Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Pemeriksaan Fisik dan Keluhan Berdasarkan Skenario

Pemeriksaan Fisik: Tinggi Badan: 155 cm, berat badan: 70 kg, lingkar pinggang 90 cm, dan
tekanan darah 130/80 mmHg

Keluhan: Kelebihan Berat Badan

1. Penilaian Status Gizi berdasarkan Tinggi badan dan Berat Badan

IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat
populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk pengukurannya sendiri
digunakan indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter
kuadrat (m )2. Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka pengukurannya harus
dilakukan dengan teliti. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh
dan proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan
yang sama bagi semua populasi (Sudoyo, 2009). Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran
yang menyatakan komposisi tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan.
IMT digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan pola hidup,
kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak dan protein, serta rendah
karbohidrat. IMT tidak dapat membedakan otot dengan lemak, selain itu pula tidak
memberikan distribusi lemak di dalam tubuh yang merupakan faktor penentu utama risiko
gangguan metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan. Pola penyebaran lemak
tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan pinggul atau mengukur
lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada
titik yang terlebar, lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul (Arora et al, 2007).
Tabel dibawah ini merupakan klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang
dewasa berdasarkan IMT menurut Kriteria Asia Pasifik :

Klasifikasi IMT (kg/m2 )


Berat badan < 18,5
kurang
18,5 - 22,9
Kisaran normal
≥ 23,0
Berat badan lebih
Berisiko 23,0 – 24,9

Obesitas I 25,0 – 29,9

Obesitas II ≥ 30,0

Berdasarkan skenario, pemeriksaan fisik untuk tinggi badan adalah 155 cm dan berat badan
70 kg, maka untuk menetukan pasien tersebut mengalami obesitas atau tidak dengan
mengukur status gizi menggunakan rumus IMT:

Indeks Massa Tubuh:

Berat Badan(kg)/ Tinggi Badan(m2)

70 kg/(1,55)2m= 29,13 kg/m2 (obesitas I)

Hasil yang didapatkan dari perhitungan rumus Indeks Massa Tubuh ialah 29,13 kg/m2. Sesuai
dengan tabel “klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan
IMT menurut Kriteria Asia Pasifik”, didapatkan hasil bahwa 29,13 kg/m2 termasuk kategori
obesitas I.

2. Penilaian Status Gizi berdasarkan Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang adalah salah satu indikator untuk menentukan jenis obesitas yang diperoleh
melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur di antara crista illiaca dan costa XII
pada lingkar terkecil, diukur dengan pita meteran non elastis (ketelitian 1 mm). Pada
penelitian lain yang dilakukan Wang et al. (2005), ukuran lingkar pinggang yang besar
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular karena
lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intraabdominal atau lemak
visceral. Pengukuran LP dapat digunakan untuk memprediksi adanya timbunan lemak pada
daerah intraabdomen atau sering disebut obesitas sentral, yang merupakan salah satu penanda
risiko penyakit kardiovaskular. Cara pengukuran LP yang tepat, dapat dilakukan pada titik
tengah antara tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. Pita pengukur harus menempel pada
kulit, namun tidak sampai menekan. Sebaiknya pengukuran LP dilakukan ketika akhir
respirasi (Coulston, Boushey, and Ferruzzi, 2013; World Health Organization, 2008).
Berikut Nilai Cut-Points Lingkar Pinggang Obesitas Sentral Asia Selatan (International
Diabetes Federation, 2006):

Jenis Kelamin Lingkar Pinggang (cm)


Obesitas
Laki-Laki ≥90
Perempuan ≥80

Berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan untuk lingkar pinggang
adalah 90 cm pada pasien wanita. Sesuai dengan tabel “Nilai Cut-Points Lingkar Pinggang
Obesitas Sentral Asia Selatan (International Diabetes Federation, 2006)” didapatkan hasil
bahwa pasien wanita dengan lingkar pinggang ≥80 termasuk obesitas

3. Penilaian Tekanan Darah dan Hubungannya terhadap Obesitas

Obesitas merupakan salah satu dari faktor resiko hipertensi. Seseorang yang memiliki berat
badan berlebih atau mengalami obesitas akan membutuhkan lebih banyak darah untuk
menyuplai oksigen dan makanan ke jaringan tubuhnya, sehingga volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah meningkat, curah jantung ikut meningkat dan akhirnya tekanan
darah ikut meningkat. Selain itu kelebihan berat badan juga meningkatkan kadar insulin
dalam darah. Peningkatan insulin ini menyebabkan retensi natrium pada ginjal sehingga
tekanan darah ikut naik. Obesitas sentral dapat memicu terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi
karena pada obesitas sentral penumpukan lemak lebih banyak pada daerah abdomen. Jika
lemak abdomen ini berlebihan akan menyebabkan beberapa hal diantaranya: menurunkan
kadar adiponektin, menurunkan ambilan asam lemak bebas intrasel oleh mitokondria
sehingga oksidasi berkurang, dan menyebabkan akumulasi asam lemak bebas intrasel.
Kelebihan asam lemak bebas ini dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Keadaan hiperin-
sulinemia ini dapat menyebabkan vasokonstriksi dan reabsorpsi natrium di ginjal, yang pada
akhirnya mengakibatkan hipertensi.

Seseorang dengan lingkar perut yang besar sangat berisiko untuk menderita hipertensi. Hal
ini karena lingkar perut merupakan indikator banyaknya penumpukan lemak di daerah
abdomen. Semakin besar nilai lingkar perut seseorang, maka semakin banyak pula
penumpukan lemak di daerah abdomen. Penumpukan lemak di abdomen inilah yang disebut
sebagai obesitas sentral. Penumpukan lemak di abdomen erat kaitannya dengan penumpukan
kolesterol. Sel lemak pada perut mudah lepas dan bisa masuk ke pembuluh darah sehingga
bisa menyebabkan tersumbatnya aliran darah. Pada akhirnya hal ini akan menyebabkan
terjadinya hipertensi. Dikatakan hipertensi jika mengalami tekanan darah tinggi yaitu systole
lebih besar dari 140 mmHg, dan diastole lebih besar dari 90 mmHg. Berdasarkan skenario,
didapatkan bahwa tekanan darah dari pasien ialah 130/80, yang menandakan pasien tidak
dalam keadaan hipertensi namun dalam keadaan pra-hipertensi/normal tinggi.

Ref;

1. Jurnal Universitas Lampung. Obesitas. 2011.


http://digilib.unila.ac.id/6659/125/BAB%20II.pdf
2. Yuhara, Adi. 2016. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
Terhadap HbA1c. Universitas Sanata Dharma.
https://repository.usd.ac.id/5683/2/128114099_full.pdf
3. Sulastri, Delmi dkk. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi. Majalah
Kedokteran Andalas. No 2. Vol 36. 2012
4. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang.2011
http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai