Anda di halaman 1dari 130

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Mahasiswa Pendidikan Biologi Semester II Tahun
Akademik 2011/2012 pada Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan di FKIP
Universitas Tanjungpura Pontianak)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister


Program Studi Pendidikan Sains

Oleh:

YOKHEBED
S831102060

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Biodata

a. Nama : Yokhebed
b. Tempat, tanggal lahir : Serukam, 4 Mei 1987
c. Profesi/ jabatan : Dosen
d. Alamat kantor : FKIP Universitas Tanjungpura
Jl. A. Yani Pontianak 78124
Tel. : 0561-740144
e. Alamat rumah : Jl. A.Yani II Gg. Parit Haji Muksin 2
Komplek Zamrut Permai B.12 Kubu Raya
Tel. : 085245702304
Fax :-
Email : yokhebed0405@gmail.com
f. Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi:
No. Institusi Bidang ilmu Tahun Gelar
1 FKIP UNTAN Pendidikan Biologi 2008 S.Pd
Pontianak
g. Daftar Karya Ilmiah:
No. Judul Penerbit Tahun
1 Upaya meningkatkan hasil belajar Skripsi FKIP 2008
melalui Model CLIS (Children UNTAN
Learning in Science) disertai peta
Konsep pada materi sistem organ
Siswa kelas XA SMA SANTUN
UNTAN PONTIANAK

Surakarta, 1 Agustus 2012

commit to user Yokhebed

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS


Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul :” PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR”
ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan
(Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (PPs-UNS) sebagai
institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam
bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian
atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Pendidikan Sains PPs-UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program
Studi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.

Surakarta, 1 Agustus 2012


Mahasiswa,

Yokhebed
commit to user S831102060

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas anugerah dan kasih-Nya penulisan tesis yang berjudul “Pembelajaran Biologi

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan

Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil

Belajar” dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini ditulis untuk memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Magister Pendidikan Sains

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu, terutama kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala

fasilitas kepada penulis dalam menempuh pendidikan program pascasarjana

pada Program Studi Pendidikan Sains.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membimbing

penulis selama ini.

3. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah membimbing

penulis selama ini.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulis selama ini.

5. Dosen-dosen pengampu mata kuliah, yang telah memberikan semangat dan

ilmu pengetahuan kepada penulis .

6. Dr. Aswandi selaku Dekan FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak yang

telah memfasilitasi penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Dra. Syamswisna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak atas saran dan motivasinya selama

ini kepada penulis.

8. Kedua orang tua tercinta dan keluargaku yang telah memotivasi dan

mendukung secara moril dan materil.

9. Semua rekan-rekan seperjuangan angkatan Februari 2011 atas kerjasamanya

selama ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh sebab itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan tesis ini

kedepan.

Demikian, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Agustus 2012

commit to user Penulis

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Takut akan Tuhan adalah Permulaan Pengetahuan (Amsal 1:7a).


Diberkatilah Orang yang Mengandalkan Tuhan yang Menaruh Harapannya hanya
Kepada Tuhan (Yeremia 17:7a).
Allah Turut Bekerja dalam Segala Sesuatu untuk Mendatangkan Kebaikan bagi
Mereka yang Mengasihi Dia (Roma 8:28a).

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tesis ini ku persembahkan untuk:


Tuhan Yesus Kristus
Kedua orang tuaku (Bapak Yosafat dan Ibu Subur)
Bapak dan Ibu mertuaku (Bapak Slamet Karyo dan Ibu Suyatun)
Suami tercinta (J. Mujiarso, S.Pd)
Anakku tersayang (Azarya Jadayn Aryo)
Adik-adikku (Yonatan, S.Pd & Yohana)
Keluarga besarku

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii

BIODATA................................................................................................... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... v

KATA PENGANTAR............................................................................. ... vi

MOTTO........................................................................................................ viii

PERSEMBAHAN.................................................................................... ..... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... . x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

ABSTRAK................................................................................................... xix

ABSTRAC..................................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 10

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 11

D. Perumusan Masalah .................................................................. 12

E. Pemecahan Masalah ................................................................. 13

F. Tujuan Penelitian ...................................................................... 13


commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G. Manfaat Penelitian .................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 15

A. Kajian Teori .............................................................................. 15

1. Hakikat Sains........................... ............................................ 15

2. Belajar Sains ......................................................................... 16

3. Pembelajaran Sains dan Literasi Sains.................................. 18

4. Teori-Teori Belajar................................................................ 21

5. Pembelajaran Berbasis Masalah .......................................... 24

6. Pendekatan Keterampilan Proses Sains................................ 27

7. Motivasi Belajar.................................................................... 33

8. Hasil Belajar ......................................................................... 34

9. Pengetahuan Lingkungan ..................................................... 36

B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 47

C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 50

D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 53

A. Setting Penelitian……………………………………………... 53

B. Rancangan Penelitian ………………………………………... 54

C. Prosedur Penelitian………………………………………….... 55

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .............. 59

E. Uji Coba Instrumen…………………………………………… 61

F. Validitas Data……………………………………………….... 64

G. Teknik Analisis Data …………………………………………. 65


commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Reduksi Data ……………………………………………… 65

2. Penyajian Data …………………………………………..... 65

3. Kesimpulan dan Verifikasi ………………………………… 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 66

A. Hasil Penelitian……………………………………………….. . 66

1. Kondisi Awal (Pra-Siklus)……………………………………. 66

2. Siklus I……………………………………………………….. 68

3. Siklus II…………………………………………………….... 76

4. Siklus III…………………………………………………….. 85

5. Perbandingan Antar Siklus…………………………………... 93

B. Pembahasan…………………………………………………... 98

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............................... 107

A. Simpulan…………………………………………………….. 107

B. Implikasi……………………………………………………... 108

C. Saran………………………………………………………… 109

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 110

LAMPIRAN .............................................................................................. 114

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah- Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah...................... 26

Tabel 2.2 Limbah B3 Berdasarkan Karakteristiknya...................................... 38

Tabel 3.1 Rincian Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas................................................................ 53

Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas............................................... 56

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r........................................................................... 61

Tabel 3.4 Validitas Instrumen Angket ........................................................... 62

Tabel 3.5 Reliabilitas Instrumen Angket........................................................ 62

Tabel 3.6 Validitas Isi Soal Uraian................................................................. 63

Tabel 3.7 Validitas Instrumen Tes KPS......................................................... 63

Tabel 4.1 Capaian Keterampilan Proses Berdasarkan Observasi Pra Siklus.. 67

Tabel 4.2 Capaian Indikator Ranah Afektif Pra Siklus................................. 68

Tabel 4.3 Perencanaan Tindakan Siklus I...................................................... 69

Tabel 4.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus I...................................................... 70

Tabel 4.5 Capaian Indikator Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Siklus I

Berdasarkan Hasil Observasi............................................................. 72

Tabel 4.6 Capaian Indikator pada Ranah Kognitif Siklus I........................... 73

Tabel 4.7 Capaian Indikator pada Ranah Afektif Berdasarkan

Hasil Observasi Siklus I................................................................... 73

Tabel 4.8 Persentase Motivasi Belajar Berdasarkan Kategori Siklus I.......... 74

Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Hasil Belajar


commitdantoMotivasi
user Belajar Siklus I............ 74

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10 Temuan dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus..... 75

Tabel 4.11 Perencanaan Tindakan Siklus II.................................................... 77

Tabel 4.12 Pelaksanaan Tindakan Siklus II.................................................... 78

Tabel 4.13 Capaian Indikator Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Siklus II

Berdasarkan Hasil Observasi............................................................. 81

Tabel 4.14 Capaian Indikator pada Ranah Kognitif Siklus II.......................... 82

Tabel 4.15 Capaian Indikator pada Ranah Afektif Berdasarkan

Hasil Observasi Siklus II.................................................................. 82

Tabel 4.16 Persentase Motivasi Belajar Berdasarkan Kategori Siklus II......... 83

Tabel 4.17 Nilai Rata-rata Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siklus II............ 83

Tabel 4.18 Temuan dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus II.... 84

Tabel 4.19 Perencanaan Tindakan Siklus III.................................................... 85

Tabel 4.20 Pelaksanaan Tindakan Siklus III.................................................... 87

Tabel 4.21 Capaian Indikator Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Siklus III

Berdasarkan Hasil Observasi............................................................. 90

Tabel 4.22 Capaian Indikator pada Ranah Kognitif Siklus III........................ 91

Tabel 4.23 Capaian Indikator pada Ranah Afektif Berdasarkan

Hasil Observasi Siklus III................................................................. 91

Tabel 4.24 Persentase Motivasi Belajar Berdasarkan Kategori Siklus III........ 91

Tabel 4.25 Nilai Rata-rata Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siklus III......... 92

Tabel 4.26 Temuan dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus III.. 92

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir....................................................................... 52

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 55

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Keterampilan Proses Sains

Antar Siklus...................................................................................... 94

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Afektif Antar Siklus .......... 95

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Antar Siklus.......... 96

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Motivasi Belajar Mahasiswa Antar

Siklus................................................................................................. 97

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Antar

Siklus................................................................................................. 97

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Silabus Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan............................114

Lampiran 2 Satuan Acara Perkuliahan Siklus I .............................................. 120

Lampiran 3 Satuan Acara Perkuliahan Siklus II...............................................139

Lampiran 4 Satuan Acara Perkuliahan Siklus III............................................ 151

Lampiran 5 Lembar Kerja Mahasiswa Siklus I............................................... 168

Lampiran 6 Lembar Kerja Mahasiswa Siklus II...............................................174

Lampiran 7 Lembar Kerja Mahasiswa Siklus III.............................................179

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Siklus I............................................ 184

Lampiran 9 Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Siklus II............................................185

Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Siklus III.........................................186

Lampiran 11 Soal Tes Kognitif Siklus I............................................................187

Lampiran 12 Pedoman Penskoran Tes Kognitif Siklus I..................................189

Lampiran 13 Soal Tes Kognitif Siklus II..........................................................192

Lampiran 14 Pedoman Penskoran Tes Kognitif Siklus II.................................194

Lampiran 15 Soal Tes Kognitif Siklus III.........................................................201

Lampiran 16 Pedoman Penskoran Tes Kognitif Siklus III............................... 203

Lampiran 17 Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah ................................................. 208

Lampiran 18 Angket Sikap Ilmiah ................................................................ 209

Lampiran 19 Kisi-kisi Angket Keterampilan Sosial.... . ................................. 212

Lampiran 20 Angket Keterampilan Sosial ..................................................... 213

Lampiran 21 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar.............................................. 216


commit to user
Lampiran 22 Angket Motivasi Belajar............................................................. 218

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 23 Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains.................................. 223

Lampiran 24 Soal Tes Keterampilan Proses Sains.......................................... 224

Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Proses Sains................. 230

Lampiran 26 Lembar Observasi Sikap Ilmiah.................................................. 231

Lampiran 27 Pedoman Penskoran Observasi Sikap Ilmiah...............................232

Lampiran 28 Lembar Observasi Keterampilan Sosial.......................................233

Lampiran 29 Pedoman Penskoran Observasi Keterampilan Sosial...................235

Lampiran 30 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains............................236

Lampiran 31 Pedoman Penskoran Keterampilan Proses Sains Siklus I...........238

Lampiran 32 Pedoman Penskoran Keterampilan Proses Sains Siklus II..........244

Lampiran 33 Pedoman Penskoran Keterampilan Proses Sains Siklus III........250

Lampiran 34 Lembar Observasi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran.............258

Lampiran 35 Skor dan Nilai Tes Kognitif Pra Siklus, Siklus I-III................ 259

Lampiran 36 Hasil Observasi Ranah Afektif Pra Siklus.................................. 262

Lampiran 37 Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siklus I-III................................... 263

Lampiran 38 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Siklus I-III.......................266

Lampiran 39 Hasil Observasi KPS Pra Siklus................................................ .267

Lampiran 40 Hasil Observasi KPS Siklus I-III................................................268

Lampiran 41 Hasil Observasi Keterlaksanaan Proses

Pembelajaran Siklus I-III...........................................................272

Lampiran 42 Rekapitulasi Hasil Belajar dan Motivasi belajar

Siklus I-III.................................................................................278

Lampiran 43 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Angket Sikap Ilmiah.................................................................281

Lampiran 44 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket

Keterampilan Sosial ...................................................................285

Lampiran 45 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket

Motivasi Belajar..........................................................................291

Lampiran 46 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tes KPS.............................299

Lampiran 47 Hasil Validitas Isi Soal Tes Uraian............................................303

Lampiran 48 Dokumentasi Penelitian..............................................................312

Lampiran 49 Surat Ijin Penelitian....................................................................315

Lampiran 50 Surat Keterangan Telah Melaksanaan Penelitian.......................316

commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Yokhebed. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran


Berbasis Masalah dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. TESIS. Pembimbing I: Dr.
Suciati Sudarisman, M.Pd, II: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. Program Studi
Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan membuat rancangan dan mengimplementasikan


model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses,
dan mengetahui sejauhmana model pembelajaran berbasis masalah dengan
pendekatan keterampilan proses sains meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan
dalam 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Tanjungpura Pontianak pada bulan Maret-Juni 2012. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, angket, tes.
Motivasi dan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor mengalami
peningkatan. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi Pra Siklus, Siklus I, II, III
(31,57%; 63,15%; 68,42%; 79%). Pada ranah kognitif jumlah mahasiswa yang
lulus Pra Siklus, Siklus I, II, III (26, 31%; 68,42%; 89,47%; 94,73%). Pada ranah
afektif rata-rata nilai pada Pra Siklus, Siklus I, II, III (31,08; 75,20; 82,6; 87,42).
Pada ranah psikomotor nilai rata-rata Pra Siklus, Siklus I, II, III (52,81; 58,10;
61,62; 78,38). Dengan demikian disimpulkan: 1) dapat dibuat rancangan model
pembelajaran berbasis masalah dengan keterampilan proses sains, 2) model
pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains
dapat diterapkan pada mahasiswa Pendidikan Biologi semester II mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan, 3) dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTAN semester II pada mata
kuliah Pengetahuan Lingkungan Tahun Akademik 2011/2012.

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pendekatan Keterampilan Proses


Sains, Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan Kelas.

commit to user

xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Yokhebed. 2012. Biology Learning Using Problem-Based Learning Model


with Science Process Skill Approach to Improve the Motivation and
Learning Achievement. Thesis. First Consultant: Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd.,
Second Consultant: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Science Education Study
Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

The aims this research were to designed and implemented the problem-
based learning model with science process skill approach, and found out the
extent to which the problem-based learning model with science process skill
approach to improved motivation and learning achievement. This study was a
Classroom Action Research (CAR). The research was carried out in 3 cycles, each
cycle consisted of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. This
study was conducted in Faculty of Teachers Training and Education Tanjungpura
University (FKIP-UNTAN) Pontianak on March to June 2012. The techniques of
collecting data (data collecting) used were observation, questionnaire, and test.
Motivation and learning achievement in cognitive, affective, and
psychomotor domain were improved. The proportion of high motivation students
in Pre Cycle, Cycle I, II, III were (31.57%; 63.15%; 68.42%; 79%). In cognitive
domain the proportion of students passed in Pre Cycle, Cycle I, II, III were
(26.31%; 68.42%; 89.47%; 94.73%). In affective domain, the mean value in Pre
Cycle, Cycle I, II, III were (31.08; 75.20; 82.6; 87.42). In psychomotor domain,
the mean value in Pre Cycle, Cycle I, II, III were (52.81; 58.10; 61.62; 78.38).
Thus, it could be concluded that a problem-based learning model could be made
with science process skill, problem-based learning model with science process
skill approach could be applied to the second semester of Biology Education
students in Environmental Knowledge course and, could improve the motivation
and learning achievement of the second semester students of Biology Education of
FKIP-UNTAN in Environmental Knowledge course in the Academic Year of
2011/2012.

Keywords: Problem-Based Learning, Science Process Skill Approach, Learning


Motivation, Learning Achievement, Classroom Action Research.

commit to user

xx
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Mutu lulusan dari Pendidikan Dasar atau Pendidikan Tinggi yang

dihasilkan (out put dan out come) harusnya selaras dengan Perkembangan Ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang sangat pesat. Mutu lulusan

tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah

sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Terlebih lagi, industri baru

dikembangkan menuntut kompetensi tingkat tinggi, sehingga lulusan yang

dihasilkan idealnya memiliki standar mutu yang tinggi yakni memiliki

keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan

internasional.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK yang pesat dan perubahan

masyarakat yang dinamis, perlu disiapkan warganegara Indonesia yang mampu

bersaing bebas dan memiliki ketangguhan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak

berdasarkan pemahaman tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains serta

penerapannya melalui kurikulum sains. Poedjadi (2005) menyatakan bahwa :

“Diharapkan pendidikan sains dapat menghasilkan anggota masyarakat yang


memahami sains dan teknologi serta kaitannya dengan kepentingan
masyarakat serta mampu membangun suatu masyarakat yang memiliki
literasi sains dan teknologi.”

Pendidikan untuk semua orang dan peningkatan kualitas pendidikan sains sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

perlu diperhatikan agar sains dapat dipahami dalam setiap segi kehidupan.

Pembelajaran dalam konteks mempersiapkan sumber daya manusia abad 21

mengacu pada konsep belajar yang memberi pengalaman pada peserta didik

seperti yang dicanangkan UNESCO yaitu"Learning to do, learning to know,

learning to be, and learning to live to-gether" (dalam Poedjiadi, 2005).

Mahasiswa harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya

pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan

lingkungan fisik dan sosialnya, sehingga mampu membangun pemahaman dan

pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil

interaksi dengan lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan

diri dan sekaligus membangun jati diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi

dengan berbagai individu yang bervariasi akan membentuk kepribadian dalam

memahami kemajemukan, sehingga melahirkan sikap-sikap positif dan toleran

terhadap keanekaragaman dan perbedaan (learning to live together).

Di dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, dinyatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, dan pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.”
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran idealnya dapat melibatkan

mahasiswa secara aktif dan tidak hanya menekankan pada aspek kognitif namun

juga pada aspek psikomotor dan afektif. Pembelajaran yang diharapkan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

pembelajaran yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif mahasiswa

dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif itu berpusat pada

mahasiswa (student centered) dan terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-

hari.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura

(UNTAN) Pontianak khususnya Program Studi Pendidikan Biologi merupakan

salah satu Lembaga Pendidikan dan Tenaga Pendidikan (LPTK) yang memiliki

visi sebagai penghasil pendidik dalam bidang studi Biologi yang profesional dan

berkompetensi berbasis IPTEK berwawasan tropik khatulistiwa pada tahun 2020.

Kompetensi yang dimaksud menurut Undang Undang Pasal 14 Tahun 2005

(dalam Sagala, 2011) tentang Guru dan Dosen meliputi kompetensi pedagogik,

profesional, sosial, dan kepribadian. Dengan demikian FKIP khususnya Program

Studi Pendidikan Biologi sebagai penyedia tenaga pendidik (guru) Biologi

seyogyanya mempersiapkan calon pendidik yang profesional dan memiliki

kompetensi yang diharapkan.

Biologi sebagai salah satu bidang sains yang memungkinkan peserta didik

berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep melalui proses sains.

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara

sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan (inkuiri). Hal tersebut dapat dilakukan dengan

bekerja secara ilmiah. Pembelajaran Biologi menekankan pada pemberian

commit to perlu
pengalaman secara langsung. Mahasiswa user dibantu untuk mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

sejumlah keterampilan proses sains supaya mereka mendapatkan pengetahuan dan

terbentuk sikap ilmiah.

Pembelajaran sains dalam hal ini Biologi mengggunakan suatu pendekatan

empiris untuk mencari penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam

semesta (Suriasumantri, 1985). Dengan demikian dalam proses pembelajaran

mahasiswa seharusnya terlibat aktif dalam proses penemuan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip berdasarkan fakta-fakta dalam proses pembelajaran. Bruner (dalam

Dahar, 1989) menyatakan bahwa “siswa-siswa hendaknya belajar melalui

partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip mereka dianjurkan

untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang

mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri“. Hal tersebut

menunjukkan bahwa dosen tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada

mahasiswa, tetapi mahasiswa yang harus aktif membangun pengetahuan dalam

pikiran mereka sendiri. Menurut Ausubel (dalam Ango, 2002) “dengan belajar

hafalan, mereka hanya mampu menulis definisi dan daftar, tetapi mereka tidak

mampu memecahkan masalah”. Dengan demikian pembelajaran harus

mengembangkan tujuan pada ranah kognitif tingkat tinggi agar mahasiswa mampu

memecahkan masalah.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada saat belajar sains mahasiswa

seharusnya secara aktif melakukan berbagai keterampilan proses sains seperti:

mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau

dengan dosen, atau sering dikenal dengan hands-on and minds-on activity yang

dapat diartikan bahwa belajarcommit to user melalui aktivitas pengetahuan


dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

(knowledge) dan kerja praktik (Susilawati, dkk, 2010). Dengan demikian,

Pembelajaran Biologi akan berorientasi pada hakikat sains yaitu sebagai produk,

proses, dan sarana untuk mengembangkan sikap ilmiah. Mahasiswa dapat terlibat

langsung dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan proses sains. Berdasarkan Standar Pendidikan Sains Nasional

Amerika (United States National Research Council) (dalam Rahman, dkk. Tanpa

Tahun) dinyatakan bahwa dalam pembelajaran di LPTK, metode mengajar

hendaknya lebih memperhatikan pada keterampilan teknik pengambilan

keputusan, teori dan penalaran. Proses penyiapan calon guru sains khususnya

Biologi perlu mendapat perhatian diperhatikan karena berkaitan erat dengan mutu

peserta didik dan perkembangan pendidikan sains (Biologi).

Pembelajaran sains di Indonesia belum optimal. Berdasarkan data PISA

(Program for International Student Assessment) 2009 penguasaan bidang sains

peserta didik Indonesia (tingkatan usia 15 tahun ) hanya memperoleh skor 383

dari skor tertinggi yaitu 575 yang diperoleh Shanghai-Cina dan berada pada

peringkat 60 dari 65 dari seluruh negara peserta. Sementara data dari TIMSS

(Trends in International Mathematics & Science Study) tahun 2007, menunjukkan

bahwa : 1) Kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang di bawah rata-rata

skor internasional; 2) Siswa Indonesia hanya mampu menjawab soal-soal dalam

kategori rendah, dan hampir tidak ada yang dapat menjawab soal-soal yang

menuntut pemikiran tingkat tinggi. Siswa Indonesia tidak dapat menjawab soal-

soal level 5 dan 6 yaitu soal-soal yang kompleks seperti mengidentifikasi

komponen sains dari situasi commit to user


yang kompleks, menggunakan konsep dan
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

pengetahuan tentang sains pada situasi tersebut, menyeleksi dan mengevaluasi

pendekatan dalam sains untuk merespon situasi kehidupan. Pada level 5 tersebut

siswa diharapkan dapat menggunakan inkuiri, dihubungkan dengan berbagai

pengetahuan dan mengkonstruksi penjelasan dengan argumen yang kritis dan

analitis. Pada level 6 siswa diharapkan dapat dengan jelas dan tepat

mendemonstrasikan penjelasan dan menggunakan fakta-fakta untuk menjelaskan

dari berbagai sumber. Selain itu siswa juga dapat berpikir sains disertai alasan,

menggunakan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sains dan situasi

teknologi (Organisation for Economic Co-operation and Development / OECD,

2010). Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas pembelajaran yang

berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya kualitas pembelajaran sains (Biologi) juga terjadi di LPTK

khususnya di pada mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTAN. Berdasarkan

pengalaman dan pengamatan di kelas pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan

dosen cenderung menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode

ceramah, sehingga kurang melibatkan mahasiswa aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran masih terpusat pada dosen, mahasiswa hanya mencatat, menyimak

dan memberi tanggapan. Konsep-konsep dalam pembelajaran hanya diperoleh

secara pasif, akibatnya belajar secara hafalan. Dosen cenderung kurang

memberikan pembelajaran yang mendorong mahasiswa agar mampu memecahkan

masalah dan menggunakan keterampilan proses sains.

Pembelajaran dan penilaian masih berorientasi pada berpikir tingkat rendah

yaitu hafalan atau ingatan dan pemahaman, sehingga kurang mengembangkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

kemampuan memecahkan masalah berupa soal-soal yang membutuhkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, dosen masih belum

mengembangkan pengukuran dan penilaian pada ranah afektif dan psikomotor

secara komprehensif. Pelaksanaan praktikum masih berupa langkah-langkah yang

berurutan seperti resep (cookery book type), mahasiswa belum diberi kesempatan

merancang percobaan.

Meskipun pada saat melaksanakan perkuliahan dosen memberikan

pertanyaan yang berbentuk problem solving tetapi secara klasikal, mahasiswa

kesulitan dalam memberikan pemecahan masalah. Hal tersebut tampak dari

jawaban yang diberikan mahasiswa yang belum optimal. Hanya 30% dari seluruh

mahasiswa yang dapat memberikan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil tes

kognitif pada kegiatan pra siklus diperoleh hasil bahwa dari 19 orang mahasiswa

yang berhasil lulus tes hanya berjumlah 5 orang mahasiswa (26,31%).

Keterampilan proses sains terutama kegiatan merancang percobaan cenderung

masih rendah (47,36%) dan tingkat pencapaian kelulusan rendah (< 75%). Nilai

rata-rata ranah psikomotor rendah (52, 81). Capaian indikator ranah afektif untuk

keterampilan sosial masih rendah 65,78. Capaian ranah afektif dengan indikator

teliti sebesar 61,84, keingintahuan sebesar 63,15% dan berpikir kritis sebesar

57,89. Sementara nilai rata-rata pada ranah afektif mencapai 31,08.

Di tinjau dari motivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran mahasiswa

cenderung pasif dalam aktivitas pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh sikap

mahasiswa yang cenderung kurang bergairah ketika kegiatan pemecahan masalah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Gejala tersebut mengindikasikan bahwa motivasi belajar mahasiswa cenderung

masih rendah.

Mata kuliah Pengetahuan Lingkungan merupakan mata kuliah dengan

bobot 2 SKS teori dan 1 SKS praktikum. Penyampaian teori dilaksanakan dalam

1(satu) kali pertemuan dalam satu minggu. Karakteristik materi Pengetahuan

Lingkungan merupakan materi yang konkrit dan terjadi pada kehidupan sehari-

hari, sehingga banyak sekali permasalahan yang berhubungan dengan masalah

lingkungan yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran. Pada mata kuliah

Pengetahuan Lingkungan salah satu kompetensi dasar yang akan dicapai

mahasiswa adalah dapat memecahkan permasalahan yang terjadi di lingkungan

sekitar. Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini cenderung masih tekstual dan

kurang menggunakan isu-isu atau masalah yang terjadi di lingkungan sekitar.

Selain itu, pembelajaran cenderung kurang mengembangkan keterampilan proses

sains terutama keterampilan proses sains terintegrasi seperti: membuat definisi

operasional, menginterpretasi data, berhipotesis dan mengontrol variabel.

Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang tepat serta dapat

mengembangkan berfikir, keterampilan manual dan keterampilan sosial melalui

pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah adalah belajar dengan

menggunakan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian atau

penggalian informasi. Menurut Arends (2008) sintaks model pembelajaran

berbasis masalah terdiri dari 5 tahap yaitu orientasi masalah, mengorganisasikan

mahasiswa belajar, membimbing penyelidikan individu dan kelompok,

mengembangkan dan menyajikancommit


hasil to user menganalisis dan mengevaluasi
karya,
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

proses pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah melibatkan

kerja kelompok untuk memecahkan masalah sebagai fokus utama dalam

pembelajaran. Konsep dan teori dari berbagai disiplin ilmu dapat dipelajari

dengan pemecahan masalah melalui keterampilan proses sains.

Pada pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa diperhadapkan dengan

masalah-masalah autentik dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan atau di

cari solusinya. Situasi ini menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami

konsep atau prinsip dan memecahkan masalah tersebut melalui investigasi dan

penyelidikan (Arends, 2008). Kegiatan pembelajaran melibatkan mahasiswa untuk

berpikir analisis logis dan kritis, penggunaan analogi dan berpikir divergen,

integrasi kreatif dan sintesis.

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keuntungan: 1)

menekankan pada makna, meningkatkan pemahaman diri; 2) mengembangkan

keterampilan berpikir; 3) mengembangkan sikap memotivasi diri; 4) hubungan

tutor antara dosen dan mahasiswa (Yazdani dalam Nur, 2011). Melalui

pendekatan keterampilan proses sains mahasiswa diharapkan terampil dalam

memproses pengetahuan menggunakan proses-proses fisik, intelektual dan sosial

seperti: menginterpretasi data, menyimpulkan, mengkomunikasikan data,

merancang percobaan dan lain lain. Mahasiswa dilatih untuk bekerja sesuai

metode ilmiah untuk menemukan produk sains berupa konsep, prinsip, hukum,

fakta-fakta baru dan teori-teori. Dengan demikian penggunaan model

pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses di

prediksi dapat mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berpikir tingkat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

tinggi melalui problem solving sekaligus sebagai solusi terhadap belum

optimalnya hasil belajar dan motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

UNTAN khususnya pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan belum

melibatkan mahasiswa secara aktif untuk menemukan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip.

2. Keterampilan proses sains (KPS) mahasiswa rendah terutama KPS

terintegrasi yaitu keterampilan: merancang percobaan (47, 36%), merumuskan

pertanyaan (52, 63%), membuat hipotesis (50%), interpretasi data (57,89%) di

bawah standar ketercapaian (75%).

3. Jumlah ketuntasan belajar mahasiswa masih rendah khususnya pada materi

pencemaran lingkungan, tingkat kelulusan hanya 26,31% untuk aspek kognitif

dengan nilai rata-rata 54,39. Sementara untuk aspek afektif nilai rata-rata

sebesar 31,08 masih dibawah indikator ketercapaian (<75).

4. Dosen masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan

metode ceramah (50%), diskusi (30%) dan praktikum (20%) sehingga

mahasiswa belajar secara pasif.

5. Proses pembelajaran kurang melatih mahasiswa berpikir tingkat tinggi

seperti: memecahkan masalah, menemukan cara penyelesaian masalah,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

menganalisis dan mensintesis sehingga mahasiswa masih memiliki tingkat

kognitif yang rendah yaitu ingatan dan pemahaman.

6. Materi dalam mata kuliah Pengetahuan Lingkungan berkaitan erat dengan

kehidupan sehari-hari mahasiswa, namun dalam pembelajaran cenderung

kurang menggunakan isu-isu lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari mahasiswa.

7. Motivasi belajar mahasiswa yang tampak kurang, antusias mahasiswa dalam

mengikuti pembelajaran masih rendah (31,57 %).

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam rangka memperjelas permasalahan, dalam penelitian ini

permasalahan dibatasi dengan hal-hal berikut:

1. Penelitian ini digunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan sintaks

sebagai berikut : orientasi mahasiswa pada masalah, mengorganisasi

mahasiswa untuk belajar, membimbing investigasi secara individu dan

kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Pendekatan keterampilan proses sains yang diterapkan adalah keterampilan

proses sains dasar dan terintegrasi. Keterampilan proses sains dasar dibatasi

pada keterampilan mengukur, mengkomunikasikan data dan menyimpulkan.

Keterampilan proses sains terintegrasi dibatasi pada keterampilan membuat

hipotesis, membuat definisi operasional, mengajukan pertanyaan, memanipusi

variabel, merancang eksperimen dan menginterpretasi.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

3. Masalah yang dijadikan acuan pembelajaran berupa isu-isu lingkungan dalam

kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk wacana.

4. Pengukuran terhadap hasil belajar meliputi ranah kognitif, psikomotor dan

afektif.

5. Motivasi pada penelitian ini dibatasi pada motivasi belajar.

6. Materi pembelajaran pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan dipilih

materi pengolahan limbah dan toksikologi lingkungan.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah, maka masalah umum dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

“Apakah model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

keterampilan proses sains pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan dapat

meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar mahasiswa Pendidikan Biologi

FKIP UNTAN?”

Selanjutnya rumusan masalah umum tersebut dijabarkan dalam rumusan

masalah khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana rancangan model pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di

Pendidikan Biologi FKIP UNTAN?

2. Bagaimana implementasi model pembelajaran berbasis masalah dengan


commit to user
pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN?

3. Sejauh mana model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

keterampilan proses sains dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil

belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di Program

Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN?

E. PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan masalah terkait dengan rendahnya hasil belajar dan motivasi

belajar, maka dilakukan tindakan kelas dengan model pembelajaran berbasis

masalah dengan pendekatan keterampilan proses. Melalui model pembelajaran

berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains diharapkan

motivasi belajar dan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Pengetahuan

Lingkungan di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN dapat

ditingkatkan.

F. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk

1. Membuat rancangan model pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN.

2. Mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan motivasi belajar dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN.

3. Mengetahui sejauh mana model pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan motivasi belajar

dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN.

G. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

a. Bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil beajar sehingga

kompetensi dalam mata kuliah Pengetahuan Lingkungan dapat tercapai.

b. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi.

2. Bagi Dosen

Memberikan alternatif dalam memilih model dan pendekatan dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran khususnya

pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menyusun kurikulum

program pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran bagi

calon pendidik (guru) Biologi khususnya pada materi yang berhubungan dengan

masalah lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Sains

Wonorahardjo (2010) menyatakan “Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam

adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu”. Sains

berusaha menguasai alam dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan manusia.

Sains berfungsi untuk membantu manusia berpikir dalam pola yang sistematis,

menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam. Selain

itu, sains juga digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi

berdasarkan pola gejala alam yang di pelajari. Metode yang digunakan untuk

membentuk sekumpulan pengetahuan tersebut dikenal dengan metode ilmiah.

Hukum-hukum dan teori dalam sains hanyalah produk dari serangkaian

aktivitas manusia yang dikenal dengan penyelidikan ilmiah (Scientific Inquiry).

Awal dari penyelidikan ilmiah ini adalah rasa ingin tahu tentang fenomena alam,

kemudian menjadi permasalahan dan pertanyaan untuk dicari pemecahannya

melalui pengamatan dan percobaan, hingga diperoleh kesimpulan. Seiring dengan

perkembangannya, proses yang terdapat dalam penyelidikan ilmiah dikemas lebih

sistematis berupa keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki seseorang untuk

melakukan penyelidikan secara ilmiah, keterampilan ini disebut sebagai

“Keterampilan Proses Sains (KPS)”. Metode untuk melakukan penyelidikan

ilmiah yang menggunakan Keterampilan Proses Sains tersebut dikenal sebagai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

”Metode Ilmiah” (Scientific Method) (Siahaan dan Suyana, 2010). Dengan

demikian sains tidak hanya berfokus pada produk sains tetapi juga proses sains.

Proses dalam penyelidikan ilmiah akan membentuk sikap ilmiah. Sikap

ilmiah harus dimiliki oleh ilmuwan. Surajiyo (2007) menyatakan sikap ilmiah

adalah sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat

objektif. Adapun sikap ilmiah yang perlu dimiliki antara lain adalah objektif,

selektif,tidak cepat puas, sikap percaya, etis dan lain-lain. Sunarno (2011)

menyatakan sikap ilmiah meliputi nilai-nilai yang diperlukan dalam

pengembangan sains. Sikap ilmiah antara lain meliputi rasa ingin tahu, tekun,

jujur, cermat, objektif, menghormati pendapat orang lain dan sebagainya. Dalam

proses pembelajaran di kelas, guru atau dosen dapat memilih model-model

pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah.

2. Belajar Sains

Cronbach (dalam Sardiman, 2011) mendefinisikan “ learning is shown by a

change in behavior as a result of experience”. Artinya belajar ditunjukkan oleh

sebuah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Dengan demikian

dalam proses belajar diarahkan untuk melibatkan mahasiswa secara aktif.

Sardiman (2011) menyatakan perubahan tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.

Sejalan dengan itu, Gage (dalam Dahar, 1989) menyatakan: “belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

sebagai akibat pengalaman”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar

membutuhkan proses yang terjadi pada perilaku baik secara fisik ataupun mental

dan melibatkan tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada proses

belajar sains, mahasiswa belajar dengan proses yang melibatkan keterampilan

secara fisik dan mental, sehingga dalam proses belajar tersebut mahasiswa

menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Belajar sebagaimana yang telah diungkapkan diatas, maka pengertian dan

batasan belajar sebagai berikut: 1) Perubahan tingkah laku; 2) Perilaku terbuka;

3) Belajar dan pengalaman; 4) Belajar dan kematangan (Dahar, 1989). Semua

bentuk perubahan perubahan (yang disebabkan oleh proses-proses fisiologis,

mekanik, dan kematangan) dikeluarkan dari kategori perubahan –perubahan yang

mencerminkan belajar, maka dapat disimpulkan perubahan-perubahan yang

mencerminkan belajar adalah perubahan yang berasal dari pengalaman dengan

lingkungan, dimana terjadi hubungan-hubungan antara stimulus–stimulus dan

respon-respon.

Hamalik (2001) menyatakan “tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar

yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap baru yang

diharapkan dicapai oleh siswa”. Pada proses belajar harusnya mengembangkan

proses belajar yang menyediakan pengalaman belajar sehingga tercapai tujuan

belajar.

Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pada Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa standar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

isi. mencakup kerangka dasar struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum

tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan (Mulyasa, 2010). Pada tingkat

perguruan tinggi mata kuliah Pengetahuan Lingkungan merupakan salah satu

Mata Kuliah Keahlian dan Keterampilan (MKK). Mata kuliah ini menuntut

mahasiswa selain memiliki pengetahuan tetapi juga memiliki keahlian dan

keterampilan sesuai dengan pengembangan materi.

3. Pembelajaran Sains dan Literasi Sains

Berdasarkan hakikat sains yang terdiri atas produk, proses, sikap dan

teknologi, maka dalam pembelajaran sains harus mengacu pada bagaimana

perolehan produk tersebut melalui proses sehingga akan membentuk sikap ilmiah.

Selain itu juga sains sebagai teknologi artinya bahwa sains itu dapat dipahami

dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik keilmuan dan hakikat

pembelajaran di bidang sains (Biologi) membawa konsekuensi logis dan

mengimplementasi pembelajaran Biologi di dalam kelas (Suciati, 2010). Biologi

harus diajarkan dengan cara berproses berdasarkan pengalaman beraktivitas

melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada proses ilmiah dengan

metode eksperimen. Menurut Oloruntegbe (2010) hasil dari pembelajaran sains

yaitu pembentukan konsep, pengembangan keterampilan dan terbentuknya sikap

ilmiah. Dengan demikian dosen dalam proses pembelajaran berperan sebagai

fasilitator dan motivator yang mengarahkan proses pembelajaran agar mahasiswa

dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar secara

langsung. Dosen dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran perlu

commit
memahami sudut pandang sains, agar to user
dalam merencanakan dan melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

pembelajaran dapat melatihkannya pada mahasiswa.

Pembelajaran sains harus sesuai dengan standar proses yang ditetapkan

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Menurut Mulyasa (2010) Standar

Proses Pendidikan berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan

pengawasan pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup tinggi bagi prakarsa, kreaktivitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Organisation for Economic Co-operation and Development / OECD (dalam

Hollbrook dan Rannikmae, 2009) PISA mendefinisikan literasi sains yaitu “The

capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-

based conclusions in order to understand and help make decisions about the

nature world and the change made to it through human activity.” Artinya bahwa

literasi sains merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,

untuk mengidentifikasi pertanyaan pertanyaan dan untuk memberikan penjelasan

berdasarkan kesimpulan dalam rangka untuk memahami dan membantu membuat

keputusan tentang alam dan perubahannya yang dibuat melalui aktivitas manusia.

Selanjutnya dikemukakan pengertian di atas telah mengalami perkembangan dan

PISA telah menetapkan literasi sains menjadi tiga dimensi yaitu scientific concept,

scientific process, dan scientific situations.

BouJaoude (dalam Dani, 2009) menyatakan aspek-aspek dalam literasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

sains meliputi: 1) Sains sebagai cara berpikir; 2) Sains sebagai cara untuk

menyelidiki; 3) Sains sebagai pengetahuan; dan 4) Sains dan interaksinya dengan

teknologi dan masyarakat. Pencapaian literasi sains tidak hanya pada aspek

tertentu saja. Menurut Liliasari (2011) berpikir sains merupakan taraf yang paling

tinggi dalam belajar sains atau dikenal dengan Higher Order Thinking Skills

(HOTS).

Holbrook dan Rannikmae, 2009 menyatakan terdapat beberapa komponen

pada keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu: 1) Menggunakan konsep sains dan

teknologi, serta informasi dari nilai-nilai etika dalam pemecahan masalah sehari-

hari dan membuat keputusan yang bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-

hari, termasuk pekerjaan dan waktu; 2) Menempatkan, mengumpulkan,

menganalisis, dan mengevaluasi sumber- sumber informasi ilmiah dan teknologi

dan menggunakan sumber-sumber dalam memecahkan masalah, membuat

keputusan dan mengambil tindakan; 3) Membedakan antara bukti ilmiah dan

teknologi dengan pendapat pribadi dan antara informasi yang dapat dipercaya dan

tidak dapat dipercaya; 4) Menawarkan penjelasan tentang fenomena alam yang

dapat diuji untuk validitasnya; 5) Menerapkan skeptis, cara yang hati-hati,

penalaran logis, dan kreaktivitas dalam menyelidiki alam semesta yang teramati 6)

Membela keputusan dan tindakan dengan menggunakan argument rasional

berdasarkan bukti; dan 7) Analisis interaksi antara sains, teknologi dan

masyarakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

4. Teori Belajar

a. Konstruktivisme

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar

konstruktivisme (Schmidt, 1983; Savery dan Duffy, 1995; Hendry dan Murphy,

1995; dalam Rusman, 2011). Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan

modifikasi dari ide-ide siswa yang telah ada atau sebagai pengembangan konsepsi

siswa. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan atau bahan

yang dipelajari dengan pengertian sudah dipunyai siswa, sehingga pengertian

yang dimiliki semakin berkembang. Proses tersebut menurut Suparno (1997)

memiliki ciri-ciri 1) Belajar berarti membentuk makna-makna ciptaan oleh siswa

dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami; 2) Konstruksi arti itu

adalah proses yang terus menerus setiap kali berhadapan dengan fenomena atau

persoalan baru, kemudian diadakan konstruksi baik secara kuat atau lemah; 3)

Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar

bukanlah hasil pengembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri

(Fosrot, 1996); 4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema

seseorang dalam keraguannya yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi

ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar; 5) Hasil

belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan

lingkungannya (Bettencourt, 1989).

Berdasarkan kutipan di atas, dalam konstruktivisme kegiatan belajar adalah

kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini merupakan proses

menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dalam kerangka berpikir yang telah ada

dalam pikiran mereka (Betterncourt; Shymansky; Watts & Pope; dalam Suparno,

1997). Dengan demikian melalui pembelajaran berbasis masalah yang disertai

pendekatan keterampilan proses sains dalam penelitian ini mahasiswa

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman belajar yang diperoleh dalam

aktivitas mahasiswa sehingga pengetahuan dibangun sendiri dalam struktur

kognitif mahasiswa.

b. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Ausubel membedakan antara belajar bermakna dan belajar hafalan.

Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989) belajar bermakna merupakan suatu proses

mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam

struktur kognitif seseorang. Namun, bila dalam struktur kognitif seseorang tidak

terdapat konsep-konsep relevan maka informasi baru diperoleh secara hafalan.

Bila tidak terjadi proses penyesuaian antara konsep-konsep yang sebelumnya

dimiliki mahasiswa dengan konsep-konsep baru yang relevan maka belajar akan

terjadi secara hafalan. Penyesuaian konsep tersebut dinamakan asimilasi. Pada

pembelajaran berbasis masalah, terjadi penyesuaian konsep baru yang diperoleh

dalam pembelajaran dengan pengalaman sehari-hari mahasiswa dalam

kehidupannya (kontekstual) sehingga pembelajaran lebih bermakna.

c. Teori Belajar Vigotsky

Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan

pengalaman baru dan menantang serta ketika memecahkan masalah. Ibrahim dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Nur (dalam Rusman, 2011) menyatakan Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial

dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan pembelajaran berbasis

masalah adalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif

yang telah dimiliki oleh mahasiswa melalui kegiatan belajar dengan teman

kelompok sehingga terjadi interaksi sosial antar anggota kelompok.

d. Teori Belajar Jerome S. Bruner

Salah satu model pembelajaran kognitif yang berpengaruh ialah model dari

Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan. Bruner (dalam Dahar,

1989), menyatakan bahwa “belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh manusia dan akhirnya memberi hasil yang paling

baik”. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya., menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Belajar penemuan menekankan pada kegiatan penyelidikan, baik secara

perorangan, dosen dan mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa lainnya

untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh dosen atau oleh dosen dan

mahasiswa secara bersama-sama (Dahar, 1989). Peranan dosen merencanakan

pembelajaran yang terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki.

Selain itu, dosen melaksanakan pembelajaran dengan suatu masalah yang dikenal

oleh mahasiswa selanjutnya dosen menyajikan sesuatu yang berlawanan sehingga

terjadi konflik. Konflik ini menimbulkan masalah, sehingga membutuhkan

pemecahan masalah melalui kegiatan penyelidikan, menyusun hipotesis-

hipotesis, serta mencoba nenemukan konsep yang mendasari masalah tersebut.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Belajar dengan proses penemuan memberikan beberapa kebaikan. Dahar

(1989) menyatakan kebaikan belajar penemuan antara lain sebagai berikut:

1) Pengetahuan dapat bertahan lama; 2) Hasil belajar penemuan mempunyai efek

transfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya. Artinya konsep-konsep dan

prinsip-prinsip yang dimiliki dapat diterapkan pada situasi baru untuk

memecahkan masalah; 3) Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran dan

kemampuan untuk berpikir bebas, melatih keterampilan-keterampilan kognitif

untuk menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Jadi berdasarkan

pendapat diatas belajar penemuan dapat membentuk kemampuan mahasiswa

dalam pemecahan masalah serta dapat mengimlikasikan konsep-konsep yang

diperoleh dalam situasi yang berbeda.

4. Pembelajaran Berbasis Masalah

Arends (2008) menyatakan bahwa: “esensi pembelajaran berbasis masalah

yaitu menyuguhkan berbagai situasi masalah yang autentik dan bermakna, yang

dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan”. Selain

itu Beaty (1999) berpendapat bahwa studi kasus yang termasuk didalam model

pembelajaran berbasis masalah disarankan untuk memberikan pengalaman belajar

pada pembelajaran ditingkat universitas. Model pembelajaran berbasis masalah

merupakan pembelajaran dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan

keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensi dari materi pelajaran. Sejalan dengan itu Ibrahim dan Nur (dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Rusman, 2011) menyatakan pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk

merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi dalam dunia

nyata. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah menekankan pada

masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa, menuntut

keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah serta

menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam proses belajar.

Peran dosen dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan

berbagai masalah autentik, memfasilitasi penyelidikan mahasiswa, dan

mendukung pembelajaran mahasiswa. Esensi dari pembelajaran berbasis masalah

membantu mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan

menjadi pelajar yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah mengambil

psikologi kognitif sebagai dukungan teoritiksnya (Arends, 2008). Mahasiswa

diharapkan menggunakan pengalaman langsung dan pengalamannya sendiri untuk

mendapatkan informasi dan menyelesaikan berbagai masalah ilmiah. Mahasiswa

memperoleh pengalaman belajar dengan dibantu oleh dosen atau teman sejawat

sebagai tutor. Bruner mendiskripsikan ”scaffolding sebagai suatu proses bagi

seorang pelajar yang dibantu guru atau orang yang lebih mampu untuk mengatasi

masalah atau menguasai keterampilan yang sedikit di atas tingkat

perkembangannya saat ini” (Arends, 2008). Guru atau dosen didorong untuk

menjadi fasilitator dan pemasok pertanyaan dan bukan sebagai presenter dan

demonstrator informasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kutipan di atas, aplikasi pembelajaran berbasis masalah

membutuhkan kesiapan dosen dan mahasiswa untuk bisa berkolaborasi dalam

memecahkan masalah. Dosen berperan sebagai tutor dan fasilitator serta

motivator. Mahasiswa harus siap dengan permasalahan yang diberikan untuk

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam kondisi yang

lebih kompleks. Adapun langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Tingkah laku dosen


Orientasi mahasiswa Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
padamasalah logistik yang diperlukan,dan memotivasi
mahasiswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah.
Mengorganisasi maha Membantu mahasiswa mendefinisikan dan
siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Membimbing investigasi Mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan
secara individu dan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Mengembangkan dan Membantu mahasiswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
membantu mereka dalam berbagi tugas dengan
temannya.
Menganalisis dan Membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
pemecahan masalah proses yang mereka gunakan.
Sumber: Arends, 2008.

Ibrahim dan Nur (dalam Nurhadi dan Senduk, 2003) mengungkapkan ciri-

ciri pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau

masalah; 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin; 3) Penyelidikan autentik; 4)

commit
Menghasilkan produk atau karya dan tomemamerkannya.
user Pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

berbasis masalah, masalah yang dipecahkan oleh mahasiswa lebih menekankan

pada kaitannya antar disiplin yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-

hari, sehingga hasil pemecahan masalah tersebut dapat berupa produk nyata dalam

kaitannya dengan masyarakat dan teknologi.

Beberapa karakteristik penting pembelajaran berbasis masalah yang

dikemukakan Barrows (dalam Savery, 2006) adalah sebagai berikut: 1) Siswa

harus memiliki tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri; 2) Simulasi

masalah yang digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah harus tidak –

terstruktur dan memungkinkan untuk penyelidikan secara bebas; 3) Apa yang

siswa pelajari selama belajar mandiri harus dapat diterapkan kembali ke masalah

dengan reanalisis dan resolusi; 4) Penilaian diri dan rekan harus dilakukan pada

penyelesaian setiap masalah dan pada akhir setiap unit kurikuler; 5) Kegiatan

yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah harus dihargai dalam dunia

nyata; 6) Mengukur kemajuan siswa ke arah tujuan pembelajaran berbasis

masalah; 7) Pembelajaran berbasis masalah harus berbasis pedagogis dalam

kurikulum dan bukan bagian dari kurikulum didaktik. Penilaian dilakukan dalam

bentuk pemecahan masalah, selain itu adanya penyelidikan bebas mengaharuskan

mahasiswa dapat merancang sendiri eksperimen atau penyelidikannya untuk

kegiatan pemecahan masalah.

5. Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan

pembelajaran yang berorientasi pada proses IPA, keterampilan dasar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

bereksperimen, metode ilmiah, dan berinkuri. Pendekatan KPS terdiri dari

keterampilan intelektual, manual, dan sosial. Ketrampilan proses sains perlu

dikembangkan dan dilatihkan pada mahasiswa karena sesuai dengan hakikat sains

(produk, proses, aplikasi teknologi, sikap) (Carin dan Evans dalam Suciati, 2010).

Selain itu pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan kebermaknaan

dalam pembelajaran sains.

Mei, et.al (2007) menyatakan “ science process skills is commonly used to

describe a set of broadly transferable abilities that are reflective of what scientists

do.” Artinya bahwa keterampilan proses sains digunakan untuk menggambarkan

satu set kemampuan yang dilakukan dan mencerminkan apa yang para ilmuwan

lakukan. Keterampilan proses sains menurut Nuryani (2007) “melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial”.

Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan

keterampilan proses sains, siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual

jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin melibatkan penggunaan

alat dan bahan, pengukuran, penyusunan dan perakitan alat. Interaksi dengan

sesamanya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, misalnya

mendiskusikan hasil pengamatan merupakan keterampilan sosial. Brown dan

Jegede (dalam Ango, 2002) berpendapat “nilai keterampilan proses pembelajaran

dalam rangka mengembangkan keahlian dalam pemecahan masalah.” Selaras

dengan hakekat sains yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran sains

seyogyanya lebih menekankan pada proses, mahasiswa aktif selama pembelajaran

untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

pembelajaran menjadi bermakna bagi mahasiswa melalui kegiatan pemecahan

masalah yang dilakukan mahasiswa.

Menurut Padilla (dalam Hamilton dan Swortzel, 2007) keterampilan proses

sains dibagi menjadi keterampilan dasar (Basic Skills) dan keterampilan

terintegrasi (Integrated Skills). Keterampilan dasar meliputi mengamati

(observing), mengklasifikasi (classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan

(inferring), meramalkan (predicting), dan mengkomunikasikan (communicating).

Sedangkan keterampilan terintegrasi (Integrated Skills) meliputi membuat model

(Making Models), mendefinisikan secara operasional (Defining Operationally),

menginterpretasikan data (Interpreting Data), mengidentifikasi dan mengontrol

variabel (Identifying and Controlling Variables), merumuskan hipotesis

(Formulating Hypotheses), melakukan percobaan (Experimenting). Nuryani

(2007) menyatakan ada sembilan keterampilan proses sains yaitu observasi,

interpretasi, klasifikasi, prediksi, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan

percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip dan mengajukan

pertanyaan. Nur (2011) dan Burton (2008) menambahkan adanya keterampilan

pengukuran dalam keterampilan proses sains.

Berdasarkan kutipan di atas dipilih keterampilan proses sains yang sesuai

dengan pembelajaran yang dilakukan yaitu: mengajukan pertanyaan, memanipusi

variabel, membuat definisi operasional, membuat hipotesis, merancang

eksperimen, melakukan pengukuran, mengkomunikasikan, menginterpretasi dan

membuat kesimpulan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

a. Pengukuran

Pengukuran adalah membandingkan suatu benda atau proses dengan suatu

standar. Selain itu, pengertian lain dari pengukuran adalah mengekspresikan

jumlah dari objek atau substansi dalam rentang kuantitatif. Para ilmuwan

menggunakan seperangkat standar satuan pengukuran yang disebut Internatisonal

System of Unit.

b. Merancang Eksperimen

Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk kedalam keterampilan

proses merencanakan penyelidikan. Menurut Nuryani (2007) kegiatan

merencanakan percobaan memiliki karakteristik khusus diantaranya harus

memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengusulkan gagasan mengenai

alat dan bahan yang akan digunakan, urutan prosedur kerja yang harus ditempuh,

menentukan variabel, mengendalikan variabel atau peubah. Menurut Ango (2001)

penyelidikan ilmiah dibentuk oleh satu set kegiatan ditandai dengan pendekatan

pemecahan masalah dalam sebuah fenomena baru yang dihadapi sehingga

menjadi tantangan untuk berpikir. Hal inilah yang akan membangun keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada mahasiswa.

c. Komunikasi

Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat

hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Tulisan bisa

berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan

berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di kelas, agar mahasiswa terbiasa

mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum. Keterampilan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

komunikasi harus termasuk dalam tahap awal pengajaran dan belajar dari ilmu

pengetahuan. Pikiran, gagasan, temuan penelitian dan segala macam informasi

penting yang perlu dikomunikasikan untuk kesadaran, belajar, instruksi dan

keperluan lainnya. Ada banyak cara melakukannya, misalnya, pidato, menulis,

gambar, diagram, grafik, rumus matematika, tabel dan angka. Pentingnya

komunikasi secara luas diakui oleh para ahli di lapangan, misalnya, observasi dan

komunikasi merupakan dua keterampilan proses yang sangat penting jika seorang

individu berhubungan dengan lingkungan fisik (Laporan American Association

for the Advancement of Science / AAAS, dalam Ango 2002).

d. Identifikasi Variabel

Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat

bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Keterampilan identifikasi

variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran berikut.

1). Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi

suatu eksperimen.

2). Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu

eksperimen. Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis

atau deskripsi suatu eksperimen. Suatu eksperimen terdapat tiga macam

variabel yang sama pentingnya, yaitu variabel manipulasi, variabel respon dan

variabel kontrol. Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja

diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi. Variabel respon adalah variabel

yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan manipulasi. Variabel kontrol

adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

terhadap variabel respon.

e. Definisi Variabel Secara Operasional

Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan

bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi

yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus

menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan

dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini merupakan komponen

keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu harus sering di ulang-

ulang.

f. Hipotesis

Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang

merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi

terdapat variabel respon. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk

menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu (Semiawan, 1986)

Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.

g. Interpretasi Data

Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data,

analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan

data dalam bentuk yang mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan

angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru

diinterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data

yang diinterpretasikan harus data yang membentuk pola atau beberapa

kecenderungan. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

h. Mengajukan Pertanyaan

Mengajukan pertanyaan adalah salah satu yang paling umum digunakan

keterampilan proses penyelidikan ilmiah. Nur (2011) menyatakan pertanyaan-

pertanyaan merupakan bagian esensial dari sains. Akinmade dan Mang (dalam

Ango, 2002) melihat pertanyaan sebagai "stimulus yang berguna untuk

merencanakan dan melaksanakan penyelidikan.” Pada proses pembelajaran sains

pertanyaan-pertanyaan diberikan dosen atau diajukan mahasiswa dalam rangka

mendorong mahasiswa untuk termotivasi dalam penyelidikan, memberikan arah

dalam penyelidikan dan membangkitkan rasa ingin tahu mahasiswa.

i. Membuat Kesimpulan

Nur (2011) menyatakan penarikan kesimpulan berarti pembuatan

pernyataan yang mengikhtisarkan apa yang telah dipelajari dari suatu eksperimen

atau pengamatan. Kesimpulan suatu eksperimen berkaitan dengan hipotesis.

6. Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari kata motif. Motif diartikan sebagai daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motivasi

itu maka motivasi dapat diartikan sebagai penggerak yang telah menjadi aktif.

Mc.Donald (dalam Sardiman, 2011) menyatakan: “motivasi merupakan perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.” Selaras dengan hal itu juga

menurut Uno (2010) menyatakan bahwa motivasi terjadi bila seseorang

commituntuk
mempunyai keinginan dan kemauan to usermelakukan suatu kegiatan atau
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul jika

seseorang mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapainya dan berusaha untuk

mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Elias, et al 2010 cit. McClelland 1987 menyatakan motivasi merupakan

suatu gagasan yang menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk mencapai prestasi. Motivasi belajar dapat

timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan

kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsik dalam motivasi belajar

adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik. Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2010) adalah

“dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku”. Jadi dalam motivasi belajar melibatkan

faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri mahasiswa dan faktor eksternal

yang berasal dari luar diri mahasiswa sehingga tercapai tujuan belajar yaitu

perubahan tingkah laku.

7. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2006) menyatakan hasil belajar merupakan suatu bentuk

perwujudan dari penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran setelah menempuh proses belajar mengajar. Hasil belajar peserta

didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotoris. Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar peranan tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

pembelajaran yang berisi kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai

oleh peserta didik menjadi acuan dalam penilaian.

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2006) membagi hasil belajar dalam tiga

macam yaitu: 1) Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan pengertian; 3)

Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan

yang telah disesuaikan dengan kurikulum. Menurut Gagne (dalam Sudjana, 2006)

membagi lima kategori hasil belajar yakni: 1) Informasi verbal; 2) Keterampilan

intelektual; 3) Strategi kognitif; 4) Sikap dan keterampilan motoris. Berdasarkan

dua pendapat di atas terdapat beberapa kesamaan dengan yang biasa digunakan

dalam pendidikan nasional yaitu rumusan yang digunakan dalam merumuskan

tujuan pembelajaran dari Bloom yaitu menekankan pada aspek kognitif

(intelektual), afektif (sikap) dan psikomotor.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

evaluasi dan mencipta (taksonomi Bloom yang telah direvisi). Aspek pengetahuan

dan ingatan serta pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan

aspek aplikasi, analisis, evaluasi dan mencipta merupakan kognitif tingkat tinggi

(Sudjana, 2006). Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Pada proses pembelajaran

sains, sikap yang dimaksud adalah sikap ilmiah. Ranah psikomotorik berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Proses pembelajaran

sains yang disesuaikan dengan hakikat sains, ranah psikomotorik berkaitan

dengan keterampilan proses sains.

commit to user
Hasil belajar menurut Sudjana (2006) berciri sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik;

2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya; 3) Hasil belajar diperoleh

peserta didik secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif,

afektif dan psikomotor; 4) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan

mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun

menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Dengan demikian,

penilaian terhadap hasil belajar berkaitan dengan proses belajar mengajar

bermanfaat bagi guru untuk merefleksi diri dan memantau kemajuan peserta didik

juga bermanfaat bagi peserta didik dalam merefleksi diri dan sebagai pencapaian

yang diperoleh dalam belajar.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 (dalam

Mulyasa, 2010) tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dikemukakan

bahwa:” Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi Lulusan

pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan,

keterampilan, kemndirian dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta

menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

8. Pengetahuan Lingkungan

Pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan ada beberapa kompetensi dasar

yang harus dicapai yaitu: 1) mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan Ilmu

Lingkungan yang mencakup wawasan, pengelolaan, etika dan hukum lingkungan;


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

2) Mahasiswa dapat mengidentifikasi permasalahan lingkungan baik yang bersifat

global maupun regional; 3) Mahasiswa dapat memecahkan permasalahan yang

terjadi di lingkungan sekitar.

Cakupan materi dalam mata kuliah Pengetahuan Lingkungan antara lain

sebagai berikut: ekologi sebagai dasar keilmuan, asas-asas dasar ilmu lingkungan,

tipe-tipe ekosistem, masalah kependudukan dalam pembangunan, pencemaran

lingkungan dan persoalan sumber daya alam, baku mutu lingkungan, toksikologi

lingkungan, pengelolaan limbah, keanekaragaman hayati, dasar-dasar Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), etika hukum lingkungan.

a. Toksikologi Lingkungan

Toksikologi merupakan pengetahuan yang mempelajari zat atau substansi

kimia yang bersifat racun terhadap sistem biologi (bentuk organ dan fungsi pada

organisme). Toksikologi Lingkungan merupakan pengetahuan yang mempelajari

efek substansi toksik (racun) yang terdapat dilingkungan alam maupun

lingkungan binaan atau mempelajari dampak atau resiko keberadaan substansi

tersebut terhadap makhluk hidup (Palar, 1994).

Kajian Toksikologi adalah bahan beracun. Objek Toksikologi adalah

limbah kimia yang beracun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Menurut

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 85 Tahun 1999 Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3) adalah sisa usaha atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau jumlahnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak


commit to user
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan kehidupan manusia serta makhluk
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

hidup lainnya. Karakteristik B3 sebagai berikut: 1) Mudah meledak; 2) Mudah

terbakar; 3) Bersifat reaktif; 4) Beracun; 5) Penyebab infeksi bersifat korosif.

Bahan Kimia Beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil

menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya.Masuk

kedalam tubuh melalui alat pernafasan, kulit ataupun organ lainnya. Mengganggu

organ tubuh seperti : hati, paru-paru, tulang, darah atau cairan limfa.

Macam-macam limbah B3 serta ciri-cirinya disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Limbah B3 Berdasarkan Karakteristiknya

Limbah B3 Ciri- Ciri


Air Raksa atau Merkuri Warna kelabu perak, pada suhu kamar berbentuk cair dan
(Hg) mudah menguap. Hg 2+ (senyawa anorganik) dapat menikat
karbon membentuk senyawa organomerkuri. Metil mercuri
(MeHg) merupakan bentuk penting yang memberikan
pemajanan pada manusia.

Kromium (Cr) Suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi
meski dalam suhu tinggi. Merupakan komponen penting
dari stainless steel dan berbagai campuran logam.

Kadmium (Cd) Kadmium murni berwarna putih perak dan lunak, namun
jarang ditemukan di lingkungan. Umumnya ditemukan
dalam kombinasi elemen lain seperti Oksigen, Klorin atau
Belerang.

Tembaga (Cu) Logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, liat, dan
melebur pada suhu 1038°C (Vogel 1985 dalam Andaka,
2008)

Timbal (Pb) Lunak, titik lebur rendah, dapat dimanfaatkan untuk industri
baterai (Pb-Bi).
Pestisida Mengandung senyawa aktif DDT (Dikloro Difenil
Trikholoroetana), karbamat, organoklorin, organofosfat.

Rute masuknya racun dapat melalui saluran pernafasan, kulit, oral.


commit to user
Mempengaruhi kerja enzim atau hormon, mempengaruhi kerja sel dan merusak
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

jaringan yang akan menimbulkan reaksi alergi. Contohnya Merkuri bekerja

dengan cara merusak kerja enzim, mempengaruhi dinding sel.

Salah satu contoh dampak limbah B3 berupa Hg (Merkuri) pada organisme

air, Metilmerkuri (MeHg) dengan cepat akan diakumulasi dalam ikan atau

tumbuhan dalam air permukaan, kemudian ikan akan dimakan oleh manusia

akibatnya MeHg akan di distribusikan ke seluruh jaringan terutama darah dan

otak. Efek fisiologisnya akan menyebabkan kerusakan SSP (sistem saraf pusat)

dan ginjal berupa tremor dan kehilangan daya ingat. Selain itu pada pestisida

golongan organofosfat dan karbamat dapat mengakibatkan keracunan sistemik

dan menghambat enzim cholinester (enzim yang mengontrol transmisi impuls

saraf sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang berakibat

terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida

golongan organoklorin dapat merusak saluran pencernaan, jaringan dan organ

penting lainnya. Pada lingkungan, pestisida dapat memusnahkan musuh alami dan

menyebabkan terganggunya sistem pada rantai makanan.

Darmono (dalam Hendri, dkk. 2010) menyatakan bahwa logam berat

masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu:

saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan

logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian

didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi

biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal). Akumulasi logam berat

dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat dalam


commit to user
air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas fisiologis.
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Racun yang masuk akan mengalami proses detoksifikasi (netralisasi) di

dalam hati oleh fungsi hati. Senyawa racun akan diubah menjadi senyawa lain

yang sifatnya tidak lagi beracun dalam tubuh. Gejala keracunan dibagi menjadi

dua yaitu gejala non spesifik dan spesifik. Gejala nonspesifik antara lain pusing,

mual, muntah, gemetar, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi dan

lain-lain. Gejala Spesifik antara lain sesak nafas, sakit perut, gangguan mental,

kelumpuhan, nyeri otot, koma, pingsan.

b. Pengolahan Limbah

Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat

dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologi atau gabungan ketiga sistem

pengolahan tersebut. Pengolahan limbah secara biologis digolongkan menjadi

pengolahan cara aerob dan pengolahan limbah secara anaerob. Berdasarkan sistem

unit operasinya teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi unit operasi

fisik, unit operasi kimia dan unit operasi Biologi. Sedangkan bila dilihat dari

tingkatan perlakuan pengolahan maka sistem pengolahan limbah diklasifikasikan

menjadi pre-treatment, primary treatment system, secondary treatment system,

tertiary treatment system. Penggunaan setiap sub treatment dan ataupun gabungan

satu dengan yang lain tergantung jenis parameter pencemar yang terdapat dalam

limbah, volume limbah, kondisi fisik lingkungan.

1) Primary Treatment

Pengolahan permulaan ini didahului dengan pra-treatment. Pada air limbah

banyak bahan-bahan yang terapung ikut bersama dengan limbah seperti kertas-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

kertas atau plastik dan kayu-kayu. Bahan padatan lainnya seperti pasir dan bahan-

bahan padatan lainnya ikut juga beserta lapisan minyak, busa atau buih. Seluruh

bahan-bahan ini harus disaring atau ditahan agar tidak memasuki badan perairan

ataupun masuk dalam proses berikutnya. Perlakuan dilakukan dengan sederhana

yaitu menyaring bahan kasar, mengendapkan pasir dan tanah, dan menyaring

minyak. Air limbah yang mengandung partikel-partikel yang dalam keadaan

mengambang maupun tersuspensi dengan ukuran diameter butiran yang bervariasi

mulai 0,1 µmm sampai dengan 0,5 µmm pengolahannya dilakukan dengan cara

fisik yaitu dengan menahannya beberapa waktu dalam kolam yang tenang lalu

dengan beratnya sendiri akan mengendap atau mengapung sehingga mudah

menyaringnya.

Pada proses pengolahan pendahuluan ini meliputi peralatan limbah cair

agar memiliki homogenitas dan memudahkan bagi pengolahan tingkat lanjut.

Pemasukan udara ke dalam limbah untuk memudahkan pengapungan, selain itu

penyaringan dengan batu-batuan dan pasir agar partikel-partikel kasar dapat

tersaring.

2) Secondary Treatment

Metode ini menggunakan bahan-bahan kimia agar senyawa-senyawa

pencemar dalam limbah diikat melalui reaksi kimia. Sistem operasinya dengan

menghilangkan atau mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan

menambahkan bahan kimia. Pengolahan limbah ini bertujuan untuk

mengendapkan bahan, mematikan bakteri patogen mengikat dengan cara oksidasi

commit
atau reduksi menetralkan konsentrasi to userasam dan desinfektan.
kelarutan
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Bahan-bahan pencemar yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan

penambahan bahan kimia adalah: 1) Padatan tersuspensi dalam limbah cair baik

yang terdiri dari organik dan anorganik; 2) Posfat terlarut dapat direduksi bila

kadar kurang dari pada 1 mg/l dengan bahan pengendap alum, ferry sulfat; 3)

Kalsium, Magnesium, Silikon dapat dihilangkan dengan kapur CaOH. Khusus

untuk kalsium dan magnesium efisiensi lebih tinggi tercapai bila kapur dalam air

buangan terdiri dari karbonat yang tinggi; 4) Beberapa logam berat dihilangkan

dengan penambahan kapur (lime) seperti pada pengendapan Kadmium, Kromium,

Tembaga, Nikel, Timbal; 5) Pengurangan bakteri atau virus dapat dicapai dengan

kapur pada kondisi Ph 10,5-11,5 dengan cara pengumpulan dan sedimentasi.

3). Tertiary treatment

Metode ini digunakan untuk pengolahan limbah dengan konsentrasi bahan

pencemar tinggi atau limbah dengan jenis parameter yang bervariasi banyak

dengan volume yang relatif banyak. Metode ini dipakai terutama untuk

menghilangkan bahan organik biodegradable dalam limbah cair. Senyawa-

senyawa organik tersebut dikonversikan menjadi gas dan air yang kemudian

dengan sendirinya dilepaskan ke atmosfir. Senyawa nitrogen dalam air dapat

dihilangkan dengan proses aerasi. Unit proses yang dipakai dalam proses biologi

yaitu kolam aerobik, aerasi, lumpur aktif, kolam oksidasi dan saringan biologi dan

juga kolam anaerobik.

Metode biologis merupakan metode yang mudah dan biayanya murah serta

tidak menghasilkan limbah tambahan. Hambatan penggunaan metode biologis


commit to user
adalah memerlukan lahan yang luas (sebagai kolam) untuk penampungan limbah,
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

diperlukan bakteri pengolah limbah dan memerlukan pemulihan dan perawatan

yang memerlukan keahlian.

Pengolahan limbah secara biologis dibedakan menjadi dua cara yaitu aerob

dan anaerob. Metode aerob membutuhkan oksigen dalam prosesnya dan proses

anaerob harus meminimkan oksigen dalam prosesnya sesedikit mungkin agar

proses perombakan limbah dapat berlangsung sempurna.

Pengolahan dengan sistem aerob dapat dilakukan dengan cara antara lain:

lumpur aktif, lagon aerasi, proses digesti aerobik, dan kolam oksidasi. Proses

dengan cara aerob biasanya digunakan untuk limbah dengan konsentrasi rendah

(Biochemical Oxygen Demand / BOD < 2000 mg). Proses aerob memerlukan

persediaan oksigen yang cukup tinggi sehingga diperlukan aerator dengan daya

yang tinggi.

Mahida (dalam Ginting, 2008) menyatakan penggunaan proses anaerob

akan lebih ekonomis untuk konsentrasi padatan tinggi bila padatannya lebih dari

1% dari beratnya. Proses anaerob hanya menghasilkan BOD dengan konversi (10-

40%) dari kondisi awal dan untuk itu proses aerob diperlukan membantu

melanjutkan proses perombakan.

Pengolahan dengan sistem anaerobik dilakukan tanpa oksigen. Pengolahan

limbah padatan dengan konsentrasi tinggi pada umumnya dilakukan dengan cara

anaerobik (Vigneswaran, et al dalam Ginting, 2008). Pengolahan anaerob terdiri

dari dua system proses yaitu: sistem proses kontak anaerobik dan sistem fixed

film. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Metode aerobik adalah metode dengan menggunakan bakteri aerob yang

dapat berfungsi secara optimal bila tersedia udara sebagai sumber kehidupan.

Udara sebagai penyedia oksigen bagi kehidupan bakteri. Oleh karena itu oksigen

dapat disediakan dengan cara membiarkan limbah dalam wadah secara terbuka

agar terdapat kontak udara dengan permukaan limbah. Kondisi kolam terbuka,

menyebabkan sinar matahari dapat mencapai dasar kolam sehingga terjadi

fotosintesis pada permukaan tumbuhan dalam air yang menghasilkan oksigen.

Proses aerobik dapat dilakukan dengan dua mekanisme dasar yaitu, proses

pembentukkan suspensi dan proses pelekatan suspensi (Rahayu dan Jennie dalam

Ginting, 2008). Proses pembentukkan suspensi merupakan interaksi antar

mikroorganisme dengan limbah sehingga membentuk gumpalan menjadi massa

flokulan yang mampu bergerak sesuai dengan arah aliran limbah. Bila dilihat dari

cara pembentukkan suspensi proses ini dapat dilakukan dengan cara lumpur aktif,

lagon aerasi, kolam oksidasi dan pencerna aerobik. Proses pelekatan suspensi

yaitu proses pengikatan mikroorganisme dapat berupa batu-batuan, pasir,

lembaran plastik dan bijian plastik.

Pengolahan secara biologi antara lain sebagai berikut:

a) Kolam Oksidasi

Kolam oksidasi merupakan kolam yang dirancang kedalaman dan luas

permukaannya agar terjadi proses oksidasi secara alami. Penggunaan kolam ini

memanfaatkan sinar matahari dan tumbuhan lumut yang berada di dalam kolam.
commit to user
Prinsip kolam oksidasi adalah kemampuan pemulihan diri sendiri karena adanya
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

bantuan dari luar. Pada air mengalir sebenarnya potensial untuk memulihkan diri

sendiri karena adanya arus turbulensi, gesekan dengan batu-batuan sehingga udara

berpeluang terserap ke dalam air. Diharapkan pada kolam ini terdapat oksigen

terlarut mencapai 8 mg/l sebagaimana pada air murni. Kolam dengan kedalaman

1-1,5 m dimasukkan Algae untuk menambah konsentrasi oksigen dalam air. Sinar

matahari menyebabkan terjadinya fotosintesis yang menghasilkan oksigen.

b) Lumpur Aktif

Lumpur aktif merupakan suatu padatan organik yang telah mengalami

peruraian secara hayati sehingga terbentuk biomassa yang aktif dan mampu

menyerap partikel serta merombaknya dan kemudian membentuk massa yang

mudah mengendap dan atau menyerap sebagai gas. Proses lumpur aktif terdapat

dua proses penting yaitu Pertama, proses penumbuhan bakteri dalam lumpur.

Kedua, proses penambahan oksigen yang disebut dengan aerasi.

Secara umum prosesnya sebagai berikut: 1) Lumpur aktif dimasukkan oleh

konsentrasi Mixed Liquer Suspended Solid (MLSS); 2) Air limbah diaerasi

melalui peralatan aerator sehingga oksigen banyak terserap; 3) Limbah air

dialirkan ke tangki pemisah, lumpur mengendap pada jangka waktu tertentu

sehingga pada bagian atas terdapat air bersih; 4) Air yang bersih secara grafitasi

dapat dialirkan keperairan sebab sudah terhindar dari bahan pencemar; 5) Bila

terdapat bakteri pembunuh maka dilakukan desinfektansia atau klorinasi; 6)

Lumpur yang mengendap ke bagian dasar dibuang dan sebagian dikembalikan ke

reaktor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

c) Lagon aerasi

Lagon adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Sistem ini

hampir sama dengan kolam oksidasi. Lagon adalah sejenis kolam tertentu dengan

ukuran yang luas dan mampu menampung limbah cair dalam volume besar serta

terjadi proses oksidasi alamiah dan fotosintesis Alga. Suatu industri yang

menggunakan peralatan pengolahan limbah dengan sistem lagon apabila limbah

memerlukan proses reaksi penguraian bahan–bahan anorganik dalam jangka

waktu lama. Sinar matahari bebas masuk ke dalam kolam mencapai 2-4 meter,

dengan bantuan aerator dimasukkan udara. Pada lagon aerasi lumpur tidak

dikembalikan. Aerator langsung beroperasi di atas permukaan lagon dan

menggoncang seluruh permukaan limbah agar terdapat pencampuran merata

antara limbah dengan udara. Mikroorganisme memanfaatkan limbah sebagai

sumber energinya.

Pengolahan limbah yang berupa padatan dapat dilakukan secara anaerob

melalui pembuatan kompos. Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasa

tanaman, hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi

atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya

jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman

jagung dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos

diantaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang dan cairan biogas

(Susetya, Tanpa Tahun).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Mei, et al. 2007. Temuan menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan

dalam persepsi siswa tentang kompetensi keterampilan proses sains. Persentase

siswa sangat tinggi menunjukkan bahwa program ini telah membuat mereka lebih

sadar akan relevansi sains dalam kehidupan mereka.

Persamaan dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penggunaan

keterampilan proses. Perbedaannya yaitu pada penelitian yang akan dilakukan

disertai model Pembelajaran berbasis masalah dan kajian pada mahasiswa

semester II FKIP UNTAN dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas.

2. Akinbobola & Afolabi. 2010. Desain penelitian ini adalah ex-post Facto. Lima

keterampilan proses sains yang diidentifikasi paling menonjol dari 15 yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu memanipulasi (17,20%), menghitung

(14,20%), mengamati (12.00%) dan berkomunikasi (11,40%). Hasil penelitian

juga menunjukkan tingkat persentase yang tinggi dari keterampilan proses dasar

(yang lebih rendah) yaitu 62,80% dibandingkan dengan keterampilan proses sains

terpadu (urutan lebih tinggi) yaitu 37,20%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa

jumlah keterampilan proses dasar secara signifikan lebih tinggi daripada

keterampilan proses yang terintegrasi pada sekolah menengah atas Afrika Barat

yaitu pada praktek ujian Fisika di Nigeria.

Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu

menggunakan dan menganalisa keterampilan proses sains sebagai hasil belajar.

Perbedaannya yaitu pada penelitian yang akan dilakukan disertai model

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Pembelajaran berbasis masalah dan kajian pada mahasiswa semester II FKIP

UNTAN dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas.

3. Mergendoller, et.al. 2006. Studi ini membandingkan efektivitas pembelajaran

berbasis masalah dan pembelajaran tradisional dalam pengetahuan makroekonomi

pada siswa SMA dan memeriksa apakah pembelajaran berbasis masalah memiliki

perbedaan yang efektif pada siswa dengan tingkat yang berbeda dari empat bakat

yaitu kemampuan verbal, minat di bidang ekonomi, preferensi untuk kelompok

kerja, dan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah

ditemukan lebih efektif digunakan sebagai pendekatan pengajaran untuk mengajar

makroekonomi dibandingkan tradisional ceramah-diskusi (p = .05). Analisis

tambahan memberikan bukti bahwa Pembelajaran berbasis masalah lebih efektif

dibandingkan pengajaran tradisional dengan kemampuan verbal siswa yang

berada pada tingkat rata-rata dan rendah, siswa yang lebih tertarik di bidang

ekonomi, dan siswa yang lebih percaya diri dalam kemampuan untuk

memecahkan masalah.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Perbedaannya yaitu pada

penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan keterampilan porses

sains, pada mahasiswa semester II FKIP UNTAN dan bentuk Penelitian Tindakan

Kelas.

4. Chin & Chia. 2006. Studi kasus ini melibatkan siswa kelas 9 yang

melaksanakan pekerjaan proyek dalam mata pelajaran biologi melalui

pembelajaran berbasis masalah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

bagaimana siswa bekerja melalui pendekatan masalah yang tidak terstuktur,

mengidentifikasi isu-isu dan tantangan yang berkaitan untuk digunakan sebagai

masalah, menawarkan beberapa saran praktis tentang pelaksanaan pembelajaran

berbasis masalah dengan proyek. Masalah yang tidak terstuktur menstimulasi

siswa untuk mengajukan pertanyaan yang memetakan kegiatan mereka, yang

mengarah pada penyelidikan independen. Persamaannya dengan penelitian yang

akan dilakukan peneliti yaitu menggunakan model Pembelajaran Berbasis

Masalah. Perbedaannya yaitu pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan

pendekatan keterampilan porses sains, pada mahasiswa semester II Program Studi

Pendidikan Biologi FKIP UNTAN dan bentuk penelitiannya Tindakan Kelas,

materi yang akan diteliti yaitu toksikologi lingkungan dan pengolahan limbah.

5. Dwiastuti dan Aryanto. 2010. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan

Kelas dilaksanakan dengan 2 siklus. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan

bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan variasi integrasi outdoor

dan indoor learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan

kinerja dosen dalam pembelajaran, mewujudkan iklim kelas yang kondusif,

meningkatkan sikap dan perilaku mahasiswa dalam belajar, serta dapat

meningkatkan interaksi dan motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Biologi

semester II yang mengambil mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.

Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu sama-

sama menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan penelitian tindakan

kelas, dilaksanakan pada pembelajaran pada mata kuliah Pengetahuan

Lingkungan. Perbedaannya yaitu tidak menggunakan variasi intergrasi indoor dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

outdoor learning, subjek penelitiannya yaitu mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

UNTAN.

C. KERANGKA BERPIKIR

Peranan pembelajaran biologi dengan model pembelajaran berbasis

masalah dengan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil

belajar dan motivasi belajar. Salah satu cara agar pembelajaran dapat berlangsung

secara bermakna adalah mahasiswa membangun sendiri konsep-konsep atau

prinsip-prinsip melalui pengalaman belajar. Pengalaman belajar diperoleh

mahasiswa melalui kegiatan pemecahan masalah yang merupakan ciri

pembelajaran berbasis masalah. Masalah yang digunakan dalam pembelajaran

merupakan masalah yang terjadi dalam dunia nyata (autentik). Masalah autentik

dapat membangkitkan minat belajar bagi mahasiswa karena berhubungan

langsung dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, mahasiswa juga diarahkan

untuk mensintesis ide-ide atau gagasan serta mengevaluasi gagasan berhubungan

dengan kegiatan pemecahan masalah

Menurut Uno (2010) menyatakan “motivasi berperan dalam penguatan

belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan dalam suatu masalah yang

memerlukan pemecahan”. Dengan demikian motivasi belajar mahasiswa dapat

meningkat karena pembelajaran berbasis masalah dengan keterampilan proses

sains menggunakan masalah-masalah autentik untuk dipecahkan. Selain itu dalam

pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa bekerja secara kolaboratif dalam

kelompok-kelompok kecil. Bekerja secara kolaboratif memberikan motivasi untuk


committugas-tugas
keterlibatan secara berkelnjutan dalam to user kompleks dan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog bersama anggota kelompok

sehingga mengembangkan berbagai keterampilan sosial.

Mahasiswa dapat membangun konsep dalam struktur kognitif berdasarkan

pengalaman sebelum mahasiswa berada dikelas dengan konsep baru yang

diketahui dalam proses pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh

mencakup fisik dan mental melalui keterampilan proses sains diharapkan

mahasiswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sebagai produk

sains. Keterampilan proses sains yang dikembangkan merupakan keterampilan

proses dasar yang lebih menekankan pada pengalaman belajar fisik dan

keterampilan proses terintegrasi yang lebih menekankan pada pengalaman belajar

secara mental. Selain itu dengan pendekatan keterampilan proses sains akan

membentuk sikap ilmiah mahasiswa. Sikap ilmiah ini akan terbentuk selama

melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam investigasi dan eksperimen, kerja

kelompok antar anggota kelompok. Berdasarkan argumentasi di atas maka diduga

pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses akan

meningkatkan hasil belajar mahasiswa baik dari ranah kognitif, afektif dan

psikomotor.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 1. Kerangka Berpikir

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran Biologi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTAN pada mata kuliah

Pengetahuan Lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan

Biologi semester II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

Tanjungpura (UNTAN) Pontianak Tahun Akademik 2011/2012 pada mata kuliah

Pengetahuan Lingkungan. Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam pembelajaran

berjumlah 19 orang mahasiswa, 2 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai dengan Juni 2012.

Tabel 3.1 Rincian Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan Tahun 2011 Tahun 2012
Bulan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan
a. Observasi
b.Identifikasi
masalah
c. Penentuan
tindakan
d.Pengajuan judul
e. Penyusunan
proposal
f. Seminar
proposal
g.Revisi proposal
2 Pelaksanaan
a. Uji coba
instrumen
b. Pengumpulan
data penelitian
Siklus 1
c. Pengumpulan
data penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Siklus II
d.Pengumpulan
data penelitian
Siklus 3
3 Penyusunan
laporan
a. Penulisan
laporan
b.Ujian Tesis

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Tanjungpura Pontianak pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi.

FKIP UNTAN merupakan salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan) di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat Pontianak. Kampus FKIP

UNTAN berada di Jalan Ahmad Yani Pontianak.

B. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini

terdiri atas 3 (tiga) Siklus. Alur dalam penelitian tindakan kelas menggunakan

model spiral yang dikembangkan Hopkins meliputi yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Alur penelitian tindakan kelas disajikan pada Gambar

3.1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Identifikasi
masalah

Perencanaan

Aksi /tindakan
Refleksi

Observasi

Perencanaan
ulang

Refleksi

observasi
Aksi /
tindakan

Gambar 3.1 Siklus PTK (Hopkins, 2011)

C. PROSEDUR PENELITIAN

Indikator kinerja pada Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu pada penilaian

ranah kognitif batas kelulusan ditentukan sebesar 60 dengan jumlah mahasiswa

yang lulus sebesar 75%. Ranah afektif dan psikomotor minimal mencapai nilai

rata-rata 75 pada akhir Siklus dan capaian per indikator sebesar 75%.. Indikator

kinerja motivasi belajar mencapai 75 % mahasiswa dengan kategori termotivasi .

Menurut Mulyasa (2010) pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau

setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif baik fisik, mental

maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan


commit to user
belajar yang tinggi, semangat yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi

perubahan perilaku pada peserta didik setidaknya sebagian besar (75%).

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap Siklus secara garis besar

disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

No Siklus Tahapan
1 Pra Siklus Observasi awal mengenai hasil belajar dan faktor- faktor
internal mahasiswa, dilanjutkan dengan identifikasi awal dan
memfokuskan permasalahan serta menentukan tindakan.
2 I Perencanaan
a. Menindaklanjuti masalah awal di kelas berupa rendahnya
hasil belajar dan motivasi belajar.
b. Membuat rencana pembelajaran menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan
keterampilan proses sains.
c. Membuat perangkat pembelajaran antara lain Satuan
Acara Perkuliahan (SAP) (Lampiran 2), LKM (Lembar
Kerja Mahasiswa) (Lampiran 5), lembar observasi
(Lampiran 26, 28, 30) , angket ( Lampiran 18, 20, 22),
soal tes ( Lampiran 11, 24).
Pelaksanaan
Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
perencanaan dalam SAP, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Dosen mengorientasikan mahasiswa pada masalah berupa
contoh-contoh atau peristiwa sehari-hari berupa wacana
tentang dampak pestisida bagi kesehatan dan lingkungan.
b. Dosen mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok
belajar, satu kelompok dibagi menjadi 4-5 orang
mahasiswa.
c. Dosen membimbing investigasi individu dan kelompok
sebagai fasilitator dalam proses belajar. Mendorong
mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
menetapkan variabel, membuat hipotesis, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
d. Mahasiswa merancang eksperimen untuk mengetahui
dampak pestisida bagi lingkungan berdasarkan alat dan
bahan yang disediakan dosen.
e. Membantu commit to user
mahasiswa dalam merencanakan dan
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

No Siklus Tahapan
menyiapkan karya berupa laporan tertulis kemudian
mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi.
f. Membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
pemecahan masalah baik dalam diskusi dan eksperimen
yang dilaksanakan. Pada bagian akhir pembelajaran,
mengarahkan mahasiswa untuk membuat kesimpulan.
Pengamatan
a. Pengamat atau observer mengamati masing-masing
kelompok berupa keterampilan proses sains, sikap ilmiah
dan kerjasama.
b. Membuat catatan lapangan berdasarkan kejadian-kejadian
didalam kelas.
Refleksi
Bersama-sama dosen yang mengajar mengevaluasi proses
pembelajaran berdasarkan hasil observasi.

3 II Perencanaan
a. Menindaklanjuti hasil refleksi Siklus I.
b. Membuat perangkat pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada Siklus I.
Pelaksanaan
Melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan perencanaan,
secara garis besar meliputi :
a. Dosen mengorientasikan mahasiswa pada masalah berupa
contoh-contoh atau peristiwa sehari-hari berupa masalah
pemanfaatan air di kota Pontianak.
b. Dosen mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok
belajar, satu kelompok dibagi menjadi 4-5 orang
mahasiswa,
c. Dosen membimbing investigasi individu dan kelompok
sebagai fasilitator dalam proses belajar. Mendorong
mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
menetapkan variabel, membuat hipotesis, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
d. Mahasiswa merancang alat penanganan limbah dan
menguji cobakan alat yang dibuat.
e. Membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
pemecahan masalah baik dalam diskusi dan eksperimen.
yang dilaksanakan. Dibagian akhir mengarahkan
mahasiswa untuk membuat kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

No Siklus Tahapan
Pengamatan
Melakukan observasi untuk mengamati keterampilan proses
sains, sikap ilmiah dan kerjasama mahasiswa.
Membuat catatan lapangan.
Refleksi
Meninjau kembali hasil observasi bersama-sama antar
observer dengan dosen yang mengajar.
4 III Perencanaan
Membuat rancangan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
pada Siklus II.
Pelaksanaan
Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
perencanaan, secara garis besar meliputi:
a. Dosen mengorientasikan mahasiswa pada masalah berupa
contoh-contoh atau peristiwa sehari-hari berupa masalah
sampah pasar Flamboyan.
b. Dosen mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok
belajar, satu kelompok dibagi menjadi 4-5 orang
mahasiswa,
c. Dosen membimbing investigasi individu dan kelompok
sebagai fasilitator dalam proses belajar. Mendorong
mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
menetapkan variabel, membuat hipotesis, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
d. Mahasiswa merancang eksperimen untuk mengatasi
permasalahan sampah pasar.
e. Membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
pemecahan masalah baik dalam diskusi dan eksperimen
yang dilaksanakan. Pada bagian akhir pembelajaran,
mengarahkan mahasiswa untuk membuat kesimpulan dan
mempresentasikan hasil karya.
Pengamatan
Melakukan observasi untuk mengamati keterampilan proses
sains, sikap ilmiah dan kerjasama mahasiswa.
Membuat catatan lapangan.
Refleksi
Meninjau kembali hasil observasi bersama-sama antar
observer dengan dosen yang mengajar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Sudjana (2006): “Observasi atau pengamatan sebagai alat

penilaian non tes digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses

terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya

ataupun situasi buatan.” Hal yang dapat diobservasi yaitu kerjasama mahasiswa

dalam belajar baik dalam melakukan eksperimen dan diskusi, sikap ilmiah,

tingkah laku dosen pada waktu mengajar dan keterampilan proses sains.

Instrument yang digunakan adalah lembar observasi.

Ada dua jenis observasi yang digunakan:

a. Observasi langsung.

Observasi yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam

situasi yang sebenarnya atau langsung diamati pengamat. Hal ini dilakukan

dengan mencatat kejadian penting yang terjadi sebagai catatan lapangan.

b. Observasi partisipasi

Pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang

dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati. Dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi berupa rating scale.

2. Angket

Angket merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan

mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko dan Achmadi,

2003). Angket yang akan digunakan dalam bentuk angket tertutup, sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

responden dapat langsung menjawab berdasarkan pilihan jawaban yang

disediakan. Instrumen yang digunakan adalah angket sikap imliah, angket

motivasi dan angket kerjasama.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan berfungsi untuk mencatat kejadian-kejadian dari lapangan

yang akan mendukung pengamatan. Catatan ditulis dalam buku harian pada tiap

pengamatan.

4. Rekaman / record

Rekaman dilakukan dengan menggunakan handycam untuk merekam

proses pembelajaran.

5. Tes

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk

lisan, dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk perbuatan. Tes pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil

belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Tes yang digunakan yaitu tes uraian dan tes objektif dalam bentuk pilihan

ganda.

a. Tes uraian merupakan bentuk tes berupa pertanyaan yang menuntut

mahasiswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,

mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

menuntut peserta didik untuk mengekspresikan gagasannya dalam bentuk

bahasa tulisan.

b. Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes yang menuntut mahasiswa memilih

pilihan jawaban yang telah disediakan. Tes pilihan ganda yang digunakan

untuk mengukur keterampilan proses sains.

E. UJI COBA INSTRUMEN

Uji coba angket dianalisis validitas dan reliabilitasnya. Analisis validitas

menggunakan korelasi product moment (Arikunto, 2002) dengan rumus:

r XY =

Analisis reliabilitas menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2002) sebagai

berikut:

r11= { } {1- }

Keterangan: r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Hasil perhitungan di konsultasikan pada tabel r product moment seperti

yang disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi


Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800commit to user
Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah


Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah
(Tak berkolerasi)

Hasil analisis angket sikap ilmiah, keterampilan sosial dan motivasi belajar

berdasarkan perhitungan pada Lampiran 43 - 45 diperoleh hasil validitas angket

seperti yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4. Validitas Instrumen Angket

N Jenis Nomor Pernyataan Keterangan


o instrumen
Valid Invalid
1 Angket 1,3,5,6,7,8,10,13,15 2,4,9,11,12,14 Soal yang
sikap tidak valid
ilmiah digunakan
dengan
perbaikan.
2 Angket 1,2,4,6,7,9,10,11,12, 3,5,8,19 Soal yang
keterampil- 13,14, tidak valid
an sosial 15,16,17,18,20 tidak
digunakan.
3 Angket 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 2 Soal yang
motivasi 12,13,14,15,16,17,18, tidak valid
belajar 19,20,21,22,23,24,25, tidak
26,27,28,29,30 digunakan.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas angket pada Lampiran 43-45,

maka hasil reliabilitas masing- masing angket disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Reliabilitas Instrumen Angket

No Jenis angket Reliabilitas ( r11) Interpretasi


1 Sikap ilmiah 1,05 Tinggi
2 Keterampilan sosial 0,81 Tinggi
3 Motivasi belajar 0,87 Tinggi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Tes kognitif menggunakan soal tes uraian, dianalisis validasi isi oleh

expert pada bidang Pendidikan Biologi (Lampiran 47). Hasil validasi pakar atau

judgment expert disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Validitas Isi Soal Uraian

Siklus Jumlah No soal Judgment expert


soal
1 7 1,2,3,4,5,6,7 Soal digunakan dengan perbaikan
2 6 1,2 Soal dapat digunakan tanpa perbaikan
3,4,5,6 Soal digunakan dengan perbaikan
3 4 2 Soal digunakan dengan perbaikan
1,3,4 Soal dapat digunakan tanpa perbaikan

Uji coba instrumen soal pilihan ganda yaitu soal tes Keterampilan Proses

Sains dianalisis validitas menggunakan rumus K-R 20 (Arikunto,2002).

Rumusnya : r11= ( )( )

Keterangan: r11= reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan

Vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir

banyaknya subjek yang skornya 1


N
q = proporsi subjek yang menjawab skor 0 atau (q = 1 - p)

Berdasarkan perhitungan validitas soal tes KPS pada Lampiran 46. maka

diperoleh hasil analisis validitas soal tes KPS disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Validitas Instrumen Tes KPS

Nomor soal Keterangan


Valid Invalid
1,2,3,5,7,8,9,11,12, 4,6,10 Soal No. 6 dan 10 tidak
13,14,15 commit todigunakan
user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas pada lampiran 46. maka diperoleh hasil

reliabilitas soal tes KPS sebesar 0,44 dengan interpretasi agak rendah (Tabel 3.3).

F. VALIDITAS DATA

Pemeriksaan terhadap keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi yang

memanfaatkan penggunaan sumber.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007). Hal itu dapat

dicapai dengan cara:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data angket untuk kerjasama

dan sikap ilmiah.

2. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil tes untuk

keterampilan proses sains.

3. Membandingkan data hasil pengamatan dengan isi rekaman yang berkaitan

untuk kerjasama, sikap ilmiah dan keterampilan proses sains.

4. Membandingkan data hasil pengamatan dengan catatan lapangan dan isi

rekaman untuk proses pembelajaran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (2009) dibagi

menjadi 3 (tiga) aktivitas yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,grafik dan bagan

hubungan antar kategori atau dengan teks yang berbentuk naratif pada

masing-masing Siklus.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian merupakan temuan-temuan baru yang terjadi

selama proses penelitian. Verifikasi dilakukan dengan bukti dari data-data

yang diperoleh di lapangan selama penelitian untuk mendukung kesimpulan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Kondisi Awal (Pra Siklus)

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

UNTAN pada mata kuliah pengetahuan lingkungan. Mahasiswa yang mengikuti

pembelajaran pengetahuan lingkungan ini terdiri atas 19 orang yang berada pada

semester II Tahun Akademik 2011/2012. Berdasarkan hasil observasi ditinjau

dari sudut pandang mahasiswa, dalam proses pemecahan masalah mahasiswa

masih kesulitan dalam memecahkan masalah apabila diberi pertanyaan dalam

bentuk problem solving. Selain itu mahasiswa tampak pasif dan masih sedikit

yang tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar pada ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik masih rendah.

Hasil observasi pada proses pembelajaran juga menunjukkan

kecenderungan dosen masih melakukan pembelajaran yang tekstual, pembelajaran

masih berlangsung hanya di dalam kelas, belum menggunakan isu-isu lingkungan

yang autentik untuk acuan proses pembelajaran. Penilaian yang dikembangkan

ranah kognitif tingkat rendah dan belum komprehensif pada semua ranah (afektif

dan psikomotor). Selain itu, dalam pelaksanaan praktikum masih belum

mengembangkan keterampilan proses sains terintegrasi. Pelaksanaan praktikum

masih berupa langkah-langkah yang berurutan seperti resep (cookery book type),

mahasiswa belum diberi kesempatan merancang percobaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

a. Motivasi Belajar

Motivasi belajar mahasiswa melalui pengamatan pada saat proses

pembelajaran dengan kategori antusias berjumlah 6 orang dari 19 orang

mahasiswa yaitu 31,57 %.

b. Hasil Belajar Ranah kognitif

Kondisi awal ranah kognitif mahasiswa dapat dilihat dari hasil tes pada

kompetensi dasar, ”Mengidentifikasi penyebab dan dampak permasalahan

pencemaran serta mampu memecahkan permasalahan pencemaran yang terjadi

di lingkungan sekitar”. Indikator yang dikembangkan dalam tes tersebut yaitu 1)

Menjelaskan penyebab permasalahan pencemaran. 2) Menjelaskan dampak

permasalahan pencemaran. 3) Menjelaskan cara mengatasi permasalahan

pencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil tes tersebut

masih banyak mahasiswa yang belum mencapai batas kelulusan yaitu 60, hanya 5

orang mahasiswa yang mencapai nilai 60. Nilai rata-rata yang dicapai sebesar

54,39 (< 75).

c. Hasil Belajar Ranah Psikomotor

Hasil belajar pada ranah psikomotor dilihat berdasarkan kemampuan

mahasiswa dalam merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan pengamatan,

merencanakan percobaan, pengukuran, interpretasi data dan mengkomunikasikan

data. Berdasarkan hasil observasi, maka capaian indikator keterampilan proses

sains mahasiswa disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Capaian Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Observasi Pra Siklus
No Indikator Capaian aspek
1 Merumuskan pertanyaan 52,63%
commit to user
2 Merumuskan hipotesis 50%
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

No Indikator Capaian aspek


3 Merancang percobaan 47,36%
4 Melakukan pengukuran 57,89%
5 Interpretasi data 57,89%
6 Mengkomunikasikan data 51,31%
7 Menyimpulkan 52,83%

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 diketahui bahwa persentase keterampilan

proses sains berkisar antara 47,36% sampai dengan 57,89%. Keterampilan proses

yang paling rendah adalah keterampilan merancang percobaan (47,36%),

sedangkan keterampilan proses sains tertinggi adalah keterampilan melakukan

pengukuran dan interpretasi data (57,89%). Sementara itu nilai rata-rata hasil

belajar Psikomotor yaitu KPS pada Pra Siklus sebesar 52,81 (Lampiran 39).

d. Ranah afektif

Hasil belajar pada aspek afektif berdasarkan observasi yang dilakukan

pada kegiatan pra Siklus dapat disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Capaian Indikator Ranah Afektif Pra Siklus


No Indikator Capaian indikator
1 Teliti 61,84%
2 Keingintahuan 63,15%
3 Kritis 57,89%
4 Kerjasama 65,78%

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa capaian indikator masih

tergolong rendah. Indikator yang paling rendah ketercapaiannya adalah kritis

sebesar 57,89%, sedangkan yang paling tinggi adalah kerjasama sebesar 65,78%.

Sementara itu nilai rata-rata hasil belajar afektif pada Pra Siklus sebesar 31,08

(Lampiran 36).

2. Siklus 1
commit toobservasi
Siklus I terdiri atas perencanaan, tindakan, user dan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

a. Perencanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan materi Toksikologi

Lingkungan. Standar kompetensi pada Siklus I ini yaitu: ” Mahasiswa dapat

mengevaluasi dampak senyawa pencemar di lingkungan terhadap lingkungan

abiotik dan kehidupan organisme dan kompetensi dasar ”Menganalisis sumber

toksik, cara kerja serta efek toksik pada organisme dan lingkungan serta dapat

memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari”. Perencanaan

tindakan pada Siklus I disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perencanaan Tindakan Siklus I

No Kegiatan Keterangan
1 Menyusun Satuan Acara Perkuliahan SAP disusun berdasarkan
tahapan model pembelajaran
berbasis masalah dengan
pendekatan keterampilan
proses.
2 Membuat Lembar Kerja Mahasiswa LKM dibuat sesuai dengan
keterampilan proses sains
yang dikembangkan pada
pembelajaran dan relevan
dengan materi.
3 Menyusun perangkat penilaian berupa soal tes Penyusunan perangkat
kognitif, tes KPS, lembar observasi dan angket. penilaian disesuaikan dengan
indikator yang akan dicapai
pada perkuliahan. Penilaian
hasil belajar ditinjau dari
aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Selain itu faktor
internal mahasiswa berupa
motivasi belajar juga diukur
sebagai hasil dari proses
pembelajaran.

Perencanaan pada siklus I dirancang berdasarkan identifikasi masalah sesuai hasil

Pra Siklus. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan yaitu 1x120 menit

untuk pelaksanaan praktikum dan 2x50 menit untuk melaksanakan presentasi.

Pelaksanaan Tindakan I disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas


pembelajaran mahasiswa
1 Apersepsi dan Dosen memberikan apersepsi Mahasiswa memberikan
motivasi dengan bertanya mengenai jawaban atas pertanyaan
senyawa kimia yang digunakan dosen.
pada aktivitas Penambangan
Emas Tanpa Ijin di Kalimantan.
Tujuannya untuk menggali
pengetahuan awal mahasiswa
mengenai senyawa berbahaya
dan beracun yang menimbulkan
dampak bagi organisme dan
lingkungan.
Dosen menampilkan gambar Mahasiswa
melalui LCD yaitu gambar memperhatikan gambar
aktivitas Penambangan Emas dan memberikan opini.
Tanpa Ijin (PETI).
Dosen menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan.
2 Orientasi Dosen memberikan wacana Mahasiswa membaca
mahasiswa tentang pestisida untuk wacana dan
pada masalah meningkatkan produksi merumuskan
pertanian. Mahasiswa diarahkan permasalahan
untuk menemukan masalah berdasarkan wacana.
berupa dampak penggunaan
pestisida pada organisme air
dan lingkungan.
3 Mengorganisa- Dosen membimbing Mahasiswa berkelompok
sikan pembentukan kelompok. sesuai arahan dosen.
mahasiswa Setelah kelompok-kelompok Kelompok heterogen
belajar kecil terbentuk, dosen yang dibentuk
membimbing mahasiswa untuk selanjutnya berdiskusi
merumuskan hipotesis, untuk memecahkan
merancang percobaan, permasalahan yang telah
menentukan commit to user
variabel, membuat dirumuskan. untuk
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas


pembelajaran mahasiswa
definisi operasional, melakukan merumuskan hipotesis,
pengukuran merancang percobaan,
menentukan variabel,
membuat definisi
operasional.
4 Membimbing Dosen membimbing Mahasiswa melakukan
investigasi pelaksanaan investigasi pengukuran berupa
kelompok dan kelompok dan mandiri. jumlah ikan yang mati
mandiri dalam waktu tertentu
sesuai rencana
percobaan. Setelah itu
mahasiswa
menginterpretasi data.
5 Mengembang Dosen membimbing mahasiswa Mahasiswa menyiapkan
kan dan untuk menyajikan laporan laporan yang akan
menyajikan sesuai hasil percobaan. dipresentasikan.
hasil karya
6 Menganalisis Dosen membimbing Mahasiswa berdiskusi
dan pelaksanaan diskusi di kelas dan melaksanakan
mengevaluasi untuk menganalisis dan tanya jawab
proses mengevaluasi pemecahan berdasarkan hasil
pemecahan masalah. Dosen meminta setiap presentasi kelompok.
masalah kelompok untuk memberi
pendapat hasil presentasi
kelompok lainnya.
Dosen memberikan konfirmasi Mahasiswa
tentang macam-macam toksik, memperhatikan
cara kerja toksik, serta pengaruh konfirmasi yang
toksik atau racun pada diberikan dosen.
organisme dan lingkungan.
Setelah itu, dosen membimbing
mahasiswa untuk
menyimpulkan pembelajaran.
Dosen memberikan evaluasi Mahasiswa
untuk mengukur ketercapaian mengerjakan evaluasi.
setiap indikator. Selanjutnya
memberikan gambaran materi
pada pertemuan berikutnya.

c. Observasi Siklus I

Pada proses pembelajaran berlangsung, pengamatan dilakukan oleh dua


commit to user
orang pengamat. Pengamatan dilakukan terhadap keterampilan proses sains
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

dengan 9 indikator yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan berdasarkan

masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, menentukan variabel,

membuat definisi operasional, melakukan pengukuran, menginterpretasi data,

mengkomunikansikan data dan menyimpulkan. Selain itu ranah afektif yang

diamati berupa kerjasama dan sikap ilmiah dengan 3 indikator yaitu teliti/ cermat,

keingintahuan, kritis.

1) Ranah psikomotor

Ranah psikomotor berupa keterampilan proses sains diobservasi menggunakan

pedoman observasi. Capaian indikator Keterampilan Proses Sains Siklus I

disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Capaian indikator Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Siklus1


Berdasarkan Hasil Observasi
No Indikator Capaian indikator
1 Mengajukan pertanyaan 80,26%
berdasarkan masalah
2 Membuat hipotesis 77,63%
3 Merancang eksperimen 69,7%
4 Menentukan variabel pengamatan 51,32%
5 Membuat definisi operasional 32,9%
6 Melakukan pengukuran 78,95%
7 Mengkomunikasikan data 92,11%
8 Menginterpretasi data 75%
9 Menyimpulkan 82,89%

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa capaian

indikator yang paling rendah yaitu membuat definisi operasional sebesar 32,9%

sedangkan capaian indikator yang paling tinggi yaitu mengkomunikasikan data

sebesar 92,11%. Terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target 75% ,

yaitu merancang eksperimen, menentukan variabel pengamatan, dan membuat

definisi operasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

2) Ranah kognitif

Capaian Ranah kognitif mahasiswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis. Pada

Siklus 1 diketahui capaian mahasiswa dengan skor terendah 9 dan skor tertinggi

20 dari skor maksimal 24. Berdasarkan kriteria kelulusan, maka mahasiswa yang

lulus sebesar 42,10 % dan yang tidak lulus sebesar 57,89%. Capaian indikator

pada aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Capaian Indikator Pada Ranah Kognitif Siklus 1


No Indikator Capaian indikator
1 Menjelaskan macam-macam toksik melalui 51%
analisis kasus
2 Menjelaskan cara kerja toksik pada 69,4%
organisme dan lingkungan melalui analisis
kasus
3 Menjelaskan efek toksik pada organisme 49%
dan lingkungan melalui analisis kasus
4 Menjelaskan solusi mengatasi efek toksik 75,5%
pada organisme dan lingkungan

Berdasarkan Tabel 4.6 capaian indikator ranah kognitif masih tergolong

rendah. Terdapat tiga indikator yang masih berada dibawah 75% yaitu, indikator

menjelaskan macam-macam toksik melalui analisis kasus, menjelaskan cara kerja

toksik pada organisme dan lingkungan melalui analisis kasus, menjelaskan efek

toksik pada organisme dan lingkungan melalui analisis kasus.

3) Ranah afektif

Capaian indikator ranah afektif meliputi keterampilan sosial dan sikap

ilmiah disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Capaian Indikator Pada Ranah Afektif Berdasarkan Observasi Siklus 1

No Indikator Capaian Indikator


1 Teliti 64,5%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

No Indikator Capaian Indikator


2 Keingintahuan 75%
3 Kritis 75%
4 Kerjasama 44,75%

Berdasarkan Tabel 4.7 capaian indikator terendah yaitu indikator kerjasama

(44,75%), sedangkan yang tertinggi yaitu indikator keingintahuan dan kritis

(75%).

4) Motivasi Belajar Siklus I

Motivasi belajar mahasiswa pada Siklus I disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Persentase Motivasi Belajar Berdasarkan Kategori Siklus I

No Kategori Jumlah mahasiswa Persentase


1 Tinggi 12 orang 63,15%
2 Rendah 7 orang 36,84%

Berdasarkan Tabel 4.8 persentase jumlah mahasiswa yang motivasi tinggi sebesar

63,15% belum mencapai target 75%.

5) Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil belajar mahasiswa ditinjau dari ranah kognitif,

afektif dan psikomotor diperoleh rata-rata yang disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siklus I

No Ranah Nilai Rata-rata

1 Kognitif 61.56
2 Afektif 75.20
3 Psikomotor 58.10

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada ranah

commit to
kognitif dan psikomotor masih tergolong user
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

d. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi, kolaborasi dengan teman sejawat pada mata

kuliah ini, didapatkan beberapa temuan dan rekomendasi. Pada pembelajaran

berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains pada Siklus I

terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu perbaikan untuk Siklus berikutnya.

Temuan- temuan pada Siklus I dapat disajikan pada Tabel 4.10 .

Tabel 4.10 Temuan dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus I

No Kegiatan Temuan Rekomendasi/saran


pembelajaran
1 Orientasi Pada tahap ini dosen Dosen disarankan
mahasiswa pada memberikan masalah dalam untuk membimbing
masalah bentuk wacana, mahasiswa mahasiswa dalam
mendengarkan penjelasan dosen menemukan
dan membaca permasalahan. permasalahan yang
Pada tahap ini belum terlihat lebih sfesifik.
mahasiswa yang bertanya atau
mengajukan pendapat mengenai
permasalahan yang diberikan.
Rumusan masalah yang
disampaikan mahasiswa
sebagian besar sudah mengarah
pada tahap pemecahan masalah
namun belum spesifik.
2 Mengorganisasi- Setelah dibagi dalam 4 Dosen disarankan
kan mahasiswa kelompok belajar, mahasiswa memberikan
belajar membagi tugas dengan anggota penegasan agar dalam
kelompoknya untuk bersama- memecahkan masalah
sama memecahkan harus disertai
permasalahan. Berdasarkan referensi pendukung.
pengamatan mahasiswa
merencanakan percobaan belum
menggunakan referensi atau
sumber belajar lain.
3 Membimbing Pada tahap ini, mahasiswa Dosen disarankan
investigasi melakukan pengukuran dan untuk mendatangi
kelompok dan mengamati perlakuan pengaruh masing-masing
individu toksik pada ikan. Pada kegiatan kelompok untuk
ini mahasiswa sudah aktif. Hal membimbing
commit to user
tersebut tampak pada mahasiswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Temuan Rekomendasi/saran


pembelajaran
banyaknya anggota kelompok merumuskan
yang bertanya pada dosen. hipotesis, membuat
Mahasiswa cenderung masih definisi operasional,
belum memahami kata-kata mengontrol variabel
definisi operasional, hipotesis, dan memberikan
variabel. kesempatan kepada
Hanya satu kelompok yang mahasiswa unuk
mengontrol variabel. bertanya.
Dosen: cenderung kurang Dosen disarankan
memberikan kesempatan membimbing
mahasiswa untuk bertanya pada mahasiswa untuk
saat menjelaskan prosedur memahami
pelaksanaan percobaan. pengertian definisi
Bimbingan dilakukan pada operasional, hipotesis
kelompok-kelompok. dan variabel.
4 Mengembangkan Hasil karya berupa presentasi Dosen disarankan
Menyajikan hasil hasil percobaan,namun dalam pada pertemuan
karya menyajikannya masih ada 1 berikutnya untuk
(satu) kelompok mahasiswa mengarahkan
yang belum sistematis mahasiswa
mengkomunikasikannya. Hasil menghasilkan produk
karya belum berupa produk. sebagai hasil
pemecahan masalah.
5 Menganalisis dan Pada saat diskusi dan tanya Dosen disarankan
mengevaluasi jawab dalam kegiatan analisis memberikan
proses pemecahan dan evaluasi ini tampak pertanyaan-
masalah mahasiswa masih pasif, dosen pertanyaan yang
berusaha untuk memberikan menarik sehingga
pertanyaan-pertanyaan untuk memotivasi
mengarahkan mahasiswa agar mahasiswa untuk
dapat merefleksi proses berdiskusi dan
pemecahan masalah yang telah melakukan tanya
dilakukan. jawab.

3. Siklus II

Siklus II terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I, maka perencanaan tindakan pada Siklus
commit to user
II dapat disajikan pada Tabel 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.11 Perencanaan Tindakan Siklus II

No Kegiatan Keterangan
1 Menyusun SAP SAP disusun berdasarkan langkah-
langkah model pembelajaran
berdasarkan masalah dengan
pendekatan keterampilan proses sains.
Pada tahap orientasi pada masalah
Dosen merencanakan untuk
membimbing mahasiswa dalam
menemukan permasalahan yang lebih
sfesifik.
Pada tahap merngorganisasikan
mahasiswa belajar kegiatan dosen
merencanakan untuk memberikan
penegasan agar dalam memecahkan
masalah harus disertai referensi
pendukung, dosen mendatangi
masing-masing kelompok untuk
membimbing mahasiswa dalam
merumuskan hipotesis, membuat
definisi operasional, mengontrol
variabel dan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa unuk bertanya.
Pada tahap membimbing investigasi
kelompok dan individu dosen
merencanakan untuk membimbing
mahasiswa untuk memahami
pengertian definisi operasional,
hipotesis dan variabel.
Pada tahap menyajikan hasil karya
pada pertemuan berikutnya dosen juga
merencanakan untuk mengarahkan
mahasiswa menghasilkan produk
sebagai hasil pemecahan masalah.
Pada tahap analisis dan evaluasi
proses pemecahan masalah dosen
merencanakan untuk memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menarik
jawab.
2 Membuat Lembar Kerja Mahasiswa Pada lembar kerja mahasiswa
disesuaikan dengan keterampilan
proses sains yang dikembangkan.
3 Menyiapkan perangkat penilaian proses Perangkat penilaian yang disusun
dan hasil belajar yaitu soal tes kognitif dan KPS,
commit to user
angket dan lembar observasi.
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Keterangan
Selanjutnya mengkomunikasikan
perangkat penilaian kepada observer.

b. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dilaksanakan sesuai perencanaan

tindakan II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama mahasiswa

merancang percobaan berupa alat penjernih dan penyaringan air, sedangkan

pertemuan kedua mahasiswa melakukan pembuatan alat dan melakukan

percobaan. Pelaksanaan tindakan II telah mengalami perbaikan berdasarkan hasil

refleksi Siklus I. Pelaksanaan tindakan II disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas mahasiswa


pembelajaran
1 Apersepsi dan Dosen memberikan apersepsi Mahasiswa
motivasi. dengan bertanya mengenai memberikan jawaban
topik pemanfaatan air sungai atas pertanyaan
bagi masyarakat kota dosen.
Pontianak dan kondisi sungai Mahasiswa
di kota Pontianak. memperhatikan
Memotivasi mahasiswa gambar dan
dengan menampilkan gambar memberikan opini.
kondisi sungai di kota
Pontianak.
Dosen menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan.
2 Orientasi mahasiswa Dosen memberikan wacana Mahasiswa membaca
pada masalah tentang kondisi air dikota wacana dan
Pontianak dan pemanfaatan merumuskan
sungai untuk aktivitas permasalahan
masyarakat kota Pontianak. berdasarkan wacana.
Mahasiswa diarahkan untuk
menemukan masalah berupa
kondisi air yang tidak
memenuhi
commitstandar
to userkualitas
air. Dosen membimbing
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas mahasiswa


pembelajaran
mahasiswa dalam menemukan
permasalahan yang lebih
sfesifik
3 Mengorganisa Dosen membimbing Mahasiswa
sikan mahasiswa pembentukan kelompok. berkelompok sesuai
belajar Setelah kelompok-kelompok arahan dosen.
kecil terbentuk, dosen Kelompok heterogen
membimbing mahasiswa yang dibentuk
untuk merumuskan hipotesis, selanjutnya
merancang percobaan, berdiskusi untuk
menentukan variabel, memecahkan
membuat permasalahan yang
definisi operasional, telah dirumuskan.
merancang percobaan berupa untuk merumuskan
alat penjernih dan hipotesis, merancang
penyaringan air. Dosen percobaan,
memberikan kesempatan menentukan variabel,
kepada mahasiswa untuk membuat definisi
bertanya. operasional.
Dosen mengarahkan Mahasiswa mencari
mahasiswa untuk mencari informasi dari
sumber belajar atau referensiinternet dan buku
dari internet atau buku ajar.ajar.
4 Membimbing Dosen membimbing Mahasiswa membuat
investigasi pelaksanaan investigasi alat penjernih dan
kelompok dan kelompok dan individu. penyaringan air,
individu melakukan
manipulasi variabel
dan melakukan
pengontrolan
variabel. Mahasiswa
mencatat hasil
percobaan dan
menginterpretasi
data.
5 Mengembang Dosen membimbing Mahasiswa
kan dan menyajikan mahasiswa untuk mempresentasikan
hasil karya mempresentasikan gambar gambar rancangan
rancangan pembuatan alat. pembuatan alat,
Selanjutnya selanjutnya
mendemonstrasikan cara kerja mendemonstrasikan
alat yang telah dibuat dan cara cara kerja alat yang
pembuatan alat. telah dibuat dan cara
commit to user
pembuatan alat.
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas mahasiswa


pembelajaran
6 Menganalisis dan Dosen membimbing Mahasiswa
mengevaluasi proses pelaksanaan diskusi di kelas berdiskusi dan
pemecahan masalah untuk menganalisis dan melaksanakan tanya
mengevaluasi pemecahan jawab berdasarkan
masalah. Dosen meminta hasil presentasi
setiap kelompok untuk kelompok.
memberi pendapat hasil
presentasi kelompok lainnya.
Dosen memberikan
pertanyaan yang menstimulasi
mahasiswa untuk tertarik
memberikan jawaban.
Dosen memberikan Mahasiswa
konfirmasi tentang cara-cara memperhatikan
pengolahan limbah secara konfirmasi yang
fisika dan kimia. Setelah itu, diberikan dosen.
dosen membimbing
mahasiswa untuk
menyimpulkan pembelajaran. Mahasiswa
Dosen memberikan evaluasi mengerjakan
untuk mengukur ketercapaian evaluasi.
setiap indikator. Selanjutnya
memberikan gambaran materi
pada pertemuan berikutnya.

c. Observasi Siklus II

Pada proses pembelajaran berlangsung, pengamatan dilakukan oleh dua

orang pengamat. Pengamatan dilakukan terhadap keterampilan proses sains

dengan 9 indikator yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan berdasarkan

masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, menentukan variabel,

membuat definisi operasional, melakukan pengukuran, menginterpretasi data,

mengkomunikansikan data dan menyimpulkan. Selain itu ranah afektif yang

diamati berupa kerjasama dan sikap ilmiah dengan 3 indikator yaitu teliti atau

cermat, keingintahuan, dan kritis.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

1) Ranah psikomotor

Ranah psikomotor berupa keterampilan proses sains diobservasi menggunakan

pedoman observasi. Capaian indikator keterampilan proses sains mahasiswa

disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Capaian Indikator Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Siklus II


Berdasarkan Hasil Observasi
No Indikator Capaian indikator
1 Mengajukan pertanyaan 89,47%
berdasarkan masalah
2 Membuat hipotesis 64,47%
3 Merancang eksperimen 92,11%
4 Menentukan variabel pengamatan 80,26%
5 Membuat definisi operasional 53,95%
6 Melakukan pengukuran 86,84%
7 Mengkomunikasikan data 90,79%
8 Menginterpretasi data 71,05%
9 Menyimpulkan 48,68%

Berdasarkan data pada Tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa capaian

indikator yang paling rendah yaitu menyimpulkan sebesar 48,68% sedangkan

capaian indikator yang paling tinggi yaitu merancang ekperimen sebesar 92,11%.

Terdapat empat indikator yang belum mencapai target 75%, yaitu membuat

hipotesis, membuat definisi operasional, menyimpulkan, dan menginterpretasi

data.

2) Ranah kognitif

Capaian Ranah kognitif mahasiswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis.

Pada Siklus II diketahui capaian mahasiswa dengan skor terendah 14.dan skor

tertinggi 24 dari skor maksimal 24. Berdasarkan kriteria kelulusan, maka

mahasiswa yang lulus sebesar 89,47 % dan yang tidak lulus sebesar 10,52%.

commit
Capaian indikator pada aspek kognitif to user pada Tabel 4.14.
disajikan
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.14. Capaian Indikator Pada Ranah Kognitif Siklus II

No Indikator soal Capaian


indikator
1 Mahasiswa dapat menjelaskan cara kerja pengolahan 76,97%
limbah secara fisika melalui analisis kasus
2 Mahasiswa dapat menjelaskan cara kerja pengolahan 73,68%
limbah secara kimia melalui analisis kasus
3 Mahasiswa dapat merancang skema pengolahan limbah 87,71%
dengan menggunakan prinsip pengolahan limbah dan
secara fisika
4 Mahasiswa dapat memberikan dua contoh tindakan 77,63%
konkrit mengatasi masalah limbah berupa sampah di kota
Pontianak

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui masih ada satu indikator yang

belum mencapai target 75% yaitu indikator soal menjelaskan cara kerja

pengolahan limbah secara kimia melalui analisis kasus.

3) Ranah afektif

Ranah afektif meliputi keterampilan sosial berupa kerjasama dan sikap ilmiah

pada mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTAN semester II Tahun Akademik

2011/2012 disajikan pada Tabel 4.15 .

Tabel 4.15. Capaian Indikator pada Ranah Afektif Berdasarkan Observasi


Siklus II

No Indikator Capaian Indikator


1 Teliti 77,63%
2 Keingintahuan 77,63%
3 Kritis 80,26%
4 Kerjasama 81,58%

Berdasarkan Tabel 4.15. dapat dilihat keempat indikator dalam ranah afektif

sudah mencapai target pada indikator kinerja. Indikator kerjasama memperoleh

capaian tertinggi yaitu, 81,58% .


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

4) Motivasi Belajar Siklus II

Motivasi belajar mahasiswa pada Siklus II disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Persentase Motivasi Belajar Berdasarkan Kategori Siklus II

No Kategori Jumlah mahasiswa Persentase


1 Tinggi 13 orang 68,42%
2 Rendah 6 orang 31,57%

Berdasarkan Tabel 4.16 persentase mahasiswa yang termotivasi mencapai

68,42% masih dibawah target 75%.

5) Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil belajar mahasiswa ditinjau dari ranah

kognitif, afektif dan psikomotor diperoleh nilai rata-rata yang disajikan pada

Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siklus II


No Aspek Nilai rata-rata
1 Kognitif 80,48
2 Afektif 82,67
3 Psikomotor 61,62

Berdasarkan Tabel 4.17 nilai rata-rata ranah psikomotor yang tergolong

masih rendah dibandingkan dengan ranah kognitif dan afektif.

d. Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil observasi, kolaborasi dengan teman sejawat pada mata

kuliah ini, didapatkan beberapa temuan dan rekomendasi. Pada pembelajaran

berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains pada Siklus II

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu perbaikan untuk Siklus berikutnya.

Temuan- temuan pada Siklus II disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Temuan dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus II .

No Kegiatan Temuan Rekomendasi/saran


pembelajaran
1 Orientasi mahasiswa Pada tahap ini, masalah di Dosen disarankan
pada masalah sampaikan dalam bentuk memberikan
wacana. Mahasiswa pada tahap bimbingan kepada
ini menentukan permasalahan individu yang belum
dan sebagian besar 16 dapat menentukan
mahasiswa telah menentukan permasalahan secara
permasalahan yang mengarah logis tersebut.
pada pemecahan masalah.
Sementara 3 orang mahasiswa.
masih belum menunjukkan
pemecahan masalah yang logis.
2 Mengorganisasikan Pada tahap ini mahasiswa mulai Dosen memberikan
mahasiswa belajar diarahkan untuk merencanakan penegasan mengenai
percobaan berupa alat penjernih pentingnya referensi
dan penyaringan air. Hanya ada dalam proses
3 kelompok yang merencanakan pemecahan masalah.
percobaan berdasarkan sumber
belajar (internet dan bahan ajar)
sedangkan 1 (satu) kelompok
belum menggunakan sumber
belajar
3 Membimbing Pada tahap ini semua Dosen disarankan
investigasi kelompok mahasiswa sudah mulai untuk terus
dan individu memahami menentukan membimbing
variabel termasuk manipulasi mahasiswa dalam
variabel bebas dan mengontrol membuat definisi
variabel. Pada saat membuat operasional. Dosen
definisi operasional sebagian memberikan
besar masih kesulitan. Pada bimbingan kepada
tahap ini, ada satu kelompok masing-masing
yaitu kelompok 3 yang kelompok agar
melakukan pengulangan melakukan
pembuatan alat penyaringan air. pengulangan apabila
Dosen memberikan bimbingan kurang yakin atau
dengan mendatangi tiap-tiap tidak sesuai dengan
kelompok untuk menanyakan teori pada hasil
kesulitan masing- masing percobaan.
commit to user
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Temuan Rekomendasi/saran


pembelajaran
4 Mengembangkan Tahap ini dibagi menjadi dua Dosen disarankan
Menyajikan hasil bagian yaitu mempresentasikan untuk membimbing
karya rancangan pembuatan alat presentasi lebih tegas
penjernih dan penyaringan air lagi. Karena presentasi
dan menndemonstrasikan alat di laksanakan di luar
yang telah dibuat. Setiap kelas maka harus
anggota kelompok terlibat aktif mengkondisikan
dalam mempresentasikan serta suasana belajar agar
mendemonstrasikannya. berlangsung efektif.
5 Menganalisis dan Masing-masing kelompok Dosen disarankan
mengevaluasi proses mengomentari atau memberikan memberikan
pemecahan masalah masukan pada kelompok lain kesempatan kepada
mengenai rancangan alat yang mahasiswa untuk
dibuat. Dosen mengungkapkan.
memotivasi setiap mahasiswa kelebihan dan
untuk mengajukan pertanyaan. kelemahan dalam alat
Selain itu, dosen juga yang dibuat
menanyakan pada setiap
kelompok alasan penyusunan
atau rancangan alat yang di
kerjakan mahasiswa

4. Siklus III

Siklus III terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Siklus III

Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus II, maka perencanaan tindakan pada

Siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Perencanaan Tindakan Siklus III

No Kegiatan Keterangan
1 Menyusun SAP SAP disusun berdasarkan langkah-
langkah model pembelajaran
berdasarkan masalah dengan
pendekatan keterampilan proses sains.
Pada tahap oroentasi mahasiswa pada
masalah dosen merencanakan
memberikan bimbingan kepada
individu yang belum dapat
commit to user
menentukan permasalahan secara
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Keterangan
logis tersebut.
Pada tahap mengorganisasikan
mahasiswa belajar dosen
merencanakan memberikan penegasan
mengenai pentingnya referensi dalam
proses pemecahan masalah,
membimbing mahasiswa dalam
membuat definisi operasional. Dosen
memberikan bimbingan kepada
masing-masing kelompok agar
melakukan pengulangan apabila
kurang yakin atau tidak sesuai dengan
teori pada hasil percobaan.
Pada tahap analisis dan evaluasi
proses pemecahan masalah, dosen
merencanakan untuk membimbing
presentasi lebih tegas lagi, dosen
memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengungkapkan
kelebihan dan kelemahan dalam alat
yang dibuat.
2 Membuat Lembar Kerja Mahasiswa Pada lembar kerja mahasiswa
disesuaikan dengan keterampilan
proses sains yang dikembangkan.
Pada kegiatan mahasiswa ditekankan
mengenai pembuatan produk berupa
kompos.
3 Menyiapkan perangkat penilaian proses Perangkat penilaian yang disusun
dan hasil belajar yaitu soal tes kognitif dan KPS,
angket dan lembar observasi.
Selanjutnya mengkomunikasikan
perangkat penilaian kepada observer.

b. Pelaksanaan Siklus III

Pelaksanaan tindakan pada Siklus III dilaksanakan sesuai perencanaan

tindakan III dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama mahasiswa

merancang percobaan dan membuat kompos, sedangkan pertemuan kedua

commit
mahasiswa melakukan pengukuran dantomempresentasikan
user proses dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

pembuatan kompos. Pelaksanaan tindakan III telah mengalami perbaikan

berdasarkan hasil refleksi Siklus II. Pelaksanaan tindakan III disajikan pada Tabel

4.20.

Tabel 4.20 Pelaksanaan Tindakan Siklus III

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas mahasiswa


pembelajaran
1 Apersepsi dan Dosen memberikan Mahasiswa memberikan
motivasi apersepsi dengan jawaban atas pertanyaan
bertanya mengenai dosen.
pembuangan limbah
industri dan dampaknya
terhadap lingkungan
Memotivasi Mahasiswa Mahasiswa memperhatikan
dengan menampilkan gambar dan memberikan
gambar penumpukan opini.
sampah yang ada disalah
satu kawasan kota
Pontianak. Dosen
memberikan motivasi
secara verbal mengenai
nilai ekonomi sampah.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan
sesuai indikator.
2 Orientasi Dosen memberikan Mahasiswa membaca wacana
mahasiswa pada wacana tentang sampah dan merumuskan
masalah di pasar Flamboyan permasalahan berdasarkan
yang menumpuk dan wacana.
belum adanya instalasi
pengolahan limbah.
Dosen membimbing
merumuskan masalah
agar rumusan masalah
dalam bentuk
pertanyaan yang
diajukan logis dan
mengarah pada
pemecahan masalah.
3 Mengorganisa Dosen membimbing Mahasiswa berkelompok
sikan mahasiswa pembentukan kelompok. sesuai arahan dosen.
commit to user
belajar Setelah kelompok- Kelompok heterogen yang
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas mahasiswa


pembelajaran
kelompok kecil dibentuk selanjutnya
terbentuk, dosen berdiskusi untuk memecahkan
membimbing mahasiswa permasalahan yang telah
untuk merumuskan dirumuskan. untuk
hipotesis, merancang merumuskan hipotesis,
percobaan, menentukan merancang percobaan,
variabel, membuat menentukan variabel,
definisi operasional, membuat definisi operasional.
merancang percobaan
berupa pengolahan
sampah organik menjadi
kompos. Dosen
memberikan kesempatan
kepada mahasiswa
untuk bertanya
Dosen mengarahkan Mahasiswa mencari informasi
mahasiswa untuk dari internet dan buku ajar.
mencari sumber belajar
atau referensi dari
internet atau buku ajar
4 Membimbing Dosen membimbing Mahasiswa membuat kompos
investigasi pelaksanaan investigasi dengan berbagai perlakuan,
kelompok dan kelompok dan individu. melakukan manipulasi
individu variabel dan melakukan
pengontrolan variabel.
Mahasiswa mencatat hasil
percobaan dan
menginterpretasi data.
5 Mengembang Dosen membimbing Mahasiswa mempresentasikan
kan dan mahasiswa untuk proses dan hasil pembuatan
menyajikan hasil mempresentasikan kompos.
karya proses dan hasil
pembuatan kompos.
6 Menganalisis Dosen membimbing Mahasiswa berdiskusi dan
dan pelaksanaan diskusi di melaksanakan tanya jawab
mengevaluasi kelas untuk berdasarkan hasil presentasi
proses menganalisis dan kelompok.
pemecahan mengevaluasi
masalah pemecahan masalah.
Dosen meminta setiap
kelompok untuk
memberi pendapat hasil
presentasi kelompok
commit to user
lain.
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Aktivitas dosen Aktivitas mahasiswa


pembelajaran
Dosen memberikan Mahasiswa memperhatikan
konfirmasi tentang cara- konfirmasi yang diberikan
cara pengolahan limbah dosen.
secara biologi . Setelah
itu, dosen membimbing
mahasiswa untuk
menyimpulkan
pembelajaran.
Dosen mengarahkan Mahasiswa mengungkapkan
mahasiswa untuk kelemahan dan kelebihan
mengevaluasi pembuatan kompos.
kelemahan dan
kelebihan pembuatan
kompos yang telah
dilakukan.
Dosen memberikan Mahasiswa mengerjakan
evaluasi untuk evaluasi.
mengukur ketercapaian
setiap indikator.
Selanjutnya memberikan
gambaran materi pada
pertemuan berikutnya.

c. Observasi Siklus III

Pada proses pembelajaran berlangsung, pengamatan dilakukan oleh dua

orang pengamat. Pengamatan dilakukan terhadap keterampilan proses sains

dengan 9 indikator yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan berdasarkan

masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, menentukan variabel,

membuat definisi operasional, melakukan pengukuran, menginterpretasi data,

mengkomunikansikan data dan menyimpulkan. Selain itu ranah afektif yang

diamati berupa kerjasama dan sikap ilmiah dengan 3 indikator yaitu teliti/ cermat,

keingintahuan dan kritis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

1) Ranah psikomotor

Ranah psikomotor berupa keterampilan proses sains diobservasi

menggunakan pedoman observasi.

Capaian indikator keterampilan proses sains mahasiswa dapat disajikan pada

Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Capaian indikator Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Siklus III
Berdasarkan Hasil Observasi
No Indikator Capaian indikator
1 Mengajukan pertanyaan 80,3%
berdasarkan masalah
2 Membuat hipotesis 100 %
3 Merancang eksperimen 100%
4 Menentukan variabel pengamatan 80,3%
5 Membuat definisi operasional 38,2%
6 Melakukan pengukuran 100%
7 Mengkomunikasikan data 100%
8 Menginterpretasi data 92,11%
9 Menyimpulkan 93,4%

Berdasarkan data pada Tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa capaian

indikator yang paling rendah yaitu membuat definisi operasional sebesar 38,2%

sedangkan capaian indikator yang paling tinggi yaitu membuat hipotesis,

merancang ekperimen dan mengkomunikasikan data sebesar 100%.

2) Ranah kognitif

Capaian Ranah kognitif mahasiswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis.

Pada Siklus III diketahui capaian mahasiswa dengan skor terendah 8.dan skor

tertinggi 16 dari skor maksimal 16. Berdasarkan kriteria kelulusan, maka

mahasiswa yang lulus sebesar 94,73% dan yang tidak lulus sebesar 5,26%.

Capaian indikator pada aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.22.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.22 Capaian Indikator pada Ranah Kognitif Siklus III


No Indikator soal Capaian indikator
1 Mahasiswa dapat menjelaskan proses limbah padat 88,15%
secara Biologi melalui analisis kasus
2 Mahasiswa dapat merencanakan penyelesaian 89,47%
masalah untuk mengatasi limbah cair secara Biologi

3) Ranah afektif

Ranah afektif meliputi keterampilan sosial berupa kerjasama dan sikap ilmiah

pada mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTAN semester II Tahun Akademik

2011/2012 disajikan pada Tabel 4.23 .

Tabel 4.23 Capaian Indikator pada Ranah Afektif Berdasarkan Observasi


Siklus III
No Indikator Capaian Indikator
1 Teliti 93,42%
2 Keingintahuan 96,05%
3 Kritis 78,95%
4 Kerjasama 94,74%

4) Motivasi Belajar Siklus III

Motivasi belajar mahasiswa pada Siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24 Persentase Motivasi Belajar Berdasarkan Kategori Siklus III

No Kategori Jumlah mahasiswa Persentase


1 Tinggi 15 orang 78,94%
2 Rendah 4 orang 21,05%

Berdasarkan Tabel 4.24. diperoleh jumlah mahasiswa yang termotivasi telah

melebihi target yang ditetapkan pada indikator kinerja. Persentase mahasiswa

yang termotivasi mencapai 79%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

5) Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil belajar mahasiswa ditinjau dari ranah

kognif, afektif dan psikomotor diperoleh nilai rata-rata yang disajikan pada Tabel

4.25.

Tabel 4.25 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siklus III

No Aspek Nilai Rata-rata


1 Kognitif 88,82
2 Afektif 87,42
3 Psikomotor 78,38

Berdasarkan Tabel 4.25 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada ranah

kognitif, afektif dan psikomotor telah mengalami peningkatan dari Siklus II.

d. Refleksi Siklus III

Berdasarkan hasil observasi, kolaborasi dengan teman sejawat pada mata

kuliah ini, didapatkan beberapa temuan dan rekomendasi. Pada pembelajaran

berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains pada Siklus III

terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu perbaikan untuk Siklus berikutnya.

Temuan- temuan pada Siklus III disajikan pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26 Temuan dan Rekomendasi Berdasarkan Hasil Refleksi Siklus III

No Kegiatan pembelajaran Temuan Rekomendasi/saran


1 Orientasi mahasiswa Masalah diberikan dalam bentuk Kelebihan:
pada masalah wacana, hampir semua kelompok Mahasiswa sudah
sudah dapat menentukan dapat merumuskan
permasalahan. masalah melalui
pertanyaan.
2 Mengorganisasikan Semua kelompok sudah
mahasiswa belajar menggunakan sumber belajar dari
jurnal untuk mendukung
commit to masalah.
pemecahan user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

No Kegiatan pembelajaran Temuan Rekomendasi/saran


3 Membimbing Pada tahap ini kesulitan yang Mahasiswa sudah
investigasi kelompok paling banyak ditemui adalah dapat merancang
dan individu membuat definisi operasional. percobaan,
Penyelidikan dilakukan selama 2 menentukan
minggu pengamatan, setiap variabel.
kelompok aktif untuk melakukan Kekurangan:
pengukuran dan memantau proses Keterampilan
pembuatan kompos. Dosen membuat definisi
memantau dan membimbing operasionalmasih
pelaksanaan pengukuran dan perlu bimbingan
pembuatan kompos. dan latihan.
4 Mengembangkan Hasil karya disajikan dalam Mahasiswa sudah
Menyajikan hasil bentuk presentasi proses dan hasil menghasilkan
karya pembuatan kompos. produk berupa
kompos.
5 Menganalisis dan Berdasarkan hasil analisis dan Mahasiswa sudah
mengevaluasi proses evaluasi, terdapat satu kelompok dapat menganalisis
pemecahan masalah yang masih memerlukan waktu dan mengevaluasi
tambahan untuk membuat proses pemecahan
kompos. Kompos yang dibuat masalah.
belum sempurna proses
dekomposisinya.

5. Perbandingan Antar Siklus

a. Ranah Psikomotor

Berdasarkan hasil observasi menggunakan lembar observasi keterampilan

proses sains diperoleh capaian per indikator pada masing-masing Siklus seperti

disajikan pada Gambar 4.1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

K
E100%
T 90%
80%
E
70%
R 60%
C 50%
A 40% PRA SIKLUS
P 30% SIKLUS 1
20%
A
10% SIKLUS 2
I 0% SIKLUS 3
A
N KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6 KPS 7 KPS 8 KPS 9
INDIKATOR KPS

Gambar 4.1: Grafik Perbandingan Keterampilan Proses Sains Antar Siklus

Keterangan:

Pada kegiatan Pra Siklus indikator KPS 4 dan 5 tidak diobservasi.

KPS 1 = Mengajukan Pertanyaan


KPS 2 = Membuat Hipotesis
KPS 3 = Merancang Percobaan
KPS 4 = Menentukan variabel
KPS 5 = Membuat Definisi Operasional
KPS 6 = Melakukan Pengukuran
KPS 7 = Mengkomunikasikan Data
KPS 8 = Menginterpretasi Data
KPS 9 = Menyimpulkan
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat indikator yang mengalami

peningkatan dari Pra Siklus ke Siklus I dan Siklus I ke Siklus II yaitu indikator

mengajukan pertanyaan, merancang percobaan, menentukan variabel, membuat

definisi operasional, melakukan pengukuran. Pada Siklus II dapat dilihat capaian

untuk indikator membuat hipotesis, mengkomunikasikan data, menginterpretasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

data, dan menyimpulkan mengalami penurunan dari Siklus I. Pada Siklus III

terdapat 7 indikator mengalami peningkatan dan 2 indikator mengalami

penurunan dari Siklus II, yaitu indikator mengajukan pertanyaan dan membuat

definisi operasional. Pada indikator mengajukan pertanyaan meskipun mengalami

penurunan namun masih berada di atas indikator kinerja. Terdapat beberapa

indikator yang mengalami peningkatan tiap Siklus yaitu pada indikator merancang

percobaan, menentukan variabel dan melakukan pengukuran.

b. Ranah afektif

Berdasarkan hasil observasi menggunakan lembar observasi untuk ranah

afektif meliputi sikap ilmiah dan keterampilan sosial, maka diperoleh capaian per

indikator pada masing-masing Siklus seperti disajikan pada Gambar 4.2.

100%
K 90%
E 80%
T 70%
E 60% Pra siklus
R 50%
C 40% Siklus 1
A 30% Siklus 2
P 20%
A 10% Siklus 3
I 0%
A TELITI KEINGINTAHUAN KRITIS KERJASAMA
N
Indikator Ranah Afektif

Gambar 4.2: Grafik Perbandingan Hasil Belajar Afektif Antar Siklus

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa setiap Siklus masing-masing

commit
indikator mengalami peningkatan. to user
Namun pada indikator kerjasama Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

mengalami penurunan dibandingkan dengan Pra Siklus. Pada indikator sikap

ilmiah kritis mengalami penurunan dari Siklus II ke Siklus III sebesar 1,31%.

c. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar pada ranah kognitif pada setiap Siklus mengalami

peningkatan jumlah kelulusan. Mahasiswa dikatakan lulus apabila memperoleh

nilai ≥ 60. Peningkatan jumlah kelulusan tersebut disajikan pada Gambar 4.3

berikut.

100%
K 90%
E 80%
J
L 70%
U
U 60%
M 50%
L
L 40%
U LULUS
A
S
30%
H 20%
A
10%
N
0%
PRA SIKLUS SIKLUS SIKLUS
SIKLUS 1 2 3

Gambar 4.3: Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Antar Siklus

Peningkatan Jumlah kelulusan yang paling tinggi yaitu dari Pra Siklus ke

Siklus I sebesar 42,11 %, Siklus I ke Siklus II sebesar 21,05%. Peningkatan dari

Siklus II ke Siklus III sebesar 5,26%.

d. Motivasi Belajar

Motivasi belajar mahasiswa dari Siklus pertama hingga Siklus III mengalami

peningkatan disajikan pada Gambar 4.4.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

100%
K
90%
E 80%
T 70%
E 60%
R 50%
C 40% Motivasi Tinggi
A 30%
P 20%
A
10%
I
0%
A
N PRA SIKLUS SIKLUS SIKLUS
SIKLUS 1 2 3

Gambar 4.4: Grafik Perbandingan Motivasi Belajar Mahasiswa Antar Siklus

Pada Gambar 4.4 dapat dilihat peningkatan yang paling tinggi yaitu dari Pra

Siklus ke Siklus I sebesar 31,58 %, Siklus II ke Siklus III sebesar 10,58%

sedangkan dari Siklus I ke Siklus II hanya sebesar 5,27%.

e. Nilai Rata-rata Hasil Belajar

Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar pada ranah kognitif, afektif dan

psikomotor disajikan pada Gambar 4.5

100
R 90
A 80
N T 70
I A 60
L - 50
40 Pra Siklus
A R
I A
30 Siklus 1
20
T
10 Siklus 2
A 0
Siklus 3
Kognitif Afektif Psikomotor
HASIL BELAJAR

Gambar 4.5: Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Antar Siklus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat peningkatan hasil belajar dari yang tertinggi

secara berurutan dari Pra siklus ke siklus III yaitu ranah afektif (selisih 56,34),

ranah kognitif (selisih 34,43), dan psikomotor (selisih 25,35).

B. PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Tindakan Kelas terhadap mahasiswa Pendidikan Biologi

semester II FKIP UNTAN pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif,

psikomotor, dan motivasi belajar. Pada kegiatan awal, dosen mengekplorasi

pengetahuan awal yang sudah dimiliki mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan berdasarkan apa yang sudah diketahui mahasiswa dengan materi yang

akan dipelajari. Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989) konsep- konsep yang sudah

dimiliki mahasiswa tersebut akan mengalami proses asimilasi. Konsep-konsep

tersebut memudahkan mahasiswa untuk memecahkan masalah. Pembelajaran

berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses sains diawali dengan

menghadirkan masalah yang terdapat di sekitar lingkungan mahasiswa. Masalah

autentik yang dijadikan acuan pada proses pembelajaran dapat memotivasi

mahasiswa untuk belajar. Masalah yang diberikan dapat menimbulkan banyak

solusi atau cara pemecahan masalah sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan

dalam pikiran mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian Chin & Chia (2006)

menyebutkan masalah yang tidak terstuktur menstimulasi siswa untuk mengajukan

pertanyaan yang memetakan kegiatan mereka, yang mengarah pada penyelidikan

independen. Mahasiswa didorong untuk mencari cara pemecahan masalahnya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

melalui berbagai sumber belajar diantaranya internet dan buku ajar. Proses ini

mendorong kemandirian belajar mahasiswa.

Pada tahap mengorganisasikan mahasiswa belajar, mahasiswa dibagi

menjadi 4 kelompok yang heterogen. Kelompok yang dibentuk bersama-sama

mendiskusikan pemecahan masalah, memberikan pendapat dan mengajukan

pertanyaan pada anggota kelompok lainnya. Menurut Arends (2008) kolaborasi

atau kerjasama pada kelompok-kelompok belajar dapat mendorong penyelidikan

dan dialog bersama dan mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

sosial. Keterampilan sosial menurut Vigotsky akan memacu pertukaran ide-ide

baru dan memperkaya perkembangan intelektual.

Pada tahap membimbing investigasi kelompok dan individu, dosen

berperan sebagai fasilitator. Namun pada Siklus I dosen masih kurang dalam

membimbing mahasiswa secara individu. Pada tahap penyelidikan dosen

memberikan bimbingan khususnya pada saat mengajukan pertanyaan, merumuskan

hipotesis, merancang percobaan, menentukan variabel dan membuat definisi

operasional. Keterampilan- keterampilan tersebut masih baru bagi mahasiswa.

Sedangkan untuk menginterpretasi data, mengkomunikasikan data, dan

menyimpulkan sudah pernah dilakukan mahasiswa pada saat membuat laporan

praktikum pada mata kuliah semester I. Kegiatan membimbing mahasiswa untuk

melakukan investigasi sangat penting dilakukan karena peran pembimbing untuk

mengarahkan mahasiswa mengkonstruksi pengetahuannya.

Mahasiswa melakukan investigasi dengan menggunakan pengamatan

langsung untuk menemukan informasi dan menyelesaikan masalah nyata yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

diberikan melalui wacana mengenai isu-isu lingkungan. Kegiatan penyeledikan ini

melatih mahasiswa menggunakan keterampilan proses untuk memecahkan masalah

dan memperoleh informasi. Proses ini mengembangkan hands on, minds on, hearts

on activity. Bruner (dalam Arends, 2008) menekankan pentingnya proses

penemuan (discovery learning) yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Strategi-strategi mahasiswa dalam kegiatan investigasi dalam pemecahan masalah

membantu mahasiswa berpikir analitis (Jacobsen, et al, 2009). Selain itu secara

tidak langsung mereka memperoleh informasi sebagai hasil kegiatan investigasi.

Mahasiswa dapat menemukan informasi- informasi dengan bantuan (scaffolding)

yang dilakukan oleh dosen atau teman yang lebih mampu. Pada saat mahasiswa

melakukan investigasi mahasiswa melakukan pengukuran yang membutuhkan

ketelitian. Pada tahap ini mahasiswa juga dilatih untuk teliti dalam membaca

petunjuk kerja dalam pelaksanaan kegiatan investigasi.

Pada tahap menyajikan dan mengembangkan hasil karya pada Siklus I

belum mengarahkan pada hasil karya berupa produk, namun pada Siklus II dan

Siklus III hasil karya sudah dihasilkan dalam bentuk produk. Pada keterampilan

merancang percobaan mahasiswa merancang alat dan dilanjutkan dengan membuat

produk berupa alat penjernih dan penyaringan air dan kompos. Pembuatan produk

ini juga sebagai hasil pemecahan masalah. Proses pemecahan masalah dengan

menghasilkan hasil karya yang bermanfaat bagi masyarakat secara tidak langsung

telah membangun literasi sains bagi mahasiswa. Literasi sains yang dikembangkan

pada materi pengolahan limbah secara Biologi telah memanfaatkan bioteknologi

sederhana (pemanfaatan mikroorganisme) pada pembuatan kompos berdasarkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa. Menurut American Association for the

Advancement of Science/ AAAS, 1993 cit. Bricman et al 2009 pembelajaran sains

harus berdampak pada kehidupan dan pengetahuan tentang sains dapat digunakan

untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil

penelitian Mei et al. (2007) temuan menunjukkan adanya peningkatan yang

signifikan dalam persepsi siswa tentang kompetensi keterampilan proses sains.

Persentase siswa yang sangat tinggi menunjukkan bahwa program ini telah

membuat siswa lebih sadar akan relevansi sains dalam kehidupan mereka.

Pada tahap analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, mahasiswa

melakukan refleksi berdasarkan proses pemecahan masalah yang dilakukan. Pada

proses ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi, memberikan

masukan, dan mengkritisi proses pemecahan masalah yang dilakukan kelompok

lain. Kegiatan yang demikian melatih keterampilan berpikir yang kritis, analitis

dan evaluatif terhadap proses pemecahan masalah yang terdiri atas banyak solusi.

Keterampilan berpikir yang muncul pada saat proses pembelajaran merupakan

salah satu ciri keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat

tinggi menurut Holbrook & Rannikmae (2009) salah satu cirinya adalah mampu

menempatkan, mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi sumber- sumber

informasi ilmiah dan teknologi serta dapat menggunakan sumber-sumber dalam

memecahkan masalah, membuat keputusan dan mengambil tindakan. Dosen

berperan memberikan konfirmasi kepada mahasiswa dalam rangka proses analisis

dan evaluasi pemecahan masalah yang dilakukan bersama-sama mahasiswa.

Konfirmasi dilakukan dengan merefleksi pembelajaran.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

Pada kegiatan refleksi proses pembelajaran Siklus I dan Siklus II

mahasiswa belum secara langsung mengungkapkan kelemahan serta kelebihan dari

proses pembuatan alat, namun dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

mengarahkan mahasiswa untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah yang

dilakukan. Pada Siklus III mahasiswa sudah mengevaluasi secara langsung

mengenai kelebihan dan kelemahan pembuatan produk kompos. Dengan demikian

mahasiswa telah dilatih untuk berpikir evaluatif.

Peningkatan motivasi belajar terjadi pada tiap Siklus. Menurut Uno (2010)

anak akan tertarik untuk belajar apabila yang dipelajarinya itu sedikit sudah

diketahui atau dinikmati manfaatnya. Pada setiap pertemuan dosen memberikan

masalah yang berada disekitar lingkungan. Dosen menumbuhkan motivasi

mahasiswa secara verbal untuk memberikan penjelasan mengenai manfaat

pembelajaran yang dilaksanakan, selain itu motivasi diberikan secara visual pada

Siklus II dan Siklus III melalui gambar-gambar fenomena yang terjadi di

lingkungan. Kondisi yang demikian menumbuhkan rasa ingin tahu. Menurut

Piaget (dalam Arends, 2008) menyatakan keingintahuan ini dapat memotivasi

mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara aktif. Dengan demikian

proses pembelajaran menjadi terpusat kepada mahasiswa (student centered).

Usaha pemberian motivasi yang dilakukan dosen dengan cara verbal dan

visual (gambar) merupakan motivasi ekstrinsik yang mendorong mahasiswa untuk

belajar. Kegiatan yang menarik dalam belajar menurut Uno (2010) merupakan

salah satu indikator motivasi belajar. kegiatan yang menarik dalam proses

pembelajaran yang dihadirkan dosen berupa kegiatan- kegiatan yang sebelumnya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

belum pernah dilakukan oleh mahasiswa. Selain itu kegiatan pembuatan produk

sebagai hasil karya diakhir perkuliahan mendorong mahasiswa memahami bahwa

pembelajaran tersebut bermanfaat bagi kehidupan di masa akan datang. Dengan

demikian akan tumbuh hasrat atau keinginan untuk belajar dan berhasil dalam

proses pembelajaran.

Peningkatan motivasi belajar juga sejalan dengan peningkatan hasil

belajar. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan berdampak pada

peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif. Hasil belajar pada ranah kognitif

yang diperoleh mahasiswa yaitu pada tingkat kognitif menganalisis dan mencipta.

Pada tingkat kognitif menganalisis mahasiswa melakukan identifikasi masalah

berdasarkan wacana kemudian mengorganisasi hubungan-hubuingan yang

sistematis dan koheren antar informasi sedangkan pada tingkat kognitif mencipta

mahasiswa merencanakan metode penyelesaian masalah dan memproduksi suatu

hasil karya (Airasian, et al. 2010). Pengetahuan yang dimiliki mahasiswa

merupakan hasil konstruksi mereka sendiri. Proses konstruksi pengetahuan

tersebut mengaitkan antara konsep baru dengan konsep yang telah ada pada

struktur kognitif mahasiswa. Berdasarkan proses tersebut menurut Ausubel (dalam

Dahar, 1989) mengakibatkan konsep-konsep yang diperoleh lebih bermakna

sehingga konsep-konsep atau prinsip prinsip dapat bertahan lebih lama dalam

struktur kognitif mahasiswa.

Peningkatan hasil belajar pada ranah afektif pada setiap Siklus

pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan keterampilan proses sains mengembangkan sikap ilmiah dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

keterampilan sosial mahasiswa. Pada tahap mengorganisasikan mahasiswa belajar

dan investigasi melalui kegiatan merancang percobaan dan melakukan pengukuran,

dapat menumbuhkan sikap kerjasama, ketelitian, rasa ingin tahu dan kritis. Hal ini

relevan dengan hasil penelitian Dwiastuti dan Aryanto (2010) bahwa model

pembelajaran berbasis masalah meningkatkan sikap dan interaksi mahasiswa dalam

belajar serta meningkatkan motivasi belajar pada mata kuliah Pengetahuan

Lingkungan.

Pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses

sains mengarahkan mahasiswa untuk dapat memecahkan permasalahan. Upaya

mahasiswa memecahkan masalah dilakukan melalui tahapan keterampilan proses

sains. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Brown dan Jegede (dalam Ango, 2002)

bahwa “nilai keterampilan proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan

keahlian dalam pemecahan masalah”. Keterampilan proses sains menurut Nuryani

(2007) melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan

sosial”. Dengan demikian dalam proses pembelajaran mengembangkan daya cipta,

rasa dan karsa. Peningkatan hasil belajar pada ranah psikomotor pada tiap Siklus

menunjukkan bahwa mahasiswa telah berproses secara aktif dalam memperoleh

pengetahuan.

Indikator keterampilan proses sains yang dikembangkan terdiri atas

sembilan indikator yang termasuk keterampilan proses dasar dan terintegrasi.

Keterampilan proses menurut Nuryani (2007) memberikan pengalaman belajar.

Pada Siklus I indikator merancang percobaaan, menentukan variabel pengamatan,

dan membuat definisi operasional masih belum mecapai indikator ketercapaian.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

Namun pada pelaksanaan tindakan pada Siklus berikutnya telah mengalami

peningkatan. Pada Siklus I kesulitan yang dialami mahasiswa dalam merancang

percobaan adalah menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan,

mahasiswa kesulitan dalam menentukan variabel dan definisi operasional karena

istilah tersebut belum diketahui sebelumnya. Pada kegiatan konfirmasi dosen telah

mengarahkan mahasiswa mengenai cara menentukan alat dan bahan percobaan,

variabel dan definisi operasional.

Pada Siklus II indikator membuat hipotesis dan menyimpulkan belum

mencapai indikator ketercapaian. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa

dalam merumuskan hipotesis mahasiswa masih banyak yang belum tepat dalam

menghubungkan variabel bebas dan terikat. Hal tersebut berdampak pada indikator

menyimpulkan yang masih belum spesifik sesuai dengan hipotesis atau bertele-

tele. Indikator menginterpretasi data mengalami penurunan dari Siklus I.

berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa mahasiswa masih cenderung

kesulitan dalam menemukan pola-pola berdasarkan data hasil pengamatan.

Keterampilan yang telah dikembangkan pada proses pembelajaran pada

Siklus III telah mencapai indikator ketercapaian. Namun terdapat satu indikator

yang belum berhasil dikembangkan secara maksimal hingga akhir Siklus yaitu

keterampilan membuat definisi operasional. Berdasarkan hasil pengamatan dari

Lembar Kerja Mahasiswa diketahui bahwa mahasiswa belum mengungkapkan cara

mengukur suatu variabel. Menurut Nur (2011) bahwa definisi operasional harus

mendeskripsikan bagaimana variabel harus diukur. Dosen telah melakukan

bimbingan kepada masing-masing kelompok namun mahasiswa tetap mengalami


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

kesulitan. Namun, pada proses pengukuran mahasiswa sudah dapat melakukan

pengukuran dengan menunjukkan peningkatan pada setiap Siklus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Dapat dibuat rancangan model pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan motivasi belajar

dan hasil belajar pada mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTAN

semester II mata kuliah Pengetahuan Lingkungan Tahun Akademik

2011/2012.

2. Model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan

proses sains dapat diterapkan pada mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

UNTAN semester II pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan Tahun

Akademik 2011/2012.

3. Pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan keterampilan proses

sains melibatkan masalah lingkungan dalam belajar sehingga mahasiswa

tertarik mengikuti pembelajaran.

4. Pada kegiatan pembelajaran mahasiswa merancang percobaan dan

melakukan investigasi sehingga mahasiswa aktif melakukan pemecahan

masalah, menumbuhkan kerjasama dan sikap ilmiah.

5. Peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar terjadi tiap siklus. Mahasiswa

dengan kategori motivasi tinggi Pra Siklus, Siklus I, II, III (31,57%;

63,15%; 68,42%; 79%). Pada hasil belajar kognitif, jumlah mahasiswa yang

lulus Pra Siklus, Siklus 1, II, III (26, 31%; 68,42%; 89,47%; 94,73%). Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

ranah afektif diperoleh rata-rata nilai pada Pra Siklus, Siklus I, II, III (31,08;

75,20; 82,6; 87,42). Pada ranah psikomotor diperoleh rata-rata nilai Pra

Siklus, Siklus I, II, III (52,81; 58,10; 61,62; 78,38).

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai referensi untuk

mengembangkan penelitian lebih lanjut dalam rangka mengembangkan

profesionalisme peneliti, guru dan dosen untuk meningkatkan hasil belajar dan

motivasi belajar.

2. Implikasi Praktis

a. Bagi dosen

Memiliki sikap selalu ingin memperbaiki kinerja pada praktik pembelajaran.

b. Bagi Program Studi pendidikan Biologi

Hasil penelitian ini secara praktis mempersiapkan calon tenaga pendidik (guru)

Biologi untuk memiliki keahlian dan keterampilan khususnya pada mata kuliah

Pengetahuan Lingkungan pada program studi Pendidikan Biologi FKIP

UNTAN.

c. Bagi peneliti lain

Dapat menjadi referensi untuk mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas untuk

mengatasi rendahnya hasil belajar dan motivasi belajar khususnya pada mata

kuliah Pengetahuan Lingkungan sesuai dengan karakteristik materi dan peserta

didik. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

C. SARAN

1. Dosen diharapkan untuk:

a. Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

keterampilan proses sains pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.

b. Berdasarkan temuan bahwa keterampilan proses membuat definisi operasional

belum mencapai indikator keberhasilan, maka disarankan agar dosen dapat

berperan aktif membimbing mahasiswa baik secara individu maupun

kelompok dalam pembelajaran.

c. Agar penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

keterampilan proses dapat berjalan dengan baik, diperlukan manajemen waktu

yang terjadwal karena dalam proses pembelajaran khususnya merancang

percobaan dan kegiatan penyelidikan membutuhkan waktu yang lama.

2. Peneliti lain diharapkan:

a. Melakukan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang sesuai dengan

karakteristik model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

keterampilan proses sains sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan

model ini terhadap hasil belajar dan motivasi belajar.

b. Mengembangkan penelitian sejenis dengan meninjau secara khusus aspek

kemampuan pemecahan masalah.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai