Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA PRAKTIKUM KE : IX

FISIOLOGI MIKROBA

Nama : Mahatma Narendra Niti

NIM : 24020119140145

Kelompok :8

Hari, tanggal : Rabu, 11 November 2020

Asisten : Irfan Rivaldi Armando

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
ACARA IX

FISIOLOGI MIKROBA

I. TUJUAN
1.1 Mengetahui cara pengujian aktivitas enzimatis atau

biokimiamikroba.

1.2 Mendeskripsikan hasil pengujian uji biokimiawi sebagai dasar

identifikasi.

1.3 Mendiskrispikan kegunaan uji biokimiawi sebagai dasar

identifikasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Metabolisme Mikroba

Metabolisme mikroba merupakan serentetan reaksi kimia

yang terjadi dalam sel hidup. Metabolisme mikroba dibagi atas dua

fase yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah

pembentukan senyawa yang memerlukan energi (reaksi

endergonik). Sedangkan katabolisme adalah proses penguraian

senyawa yang menghasilkan energi (reaksi eksergonik) misalnya

pada respirasi yang menguraikan karbohidrat menjadi asam piruvat

dan energi. Metabolisme ini selalu terjadi dalam sel hidup karena di

dalam sel hidup terdapat enzim yang diperlukan untuk membantu

berbagai reaksi kimia yang terjadi. Suatu proses reaksi kimia yang
terjadi dapat menghasilkan energi dan dapat pula memerlukan

energi untuk membantu terjadinya reaksi tersebut (Chubukov,

2014).

2.2 Karakteristik Fisiologi Mikroba

Karakteristik fisiologis dan biokimia berhubungan

langsung dengan aktivitas enzim mikroba dan protein pengatur.

Enzim dan protein adalah produk gen. Jadi perbandingan sifat

fisiologis dan biokimia aktinobakteri adalah perbandingan genom

tidak langsung. Penentuan ciri fisiologis dan biokimia jauh lebih

mudah daripada analisis langsung genom. Selain karakterisasi

fenotipik yang menyeluruh dari suatu spesies baru, penting untuk

menentukan ciri fenotipik mana yang paling berguna untuk

mengidentifikasi spesies baru. Selain itu, metode khusus yang

digunakan untuk mengkarakterisasi suatu organisme harus selalu

disebutkan, karena hasil uji fenotipik dapat bervariasi dengan

metodologi (Plotnikov, 2010).

2.3 Uji Fisiologi dan Biokimia Mikroba

Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji

biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri

atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase, koagulase, uji

nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrolisis kanji, uji hidrogen sulfit dan
lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam dunia mikrobiologi. Biokimia bertujuan untuk

memahami bagaimana interaksi biomolekul satu dengan lainnya

membawa sifat-sifat keadaan hidup ini. Belum pernah dalam

pengamatan dalam logika molekul sel hidup, menemukan suatu

pelanggaran terhadap hukum - hukum fisis yang telah dikenal,

belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru (Radji, 2010).

2.3.1 Fermentasi Karbohidrat

Uji fermentasi karbohidrat dilakukan pada

tabung durham. Gula yang digunakan adalah glukosa,

sukrosa, dan laktosa. Media untuk uji fermentasi

karbohidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 5 mL. Isolat khamir sebanyak 1 ose dari media

padat yang telah berumur 48 jam diambil lalu

diinokulasikan ke dalam media uji fermentasi. Setelah itu

dilakukan inkubasi selama 7 hari pada suhu ruang ±28ºC.

hasilnya jika positif yaitu menghasilkan gelembung dan

warna media menjadi kekuningan (Anggraini, 2019).

2.3.2 Hidrolisis Pati

Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia

dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan

kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan


proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-

bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti

dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa. Proses

hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat menggunakan

katalis enzim, asam atau gabungan keduanya. Hidrolisis

secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dengan

hidrolisis secara asam. Hidrolisis secara asam memutus

rantai pati secara acak, sedangkan hidrolisis secara

enzimatis memutus rantai pati secara spesifik pada

percabangan tertentu. Hidrolisis secara enzimatis lebih

menguntungkan dibandingkan hidrolisis asam, karena

prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya dapat

dikontrol, biaya pemurnian lebih murah, dan kerusakan

warna dapat diminimalkan. Secara garis besar, tahap

hidrolisis pati adalah gelatinisasi, liquifikasi dan

sakarifikasi (Rahmayanti, 2010).

2.3.3 Hidrolisis Lemak

Lemak dan minyak merupakan senyawa

trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari

gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan

senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak

adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat


ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai

hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

Trigliserida merupakan molekul besar yang tersusun dari

sejumlah molekul yang lebih kecil melalui reaksi

dehidrasi. Lemak (fat) terbuat dari dua jenis molekul

yang lebih kecil: gliserol dan asam lemak (Indriyani,

2019).

2.3.4 Hidrolisis Kasein

Bakteri proteolitik memiliki kemampuan untuk

memproduksi enzim protease ekstraseluler. Enzim

protease ekstraseluler merupakan enzim yang berfungsi

untuk memecah protein di mana protein ini diproduksi di

dalam sel yang kemudian dikeluarkan menuju ke luar sel.

Untuk menentukan kemampuan dari bakteri proteolitik

dilakukan dengan memakai media selektif. Media

selektif yang digunakan mengandung kasein yaitu Skim

Milk Agar (SMA). Kasein terkandung pada susu di mana

kasein ini memiliki fungsi sebagai substrat enzim. Untuk

memperlihatkan hidrolisis enzim peptidase dan protease,

digunakan hidrolisis kasein (Hastuti, 2017).

2.3.5 Produksi Indol (hidrolisis triptofan)


L-Tryptophan merupakan asam amino aromatik

di mana asam amino ini memiliki cincin indo. Cincin

info ini terikat pada gugus metilen serta terdapat

tambahan atom nitrogen yang terdapat pada rantai

samping. L-Tryptophan berada pada bagian dalam tanah

dengan konsentrasi rendah di mana L-Tryptofan ini

dapat dipakai oleh mikroorganisme untuk membentuk

auksin. Kondisi pH bakteri untuk memproduksi Indole

Acetic Acid (IAA) harus berada dalam kondisi yang

optimum di mana pH cenderung mendekati normal untuk

Azospirillum brasilense. Indole-3-asam piruvat (IPA)

merupakan jalur yang umum pada pembentukan IAA

(Larosa, 2013).

2.3.6 Uji Sitrat

Pada uji sitrat, dilakukan dengan cara

menginokulasi isolat pada media Simon’s Citrate (SC).

Pada pengujian sitrat memiliki tujuan yaitu mengetahui

kemampuan dari bakteri dalam memakai sitrat sebagai

satu-satunya sumber karbon. Pada pengujian sitrat juga

memiliki tujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri

dalam memakai sitrat sebagai satu-satunya sumber

energi. Pada uji ini, hasil positif akan ditunjukkan dengan


terdapat perubahan warna media di mana media berubah

warna dari hijau menjadi biru. Hal ini dapat disebabkan

karena pada pemakaian sitrat oleh bakteri

mengakibatkan asam menghilang dari biakan.

Penghilangan asam ini mengakibatkan terjadinya

kenaikan pH serta mengubah warna media dari hijau

berubah menjadi biru (Ulfa, 2016).

2.3.7 Uji Katalase

Pada sebagian dari bakteri memiliki kemampuan

untuk menghasilkan enzim peroksidase atau katalase.

Enzim tersebut memiliki kemampuan untuk

mendestruksi oksigen peroksida (H2O2). Hidrogen

peroksida memiliki sifat toksik. Hidrogen peroksida

secara cepat dapat merusak komponen dari sel bakteri.

Dengan menggunakan enzim katalase, H2O2 akan

dikatalisis menjadi air (H2O) dan oksigen (O2). Pada uji

katalase, koloni dari bakteri uji dicampur dengan H2O2

10% pada gelas benda. Pada uji ini, akan terbentuk

gelembung udara pada sekitar koloni apabila hasilnya

positif (Ulfa, 2016).

2.3.8 Uji Selulase


Uji selulosa merupakan suatu polimer glukosa

yang tersusun atas ikatan β-1,4 serta terikat bersama

dengan hemiselulosa. Komposisi selulosa berkisar antara

40-50% dari semua penyusun dinding sel tumbuhan.

Degredasi lignoselulosa salah satunya memerlukan

enzim xilanase serta enzim selulase. Xilanase dan

selulase berasal dari mikroorganisme di mana

mikroorganisme ini berada pada saluran pencernaan

rayap. Selulase merupakan suatu enzim yang memiliki

kapabilitas untuk mendegredasi selulosa. Selulase

merupakan suatu enzim ekstraseluler di mana enzim ini

terdiri dari kompleks ekso-ß-1,4-glukanase

(eksoglukanase) yang terdiri dari cellodextranase (EC

3.2.1.74) atau cellobiohydrolase (EC 3.2.1.91), dan n ß-

glukosidase (EC 3.2.1.21) (Antriana, 2014).

2.3.9 Uji Gelatinase

Uji hidrolisis gelatin merupakan salah satu

contoh dari aplikasi enzim dari bidang pengolahan

pangan. Hidrolisis gelatin merupakan asli dari gelatin

dari suatu proses secara biokimia, pemanasan, atau

kimia. Kandungan asam amino gelatin terdapat pada

gelatin di mana asam amino tersebut terdiri dari asam


glutamat 10-12%, asam aspartat 6-7%, arginin 8-9%,

alanin 8-11%, hidroksiprolin 7-15%, prolin 10-18%, dan

glisin 26-34%. Enzim gelatinase merupakan enzim yang

masuk ke dalam kategori enzim protease. Enzim

gelatinase memiliki fungsi yaitu untuk menguraikan

gelatin. Pada pangan, gelatin memiliki fungsi yaitu

sebagai pengental, pembentuk gel, dan sebagai pengatur

keseimbangan, pengembang. Terdapat beberapa bakteri

yang mampu untuk membuat gelatin. Bakteri tersebut

yakni Proteus, Staphylococcus aureus,

Chromobacterium violaceum, Vibrio comma,

Salmonella, Corynebacterium, Bacillus subtilis, Seratia

marcescens, Pseudomonas aeruginosa, dan

Micrococcus (Prihanto, 2018).


III. METODE PENELITIAN
2.4 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Tabung Durham

2. Tabung reaksi

3. Cawan petri

4. Gelas beaker

5. Erlenmeyer

6. Gelas benda dan kaca penutup

7. Batang pengaduk

8. Pipet tetes

9. Jarum ose

10. Rak tabung reaksi

11. Mortar dan pestle

12. Pembakar spirtus

13. Lemari pendingin

14. Inkubator

15. Autoklaf

16. Laminar Air Flow (LAF)

3.1.2 Bahan

1. Isolat Escherichia coli

2. Isolat BAL dari Oryza nivara

3. Isolat bakteri dari wadi ikan patin


4. Biakkan Mycobacterium

5. Biakkan Staphylococcus aureus

6. Isolat Bacillus sp. dari rizosfer tanaman sawi

7. Isolat Bacillus sp. dari rizosfer tanaman padi

8. Isolat Bacillus sp. dari tanah gambut Giam Siak kecil

9. Bakteri endofit tanaman Artemisia annua L.

10. Medium cair Glucose Phenol Red

11. Medium cair Lactose Phenol Red

12. Medium cair Sucrose Phenol Red

13. Medium Starch Agar

14. Medium Nutrient Agar

15. Medium Nutrient Broth

16. Medium Skim Milk Agar

17. Medium cair Tripton 1%

18. Medium Simmon Citrate Agar

19. Medium Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1%

20. Gram iodine

21. Alkohol

22. Aquades

23. Aluminium foil

24. Pepton

25. Minyak zaitun

26. Tween-80
27. NaCl

28. CaCl2.2H2O

29. Metil merah

30. Congo Red

31. Agar

32. Gelatin

33. Reagen Kovac

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Fermentasi Karbohidrat

1. Tabung Durham diletakkan di dasar tabung reaksi

dengan posisi bibir tabung durham berada di dasar

tabung reaksi.

2. Medium untuk uji fermentasi karbohidrat dimasukkan

ke masing-masing tabung sebanyak 5ml.

3. Isolat bakteri E. coli umur 48 jam pada medium padat

diambil sebanyak 1 ose dan diinokulasikan ke dalam

medium fermentasi karbohidrat (glukosa, laktosa,

sukrosa).

4. Pada suhu ruang ± 28˚C, dilakukan inkubasi selama 48

jam.

5. Uji fermentasi karbohidrat dikatakan positif jika

medium uji berubah warna dari merah menjadi kuning


yang dapat disertakan dengan terbentuknya gelembung

udara.

3.2.2 Hidrolisis Pati

1. Medium Starch Agar dibuat dan disterilkan, kemudian

dituangkan ke cawan petri secara aseptik dan

didinginkan.

2. Sebanyak 1 ose isolat BAL ditotol pada permukaan

medium Starch Agar lalu diinkubasi selama 48 jam pada

suhu 37˚C.

3. Setelah diinkubasi, pada koloni yang terbentuk

diteteskan Gram iodine secukupnya.

4. Uji hidrolisis dikatakan positif jika terbentuk zona

bening di sekitar koloni bakteri.

3.2.3 Hidrolisis Lemak

1. Medium selektif dibuat dengan mencampurkan pepton,

minyak zaitun, Tween-80, NaCl, CaCl2.2H2O, metil

merah dan agar, kemudian disterilisasi.

2. Isolat bakteri dari wadi ikan patin diinokulasikan pada

permukaan medium selektif menggunakan jarum ose

dengan metode streak atau goresan. Proses inokulasi

dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF).


3. Isolat diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37˚C.

4. Uji hidrolisis lemak dikatakan positif jika terbentuk

zona bening di sekitar koloni bakteri.

3.2.4 Hidrolisis Kasein

1. Medium Skim Milk Agar dibuat dan disterilkan,

kemudian dituangkan ke cawan petri secara aseptik dan

didinginkan.

2. Sebanyak 1 ose isolat BAL digoreskan pada

permukaan medium Skim Milk Agar lalu diinkubasi

selama 48 jam pada suhu 37˚C.

3. Uji hidrolisis kasein dikatakan positif jika terbentuk

zona bening di sekitar koloni bakteri.

3.2.5 Produksi Indol (Hidrolisis Triptofan)

1. Medium cair Tripton 1% dimasukkan ke dalam tabung

reaksi.

2. Isolat bakteri E. coli diinokulasikan ke dalam medium,

dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang ± 28˚C.

3. Setelah inkubasi, sebanyak 1 ml reagen Kovac

diteteskan ke dalam medium berisi inokulan dalam

posisi tegak.
4. Uji produksi indol atau hidrolisis triptofan dikatakan

positif ketika terbentuk cincin merah pada permukaan

medium.

3.2.6 Uji Sitrat

1. Medium Simmon Citrate Agar dibuat miring pada

tabung reaksi secara aseptik.

2. Biakkan Mycobacterium sp diinokulasikan pada

permukaan agar miring dengan metode streak.

3. Tabung diinkubasi pada suhu 35˚C.

4. Uji sitrat dikatakan positif jika terjadi perubahan warna

medium dari hijau menjadi biru.

3.2.7 Uji Katalase

1. Gelas benda dibersihkan menggunakan alkohol,

kemudian ditetesi larutan H2O2 secukupnya.

2. Biakkan S. aureus diinokulasikan ke dalam tetesan

H2O2.

3. Uji katalase dikatakan positif jika terbentuk gelembung

udara.

3.2.8 Uji Selulase


1. Medium CMC 1% dibuat dan disterilkan, kemudian

dituangkan ke cawan petri secara aseptik dan

didinginkan.

2. Masing-masing isolat Bacillus sp ditotolkan pada

permukaan medium CMC 1% dan diinkubasi selama

24 jam pada suhu 37˚C.

3. Isolat yang terlihat tumbuh pada medium CMC 1%

kemudian dibanjiri dengan 5 ml Congo Red 0,1% dan

dibiarkan selama 1 hari.

4. Setelah 1 hari pewarna Congo Red dibilas

menggunakan NaCl 1M dan dilakukan pengamatan.

5. Uji selulase dikatakan positif jika terbentuk zona

bening di sekitar koloni bakteri.

3.2.9 Uji Gelatinase

1. Media NB+Gelatin dibuat dan disterilkan,

kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi secara

aseptik.

2. Bakteri endofit diinokulasikan ke dalam medium

dan diinkubasi selama 72 jam pada suhu 25˚C.

3. Setelah diinkubasi, tabung dimasukkan ke dalam

lemari pendingin selama ± 30 menit, setelah itu

diamati dengan posisi tabung dimiringkan.


4. Uji gelatinase dikatakan positif jika terjadi

pencairan gelatin yang ditandai dengan seluruh atau

sebagian medium berbentuk cair.


IV. HASIL PENGAMATAN
Uji Enzimatis Gambar

Fermentasi Karbohidrat

Glukosa Isolat:

E. coli

Hasil uji:

Positif

(Rahayu dan Muhammad, 2017)

Laktosa Isolat:

E. coli

Hasil uji:

Positif

(Rahayu dan Muhammad, 2017)


Sukrosa Isolat:

E. coli

Hasil uji:

Negatif

(Rahayu dan Muhammad, 2017)

Isolat:
B. subtillis
Hasil uji:
Positif

(Rahayu, 2017)

Hidrolisis Pati Isolat:

Spesies B.

subtillis Air

Cucian Oryza

nivara

(Dok, Pribadi, 2017) Hasil uji:

Positif
Hidrolisis Lemak Isolat:

Spesies B.

subtillis dan E.

coli) BAL wadi

ikan patin

Hasil uji:
(Rizky, et al., 2017)
Positif

Hidrolisis Kasein Isolat:

Spesies Listeria

monocytogenes

BAL air cucian

Oryza nivara

Hasil uji:
(Dok. Pribadi, 2017)
Positif

Produksi Indol Isolat:

(Hidrolisis E. coli

Triptofan) Hasil uji:

Positif

(Rahayu dan Muhammad, 2017)


Uji Sitrat Isolat:

Mycobacterium

sp

Hasil uji:

Positif
(Gurpreet, et al., 2018)

Uji Katalase Isolat:

S. aureus

Hasil uji:

Positif

(Hayati, et al., 2019)

Uji Selulase Isolat:

Bacillus sp. dari

rizosfer tanaman

sawi, isolat

Bacillus sp. dari

rizosfer tanaman

padi, dan isolat

Bacillus sp. dari


(Rahayu, 2014)
tanah gambut

Giam Siak kecil

Hasil uji:
Positif

Uji Gelatinase Isolat:

Bakteri endofit

tanaman

Artemisia annua

L.

(Rachmawati, 2007) Hasil uji:

Negatif
V. PEMBAHASAN
Praktikum Mikrobiologi Acara IX dengan judul “Fisiologi

Mikroba” dilaksanakan secara daring via Microsoft Teams pada hari

Rabu, 11 November 2020 pukul 13.00 – 15.50. Praktikum ini bertujuan

agar praktikan mengetahui cara pengujian aktivitas enzimatis atau

biokimia mikroba, dapat mendeskripsikan hasil pengujian aktivitas

enzimatis mikroba, serta dapat mendeskripsikan kegunaan uji biokimia

sebagai dasar identifikasi. Alat yang digunakan adalah tabung Durham,

tabung reaksi, cawan petri, gelas beaker, erlenmeyer, gelas benda dan

kaca penutup, batang pengaduk, pipet tetes, jarum ose, rak tabung

reaksi, mortar dan pestle, pembakar spirtus, lemari pendingin, inkubator,

autoklaf dan LAF. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah isolat E.

coli, isolat BAL dari Oryza nivara, isolat bakteri dari wadi ikan patin,

biakkan Mycobacterium, biakkan S. aureus, isolat Bacillus sp. dari

berbagai sumber (rizosfer tanaman sawi rizosfer tanaman padi dan tanah

gambut Giam Siak kecil), bakteri endofit tanaman Artemisia annua L.,

medium cair Glucose, Lactose, dan Sucrose Phenol Red, Starch Agar,

NA, NB, Skim Milk Agar, Tripton 1%, Simmon Citrate Agar,

Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1%, Gram iodine, alkohol, aquades,

aluminium foil, pepton, minyak zaitun, Tween-80, NaCl, CaCl2.2H2O,

metil merah, agar, Congo Red, gelatin, dan reagen Kovac. Terdapat 9 uji

fisiologi mikroba yang dilakukan pada praktikum ini meliputi uji

fermentasi karbohidrat, hidrolisis pati, hidrolisis lemak, hidrolisis


kasein, produksi indol (hidrolisis triptofan), uji sitrat, uji katalase, uji

selulase, dan uji gelatinase.

5.1. Metabolisme Mikroba (Pengertian,

Metabolisme adalah reaksi kimia yang terjadi pada sel

makhluk hidup baik itu berukuran makroskopis maupun

mikroskopis. Adanya metabolisme berfungsi agar makhluk hidup

mempunyai energi untuk aktivitas maupun menjaga kelangsungan

hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fifendy (2017) yang

menyatakan bahwa sebagaimana layaknya makhluk hidup lainya,

bakteri tetap melakukan metabolisme karena membutuhkan energi

untuk melakukan aktivitas hidupnya. Walaupun terdapat berbagai

jenis substansi yang menjadi bahan dasar dari metabolisme yang

digunakan oleh mikroba, pola dasar dari metabolisme itu sendiri

umumnya adalah bentuk perubahan dari bentuk senyawa yang

kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana atau kebalikanya.

Misalnya, bakteri mengubah Nitrobacter mampu mengubah nitrit

menjadi nitrat yang akan menghasilkan energi dan nitrat yang

dihasilkan akan dimanfaatkan oleh tumbuhan.

5.2. Uji Fisiologi dan Biokimia Mikroba (Pengertian dan Prinsip)

Uji fisiologi dan uji biokimia adalah serangkaian uji yang

dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi mikroba

berdasarkan aktivitas selnya. Uji fisiologi dan kimia memiliki


prinsip berupa menentukan jenis bakteri yang terdapat pada sebuah

medium berdasarkan reaksi metabolisme yang dihasilkan olehnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrahidayat (2014) yang

menyatakan bahwa Tujuan dari dilakukanya uji fisiologi dan uji

biokimia adalah untuk melakukan identifikasi jenis bakteri sesuai

dengan aktivitas sel. Prinsip dari kedua uji ini adalah bakteri yang

ditemukan pada medium diidentifikasi dan ditentukan jenisnya

sesuai dengan reaksi metabolisme yang terjadi.

5.2.1. Fermentasi Karbohidrat

Pengujian fermentasi karbohidrat bertujuan untuk

mengetahui dan mengidentifkasi kemampuan suatu bakteri

apakah bisa melakukan fermentasi karrbohidrat atau tidak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggraini (2019) yang

menyatakan bahwa salah satu cara untuk melakukan

identifkasi mikroba dapat dilakukan dengan melihat

kemampuan mikroba itu sendiri dalam memfermentasi

karbohidrat.

Prosedur kerja yang dilakukan dalam uji

fermentasi glukosa adalah sebagai berikut. Pertama,

biakkan bakteri diinokulasikan ke dalam media glukosa,

laktosa, dan sakarosa. Kedua, media glukosa, laktosa, dan

sakarosa yang diinokulasikan bakteri diinkubasi dengan


durasi 48 jam dengan temperatur 28°C menggunakan

tabung durhan yang diletakkan di bawah tabung reaksi. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Ummamie (2017) yang

menyatakan bahwa uji fermentasi karbohidrat dapat

dilakukan sebagai berikut. Pertama, isolat bakteri E. coli

diambil sebanyak 1 ose dan diinokulasikan ke dalam media

yang mengandung glukosa, laktosa, maupun sukrosa.

Kemudian, media yang sudah diinokulasi oleh bakteri E.

coli diinkubasikan selama 48 jam dengan suhu 28°C.

Bahan yang dipakai dalam pengujian fermentasi

kabohidrat adalah media glukosa, laktosa, dan sukrosa.

Fungsi dari ketiga bahan tersebut adalah sebagai nutrien

molekul gula yang nantinya akan dipecah oleh bakteri. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Ummamie (2017) yang

menyatakan bahwa glukosa, laktosa, dan sukrosa adalah

contoh senyawa gula (karbohidrat) yang digunakan dalam

proses fermentasi. Kedua, biakkan bakteri E. coli

merupakan bakteri yang sering ditemukan pada air minum

yang tercemar. Fungsi digunakanya bakteri E. coli adalah

sebagai mikroba yang akan dibuktikan apakah mampu

memfermentasi karbohidrat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Prasetya (2019) yang menyatakan bahwa air


minum seringkali tercemar oleh adanya bakteri E. coli yang

mampu untuk melakukan degradasi karbohidrat.

Setelah dilakukan pengujian, ternyata hasil yang

didapatkan adalah hasil yang positif pada pengujian

glukosa dan laktosa namun memiliki hasil pengujian

sukrosa yang negatif. Sebab, pada pengujian fermentasi

glukosa dan laktosa, tabung reaksi menunjukkan perubahan

warna menjadi kuning karena bakteri E.coli mampu

memproduksi asam dan bereaksi dengan glukosa dan

laktosa. Kemudian, hasil uji glukosa dan laktosa juga

dihasilkan gelembung gas. Hal ini berbeda dengan saat

melihat hasil uji sukrosa yang tetap bewarna merah dan

tidak berubha menjadi kuning. Selain itu pada uji

fermentasi sukrosa tidak ditemukan adanya gelembung gas.

Penyebab dari gagalnya pengujian adalah bakteri E.coli

tidak bereaksi terhadap sucrose phenol red. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Prasetya (2019) yang menyatakan

bahwa pengujian fermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa

dapat dinyatakan positif apabila terjadi pembentukan

gelembung yang terlihat pada tabung durham. Selain itu,

hasil uji positif ditandai dengan adanya perubahan tabung

reaksi menjadi bewarna kuning yang tadinya bewarna


merah. Alasan mengapa bakteri E. coli bisa bereaksi dan

memberikan hasil positif adalah karena bakteri ini bakteri

ini mampu memunculkan gelembung dan mampu

mengubah warna tabung reaksi dari merah menjadi kuning.

Alasan mengapa bakteri E. coli dinyatakan memiliki hasil

yang negatif pada pengujian sukrosa karena pada bakteri ini

tidak mampu melakukann reaksi bersama pepton dan

sukrosa. Sehingga warna tabung reaksi bewarna merah dan

tidak terlihat gelembung gas pada tabung durham.

5.2.2. Hidrolisis Pati

Pengujian hidrolisis pati bertujuan Mastuti (2015)

yang menyatakan bahwa uji hidrolisis pati memiliki tujuan

untuk mengetahui apakah suatu mikroba mampu

melakukan hidrolisis pati atau amilum dan mengubahnya

menjadi sakarida dan dan mengubah sakarida menjadi

maltosa serta glukosa yang bentuknya lebih sederhana.

Uji hidrolisis pati memiliki cara kerja sebagai

berikut. Pertama, suspensi bakteri diinokulasikan pada

menuju media agar. Kedua, media agar yang sudah

diinokulasikan diinkubasi dengan durasi 24 jam pada

temperatur 37°C. Ketiga, iodine diberikan dengan cara


diteteskan pada biakkan bakteri. Keempat, zona bening

yang terbentuk diamati. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Wahyuni (2014) yang menyatakan bahwa prosedur kerja

dari pengujian hidrolisis pati adalah sebagai berikut.

Pertama, suspensi bakteri disiapkan dan diinokulasikan

menggunakan jarum ose menuju media agar. Kedua, media

agar yang sudah mengandung bakteri didiamkan selama 24

jam pada temperatur 37°C. Ketiga, diberikan beberapa tetes

gram iodine pada biakkan bakteri. Keempat, pengamatan

zona bening yang terbentuk dilakukan.

Bahan yang digunakan pada pengujian hidrolisis

bakteri adalah bakteri B. subtilis dan E. coli yang berguna

sebagai bakteri yang akan diuji. Kemudian, digunakan

media Starch Agar yang memiliki subtrat polisakarida yang

dapat menghasilkan energi apabila dirombak oleh

mikroorganisme. Terakhir, larutan iodine digunakan

sebagai reagen dan indikator berjalan atau tidaknya reaksi

hidrolisis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuni

(2014) yang menyatakan bahwa berikut ini adalah bahan

yang digunakan untuk melakukan uji hidrolisis. Pertama,

bakteri B. subtilis dan bakteri E. coli yang akan diuji apakah

bisa melakukan reaksi hidrolisis atau tidak. Kedua, media


Starch Agar adalah media yang digunakan untuk memasok

nutrisi bakteri yang diuji karena mengandung substrat

karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Ketiga, iodine

adalah suatu reagen yang digunakan untuk memunculkan

hasil perubahan akibat bakteri yang melakukan reaksi

hidrolisis yang memecah pati menjadi glukosa.

Hasil uji hidrolisis pati yang positif ditunjukkan

dengan adanya zona bening yang terbentuk di sekitar

daerah inokulasi. Hal ini disebabkan bakteri E. coli dan

bakteri B. subtilis mempunyai enzim α-amilase. Enzim α-

amilase bermanfaat untuk memecahkan pati dan sehingga

muncul zona jernih di sekitar tempat tubuhnya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sari (2014) yang menyatakan

hidrolisis pati bernilai positif karena daerah di sekitar

inokulasi muncul zona atau halo yang bening. Zona bening

ini muncul apabila larutan iodine ditambahkan. Lalu, zona

bening hanya muncul jika bakteri yang diuji mempunyai

enzim amilase sehingga bisa mampu menghidrolisis pati

menjadi gula.

5.2.3. Hidrolisis Lemak


Uji hidrolisis lemak bertujuan untuk membuktikan apakah

bakteri yang diuji mampu menghasilkan asam lemak dan

gliserol karena mempunyai enzim lipase. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Maulinda (2017) yang menyatakan

bahwa hidrolisis lemak dilakukan untuk menghasilkan

asam lemak bebas dan gliserol. Penyebab dari terjadinya

hidrolisis adalah karena mikroba mempunyai enzim lipase.

Proses pengujian hidrolis lemak dilakukan sebagai berikut.

Pertama, campurkan pepton, minyak zaitun, Tween-80,

NaCl, CaCl2.2H2O, metil merah dan agar dan disterilisasi

untuk membuat medium selektif. Kedua, bakteri yang

sudah diisolasi dari wadi ikan patin diinokulasikan

menggunakan jarum ose menuju medium selektif dengan

metode goresan. Proses inokulasi dilakukan di dalam

Laminar Air Flow (LAF). Ketiga, isolat diinkubasi dengan

durasi 24 jam pada temperatur 37˚C. Keempat, hasil postif

dari uji hidrolisis lemak adalah koloni bakteri membentuk

zona bening. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Moentamaria (2016) yang menyatakan bahwa berikut ini

adalah prosedur kerja dari uji hidrolisis lemak. Pertama

medium untuk bakteri yang diuji dibuat dan disterilisasi.

Kedua, bakteri hasil isolasi wadi ikan patin diinokulasi


menggunakan medium selektif. Adaupun metode yang

digunakan adalah metode streak atau metode gores. Ketiga

medium yang sudah diinokulasikan harus diinkubasi

selama 48 jam pada temperatur 37˚C. Terakhir, medium

diamati apakah mempunyai zona bening. Apabila muncul

zona bening berarti uji hidrolisis lemak bernilai positif.

Pengujian hidrolisis lemak menggunakan bahan-bahan

sebagai berikut. Pertama, wadi ikan patin berfungsi untuk

diambil bakterinya dan diuji apakah bisa melakukan

hidrolisis lemak. Kedua, media Nutrient Agar (NA)

berfungsi sebagai tempat menumbuhkan bakteri sehingga

zona bening dapat terlihat. Ketiga, minyak zaitun berfungsi

sebagai lemak yang akan dihidrolisis oleh mikroorganisme.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulan (2012) yang

menyatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam uji

hidrolisis lemak adalah sebagai berikut. Pertama, wadi ikan

patin mempunyai mikroflora yang akan diuji apakah bisa

melakukan fermentasi atau tidak. Bakteri yang diuji adalah

bakteri E. coli dan bakteri B. subtilis. Kedua bakteri ini

memiliki sifat bersifat proteolitik, amilolitik, lipolitik dan

termasuk bakteri asam laktat. Lalu, media yang digunakan

adalah media NA yang b0.erfungsi menyediakan nutrisi


pertumbuhan bakteri. Setelah itu, lemak yang digunakan

berasal dari minyak zaitun dan fungsinya adalah untuk

memasok lipid yang akan dihidrolisis oleh bakteri.

Hasil positif dari uji hidrolisis lemak adalah terbentuknya

zona bening yang muncul disekitar koloni bakteri.

Penyebab dari terbentuknya zona bening adalah bakteri

yang diuji mampu menghasilkan enzim lipase yang bisa

menghdirolisis lemak. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Wulan (2012) yang menyatakan bahwa hidrolisis lemak

dapat dikatakan memiliki hasil uji positif apabila media

yang digunakan terbentuk zona bening berbentuk

lingkaran. Zona bening dapat terbentuk akibat bakteri E.

coli dan B. subtilis mampu memproduksi enzim lipase

sehingga bisa melakukan hidrolisis terhadap lemak.

5.2.4. Hidrolisis Kasein

Pengujian hidrolisis kasein bertujuan untuk

mengetahui kemampuan bakteri yang diisolasi untuk

memproduksi enzim protease. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Umayyah (2019) yang menyatakan bahwa uji

hidrolisis kasein berfungsi untuk mengetahui apakah suatu

mikroba mampu menghasilkan enzim protease sehingga


bisa melakukan hidrolisis kasein. Kasein sendiri adalah

adalah protein yang dimiliki susu berupa fotoprotein.

Cara kerja dari hidrolisis kasein dapat dilakukan

sebagai berikut. Pertama, bakteri yang akan diuji

diinokulasikan menggunakan jarum ose pada medium Skim

Milk Agar. Kedua, medium kasein yang sudah

diinokulasikan bakteri diinkubasi selama 48 jam dengan

suhu 37ºC. Ketiga, medium yang diikubasi diamati apakah

memiliki zona bening yang terbentuk di sekitar koloni. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Umayyah (2019) yang

menyatakan bahwa berikut ini adalah prosedur kerja dari

hidrolisis adalah sebagai berikut. Pertama, inokulasi bakteri

yang akan diuji dilakukan dengan cara menggunakan jarum

ose dan digores pada mediium kasein. Kedua, medium

diinkubasikan selama 48 jam pada temperatur 37ºC. Lalu,

medium hasil inkubasi diamati apakah memiliki zona

bening atau belum.

Bahan yang digunakan pada pengujian kali ini

adalah medium Skin Milk Agar yang mengandung pepton

(0,1% w/v), NaCl (0,5% w/v), agar (2,0% w/v) dan susu

skim (10% v/v). Fungsi dari Skin Milk Agar untuk


menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba dan

menyediakan kasein yang nantinya akan diproses oleh

mikorba. Bakteri yang digunakan pada percobaan ini adalah

isolat BAL Oryza nivara. Hal ini sesuai dengan pernyatan

Sudaryati (2014) yang menyatakan bahwa proses

pengujian kasein memerlukan bahan berupa media Skim

Milk Agar yang berfungsi untuk menyediakan kasein. Lalu,

digunakan juga bakteri Bacillus sp yang akan diuju apakah

bisa melakukan hidrolisis kasein atau tidak. Kemudian,

digunakan juga air cucian beras merah (Oryza nivaria) yang

akan berfungsi untuk mendapatkan bakteri yang akan diuji.

Hasil yang diperoleh pada pengujian ini adala

terbentuk uji positif dikarenakan zona bening terentuk di

sekitar koloni. Zona koloni sendiri terbentuk akibat

hilangnya partikel kasein dari susu skim yang diuraikan

oleh enzim proteolitik ekstrasluler bakteri. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Hastuti (2017) yang menyatakan bahwa

hasil uji positif ditandai dengan munculnya zona bening

pada media yang berisi koloni bakteri. Penyebab zona

bening bisa terlihat dikarenakan bakteri Bacillus sp

memproduksi enzim protease yang mampu melakukan

degradasi substrat kasein yang dimiliki oleh Media Skim


Milk. Nantinya hidrololisis kasein akan menghasilkan asam

amino dan peptida yang larut. Sehingga zona bening akan

muncul disekitar pada media yang ditumbuhi koloni

bakteri.

5.2.5. Produksi Indol (Hidrolisis Triptofan)

Pengujian indol berfungsi untuk melakukan

identifikasi suatu bakteri apakah bisa menghasilkan indol

atau tidak. Penyebab bakteri bisa menghasilkan indol

adalah karena bakteri memiliki enzim tryptophanase. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Rahayu (2017) yang

menyatakan bahwa pengujian indol memiliki tujuan untuk

mengetahui apakah bakteri yang diuji memiliki enzim

tryptophanase sehingga bisa memproduksi indol.

Pengujian indol dapat dilakukan sebagai berikut.

Pertama, bakteri diinokulasikan menuju media Water

Tripton yang berada di tabung reaksi. Kedua, tabung reaksi

diinkubasikan selama 24 jam dengan suhu 37°C. Ketiga,

tabung reaksi diteteskan larutan Kovac sebanyak empat

tetes. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu (2017) yang

menyatakan bahwa prosedur kerja dari pengujian indol

dilakukan sebagai berikut. Pertama, bakteri diinokulasikan


ke dalam media Water Tripton yang berada di dalam

tabung reaksi. Kemudian, inkubasi tabung reaksi dilakukan

selama 24 jam dengan suhu 37°C. Lalu, tabung reaksi diberi

larutan Kovac dengan cara diteteskan sebanyak empat tetes.

Bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah

medium Water Tripton yang berfungsi menyediakan asam

amino bagi bakteri yang akan diujui. Kemudian, digunakan

juga reagen Kovac mengandung senyawa benzoat sehingga

bisa mendetaksi adanya indol yang dihasilkan bakteri.

Terakhir, bakteri yang diuji pada pengujiaj indol adalah

bakteri Eschercia coli. Bakteri ini termasuk ke dalam

bakteri patogen yang menyebabkan morbiditas dan

mortalitas manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Amelia (2016) yang menyatakan bahwa fungsi bahan yang

digunakan pada pengujian indol adalah sebagai berikut.

Pertama, medium Water Tripton berfungsi untuk

memberikan bakteri yang diuji asam amino. Kedua, reagen

Kovac memiliki kegunaan agar bisa mendeteksi bakteri

yang menghasilkan indol. Reagn Kovac bisa mendeteksi

bakteri yang menghasilkan indol karena mengandung

senyawa Para Amino Benzoic Acid (PABA). Ketiga,

bakteri E. coli adalah bakteri yang memiliki kemampuanya


dalam menghasilkan indol, amonia, dan asam piruvat.

Bakteri ini memiliki sifat patogen sehingga menyebabkan

mortalitas dan juga morbiditias di berbagai belahan dunia.

Hasil uji dari produksi indol memiliki hasil yang

karena tabung reaksi memiliki cincin yang warnanya

merah. Cincin bewarna merah muncul dikarenakan reagen

Kovac bisa bereaksi dengan senyawa indol. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Raharja (2015) yang menyatakan

bahwa setelah dilakukan pengamatan, uji produksi indol

bernilai positif dikarenakan terbentuk lapisan bewarna

merah di atas bagian. Hal ini menujukkan bahwa bakteri E.

coli mampu menggunakan asam amino dari medium Water

Trypton dan mengubahnya menjadi indol. Munculnya

lapisan cincin bewarna merah di bagian atas tabung reaksi

dikarenakan reagen Kovac memiliki PABA sehingga

mampu membentuk ikatan antara indol dengan PABA.

5.2.6. Uji Sitrat

Pengujian sitrat adalah pengujian yang bertujuan

untuk membuktikan mikroorgansime yang diteliti bisa

menghasilkan energi dari karbon. Prinsip dari pengujian

sitrat adalah dengan menaikkan pH sehingga kondisi asam


hilang sehingga media yang dipakai berubah warna. Hal ini

sesuai dengan pernyataaan Kusuma (2019) yang

menyatakan bahwa tujuan dari dilakukanya pengujian sitrat

adalah untuk mengetahui apakah suatu organsime bisa

menggunakan karbon atau tidak untuk menghasilkan

energi. Pengujian sitrat memiliki prinsip berupa terjadi

kenaikan pH yang artinya kondisi asam berubah menjadi

basa. Hal ini disebabkan bakteri menggunakan asam sitrat

untuk menghasilkan energi, akibatnya media berubah

warna yang tadinya hijau menjadi biru.

Pengujian sitrat memiliki cara kerja sebagai

berikut. Pertama, bakteri yang diuji diinokulasikan pada

medium Simmon Citrate (SC) agar dengann inokulum tipis.

Kedua, hasil inokulasi diinkubasikan dengan suhu 35°C

selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sari

(2014) yang menyatakan bahwa prosedur kerja uji asam

sitrat dilakukan dengan menginokulasikan bakteri menuju

media Simmon Citrate dengan inokulum yang tipis. Apabila

sudah diinokulasikan maka bakteri diinkubasi dengan

durasi 24 jam dan temperatur 35°C.


Fungsi bahan yang digunakan dalam pengujian

sitrat adalah sebagai berikut. Pertama, medium SS

berfungsi untuk menyediakan sitrat untuk bakteri sehingga

bisa dilihat bakteri yang diuji bisa menggunakan karbon

dalam sitrat atau tidak. Kedua, biakkan bakteri

Mycobacterium adalah bakteri yang akan digunakan dalam

pengujian ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rachmawati (2017) yang menyatakan bahwa saat

melakukan uji asam sitrat maka diperlukan medium

Simmon Agar yang mengandung sitrat. Nantinya, apabila

bakteri yang diuji bisa memanfaatkan sitrat maka akan

dihasilkan energi dan juga karbon. Lalu, bakteri

Mycobacterium adalah bakteri yang akan diteliti apakah

bisa menghasilkan energi dan karbon dari sitrat.

Hasil pengujian yang dilakukan bernilai positif,

hal ini disebabkan terjadi perubahan warna menjadi biru

pada tabung reaksi. Tabung reaksi bisa berubah menjadi

warna biru disebabkan bakteri mampu menggunakan sitrat

sehingga terjadi kenaikan pH. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rachmawati (2017) yang menyatakan bahwa

hasil uji positif ditunjukkan dengan perubahan warna

menjadi biru. Penyebab dari perubahan warna adalah


bakteri Mycobacterium mampu menggunakan sitrat dan

mampu menguraikan amonium dihidrogen fosfat menjadi

ion amonium NH4 + , sehingga medium menjadi alkalis atau

tidak dalam keadaan asam. Akhirnya, indikator brom timol

yang tadinya bewarna biru berubha menjadi hijau.

5.2.7. Uji Katalase

Pengujian katalase berfungsi untuk mengetahui

apakah suatu bakteri bisa menghasilkan enzim katalase. Hal

ini sesuai dengan pernyataan prinsip dari pengujian ini

adalah mikroba menguraikan hidrogen peroksida yang

bersifat toksik menjadi H2O dan O2. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Lindawati (2016) yang menyatakan bahwa

tujuan dari dilakukanya uji katalase adalah untuk

membuktikan bakteri tertentu bisa melakukan katalase.

Prinsip dari pengujian ini adalah bakteri menguraikan

hirdrogen peroksida yang merupakan senyawa toksik

menjadi hidrogen dan oksigen sehingga tidak berbahaya

bagi manusia. Penyebab hidrogen bisa dikatalisis

dikarenakan bakteri memiliki enzim katalase.

Langkah kerja yang dilakuakan dalam pengujian

enzim katalase adalah sebagai berikut. Pertama, biakkan


bakteri diambil sebanyak 1 ose koloni diinokulasikan pada

gelas objek yang steril. Kedua, koloni diratakan sehingga

tidak menumpuk. Ketiga, gelas objek diteteskan dengan

H2O2 3 persen sebanyak 1-2 tetes. Keempat, pengamatan

dilakukan apakah terdapat gelembung atau tidak. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Khairunisa (2018) yang

menyatakan bahwa berikut ini adalah cara kerja dari berikut

ini adalah cara kerja dari uji katalase. Pertama gelas objek

diinokulasikan dengan bakteri. Lalu, diteteskan dengan 1-2

tetes H2O2 3% dan diratakan. Kemudian, gelas objek

diamati kemunculan gelembungnya.

Bahan yang digunakan pada pengujian ini adalaha

biakkan murni Staphylococcus aureus. Nantinya, bakteri ini

akan diuji apakah bisa menghasilkan enzim katalase atau

tidak. Lalu, larutan dihidrogen peroksida digunakan untuk

sebagai reagen yang akan memunculkan gelembung gas.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Khairunisa (2018) yang

menyatakan bahwa fungsi dari biakkan bakteri

Staphylococcus aureus adalah untuk bahan uji bakteri yang

menghasilkan enzim katalase. Lalu, larutan dihidrogen

peroksida diberikan untuk agar bisa bereaksi dengan enzim

katalase sehingga menghasilkan oksigen.


Hasil positif dari pengujian enzim katalase adalah

terbentuk gelembung gas pada gelas objek. Artinya bakteri

yang diuji memiliki enzim katalase yang bereaksi dengan

dihidrogen peroksida yang akhirnya membentuk

gelembung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2013)

yang menyatakan bahwa pengujian enzim katalase bernilai

positif apabila kaca objek terlihat adanya gelembung gas.

Gelembung gas terbentuk akibat bakteri menghasilkan

enzim katalase. Enzim katalase akan bereaksi dengan H2O2

dan menguraikanya. Sehingga H2O2 akan terpecah menjadi

H2 dan O2 sehingga terbentuk gelembung udara.

5.2.8 Uji Selulase

Uji selose bertujuan untuk membuktikan apakah

bakteri mempunyai enzim selulase yang mampu

menguraikan selulosa. Prinsip dari pengujian ini adalah

enzim selulase yang dihasilkan bakteri dapat

menghidrolisis senyawa selulosa menjadi glukosa. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sholihati (2014) yang

menyatakan bahwa hidrolisis selulosa merupakan usaha

untuk memecah selulosa menjadi glukosa menggunakan


enzim selulose. Hasil pemecahan dari selulosa melalui

hidrolisis asam secara enzimatis adalah monomer glukosa.

Cara kerja dari uji selulose adalah sebagai berikut.

Pertama, biakkan bakteri Bacillus sp murni diinokulasikan

menggunakan ose pada cawan petri yang terdapat media

agar Carboxymethyl Cellulose (CMC). Lalu, cawan petri

diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar. Kemudian,

cawan petri dicuci dengan NaCl 0,1 M dan pengamatan

dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu (2014)

yang menyatakan bahwa prosedur kerja dalam pengujian

selulose adalaha sebagai berikut. Pertama, biakkan bakteri

diambil dan digoreskan pada media selektif selulolitik atau

media I dan media II. Kedua, cawan petri yang sudah

digoreskan bakteri diinkubasikan dengan durasi 24 jam dan

temperatur yang digunakan adalah 50°C. Ketiga, media

yang sudah diinkubasikan diteteskan Congo Red pada

media selektif selulolitik. Keempat, media pada cawan petri

diamati apakah muncul zona bening atau tidak.

Fungsi dari bahan-bahan yang digunakan adalah

sebagai berikut. Pertama, media CMC berfungsi untuk

substrat dan menginduksi produksi enzi selulase. Lalu,


NaCl berfungsi untuk membuat zona bening yang terbentuk

menjadi lebih jelas melalui proses pembilasan. Adaupun

fungsi dari Congo red adalah untuk mewarnai media CMC.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu (2014) yang

menyatakan bahwa berikut ini adalah fungsi dari bahan-

bahan yang digunakan saat melakukan pengujian selulose.

Hasil dari positif yang diperoleh dari pengujian

selulose adalah munculnya zona bening pada media CMC.

Penyebab dari berhasilnya pengujian adalah koloni bakteri

Bacillus sp mampu memproduksi enzim selulose yang

termasuk ke dalam enzim katalase sehingga selulosa akan

terdergradasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nababan

(2019) yang menyatakan bahwa hasil positif dari pengujian

selulosa adalah mikroba yang diuji mampu melakukan

degradasi terhadap selulosa dengan bantuan enzim selulose

atau katalase. Hasil degradasi yang terbentuk adalah

metana, air, dan karbondioksida. Karena proses degradasi

berhasil maka akan terbentuk zona bening pada medium

CMC.

5.2.9 Uji Gelatinase


Uji gelatinase dilakukan untuk untuk

membuktikan suatu mikroba mampu menghasilkan enzim

gelatinase. Prinsip dari pengujian hidrolisis gelatin adalah

dengan cara mencairkan gelatin yang sudah dicairkan ke

dalam lemari pendingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rachmawati (2017) yang menyatakan bahwa pengujian

gelatinase adalah untuk membuktikan suatu mikroba bisa

menghasilkan enzim gelatinase yang termasuk ke dalam

enzim protease sehingga bisa menguraikan gelatin.

Pengujian ini memiliki prinsip gelatin yang sudah

didinginkan dicairkan kembali.

Cara kerja dari uji gelatinase adalah sebagai

berikut. Pertama, media diinokulasikan dengan bakteri.

Kedua, media yang sudah diinokulasi diinkubasikan

dengan durasi 72 jam dan temperatur 25℃. Ketiga, tabung

reaksi dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan

durasi 30 menit dan amati apakah terdapat pencairan gelatin

atau tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priharta (2018)

yang menyatakan bahwa berikut ini adalah prosedur kerja

dari uji gelatinase. Pertama, tabung reaksi yang berisi media

diinokulasikan bakteri endofit dari tanaman Artemisia

annua L. Setelah diinokulasikan, tabung reaksi diinkubasi


selama 72 jam dengan suhu 25℃. Lalu, tabung reaksi

dimasukkan ke dalam lemari es selama 25 menit. Terakhir

tabung reaksi diamati apakah gelatin di dalamnya mencair

atau tidak.

Fungsi bahan yang digunakan pada pengujian

gelatinase adalah sebagai berikut. Pertama, media Media

Nutrient Broth (NB) digunakan sebagai media pengujian

bakteri aktif. Lalu, gelatin berfungsi untuk mensuplai zat

hara untuk mikroba. Kemudian. Bakteri endofit dari

tanaman Artemisia annua adalah bakteri yang akan diuji

apakah bisa menguraikan gelatin atau tidak. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Priharta (2018) yang menyatakan bahwa

berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan pada

pengujian hidrolisis gelatin. Pertama, fungsi media NB

adalah untuk adalah untuk menyediakan nutrisi bagi bakteri

agar bisa tumbuh. Lalu, fungsi dari gelatin adalah untuk

menyediakan zat hara dan akan diuraikan oleh bakteri yang

diuji. Kemudian, bakteri endofit adalah mikroorganisme

yang akan diuji kemampuanya untuk menghasilkan enzim

gelatinase.
Hasil dari pengujian gelatinase bernilai negatif.

Hal ini dikarenakan medium gelatin yang diinokulasikan

oleh bakteri yang asalnya dari tanaman Artemisia annua

tidak mampu menghidrolisis gelatin sehingga gelatin tetap

dalam keadaan padat. Sehingga bakteri yang diuji ini tidak

bisa menghasilkan enzim gelatinase. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Prohanti (2014) yang menyatakan bahwa

pengujian gelatinase akan bernilai positif apabila terbentuk

cairan yang asalnya dari lelehan gelatin. Gelatin bisa

berubah menjadi cair apabila bakteri menghasilkan enzim

gelatinase. Agar ujicoba gelatinase yang menggunakan

bakteri endofit bisa menghasilkan gelatin berwujud cair,

maka tabung reaksi perlu dimiringkan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Rori (2020) yang menyatakan bahwa

bakteri dari tanaman genus Artemisia bisa menghasilkan

gelatin berbentuk cair dengan cara dimiringkan walaupun

tetap saja hasil uji yang didapatkan adalah negatif


VI. KESIMPULAN
Setelah dilakukan praktikum, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.

6.1 Pengujian aktivitas enzimatis dan biokimiawi mikroba dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara dan beberapa diantaranya

adalah: fermentasi karbohidrat, hidrolisis pati, hidrolisis lemak,

hidrolisis kasein, hidrolisis triptofan, penggunaan sitrat, produksi

katalase, hidrolisis gelatin dan hidrolisis selulase. Adaupun

pengujian fermentasi karbohidrat menggunakan sukros, laktosa,

dan glukosa.

6.2 Hasil pengujian positif dari fermentasi karbohidrat pada media gula

glukosa, laktosa, dan sukrosa adalah terjadi perubahan warna dari

merah menjadi kuning dan terbentuknya gelembung. Hasil uji

negatif pada media sukrosa ditunjukkan dengan tidak terjadi

perubahan warna (warna tetap merah). Pengujian hidrolisis lemak

mempunyai hasil positif karena muncul zona bening yang di sekitar

koloni bakteri akibat degradasi lemak dari media menjadi molekul-

molekul yang lebih sederhana. Pengujian hidrolisis tritofan

mempunyai nilai positif karena terbentuk cincin merah akibat

reaksi indol dengan aldehid. Cincin merah dapat terbentuk di

bagian atas media. Pengujian asam sitrat dapat dinyatakan positif

karena isi tabung reaksi berubah menjadi biru, sedangkan hasil

negatif dapat dilihat dari tidak terjadinya perubahan warna.

Pengujian katalase dapat dinyatakan positif apabila terlihat karena


gelembung karena isolat bakteri yang diuji adalah bakteri

Staphylococcus sp. Pengujian gelatin dapat dinyatakan negatif

karena mikroba tidak mampu menguraikan gelatin sehingga gelatin

itu sendiri tetap padat. Pengujian selulosa bernilai positif karena

disekitar koloni tebentuk zona bening.

6.3 Pengujian biokimiawi adalah usaha untuk melakukan identifikasi

dan detrminsasi biakkan murni bakteri dengan tinjauan sisi

fisiologisnya. Respon bakteri terhadap uji biokimiawi berbeda-

beda tergantung dengan spesiesnya. Oleh karena itu identifikasi

dan determinasi suatu isolat bakteri dapat dilakukan melalui

pengujian secara biokimiawi


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Titik Fadilah, Ace Baehaki, dan Herpandi. 2016. Aktivitas Reduksi
Merkuri pada Bakteri yang Diisolasi dari Air dan Sedimen di Sungai Musi.
Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Vol 5(1): 94-106.

Anggraini, Ika, Rejeki Siti Fatimah, dan Endang Kusdiyantini. 2019. Isolasi
Khamir dari Batang Tanaman Tebu dan Identifikasinya Berdasarkan
Sekuens Internal Transcribed Spacer. Jurnal Bioteknologi dan Biosains
Indonesia. Vol 6(1): 39-52.
Antriana, N. (2014). Isolasi Bakteri Asal Saluran Pencernaan Rayap Pekerja
(Macrotermes spp.). Saintifika, 16(1).

Chubukov, V., Gerosa, L., Kochanowski, K., & Sauer, U. (2014). Coordination of
microbial metabolism. Nature Reviews Microbiology, 12(5), 327-340.
Dewi, Amalia Krishna. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas
Staphylococcus aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing
Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di Wilayah Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sains Veteriner. Vol 31(2): 138-150.
Fidendy, Mades. 2017. Mikrobiologi. Depok: Penerbit Kencana
Hastuti, U. S., Nugraheni, F. S. A., & Al Asna, P. M. (2017, October). Identifikasi
dan Penentuan Indeks Hidrolisis Protein pada Bakteri Proteolitik dari Tanah
Mangrove di Margomulyo, Balikpapan. In Proceeding Biology Education
Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning, 14(1), 265-270.

Hastuti, Utami Sri, Febriani Sarwendah Asri Nugraheni, dan Putri Asna. 2017.
Identifikasi dan Penentuan Indeks Hidrolisis Protein pada Bakteri
Proteolitik dari Tanah Mangrove di Margomulyo, Balikpapan. Proceeding
Biology Education Confrenece. Vol 14(1): 265-270.

Indriyani, N. (2019). Pengaruh Waktu Inkubasi dan Jumlah Substrat Terhadap


Pembentukan Metil Ester Dari Minyak Jelantah Menggunakan Enzim
Lipase Terimobilisasi Karbon Aktif. Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia.
Khairunnisa, Midali. 2018. Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus pada
Kambing Peranakan Etawa (Pe). JIMVET. Vol 2(4): 538-545.
Kusuma, Gede Assataradi, Nyoman Semadi Antara, Ni Puti Suwaeiani. 2019.
Fermentasi Produksi Asam Sitrat menggunakan Aspergillus Niger ATCC
16404 dengan Substrat Hidrolisat Cair Limbah Padat Industri Brem. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. Vol 7(4)L 615-625.
Larosa, S. F., Kusdiyantini, E., Raharjo, B., & Sarjiya, A. 2013. Kemampuan Isolat
Bakteri Penghasil Indole Acetic Acid (IAA) dari Tanah Gambut Sampit
Kalimantan Tengah. Jurnal Akademika Biologi. Vol 2(3): 41-54.

Lindawati, Sri Anggraeni, I Wayan Suardana. 2016. Isolasi dan Identifikasi Spesies
Bakteri Asam Laktat Penghasil Senyawa Antimikrob Asal Kolon Sapi Bali.
Jurnal Veteriner. Vol 17(4): 576-581.
Mastuti, Endang, Amanda Ayu, dan Purwanti. 2013. Hidrolisa Pati dari Kulit
Singkong (Variabel Ratio Bahan dan Konsentrasi Asam). Ekuilibrium. Vol
12(1): 5-10.

Maulinda, Leni, Nasrul Zainuddin, dan Nurbaity. Hidrolisis Asam Lemak Dari
Buah Sawit Sisa Sortiran. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Vol 6(2): 1-15.
Moentamaria, Dwina, Girlian Againa, Meilita Mustika Ridhawati, Acmad
Chamaidi, dan Nanik Hendrawati. JBAT. Vol 5(2): 84-91.

Nababan, Monalisa dan Ida Bagus. 2019. Produksi Enzim Selulase Kasar dari
Bakteri Selulolitik. Jurnal Rekaya dan Manajemen Agroindustri. Vol 7(2):
190-199.
Plotnikov, A. O., Korneva, J. V., & Izvekova, G. I. 2010. Morphological and
physiological characteristics of bacteria inhabiting the intestinal mucosa of
pike (Esox lucius L.). Inland Water Biology. Vol 3(2): 173-180.

Prasetya, Ade Yulianto, Ike Yuyun Winarsih, dan Kharisma Aprilia Pratiwi. 2019.
Eteksi Fenotipik Escherichia coli Penghasil Extended Spectrum Beta-
Lactamases (Esbls) pada Sampel Makanan di Krian Sidoarjo. Life Science.
8(1): 76-85.
Prihanto, A. A., Timur, H. D. L., Jaziri, A. A., Nurdiani, R., & Pradarameswari, K.
A. 2018. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Endofit Mangrove Sonneratia alba
Penghasil Enzim Gelatinase Dari Pantai Sendang Biru, Malang, Jawa
Timur. Indonesia Journal of Halal, Vol 1(1): 31-42.

Prihanto, Asep, Awaludin dan Hanan Dwi Laksono Timur. 2014. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Endofit Mangrove Sonneratia alba Penghasil Enzim
Gelatinase dari Pantai Sendang Biru, Malang, Jawa Timur. Indonesia Halal
Journal.
Priharta, Antonium Alfian Yuas Dias. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit
dalam Batang Tanaman Artemisa annua L yang Diuju Potensi
Antibakterinya terhadap Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.
Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata
Dharma.
Rachmawati, Rosalia Guruh. Isolasi dan Identifkasi Bakteri Endofit dalam Batang
Tanaman Artemisisa annua L. yang Diuji Potensi Antibakterinya terhadap
Bacillus subtilis dan Salmonella typhi. Skripsi. Program Studi Farmasi.
Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Radji, Maksum.dr. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran.


EGC: Jakarta
Raharja, Zulfikar Tria. 2015. Identifikasi Escherichia coli pada Air Minum Isi
Ulang dari Depot di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Islam Syaruf Hidayatullah.
Rahayu, Ariani Gusti, Yuli Haryani, dan Fifi Puspita. 2014. Uji Aktivitas Selulolitik
dari Tiga Isolat Bakteri Bacillus sp. Galur Lokal Riau. JOM FMIPA. Vol
1(2): 319-327.
Rahayu, Susi Adrianti, Muhammad Hidayat Gumilar. 2017. Uji Cemaran Air
Minum Masyarakat Sekitar Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi
Bakteri Escherichia coli. IJPST. Vol 4(2): 50-56.

Rahmayanti, D. (2010). Pemodelan Dan Optimasi Hidrolisa Pati Menjadi Glukosa


Dengan Metode Artificial Neural Network-Genetic Algorithm (ANN-GA).
Disertasi. Universitas Diponegoro.
Sari, Mega Puspita. 2014. Isolasi Bakteri Amilolitik Termofilik dari Sumber Air
Panas Pacet Mojokerto dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase. Skripsi.
Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sari, Nur Indah. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Tanah di Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Alauddin Makassar.

Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2014. Peranan Mikroba bagi Kesehatan Tanaman


dan Kelestarian Lingkungan. Malang: UB Press.

Sudaryati, Yati Soeka dan Sulistiani. 2014. KARAKTERISASI Protease Bacillus


subtilis A1 InaCC B398 Yang Diisolasi dari Terasi Samarinda. Berita
Biologi. Vol 13(2): 203-211.

Ulfa, A., Suarsini, E., & al Muhdhar, M. H. I. (2016). Isolasi dan Uji Sensitivitas
Merkuri pada Bakteri dari Limbah Penambangan Emas di Sekotong Barat
Kabupaten Lombok Barat: Penelitian Pendahuluan. In Proceeding Biology
Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning. Vol
13(1): 1793-799.
Umayyah, Panatul. 2019. Isolasi Bakteri Proteolitik dari Bekatul dan Uji Aktivitas Enzim
Protease pada Berbagai Suhu. Skripsi. Program Studi Kimia. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ummamie, Liza, Rastina, Erina, dan Reza, Ferasyi, Darnianti, Al-Azhar. 2017.
Isolasi dan Identifikasi Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada
Keumamah di Pasar Tradisional. Jimvet. Vol 1(3): 574-583.
Wahyuni, Sri. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Manolitikasal Bonggol Pohon
Sagu. Jurnal Agroteknos. Vol 4(3): 174-179.

Wulan, Praswati. 2012. Reaksi Hidrolisis Minyak Zaitun Menggunakan Lipase


Rhizopus oryzae yang di Imobilisasi Melalui Metode Adsorpsi.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Bandar Lampung, 6 Desember 2020


Asisten Praktikan

Mahatma Narendra Niti


Irfan Rivaldi Armando 24020119140145
24020117140087

Anda mungkin juga menyukai