Anda di halaman 1dari 6

Nama : Salma Talenta Anggraini

Kelas : PGMI-6D

Nim/No :12205183198/32

UAS KOMUNIKASI PENDIDIKAN

1. Model komunikasi satu tahap (one step flow model)


Komunikasi satu tahap adalah pesan disampaikan oleh sumber kepada
sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan umpan balik atau bertanya. Komunikasi satu tahap bisa
dikatakan sebagai komunikasi yang tidak memberi kesempatan kepada
pendengar untuk memberikan tanggapan atau sanggahan. Komunikasi satu
arah banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi satu arah
condong lebih banyak di pakai dalam dunia militer dikarenakan dalam
dunia militer menggunakan sistem komando, dimana perintah dari atasan
harus dilaksanakan oleh bawahan tanpa ada pertanyaan atau timbal balik.
Dalam komunikasi satu arah banyak terdapat kekurangan, ini dikarenakan
tidak adanya umpan balik yang dilakukan setelah pemberian informasi
tersebut, dimana hal ini bisa mengakibatkan dampak negatif dari
penggunaan komunikasi satu arah ini. Model ini merupakan
pengembangan dari model komunikasi jarum hipodermik. Karena itu,
pesan yang disampaikan disalurkan melalui media massa langsung
ditujukan 21 kepada komunikan tanpa melalui perantara. Namun pesan
tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan
efek yang sama pada setiap komunikan. Model komunikasi satu tahap ini
mengakui bahwa: 1) Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat 2)
Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, pemahaman dalam ingatan
yang selektif mempengaruhi suatu pesan. 3) Untuk setiap komunikan
terjadi efek yang berbeda. Selanjutnya model komunikasi satu tahap
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada saluran komunikasi massa
untuk memancarkan efek komunikasi secara langsung. Model komunikasi
satu tahap (one step flow model) menyatakan bahwa informasi mengalir
langsung berpengaruh pada audiensnya tanpa membutuhkan perantara atau
media massa langsung pada audiens.
Two Steps Flow of Communication (Model Komunikasi Dua Tahap)
Sebenarnya dalam komunikasi massa dikenal model alir satu tahap (one
step flow model), tetapi model ini sudah banyak ditinggalkan oleh
ilmuwan komunikasi. Masalahnya, model alir satu tahap memiliki banyak
kekurangan dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan 25 media massa
beserta dampak yang ditimbulkannya saat ini. model alir satu tahap
banyak dipengaruhi media massa era perang dunia II yang mengatakan
bahwa media massa sangat kuat mempengaruhi benak audiens. Sementara
itu audiens sendiri dianggap tidak mempunyai kekuatan untuk menghindar
atau pasif dari pesan-pesan media massa. Teori ini berasal dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazersfeld mengenai efek media
massa dalam kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun
1940. Studi tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus-
respons bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil
penelitian menunjukan sebaliknya; efek media massa ternyata rendah, dan
asumsi stimulus-respons tidak cukup menggambarkan realitas audien
media massa dalam menyebarkan arus informasi dan pembentukan
pendapat umum.
2. Komunikasi pendidikan Islam adalah komunikasi interpersonal face to
face satu arah, dua arah dan banyak Qawlan arah. Materi-masteri.
Setidaknya empat domain media massa Islam; dakwah, tabligh, amar
ma'ruf nahi mungkar dan akhlak (communication, information, change and
development, and wisdom).

Perbandingan komunikasi Islam dan Barat Pada Pola 5 W 1 H


Pendekatan Ontologis
Dimensi Islam Barat
Komunikasi
Amar ma’ruf nahi S-R, MSCR,
What munkar, akhlak, SMCRF, Circular,
dakwah, tabligh Aktif Reseption
Pengamalan ajaran Berbagai alas an,
agama terutama politik,
Why
ekonomi dan
Kebahagiaan
Setiap individu, Pengusaha, sesama
Nabi, Ulama, anggota masyarakat
Who
anggota
masyarakat
Where Berbagai tempat Berbagai tempat
Berbagai Berbagai
When
kesempatan kesempatan
Simpatik, dialogis, Berbagai cara, isi
isi pesan terbaik, pesan, selera,
How
jujur, dinamis, memanipulasi,
persuasif, persuasif, preventif,
preventif, intensif, intensif
apa adanya

3. Media digital dengan bantuan internet, Ada beberapa masalah dalam


perencananaan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu :
Rendahnya sarana fisik, Rendahnya kualitas guru, Rendahnya
kesejahteraan guru, Rendahnya prestasi siswa, Rendahnya kesempatan
pemerataan pendidikan, Rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, Mahalnya biaya pendidikan, 1. Secara Sistemik. Adanya
perombakan dalam sistem sosial yang berkaitan dengan pendidikan.
Sistem pendidikan dangat berkaitan dengan ekonomi, dengan sistem
ekonomi sekarang menyebabkan adanya stratifikasi dalam pendidikan.
Maka haruslah menciptakan sistem yang menghilangkan adanya
stratifikasi dalam pendidikan. Tidak ada lagi kesenjangan fasilitas
pendidikan untuk masyarakat ekonomi kuat dan lemah. 2. Secara Teknis.
Solusi secara teknis adalah adanya perubahan dalam aspek kualitas saran
prasarana, kualitas guru dan kualitas siswa. Maka, solusi untuk masalah-
masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk
meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,
misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan
kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-
alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

4. Salah satu program andalan Kemendikbud-Ristek adalah program


Merdeka Belajar. Konsep Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Nadiem
Makarim, tujuannya baik, agar peserta didik bahagia dalam menempuh
pendidikan.Para siswa diberi kebebasan untuk mengakses ilmu. Sumber
ilmu bukan sebatas pada ruang kelas, guru, tetapi bisa di luar kelas, di
media online atau internet, perpustakaan, dan juga di lingkungan sekitar.
Guru tidak lagi menjadi sumber utama. Dalam konteks ini, maka
dibutuhkan kejelian guru untuk menterjemahkan konsep Merdeka Belajar.
Guru harus kreatif agar siswa bisa dibimbing dan diarahkan sesuai konsep
merdeka belajar. Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh
kurikulum, tetapi siswa dan guru harus kreatif, untuk menggapai
pengetahuan. Siswa benar--benar dilatih untuk mandiri. Menurut Nadiem
Makarim konsep "Merdeka Belajar" paling tepat digunakan sebagai
filosofi perubahan dari metode pembelajaran yang terjadi selama ini.
Sebab dalam "Merdeka Belajar" terdapat kemandirian dan kemerdekaan
bagi lingkungan pendidikan menentukan sendiri cara terbaik dalam proses
pembelajaran. Salah satu alasan, banyak sekolah (di daerah) masih
melakukan ujian manual, karena anak--anak belum terbiasa dengan
komputerisasi. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, pertama karena
minimnya sarana prasarana, kedua Sumber Daya Manusia yang belum
maksimal. Penerapan Merdeka Belajar, bukan tanpa hambatan. Ada
beberapa kendala yang dihadapi di daerah.1. Merdeka Belajar belum
maksimal diterapkan karena masalah Sumber Daya Manusia, (SDM).
Program Merdeka Belajar menuntut kreativitas guru. Kenyataannya guru--
guru di pedalaman masih minim kreativitas. Bila pendidik tidak kreatif
untuk membimbing siswa maka, penerapan Merdeka Belajar memang
ideal untuk zaman sekarang, tapi kenyataannya menjadi sulit untuk
diterapkan. 2. Mentalitas siswa dan guru. Persoalan yang dihadapi
sekarang masalah mental anak. Masih banyak siswa dan guru yang harap
gampang, minimnya keinginan untuk berjuang. Pengalaman di daerah
menunjukkan demikian. Masih banyak tokoh kunci seperti guru atau
murid yang harap gampang. Belum lagi akses informasi yang terbatas,
semakin menambah buram potret pendidikan di tanah air.

5. .
a. Pengertian Kesenjangan Digital (Digital Divide) Kesenjangan
digital yang dikemukakan oleh Dewan dkk (2005) sebagai
ketidakmampuan individu dalam merasakan manfaat dari teknologi
informasi karena kurangnya akses serta kemampuan dalam
menggunakan teknologi informasi
Pengertian social divisions yang dimaksud dengan social
divisions adalah kesenjangan dalam hal sosial atau bersosial
Pengertian education divisions yang dimaksud dengan social
divisions adalah kesenjangan dalam hal edukasi atau sering diseut
dengan pengetahuan atau ilmu.
b. .
the belief gap : kesenjangan kepercayaan antara siswa dengan guru
the time gap : kesenjangan waktu
the teacing gap: kesenjangan pengajaran
the leadership gap: kesenjangan kepemimpinan
hal ini adalah masalah yang muncul saat pembelajaran daring
seperti ini karena kurangnya komunikasi,waktu, kepercaayan dan
rasa tanggung jawab pada diri siswa yang sangat kurang hal ini di
buktikan dengan keluh kesah para guru yang merasa anak menjadi
tidak tanggung jawab dalam mengerjakan tugas. Hal ini harus
segera ditangani karena tidak baik untuk karakter dan sifat dari
siswa jika terus seperti ini. Hal yang pertama kita rubah yaitu
pendisplinan siswa karena awal dari semua jik siswa dispilin maka
kesenjangan kepercaayn, waktu, pengajaran dan kepimpinanan
akan lama kelamaan berkurang, displin bukan hanya dari siswa
saja namun guru juga displin serta pemanfaatn teknologi yang
harus lebih maksimal hal itu dapat dipelajari dalam intenet dan
youtub. Jika keduanya sudah baik maka kesenjangan ini lama
kelmaan akan berkurang dengan sendirinya.

Anda mungkin juga menyukai