Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS MENDOYO 1 KABUPATEN JEMBRANA

Oleh :

NI KETUT YULIANA

NIM : 17.321.2686

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI merupakan asupan makanan wajib diberikan sejak bayi baru lahir, yang merupakan

makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi. Kandungan zat gizi yang terkandung dalam ASI

antara lain energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B,

dan vitamin C. ASI mengandung hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan,anti alergi serta

anti infalmasi (Hubertin, 2015).

ASI eksklusif memiliki manfaat bagi bayi selama umur 6 bulan, ASI Eksklusif merupakan

makanan terlengkap yang sangat mengandung zat gizi yang diperlukan untuk ASI Eksklusif

merupakan makanan terlengkap yang mengandung zat gizi yang diperlukan untuk bayi,

mengandung antibody yang dapat melindungi bayi dari penyakit, terutama diare dan gangguan

pernafasan, ASI juga dapat melindungi bayi dari alergi, karena ASI mengandung zat yang dapat

menimbulkan alergi dan mudah dicerna dan gizi mudah diserap. Dengan memberikan ASI

minimal sampai 6 bulan maka dapat menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat,

ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan, dengan memberikan ASI maka akan

memperkuat ikatan batin ibu dan bayi dan mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar

laktosa yang sesuai dengan kebutuhan bayi, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi

penyakit kuning jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang jika diberikan ASI yang

kolostrum sesering mungkin yang dapat mengatasi kekuningan dan tidak memberikan makanan

pengganti ASI. Bayi yang lahir prematur lebih cepat menaikan berat badan dan menumbuhkan

otak pada bayi jika diberi ASI aman dan terjamin kebersihannya (Pomarida Simbolon, 2017

dalam Nurma Hi. Mabud 1, Jenny Mandang2, Telly Mamuaya 3).


World Health Organization (WHO) (2015) merekomendasikan agar bayi baru lahir diberikan

ASI hingga usia 6-12 bulan tanpa memberikan makanan atau cairan lain, kecuali vitamin,

mineral, dan obat yang telah diijinkan karena adanya alasan medis. Menurut United Nations

Childrens Fund (UNICEF) (2015), sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian balita di dunia pada tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI secara

eksklusif. Dukungan pemberian ASI ini sangat dibutuhkan karena cakupan pemberian ASI yang

masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI Eksklusif di dunia yaitu 38%. Menurut

WHO cakupan ASI Eksklusif di beberapa Negara ASEAN juga masih cukup rendah antara lain

India (46%), Philipina (34%), Vietnam (27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%)

(Kemenkes, 2018).

Menurut Kementerian Kesehatan (2018), Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun

2018 khususnya di daerah Bali sebesar (30,1%). Sedangkan Bali mendapatkan urutan nomor ke

16 dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan capaian ASI eksklusif di Indonesia belum

mencapai angka yang di harapkan yaitu sebesar 80% masih berada di bawah target Indonesia

sehat. Mengacu pada target Renstra Kemenkes pada tahun 2019 cakupan ASI sebesar 50%,

Provinsi Bali cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar 59,7% sudah mencapai target.

Kabupaten/kota ada yang belum mencapai target yaitu Kabupaten Jembrana (47,6%) dan Kota

Denpasar (47,6%). Kabupaten/kota dengan capaian tertinggi yaitu Kabupaten Badung sebesar

69,5% dan Kabupaten Buleleng sebesar 69,2% (Dinas Kesehatan Denpasar, 2018).

Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat

mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara (mengatasi masalah) dan

meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui
proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting)

dan menetap (langgeng) karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan dan pendekatan

kesehatan ini adalah hasil lamanya memerlukan waktu lama (Arini H, 2015).

Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di desa dan hampir 50 % memiliki pendidikan

rendah. Sehingga pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif pun sangat minim.

Ketidaktahuan ibu tersebut juga akan mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif,

oleh karena itu pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif perlu ditingkatkan (Arini H, 2015).

Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam

memberikan ASI Eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah (Arini H, 2015).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam

menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik

secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang

lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan

kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari

pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi  pengetahuan (Arini H, 2015).

Dengan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana “Hubungan pendidikan

terhadap pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mendoyo 1 Kabupaten Jembrana.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Adakah Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mendoyo 1

Kabupaten Jembrana?”
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pendidikan

terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mendoyo 1 Kabupaten Jembrana.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pendidikan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Mendoyo 1 Kabupaten Jembrana.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kualitas Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mendoyo 1

Kabupaten Jembrana.

1.3.2.3 Menganalisis Hubungan Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Mendoyo 1 Kabupaten Jembrana.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Manfaat Bagi Puskesmas

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

petugas kesehatan dalam upaya memberikan informasi terkait pemberian ASI

Eksklusif pada bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.

1.4.1.2 Bagi Peneliti lain

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian pengembangan ilmu

pengetahuan untuk menambah informasi seputar pengetahuan tentang ASI

Eksklusif serta dapat menjadi bahan referensi pustaka.


1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan informasi tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi dan informasi dalam

bidang pendidikan kesehatan tentang hubungan pendidikan terhadap pemberisan

ASI Eksklusif serta dapat dijadikan tambahan perpustakaan dalam pengembangan

penelitian selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti ada penelitian sejenis yang pernah dilakukan dan

sejenis dengan penelitian ini adalah :

1.5.1 Nurma Hi. Mabud dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan,

Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan

Malalayang Kota Manado”. Jenis penelitian ini adalah metode diskriptif Analitik

dengan rancangan Cross sectional. Data di kumpulkan dengan menggunakan

kuesioner. Responden adalah ibu yang memiliki bayi umur 7-12 bulan sebanyak 84.

Pengetahuan yang menyatakan baik 51 responden (60%), dan yang menyatakan

kurang 33 responden (36,3%). Berdasarkan pendidikan yang menyatakan Tinggi 64

responden (72%), dan yang menyatakan Rendah 20 responden (23,8%). Berdasarkan

paritas yang menyatakan 1 anak 36 responden (42,9%), dan yang menyatakan >1

anak 48 responden (57,1%). Berdasarkan Pemberian ASI eksklusif yang menyatakan


mendapatkan ASI eksklusif 38 responden (45,3%), dan 46 responden (54,7%)

menyatakan tidak mendapatkan ASI eksklusif.

1.5.2 Subur Widiyanto1, Dian Aviyanti2, Merry Tyas A dalam penelitiannya yang

berjudul “Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan

Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif”. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah

ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan berjumlah 30 orang. Besar sampel 30

ibu menyusui pada bulan Maret 2012, diperoleh dengan cara sampling jenuh.Data

yang diperoleh di analisa univariat yaitu frekuensi data independen dan dependen

serta analisa bivariat dengan uji rank spearman.

1.5.3 Rizal Ramli (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan

Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sidotopo”.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross

sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan

rumus purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 57 responden. Data yang

digunakan adalah data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner.

Kemudian, data di analisis menggunakan uji Chi Square. Pada hasil penelitian

didapatkan sebanyak 52 ibu (91%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sebagian besar

ibu (94,4%) memiliki pengetahuan kurang dan tidak memberikan ASI eksklusif, ibu

yang punya pengetahuan baik dan memberikan ASI eksklusif hanya 3 ibu (14,3%).

Sebagian besar ibu (73,7%) adalah ibu yang tidak bekerja dan tidak memberikan

ASI eksklusif (90,5%). Ibu yang bekerja berjumlah 15 ibu (26,3%) dan hanya 1 ibu

(6,7%) yang menyusui secara eksklusif. Berdasarkan hasil uji analis bivariat
diketahui bahwa Tidak ada Hubungan antara pengetahuan Ibu dengan pemberian

ASI eksklusif, P value = 0,346 > 0,05. Tidak ada hubungan antara status pekerjaan

ibu dengan pemberian ASI eksklusif, P value = 0.604 < 0,05.

1.5.4 Satriani1, Ashriady2, Dina Mariana3 (2019) yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Beru-Beru Kalukku

Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat”. Jenis penelitian yang digunakan adalah

observasional dengan desain cross sectional study.Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah

Kerja Puskesmas Beru-BeruKecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi

Barat.Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli- November Tahun 2017. Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki sampai usia 7-12 bulan yang ada di wilayah

Puskesmas Beru-Beru Kabupaten Mamuju. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan

metode Total Sampling dengan jumlah sampel 190 ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan

berdasarkan data dari Puskesmas Beru-Beru. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari

komisi etik penelitian kesehatan Polteknik Kesehatan Makassar No: 267/KEPK-

PTKMKS/VI/2017.

Anda mungkin juga menyukai