Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

JANTUNG KORONER

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :
Nita Arfiana (30901700058)

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Penyakit jantung koroner (PJK) diseluruh dunia merupakan kasus utama
penyebab kematian. Koroner adalah pembuluh darah atau arteri. Fungsinya adalah
memberi makan otot jantung supaya jantung dapat berfungsi dengan baik. Penyakit
jantung koroner disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner yang
mendarahi otot jantung (Handayani et al., 2020).
Penyakit Jantung Koroner  (PJK) adalah  gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru
pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Kemenkes RI, 2019).

B. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan,
atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh
darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai
dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat
hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan
berakhir dengan kematian (Hermawati et al., 2014).
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol
dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan
terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran
darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu
kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah
kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan aliran
darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak
yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis (Hermawati
et al., 2014).
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini
biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi
masyarakat yang memunculkan “tren penyakit”baru yang bersifat degnaratif.
Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara lain
mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stress (Hermawati et al., 2014).

C. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal (Ariesti, 2011).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi
lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel
atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap
berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini
dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas
yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah (Ariesti, 2011).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke
area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian
memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi,
menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa
kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan
siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah
putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja
seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat
menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-
sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang menjadi
makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus
inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang
mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima (Ariesti, 2011).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi
trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding
pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding
pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan
deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan
proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit.
Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan
kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung
dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka
terjadilah kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas
Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi
keruang interstisial pembuluh kaku & sempit Aliran darah Pembentukan Trombus
monosit makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk
MCI Kematian (Ariesti, 2011).
D. Pathways

E. Manifestasi Klinik

Menurut (Hermawati et al., 2014) Gejala penyakit jantung koroner :


1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada iram denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-
beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan
yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan
penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut, (Hermawati et al., 2014) :
1. Hindari makanan kandungan kolesterol yang tinggi
Kolesterol jahat LDL di kenal sebgai penyebab utana terjadinya proses
aterosklerosis, yaitu proses pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di
jantung, otak, ginjal, dan mata.
2. Konsumsi makanan yang berserat tinggi
3. Hindari mengonsumsi alcohol.
4. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
5. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral
koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena
6. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
7. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih berkurang
bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
8. Menurunkan tekanan darah
9. Meningkatkan kesegaran jasmani

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat meliputi: pemeriksaan laboratorium dan


pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk tujuan skrining,
diagnosis, evaluasi dan menilai ‘prognosis’.
1. Pemeriksaan elektrokardiogram (ekg) :
o Pemeriksaan EKG tidak dapat mendeteksi adanya sumbatan koroner
secara langsung namun dapat mendeteksi adanya gangguan aktifitas listrik
jantung yang terjadi akibat adanya sumbatan di arteri koroner jantung.
o Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis klinis pada mereka yang
mengeluh ‘angina’, disertai dengan adanya faktor risiko
PJK/SERANGAN JANTUNG.
o Pemeriksaan ini dapat menghasilkan suatu ‘negatif palsu’, pada orang
yang saat diperiksa tidak mempunyai keluhan.
2. Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung,
irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika arteri koroner
mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan
segmen depresi ST pada hasil rekaman.
3. Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan laboratorium seperti memeriksa profil kolesterol dilakukan
untuk menilai besarnya risiko seseorang, dan bukan dilakukan untuk
mendiagnosis adanya PENYAKIT JANTUNG KORONER.
o Pemeriksaan kadar kolesterol-LDL untuk menilai keberhasilan target
terapi KADAR KOLESTEROL TINGGI.
o Pemeriksaan gula darah untuk penapisan DIABETES MELITUS. Bila
mempunyai DIABETES MELITUS, pemeriksaan HbA1c dilakukan untuk
menilai kendali gula darah dalam 3 bulan terakhir.
4. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi
Koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan
melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri
jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk
mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner.
Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya.

5. Magnetic resonance angiography (MRA)


Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan
dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa
adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak
sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung
KONSEP KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Jantung Koroner Dengan Nyeri


Akut
Data yang harus dikaji pada penyakit jantung koroner dengan nyeri akut
menurut (Udjianti, 2010) :
1. Biodata, yang perlu dikaji yaitu nama, nomor rekam medis, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status, agama,
alamat, pekerjaan, serta umur pasien.
2. Keluhan Utama, merupakan keluhan paling menonjol yaitu klien mengeluh
nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang dapat menjalar ke lengan kiri,
leher, punggung dan epigastrium. Nyeri dada dirasakan seperti tertekan beban
berat, diremas yang timbul mendadak. Durasi serangan dapat bervariasi dan
merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit atau keluhan utama saat
dilakukan pengkajian oleh perawat.
3. Riwayat penyakit sekarang, merupakan informasi tentang keadaan dan keluhan
keluhan klien saat timbul serangan yang baru timbul atau sering hilang timbul,
durasi, kronologis dan frekuensi serangan nyeri. Gejala utama yang
diidentifikasi klien dengan penyakit kardiovaskuler meliputi nyeri dada (chest
pain), sesak napas, fatigue, palpitasi, pingsan, nyeri pada ekstremitas.
4. Riwayat penyakit masa lalu, meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita
oleh klien terutama penyakit yang mendukung munculnya penyakit sekarang
contohnya Hipertensi, penyakit pembuluh darah, diabetes mellitus, gangguan
fungsi tiroid, rheumatoid heart disease.
5. Riwayat penyakit keluarga, informasi dapat digali tertang usia dan status
kesehatan anggota keluarga yang bertali darah. Status kesehatan anggota
keluarga meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga klien terutama
gangguan sistem kardiovaskular.
6. Riwayat psikososial, berhubungan dengan kondisi penyakitnya serta
dampaknya terhadap kehidupan sosial klien. Keluarga dan klien akan
menghadapi kondisi yang menghadirkan situasi kematian atau rasa takut
terhadap nyeri, ketidakmampuan serta perubahan pada dinamika keluarga. Perlu
dicatat tentang jenis pekerjaan klien serta adanya stres fisik maupun psikis yang
mempengaruhi beban kerja jantung.
Pengkajian, terkait hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada
koroner menurut (Padila, 2013) :
1. Lokasi nyeri, pengkajian daerah mana tempat mulai nyeri, penjalaranya, nyeri
dada koroner khas mulai dari sternal menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai
lengan kiri bagian aula.
2. Sifat nyeri, perasaan penuh rasa berat seperti kejang diremas, menusuk,
mencekik dan rasa terbakar.
3. Ciri rasa nyeri, derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu
tertentu.
4. Kronologis nyeri, awal timbul nyeri serta perkembanganya secara berurutan.
5. Keadaan pada waktu serangan, apakah timbul saat kondisi tertentu
6. Faktor yang memperkuat atau meringankan rasa nyeri misalnya sikap atau
posisi tubuh, pergerakan, tekanan.
7. Karakteristik nyeri, komponen pengkajian analisis symptom meliputi Palitatif
atau provocative, Quality atau Quantity, Region, Severity, dan Timing
(PQRST) menurut Andarmoyo (2013).
8. Palitatif atau provocative yang menyebabkan timbulnya masalah, perilaku
yang memperbesar dan memperkecil masalah, posisi sewaktu terjadi nyeri.
9. Quality atau Quantity yaitu kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan, sejauh
mana nyeri dirasakan, aktifitas apa yang terganggu, parah atau ringan dari
nyeri sebelumnya.
10. Region yaitu lokasi nyeri, penyebaran merambat pada punggung atau lengan,
merambat pada leher atau merambat di kaki.
11. Severity yaitu keparahan, nyeri dirasakan dengan skala berapa dari 1-10,
ringan, sedang, berat, atau sangat berat.
12. Timing yaitu waktu berlangsungnya nyeri kapan dan sampai berapa lama,
seberapa sering berlangsung, tiba-tiba atau bertahap.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yaitu : D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis: iskemia jaringan miokard terhadap sumbatan arteri
koronaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, takikardi, sulit tidur.
o Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut
Kategori : fisiologis
Sub kategori : nyeri dan kenyamanan
o Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual dan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensistas ringan hingga beratyang berlangsung kurang dari 3 bulan .
o Penyebab :
Agen pencedera fisiologis : iskemia

Gejala dan tanda Mayor Minor


Data Subjektif (DS) Mengeluh nyeri Tidak tersedia
- Tampak meringis - Tekanan darah
- Bersikap protektif misal meningkat
(waspada, posisi - Pola nafas berubah
mendhindari nyeri) - Nafsu makan berubah
- Gelisah - Proses berfikir
Data Objektif (DO) - Frekuensi nadi meningkat terganggu
- Sulit tidur - Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis

2. Diagnosa keperawatan yaitu : D.0011 Aktual/risiko tinggi menurunnya curah


jantung yang b.d perubahan frekuensi atau irama konduksi elektrikal.
o Diagnosa Keperawatan : Risiko penurunan curah jatung
Kategori : fisiologis
Subkategori : sirkulasi
o Definisi
Berisiko mengalami pemompaan jantung yg tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
o Penyebab : perubahan frekuensi/irama jantung

C. Rencana Tindakan

SDKI SLKI SIKI


D.0077 Nyeri akut Luaran Utama : Intervensi utama :
berhubungan dengan agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis o Keluhan nyeri a. Observasi :
menurun identifikasi lokasi,
o Gelisah menurun karakteristik, durasi,
o Kesulitan tidur frekwensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri. Skala
Luaran Tambahan : nyeri, faktor yang
Kontrol nyeri memperberat dan
o Melaporkan nyeri memperingan nyeri
terkontrol meningkat b. Terapeutik : beri
o Kemampuan teknik
mengenali penyebab normfarmakologis
nyeri meningkat untuk mengurangi
o Kemampuan rasa nyeri
c. Edukasi : jelaskan
menggunakan tenik
penyebab, pariode,
non farmakologis
dan pemicu nyeri,
meningkat
strategi meredakan
o Keluhan nyeri
nyeri
menurun
d. Kolaborasi :
o Penggunaan analgesic
kolaborasi pemberian
menurun analgesic, jika perlu
Status kenyamanan Intervensi pendukung :
o Dukungan sosial dan pemantauan nyeri
keluarga meningkat a. Observasi :
o Gelisah menurun identifikasi faktor
o Keluhan tidak nyaman pencetus dan pereda
menurun nyeri, monitor
kualitas nyeri,
monitor intensitas
nyeri dengan sekala
nyeri
b. Terapeutik : atur
interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien,
dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi : jelaskan
tujuan dan prosedur
pemantauan,
dokumentasi hasil
pemantauan

SDKI SLKI SIKI

Aktual/risiko tinggi Luaran Utama : Intervensi :


menurunnya curah Curah jantung Perawatan jantung :
jantung yang b.d Kekuatan nadi perifer meningkat a. Observasi :
perubahan frekuensi atau - Identifikasi
irama konduksi elektrikal Luaran Tambahan : tanda/gejala primer
Perfusi miokard penurunan jantung
o Gambaran EKG aritmia - Indentifikasi
meningkat tanda/gejala
o Nyeri dada menurun sekunder penurunan
o Mual menurun curah jantung
o Muntah menurun - Monitor tekanan
Status sirkulasi darah
o Kekuatan nadi membaik - Monitor intake dan
o Saturasi oksigen membaik outpute cairan
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor keluhan
nyeri dada
- Monitor EKG 12
sandapan
b. Terapeutik
- Posisikan pasien
semi fowler atau
fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai
- Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
memotivasi gaya
hidup sehat
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres,
jika perlu
- Berian dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
c. Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian

d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
DAFTAR PUSTAKA

Ariesti. (2011). Asuhan Keperawatan Gagal Jantung (Heart Failure). http://learntogether-


aries./2011/09/askep-gagal-jantung-heartfailure.%0Ahtml.

Handayani, M., Andika, M., Saputra, S., & Rhomadhon, M. (2020). ANALISIS KEJADIAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG. 5, 99–110.
http://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/JAM/article/download/389/316

Hermawati, Risa, & Candra, D. A. (2014). Penyakit Jantung Koroner. FMedia.

Kemenkes RI. (2019). Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat, SDM
Unggul. http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-
tahun-2019-jantung-sehat-sdm-unggul

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam (1st ed). Nuha Medika.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai