22 Feb 2020
Gambar di bawah akan mendeskripsikan peta sub-komunitas di sebuah desa. Untuk memudahkan proses pelaksanaan kegiatan, menjamin
kedekatan team dengan komunitas dan juga mengurangi kecurigaan dan kesalahpahaman lainnya, maka diperluka pembagian sub-komunitas
seperti gambar di bawah.
Keterangan Gambar:
- Gambar di atas adalah peta satu desa yang terdiri atas 4 Dusun (Dusun A, B, C dan D)
- Permukiman warga di masing-masing dusun ada yang berkelompok namun ada juga yang terpisah dari pusat permukiman
- Permukiman warga yang berkelompok kemudian dijadikan Sub-Komunitas, didasari oleh kedekatan antar rumah, sehingga nantinya
memudahkan mobilisasi dan pengorganisasian maupun pendampingan sub-komunitas
- Setelah dikelompokkan, maka terdapat sub komunitas 1, 2, 3, 4 dan sub-komunitas 5
- Terdapat 3 Sekolah Dasar yang letak nya ada yang berdekatan dengan masing-masing sub-komunitas, namun ada juga yang cukup jauh
dari sub-komunitas, seperti di Sub-komunitas 3.
- Sebahagian besar anak di sub-komunitas 1 dan 4 bersekolah di SD yang sama, namun ada juga sebahagian anak di sub-komunitas 1 yang
sekolah di SD yang berdekatan dengan sub-komunitas 2. Begitu juga anak di sub komunitas 3 (yang tidak memiliki SD yang dekat)
bersekolah di SD yang dekat dengan sub-komunitas 2. Sedangkan anak yang tinggal di sub-komunitas 5 seluruhnya sekolah di SD yang
dekat dengan permukimannya.
- Terdapat juga sebuah Posyandu yang posisinya berada di antara sub-komunitas 1 dan sub komunitas 2.
- Di desa tersebut ada 1 SMP yang lokasinya berdekatan dengan sub komunitas 5, sehingga mengakibatkan seluruh anak yang ada di 5 sub
komunitas dan warga lain yang tidak masuk dalam sub-komunitas bersekolah di SMP tersebut.
1. Menetapkan 5 sub-komunitas yang akan menjadi konsentrasi kegiatan, yakni sub-komunitas 1,2,3,4 dan 5
2. Jika pada 5 sub komunitas tersebut cukup jumlah anak yang akan di registrasi, maka dibentuk 5 kelompok/sub komunitas. Namun jika di
satu sub komunitas terdapat lebih dari 50 households yang memiliki anak ter-registrasi, maka ada peluang pada satu sub komunitas
dibentuk lebih dari 1 kelompok.
3. Namun juga di satu sub komunitas terdapat jumlah Households yang anaknya terregistrasi tidak mencapai 15 orang, maka ada
kemungkinan sub-komunitas tersebut dibatalkan menjadi kelompok. Jika sub komunitas tersebut bersedia bergabung dengan warga di
sub komunitas lain, maka bisa dibentuk 1 sub komunitas yang berasal dari 2 permukiman berbeda. Atau, bisa juga menambah warga
yang tinggal di luar sub komunitas tersebut namun bersedia ikut serta dalam kegiatan yang akan dijalankan di sub komunitas tersebut.
4. Berdasarkan karakteristik tersebut, ada beberapa peluang kegiatan bisa dijalankan;
a. Kegiatan livelihood, health dan education bisa dilakukan di Sub-Komunitas 5 karena permukiman warga yang terkonsentrasi dan
seluruh anak anggota sub komunitas belajar di sekolah yang sama, yakni di SD yang paling Dekat. Bisa dikatakan, sub komunitas
5 adalah yang paling layak dan cocok untuk dijadikan kelompok dampingan. Begitu juga dengan sub komunitas 2, dimana anak-
anak mereka rata-rata bersekolah di SD yang sama. Dengan kondisi seperti ini, team bisa melakukan kegiatan di sekolah tersebut
(SD), karena rata-rata anak kelompok dampingan sekolah di tempat yang sama.
b. Kegiatan livelihood, health dan education juga bisa dilakukan di sub komunitas 1, 4 Walaupun anak mereka terbelah atau
bersekolah di SD yang berbeda, namun pelaksanaan kegiatan di 2 SD tersebut tetap bisa meng-cover anak-anak registrasi yang
tinggal di sub komunitas 1 dan 4. Namun untuk kegiatan livelihood dan health dan education yang tidak bersifat
massive/massal, maka sub komunitas 1 dan 4 cukup layak untuk dijadikan sub komunitas dampingan.
c. Sedangkan untuk di sub komunitas 3 kondisinya akan lebih rumit. Di sub komunitas 3 tidak terdapat sekolah, sehingga
sebahagian besar anak mereka belajar di SD yang dekat dengan sub komunitas 2. Jika anak-anak di sub komunitas 3 pulang pergi
belajar ke SD yang dekat dengan Sub komunitas 2, maka masih cukup layak menjadikan sub komunitas sebagai wilayah
dampingan. Namun jika sebahagian besar anak di sub komunitas 3 stay (kost) di SD yang dekat dengan sub komunitas lain, maka
kegiatan di sub komunitas 3 di fokuskan pada kegiatan health dan livelihood saja. Jika pun tetap ingin meng cover anak-anak di
Sub komunitas 3, maka anak-anak tersebut hanya akan mendapatkan manfaat melalui kegiatan-kegiatan massive/massal yang
dilaksanakan di SD yang dekat dengan sub komunitas 2.
Manfaat dari Pengelompokan
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika menggunakan pengelompokan seperti di atas, yakni;
- Kegiatan akan terkonsentrasi ke di sub komunitas yang tinggal di lokasi yang tidak berjauhan, sehingga memudahkan mobilisasi dan
pengorganisasian
- Sub komunitas yang tergabung dalam satu kelompok adalah sekaligus orangtua dari anak yang terregistrasi, sehingga memudahkan
proses sosialisasi kegiatan sponsorship dan juga korespondensi. Kegiatan korespondensi yang banyak dilakukan door to door akan
berkurang karena CAF dapat menggunakan media community meeting untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan.
- Kegiatan yang terlaksana di sub komunitas/kelompok juga bisa dijadikan media kegiatan anak-anak dari registrasi (baik kegiatan
education maupun health).
- Kegiatan yang bersifat massive/massal di sekolah masih tetap memungkinkan dilakukan, seperti kegiatan promosi dan hari anak
nasional, karena CAF dan CDF telah mengidentifikasi siapa dan berapa anak registrasi yang berada di sekolah tersebut (data dan
informasi tersebut diperoleh dari sub komunitas)
- Database akan lebih komplit dan mudah untuk ditelusuri jika ada yang kurang lengkap karena orangtua dan anak di sub komunitas
melakukan kegiatan regular dalam community meeting.
- Proses korespondensi akan lebih mudah karena antara orangtua dan anak terregistrasi bisa saling membantu dan meng-encourage
karena terlibat secara intensif dalam kegiatan-kegiatan di sub komunitas dan juga di sekolah.