DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Nurahmi Ibrahim
Riska Yusuf
Sri Deviyaningsih Nabu
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita haturkan kehadirat Allah swt, karena sampai saat ini
masih memberikan rahmat nikmat serta hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH
MUSCULOSKELETAL (OSTEOPOROSIS, FRAKTUR)” dapat terselasaikan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw
yang berhasil merubah corak hidup jahiliyah pada tatanan kehidupan bernafaskan islam yang
risalahnya sebagai suri tauladan bagi umat manusia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih
banyak kekurangan baik isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu kritik, saran dan
pendapat dari pembaca sangat harapkan. Maksud dan tujuan penulisan karya tulis ini adalah
sebagai pemenuhan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan serta memperluas pengetahuan bagi penulis dan para pembaca umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
B. Klasifikasi .................................................................................................................. 8
C. Etiologi ...................................................................................................................... 9
D. Patofisiologi ............................................................................................................... 10
F. komplikasi .................................................................................................................. 11
H. Pencegahan ................................................................................................................ 12
I. Pengobatan .................................................................................................................. 13
1. Anamnesis .................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 27
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa besar jumlah
penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.
Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan
kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:
Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-
36%,
sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.
Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan
terjadi di Asia pada 2050
Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan
dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.
Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.
(depkes, 2006)
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar
dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara
Cina.
1.2 Tujuan
1. Untuk dapat mengetehui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis sehingga
dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit osteoporosis
2. Untuk memperkecil angka osteoporosis khusunya di Indonesia
3. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien
osteoporosis
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Osteoporosis
B. Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer
2. Osteoporosis Sekunder
Kelainan hepar
Kegagalan ginjal kronis
Kurang gerak
Kebiasaan minum alcohol
Pemakai obat-obatan atau corticosteroid
Kelebihan kafein
8
Merokok
3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada usia
kanak – kanak (juvenile), Usia remaja (adolesen), Pria usia pertengah.
C. Etologi
9
b. Factor mekanis
Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut
pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Factor lain
1.) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang
rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium negatif begitu sebaliknya.
2.) Protein
Protein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negative
3.) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunya efisiensi
absorbs kalsium dari makanan dan juga menurunya konservasi kalsium di
ginjal.
4.) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang. Lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan
massa tulang tidak di ketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak
eksresi kalsium melalui urin maupun tinja
5.) Alcohol
Individu dengan alkoholisme mmpunyai kecenderungan masukan kalsium
yang rendah, disertai dengan eksresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yang pasti belum diketahui.
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling).
10
Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,m isalnya proses resobrsi lebih besar
dari proses pembentukan, maka alan terjadi penurunan tulang. Proses konsolidasi
secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks
dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun
pria akan mengalami penipisan tulang bagian trabekula pada usia lebih mudah.
Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30%
dan pada wanita 40-50%. Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian
tubuh seperti metacarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra. Bagian-bagian tubuh
yang sering fraktur adalah vertebrata, paha bagian proksimal dan radius bagian
distal
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau
karena pergerakan yang salah
F. Komplikasi
11
5. Fraktur radius
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Pencegahan
12
I. Pengobatan
a. Penatalaksanaan farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu :
- Meningkatkan pembentukan tulang. Obat-obatan yang dapat meningkatkan
pembentukan tulang, misalnya steroid anabolic
- Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat resorpsi
tulang yaitu estrogen, kalsitonim, difosfat, dan modulator reseptor selektif.
Seluruh pengobatan ini harus ditambah dengan konsumsi kalsium dan vitamin
D yang cukup.
13
BAB III
14
c. Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan
dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan,
mandi, dan toilet. Lansia memerlukan aktivitas yang adekuat untuk
mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan interaksi yang
kompleks antara saraf dan muskuloskleletal. Beberapa perubahaan yang
terjadi sehubungan dengan menurunya gerak persendian adalah agility
(kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina
menurun,koordinasi menurun, dan dexterity (kemampaun memanipulasi
keterampilan motorik halus) menurun.
2. Pemeriksaan fisik
a. BI (Breathing). Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan
tulang belakang. Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi
: cuaca resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi : pada kasus lanjut
usia biasanya didapatkan suara ronkhi
b. B2 (Blood) pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat
dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memeberi makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat
c. B3 (Brain). Kesadaran biasanya kompomentis. Pada kasus yang lebih
parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah
1. Kepala dan wajah : ada sianosis
2. Mata : sclera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
3. Leher : biasanya JVP dalam batas normal.
4. Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang
disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih,
fraktur kompresi vertebra
d. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada system perkemihan
e. B5 (Bowel). Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi,
namun perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta bau fesef
f. B6 (Bone) pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien
osteoporosis sering menunujukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump)
15
dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya
berjalan, deformitas tulang, leg-lengh inequality, dan nyeri spinal. Lokasi
fraktur yang sering terjadi adalah antara verte-bra torakalis 8 dan lumbalis
3
2.3 Pathway
Normal
Osteoprosis(gangguan
musculoskeletal)
Kiposis Gibbus
Keterbatasan gerak
Konsep diri menurun
-Isolasi sosial
-Inefektif koping
Gangguan mobilitas fisik
individu
ffiifisik
Defisit Pengetahuan
Fraktur Spasme otot
Reseptor nyeri
Resiko cedera
16
Nyeri akut
2.4 Diagnosa Keperawatan
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebra
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatsan gerak
3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidaseimbangan tubuh
4. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan salah persepsi, kurang
informasi
2.5 Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Definisi : keperawatan selama 1x24 Tindakan:
pengalaman senorik atau jam maka tinkat nyeri Observasi
emosional yang berkaitan menurun dengan criteria - Identifikasi lokasi,
dengan kerusakan jaringan hasil : durasi, frekuensi,
atau actual fungsional, 1. keluhan nyeri kualitas, intensitas
dengan onset mendadak menurun nyeri
atau lambat dan 2. meringis menurun - Identifikasi skala
berintesitas ringan hingga 3. sikap protektif nyeri
berat yang berlangsung menurun - Identifikasi respons
kurang dari 3 bulan 4. gelisah menurun nyeri non verbal
5. kesulitan tidur - Identifikasi faktor
Penyebab: menurun yang memperberat
1. Agen pencedera 6. frekuensi nadi dan memperingan
fisiologis (mis, membaik nyeri
inflamasi, iskemia, - Indentifikasi
17
neoplasma) pengetahuan dan
2. Agen pencedera keyakinan tentang
kimiawi (mis, nyeri
terbakar, bahan - Identisikasi
kimia iritan) pengaruh
3. Agen pencedera budayaterhadap
f isik (mis, abses, respon nyeri
amputasi, terbakar, - Identifikasi
terpotong, pengaruh nyeri pada
mengangkat berat, kualitas hidup
prosedur operasi, - Monitor keberhasilan
trauma, Latihan fisik terapi komplementer
berlebihan. yang sudah diberikan
- Monitor efek
Gejala Dan Tanda Mayor : samping penggunaan
Data Subjektif : analgetic
1. Mengeluh nyeri
Objektif : Terpeutik
1. Tampak meringis - Berikan teknik non
2. Bersikap protektif farmakologi untuk
(mis. Wadpada, mengurangi rasa
posisi menghindari nyeri mis, TENS,
nyeri hypnosis, terapi
3. Gelisah music, terapi pijat,
4. Frekuensi nadi kompres hangat.
meningkat - Control lingkungan
5. Sulit tidur yang memperberat
Gejala Dan Tanda Minor : rasa nyeri mis, suhu
Data sebjektif : ruangan,
(Tidak Tesedia) pencahayaan,
Data Objektif : kebisingan.
18
1. Tekanan darah - Fasilitasi istrahat dan
meningkat tidur.
2. Pola napas berubah - Pertimbangkan jenis
3. Nafsu makan dan sumber
berubah nyeridalam
4. Proses berfikir pemilihan strategi
terganggu meredakan nyeri
5. Meanarik diri
6. Berfokus pada diri Edukasi
sendiri - Jelaskan penyebab,
7. Diaphoresis periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri,
anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu.
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi:
keperawatan 1x24 jam Tindakan:
Definisi: maka: Observasi
Keterbatasan dalam Ekspetasi meningkat - Identifikasi adanya
19
Gerakan fisik dari satu Kriteria hasil: nyeri atau keluhan
ataulebih ekstremitas 1. Pergerakan ektremitas fisik lainnya
secara mandiri. meningkat - Identifikasi toleransi
2. Kekuatan otot fisik melakukan
Penyebab: meningkat ambulasi
1. Kerusakan integritas 3. Rentang gerak - Monitor frekuensi
struktu rtulang (ROM)meningkat jantung dan tekanan
2. Perubahan metabolism 4. Nyeri menurun darah sebelum
3. Ketidakbugaran fisik 5. Kecemasan menurun memulai ambulasi
4. Penurunan kendali otot 6. Kaku sendi menurun - Monitor kondisi
5. Penurunan massa otot umum selama
6. Penurunan kekuatan melakukan ambulasi
otot
7. Keterlambatan Terapeutik
perkembangan - Fasilitas aktivitas
8. Kekakuan sendi ambulasi dengan alat
9. Kontraktur bantu mis, tongkat,
10. Malnutrisi kruk.
11. Gangguan - Fasilitasi melakukan
musculoskeletal mobilita sfisik, jika
12. Gangguan perlu
neuromuscular - Libatkan keluarga
13. Indeks masa tubuh untuk membantu
diatas persentil ke-75 pasien dalam
sesuai usia meningkatkan
14. Efek agen farmakologis ambulasi
15. Program pembatas
angerak Edukasi
16. Nyeri - Jelaskan tujuan dan
17. Kurang terpapar prosedur ambulasi
informasi tentang - Anjurkan melakukan
20
aktifitas fisik ambulasi dini
18. Kecemasan - Ajarkan ambulasi
19. Gangguan kognitif sederhana yang harus
20. Keengganan melakukan dilakukan, mis,
pergerakan berjalan dari tempat
21. Gangguan sensori tidur kekursi roda
persepsi
21
3 Risiko Cedera Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cedera
Definisi : keperawatan selama 1x24 Tindakan
Beresiko mengalami jam tingkat cedera Observasi
bahaya atau kerusakan menurun dengan criteria- - Indetifikasi area
fisik yang menyebabkan hasil : lingkungan yang
sesorang tidak lagi1. 1. Kejadian cedera berpotensi
sepenuhnya sehat atau menurun menyebabkan cedera
dalam kondisi baik 2. 2. Luka/lecet menurun - - Identifikasi obat yang
berpotensi
Gejala Tanda Mayor : menyebabkan cedera
(Tidak Tersedia) - - Identifikasi kesesuain
Gejala Tanda Minor : alas kaki atau stoking
(Tidak Tersedia) elastic pada ekstremitas
bawah
Terapeutik
- - Sediakan pencahayan
yang memadai
- - Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
- - sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
linkungan ruang rawat
(mia. Penggunaan
telepon, tempat tidur,
penerangan ruangan
dan lokasi kamar
mandi)
- - Gunakan alas lantai
jika berisiko
mengalami cedera
serius
22
- - Sediakan alas kaki
antislip
- - Sediakan pispot atau
urinal untuk elimnasi,
jika perlu
- - Pastikan bel
panggilan atau telepon
mudah dijangkau
- - Pastikan barang-
barang pribadi mudah
dijangkau
- - Pastikan barang-
barang pribadi mudah
dijangkau
- - Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat
digunakan
- - Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
- - Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
- - Pertimbangkan
penggunaan alam
elektronik pribadi atau
alarm sensor pada
tempat tidur atau kursi
23
- - Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- - Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas
yang sesuai (mis.
Tongkat atau alat bantu
jalan
- - Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
- - Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
Edukasi
- - Jelaskan alas an
intervensi pencegahan
jatuh kepasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
dan duduk selama
beberapa menit
sebelum berdiri
-
24
Ketiadaan atau kurangnya jam maka tingkat Observasi
informasi kognitif yang pengetahuan meningkat- - Identifikasi kesiapan
berkaitan dengan topic dengan criteria hasil : dan kemampuan
tertentu. 1. Perilaku sesuai menerima informasi
anjuran meningkat - - Identifikasi factor-
Penyebab : 2. Verbalisasi minat faktor yang dapat
1. 1. Keteratasan kognitif dalam belajar meningkatkan dan
2. 2. Gangguan fungsi meningkat menurunkan motivasi
kognitif 3. Kemampuan perilaku hidup dan
3. 3. Kekeliruan mengikuti menjelaskan sehat
anjuran pengetahuan tentang
4. 4. Kurang terpapar suatu topic meningkat Terapeutik
informasi 4. Kemampuan - - Sediakan materi dan
5. 5. Kurang minat dalam menggambarakan media pendidikan
belajar pengalaman kesehatan
6. 6. Kurang mampu sebelumnya yang
- - Jadwalkan pendidikan
mengingat sesuai dengan topic kesehatan sesuai
7. 7. Ketidaktahuan meningkat kesepakatan
menemukan sumber 5. Perilaku sesuai dengan
- - Berikan kesempatan
informasi pengetahuan untuk bertanya
meningkat Edukasi
Gejala Dan Tanda Mayor 6. Pertanyaan tentang- - jelaskan factor risiko
Data subjektif : masalah yang di yng dapat
1. Menanyakan masalah hadapi menurun memepengaruhi
yang dihadapi 7. Persepsi yang keliru kesehatan
Data Objektif : terhadap masalah- - ajarkan perilaku
1. Menunjukan perilaku menurun hidup bersih dan sehat
tidak sesuai anjuran - - Ajarkan strategi yang
2. Menunjukan persepsi dapat digunakan untuk
yang keliru twrhadap meningkatkan perilaku
masalah hidup bersih dan sehat
25
Gejala Dan Tanda Minor:
Data Subjektif :
(Tidak Tersedia)
Data Objektif :
1. 1. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
2. 2. Menunjukan perilaku
(mis. Apatis, bermusuhan,
agitasi, hysteria)
26
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Osteoporosisi adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang hemeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih
besar dari kecepatan pembentukan tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan
tulang, mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara profresif menjadi
porus, rapuh dan mudah patah . tulang menjadi mudah fraktur dan stress yang tidak
akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal
Semakin bertambah umur, gambaran kepadatan tulang semakin menurun yang berarti
risiko untuk mengalami osteoporosis semakin besar dan korelasinya sangat kuat
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasanya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dukenai stress yang lebih besar dari yang
dapat di arbsopsi
3.2 Saran
Meskipun proses penuaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memperlambat
bahkan mencegah terjadinya osteoporosis dan kejadian patah tulang di usia lanjut
dengan melakukan usaha pencegahan sedini mengkin.
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart.2019. buku ajar keperawatan medical bedah vol 3. Jakarta : EGC
28