Anda di halaman 1dari 11

JURNAL IDEGURU Vol.2, No.

1 Mei 2017

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KOMPETENSI


ATMOSFER DAN DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN
MELALUI PEMBELAJARAN MODEL FIRING LINE

Oleh: Sovia Isniati


SMAN 1 Kretek Bantul

ABSTRACT: Firing Line application Research model implemented in SMA Negeri 1


KRETEK aims to improve the learning achievement of students in geography subjects of X4
class. This was a classroom action research (PTK) with research subjects involving the X4
class . The research was conducted in The research used the Kemmis and Taggart’s model.
Each cycle consisted of four stages, namely: planning, acting, observation, and reflection.
The document were collected through observations, interviews and document reviews, and
descriptive quantitative analysis. This research was conducted for two rounds (cycles) and
improvements was carried out in learning strategies of individual cycle. Results of
observation and tests served as reflection material for the next action plan.
Results showed improvement that student achieved through the application of Firing
Line model consisting of increase of scores and test scores; students’ test score average in
the first cycle was 62.5, then in the second cycle it increased to be 75,57 and the completeness
percentage increased from 47,62% into 86.67%.
The conclution of this researc is Application of Firing Line Learning Model can to Increase
the learning achievement in Geography Subject competence atmosphere and ist impact for
life at the X4 Class at SMA N I Kretek

Keywords: Firing Line, Learning Achievement, SMA N 1 Kretek.

Pendahuluan karakter wilayah, dan perubahan


Dalam “Buku Petunjuk Teknis permukaan bumi (Depdiknas, 2006: 4).
Pengembangan Silabus” dari Badan Ada tiga pokok tujuan yang harus
Standar Nasional Pendidikan atau BSNP dicapai pada pembelajaran geografi yaitu
dicantumkan tentang karakteristik pengetahuan yang berguna, saling
pelajaran geografi. Berdasar struktur pengertian yang lebih baik (better
keilmuannya geografi adalah disiplin ilmu understanding) dan sumbangan terhadap
yang mengkaji tentang fenomena pendidikan umum (contribution to general
permukaan bumi atau geosfer. Apabila education). Berdasarkan tiga pokok yang
diibaratkan geografi sebagai pohon ilmu, harus dicapai dalam pembelajaran
maka sebagai akar-akarnya adalah tersebut, tercermin tugas yang harus
atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer, diemban dalam pembelajaran yaitu
sedangkan yang menjadi cabang- membina anak didik sebagai individu,
cabangnya adalah geografi fisik dan anggota masyarakat yang menyadari
geografi manusia. Sedangkan ruang kepentingan sendiri dan masyarakat di
lingkup materi geografi mempelajari tengah-tengah alam lingkungan yang
tentang lokasi, hubungan keruangan, menjamin kehidupan bersama. Oleh

-1-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

karena itu, pelaksanaan pembelajaran meningkatkan hasil belajar siswa dalam


geografi yang dilandasi oleh kurikulum proses belajar mengajar adalah model
yang berlaku harus menjabarkan materi Firing line. Model ini merupakan model
geografi dalam bentuk pokok bahasan yang merujuk pada pembelajaran
yang bermakna bagi kepentingan anak kelompok karena siswa di bagi atas
didik sebagai individu, kepentingan beberapa kelompok. Dengan pembelajaran
masyarakat, dan kepentingan alam kelompok siswa akan berinteraksi aktif
lingkungan sebagai tempat hidup manusia dengan teman lainnya sehingga pendapat
(Sumaatmaja, 2001:32). dan pengetahuan mereka juga akan
Untuk mencapai tujuan bertambah. Model ini menonjolkan secara
pembelajaran geografi tersebut perlu terus menerus pasangan yang berputar.
dikembangkan strategi, pendekatan, dan Siswa mendapat kesempatan untuk
metode pembelajaran yang efektif dan merespon secara cepat pertanyaan-
menyenangkan. Siswa perlu mendapatkan pertanyaan yang disampaikan atau dalam
pengalaman yang bermakna, tahan lama wujud tantangan yang lain. Dengan model
serta bukan merupakan sesuatu yang ini diharapkan apa yang dipelajari siswa
sifatnya verbalisme tidak mudah hilang.
Berdasarkan pengalaman selama Rumusan masalah dalam penelitian
mengajar di SMA Negeri 1 Kretek ini adalah bagaimanakah model
pembelajaran yang berlangsung belum pembelajaran firing line dalam
menunjukkan ke arah pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar siswa dan
demikian, dan ditemui beberapa masalah apakah model pembelajaran firing line
antara lain siswa kurang berminat dalam dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
mengikuti pelajaran, sehingga hasil yang Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
diperoleh masih sangat jauh dari untuk meningkatkan hasil belajar geografi
harapan/belum mencapai Kriteria khususnya pada kompetensi atmosfer dan
Ketuntasan Minimal (KKM) yang dampaknya bagi kehidupan.
ditetapkan. Permasalahan itu desebabkan
oleh beberapa faktor antara lain; (1) Pengertian Belajar dan Pembelajaran
kualitas masukan siswa yang sangat Belajar merupakan proses aktif di
kurang, sebagian besar jumlah NEM mana siswa membentuk gagasan (idea)
kurang dari 20. (2) metode pembelajaran atau konsep baru berdasarkan pengetahuan
masih berpusat pada guru, sehingga siswa yang telah di peroleh di masa lalu
cenderung pasif. (3) banyaknya uraian (Harsono, 2004: 47-48). Menurut Hilgard
materi dalam pembelajaran geografi. (Suryabrata, Sumadi, 2004: 277-279)
Terkait belum optimalnya hasil belajar didahului dengan latihan maupun
belajar yang dicapai maka perlu dicari mencoba memecahkan masalah untuk
model pembelajaran yang dapat dijadikan memperoleh “pengertian” (insight).
sebagai satu alternatif pembelajaran Belajar tidak hanya dilakukan secara
bermakna yang bermuara pada reaktif-mekanistis tapi secara sadar,
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, bermotif, dan bertujuan guna mendapat
dan menyenangkan. Salah satu model pengalaman bermakna. Pengalaman dan
pembelajaran yang diperkirakan dapat latihan akan mengubah individu ke arah

-2-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

yang lebih baik. Perubahan menyangkut keilmuannya geografi adalah disiplin ilmu
pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan yang mengkaji tentang fenomena
meliputi segenap aspek pribadi seseorang permukaan bumi atau geosfer, sedang
yang belajar. Jadi hakekat belajar adalah menurut Hasil Seminar dan Lokakarya
perubahan (Djamarah dan Aswan Zain, ahli-ahli Geografi di Semarang Tahun
2002: 11-12) 1988 geografi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan
Pembelajaran Geografi geosfer, interaksi antara keduanya dalam
Dalam Petunjuk Teknis konteks keruangan dan kewilayahan
Pengembangan Silabus yang dikeluarkan (Depdiknas, 2006)
BSNP (2006) dikatakan bahwa setiap mata Pada pembelajaran geografi kelas X
pelajaran mempunyai ciri khasnya (sepuluh) terdiri dari 1 (satu) kompetensi
masing-masing baik ditinjau dari obyek, dasar yang terbagi dalam beberapa materi
struktur maupun metodologinya. pokok. Secara lengkap standar kompetensi
Demikian juga halnya dengan mata dan kompetensi dasar tersebut dapat
pelajaran geografi. Berdasarkan struktur dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Mata Pelajaran Geografi SMA kelas X
Kompetensi Dasar Materi Pokok
1. Menganalisis dinamika dan 1.1. Struktur Lapisan bumi
kecenderungan perubahan 1.2. Tenaga Endogen
lithosfer dan pedosfer serta 1.3. Tektonisme
dampaknya terhadap 1.4. Vulkanisme
kehidupan di muka bumi 1.5. Seisme
2. Menganalisis atmosfer dan 2.1. Ciri-ciri Lapisan Atmosfer
dampaknya terhadap 2.2. Unsur-unsur cuaca dan iklim
kehidupan di muka bumi 2.3. Klasifikasi Iklim
2.4. Gejala perubahan iklim dan cuaca
3.Menganalisis hidrosfer dan 3.1. Siklus hidrologi
dampaknya terhadap kehidupa 3.2. Perairan darat
di muka bumi 3.3. Perairan Laut
Sumber : BSNP (2006)

Pembelajaran Model Firing Line Tata cara mempraktekan model ini adalah
Firing Line adalah format gerakan sebagai berikut: mengatur kursi-kursi
cepat yang dapat digunakan untuk dalam dua baris yang berhadapan,
berbagai tujuan seperti testing dan usahakan kursi-kursi itu cukup untuk
bermain peran. Ia menonjolkan secara semua siswa di kelas. Kalau memang
terus-menerus pasangan yang berputar. memakan tempat yang banyak, maka
Siswa mendapat kesempatan untuk dapat diganti dengan saling berhadapan
merespon secara cepat pertanyaan- sambil berdiri, kemudian memisahkan
pertanyaan yang dilontarkan atau tipe kursi-kursi itu ke dalam kelompok-
tantangan yang lain. kelompok tiga sampai lima pada setiap
baris, distribusikan kepada setiap siswa X

-3-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia Metode Penelitian


akan menginstruksikan kepada siswa Y di Penelitian ini dilakukan pada kelas
hadapannya untuk merespon, mulailah X4 SMA Negeri 1 Kretek, Bantul, Daerah
tugas pertama. Setelah periode waktu yang Istimewa Yogyakarta pada semester 2
singkat, umumkan bahwa waktu untuk tahun pelajaran 2013/2014 pada materi
semua peserta Y agar memindahkan satu atmosfer. Penelitian ini menggunakan
kursi ke kiri atau ke kanan dalam model penelitian tindakan kelas
kelompok. Jangan pindahkan kursi X. (classroom action research). Prosedur
perintahkan teman X menyampaikan penelitian yang dilakukan mengikuti
tugasnya kepada teman Y di hadapannya. model yang dikemukakan oleh Kemis dan
Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas Mc Taggart yang meliputi empat
yang berbeda yang telah disiapkan. Tugas komponen kegiatan dalam setiap siklus
fasilitator adalah melatih siswa menjaga yaitu perencanaan (planning), tindakan
kontak mata yang baik dan berbicara (acting), pemantauan atau pengamatan
dengan lancar. Kemudian siapkan data (monitoring) dan refleksi (reflecting).
untuk evaluasi tahap pertama setelah Teknik pengumpulan data dalam
langkah awal telah dilaksanakan penelitian ini adalah dengan cara
(Silbermann, 2007:205-206). pengamatan partisipatif, yaitu dilakukan
oleh guru yang bersangkutan bersama
Hasil Belajar pengamat. Pengamatan ini dilakukan
Menurut Nana Sudjana (2005: 3) untuk merekam perilaku, aktivitas guru
hakikat hasil belajar adalah perubahan dan siswa selama proses pembelajaran
tingkah laku individu yang mencakup berlangsung, teknik pemanfaatan dan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. analisis data dokumen yang meliputi
Perubahan pribadi individu pada aspek silabus, nilai mid semester siswa, dan hasil
kognitif merupakan wujud hasil belajar pengisian angket siswa dan tes akhir siklus
yang bersifat fungsional-struktural. I dan akhir Siklus II. Adapun instrumen
Artinya belajar merupakan kegiatan yang digunakan adalah sebagai berikut
melatih daya ingat (mengasah otak) agar angket, lembar pengamatan dan soal
tajam dan berguna dalam memecahkan pilihan ganda.
berbagai persoalan hidup. Melalui belajar Teknik analisis data yang digunakan
maka struktur kognitif individu dapat dalam penelitian ini sebagian besar berupa
mengalami perubahan ketika berhadapan analisis secara diskriptif. Teknik ini
dengan hal-hal baru yang tidak mampu digunakan untuk mengolah data yang
diorganisasikan ke dalam struktur yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan
telah ada (prinsip association). dengan keberhasilan proses maupun hasil
Hasil belajar atau prestasi belajar pembelajaran. Adapun data yang bersifat
siswa dapat diketahui melalui suatu proses kuantitatif seperti nilai hasil tes akan
yang kompleks yang disebut dengan dianalisis dengan menggunakan teknik
penilaian. Penilaian yang tetap dan teratur deskriptif kuantitatif secara sederhana
akan memberikan gambaran tentang yakni dengan membandingkan nilai akhir
kekuatan dan kelemahan siswa (Sri Esti, siklus 1 dan akhir siklus 2. Analisis data
2006:401). yang dilakukan terdiri dari empat tahap

-4-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

yaitu tahap pertama, data yang terkumpul kompetensi, indikator keberhasilan belajar
dari berbagai instrumen seperti lembar yang harus dicapai siswa dan tujuan
pengamatan, agenda harian guru, angket pembelajaran yang telah dikemas dalam
siswa, hasil tes, dan dokumen model pembelajaran firing line. Materi
dikelompokkan menurut pokok yang disampaikan pada siklus I adalah
permasalahan yang sejenis, tahap kedua, pengertian atmosfer, lapisan-lapisan
data tersebut disajikan dalam bentuk atmosfer dan ciri-cirinya serta unsur-unsur
deskripsi, ketiga adalah tahap inferensi, pembentuk cuaca dan iklim.
yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel Kegiatan inti pada pertemuan
atau diagram dan tahap keempat adalah pertama secara individu siswa belajar
penarikan kesimpulan yaitu dengan tahap tentang struktur lapisan atmosfer
menafsirkan data yang sudah kemudian guru membimbing kegiatan
dikelompokkan. Penelitian ini dikatakan pembelajaran dengan metode firing line
berhasil jika ada peningkatan hasil belajar yaitu dengan cara mengatur kursi-kursi
siswa dengan indikator adanya dalam dua baris yang berhadapan, karena
peningkatan nilai hasil tes yang tempat yang terbatas maka kursi berhadap
diadakan.(sesuai KKM SMAN 1 Kretek hadapan dibuat dalam dua baris dan
untuk mata pelajaran geografi klas X memisahkan kursi-kursi itu ke dalam
adalah 75) kelompok tiga-tiga pada setiap baris.
X X X X X X X X X
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penerapan model Firing line pada
satu siklus mencakup seluruh materi Y Y Y Y Y Y Y Y Y
pokok dalam satu kompetensi dasar.
Masing-masing sub pokok bahasan Kepada siswa di baris x dibagikan sebuah
dibahas dalam dua kali pertemuan (4 x kartu yang berisi pertanyaan dimana dia
45’). Penjabaran hasil penelitian tiap akan menginstruksikan kepada siswa Y di
siklus adalah sebagai berikut: pada siklus hadapannya untuk merespon. Pertanyaan
1 perencanaan tindakan meliputi membuat yang diberikan antara lain
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mendeskripsikan tentang atmosfer,
dengan menggunakan model firing line menyebutkan lapisan atmosfer dan ciri-
dan mempersiapkan instrumen penelitian, cirinya. Setiap babak diberikan waktu 3
sedang pelaksanaan tindakan dilakukan menit untuk menggeser kursi/ posisi
sesuai dengan panduan perencanaan yang tempat duduk. Guru di bantu satu siswa
telah dibuat. Selama proses berlangsung, berperan mengamati bagaimana X
guru mengajar siswa menggunakan RPP memberikan pertanyaan kepada Y dan
yang menerapkan model firing line, bagaimana cara Y memberikan responnya.
sedang pengamat mengamati sikap dan Pada pertemuan kedua secara
aktifitas siswa pada proses pembelajaran. berkelompok siswa belajar tentang unsur
Secara lengkap deskripsi pembentuk cuaca dan iklim, guru
pelaksanaan tindakan selama siklus I membimbing kegiatan pembelajaran
adalah pada awal pertemuan guru terlebih dengan metode firing line. Pada pertemuan
dahulu menyampaikan standar kali ini penerapan model ini agak berbeda

-5-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

yaitu dipisahkan dalam lima kelompok guru dan juga keberanian mengemukakan
dalam setiap baris. Pertanyaan yang pendapat.
diberikan adalah unsur-unsur pembentuk Hasil observasi pada siklus 1
cuaca dan iklim, menyebutkan faktor- memang belum menunjukkan hasil yang
faktor yang mempengaruhi suhu, berarti karena kegiatan yang dilakukan
menjelaskan pengertian tekanan udara, merupakan hal yang masih baru bagi para
kelembaban udara dan membedakan siswa. Pada penerapan model firing line
kelembaban absolut dan kelembaban yang pertama masih sangat sederhana
nisbi, setiap babak diberikan waktu 2 dengan jumlah pertanyaan yang sedikit.
menit untuk menggeser kursi/ posisi Strategi ini dilakukan untuk menjajagi
tempat duduk. Guru di bantu satu siswa sejauh mana kemampuan siswa. Maka
berperan mengamati bagaimana siswa untuk meningkatkan aktivitas siswa pada
memberikan pertanyaan kepadateman pertemuan berikutnya strategi
dihadapannya dan bagaimana cara pembelajaran yang digunakan perlu
temannya itu dalam memberikan respon. ditingkatkan lagi. Secara keseluruhan
Disetiap akhir proses belajar mengajar siswa yang dapat menuntaskan belajar
guru bersama-sama dengan siswa pada tindakan siklus I adalah 10 orang
menyimpulkan materi yang telah siswa atau 47,6% menurut kriteria
dipelajari. Siswa juga diberikan angket nasional. Nilai rata-rata kelas mencapai
tentang pelaksanaan pembelajaran pada 67,6. Dari hasil tes ini dapat disimpulkan
pertemuan tersebut. Setelah pelaksanaan bahwa siswa masih perlu peningkatan
siklus pertama dilakukan tes/ulangan. Tes dalam memahami materi pelajaran.
dilaksanakan untuk mengukur Pada akhir siklus I guru bersama
kemampuan siswa setelah dilaksanakan pengamat melakukan refleksi proses
tindakan pada siklus 1. Materi tes adalah kegiatan belajar mengajar selama siklus I,
atmosfer dan lapisannya serta unsur cuaca dari hasil refleksi yang dilakukan dapat
dan iklim. disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
Dari catatan lapangan yang dibuat menerapkan model firing line sudah
oleh pengamat dilaporkan bahwa pada berjalan sesuai dengan prosedur yang
siklus 1 tersebut banyak siswa yang masih direncanakan. Dari hasil observasi
bingung dengan model belajar tersebut aktivitas belajar geografi siswa juga
tetapi lama kelamaan siswa menjadi asyik mengalami peningkatan jika dibandingkan
dan menyukainya. Hal ini dibuktikan dengan hasil sebelum diterapkannya
dengan angket yang diberikan setelah pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran selesai lebih dari 60% siswa firing line. Sebelum tindakan siswa
menjawab menyukai model pembelajaran cenderung pasif mendengarkan informasi
ini, dan hanya 40 % siswa yang kurang dari guru, sedang pada model firing line
menyukai. Namun demikian penerapan siswa dapat aktif dan terlibat secara
model ini juga mengakibatkan adanya langsung untuk dapat menggali materi
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Meskipun demikian, masih
mengidentifikasi materi secara mandiri, terdapat beberapa permasalahan yang
hal ini ditunjukkan dengan keberanian muncul antara lain pada saat pembelajaran
mereka mengajukan pertanyaan kepada berlangsung, sebagian besar siswa kurang

-6-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

memahami materi banyak istilah-istilah lembar print out yang sudah dibagi dan
yang masih asing bagi siswa dan masih guru juga memberi kesempatan siswa
banyak siswa yang masih kurang cepat untuk menanyakan hal-hal ysng belum
dalam perpindahan tempat duduk karena jelas terkait dengan materi yang
jarak yang terlalu dekat antara kursi yang disampaikan. Pada pertemuan pertama
satu dengan yang lain. Setelah berdiskusi siklus kedua ini kursi-kursi diatur di depan
dengan pengamat, maka disepakati bahwa kelas dan semua siswa terlibat dalam
akan diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan perincian 20 siswa
belajar pada siklus kedua. menempati kursi yang telah disusun untuk
Pelaksanaan penelitian pada siklus model firing line dan satu siswa bertugas
kedua didasarkan hasil refleksi pada siklus mengamati jalannya pembelajaran
pertama. Hal-hal yang dilakukan adalah bersama dengan pengamat dan guru.
menyusun Rencana Pelaksanaan Pertanyaan yang diberikan tentang pola
Pembelajaran menyesuaikan dengan hasil angin di Indonesia.
refleksi dan mempersiapkan instrumen Pada Pertemuan kedua siklus 2
penelitian. Pada tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode
tindakan, guru melaksanakan tindakan firing line dilakukan dengan mengatur
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan kursi ke depan sehingga semua siswa
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun melaksanakan model firing line secara
oleh guru mata pelajaran/ peneliti dan bersama-sama. Setelah kursi yang
sebelumnya telah dikonsultasikan dengan berpasang-pasangan diatur di depan
pengamat. Seperti biasa guru membuka masing-masing siswa menempati tempat
pelajaran dengan salam. Kemudian duduk yang sudah disediakan dengan
dilanjutkan dengan mempresensi siswa. pasangan yang berbeda dengan pertemuan
Sebelum memulai pelajaran guru sebelumnya. Pertanyaan yang diberikan
membahas pekerjaan rumah yang tentang pola curah hujan di Indonesia.
diberikan kepada siswa. Setelah Setiap babak diberikan waktu 2 menit
membahas pekerjaan rumah yang untuk menggeser kursi/posisi tempat
diberikan kepada siswa, guru duduk dan seprti pertemuan sebelumnya
menyampaikan standar kompetensi, guru berperan mengamati kegiatan siswa.
indikator keberhasilan belajar yang harus Berdasarkan pengamatan dan hasil
dicapai siswa dan tujuan pembelajaran pengamatan pada proses pembelajaran
yang telah dikemas dalam rencana sampai akhir siklus II, kegiatan
pembelajaran. Untuk pertemuan pada pembelajaran menggunakan model firing
siklus II siswa diberikan ringkasan materi line berjalan dengan cukup baik
yang telah disusun oleh peneliti/ guru. dibandingkan dengan pembelajaran pada
Ringkasan dibagikan kepada para siswa siklus I. Siswa lebih antusias dalam
pada setiap awal pertemuan. Pada mengikuti proses belajar mengajar dan
pertemuan ketiga dan keempat (siklus II) minat belajar geografi siswa juga lebih
materi yang dibahas adalah pola angin dan baik yang pada akhirnya berpengaruh pada
pola curah hujan yang terjadi di Indonesia. hasil tes belajar yang diraih oleh siswa
Pada kegiatan inti, guru memberikan juga mengalami peningkatan. Namun
waktu pada siswa untuk mencermati demikian, terdapat beberapa kendala yang

-7-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

muncul selama pembelajaran, yaitu: siswa pertanyaan mencapai 38,10% sdan pada
memerlukan waktu yang cukup lama akhir siklus kedua mencapai 100% berarti
untuk memahami materi dan untuk indikator ini ada peningkatan
menyelesaikan soal latihan yang sebesar 61,90%. Pada poin menjawab
diberikan, hal ini dikarenakan semakin pertanyaan baik yang diajukan temannya
lama materi yang diterima siswa semakin maupun guru pada akhir pertemuan siklus
komplek dan semakin rumit. pertama ada 57,14% sedang pada akhir
Dari pengamatan yang dilakukan siklus kedua mencapai 100%, ada
peneliti bersama pengamat dapat dilihat peningkatan sebesar 42,86% Pada point
bahwa ada peningkatan partisipasi siswa mengeluarkan pendapat akhir siklus
pada proses pembelajaran. Indikator yang pertama mencapai 28,57% dan akhir siklus
digunakan untuk mengamati partisipasi kedua mencapai 71,43%, ada peningkatan
dan aktivitas siswa selama proses sebesar 42,86%, pada point memberikan
pembelajaran adalah aktivitas siswa untuk sanggahan persentase partisipasi siswa
mngajukan pertanyaan, menjawab memperoleh poin terendah. Secara
pertanyaan dari guru, memberikan keseluruhan perkembangan keterlibatan
pendapat dan menyanggah pendapat dari siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
teman atau guru. Pada akhir siklus pertama dalam tabel 2 dan gambar 1 sebagai
persentase siswa yang berani mengajukan berikut:

Tabel 2.Perkembangan Persentase Aktivitas Siswa


Pertemuan Bertanya Menjawab Berpendapat Menyanggah
1 14,29% 9,52% 4,76% 0
2 38,10% 57,14% 28,57% 19,05%
3 100% 100% 57,14% 42,86%
4 100% 100% 71,43% 57,14%

120

100

80 Bertanya

60 Menjawab

40 Berpendapat
Menyanggah
20

0
Kesatu kedua ketiga keempat

Gambar 1. Perkembangan Aktivitas Siswa

-8-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

Untuk melihat perkembangan hasil adalah 75, maka nilai siswa yang dibawah
belajar digunakan hasil tes akhir siklus 75 akan diberikan program remedial.
pertama dan hasil tes siklus kedua. Secara keseluruhan hasil tes belajar siswa
Berdasarkan ketetapan SMAN 1 Kretek, dapat dilihat dalam tabel 3.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Tabel 3. Interpretasi hasil tes belajar siswa kelas X4


Nilai Siklus I Siklus II Keterangan
Kurang Dari 50 4* - * belum tuntas
50 s/d 74 7* 3* Jumlah siswa yang belum tuntas pada
75 ke atas 10 18 siklus I adalah 11 siswa
Pada siklus II sebanyak 18 siswa
tuntas menyelesaikan KD II dan
masih ada 3 siswa yang belum tuntas
Jumlah 21 21

Pada akhir siklus pertama siswa dibandingkan dengan siklus pertama maka
yang belum tuntas ada 11 siswa (lebih dari ada kenaikan hasil sebesar 56,67%. Empat
separuh kelas), oleh karena itu program orang siswa yang belum mencapai
remedial dilakukan dengan memberikan ketuntasan diberikan remedial waktu
tugas di rumah dalam bentuk mengerjakan tersendiri dengan mengerjakan soal-soal
soal –soal ulangan yang telah dikerjakan yang sama, namun setelah remedial selesai
sebelumnya dengan ditambah membuat masih ada satu siswa yang belum
satu makalah tentang pemanfaatan mencapai ketuntasan. Siswa yang belum
lingkungan secara arif dan bijaksana, mencapai ketuntasan tersebut memang
untuk makalah dilakukan secara kelompok mempunyai satu kekurangan
dibagi menjadi 4 kelompok. Dari jawaban dibandingkan teman lainnya yaitu
dan tugas yang dikumpulkan ada satu kekurangan dalam penglihatan (low
siswa yang belum tuntas karena tidak ikut vision), maka siswa tersebut diberikan
dalam kerja kelompok, namun pada tugas tambahan untuk membuat kliping
pertemuan berikutnya siswa tersebut tentang perubahan iklim global.
sudah melengkapi dan mengumpulkan Hasil tes yang dicapai yang dicapai
tugas yang diberikan. siswa digunakan untuk mengetahui
Akhir siklus kedua siswa persentase kenaikan hasil belajar pada
menunjukkan kenaikan hasil yang sangat akhir siklus 1 dan akhir siklus 2. Secara
bagus, sejumlah 18 siswa sudah dapat keseluruhan hasil tersebut dapat dilihat
mencapai kriteria ketuntasan minimal, dalam tabel 4.
hanya ada 3 siswa yang belum tuntas. Jika

Tabel 4. Ketuntasan Hasil belajar siswa Kelas X 4


PERSENTASE
NO WAKTU TUNTAS TIDAK TUNTAS
KETUNTASAN
1 Siklus 1 10 11 47,62 %
2 Siklus 2 18 4 86,67 %

-9-
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

Persentase kenaikan hasil tes dan ketuntasan belajar dapat dlihat pada gambar 2;
100

80 TUNTAS
60
TIDAK TUNTAS
40

20 PERSENTASE
KETUNTASAN
0
Siklus 1 Siklus 2

Gambar 2. Diagram Perkembangan hasil Tes

Dari gambar 2 bisa diperoleh melampaui standar ketuntasan


informasi bahwa ada peningkatan hasil nasional. Secara lebih jelas kenaikan
belajar siswa diihat dari kenaikan persentase ketuntasan dapat dilihat
persentase ketuntasan dari 47,62% dalam gambar 3.
menjadi 86,67%, sehingga sudah

100
90
80
70
TUNTAS
60
50 TIDAK TUNTAS
40
30 PERSENTASE
KETUNTASAN
20
10
0
Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2

Gambar 3. Grafik Hasil Tes Belajar (Ketuntasan Siswa)

Simpulan dan Saran pembelajaran dari berbagai sumber


Berdasar pada penelitian yang pembelajaran. Ada beberapa tahap
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
proses penerapan model Firing Line Tahap pertama adalah menggali informasi
dilaksanakan dengan menggunakan secara individu berdasarkan pada lembar
berbagai strategi mengajar antara lain kerja yang berkaitan dengan materi
kajian pustaka secara individual, kerja pembelajaran. Tahap kedua
kelompok dan diberikan kebebasan secara mengidentifikasi dan menggali sumber
mandiri untuk menggali materi informasi/materi yang relevan malalui

- 10 -
JURNAL IDEGURU Vol.2, No.1 Mei 2017

berbagai sumber, diskusi antar individu Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
dan diskusi kelompok. Kegiatan belajar 2002. Strategi Belajar Mengajar.
mandiri memberi banyak peluang bagi Jakarta. Rineka Cipta
siswa untuk menggali data informasi Esti, Sri 2006. Psikologi Pendidikan,
sebanyak mungkin sesuai materi pokok. Jakarta. Grasindo
Pembelajaran juga dilakukan dengan Harsono. (2004). Pengantar Problem
membuat garis tembak antar siswa Based Learning. Yogyakarta:
sehingga pembelajaran lebih bervariasi Fakultas Kedokteran UGM.
sehingga menarik minat siswa untuk Syamsuddin Makmun, Abin. 2004.
mengikuti pembelajaran, selain itu guru Psikologi Kependidikan Perangkat
memberikan tes pada setiap akhir siklus Sistem Pengajaran Modul. Bandung.
untuk mengetahui perkembangan hasil PT. Remaja Rosdakarya.
belajar siswa selama penerapan model Silberman, Melvin L. 2001. Active
Firing Line. Learning: 101 Strategi
Peningkatan yang dicapai siswa Pembelajaran Aktif, penerjemah;
melalui penerapan model Firing Line Sarjuli, et. Al.; penyunting;
terdiri atas peningkatan persentase Barmawy Munthe, et. Al., Ed, cet. 1.,
aktivitas siswa pada siklus I pada Yogyakarta: Yappendis.
pertemuan pertama maupun kedua hanya Sudjana. Nana. (2005). Dasar-Dasar
berkisar 4,76% sampai dengan 57,14%, Proses Belajar Mengajar. Bandung:
pada perteemuan ketiga dan keempat naik Sinar Baru Algensindo.
menjadi 42,86% sampai dengan 100%, Sumaatmaja, Nursyid (2001). Metodologi
sehingga kalau dilihat perolehan Pengajaran Geografi, Jakarta : Bumi
persentase tersebut pada akhir siklus II Aksara.
seluruh siswa ikut berpartisipasi secara
aktif dalam pembelajaran. Peningkatan
Hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari Dokumentasi Pelaksanaan firing line
peningkatan skor dan nilai tes. Rerata nilai
hasil tes siswa di siklus I adalah 62,5
kemudian pada siklus II meningkat
menjadi 75,57. dan persentase ketuntasan
naik dari 47,62% menjadi 86,67%.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta. Direktorat
Profesi Pendidik.
BSNP .2006. Standar Isi, Jakarta. Badan
Standar Nasional Pendidikan
Depdiknas. 2007. Petunjuk Teknik
Pengembangan Silabus Jakarta.
Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

- 11 -

Anda mungkin juga menyukai