Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PEMBELAJARAN TIDAK LANGSUNG

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH


PADA MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN SKI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Asih Winanda Nim 0301181019

Irma Ritonga Nim 0301182135


Muhammad Fikri M. Bagasan Nim 0301182127
Yayang Giarni Nim 0301183269

SEMESTER/JURUSAN : V/PAI-5

DOSEN PENGAMPU : Dra. Arlina, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat
waktu yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN TIDAK LANGSUNG”. Dan tak
lupa sholawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang diharapkan
syafaat nya di hari akhir kelak.

Makalah ini diajukan guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
yaitu ibu Dra. Arlina, M.Pd, pada mata kuliah Strategi Pembelajaran SKI. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari dari
kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 21 November 2020

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................................. 3
STRATEGI PEMBELAJARAN TIDAK LANGSUNG (INDIRECT INSTRUCTION) ................ 3
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Tidak Langsung .............................................................. 3
B. Metode Pembelajaran Tidak Langsung ................................................................................. 4
C. Penerapan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi............................................. 7
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi ............... 11
BAB III .......................................................................................................................................... 13
PENUTUP...................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
memberi warna interaksi yang terjalin antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai
edukatif disebabkan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, ditunjukan buat menggapai
tujuan tertentu yang sudah diformulasikan saat sebelum pengajaran dicoba. Guru dengan
sadar merancang kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan menggunakan segala
sesuatunya guna kepentingan pengajaran.1

Dalam kegiatan edukatif antara guru dengan siswa kerap diucap sebagai black box
ataupun kotak gelap, ialah tempat untuk merekan seluruh kejadian penting yang terjalin
dalam interaksi tersebut.2 Dalam interaksi tersebut siswa serta wajib berperan aktif, sebab
keaktifan siswa menentkan keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Bermacam upaya sudah dilakukan untuk membuat siswa aktif, salah satu diantaranya
yakni dengan strategi pembelajaran tidak langsung( Indirect Instruction). Strategi tersebut
menuntut keaktifan serta kreatifitas dari siswa. Untuk menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga diperlukan beberapa tata cara yang menunjang ataupun cocok dengan
strategi tersebut. Oleh sebab itu, kami hendak menarangkan tentang makna sebenarnya
pembelajaran tidak langsung itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pembelajaran Tidak Langsung?
2. Apa Metode Pembelajaran Tidak Langsung?
3. Bagaimana Penerapan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi?
4. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi?

1
Syaiful bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2014 ),
Hal. 1
2
Suparlan,Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta : Hikayat, 2005), Hal. 70.

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pembelajaran Tidak Langsung.
2. Untuk Mengetahui Metode Pembelajaran Tidak Langsung.
3. Untuk Mengetahui Penerapan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi.
4. Untuk Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Tidak Langsung
Ditengah Pandemi.

2
BAB II

STRATEGI PEMBELAJARAN TIDAK LANGSUNG (INDIRECT INSTRUCTION)

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Tidak Langsung


Strategi pembelajaran tidak langsung( indirect instructional) ini ialah hasil dari Carl
Roger. Roger mengaplikasikan strategi konselling tersebut dalam pembelajaran. Ia meyakini
kalau ikatan manusia yang positif bisa menunjang individu tumbuh. Oleh sebab itu,
pembelajaran mesti didasarkan kepada ikatan yang positif, bukan sekedar didasarkan atas
kemampuan modul pembelajaran belaka. 3

Pembelajaran tidak langung ialah kebalikan dari pembelajara langsung. Pembelajaran


tidak langsung lebih banyak berpusat pada siswa. Dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, sehingga kecepatan belajar ditentukan oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa tidak
diwajibkan menyelesaikan secepatnya bagian- bagian yang tidak mudah dipelajari. 4 Perihal
ini wajib dicermati oleh seorang guru dalam memastikan tata cara pembelajarannya supaya
sesuai dengan system tersebut.

Dalam pembelajaran tidak langsung kedudukan seorang guru tidak lagi selaku
seorang pengajar yang diktator, akan tetapi bagaikan seorang fasilitator, pemberi semangat,
sumber belajar dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajarannya guru hanya
membagikan umpan serta tutorial kepada siswa untuk belajar. Dengan demikian, siswa bakal
terdorong untuk memperoleh informasi tersebut.

Dalam perihal ini siswa mempunyai ruang gerak yang lebih luas untuk menyelidiki
bermacam kemungkinan dalam memberikan jawaban. Rasa ketakutan yang membebani kala
salah dalam memberikan jawaaban serta akan terkurangi. Strategi pembelajaran ini serta
bakal menunjang dalam meningkatkan kreativitas, keahlian serta kecakapan individu siswa.
Perihal ini disebabkan siswa selalu meraih pemahan yang lebih baik dari materi serta ide
dalam belajar dalam meningkatkan kemampuannya untuk menggambarkan pemahaman-
pemahamannya tersebut.

Supaya siswa mendapatkan hasil yang maksimum sepanjang kegiatan pembelajaran


tidak langsung, maka penting untuk seseorang guru untuk terlebih dulu mengerjakan keahlian

3
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007 ), Hal.18.
4
Fred Percival dan Henry Elling ton, Teknologi Pendidikan ( Jakarta : Erlangga, 1984 ), Hal.
29.

3
serta proses penting untuk yang diperlukan untuk menggapai pendidikan yang diartikan.
Keahlian serta proses tersebut mencakup observasi, pengkodean, mengklasifikasikan,
membandingkan, menyimpulkan, meringkas, dan lain sebagainya.

B. Metode Pembelajaran Tidak Langsung


1. Problem Solving

Pemecahan masalah( Problem Solving) pada dasarnya ialah belajar dengan


memanfaatkan metode- metode ilmiah ataupun berfikir secara sistematis, logis, teratur serta
cermat. Tata cara tersebut mempunyai kandungan perubahan dari pemberian suatu
permasalahan mengarah suatu kesimpulan. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan
serta kecakapan kognitif untuk memecahkan permasalahan secara rasional, lugas serta tuntas.
Oleh sebab itu, kemampuan siswa dalam memahami konsep- konsep, prinsip- prinsip serta
generalisasi dan Insight( tilikan ide) sangat dibutuhkan. 5

2. Case Studies

Studi permasalahan ataupun Case Studies ialah cerita maupun scenario yang kerap
disajikan dalam wujud naratif serta digunakan sebagai fasilitas untuk menganalisis dan
diskusi. Studi permasalahan kerap ditekankan kepada peristiwa actual dikala itu.

Tata cara tersebut diterapkan dalam aktivitas pendidikan supaya siswa bisa mengenali
serta menguasai dengan baik dari materi yang dipelajari. Dengan tata cara studi permasalahan
ini, siswa dapat mendengar, memandang serta menerapkan dari obyek yang dipelajari. Akan
tetapi, tata cara tersebut memerlukan waktu yang relatif lama, sebaliknya kegiatan
pembelajaran mempunyai waktu yang terbatas. Pembelajaran yang sifatnya instan, semacam
kursus, penataran serta sejenisnya, hingga pemakaian studi permasalahan relevan, sebab
siswa menerima materi sesuai dengan apa yang diinginkan. 6

3. Ready For Meaning

Beberapa peneliti menyatakan bahwa memahami bahan yang dibaca merupakan suatu
proses membangun yang diharapkan mucul makna. Proses tersebut dapat diciptakan dengan
membangun hubungan – hubungan yang berkaitan, baik berupa pengalaman, pengetahuan,

5
Muhibbin Syah , Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007 ), Hal.123.
6
S.Nacution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar ( Jakarta : Bumi Aksara,
1992 ), Hal. 174-175.

4
maupun informasi. Dengan metode reading for meaning tersebut, siswa menjadi penasaran
tentang simbol – simbol atau isyarat dalam suatu bacaan yang tertulis. Menjelang usia
sekolah, banyak anak – anak yang ingin sekali meneruskan penyelidikan mereka tentang
tulisan tersebut.
Salah satu tujuan kurikulum ini adalah untuk mengembangkan kelancaran dan
kecakapan pembaca yang dapat mengetahui tentang proses membaca. Pembelajaran
membaca yang efektif akan memungkinkan siswa untuk menjadi pembaca yang pada
akhirnya langsung mengetahui maknanya dengan sndirinya.

4. Inquiry

Istilah lain dalam bahasa Inggris yang bearti menemukan adalah find, discover, dan
invent. Kata find menunjuk kepada makna menemukan sesuatu yang hilang. Kata discover
menunjuk kepada makna menemukan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ditemukan
oleh oranglain. Sedangkan kata invent menunjuk pada makna menemukan sesuatu yang
belum ditemukan sama sekali. Dalam kontek ini, istilah menemukan berarti mencakup
ketiganya. 7
Pembelajaraan yang menggunakan metode inquiry memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengalami dan memperoleh informasi melalui proses yang mereka kumpulkan.
Selain itu, metode ini juga menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka
untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban. 8 Pendapat ini didukung
oleh Bruner dengan mengatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah yang menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk maju dengann cepat sesuai dengan kemampuannya. 9 Hal ini
membutuhkan interaksi yang tinggi diantara guru, siswa, lingkungan belajar, sumber yang
tersedia dan lingkungan sekitarnya.

5. Reflective Discussion

Diskusi mendalam atau reflective discussion mendorong siswa untuk berfikir dan
membicarakan tentang materi yang diamati siswa didengarkan atau dibaca. Seorang
siswamemulai diskusi dengan memberikan pertanyaan yang membutuhkan siswa untuk
merefleksikan dan menginterpretasikan film, pengalaman, membaca atau merekam cerita

7
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik ( Jakarta : Ar-ruzz media, 2007 ), Hal.
214.
8
Roestiah, Masalah – Masalah Ilmu Keguruan ( Jakarta : Bumi AKsara, 1989 ), Hal.146.
9
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki , Quantum Learning ( Bandung : Kaifa, 2002 ), Hal.
212.

5
atau ilustrasi. Ketika siswa bertanya dan menciptakan kembali informasi dan kegiatan pada
sebuah film atau cerita, mereka mengklarifikasi pemikiran dan rasa mereka. Pertanyaan –
pertanyaan tersebut akan mendatangkan interpretasi akan berbeda, akan tetapi seperti halnya
perbedaan yang ditunjukan, maka perbedaan opini juga akan terjadi.

6. Writing To Inform

Menulis yang melaporkan informasi lain atau writing to inform dapat bervariasi
dalam masalah isi dan formatnya. Banyak pengalaman belajar yang dapat mencapai puncak
belajar dalam kegiatan menulis informasi tersebut. Siswa harus memiliki banyak kesempatan
untuk membaca suumber yang beraneka ragam dan mecetak materi untuk informasi. Selama
menulis, siswa boleh menggunakan pengetahuan merea tentang stuktur dan bentuk mateeri –
materi tersebut untuk mengatur dan menyajikan informasi.

7. Concept Formation
Konsep adalah kategori yang digunakan untuk mengelompokan peristiwa ide atau
obyek yang serupa. Dngan membentuk konsep maka siswa akan mampu mengirganisasi
banyak informasi yang ditemui. Informasi yang baru tersebut harus diteliti mengenasi
definisinya dan menghubungkan informasi – informasi tersebut. Misalnya, dalam
pembelajaran fiqih yang terkait dengan materi hewan yang halal dan haram. Dengan
memberika contoh – contoh hewan, siswa mampu mengetahui bahwa terdapat sekitar empat
perbedaan hewan yang dapat dibedakan. Dari kegiatan tersebut siswa akan mengetahui mana
hewan yang halal dan hewan yang haram sesuai dengan sifatnya.
Dengan demikian, metode ini dapat membantu memotivasi siswa, karena memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide – ide sehingga dapat melihat dan
membuat hubungan antara item – item dalam informasi tersebut. Metode ini dapat membantu
untuk mengembangkan kemampuannya, menarik kembali dan membedakan kunci dari ide –
ide tersebut, mengidentifikasikan hubungan, membuat konsep, menjelaskan cara mereka
mengatur data dan menyajikan. Selain itu, dengan menciptakan hubungan – hubungan
informasi yang baru juga meningkatkan kreativitas siswa.10

8. Concept Mapping

10
Ibid, Hal. 213.

6
Pemetaan konsep mapping merupakan konsep khusus dari jarinan diagram untuk
menyelidiki pengetahuan, mengumpulkan dan mendiskusikan informasi. Pemetaan konsep
merupakan strategi yang digunakan untuk mengembangkan peta konsep. Peta konsep
mengandung persetujuan atau tabel yang mengandung konsep, item atau pertanyaan dan
daftar-daftar. Hubungan itu dinamai dan ditunjukan dengan memakai symbol-simbol panah.
Hubungan-hubungan yang dinamakan itu menjelaskan hubungan antara masing-masing
isyarat (petunjuk). Panah mendiskripsikan arah hubungan dan membacanya sebagaimana
kalimat.

9. Concept Attainment
Attainment Concept merupakan strategi pembelajaran tidak langsung yang
menggunakan proses penyelidikan. Strategi tersebut didasarkan pada konsep Jerome Brunner.
Dalam pencapaian konsep Bunner memperhitungkan sifat dari satu kelompok atau kategori
yang telah dibentuk oleh guru. Untuk melakukannya, siswa mengkoparasikan
(membandingkan) dan membedakan contoh-contoh yang mengandung sifat konsep dengan
beberapa contoh yang tidak mengandung siat itu, kemudia siswa memisahkannya. Pencapaian
konsep itu juga untuk mencari dan mengidentifikasi sifat-sifat yang digunakan untuk
membedakan beberapa contoh yang diberikan.

10. Close Procedure


Close Procedure adalah teknik yang mengghapus beberapa kata dari paragraph
menurut jumlah bentuk kata atau kriteria lain yang bervariasi. Paragraph tersebut disajikan
kepada murid yang kemudian menyisipkan atau melengkapi kata-kata sebagai mana mereka
membaca untuk melengkapi dan mengartikan dari sebuah teks. Tata cara ini dapat digunakan
sebagai teknik penilaian analisis bacaaan.

C. Penerapan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi


Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada banyak pihak, kondisi ini sudah
merambah pada dunia pendidikan, pemerintah pusat sampai pada tingkat daerah memberikan
kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya
mencegah meluasnya penularan COVID-19 . Diharapakan dengan seluruh lembaga
pendidikan tidak melaksanakan aktivitas seperti biasanya, hal ini dapat meminimalisir

7
menyebarnya penyakit COVID-19 ini. Hal serupa juga sudah dilakukan oleh berbagai negara
yang terpapar penyakit COVID-19 ini.

Kebijakan lockdown atau karantina dilakukan sebagai upaya mengurangi interaksi


banyak orang yang dapat memberi akses pada penyebaran virus corona. Kebijakan yang
diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas
pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses
pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan proses
pendidikan pada lembaga pendidikan. Hal ini didukung oleh Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (Covid-19) dalam format PDF ini ditandatangai oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada tanggal 24 Maret 2020.

Prinsip yang diterapkan dalam kebijakan masa pandemi COVID-19 adalah “kesehatan
dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat
merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran”. Sekolah Dasar
merupakan salah satu jenjang pendidikan yang merasakan dampak dari pandemi COVID-19 .
Sekolah dan juga pihak sekolah mulai mengubah strategi pembelajaran yang awalnya adalah
tatap muka dengan mengubah menjadi pembelajaran non-tatap muka atau ada yang menyebut
pembelajaran online dan juga pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Berbagai model pembelajaran
yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa belajar di rumah. Pemerintah
menyediakan berbagai aplikasi pembelajaran yang dapat diakses dan digunakan oleh guru
dan siswa.

Menurut Arsyad, media pembejaran online atau sering disebut dengan e-learning
merupakan media penunjang pendidikan dan bukan sebagai media pengganti pendidikan.
Prosesnya e-learning sebagai media distance learning menciptakan paradigma baru, yakni
peran guru yang lebih bersifat “fasilitator” dan siswa sebagai “peserta aktif” dalam proses
belajar-mengajar. Karena itu, guru dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik,
menyajikan bahan ajar yang menarik, sementara siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi
dalam proses belajar. Pembejaran online juga sering disebut dengan pembelajaran daring atau
“dalam jaringan (online)”.

Pemanfaatan sistem pembelajaran daring merupakan salah satu upaya yang bisa
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dan memudahkan siswa mengakses materi
pembelajaran. Riyanda, Herlina, dan Wicaksono (2020) menjelaskan bahwa beberapa hal

8
yang dapat dilakukan selama pembelajaran daring (daring) adalah saling berkomunikasi dan
berdiskusi secara online. Seluruh sekolah di Indonesia mengalami dampak dari pandemi
COVID-19 dan sejauh ini belum dilakukan evaluasi terkait dengan pembelajaran dengan
menggunakan metode daring. Penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran
daring selama pandemi COVID-19.11

Kondisi pandemi saat ini menuntut pendidik dalam hal ini adalah guru untuk
berinovasi menggubah pola pembelajaran tatap muka menjadi pola pembelajaran tanpa tatap
muka. Zhafira, Ertika, dan Chairiyaton, menjelaskan bahwa terdapat model pembelajaran lain
yang bisa digunakan oleh tenaga pengajar sebagai media penyampaian ilmu pengetahuan,
yaitu pembelajaran daring dan pembelajaran campuran (kombinasi dari dua metode
pembelajaran yaitu tatap muka dan pembelajaran daring). Metode pembelajaran daring tidak
menuntut siswa untuk hadir di kelas. Siswa dapat mengakses pembelajaran melalui media
internet. Hidayat menjelaskan bahwa the National Joint Committe on Learning Disabilities
(NJCLD) menetapkan “Hambatan Perkembangan Belajar” adalah suatu istilah umum yang
berkenaan dengan hambatan pada kelompok heterogen yang benar-benar mengalami
kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan pendengaran, bicara, membaca,
menulis, berfikir atau matematika.

Pembelajaran elektronik daring atau dalam jaringan dan ada juga yang menyebutnya
online learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet,
LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitas serta didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya.12 Pembelajaran online berguna terhadap kegiatan
pembelajaran di kelas (classroom instruction), yaitu sebagai: (1) Suplemen, sebagai suplemen
jika siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
online atau tidak, dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi siswa untuk mengakses materi
pembelajaran online. (2) Komplemen, sebagai komplemen jika materi pembelajaran online
diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas.
Materi pembelajaran online diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan atau remedial
bagi siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. (3) Subtitusi, sebagai

11
Riyanda, A. R., Herlina, K., & Wicaksono, B. A. EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM
PEMBELAJARAN DARING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial dan Humaniora, 4(1), (2020)
Hal. 66-71.
12
Waryanto, N.H. Online learning sebagai salah satu inovasi pembelajaran. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Matematika, Vol. 2, No.1, (2006), Hal. 12.

9
subtitusi jika materi pembelajaran online diprogramkan untuk menggantikan materi
pembelajaran yang diterima siswa di kelas. 13

Menurut Hanum pembelajaran online atau e-learning adalah salah satu bentuk model
pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang
diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia maya. Munir mengatakan bahwa, istilah
e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi
pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang
dijembatani teknologi internet.14 Seok menyatakan bahwa, “e-learning is a new form of
pedagogy for learning in the 21th century. E-teacher are e-learning instructional designer,
facilitator of interaction, and subject matter experts”.15

E-learning merupakan sistem pembelajaran yang open sourece, sistem pembelajaran


yang menggunakan aplikasi web yang dapat dijalankan dan diakses dengan web browser. E-
learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung
belajar mengajar dengan media jaringan komputer lain. 16

Warkintin dan Mulyadi (2019), menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu


sistem yang mengembangkan misi cukup luas berhubungan dengan perkembangan fisik,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemampuan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau
keimanan. Sehingga apapun hambatan ataupun rintangan pendidikan tetap berjalan dengan
baik. Hambatan dalam hal ini adalah hambatan yang dialami guru ditengah kondisi Covid-19
ini pembelajaran dilaksanakan secara daring dan tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka di
kelas. Kondisi tersebut menuntut guru untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran
khususnya pembelajaran melalui daring (dalam jaringan). Solusi yang dilakukan selama masa

13
Ibid, Hal. 12-13.
14
Hanum, N.S. Keefektifan e-learning sebagai media pembelajaran (studi evaluasi model
pembelajaran e-learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. Jurnal pendidikan vokasi, vol.3, no.1, (2013), Hal. 92.
15
Ibid, Hal. 93.
16
Wulandari, M.S. & Rahayu, N. Pemanfaatan media pembelajaran secara online (e-
learning) bagi wanita karir dalam upaya meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas, (2010), Hal. 71-
72.

10
pandemi adalah mencari solusi dengan menggunakan pembelajaran berbasis dalam jaringan.
Guru dituntut untuk inovatif dalam menggunakan pembelajaran dengan model daring.17

Hal ini sejalan dengan pendapat dari Tjandra, D. S, bahwa guru hanya memfasilitasi
dengan perpustakaan kelas, modul, buku teks, serta buku-buku pendukung, dan yang
terpenting akses internet, serta menyediakan beberapa komputer untuk para siswa yang tidak
membawa laptop. Bentuk e-learning (pembelajaran berbasis elektronik) akan tetap ada dan
terus berkembang. Seiring dengan kepemilikan komputer yang tumbuh pesat di dunia, e-
learning menjadi semakin berkembang dan mudah diakses. Kecepatan koneksi internet
semakin meningkat, dan dengan itu, peluang metode pelatihan multimedia yang lebih banyak
bermunculan. Harapan dalam pembelajaran dengan model daring adalah menjadi sebuah
solusi yang dapat membantu pembelajaran di tengah pandemic COVID-19 .18

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tidak Langsung Ditengah Pandemi


a. Kelebihan
a) Dapat meningkatkan kreativitas siswa
b) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memperoleh dan memahami
informasi dengan sendirinya
c) Dapat meningkatkan motivasi belajaar siswa, karena mereka harus
mendapatkan informasi sendiri, guru hanya membimbingnya
d) Dapat meningkatkan keaktifan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran
e) Dapat memudahkan siswa untuk mengingat informasi yang mereka dapatkan,
karena mereka sendiri yang menemukannya
f) Dapat memancing ketertarikan dan rasa penasaran siswa
b. Kekurangan
a) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
b) Deadline tugas dan kesulitan mengerjakan tugas.
c) Kesulitan dalam membeli kuota internet.

17
Warkintin, W., & Mulyadi, Y. B. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis CD Interaktif Power
Point Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
9(1), (2019), Hal. 82-89.
18
Tjandra, D. S. Impelementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Abad 21. SIKIP:
Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 1(1), (2020), Hal. 1-10.

11
d) Akses internet yang terbatas.
e) Keterbatasan menggunakan teknologi dan informasi bagi siswa dan guru.
f) Sarana dan prasarana yang kurang memadai. 19

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tidak langsung memiliki beberapa


kekurangan yang sangat mengganggu. Terkhusus, ketika pandemi saat ini yag membuat
gerak siswa terbtas dalam menerima pelajran disekolah dikarenkan kekurangan yang terdapat
pada pembelajaran tidak langsung.

19
Thamrin Tahir, Dkk, Perubahan Paradigma Pendidikan Dan Ekonomi Di Masa Pandemi
Covid-19 : Peluang, Tantangan Dan Strategi, ( Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2020), Hal. 32-
40.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Strategi Pembelajaran tidak langsung ini merupakan kebalikan dari strategi


pembelajaran langsung, karena siswa memperoleh informasi dengan sendirinya, guru
hanya membimbingnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak
berpusat kepada siswa ( student centered ). Dengan menerapkan strategi pembelajaran
tidak langsung, siswa dapat menjadi lebih aktif dan kreatif. Akan tetapi, tidak semua
metode yang ada dapat diteraokan dalam kegiatan pembelajaran. Strategi yang
diterapkan harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2. Strategi pembelajaran tidak langsung memiliki beberapa metode dalm
menjalankannya diantaranya problem solving, case studies, reading for meaning,
inquiry, reflective discussion, writing to inform, concept formation, concept mapping,
concept attaiment, dan close procedure.
3. Strategi pembelajaran ini memang cocok digunakan pada masa pandemi seperti
sekarang ini. Karena pembelajaran dapat terlaksana meskipun tidak adanya tatap
muka antara guru dan siswa.
4. Kelebihan strategi ini dapat meningkatkan keaktifan siswa. Namun, kekurangnannya
menjadikan kendala dalam menjalankan strategi ini. Apalagi, ditambah oleh keadaan
saat ini

B. Saran
Penulis berharap strategi ini dapat terus berjalan mengingat kelebihannya. Namun,
sangat disayangkan kelemahannya justru yang menjadi serangan balik terhadap strategi ini.
Jadi, diharapkan jika menggunakan strategi ini harus ada banyak pihak yang terlibat. Baik,
pemerintah, guru, orang tua dan siswa. Mungkin ini saja hasil makalah yang ditulis penulis.
Jika ada masukan penulis dengan senang hati menerima masukan tersebut guna
penyempurnaan makalah.

13
DAFTAR PUSTAKA

B.Uno, H. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.


Ellington, F. P. 1984. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Hanum, N.S. 2013. Keefektifan e-learning sebagai media pembelajaran (studi evaluasi model
pembelajaran e-learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal pendidikan vokasi, vol.3, no.1
Hermacki, B. D. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Makin, B. d. 2007. Pendidikan Humanistik. Jakarta: Ar - Ruzz Media.
Roesdiah. 1989. Masalah - Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara.
Riyanda, A. R., Herlina, K., & Wicaksono, B. A. 2020. EVALUASI IMPLEMENTASI
SISTEM PEMBELAJARAN DARING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal
Sosial dan Humaniora, 4(1).
S.Nasution. 1992. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Hikayat.
Syah, M. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tahir .Thamrin, Dkk. Perubahan Paradigma Pendidikan Dan Ekonomi Di Masa Pandemi
Covid-19 : Peluang, Tantangan Dan Strategi, Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Tjandra, D. S. 2020. Impelementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Abad 21.
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 1(1).
Warkintin, W., & Mulyadi, Y. B. 2019. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis CD Interaktif
Power Point Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Scholaria: Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 9(1).
Waryanto, N.H. 2006. Online learning sebagai salah satu inovasi pembelajaran. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Matematika, Vol. 2, No.1.
Wulandari, M.S. & Rahayu, N. 2010. Pemanfaatan media pembelajaran secara online (e-
learning) bagi wanita karir dalam upaya meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas.

14

Anda mungkin juga menyukai