700083)
9. Umi Khudoifah (30901700095)
10. Zaharani Aida (30901700106)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
Penjabaran Pembelajaran LBM

Lembar Belajar Mahasiswa 3

Judul : Astagfirullah, BAB ku Berdarah


Skenario

Seorang laki- laki, usia 55 tahun sudah 3 hari dirawat diruang rawat inap dengan
diagnosa Ca Colon. Saat ini, pasien mengeluh nyeri saat buang air besar sejak 2 bulan
yang lalu dan nafsu makan menurun. Hasil pengkajian didapatkan data: berat badan
menurun 10% sejak 2 bulan yang lalu, mata cekung, mukosa bibir kering, teraba massa
pada kuadran kiri bawah, BAB disertai darah, hasil biopsi didapatkan malignancy pada
jaringan, namun belum metastase, hasil lab: Hb: 10,90 g/dL, albumin: 2,3 g/dl. Dokter
merencanakan tindakan pemasangan kolostomi permanen dan dilanjutkan dengan
tindakan kemoterapi. Istri dan anak pasien menangis mendengar pasien akan dioperasi
dan kemoterapi, pasien cemas akan efek kemoterapi dan masih denial jika harus
terpasang kolostomi seumur hidup. Perawat berusaha untuk memberikan penenangan
dengan komunikasi yang terapeutik pada pasien dan keluarga.

KATA KUNCI :

1. Nafsu makan menurun, BB menurun 10% (ZAHARANI)


2. Komunikasi pada pasien paliatif, Ca Colon, nyeri (MEIDINDA)
3. Bab disertai darah (UMI)
4. Terasa massa pada kuadran kiri bawah (NITA)

PROBLEM :

- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (RIKA)


- Cemas (MEIDINDA)
- Nyeri (DEWI)
STEP 1 KATA SULIT :

1. Malignancy (UMI)
Jawab :
o Keganasan sel dalam tubuh manusia (DEWI)
o Tumor yg memiliki sifat ganas yg dapat merusak jaringan di sekitarnya
(RIKA)

2. Metastase (NITA)
Jawab :
o Penyebaran sel kanker ke organ lainnya (SHOLIHATUN)
3. Biposi (ZAHARANI)
Jawab :
o Pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan lab (FEBY)
o Bertujuan mendeteksi adanya penyakit atau mencocokan jaringan sebelum
dilakukan transpalasi (MEIDINDA)
o Digunakan untuk membedakan tumor jinak dengan kanker (NITA)

STEP 2 MENCARI MASALAH :

1. Apa pengertian dari Ca Colon ? (DEWI)


2. Apa penyebab dari Ca Colon ? (UMI)
3. Tanda dan gejala Ca Colon ? (RIKA)
4. Bagaimana patofisiologi Ca Colon ? (DEWI)
5. Pemeriksaan penunjang pada Ca Colon ? (VIA)
6. Komplikasi Ca Colon ? (RIKA)
7. Bagaimana penatalaksanaan Ca Colon ? (FEBY)
8. Bagaimana pengobatan dan perawatan Ca Colon ? (ZAHARANI)
9. Bagaimana kebutuhan psikologis pada pasien paliatif dengan Ca Colon? (INA)
10. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada pasien dengan Ca Colon? (RIKA)
11. Bagaimana manajemen nyeri pada pasien kanker? (NITA)
12. Bagaimana komunikasi terapeutik pd pasien dan keluarga dengan kondisi paliatif ?
(SOLIHATUN)
13. Askep yang dilakukan berdasarkan skenario tersebut ? (MEIDINDA)
STEP 3 MENGANALISIS DENGAN BRAINSTROMING :

1. Apa pengertian dari Ca Colon ? (DEWI)


Jawab :

FEBY Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil
terakhir dari usus besar sebelum anus).Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna
yang muncul dari jaringan epitel dari kolon atau rektum. memiliki beberapa tahapan
penyakit atau stadium penyakit yaitu : stadium 1 hingga stadium 4. Hal ini tergantung
dengan perkembangan dan keparahan penyakit, pada stadium 4 kanker telah
menyebar ke organ tubuh lainnya.

ARVIANI Kanker kolorektal merupakan kanker yang menyerang bagian usus


besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker
kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi
tumor (Sumber: Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FACP dalam
buku HARPA (Harapan Terpadu) Yayasan Kanker Indonesia ).
Kanker kolon atau usus besar merupakan kanker yang menyerang daerah usus besar.
Perkembangan kanker ini sangat lambat, sehingga sering diabaikan oleh penderita.
Pada stadium dini, sering sekali tidak ada keluhan dan tidak ada rasa sakit yang berat.
Penderita kanker jenis ini umumnya datang ke dokter setelah timbul rasa sakit yang
berlebihan (stadium lanjut), sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit (Mangan,
2009).

INAYATUL Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari
jaringan epitel dari kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas
yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar
pada sistem pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya
kolon berada dibagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7
cm di atas anus. Kolon dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh
dan membuang zat-zat yang tidak berguna.
MEIDINDA Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar
(kolon), atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus
(rektum). Kanker ini bisa dinamai kanker kolon atau kanker rektum, tergantung pada
lokasi tumbuhnya kanker

2. Apa penyebab dari Ca Colon ? (UMI)


Jawab :

DEWI Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kanker kolon menurut
Soebachman, 2011:
a. Usia
b. Polip jika ditemukan polip khususnya adenomatosa sebaiknya langsung
dihilangkan karena untuk mencegah terjadinya kanker kolon
c. Riwayat kanker
d. Faktor keturunan
e. Penyakit kolitis (radang kolon) yang tdak diobati
f. Kebiasaan merokok
g. Kelebihan BB dan kurang berolahraga
h. Pola makan yang sembarangan
i. Infeski virus HPV (Human Papiloma Virus)

FEBY Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui. Penelitian
saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar untuk kanker
kolorektal. Mutasi dari gen Adenomatous Polyposis Coli (APC) adalah penyebab
Familial Adenomatous polyposis (FAP), yang mempengaruhi individu membawa
resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun. Banyak
faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya
adalah :

a. Diet tinggi lemak, rendah serat  Diet rendah serat dan tinggi lemak diduga
meningkatkan risiko karsinoma kolorektal. Seseorang dengan asupan rendah serat
mempunyai risiko 11 kali lebih besar terkena karsinoma kolorektal dibandingkan
dengan tinggi serat. Serat memberikan efek protektif dari sel kanker dengan
mempercepat waktu kontak antara karsinogen dan usus besar saat penggumpalan
feses, sehingga menipiskan dan menonaktifkan karsinogen. Efek protektif juga
diperoleh dari antioksidan pada sayur dan buah. Selain itu, asam lemak rantai
pendek hasil fermentasi serat meningkatkan diferensiasi sel atau menginduksi
apoptosis

b. Usia lebih dari 50 tahun.

c. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal


mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.

NITA

Meskipun penyebabnya belum diketahui, ada beberapa faktor yang dapat memicu
kanker kolorektal, yaitu:

• Usia. Risiko kanker kolorektal akan meningkat seiring bertambahnya usia. Lebih
dari 90% kasus kanker kolorektal dialami oleh seseorang berusia 50 tahun atau
lebih.

• Riwayat penyakit. Seseorang dengan riwayat penyakit kanker atau polip


kolorektal lebih berisiko terserang kanker kolorektal. Begitu juga seseorang dari
keluarga yang pernah mengalami penyakit kanker atau polip kolorektal.

• Penyakit genetik. Seseorang dengan penyakit yang diturunkan dari keluarga,


seperti sindrom Lynch, berisiko tinggi mengalami kanker kolorektal.

• Radang usus. Kanker kolorektal berisiko tinggi menyerang penderita kolitis


ulseratif atau penyakit Crohn.

• Gaya hidup. Kurang olahraga, kurang asupan serat dan buah-buahan, konsumsi
minuman beralkohol, obesitas atau berat badan berlebih, dan merokok
meningkatkan risiko kanker kolorektal.

• Radioterapi. Paparan radiasi pada area perut meningkatkan risiko kanker


kolorektal.

• Diabetes.
3. Tanda dan gejala Ca Colon ? (RIKA)
Jawab :

INAYATUL Menurut Alteriet al, (2011) Gejala umum dari ca colon ditandai oleh
perubahan kebiasaan buang air besar. Gejala tersebut meliputi:

a. Diare atau sembelit


b. Perut terasa penuh
c. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
d. Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau kembung.
f. Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
g. Merasa sangat lelah sepanjang waktu
h. Mual atau muntah

SHOLIHATUN
a. Perut terasa nyeri, kembung, dan tegang
b. Kadang-kadang jika diraba terasa adanya tonjolan pada perut
c. Nafsu makan menurun
d. Keluar darah dari dubur
e. Tanda-tanda adanya penyempitan dan penyumbatan dari usus besar
f. sampai dubur, seperti susah buang air besar Mangan (2009)

ARVIANI Tanda dan gejala sangat bervariasi dan tidak spesifik. Tumor yang
isinya adalah cairan Gejalanya klinis sering berupa rasa penuh nyeri, nyeri abdomen,
perdarahan dan symptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan
penurunan BB) Tanda dan gejala pada pasien kanker kolon menurut Mangan (2009):

a. Perut terasa nyeri, kembung, dan tegang


b. Kadang-kadang jika diraba terasa adanya tonjolan pada perut
c. Nafsu makan menurun
d. Keluar darah dari dubur
e. Tanda-tanda adanya penyempitan dan penyumbatan dari usus besar sampai dubur,
seperti susah buang air besar.
4. Bagaimana patofisiologi Ca Colon ? (DEWI)
Jawab :

ZAHARANI Pertumbuhan kanker dapat menghasilkan efek sekunder, meliputi


penyumbatan lumen usus dengan obtruksi dan ulserasi pada dinding usus serta
pendarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jarinagan lain.

NITA Menurut Diyono (2013), tingkatan ca colon dari duke sebagai berikut :
• Stadium 1 : Hanya terbatas pada mukosa kolon (dinding
• rectum dan kolon).
• Stadium 2 : Menembus dinding otot, tapi belum metatase.
• Stadium 3 : Melibatkan kelenjar limfe.
• Stadium 4 : Metatase kelenjar limfe yang berjauhan dan organ lain.

MEIDINDA
5. Pemeriksaan penunjang pada Ca Colon ? (VIA)
Jawab :

RIKA Syarat diet:


- tinggi protein : 1,5 - 2,0 g /kg BB untuk mengganti kehilangan berat badan,
- tinggi kalori : 25 - 35 kcal/ kg BB,dan 40 - 50 kcal/ kg BB untuk mengganti
simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang. Bila terjadi infeksi perlu
tambahan kalori sesuai dengan keadaan infeksi.
- lemak : 25 o/o NPC 1
- makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan porsi kecil
dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
Bila kehilangan berat badan mencapai lebih dari 20 °/o dapat diberikan ·Total
Parenteral Nutrition (TPN), sesuai dengan kondisi pasien
- bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks ( vitamin 86, Asam
pantotenik 1 asam folat, dll) vitamin A, dan vitamin C
Strategi makanan: konsumsi zat gizi sesuai kebutuhan, suplemen untuk memenuhi
kebutuhan gizi dan modifikasi bentuk makanan maupun pola makan saat ada
gangguan. Pada saat ada gangguan mual dan muntah, maka makanan diberikan
dalam bentuk porsi kecil tapi sering. Dengan memberikan makanan ekstra roti dan
telur pada malam hari pukul 20.00 WIB. Dapat juga dilakukan dengan
memberikan ekstra   puding dari susu dan telur.

SHOLIHATUN Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik


sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan
dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, danuntuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan biopsi.

• Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah :


foto dada dan fotokolon (barium enema).Pemeriksaan dengan enema barium
mungkin dapat memperjelas keadaan tumor danmengidentifikasikan letaknya.
Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana
terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinantidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum
dilakukan setelahsigmoidoscopy dan colonoscopy

• Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan


menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang,
kulit, organ dan sebagainya.8.

• Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan


anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit
meningkat atau berkurang

UMI

a. Pemeriksaan laboratorium klinis


Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk menegakkan
diagnosa maupun monitoring perkembangan atau kekambuhannya. Pemeriksaan
terhadap kanker ini antara lain pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan
tinja yang merupakan pemeriksaan rutin.
b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah
terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi
usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa
definitif. Dari pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik
berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.

c. Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau
menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double
kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip
yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi,
merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk
pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai
pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker
yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan menggunakan barium enema sangat
rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah
kontras larut air harus digunakan daripada barium enema.

Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI),


Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon,
tetapi teknik ini bukan merupakan skrining tes.

d. Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon


dan rektum (Sayuti, 2019).

FEBY

a. Pemeriksaan laboratorium klinis  pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan


pemeriksaan tinja yang merupakan pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan radiologi
c. Kolonoskopi  Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran
seluruh mukosa kolon dan rektum

• Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI),


Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon,
tetapi teknik ini bukan merupakan skrining tes

6. Komplikasi Ca Colon ? (RIKA)


Jawab :

DEWI
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yangmenyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. 
f. Pembentukan abses

MEIDINDA Komplikasi yang dapat muncul akibat kanker kolorektal adalah


obstruksi, perdarahan saluran cerna bagian bawah, dan perforasi kolon. Perforasi
kolon juga merupakan komplikasi dari divertikulitis. Komplikasi juga dapat muncul
setelah tindakan operasi, seperti infeksi dan risiko kebocoran anastomosis.

7. Bagaimana penatalaksanaan Ca Colon ? (FEBY)


Jawab:

ARVIANI
a. Pembedahan  pembedahan adalah tindakan kuratif untuk penanganan kanker.
Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal
regional lymphadenoktomi sementara untuk mempertahankan fungsi dari kolon
(Cascianto, 2004)
b. Terapi radiasi terapi radiasi merupakan penanganan kanker dgn menggunakan
X-Ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Ada 2 cra pemberian terapi
radiasi, yaitu dengan eksternal dan internal. Pemilihan cara radiasi tergantung dgn
tipe stadium kanker ( Henry Ford, 2006)
c. Kemotherapi  kemoterpai adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan
penyakit. Bermanfaat menurunkan ukuran kanker sebelum operasimerusak sel-sel
kanker yang tertinggal setelah operasi

INAYATUL

a. Bedah
b. Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai
penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus
mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal tetapi juga harus tetap
mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya (Casciato DA, 2004).
c. Radioterapi
d. Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray
berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian
terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Pemilihan
cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari kanker

NITA Penatalaksanaan Keperawatan:

a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.

b. Meningkatkan kenyamanan.

c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

d. Mencegah komplikasi.

e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan.

Penatalaksanaan Diet

a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat


dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.

b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)

c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol


tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.

d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal


tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.

e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.

f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.


MEIDINDA

Penatalaksanaan medis :Terapi anjuvant (kemo, radiasi, imunoterapi). Terapi


radiasi  pra-intra-pasca operatif

• Staduim 0  berupa polip dimukosa kolon, disebut juga precursor ca 


pemotongan polip

• Stadium 1  tumor tumbuh dimukosa usus  pembedahan

• Stadium 2  tumor mrnyebar hingga lapisanmuskularis mukosa


pembedahan

• Stadium 3  tumor menyebar ke kelenjar getah bening  pembedahan,


kemoterapi, radiasi

• Stadium 4  tumor bermetastase  kemoterapi

Penatalaksanaan keperawatan :

a. PRA OPERATIF

- Pastikan prosedur valid

- Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang prosedur

- Pemasangan NGT membuang secret dan pengosongan isi lambung

- Prosedur persiapan usus

b. PASCA OPERATIF
- Monitor ttv intake output
- Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen
- Sediakan obat anti nyeri
- Kaji posisi dan kepatenan NGT
- Kaji warna, jumlah dan bau dreinase dan kolostomi
- Hindari pemasangan temperature rektal
- Pertahankan cairan IV
- Anjurkan ambulasi
8. Bagaimana pengobatan dan perawatan Ca Colon ? (ZAHARANI)
Jawab :

RIKA 

a. Operasi
Tindakan medis ini merupakan penanganan utama untuk kanker kolorektal.
Pertama-tama, dokter akan melakukan reseksi, yaitu memotong bagian kolon
atau rektum yang ditumbuhi kanker. Selain itu, jaringan dan kelenjar getah
bening di sekitar bagian usus yang terkena kanker juga akan diangkat.
Selanjutnya akan dilanjutkan dengan langkah anastomosis, yaitu
penyambungan masing-masing ujung saluran cerna yang dipotong dengan cara
dijahit.
b. Kemoterapi dan Radioterapi
Kedua terapi ini bertujuan untuk membunuh sel kanker dan menghentikan
perkembangbiakannya. Kemoterapi bisa diberikan dalam bentuk obat tablet
(seperti capecitabine) atau suntikkan (5-fluorouracil, irinotecan, oxaliplatin).
Sedangkan radioterapi adalah terapi menggunakan sinar radiasi berkekuatan
tinggi yang bisa diberikan secara eksternal atau secara internal, yaitu dengan
memasukkan kateter atau kawat yang mengandung radiasi ke dalam area
tubuh yang terkena kanker.

DEWI

Perawatan pada Ca Colon apabila pasien sudah dilakukan tindakan operasi


pengangkatan tumor anas pada kolon dan rektum diikuti dengan pembuatan lubang
stoma untuk pengalihan pembuangan feses. Pemasangan stoma ini ada yang bersifat
sementara dan permanen bisa dilakukan perawatan stoma oleh perawat dan
mengajarkan kepada pasien agar bisa mandiri merawat stomanya

• Pengobatan bisa dilakukan dengan pembedahan dan juga kemoterapi


FEBY

Perawatan pre operasi  Perawatan pre operasi pasien sering ditemukan dengan
penurunan berat badan dan perubahan kebiasaan buang air besar. Untuk
mendapatkan gambaran yang akurat dari manifestasi klinik pada pasien
diperlukan pengkajian faktor resiko seperti riwayat keluarga dengan kanker,
ulserasi kolitis, atau poliposis familial. Pengkajian abdomen seperti ada tidaknya
ketidaknormalan abdomen, nyeri, distensi dan adanya massa. Diet tinggi kalori,
protein dan karbohidrat dapat diberikan secara parenteral jika dibutuhkan.
Pemeriksaan untuk memastikan bakteri pada tingkat yang rendah pada saat
preoperasi untuk menurunkan resiko infeksi . Mengidentifikasi kecemasan pasien
dan dukungan dan suport sistem, mulai dari penjelasan tentang pengobatan dan
prosedur yang akan dilakukan. Memberikan kesempatan pasien untuk berdiskusi
tentang prosedur yang akan dilakukan dengan tim kesehatan. Jika dilakukan
tindakan kolostomi diperlukan enterostomal therapy nurse untuk edukasi tentang
kolostomi dan perawatannya.

Post operasi  Setelah pasien keluar dari ruang operasi atau ICU dan
dikirim ke ruang perawatan, perawat tetap melakukan pengkajian dan intervensi
seperti pada ruang perawatan intensif. Pengkajian dan intervensi pada keadaan
post anestesi general dapat menyebabkan komplikasi sehingga tetap memerlukan
monitoring sistem respiratori, kardiovaskular, renal dan cairan elektrolit. Perawat
harus melakukan monitoring output dan melakukan perwatan khusus stoma
terutama menjaga kontaminasi bakteri ke luka insisi. Pengkajian stoma apakah
stoma mengalami iskemia. Stoma harus dalam keadaan merah dan lembab,
seandainya stoma gelap dan kehitam-hitaman maka segara laporkan ke dokter
bedah untuk dilakukan tindakan secepatnya. Jika dilakukan abdominoperineal
reseksi dengan kolostomi dan drain maka penggantian dressing dan memonitor
output drain harus dilakukan dengan baik. Diagnosa keperawatan pada kondisi
seperti ini adalah resiko injuri dan efektifitas managemen terapi regimen.

9. Bagaimana kebutuhan psikologis pada pasien paliatif dengan Ca Colon? (INA)


Jawab :

MEIDINDAHasil:Penelitian menemukan 9 tema yaitu


a. respon psikologis pasien saat terdiagnosa kanker
b. proses pengambilan keputusan pengobatan pada pasien kanker
c. faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pengobatan
d. respon psikologis pasien kanker selama menjalani kemoterapi
e. dampak yang dialami pasien kanker selama menjalani kemoterapi
f. upaya dalam menghadapi dampak yang dialami selama menjalani kemoterapi
g. keyakinan terhadap keberhasilan pengobatan
h. perubahan yang dirasakan selama menjalani kemoterapi
i. harapan selama menjalani pengobatan kemoterapi.

DEWI

Pasien yang mengalami kanker memperlihatkan adanya stres dan depresi yang
ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas
dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah
terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya. Kemungkinan terjadinya gangguan
psikologi seperti depresi, kecemasan,kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak
berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker (Hadjam 2000).

• Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1109 Tahun 2007,terapi komplementer


bisa dilakukan di sarana kesehatan,
• terapi komplementer yang bisa digunakan adalah terapi hipnosis atau
hypnotherapi

10. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada pasien dengan Ca Colon? (RIKA)


Jawab :

SHOLIHATUN
o Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yangmemicu sel
kanker.
o Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
o Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yangterdapat pada daging hewan.
o Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicusel karsinogen / sel kanker.
o Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. Melaksanakan
aktivitas fisik atau olahraga secara teratur

RIKA

Syarat diet:

- tinggi protein : 1,5 - 2,0 g /kg BB untuk mengganti kehilangan berat badan,

- tinggi kalori : 25 - 35 kcal/ kg BB,dan 40 - 50 kcal/ kg BB untuk mengganti


simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang. Bila terjadi infeksi
perlu tambahan kalori sesuai dengan keadaan infeksi.

- lemak : 25 o/o NPC 1

- makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan porsi
kecil dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan sesuai dengan
kondisi pasien. Bila kehilangan berat badan mencapai lebih dari 20 °/o dapat
diberikan ·Total Parenteral Nutrition (TPN), sesuai dengan kondisi pasien
- bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks ( vitamin 86, Asam
pantotenik 1 asam folat, dll) vitamin A, dan vitamin C

Strategi makanan: konsumsi zat gizi sesuai kebutuhan, suplemen untuk


memenuhi kebutuhan gizi dan modifikasi bentuk makanan maupun pola
makan saat ada gangguan. Pada saat ada gangguan mual dan muntah, maka
makanan diberikan dalam bentuk porsi kecil tapi sering. Dengan memberikan
makanan ekstra roti dan telur pada malam hari pukul 20.00 WIB. Dapat juga
dilakukan dengan memberikan ekstra   puding dari susu dan telur.

11. Bagaimana manajemen nyeri pada pasien kanker? (NITA)


Jawab :

MEIDINDA
Modifikasi pengendalian nyeri pro diri merupakan salah satu metode
alternatif yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam
mengatasi nyeri secara mandiri sehingga aktivitasnya dapat meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan nyeri dan aktivitas serta
membuktikan bahwa modifikasi pro-self pain control dapat menurunkan nyeri
dan meningkatkan aktivitas pada pasien kanker kolorektal yang menjalani
kemoterapi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara nyeri dan
aktivitas. Kontrol nyeri pro-diri yang dimodifikasi dapat mengurangi nyeri dan
meningkatkan aktivitas pada pasien dengan kanker kolorektal yang menjalani
kemoterapi.

12. Bagaimana komunikasi terapeutik pd pasien dan keluarga dengan kondisi


paliatif ? (SOLIHATUN)
Jawab :

UMI
komunikasi terapeutik merupakan salah satu hal penting yang diinginkan oleh
pasien dan keluarganya dalam perawatan penyakitnya. Lebih lanjut komunikasi
terapeutik menurut pasien dan keluarga yaitu pemberian informasi yang jujur dan
jelas terkait penyakitnya, komunikasi dengan empati (Virdun et al., 2017).
Pasien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan menegaskan bahwa
komunikasi merupakan elemen utama dari kualitas perawatan dan kepuasan keluarga
pada PCU. Ada 5 elemen komunikasi yang berfungsi sebagai struktur untuk edukasi
dan sebagai alat untuk memperbaiki kualitas pada perawatan rawat inap paliatif yaitu
:
a. membangun hubungan baik dengan pasien dan keluarga untuk membangun
kepercayaan dan kekerabatan;
b. Menjelaskan harapan dan tujuan perawatan;
c. mempertahankan pasien dan keluarga di informasikan tentang kondisi pasien;
d. mendengarkan secara aktif untuk memvalidasi perhatian pasien dan kebutuhan
individu; dan
e. menyediakan tempat yang aman untuk percakapan tentang kematian dan
proses kematian (Minanton, 2019).

INYATUL

a. Menunjukan empati dan dukungan emosional


b. Menunjukan empati dan dukungan emosional merupakan salah satu pusat dari
Komunikasi terapeutik Cara menunjukan empati dan dukungan emosi yaitu
dengan cara membantu mereka merasa dipahami dan didukung bisa dengan
cara mengakui emosi pasien.
c. Menghargai pasien atau rasa hormat
d. Yaitu bagaimana perawat mampu menjaga privasi pasien dan menghormati
keputusan pasien tentang keinginan dia mendiskusikan topik yang sensitif,
seperti diagnose atau kabar buruk.
e. Memberikan informasi yang jelas, terbuka dan jujur.
Yaitu tujuannya untuk membantu pasien dalam memahami maksud tindakan
perawat dan informasi tersebut dapat membuat pasien merasakan kemudahan
dan mengurangi harapan yang tidak realistis
ARVIANI

a. Fase Denial ( pengikraran ) Reaksi pertama individu ketika mengalami


kehilangan adalahsyok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn
itu terjadi dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi” 
Teknik komunikasi yang di gunakan :

o Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yangkontruktif


dalam menghadapi kehilangan dan kematian,
o Selalu berada di dekat klien,
o Pertahankan kontak mata
b. Fase anger  ( marah ) Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan
kenyataanyang terjadinya kehilangan. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku
agresif, bicara kasar,menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun
dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain,
mukamerah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepal. Teknik
komunikasi yang di gunakan adalah:
o Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan me
nggunakan teknik respek
c. Fase bargening (  tawar menawar ) Apabila individu sudah mampu
mengungkapkan rasamarahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase
tawar menawardengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di
nyataka dengan kata kata “kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka
sayaakan selalu berdoa“  Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
o Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar danmenanyakan
kepada pasien apa yang di inginkan
d. Fase depression Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain
menarikdiri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien
yangsangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakankeputus
asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugomenurunTeknik
komunikasi yang di gunakan adalah:
o Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dankeluarga
mengekspresikan kesedihannya

MEIDINDA

Karakteristik komunikasi terapeutik: menunjukan empati dan dukungan


emosional, rasa hormat or dignity, informasi yang jelas, terbuka dan jujur,
mengklarifikasi dan fokus pada informasi yang lebih disukai dan dibutuhkan pasien
dan keluarga, menghindari pemberian harapan palsu dan kata-kata pelembut,
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan penggunaan nonverbal, pendengar
secara aktif dan baik. Manfaat komunikasi terapeutik yaitu meningkatkan kepuasaan
pasien dan keluarga dan membangun hubungan interpersonal. Hambatan berasal dari
perawat, pasien dan institusional. Strateginya yaitu training skill communication bagi
perawaterawat perlu mengetahui karakteristik, hambatan, manfaat serta strategi
berkomunikasi terapeutik karena komunikasi tersebut adalah inti dari pelayanan
kanker dan paliatif.

13. Askep yang dilakukan berdasarkan skenario tersebut ? (MEIDINDA)


Jawab :

RIKA
DATA DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEP HASIL
DS : Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
- Pasien mengeluh b.d. agen Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
nyeri saat buang air cedera tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi lokasi,
besar sejak 2 bulan fisiologis diharapkan tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
yang lalu Keterangan : frekuensi, kualitas, intensitas
Indikator awal Akh
- Nafsu makan 1. Menurun nyeri
ir
menurun 2. Cukup menurun  Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan 2 3
DO : 3. Sedang  Identifikasi respons nyeri
- nyeri
Teraba massa pada 4. Cukup meningkat
Meringis 2 4 non verbal
kuadran2.kiri bawah 5. Meningkat
3. Gelisah 2 3 Terapeutik:
- Hasil biopsi
didapatkan  Berikan teknik
malignancy pada nonfarmakologi untuk
jaringan, namun mengurangi rasa nyeri
belum metastase  Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

UMI
Analisa data :
a. DS : Pasien mengatakan selalu buang air besar sejak 2 bulan yang lalu
danNafsu makan menurun
b. DO:
o BB turun 10% sejak 2 bulan yang lalu
o Mukosa bibir kering

Diagnosa :

Dx. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan mencerna makan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

o Klien nafsu makan kembali


o BB klien bertambah 2 kg
o Tidak mual lagi setelah makan

Intervensi :

Mandiri:

o Lakukan atau bantu klien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan

o Identifikasi adanya alergi makanan yang dimiliki klien

o Timbang berat badan klien secara teratur


o Monitor adanya mual dan muntah

o Identifikasi perubahan berat badan terakhir

o Monitor asupan kalori setiap hari

o Kaji makanan kesukaan klien

Kolaborasi:

o Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet klien.

MEIDINDA
PENGKAJIAN
o Identitas pasien :
o Nama : Tn. L
o Usia : 55 tahun
o Jenis kelamin : laki-laki
o Riwayat Kesehatan :
o Sekarang : sudah 3 hari dirawat diruang rawat inap dengan diagnosa ca
colon. Saat ini, pasien mengeluh nyeri saat buang air besar sejak 2
bulan yang lalu dan nafsu makan menurun.
Pemeriksaan fisik :
Hasil pengkajian didapatkan data: berat badan menurun 10% sejak 2
bulan yang lalu, mata cekung, mukosa bibir kering, teraba massa pada kuadran
kiri bawah, BAB disertai darah,

Pemeriksaan diagnostic :
o hasil biopsi didapatkan malignancy pada jaringan, namun belum
metastase (stadium 1)
o hasil lab: hb: 10,90 g/dl (rendah) albumin: 2,3 g/dl. (rendah)
o Dokter merencanakan tindakan pemasangan kolostomi permanen dan
dilanjutkan dengan tindakan kemoterapi.
o Istri dan anak pasien menangis mendengar pasien akan dioperasi dan
kemoterapi, pasien cemas akan efek kemoterapi dan masih denial jika
harus terpasang kolostomi seumur hidup.
o Perawat berusaha untuk memberikan penenangan dengan komunikasi
yang terapeutik pada pasien dan keluarg
KONSEP MAPPING

RIKA
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, 2004. Perawatan Pasien Dengan Kolostomi Pada Penderita Kanker Kolorektal
[online], cited 28 December 2019, available from: http://www.digilib-usu.com
Society AC. Colorectal Cancer Facts & Figures 2014-2016. Color Cancer Facts Fig 2014; 1–
32.
Yayasan kanker HARPA. Edisi 2.2018. Jakarta.Yayasan Kanker Indonesia Prof. Dr. dr. Aru
Wisaksono Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FACP dalam buku HARPA (Harapan Terpadu)
Yayasan Kanker Indonesia
Harahap, 2004. Perawatan Pasien Dengan Kolostomi Pada Penderita Kanker Kolorektal
[online], cited 28 December 2019, available from: http://www.digilib-usu.com
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Colon. Bhayu Bangkit Arafat. Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP, 2015
Alteriet al, 2011. Colorectal Cancer Facts & Figure 2011-2013. Atlanta: American Cancer
Society
Bhayu bangkit Arafat. 2015. Asuhan keperawatan pada pasien kanker colorectal. Fakultas
Ilmu Keperawatan UMP
Black, J.M., & Hawks., J.H. (2009). Medical Surgical Nursing. Ed 8. Sauder Elsevier.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. 2018.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKkolorektal.pdf
Andra Saferi Wijaya, Y. M. (2013). KMB 1 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai