Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Refarat
Cerebral
Palsy
Adela Ainiyyah Calista Rahmat
11120212077
Tunkel AR, Win HR, Micheal Scheld W. Brain Abscess. In: Youmans and Winn Neurological Surgry. Seventh Ed. Elsevier Inc.; 2017.
Slazinski T. Brain abscess. Crit Care Nurs Clin North Am. 2013;25(3):381–8.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Cerebral palsy (CP) terutama merupakan Meskipun lesi neuropatologis awal tidak
gangguan neuromotor yang mempengaruhi progresif, anak-anak dengan CP dapat
perkembangan gerakan, tonus otot dan mengembangkan berbagai kondisi sekunder
postur. dari waktu ke waktu yang akan
mempengaruhi kemampuan fungsional
mereka secara bervariasi.
Dilip R Patel, Mekala Neelakantan, Karan Pandher, Joav Merrick. Cerebral Palsy in Children. Review Article. 2020;9(Suppl 1):S125-S135
Epidemiologi
Karena CP sering didiagnosis pada masa bayi atau anak usia dini, sulit untuk mendapatkan perkiraan
prevalensi yang dapat diandalkan. Data dari akta kelahiran atau bayi baru lahir yang keluar dari rumah
sakit tidak menghitung jumlah kasus CP. Akta kelahiran harus diajukan dalam waktu 3 sampai 5 hari
setelah kelahiran, sebelum sebagian besar diagnosis, dan banyak diagnosis terjadi di klinik khusus atau
pengaturan rawat jalan dan tidak dicatat dalam database pemulangan rumah sakit.
Abimbola Michael Asalu, MBBS, MPH. Cerebral Palsy; Diagnosis, Epidemiology, Genetics, and Clinical Update. Advance in Pediatrics. Elsevier; 2019. 189-208
Etiologi
Patofisiologi
Elizabeth B, Siddarth S, Claudia DG, David C. Neurology in Clinical Practice: Cerebral Palsy. Eight Edition. Elsevier Inc.; 2021.
Manifestasi Klinik
Ada tiga sindrom cerebral palsy yang dominan, yakni:
● Spastis
● Diskinetik
● Ataksid
Graham D, Paget Sp, Wimalasundera N. Current Thinking In The Health Care Management Of Children With Cerebral Palsy. Med J Aust. 2019 Feb;210(3):129–35.
Diagnosis Langkah pertama adalah mengenali gangguan
fungsi motorik permanen dan nonprogresif pada
anak melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Cerebral Palsy dapat didiagnosis menggunakan
kriteria Levine (POSTER). POSTER terdiri dari:
● P - Posturing/ Abnormal Movement
(Gangguan posisi tubuh atau gangguan
bergerak)
● O - Oropharyngeal problems (Gangguan
menelan atau fokus di lidah)
● S - Strabismus (Kedudukan bola mata tidak
sejajar)
● T - Tone (Hipertonus atau Hipotonus)
● E - Evolution maldevelopment (refleks
primitif menetap atau refleks protective
equilibrium gagal berkembang)
● R - Reflexes (peningkatan refleks tendon atau
refleks babinski menetap)
Hardy E. Brain Abscess. In: Ferri’s Clinical Advisor 2021. Elsevier Inc.; 2021. p. 253.
Diagnosis
Selanjutnya, menyaring komorbiditas yang sering
menyertai CP. Diagnosis CP harus terdiri dari
pemeriksaan neurologis standar berupa
● penilaian neuromotorik
terdapat 2 penilaian yang telah diidentifikasi memiliki
nilai prediktif tertinggi untuk deteksi cerebral palsy
pada awal masa bayi yaitu GMA dan uji HINE
● Neuroimaging
Adanya white matter(misalnya, leukomalacia
periventrikular kistik [CPVL], infark hemoragik
periventrikular, ventrikulomegali progresif, stroke
neonatal).
Adanya grey matter seperti ganglia basal, perdarahan
serebelum, dan malformasi otak perkembangan
(misalnya, lissencephaly, microgyria, displasia
kortikal).
Hardy E. Brain Abscess. In: Ferri’s Clinical Advisor 2021. Elsevier Inc.; 2021. p. 253.
Diagnosis Pemeriksaan khusus diperlukan pada anak yang dicurigai
atau terbukti cerebral palsy, yaitu :
● Semua anak dengan cerebral palsy harus melakukan
pemeriksaan penglihatan dan pendengaran yang
segera dilakukan setelah diagnosis cerebral palsy
ditegakkan. Kerusakan dari indera tersebut sangat
mempengaruhi pendidikan dan pelatihan anak.
● Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menilai cairan
cerebrospinal ,dilakukan paling tidak satu kali pada
anak yang dicurigai cerebral palsy untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit
degeneratif ,tumor intrakranial, subdural hygroma .
Pada pasien cerebral palsy cairan cerebrospinal
normal.
● Elektroensefalogram (EEG)
● Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction
Velocity (NCV)
● Tes Laboratorium
Hardy E. Brain Abscess. In: Ferri’s Clinical Advisor 2021. Elsevier Inc.; 2021. p. 253.
Tatalaksana
3. Pembedahan:
1. Spastisitas:
● Selective Dorsal Rhizotomy
● Terapi medikamentosa oral: baclofen
● Deep brain stimulation
atau diazepam
● Intervensi ortopedik
● Botulinum toxin
● Fenol dan alcohol
4. Distonia:
● Intratekal baclofen
● Trihexyphenidyl
● Tetrabenazine
2. Gangguan motorik:
● Botulinum toxin
Fisioterapi dan terapi okupasi
5. Terapi nutrisi
6. Terapi drooling
Kirsten Vitrikas MD, Healter Dalton MD. Cerebral Palsy: An Overview. American Academy Family Physicians. NCBI;2020. Vol. 101. H-214
Prognosis
Mayoritas anak-anak dengan CP bertahan hidup
sampai dewasa. Dalam analisis regional anak-anak
dengan CP yang lahir di berbagai wilayah di Inggris
antara tahun 1980 dan 1996, kelangsungan hidup 20
tahun berkisar antara 87 hingga 94%. Dalam analisis
multivariat, kelangsungan hidup dikaitkan dengan
tingkat keparahan gangguan, berat lahir, dan status
sosial ekonomi, dengan jumlah gangguan berat yang
memiliki efek terbesar.
Gulati, Sheffali. Cerebral Palsy; An Overview. Child Neurology Division. Department of Pediatrics. All India Institute of Medical Sciences.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Walaupun Cerebral Palsy merupakan kelainan yang bersifat tidak progresif, namun ekspresi
klinisnya dapat berubah seiring dengan berjalannya proses pematangan otak. Gejala
Cerebral Palsy dan tingkat keparahannya berbeda, tergantung bagian otak yang mengalami
kerusakan, dan bahkan mungkin berubah pada satu individu dari waktu ke waktu.
• Abses cerebri dimanifestasikan dengan tanda dan gejala yang berhubungan dengan lesi
massa yang berkembang pesat, seringkali hanya dengan tanda dan gejala infeksi yang tidak
nampak.
• Pasien bisa datang dengan sakit kepala, mual dan muntah, kejang, defisit neurologis fokal,
dan perubahan status mental. Penatalaksanaan dari abses cerebri melibatkan kombinasi
antibiotik spektrum luas dan drainase bedah yang dipandu secara radiologis
THANK
YOU