OLEH :
Masa
3-6 tahun 11 jam/hari 20% REM
Prasekolah
12-18
Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
tahun
8. Klasifikasi
1) Tidur NREM (Norapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam, dalam tidur ini gelombang otak lebih
lambat dibandingkan orang sadar atau tidak tidur. Hal ini ditandai dengan mimpi
berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan nafas turun,
metabolisme menurun, dan gerak bola mata lambat.
Tahap-tahap tidur NREM :
Tahap I
Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur dengan ciri rileks, masih
sadar dengan lingkungan, rasa mengantuk, bola mata bergerak ke kanan dan ke
kiri, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun dengan segera.
Tahap ini berlangsung sekitar lima menit.
Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap ini
ditandai dengan mata menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun,
temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun. Tahap ini berlangsung
pendek dekitar 5-10 menit.
Tahap III
Merupakan tahap tidur yang ditandai melambatnya denyut nadi, frekuensi nafas
dan proses tubuh lainnya disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatis
dan sulit bangun.
Tahap IV
Tahap ini ditandai dengan menurunnya denyut jantung dan pernafasan, jarang
bergerak dan sulit dibangunkan, gerak otot mata cepat, sekresi lambung menurun
dan tonus otot turun.
2) Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Berlangsung pada tidur malam selama ±5-20 menit. Periode pertama terjadi selama
80-100 menit namun jika kondisiorang tersebut sangat lelah maka awal tidur sangat
cepat.
Bangun (Pratidur)
NREM II NREM II
NREM IV
9. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan
gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan
tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri
atau orang lain. Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka
10. Komplikasi
1) Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,
irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
2) Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
3) Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
4) Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka
harapan hidup.
11. Prognosis
Untuk meningkatkan tidur, dapat dilakukan dengan cara menciptakan :
1) Pola Tidur-Bangun
Pertahankan waktu bangun tidur yang teratur.
Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin dari jadwal.
Pergi tidur di saat mengantuk.
Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur.
Jika tidak dapat tidur dalam 15 sampai 30 menit turun dari tempat tidur.
2) Lingkungan
Tidurlah di tempat Anda paling baik dapat tidur.
Atur temperatur kamar sesuai keinginan, gunakan selimut dan kaus kaki untuk
meningkatkan kehangatan.
Gunakan lampu tidur dan jaga agar jalur ke kamar mandi bebas dari hambatan.
Jaga agar kebisingan tetap minimum.
3) Medikasi
Gunakan sedatif dan hipnotik sebagai upaya terakhir.
Sesuaikan medikasi yang diperlukan untuk kondisi lain dan cari tahu tentang
interaksi obat yang dapat menyebabkan insomnia atau EDS.
4) Diet
Batasi kafein, alkohol, dan nikotin di sore dan malam hari.
Konsumsi karbohidrat atau susu sebagai makanan ringan sebelum tidur.
Kurangi asupan cairan 2 sampai 4 jam sebelum tidur.
5) Faktor fisiologik atau penyakit
Tinggikan kepala tempat tidur dan berikan bantal tambahan sesuai keinginan.
Gunakan analgesic 30 menit sebelum tidur untuk mengurangi sakit dan nyeri.
Gunakan terapiutek untuk mengendalikan gejala kondisi kronik sesuai resep.
12. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medis dari gangguan tidur, yaitu dengan cara :
1) Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
e) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan
rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
f) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang
si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2) Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2018) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya : Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dan lain-lain.
Insomnia
Gangguan Pola
Ansietas Risiko Cedera
Tidur
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
b) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti :
Apa yang dirasakan klien
Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan
dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi pengkajian apakah pasien
mengalami alergi atau penyakit keturunan.
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering
mengalami gangguan pola tidur.
Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
Bernapas
Nutrisi
Eliminasi
Aktivitas
Istirahat tidur
Berpakaian
Pengaturan suhu tubuh
Personal Hygiene
Rasa Aman Nyaman
Komunikasi
Spiritual
Rekreasi
Bekerja
Pengetahuan atau belajar
f) Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
g) Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik
selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
h) Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta
bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh
pola tidur berubah dan mengeluh istirahat kurang cukup.
2) Risiko Cedera berhubungan dengan mengalami bahaya atau fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya atau dalam kondisi baik ditandai dengan pasien
mengalami kejang dan perubahan fungsi kognitif.
3) Ansietas berhubungan dengan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas ditandai dengan pasien tampak gelisah, sulit tidur,
merasa bingung dan tampak tegang.
3. Intervensi
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan asuhan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Pantau
gangguan kualitas dan jam, diharapkan klien dapat pola tidur
kuantitas waktu tidur menunjukkan pola tidur yang 2. Monitor
akibat faktor eksternal adekuat dengan kriteria TTV
ditandai dengan pasien hasil : 3. Kaji fakor
mengeluh sulit tidur, 1. penyebab gangguan tidur
mengeluh pola tidur batas normal 6-8 jam/hari 4. Ciptakan
berubah dan mengeluh 2. lingkungan yang nyaman
istirahat kurang cukup. batas normal 5. Monitor
3. waktu makan dan minum
tidur atau istirahat dengan waktu tidur
4. 6. Monitor
hal-hal yang kebutuhan tidur klien
meningkatkan tidur
4. Implementasi
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari tahapan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Pada tahap ini perawat harus melaksanakan tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien yang mengalami gangguan istirahat dan tidur.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan sesuai dengan implementasi.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions &
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2016. Nursing Outcomes
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne G. 2016. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika
Suyono, S. 2016. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tarwoto, dan Wartorah. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Indika.