Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA PMR

TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA DI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PGRI
PEKANBARU
Dhea Ayu Rahmadina1, Isna Ovari2

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Pekanbaru Medical Center


Jalan Lembaga Permasyarakatan Kota Pekanbaru, 28126, Indonesia
Dheaayur@gmail.com

ABSTRAK
Pengetahuan merupakan keadaan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hukum.
Pertolongan Pertama adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara pada korban kecelakaan
atau cedera sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Pertolongan pertama pada korban cedera sangat
penting untuk mencegah trauma yang lebih berat.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anggota PMR tentang pertolongan pertama cedera di
sekolah menengah kejuruan PGRI Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Menggunakan metode penelitian survei dengan teknik pengumpulan data
menggunakan tes soal pilihan ganda. Sampel penelitian ini berjumlah 50 responden dengan
menggunakan non probability sampling dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan
lembar kuesioner tingkat pengetahuan anggota PMR tentang pertolongan pertama cedera di sekolah
dengan hasil uji validitas r hitung > 0,444 dan uji reliabilitas 0,05 < 0,444. Data yang diperoleh
dianalisis dengan program SPSS dengan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar anggota PMR berusia 16 tahun, berjenis kelamin perempuan, berada
di kelas 10 dan jurusan OTKP. Pengetahuan anggota PMR tentang pertolongan pertama cedera di
sekolah didapatkan sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan dengan katagori cukup yaitu 74%
responden (37 orang), katagori kurang 22% responden (11 orang) dan katagori baik dengan
persentase 4% responden (2 orang). Disarankan bagi tenaga kesehatan memberikan tambahan
informasi mengenai tingkat pengetahuan pertolongan pertama cedera dan menjadikannya sebagai
acuan untuk pemberian pengetahuan kesehatan lainnya.

Kata kunci: Tingkat pengetahuan, Pertolongan pertama, Cedera


DESCRIPTION OF KNOWLEDGE LEVEL OF PMR MEMBERS
ABOUT FIRST AID INJURY IN
PGRI VOCATIONAL SECONDARY SCHOOL
PEKANBARU

Dhea Ayu Rahmadina1, Isna Ovari2

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Pekanbaru Medical Center


Jalan Lembaga Permasyarakatan Kota Pekanbaru, 28126, Indonesia
Dheaayur@gmail.com

ABSTRACT
Knowledge is a state of facts, concepts, principles, and laws. First Aid is an effort to help and
temporarily treat victims of an accident or injury before being taken to the hospital. First aid to
injured victims is very important to prevent more severe trauma. The purpose of this study was to
describe the level of knowledge of PMR members about first aid injuries at PGRI Pekanbaru
vocational high school. This research is quantitative descriptive. Using survey research methods
with data collection techniques using multiple choice test questions. The sample of this research is
50 respondents using non probability sampling with total sampling technique. The data were
collected using a questionnaire sheet on the knowledge level of PMR members about first aid for
injuries in schools with the results of the validity test r count> 0.444 and the reliability test 0.05
<0.444. The data obtained were analyzed using the SPSS program using univariate analysis. The
results of this study indicate that most PMR members are 16 years old, female, in grade 10 and
majoring in OTKP. The knowledge of PMR members about first aid for injuries at school was
found that most of them had a sufficient level of knowledge, namely 74% of respondents (37
people), a less category of 22% of respondents (11 people) and a good category with a percentage
of 4% of respondents (2 people). It is recommended for health workers to provide additional
information about the level of knowledge of first aid injuries and make it a reference for providing
other health knowledge.

Key words: Knowledge level, first aid, injury

PENDAHULUAN mungkin saja akan berakibat pada cedera


susulan dan mungkin lebih buruk dari itu.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Penangan awal sangat mempengaruhi
2018 menunjukan adanya urutan tertinggi keadaan orang yang cedera.
prevalensi cedera menurut karakteristik yang Dalam penelitian I Made Kusuma
dialami penduduk adalah pada anak sekolah. wijaya, 2017, penanganan atau perawatan
Namun pada dasarnya cedera mungkin terjadi awal dari terjadinya suatu penyakit atau
pada siapa saja, dan kapan saja. Orang yang kecelakaan dinamakan dengan Pertolongan
mengalami cedera berarti terjadi kerusakan Pertama (PP). Hal ini berarti Pertolongan
pada tubuhnya, karena benturan atau gerakan pertama diberikan kepada orang yang
yang berlebihan. Kerusakan yang terjadi pada memerlukan penanganan medis dasar, atau
tubuh itu seperti memar, luka, diskolasi otot, dapat dikatakan pemberian tindakan
dislokasi sendi dan dislokasi tulang, jika perawatan awal yang dapat lakukan oleh
tidak ditangani dengan baik dan segera, orang awam yang sudah terlatih, seperti
paramedik, dan para pelaku Pertolongan memperparah keadaan patahnya tulang dan
Pertama Palang Merah Indonesia. dapat berakibat fatal, misalnya menyebabkan
Palang Merah Remaja atau PMR kecacatan dan bahkan kematian. Hal ini
merupakan suatu organisasi yang berada menunjukkan penanganan yang tepat dan
dibawah Palang Merah Indonesia. PMR itu benar sangat diperlukan, dan pertolongan
binaan PMI yang berpusat di sekolah- pertama dapat memberi perasaan nyaman,
sekolah, sanggar, ataupun kelompok belajar, yang akan mempercepat proses
yang bertujuan membangun dan penyembuhan, mencegah kecacatan dan
mengembangkan karakter Kepalangmerahan. bahkan menyelamatkan jiwa penderita.
Di lingkungan Sekolah Menengah Penelitian terhadap anggota PMR
Atas (SMA), anggota PMR berusia 15-17 MTsN 1 Bukittinggi yang dilakukan Vita
tahun dan termasuk PMR Wira. Febrina dkk, (2017), berjudul Hubungan
Anggota PMR Wira wajib Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja
mengetahui beberapa pengetahuan dasar dengan Tindakan Pertolongan Pertama
pertolongan pertama seperti halnya Penderita Sinkop di Madrasah Tsanawiyah
pengertian pertolongan pertama, tujuan Negeri 1 Bukittinggi. Hasil yang diperoleh
pertolongan pertama, peralatan dasar secara umumnya anggota PMR memiliki
pertolongan pertama, kewajiban penolongan pengetahuan yang baik dan hanya sebagian
pertama, dan anatomi, faal dasar maupun kecil yang memiliki pengetahuan yang cukup
berbagai cedera. dan kurang, tentang tindakan pertolongan
Cedera paling banyak terjadi pada anak pertama pada penderita sinkop meliputi
sekolah maka akan sangat penting pertolongan pertama yang dapat diberikan
meningkatkan pengetahuan atau keterampilan pada saat menghadapi penderita sampai
anggota PMR dalam pelaksanaan tugas dan menyediakan trasportasi ke rumah sakit jika
tanggung jawabnya. dibutuhkan, maka diperoleh hasil 24
Tugas anggota PMR pada responden (51,1%) dapat melakukan tindakan
pertolongan pertama sangatlah berarti, karena pertolongan pertama dengan baik, 23
pelayanan siswa yang mengalami gangguan responden (48,9%) kurang mampu
kesehatan, penderita sakit, cedera atau memberikan pertolongan pertama dengan
kecelakaan dan memerlukan penanganan baik. Dari penelitian ini diperoleh secara jelas
medis dasar harus dilakukan dengan cepat, pengetahuan yang dimiliki anggota PMR
tepat dan benar, karena setiap kesalahan yang mempengaruhi Tindakan Pertolongan
kita lakukan akan mengakibatkan efek yang Pertama Penderita Sinkop.
sangat fatal serta kesalahan tersebut tidak Penelitian Mahanani, dkk (2014)
dapat diperbaiki pada pertolongan menyimpulkan bahwa semakin tinggi
selanjutnya. Menurut Muhajir, Sutrisno B. kompetensi perawat pembimbing klinik maka
dalam Vita Febrina dkk (2017), tindakan akan meningkat kinerjanya. Hal ini
pemberian pertolongan pertama yang benar memperkuat pernyataan Sagala dalam Kartini
dapat menyelamatkan nyawa penderita (2001) yaitu bahwa kompetensi adalah
mencegah terjadinya kecacatan, serta dapat perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
menunjang terjadinya penyembuhan. nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
Menurut Direktur Rumah Sakit kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
Baptis, dr. Dolly Irbantoro dalam Sarah dkk, melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Ia
(2018), banyak masyarakat tak sadar bahwa menambahkan bahwa kompetensi merupakan
sebenarnya penanganan yang keliru pada gabungan dari kemampuan, pengetahuan,
pertolongan pertama bisa berakibat fatal. kecakapan, sikap, sifat, pemahaman,
Umumnya penolong tak memikirkan apresiasi dan harapan yang mendasari
keadaan korban yang hendak ditolong. Pada karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja
berbagai kecelakaan mobil dan motor korban dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan
yang mengalami cedera/patah tulang guna mencapai standar kualitas dalam
belakang, ataupun tulang leher sebagai pekerjaan nyata.
bagian sistem saraf pusat mendapat Untuk meningkatakan keterampilan dan
pertolongan terburu-buru, korban diangkat menjadi calon relawan anggota PMR harus
secara sembarangan. Hal ini akan tahu, terampil dan juga perlu memahami dan
menerapkan yang telah mereka pelajari diwawancarai hanya sekedar tahu akan
selama proses pelatihan. Kegiatan pelatihan penanganan luka/cedera karena terjatuh,
dapat dilakukan oleh PMI kota/kabupaten terkena benda tajam, dan pingsan serta
maupun unit PMR, sesuai dengan kurikulum mengetahui cara pertolongan pertamanya
yang telah ditetapkan. Potensi-potensi yang namun pada saat melakukan perawatan masih
dikembangkan dan digali dalam kegiatan kurang maksimal. Ketika ada temannya yang
ekstrakurikuler PMR seyogyanyalah cedera, maka akan langsung membawa
direalisasikan dalam wujud nyata. Namun korban ke pelayanan kesehatan terdekat tanpa
karena perilaku siswa terbentuk dan memberikan pertolongan pertama terlebih
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain dahulu. Kasus lainnya seperti pada saat
faktor lingkungan, keluarga dan sekolah, memberikan pertolongan pertama pada siswa
maka tujuan kegiatan Ekstrakurikuler Palang yang pingsan ketika upacara bendera, yang
Merah Remaja tidaklah mudah untuk seharusnya dibaringkan dengan posisi kepala
diwujudkan, dibutuhkan profesionalisme sejajar dada tidak perlu memakai bantal dan
serta kerja sama dari berbagai pihak yang ada kaki diposisikan lebih tinggi dari dada
di lingkungan sekolah seperti kepala sekolah, dengan mengganjalnya, namun mereka selalu
guru, staf dan siswa itu sendiri. membaringkan dengan memakai bantal.
Peneliti menemukan dari studi Dalam penelitian Munawaroh (2017),
pendahuluan bahwa dalam pelaksanaan Pertolongan pertama yang diterapkan secara
kegiatan PMR dengan anggota kurang lebih tepat dapat memberi perbedaan antara hidup
50 orang, ekstrakurikuler PMR berjalan dan mati, antara pemulihan yang cepat dan
cukup aktif dalam setiap kegiatanya baik di dan rawat inap di rumah sakit yang lama,
dalam maupun di luar sekolah. Bentuk atau antara kecatatan temporer dan
kegitan meliputi pelatihan kepalang merahan, permanen. Thygerson, Gulli & Krohmer,
donor darah, orientasi pembinaan PMR, (2011). Pada Penelitian Wei, et al (2015)
pelatihan gabungan Palang Merah Remaja, mengatakan bahwa manajemen pertolongan
Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) antar pertama yang tepat dapat mengurangi cedera
sekolah serta keikutsertaan dalam ajang lanjutan dan membuat prognosis korban
perlombaan kepalangmerahaan. Akan tetapi membaik.
masih terdapat fenomena yang Mengingat pentingnya pertolongan
mengindikasikan bahwa siswa yang pertama pada cedera adalah untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR menghindari dari keparahan dan kecacatan
hanya sebatas ikut-ikutan teman dan tidak yang diakibatkan oleh cedera itu sendiri,
serius dalam mengikuti kegiatan maka pengetahuan anggota PMR terkait
ekstrakurikuler tersebut. Masih banyak pertolongan pertama pada cedera perlu
anggota PMR yang belum sepenuhnya diteliti. Berdasarkan latar belakang yang
menyadari dan memahami begitu pentingnya sudah dikemukan diatas, peneliti tertarik
peran PMR dalam pelayanan pertolongan untuk melakukan penelitian dengan judul “
pertama. Gambaran Tingkat Pengetahuan Anggota
Dari hasil observasi dan wawancara PMR Tentang Pertolongan Pertama Cedera di
peneliti pada saat studi pendahuluan di SMK Sekolah Menengah Kejuruan PGRI
PGRI Pekanbaru, 3 dari 5 orang yang Pekanbaru”.

METODE PENELITIAN Dengan demikian dapat dikatakan bahwa


jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan di SMK
survey dengan pendekatan kuantitatif. PGRI Pekanbaru tentang tingkat pengetahuan
Pengumpulan data dalam penelitian ini anggota PMR mengenai pertolongan pertama
menggunakan tes soal pilihan ganda. Skor cedera di sekolah. Pada penelitian ini,
yang diperoleh dari hasil tes soal pilihan peneliti ingin menggambarkan atau
ganda kemudian dikelola dan dianalisis melukiskan suatu subjek, yaitu bagaimana
dengan menggunakan statistik deskriptif. tingkat pengetahuan anggota PMR mengenai
pertolongan pertama cedera di sekolah Sampel dalam penelitian ini adalah
Menengah Kejuruan PGRI Pekanbaru. siswa SMK PGRI kelas X sampai XII yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR TP
Populasi dalam penelitian ini adalah 2020/2021, berjumlah 50 orang. Pengambilan
siswa yang ada di Sekolah Menengah sampel dalam penelitian ini adalah dengan
Kejuruan PGRI Pekanbaru kelas X sampai teknik total Sampling yaitu teknik
XII yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengambilan sampel dimana jumlah sampel
Palang Merah Remaja (PMR) berjumlah 50 sama dengan populasi ( Sugiyono, 2007 ).
orang.

HASIL PENELITIAN
1. Distribusi Frekuensi karakteristik Responden berdasarkan umur, jenis kelamin, kelas dan
jurusan

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Kelas dan Jurusan

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase

Umur
14 Tahun 1 2.0%
15 Tahun 13 26.0%
16 Tahun 20 40.0%
17 Tahun 16 32.0%
Jumlah 50 100%
Jenis kelamin
Laki-laki 3 6.0%
Perempuan 47 94.0%
Jumlah 50 100%
Kelas
10 30 60.0%
11 11 22.0%
12 9 18.0%
Jumlah 50 100%
Jurusan
Otkp 29 58.0%
Rpl 1 2.0%
Akuntansi 13 26.0%
Bdp 3 6.0%
Tkj 1 2.0%
Upw 3 6.0%
Jumlah 50 100%
Tabel 1 diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur dari 50 orang responden
yang terbanyak adalah berusia 16 tahun yaitu berjumlah 20 responden (40%), dan yang paling
sedikit adalah yang berusia 14 tahun yaitu 1 orang (2%). Karakteristik responden menurut jenis
kelamin yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 47 responden
(94%). Karakteristik responden menurut kelas yang terbanyak adalah kelas 10 yaitu berjumlah 30
responden (60%) dan yang paling sedikit adalah kelas 12 yaitu 9 orang (18%). Karakteristik
responden menurut jurusan yang terbanyak adalah jurusan OTKP yaitu sebanyak 29 responden
(58%) dan yang paling sedikit jurusan RPL dan TKJ masing-masing jurusan tersebut hanya ada 1
orang responden (2%).
2. Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan anggota PMR tentang pertolongan pertama cedera di
Sekolah

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Anggota
PMR Tentang Pertolongan Pertama Cedera di SMK PGRI Pekanbaru

Tingkat
Frekuensi (f) Persentase
pengetahuan
Baik 2 4%
Cukup 37 74%
Kurang 11 22%
Jumlah 50 100%

Tabel 2 menunjukkan dari 50 orang responden, sebagian besar yaitu 37 responden (74%)
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang pertolongan pertama cedera di sekolah.

3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Anggota PMR Tentang Alat dan Bahan
Pertolongan Pertama Cedera

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Anggota PMR Tentang Alat dan
Bahan Pertolongan Pertama Cedera di SMK PGRI Pekanbaru
Tingkat Frekuensi
Persentase
pengetahuan (f)
Baik 2 4%
Cukup 45 90%
Kurang 3 6%
Jumlah 50 100%
Tabel 3 diatas menunjukkan dari 50 orang responden, sebagian besar yaitu 45 responden (90%)
memiliki tingkat pengetahuan tentang alat dan bahan Pertolongan Pertama cedera yang cukup, dan
2 orang responden (4%) memiliki tingkat pengetahuan tentang alat dan bahan Pertolongan Pertama
cedera yang baik.

4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Anggota PMR Tentang Tindakan Pertolongan


Pertama Cedera Terjatuh, Tersayat dan Tersengat Listrik
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Anggota
PMR Tentang Tindakan Pertolongan Pertama Cedera Terjatuh, Tersayat dan
Tersengat Listrik di SMK PGRI Pekanbaru

Tingkat Frekuensi
Persentase
pengetahuan (f)
Baik 2 4%
Cukup 34 68%
Kurang 14 28%
Jumlah 50 100%
Tabel 4 diatas menunjukkan dari 50 orang responden, sebagian besar yaitu 34 responden (68%)
memiliki tingkat pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama pada cedera yang cukup, dan 2
orang responden (4%) memiliki tingkat pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama pada
cedera yang baik.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data belum tinggi kedewasaannya. Semakin cukup
dengan kuesioner terhadap responden dan umur, seseorang akan lebih matang untuk
setelah diolah, maka penulis akan membahas berfikir dan bekerja.
mengenai gambaran tingkat pengetahuan Anak remaja walaupun mereka
anggota PMR tentang pertolongan pertama memang sudah dapat berpikir abstrak dan
cedera di Sekolah Menengah Kejuruan PGRI hipotesis serta sudah mampu berpikir tentang
Pekanbaru. sesuatau yang akan atau mungkin terjadi
1. Karakteristik Responden namun kemampuan kognitif ini semata
Responden penelitian ini adalah tidaklah menjamin mereka memahami
anggota PMR yang masih berumur sekitar dengan baik pertolongan pertama cedera di
14 - 17 tahun, responden penelitian ini adalah sekolah.
anak yang dalam usia masa remaja. Umur Selain itu responden kurang
mempengaruhi hasil suatu penelitian tingkat memahami tentang pertolongan pertama
pengetahuan. Seperti yang sudah cedera di sekolah menurut penulis karena
dikemukakan Murwani (2014), Dari segi responden melakukan berbagai aktivitas
kepercayaan masyarakat, seseorang yang belajar sehingga mereka sudah merasa letih
lebih dewasa dipercaya dari orang yang dan kegiatan ekstrakurikuler yang mereka
ikuti hanya sekedar kegiatan yang cukup responden yang paling banyak adalah dari
diikuti saja, disamping itu mereka pada jurusan OTKP yaitu Otomatisasi dan
umumnya tidak akan mencari tahu mengenai Tatakelola Perkantoran sebanyak 29
berbagai hal terutama hal kesehatan bila responden (58%) dan yang paling sedikit
tidak ada keluhan yang sangat mengganggu jurusan RPL dan TKJ masing-masing jurusan
kesehatan badan mereka. tersebut hanya ada 1 orang responden (2%),
Karakteristik responden berdasarkan namun karena responden secara umum baru
jenis kelamin, sebagian besar adalah kelas 10 maka jurusan ini tidak jelas
perempuan yaitu 47 orang (94%). Perempuan kontribusinya terhadap tingkat pengetahuan
maupun laki-laki memiliki tingkat mereka.
pengetahuan yang relative sama jika 2. Gambaran tingkat pengetahuan anggota
menerima ilmu pengetahuan atau pendidikan PMR
yang sama. Responden yang memiliki tingkat
Menurut Irwing (2009) dalam I pengetahuan tentang pertolongan pertama
Nyoman Asdiwinata1dkk, (2019) setiap laki- cedera di sekolah yang baik ada 2 orang
laki maupun perempuan memiliki tingkat (4%). Responden ini memang sudah kelas
pengetahuan yang sama karena akses untuk 12, mereka memang sudah menjadi anggota
menerima ilmu pengetahuan atau pendidikan PMR dari kelas 10 dan mendapatkan
tidak hanya prioritas pada laki-laki melainkan pengetahuan pertolongan pertama cedera di
memiliki prioritas yang sama baik perempuan sekolah pada kegiatan ekstakurikuler PMR,
maupun laki-laki dengan demikian apabila dan mereka memang serius dan sungguh-
informasi dan pengetahuan yang didapatkan sungguh dalam belajar tentang kesehatan
baik maka tingkat pengetahuan perempuan seperti pertolongan pertama cedera di
maupun laki-laki akan relative sama. Namun sekolah.
menurut peneliti perempuan itu umumnya Kesimpulannya menurut peneliti
memiliki ketelatenan yang lebih dari laki-laki yaitu, pendidikan mempengaruhi
sehingga hasil belajar umumnya perempuan pengetahuan, semakin baik proses
lebih baik. pendidikan, semakin sering seseorang
mendapatkan informasi maka semakin tinggi
Karakteristik respon berdasarkan kelas, pula pengetahuan yang di dapat seperti
sebagian besar mereka baru kelas 10 yaitu pengetahuan pertolongan pertama cedera di
ada 30 orang (60%). Artinya secara umum sekolah, sehingga menurut saran peneliti
responden ini baru beberapa bulan menjadi adalah dengan meningkatkan proses
anggota PMR WIRA dan di masa pandemi pendidikan dan aktif mendapatkan informasi
Covid 19 ini kegiatan ekstrakurikuler tidak materi pelajaran diharapkan dapat membantu
bisa dilaksanakan secara tatap muka seperti meningkatkan pengetahuan, seperti halnya
halnya juga intrakurikuler. Sebagian besar materi pertolongan pertama cedera ini.
tingkat pengetahuan responden penelitian ini Menunjukan bahwa sebagian besar
sudah termasuk kategori cukup, karena yaitu 37 responden (74%) memiliki tingkat
materi pertolongan pertama ini memang pengetahuan yang cukup tentang pertolongan
sudah mereka terima dan dapatkan dari pertama cedera di sekolah. Hasil penelitian
berbagai sumber. ini sejalan dengan penelitian I Nyoman
Perbedaan tingkat kelas akan Asdiwinata dkk, (2019), yang meneliti
mengakibatkan perbedaan tingkat tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan
pengetahuan, karena pendidikan yang sudah Masyarakat Terhadap Pertolongan Pertama
mereka terima berbeda Menurut Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Banjar
Notoatmodjo (2010) tingkat pendidikan yang Buagan, Desa Pemecutan Kelod, hasil
diperoleh seseorang dari bangku sekolah penelitian didapatkan sebagian besar
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. memiliki tingkat pengetahuan cukup
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan sebanyak 125 responden (63,1%).
seseorang semakin mudah menerima Tingkat pengetahuan anggota PMR
informasi sehingga banyak pula pengetahuan terhadap pertolongan pertama pada pada
yang dimiliki dalam bertindak. cedera dikategorikan “Cukup”. Hasil ini
Karakteristek berdasarkan jurusan, dilihat berdasarkan kuesioner yang sudah
dijawab oleh sebagian besar responden yang pikir, semakin tinggi pengetahuan maka akan
berisi 12 item pertanyaan dengan memiliki semakin baik memahami informasi tentang
topik berupa pengetahuan alat dan bahan pertolongan pertama cedera di sekolah,
serta tindakan pertolongan pertama pada sehingga menurut saran peneliti adalah perlu
cedera karena terjatuh, tersayat maupun secara aktif mencari informasi untuk
karena tersengat listrik. meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
Tingkat pengetahuan seseorang seperti pertolongan pertama cedera di sekolah
disebabkan oleh banyak faktor karena . Pengetahuan ini sangat erat kaitannya
pengetahuan yang didapat oleh manusia dengan pendidikan, dimana diharapkan
memang diperoleh dari berbagai sumber, bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
baik dari dirinya sendiri, orang lain maupun orang tersebut akan semakin luas
fenomena-fenomena alam yang ada pengetahuannya (Wawan dan Dewi, 2014).
disekelilingnya, dan karena hal ini pula jenis 3. Tingkat pengetahuan tentang alat dan
dan sifat pengetahuan tersebut berbeda. bahan Pertolongan Pertama cedera
Seperti halnya yang dikemukakan Suhartono, Dari 50 orang responden, sebagian
dalam Munawaroh (2019), Jenis dan sifat besar yaitu 45 responden (90%) memiliki
pengetahuan ini tergantung kepada tingkat pengetahuan tentang alat dan bahan
sumbernya dan dengan cara dan alat apa Pertolongan Pertama cedera yang cukup, dan
pengetahuan itu diperoleh, serta ada ada 3 orang responden (6%) memiliki
pengetahuan yang benar dan tingkat pengetahuan tentang alat dan bahan
ada pengetahuan yang salah. Pertolongan Pertama cedera yang kurang
Menurut peneliti pengetahuan serta 2 orang responden (4%) memiliki
pertolongan pertama cedera juga dapat tingkat pengetahuan tentang alat dan bahan
diperoleh seseorang dari berbagai sumber, Pertolongan Pertama cedera yang baik.
namun karena hal ini berhubungan dengan
nyawa dan kesehatan seseorang maka tak Jika dianalisa lebih lanjut dari
semua orang dan tak terkecuali anggota PMR jawaban quesioner ternyata ada 2 pertanyaan
dapat memahami dan melakukannya dengan dari 4 pertanyaan yang tingkat jawaban benar
baik. kurang dari 50%. Pertanyaan mengenai
Dari 50 Responden ada 11 responden penggunaan bahan berupa alkohol pada
(22%) memiliki pengetahuan yang kurang penangan cedera hanya dijawab benar oleh
tentang pertolongan pertama cedera di 10 orang (20%) dan pertanyaan tentang
sekolah. Pengetahuan yang kurang akan peralatan yang ada di kotak obat dijawab
berdampak pada sikap yang negatif karena benar hanya oleh 4 orang responden (8%).
kurang mengetahui cara melakukan 4. Tingkat pengetahuan tentang tindakan
pertolongan pertama cedera di sekolah pertolongan pertama pada cedera
sehingga minat untuk melakukan pertolongan Dari 50 orang responden, sebagian
pertama cedera di sekolah juga kurang. besar yaitu 34 responden (68%) memiliki
Pengetahuan yang kurang dapat tingkat pengetahuan tentang tindakan
menimbulkan rasa malas untuk mengetahui pertolongan pertama pada cedera yang
dan melakukan Pertolongan pertama cedera cukup, dan ada 14 orang responden (28%)
di sekolah. memiliki tingkat pengetahuan tentang
Menurut peneliti, sebagian kecil dari tindakan pertolongan pertama pada cedera
responden memiliki pengetahuan yang yang rendah serta 2 orang responden (4%)
kurang tentang pertolongan pertama cedera di memiliki tingkat pengetahuan tentang
sekolah, disebabkan kurang memahami dan tindakan pertolongan pertama pada cedera
kurang bisa menjawab pertanyaan tentang yang baik.
pertolongan pertama cedera di sekolah Jika dianalisa lebih lanjut dari
dengan benar, apalagi responden sebagian jawaban quesioner ternyata ada 4 pertanyaan
besar siswa kelas 10 yang belum banyak dari 8 pertanyaan yang tingkat jawaban benar
mendapat informasi dan pembelajaran kurang dari 50%. Pertanyaan tindakan
tentang pertolongan pertama. pertolongan pertama ketika menemukan
Kesimpulannya menurut peneliti adalah, korban cedera karena terjatuh hanya 6 orang
pengetahuan sangat mempengaruhi pola
(12%) yang menjawab benar. Pertanyaan hanya oleh 19 orang responden (38%).
tentang tujuan pertolongan pertama pada Pertanyaan tentang penangan korban cedera
cedera dan tindakan yang dilakukan terhadap tersayat lainnya dijawab benar oleh 20 orang
korban cedera karena tersayat dijawab benar responden (49%).

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian
anggota PMR SMK PGRI Pekanbaru sudah
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
memiliki pengetahuan pertolongan pertama
pada cedera karena terjatuh, tersayat dan Rineka Cipta, 2006
tersengat listrik yang secara umum dalam
Asmarita, Desi, Tingkat Pengetahuan Siswa
kategori cukup.
Kelas Viii Terhadap
SARAN
Pertolongan Pertama Pada
1.Bagi Civitas Akademika STIKes
Pekanbaru Medical Center Cedera Di Lingkungan Smp
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
Negeri Se-Kecamatan Pajangan
dijadikan referensi dan digunakan bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian Bantul Tahun 2019, skripsi
selanjutnya, sehingga mahasiswa akan
Pendidikan Jasmani Kesehatan
mampu mengetahui mengenai tingkat
pengetahuan pertolongan pertama cedera di Dan Rekreasi Fakultas Ilmu
sekolah.
Keolahragaan Universitas
2.Bagi Petugas kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Negeri Yogyakarta, 2020
memberikan tambahan informasi mengenai
tingkat pengetahuan pertolongan pertama Dharma, Kelana kesuma, Metodologi
cedera dan menjadikannya sebagai acuan Penelitian Keperawatan, Panduan
untuk pemberian pendidikan kesehatan
lainnya. Melaksanakan dan Menerapkan
3.Bagi Peneliti Lain Hasil Penelitian. Jakarta Timur,
Kepada peneliti selanjutnya, khususnya
CV. Trans Info Media, 2017
peneliti bidang kesehatan disarankan untuk
dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
meneliti faktor-faktor yang diduga
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan
mempunyai hubungan yang positif terhadap
tingkat pengetahuan anggota PMR. Ini Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
penting untuk mendapatkan gambaran yang
PT. Raja grafindo persada, 2011.
lebih lengkap tentang faktor-faktor yang
perlu mendapat perhatian dalam usaha Hidayat A.A, Pengantar Konsep
meningkat pengetahuan anggota PMR dalam
DasarKeperawatan, Edisi II
bidang kesehatan.
Jakarta, Salemba Medika 2005.
I Made Kusuma wijaya,dkk jurnal pelatihan
DAFTAR PUSTAKA pertolongan pertama pada cidera
olahraga bagi siswa dan guru
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian
sekolah dasar kecamatan Negara,
Suatu Pendekatan Praktek
2017.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013)
I Nyoman Asdiwinata, dkk, jurnal Gambaran Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif
Tingkat Pengetahuan Masyarakat untuk Psikologi dan Pendidikan,
Terhadap Pertolongan Pertama Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Purwanto, Statistika untuk Penelitian,
Banjar Buagan, Desa Pemecutan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Kelod, 2019 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, Penelitian dan Pengembangan
Aplikasi luring resmi Badan Kesehatan Kementerian RI tahun
Pengembangan Bahasa dan 2018.
Perbukuan, Kementerian http://www.kesmas.kemkes.go.id/ass
Pendidikan dan Kebudayaan ets/upload/dir_519d41d8cd98f00/file
Republik Indonesia s/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Murwani. (2014). Pendidikan Kesehatan Diakses: 13 Pebruari 2020
dalam Keperawatan. Yogyakarta : Saputro W W, Pengaruh Pendidikan
Fitramaya Kesehatan Dengan Metode Simulasi
Munawaroh Siti Nadifatul, Gambaran Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Tingkat Pengetahuan Anggota Tentang Pertolongan Pertama Pada
Palang Merah Remaja (Pmr) Kecelakaan Di Smk Negeri 1
Tentang Tindakan Pertolongan Mojosongo Boyolali, Skripsi 2017
Pertama Pada Cedera Siswa (Studi Sarah dkk, ,Perancangan Mobile Apps
Di Smk Nu Sunan Ampel Kec. Panduan Pertolongan Pertama pada
Poncokusumo Kab. Malang), Kecelakaan untuk Orang Awam
Program Studi Ilmu Keperawatan Jurnal Sains Dan Seni Its Vol. 7, No.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas 2 (2018), 2337-3520 (2301-928x
Muhammadiyah Malang 2017 Print)

Nursalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Setiadi, Konsep dan Praktik Penulisan Riset

Dalam Praktik Keperawatan keperawatan, Yogyakarta, Graha

Professional. Jakarta : Salemba Ilmu, 2013

Medika, 2008. Swasanti, Niluh. Panduan Praktis


Pertolongan Pertama Pada
Notoatmodjo S. Pendidikan ilmu dan
Kedaruratan. Yogyakarta: Katahati.
perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2014.
2003
Tim Esensi. Mengenal UKS. Jakarta:
Pengurus Pusat PMI, Pendidikan PMR WIRA Erlangga;2012.hlm33-34.
(Markas Besar PMI, 1991) Vita Febrina dkk , Hubungan Pengetahuan
Siswa Palang Merah Remaja
dengan Tindakan Pertolongan Wawan dan Dewi. Teori dan pengukuran
Pertama Penderita Sinkop di Penegetahuan, sikap, dan perilaku
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Manusia, Yogyakarta : Nuha
Bukittinggi, Jurnal Kesehatan Medika. (2010).
Andalas. 2017; 6(2), Artikel Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.
Penelitian Jakarta: Prenada Media Group.
2008

Anda mungkin juga menyukai