Anda di halaman 1dari 5

Konsep Pre-Eklmasia Berat

2.2.1 Pengertian
Pre-eklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebulumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 20 minggu. (Obgynacea 2009).
Pre-eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria (Prawirohardjo,2008). Pre-eklamsia adalah sekumpulan gejala yang
timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
(Nuratif,2015).

2.2.2 Etiologi
Menurut Nurarif (2015).pre-eklamsia berat umum terjadi pada kehamilan pertama,
kehamilan pada usia remaja, dan kehamilan diatas umur 35 tahun. Namun ada beberapa
resiko yang dapat menyebabkan terjadi pre-eklamsia berat yaitu:
1) Riwayat kencing manis, kalainan pada ginjal (oliguria), lupus, atau rematoid atritis.
2) Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan.
3) Riwayat pre-eklamsia sebelumnya.
4) Hipertensi.
5) Kegemukan (obesitas).
Pre-eklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria, yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada kehamilan berumur sekitar 28
minggu. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Untuk menegak
kan diagnosa pre-eklamsia, biasanya ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/100 mmHg
atau lebih.

2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Rohan (2013). Pre-eklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
A. Pre-eklamsia Ringan:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolic 15mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3gr atau lebih per liter; kwalitatif 1+atau 2+ pada urine kateter
atau midstream.
B. Pre-Eklamsi Berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urine kurang dari 500cc per 24jam.
4) Adanya gangguan cerebral, gangguan visus, da rasa nyeri pada epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.

2.2.4 Manifestasi Klinis


1) Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1kg seminggu beberapa kali.
2) Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
3) Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit) TD >140/90 mmHg.
4) Tekanan diastolic pada trimester KE-II yang lebih dari 85mmHg patut dicurigai sebagai
pre-eklamsia berat.

2.2.5 Patofisiologi
Pada pre-eklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi
air dan garam. Proteinuria dapat desebakan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus. (Sofian,Amru,2015).
Patofisiologi pre-eklamsia berat berat berkaitan dengan perubahan fisiologis
kehamilan. Adaptasi fisiologis pada kehamilan mengikuti peningk atan volume plasma darah,
vasodilatasi penurunan retensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung, dan penurunan
tekanan osmotic koloid. Pada pre-eklamsia berat volume plasma yang beredar menurun
sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematocrit maternal penurun, termasuk
perfusi ke janin melalui plsenta. Vasospasme lebih menurun kan perfusi organ dengan
menghancurkan sel darah merah sehingga kapasitas oksigen meternal menurun. Vasospasme
merupakan akibat peningkatan sensitifitas terhadap peningkatan tekanan peredaran darah
seperti angiotengsi II dan ketidak seimbangan antara prostaglandin dan tromboksan A2.
Selain kerusakan indotel vasospasme arteriola menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler. Keadaan ini meningkat kan edema yang lebih lanjut menurunkan volume
intravaskuler, mempredisposisi pasien yang mengalami pre-eklamsia mudah mengalami
edema paru. Hubungan sistem imun dengan pre-eklamsia menunjukan faktor imunologi yang
memainkan peran penting dalam pre-eklamsia berat. Patofisiologi pre-eklamsia berat
mempengaruhi sistem syaraf pusat(SSP) dengan menginduksi edema otak dan meningkatkan
retensi otak. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan penglihatan(skotoma) atau
perubahan keadaan mental dan penurunan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam
jiwa adalah eklamsia(timbul kejang) (dr.Ida Ayu, 2015).

2.2.6 Komplikasi
Menurut Rohan (2013).Tergantung derajat pre-eklamsia, yang termasuk koplikasi
antara lain otonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP(Haemolysis Elevated Liver
Enzymes, Low platelet Cown), aplasia retina, KID(Koagulasi Intra Vaskuler Diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, syok dan kematian. Kompliksi pada
janin berhubungan dengan akut kronis nya insufisiensi uteroplasental, misal nya
pertumbuhan janin terlambat dan prematuria.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut Rohan (2013) sebagai berikut :
A. Pemeriksaan darah lengkap
1) Penurunan hemoglobin(nilai normal untuk wanita hamil dengan hasil 12-14 %.
2) Hematokrit meningkat (nilai normal 37-43 vol%).
3) Trombosit menurun (nilai normal 150-450 ribu/mm3.
B. Urinalis : ditemukan protei dalam urin
C. Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=<1mg/dl).
2) LDH (lastic dehydrogenase) meningkat.
3) SPGT meningkat (normal 15-45 u/ml).
4) SGOT meningkat (N=<31u/I).
5) Total protein serum menurun (N=6,7-8,9g/dl).
D. Tes kimia darah : asam urat meningkat (N=2,4-2,7mg/dl).
E. Radiologi
1) Ultrasonografi.
Ditemukannya retardasi pertumbuhan intra uterin pernafasan janin lambat, aktivitas janin
lambat, volume cairan ketuban sedikit terlihat kembar. (Buku Ajar Kesehatan Reproduksi,
2013).
2) Kardiografi
Diketahui denyut jantung bayi melemah.

2.2.8 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-
eklamsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya pre-eklamsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang
telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namun frekuensi nya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasan nya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring ditempat
tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat,garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini pre-eklamsia dan segera
merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan antihipertensif, memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Rohan,2013).

2.2.10 Penatalaksanaan
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif, aktif berarti kehamilan
diakhiri/diterminasi dengan pengobatan medis. Konservatif berarti kehamilan dipertahankan
bersama dengan pengobatan medis. Tetap pemantauan janin dengan klinis USG, kardiografi
(Manuaba,2009).
A. Penanganan aktif
1) Penderita harus segera dirawat, sebaikanya dirawat di ruangan khusus kamar bersalin.
Penderita ditangani aktif apabila :
 Ada tanda-tanda inpending eklamsia.
 Ada help syndrome.
 Ada kegagalan penanganan konservatif. Ada tanda-tanda gawat janin atau usia
kehamilan lebih 35 tahun atau Lebih.
2) Pengobatan medis :
 Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500cc tiap 6
jam. Cara pemberian MgSO4: dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus
(80ml/jam atau 15-20 tetes/menit)
 Obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan
tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg
 Obat nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat
diberi tambahan 10 mg lagi (Rohan,2013).
2.2.10.2 Penanganan konservatif
1) Pada kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklamsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif. Sama dengan
pengobatan medis MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tada pre-
eklamsia ringan. Selambatnya dengan waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada
perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagi kegagalan pengobatan dan segera
dilakukan terminasi. Jangan lupa : Oksigen dengan nasal kanul 4-6 1pm, obstetric:
pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi langsung terminasi.
2) Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat
tidak selalu berbaring di tempat tidur namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,
karbohidrat, garam, dan penambahan berat badan yang tidak terlalu berlebihan perlu
dianjurkan.
3) Mengenal seacara dini pre-eklamsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretic dan obat anti hipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaan antenatal yang baik.

Anda mungkin juga menyukai