Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

OLEH :

NAMA : NI KETUT YULIANA


NIM : 219012660

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Menurut Potter & Perry (2016) tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan
gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas.
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase
kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2016). Sedangkan Istirahat adalah
relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh.
Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmani menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar (Tarwoto, 2016).
Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk
istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh
(Morhead, Johnson & Mass, 2016). Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah
sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik
atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 2016).
Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan
penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas
tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh
mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan
sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk
kesehatan (Suyono, 2018).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya
(Lynda Juall, 2015). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal.
2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme screablea yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer endokrin kardio vaskular, respirasi muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut
dapat diidentifikasi atau direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk aktifitas
listrik otak electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan electroculogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan
bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian batang otak atas mempunyai sel-
sel khusus dalam mempertahankan kesadaran RAS memberikan stimulus visual,
auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri yaitu
emosi, proses, pikir.
3. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur :
a. Penyakit : Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur.
b. Lingkungan : Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat tidurnya.
c. Motivasi : Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap bangun
dan waspada menahan ngantuk.
d. Kelelahan : Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM ( Rapid Eye Movement )
e. Kecemasan : Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu
tidur.
f. Alkohol : Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat-obatan : Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
lain : Diuretik : menyebabkan insomnia, Anti depresan : supresi REM, Kafein :
meningkatkan saraf simpatis, Beta Bloker : menimbulkan insomnia dan Narkotika :
mensupresi REM
4. Epidemiologi
Epidemiologi pada gangguan tidur yang umum, yaitu: insomnia, gerakan atau
sensasi abnormal di kala tidur atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari dan
adanya nyeri pada bagian tertentu.
5. Faktor Predisposisi
Kuantitas dan kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh
jumlah istirahat sesuai kebutuhannya. Faktor yang mempengaruhi, yaitu:
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak
dapat tidur.
2) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan tenang dan nyaman tiba-tiba terjadi
perubahan suasana seperti kegaduhan maka akan menghambat tidurnya.
3) Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang
dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
4) Obat-obatan
Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur, seperti: Diuretik yang menyebabkan
insomia, kafein dapat menyebabkan seseorang tidak tidur, Beta Bloker
menimbulkan insomia, Benzodiazepine meningkatkan kantuk di siang hari, alkohol
menganggu tidur REM.
5) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat pross tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan nutrisi yang kurang dapat mempengaruhi proses
tidur, bahkan terkadang sulit tidur.
6) Gaya hidup
Rutinitas seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bergantian berputar
seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur.
7) Stess emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Sress
emosional sering membuat orang menjadi tegang dan mengarah frustasi apabila
tidak tidur. Stress yang buruk atau berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur
yang buruk.
6. Patofisiologi
Pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara
bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun
terganggu. Salah satu aktivitas ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat
termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
7. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari semua kelompok
usia. Seseorang mungkin merasa cukup tidur 4 jam, tapi tidak dengan yang lain.
Kebutuhan dan pola tidur berdasarkan tingkat usia
Tingkat
USIA Perkembanga Kebutuhan Tidur Pola Tidur Normal
n

50% REM dan 1 siklus


0 -1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari tidur rata-rata 45-60
menit

11-18 20-30% REM dan tidur


Masa Bayi 12-14 jam/hari
bulan sepanjang malam
25% REM dan tidur
18 bulan-3
Masa Anak 11-12 jam/hari sepanjnag malam + tidur
tahun
siang

Masa
3-6 tahun 11 jam/hari 20% REM
Prasekolah

6-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari 18,5% REM

12-18
Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
tahun

18-40 Masa Dewasa


7-8 jam/hari 20-25% REM
tahun Muda

40-60 Masa Paruh 20% REM dan sering


7 jam/hari
tahun Baya sulit tidur

60 tahun Masa Dewasa 20-25% REM dan sering


6 jam/hari
keatas Tua sulit tidur

8. Klasifikasi
1) Tidur NREM (Norapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam, dalam tidur ini gelombang otak lebih
lambat dibandingkan orang sadar atau tidak tidur. Hal ini ditandai dengan mimpi
berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan nafas turun,
metabolisme menurun, dan gerak bola mata lambat.
Tahap-tahap tidur NREM :
 Tahap I
Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur dengan ciri rileks, masih
sadar dengan lingkungan, rasa mengantuk, bola mata bergerak ke kanan dan ke
kiri, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun dengan segera.
Tahap ini berlangsung sekitar lima menit.
 Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap ini
ditandai dengan mata menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun,
temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun. Tahap ini berlangsung
pendek dekitar 5-10 menit.
 Tahap III
Merupakan tahap tidur yang ditandai melambatnya denyut nadi, frekuensi nafas
dan proses tubuh lainnya disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatis
dan sulit bangun.
 Tahap IV
Tahap ini ditandai dengan menurunnya denyut jantung dan pernafasan, jarang
bergerak dan sulit dibangunkan, gerak otot mata cepat, sekresi lambung menurun
dan tonus otot turun.
2) Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Berlangsung pada tidur malam selama ±5-20 menit. Periode pertama terjadi selama
80-100 menit namun jika kondisiorang tersebut sangat lelah maka awal tidur sangat
cepat.

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 2016)

9. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan
gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan
tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri
atau orang lain. Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka
10. Komplikasi
1) Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,
irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
2) Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
3) Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
4) Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka
harapan hidup.
11. Prognosis
Untuk meningkatkan tidur, dapat dilakukan dengan cara menciptakan :
1) Pola Tidur-Bangun
 Pertahankan waktu bangun tidur yang teratur.
 Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin dari jadwal.
 Pergi tidur di saat mengantuk.
 Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur.
 Jika tidak dapat tidur dalam 15 sampai 30 menit turun dari tempat tidur.
2) Lingkungan
 Tidurlah di tempat Anda paling baik dapat tidur.
 Atur temperatur kamar sesuai keinginan, gunakan selimut dan kaus kaki untuk
meningkatkan kehangatan.
 Gunakan lampu tidur dan jaga agar jalur ke kamar mandi bebas dari hambatan.
 Jaga agar kebisingan tetap minimum.
3) Medikasi
 Gunakan sedatif dan hipnotik sebagai upaya terakhir.
 Sesuaikan medikasi yang diperlukan untuk kondisi lain dan cari tahu tentang
interaksi obat yang dapat menyebabkan insomnia atau EDS.
4) Diet
 Batasi kafein, alkohol, dan nikotin di sore dan malam hari.
 Konsumsi karbohidrat atau susu sebagai makanan ringan sebelum tidur.
 Kurangi asupan cairan 2 sampai 4 jam sebelum tidur.
5) Faktor fisiologik atau penyakit
 Tinggikan kepala tempat tidur dan berikan bantal tambahan sesuai keinginan.
 Gunakan analgesic 30 menit sebelum tidur untuk mengurangi sakit dan nyeri.
 Gunakan terapiutek untuk mengendalikan gejala kondisi kronik sesuai resep.
12. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medis dari gangguan tidur, yaitu dengan cara :
1) Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena  penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
e) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan
rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
f) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang
si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2) Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2018) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya : Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dan lain-lain.

Adapun penatalaksanaan medis yang lainnya, yaitu :

1) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur


Faktor yang menyebabkan gangguan tidur bermacam-macamb iasanya pasien dapat
mengidentifikasi penyebab masalah gangguan tidur seperti nyeri, takut, kecemasan,
dll. Perawat dan pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau mengkaji riwayat
tidur pasien.
2) Mengurangi distraksi lingkungan
Distraksi lingkungan adalah masalah utama untuk pasien rawat inap. Cara untuk
mengatasi antara lain :
 Tutup pintu kamar pasien
 Bunyikan musik yang lembut
 Redupkan atau matikan lampu
 Kurangi jumlah stimulus
3) Membuat pasien untuk memacu tidur
 Anjurkan pasien untuk mandi
 Anjurkan pasien untuk minum susu hangat
 Anjurkan pasien untuk membaca buku
 Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur
 Anjurkan pasien mencuci muka sebelum tidur.
 Anjurkan pasien untuk membersihkan tempat tidur terlebih dahulu.
4) Mengurangi potensial cedera selama tidur
Banyak pasien takut untuk pergi tidur karena takut jatuh dari tempat tidur, takut jalan
ke kamar mandi. Cara penanganan mengenai masalah ini :
 Gunakan cahaya lampu malam.
 Posisikan tempat tidur yang rendah.
 Letakkan bel dekat pasien.
 Ajarkan pasien bagaimana meminta bantuan.
 Jika menggunakan selang drainase gantungkan di tempat tidur dan ajarkan
bagaimana cara memindahkannya.
5) Memberikan pendidikan kesehatan
 Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah dengan cara mengatur jadwal bekerja,
istirahat tidur dan bangun pada waktunya.
 Jelaskan bahwa obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk jangka waktu yang
lama karena beresiko terhadap terjadinya toleransi obat.
 Apabila gangguan tidur kronis lakukan rujukan segera.
Pathway

Faktor;faktor yang mempengaruhi


gangguan pemenuhan kebutuhan
tidur

Lingkungan Stress emosional Obat-obatan

Lingkungan yg Mengalami Dapat


tidak nyaman akan gangguan mempengaruhi
menghambat proses frekuensi tidur proses tidur
tidur.

Insomnia

Susah tidur Frekuensi tidur Konsentrasi


menurun menurun

Gangguan Pola
Ansietas Risiko Cedera
Tidur
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
b) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta  bantuan pelayanan seperti :
 Apa yang dirasakan klien
 Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
 Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan
dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi pengkajian apakah pasien
mengalami alergi atau penyakit keturunan.
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering
mengalami gangguan pola tidur.
 Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
 Bernapas
 Nutrisi
 Eliminasi
 Aktivitas
 Istirahat tidur
 Berpakaian
 Pengaturan suhu tubuh
 Personal Hygiene
 Rasa Aman Nyaman
 Komunikasi
 Spiritual
 Rekreasi
 Bekerja
 Pengetahuan atau belajar
f) Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh  berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
g) Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik
selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
h) Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta
bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh
pola tidur berubah dan mengeluh istirahat kurang cukup.
2) Risiko Cedera berhubungan dengan mengalami bahaya atau fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya atau dalam kondisi baik ditandai dengan pasien
mengalami kejang dan perubahan fungsi kognitif.
3) Ansietas berhubungan dengan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas ditandai dengan pasien tampak gelisah, sulit tidur,
merasa bingung dan tampak tegang.
3. Intervensi
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan asuhan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Pantau
gangguan kualitas dan jam, diharapkan klien dapat pola tidur
kuantitas waktu tidur menunjukkan pola tidur yang 2. Monitor
akibat faktor eksternal adekuat dengan kriteria TTV
ditandai dengan pasien hasil : 3. Kaji fakor
mengeluh sulit tidur, 1. penyebab gangguan tidur
mengeluh pola tidur batas normal 6-8 jam/hari 4. Ciptakan
berubah dan mengeluh 2. lingkungan yang nyaman
istirahat kurang cukup. batas normal 5. Monitor
3. waktu makan dan minum
tidur atau istirahat dengan waktu tidur
4. 6. Monitor
hal-hal yang kebutuhan tidur klien
meningkatkan tidur

2. Risiko Cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 aman untuk klien.
mengalami bahaya atau jam diharapkan klien dapat 2. Memasang siderail tempat
fisik yang menyebabkan mengatasi risiko cedera yang tidur
seseorang tidak lagi dapat dialami dengan kriteria 3. Menyediakan tempat tidur
sepenuhnya atau dalam hasil : yang nyaman dan bersih.
kondisi baik ditandai 1. Mampu mengenali 4. Mengontrol lingkungan
dengan pasien mengalami perubahan status dan kebisingan.
kejang dan perubahan kesehatan.
fungsi kognitif. 2. Mampu menjelaskan cara
mencegah cedera.
3. Mampu terbebas dari
cedera.
3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling
dengan kondisi emosi dan keperawatan selama 3x24 percaya antara perawat-pasien
pengalaman subyektif jam diharapkan ansietas klien
2. Pahami rasa takut/ ansietas
individu terhadap objek dapat berkurang dengan
pasien
yang tidak jelas ditandai kriteria hasil :
dengan pasien tampak 1. Klien dapat tenang 3. Kaji tingkat ansietas dan
gelisah, sulit tidur, merasa 2. Gangguan terhadap pola diskusikan penyebab bila
bingung dan tampak tidur klien berkurang. mungkin
tegang. 3. Klien tidak merasakan
4. Temani atau atur supaya
cemas lagi.
ada seseorang bersama pasien
sesuai indikasi.

5. Kaji ulang keadaan umum


pasien dan TTV

6. Berikan waktu pasien


untuk mengungkapkan
masalahnya dan dorongan
ekspresi yang bebas, misalnya
rasa marah, takut, ragu

7. Berikan penjelasan pada


pasien tentang penyakitnya.

8. Jelaskan semua prosedur


dan pengobatan 

9. Diskusikan perilaku koping


alternatif dan tehnik
pemecahan masalah

4. Implementasi
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari tahapan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Pada tahap ini perawat harus melaksanakan tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien yang mengalami gangguan istirahat dan tidur.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan sesuai dengan implementasi.

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions &

Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2016. Nursing Outcomes

Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.

Potter, Patricia A. dan Perry, Anne G. 2016. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika

Suyono, S. 2016. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Tarwoto, dan Wartorah. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :

Salemba Indika.

Anda mungkin juga menyukai