Anda di halaman 1dari 284

BUKU

PEDOMAN
ORGANISASI
HIPMI
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

SAMBUTAN KETUA UMUM


Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera bagi kita semua.

Di tengah capaian laju ekonomi yang kian melemah, kesepakatan MEA tak bisa dihindari lagi. Meski
pertumbuhan di bawah 5%, pengangguran meningkat, serta Rupiah yang sempat merosot tajam,
negara ini butuh optimisme dalam memandang terbukanya pasar ASEAN. Karena itulah butuh amunisi
jitu agar pasar dalam negeri terus tumbuh dan tidak tergerus. Pasar bebas adalah pintu yang bisa
membawa sebuah negara pada dua kemungkinan besar, menggunakan kesempatan untuk melebarkan
sayap bisnis atau mati karena kurangnya daya saing. Bukan saatnya lagi mengkritisi MEA. Lebih dari
itu, menyiapkan pemain-pemain dalam negeri untuk terus berkarya adalah satu hal yang menjadi
tanggungjawab bersama.

Tantangan dunia global tak bisa dipungkiri menjadi pematik api semangat untuk terus berproses dan
berproses menjadi lebih baik. HIPMI merupakan satu dari sekian banyak organisasi kepemudaan
yang berhasil secara konsisten bertransformasi dari masa ke masa. Banyak hal yang semestinya
dipersiapkan sedari dini mengingat tantangan serta tuntutan yang semakin tinggi. Menciptakan kader-
kader berkualitas melalui revisi serangkaian peraturan-peraturan yang termuat dalam Anggaran
Dasar-Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, serta Modul Pelatihan Diklat adalah wujud
bahwa HIPMI peka terhadap perubahan dan menyesuaikan dengan tuntutan jaman.

Inilah wujud eksistensi HIPMI dalam membangun negeri. Globalisasi, liberalisasi, dan modernisasi
adalah kenyataan yang harus diterima sebagai tantangan bagi kita, para pemuda. HIPMI menyadari
pentingnya membangun organisasi yang bertumpu pada kekuatan internal, meskipun bukan serta
merta mengenyampingkan betapa ampuhnya dorongan eksternal. Dinamika ekonomi nasional dan
internasional menuntut HIPMI membangun jaringan kaderisasi yang berorientasi pada usaha rakyat.
Pada kepemimpinan ini, HIPMI sekaligus ingin menghapus citra yang selama ini melekat, dari organisasi
elit yang eksklusif menjadi organisasi kepemudaan yang membumi.

Pembinaan kader diharapkan mampu menciptakan SDM yang berkualitas di bidang kewirausahaan.
Kemandirian ekonomi adalah capaian akhir. Jumlah pengusaha yang masih dibawah rata-rata adalah
salah satu kelemahan Indonesia. Untuk itu, HIPMI tak henti-hentinya menyuarakan pentingnya kaderisasi
wirausaha muda. Sebagaimana sebuah negara maju yang berdaulat, mencapai kemandirian ekonomi
akan lebih mudah jika pemain-pemain dalam negeri semakin diperkaya.

Jakarta, 06 Januari 2016


Badan Pengurus Pusat
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Masa Bakti 2015-2018

BAHLIL LAHADALIA
Ketua Umum

3
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

SAMBUTAN KETUA
BIDANG ORGANISASI, KADERISASI,
DAN KEANGGOTAAN
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pengusaha Pejuang, Pejuang Pengusaha!

Gerakan yang dibangun oleh HIPMI saat ini berfokus pada proses ideologisasi dan kaderisasi, yaitu
sebuah upaya pembentukan kader berkualitas yang memiliki wawasan kebangsaan dan mampu
bersaing di pasar global. Proses tersebut dimulai dari proses rekruitmen, dilanjutkan dengan kaderisisasi
berjenjang di tiap tingkatan kepengurusan, yaitu pendidikan dan latihan tingkat cabang (Diklatcab),
tingkat daerah (Diklatda) dan tingkat nasional (Diklatnas). Dan itu tercermin dari penyempurnaan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi HIPMI. Kurikulum diklat yang
telah disiapkan untuk para anggota HIPMI serta kebijakan organisasi melalui pelaksanaan program-
program yang substantif dan memiliki impact yang luas bagi kesejahteraan masyarakat.

Musyawarah Nasional Khusus yang berlangsung di Surabaya 06-08 November 2015, Telah
menghasilkan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merupakan hasil
keputusan dari Musyawaran Nasional XV HIPMI di Bandung - Bogor, selain itu Peraturan Organisasi
yang selama ini telah dijalankan juga telah disempurnakan dan ditambahkan sebagai bagian integral
dalam menjalankan roda organisasi dalam hal ini tim juga telah berhasil membuat panduan dan
kurikulum diklat

Sebuah keharusan bagi HIPMI untuk selalu menanamkan fundamental wawasan entrepreneurship di
kalangan generasi muda guna menciptakan struktur ekonomi berkualitas, yaitu struktur ekonomi yang
diperkuat oleh kegiatan ekonomi lokal. Dalam penterjemahan AD ART ini telah di susun Peraturan
Organisasi yang telah disahkan dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap pada tanggal, 30 Oktober
2015.

Bahwa sesuai Rapat Badan Pengurus Lengkap BPP HIPMI tersebut peraturan organisasi yang telah
disahkan meliputi :

1. TATA LAKSANA KERJA BADAN PENGURUS PUSAT HIPMI


2. TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI HIPMI
3. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI
4. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) DAN PENETAPAN
JABATAN LOWONG BADAN PENGURUS HIPMI
5. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/
CABANG HIPMI
6. PERATURAN ORGANISASI TENTANG RAPAT KERJA
7. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/CABANG
HIPMI DI DAERAH/WILAYAH PEMEKARAN

4
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

8. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA/BADAN/YAYASAN ATAU


SEJENISNYA HIPMI
9. PERATURAN ORGANISASI TENTANG DISIPLIN ORGANISASI HIPMI
10. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN HIPMI
11. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEUANGAN
HIPMI
12. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HIPMI
13. PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PANITIA KEGIATAN HIPMI
14. PERATURAN ORGANISASI TENTANG STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU HIPMI
15. PERATURAN ORGANISASI TENTANG KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI
KEANGGOTAAN HIPMI
16. PERATURAN ORGANISASI TENTANG KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR
WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
17. PERATURAN ORGANISASI TENTANG KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH HIPMI DKI
JAKARTA RAYA
18. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Namun berdasarkan perkembangan diskusi selanjutnya, khusus Peraturan Organisasi Tentang


peraturan Koordinator Wilayah, sekretaris Wilayah dan Anggota Koordinator wilayah sudah termasuk
dalam Peraturan Organisasi, dan tentang HIPMI Perguruan Tinggi sudah termasuk dalam Peraturan
Organisasi tentang Pembentukan Lembaga dan Badan.

Demikian Pedoman Organisasi ini disusun agar dapat dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.

Jakarta, 06 Januari 2016


Badan Pengurus Pusat
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Masa Bakti 2015-2018

DR. ANGGAWIRA, MM.


Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan

5
6
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DAFTAR ISI

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

7
8
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DAFTAR ISI

1. SAMBUTAN KETUA UMUM............................................................................................................. 3


2. SAMBUTAN KETUA BIDANG ORGANISASI, KADERISASI, DAN KEANGGOTAAN.............. 4
3. ANGGARAN DASAR HIPMI............................................................................................................ 11
4. ANGGARAN RUMAH TANGGA ................................................................................................... 19
5. TATA LAKSANA KERJA..................................................................................................................... 43
6. TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI................................ 65
7. PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI...................................................... 71
8. PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG ......................... 85
9. PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG .......................................... 91
10. RAPAT KERJA...................................................................................................................................... 103
11. PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG........................................................ 113
12. PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA.................................. 119
13. DISIPLIN ORGANISASI..................................................................................................................... 125
14. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN....................................................................................................... 133
15. PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN ............................................... 141
16. PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN.......................................................................... 149
17. PEDOMAN PANITIA KEGIATAN .................................................................................................... 167
18. KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA
KOORDINATOR WILAYAH ............................................................................................................. 177
19. STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU....................................................................... 183
20. KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN............................ 191
21. KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH ............................................................................ 199
22. LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................................................... 205

9
10
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

ANGGARAN DASAR HIPMI

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

11
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

12 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

ANGGARAN DASAR HIPMI

MUKADDIMAH

Sesungguhnya kemerdekaan Bangsa Indonesia itu, sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa, merupakan
panggilan, tantangan dan dorongan bagi Bangsa Indonesia untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang maha berat tetapi amat mulia yaitu menciptakan kemakmuran material dan spiritual yang adil
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagi generasi muda yang terjun kedalam dunia usaha sadar akan hak dan kewajibannya, peranannya
dan tanggung jawabnya kepada Nusa dan Bangsa, sebagai penerus cita-cita dan karya dari
generasi terdahulu, berketetapan hati untuk memberikan darma baktinya dalam membangun
negara menuju kepada terwujudnya kemakmuran yang adil dan merata.

Meyakini bahwa kewirausahaan adalah salah satu upaya mencapai cita-cita luhur untuk kemakmuran
Nusa dan Bangsa Indonesia, yang berazaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar
1445 disamping usaha-usaha lain yang dilaksanakan secara ulet, teratur, berencana dan dengan
penuh kebijaksanaan.

Maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur untuk mencapai
cita-cita tersebut diatas, kami para Pengusaha Muda Indonesia yang berada pada jajaran
masyarakat pengusaha Indonesia dan dunia usaha nasional, menyatakan bersatu berhimpun dalam
suatu wadah organisasi kader pengusaha nasional, bukan organisasi politik dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU DIDIRIKAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA atau disingkat HIPMI yang
disebut secara resmi dalam bahasa Inggris INDONESIA YOUNG ENTREPRENEURS ASSOCIATION.

Pasal 2
Waktu Didirikan

HIPMI didirikan di Jakarta, pada tanggal 10 Juni 1472, untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.

ANGGARAN DASAR 13
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 3
Tempat Kedudukan

1. Badan Pengurus Pusat HIPMI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.


2. Badan Pengurus Daerah HIPMI berkedudukan di Ibukota Provinsi seluruh Indonesia.
3. Badan Pengurus Cabang HIPMI berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.

BAB II
AZAS DAN LANDASAN

Pasal 4
A s a s

HIPMI adalah organisasi kader Pengusaha Nasional yang berasaskan Pancasila.

Pasal 5
Landasan
HIPMI berlandaskan:
1. Pancasila sebagai landasan idiil.
2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.
3. Undang-Undang No.1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri sebagai landasan
struktural.
4. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga HIPMI sebagai landasan organisasional.
5. Keputusan-keputusan MUNAS HIPMI sebagai landasan operasional

BAB III
STATUS DAN SIFAT

Pasal 6

1. HIPMI adalah organisasi non pemerintah, yang independen/non politik, yang bergerak dibidang
perekonomian sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri serta perundang-undangan dunia usaha lainnya
2. HIPMI adalah Wadah penyaluran aspirasi pengusaha muda Indonesia merupakan organisasi
non-profit yang dapat memberikan keuntungan bersama (mutual benefit) bagi anggotanya dan
bersifat kekeluargaan/gotong-royong.
3. HIPMI memposisikan diri sebagai pelayanan dan faktor mempromosikan dalam pembangunan
ekonomi dan bisnis Indonesia di masa depan sesuai visi misi strategi HIPMI.

BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 7

HIPMI adalah organisasi para pengusaha Muda Indonesia yang bersatu dengan maksud dan tujuan:
1. Mendorong dan berperan serta dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan
generasi muda.

14 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Membina, memajukan dan mengembangkan generasi Muda Pengusaha menjadi pengusaha


yang profesional, kuat dan tangguh dalam sektor usaha yang ditekuni.
3. Berperan serta sebagai mitra strategis Pemerintah dalam mensukseskan proses pembangunan
nasional maupun daerah menuju kepada terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.
4. Berperanserta dalam usaha-usaha berdaya dan tepat guna, menggali dan memanfaatkan
sumber-sumber daya alam dengan tetap mengupayakan mencegah timbulnya kerusakan dan
pencemaran terhadap lingkungan hidup, membina, dan mengembangkan sumber daya manusia
dalam proses teknologi menuju kepada profesionalisme dan daya cipta, guna menunjang
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas serta ketahanan nasional.
5. Membentuk Pengusaha Nasional yang berwawasan kebangsaan, yang memiliki moral dan etika
bisnis, serta mampu bersaing dipasaran internasional.

BAB V
USAHA

Pasal 8

Untuk mencapai tujuannya HIPMI melakukan usaha-usaha sebagai berikut:


1. Mengumpulkan dan menyebarkan informasi usaha dalam arti kata yang luas bagi anggotanya.
2. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan kewirausahaan para anggota dan
mendorong akselerasi proses alih teknologi dalam dunia usaha Indonesia.
3. Melakukan sistem Demokrasi Ekonomi dengan ciri-ciri positif sebagai berikut :
a. Mengakui kebebasan berusaha.
b. Mengakui hak milik perorangan yang berfungsi sosial ekonomi.
c. Mengakui hak perolehan keuntungan yang wajar.
d. Mengakui adanya persaingan yang sehat.
e. Memegang penuh etika dunia usaha.
f. Mewujudkan sistem upah dan harga yang layak.
g. Mewujudkan usaha bersama atas dasar kekeluargaan dan memupuk rasa setia kawan
serta kerja sama dikalangan anggota.
h. Menghindarkan sistem etatisme dalam perekonomian.
i. Menentang sistem monopoli yang merugikan masyarakat.
4. Memupuk dan meningkatkan semangat serta kesadaran nasional para pengusaha muda untuk
berjiwa patriot pejuang serta bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik.
5. Berperan serta aktif dalam memecahkan masalah-masalah perekonomian, baik bagi kepentingan
para anggota HIPMI maupun bagi kepentingan dunia usaha, ditingkat Nasional, Daerah dan
Cabang dalam rangka memelihara stabilitas nasional disektor perekonomian.
6. Bekerjasama dengan Pemerintah dan organisasi-organisasi dunia usaha nasional, regional serta
internasional yang lain maupun organisasi pekerja.
7. Menjadi anggota Kamar Dagang dan Industri untuk mendapatkan informasi dan bimbingan
sesuai ketentuan Undang-Undang No.1 tahun 1987, tentang Kamar Dagang dan Industri dan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kamar Dagang dan Industri.

ANGGARAN DASAR 15
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB VI
UPAYA

Pasal 9

1. Menyediakan informasi bisnis bagi anggotanya untuk mencari peluang dan pengembangan
usaha
2. Memiliki program-program pembinaan kewirausahaan, alih teknologi untuk pengembangan
usaha
3. Menjaga etika usaha, mempunyai sistem balas jasa yang wajar dan adil, wajib
menghindarkan dari praktek prinsip ekonomi yang buruk, meningkatkan kesadaran Nasional
dan lain sebagainya.
4. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam pemecahan masalah Ekonomi Nasional.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 10

Yang menjadi anggota HIPMI adalah Pengusaha Muda warga negara Indonesia yang merupakan
bagian dari Masyarakat Pengusaha Indonesia dan Dunia Usaha Nasional.

Pasal 11

Keanggotaan HIPMI terdiri atas:


1. Anggota Biasa.
2. Anggota Luar Biasa.
3. Anggota HIPMI Perguruan Tinggi

BAB VIII
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 12

Struktur Organisasi HIPMI terdiri atas:


1. Lembaga Permusyawaratan:
a. Musyawarah Nasional di tingkat Nasional.
b. Musyawarah Daerah di Tingkat Provinsi.
c. Musyawarah Cabang di Tingkat Kabupaten/Kota.
2. Lembaga Pimpinan:
a. Badan Pengurus Pusat (BPP)
b. Badan Pengurus Daerah (BPD)
c. Badan Pengurus Cabang (BPC)
3. Lembaga Kelengkapan Organisasi:
a. Dewan Kehormatan
b. Dewan Pembina
c. Badan Otonom
d. Komite Etik

16 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 13

Lembaga Permusyawaratan adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam HIPMI di masing-masing


wilayah, yaitu di tingkat nasional, daerah dan cabang.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 14

HIPMI memperoleh dana untuk kegiatan organisasi dari:


1. Uang Pangkal dan Iuran
2. Sumbangan-sumbangan yang wajar tanpa ikatan apapun.
3. Usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga

BAB X
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 15
Perubahan

Perubahan dan atau penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat
dilaksanakan melalui Musyawarah Nasional, dan Musyawarah Nasional Khusus.

Pasal 16
Pembubaran

Pembubaran organisasi hanya sah apabila: merupakan Keputusan Musyawarah Nasional, atau
Musyawarah Nasional Khusus yang diadakan untuk itu

BAB XI
PENUTUP

Pasal 17

Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.

Pasal 18

1. Anggaran Dasar ini merupakan Perubahan Anggaran Dasar yang disahkan untuk pertama kali
pada tanggal 10 Juni 1972, untuk kedua kali pada tanggal 19 Oktober 2011 dan sesudahnya
2. Perubahan Anggaran Dasar ini mendapat pengesahan dalam Munassus HIPMI Pada Tanggal 08
November 2015 serta dinyatakan berlaku sejak ditetapkan.

ANGGARAN DASAR 17
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 08 November 2015

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

1. ANGGAWIRA

2. UMAR A. LESSY

3. AHMI SEPTARI

4. SYAFA’AD PERDANA

5. ABDUL SALAM

6. ARI BILOWO

7. ARIANTO BURHAN

18 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

ANGGARAN RUMAH TANGGA


HIPMI

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

19
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

20 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIPMI

BAB I
STATUS ORGANISASI

Pasal 1

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau disingkat HIPMI adalah suatu organisasi kader yang
menciptakan pengusaha nasional dan memperjuangkan aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda
Indonesia dalam rangka mendorong dan melayani pembangunan Ekonomi dan bisnis Indonesia di
masa depan sesuai visi misi strategi HIPMI.

Pasal 2

HIPMI sebagai organisasi kader pengusaha nasional serta lembaga ekonomi berstatus badan
hukum yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Abdul Latief Nomor 39 tanggal 10 Juni 1972
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga terdaftar di Pengadilan Negeri dan
disahkan Departemen Kehakiman serta diumumkan didalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 3

HIPMI merupakan wadah berhimpun pengusaha muda yang berasal dari masyarakat pengusaha
Indonesia dan dunia usaha nasional.

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 4
Ketentuan Keanggotaan

Anggota HIPMI adalah pengusaha Muda warga negara Indonesia yang merupakan pemilik,
pimpinan, pengurus dan/atau penanggungjawab perusahaan, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang yang berlaku, serta telah melaksanakan proses pendaftaran sesuai dengan
peraturan organisasi

Pasal 5
Status Keanggotaan

1. Anggota biasa, yaitu anggota yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun sampai 40 (empat
puluh) tahun. dengan ketentuan tidak sampai 41 (empat puluh satu) tahun dan telah memenuhi
kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Organisasi.
2. Anggota Luar Biasa, yaitu anggota biasa yang telah berusia 41 (empat puluh satu) tahun keatas
3. Anggota HIPMI Perguruan Tinggi, yaitu Mahasiswa Perguruan Tinggi yang telah mendaftar dan
mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh HIPMI, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Organisasi.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 21


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 6
Tata Cara Penerimaan Anggota

1. Setiap calon anggota HIPMI harus mengajukan permohonan dengan formulir yang disediakan
untuk itu dan pernyataan tertulis dari pemohon bahwa pemohon tidak berada dalam keadaan
terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
2. Setiap calon anggota HIPMI, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 5 di atas, harus
diusulkan dan didukung secara tertulis oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota Badan
Pengurus setempat.
3. Hak penentuan penerimaan anggota berada dalam tangan Badan Pengurus Daerah/Cabang
dan setiap penerimaan anggota harus disetujui oleh Rapat Badan Pengurus Harian Di tingkat
Badan Pengurus Daerah/Cabang. .
4. Penolakan dan alasannya atas sesuatu lamaran keanggotaan harus diberitahukan kepada
pelamar maupun para pengusul dan pendukungnya dalam waktu 5 (lima) hari setelah
diputuskan Badan Pengurus Daerah/Cabang, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah
tanggal pemberitahuan para pengusul serta pendukung dapat mengajukan permohonan
kembali.
5. Penolakan lamaran keanggotaan lebih dari 2 (dua) kali mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat mengajukan permohonan/lamaran keanggotaan dalam waktu 1 (satu) tahun
sesudah penolakan terakhir.
6. Anggota yang telah diterima diberikan kartu dan atau sertifikat anggota sebagai tanda
keanggotaan yang dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat HIPMI dan ditandatangani oleh
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat.
7. Pengunduran diri dari keanggotaan HIPMI harus dinyatakan secara tertulis kepada Badan
Pengurus.
8. Perpindahan status domisili keanggotaan dapat diajukan ke BPD/BPC asal dan diteruskan
kepada BPD/BPC tujuan yang disertai alasan dan tujuan yang jelas, dengan memberikan
tembusan ke BPD/BPP

Pasal 7
Kode Etik Keanggotaan

1. Anggota HIPMI berperilaku sebagai pribadi yang bermoral Pancasila dan wajib menjunjung
tinggi nama baik serta reputasi keanggotaan di dalam masyarakat dan dunia usaha nasional.
2. Anggota HIPMI tidak akan secara sadar dan dengan itikad jahat merusak nama baik atau
reputasi bisnis sesama anggota.
3. Anggota HIPMI selalu berusaha menjalankan bisnis secara baik dan terpuji serta menghindari
perbuatan yang melanggar norma dan etika usaha serta peraturan yang berlaku.
4. Anggota HIPMI menjunjung tinggi semangat kebersamaan dan kekeluargaan serta
mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam menyikapi perbedaan.
5. Anggota HIPMI wajib menjunjung tinggi kode etik keanggotaan HIPMI dalam lingkungan
usahanya

22 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 8
Kewajiban Keanggotaan

1. Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga HIPMI.
2. Setiap anggota wajib membayar uang pangkal dan Iuran Anggota dan memberi sumbangan
untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi.
3. Setiap anggota yang melaksanakan aktivitas usaha berkewajiban secara moral memberikan
kesempatan/prioritas kepada anggota lain untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan prinsip
dan aturan bisnis yang berlaku.
4. Setiap Anggota wajib mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.

Pasal 9
Hak Anggota

1. Memperoleh bantuan dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan, serta


keterampilan untuk kepentingan usahanya.
2. Memperoleh pelayanan informasi usaha dalam arti kata yang luas termasuk segala bentuk
penerbitan yang dikeluarkan oleh HIPMI.
3. Memperoleh bantuan dalam hubungan/kontak usaha.
4. Memperoleh surat keterangan yang menyangkut bonafiditas atau surat keterangan lain dalam
hubungan kelancaran usahanya dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip obyektivitas.
5. Turut serta dalam pertemuan-pertemuan dengan misi ekonomi, baik dalam maupun luar
negeri, ataupun dalam rombongan misi ekonomi ke dalam/luar negeri.
6. Hak-hak keanggotaan tidak dapat diserahkan kepada siapapun juga dan dengan jalan
apapun juga.

Pasal 10
Penghentian Keanggotaan

1. Penghentian keanggotaan dapat diakibatkan oleh:


a. Pelanggaran Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
b. Pengenaan hukuman pidana karena kejahatan oleh pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap atau dinyatakan pailit oleh pengadilan..
c. Karena meninggal dunia.
d. Karena berhenti menjadi pemilik, pimpinan, pengurus dan/atau penanggung jawab dari
perusahaan/badan usaha lainnya.
e. Karena diberhentikan oleh Badan Pengurus
2. Penghentian keanggotaan adalah wewenang Badan Pengurus dan dapat dijalankan setelah
yang bersangkutan diberi peringatan 3 (tiga) kali, dimana pada peringatan yang kedua
Badan Pengurus Pusat dapat memberhentikannya untuk sementara waktu.
3. Setiap anggota yang terkena sanksi penghentian sementara atau tetap, kehilangan haknya
sebagai anggota.
4. Anggota yang terkena sanksi penghentian sementara, dapat mengajukan pembelaan diri
atau naik banding pada Badan Pengurus Pusat bagi anggota Daerah, dan pada Badan
Pengurus Daerah bagi anggota Cabang.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 23


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 11
Rangkap Jabatan

1. Dalam keadaan tertentu Anggota HIPMI dapat merangkap jabatan pengurus pada struktural
internal Badan Pengurus Pusat/Daerah
2. Anggota HIPMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar HIPMI, harus
menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan peraturan
organisasi dan tidak menyimpang dari tujuan HIPMI

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 12
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional sebagai badan kekuasaan tertinggi organisasi tingkat nasional


diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh dan atas tanggung jawab Badan Pengurus
Pusat selambat-lambatnya pada akhir masa baktinya.
2. Apabila 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya masa bakti Badan Pengurus Pusat tidak
diselenggarakan Musyawarah Nasional tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan,
maka Badan Pengurus Pusat tersebut kehilangan hak dan wewenang untuk mengurus Organisasi
dan harus segera diadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
3. Tempat penyelenggaraan Musyawarah Nasional ditetapkan dalam Sidang Dewan Pleno II,
selambat-lambatnya 6 ( enam) bulan sebelum MUNAS
4. Prosedur dan tatalaksana penyelenggaraan Musyawarah Nasional merupakan tugas
dan tanggung jawab Badan Pengurus Pusat. Kecuali apabila Badan Pengurus Pusat telah
kehilangan hak dan wewenang untuk mengurus organisasi sebagaimana disebut pada ayat
2 (dua) di atas, maka Dewan Pembina Organisasi akan mengambil alih tugas dan tanggung
jawab tersebut.
5. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Badan Pengurus Pusat dibantu Badan Pengurus
Daerah setempat dimana Musyawarah Nasional diadakan.
6. Anggaran biaya penyelenggaraan Musyawarah Nasional disepakati antara Badan Pengurus
Pusat dengan Badan Pengurus Daerah ditempat penyelenggaraan Musyawarah Nasional
diselenggarakan, dan ditanggung oleh BPP.
7. Musyawarah Nasional berwenang dan berhak:
a. Mengubah dan menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Menetapkan Program Umum Organisasi.
c. Menilai untuk menerima atau menolak Laporan pertanggungjawaban Badan Pengurus
Pusat selama masa baktinya.
d. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Pusat beserta Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Nasional.
e. Menyusun Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Organisasi untuk satu masa bakti.
f. Mengembangkan organisasi
g. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang diperlukan.

24 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

8. Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari:


a. Utusan adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dengan jumlah sebanyak-banyaknya
5 (lima) orang yang ditentukan berdasarkan ketentuan sebagi berikut :
1. Badan Pengurus Daerah wajib melaksanakan kegiatan-kegiatan DIKLATDA dan
RAKERDA selama berjalannya satu kepengurusan (bernilai 1 peserta utusan penuh)
2. Badan Pengurus Daerah wajib melakukan MUSCAB BPC minimal 2/3 dari jumlah
keseluruhan BPC yang berada di wilayah Badan Pengurus Daerah (bernilai 1 peserta
utusan penuh)
3. Badan Pengurus Daerah wajib berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan Nasional
BPP HIPMI (bernilai 1 peserta utusan penuh)
4. Ketentuan kriteria hak suara berdasarkan jumlah penduduk di wilayah Badan
Pengurus Daerah sebagai berikut :
a. BPD dengan jumlah penduduk 0-5 juta jiwa yang memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 500 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh
dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu)
peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku.
b. BPD dengan jumlah penduduk 5-10 juta jiwa yang memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 1000 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh
dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu)
peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku.
c. BPD dengan jumlah penduduk >10 juta jiwa yang memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 1500 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh
dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu)
peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku.
5. Jumlah utusan peserta MUNAS dari Badan Pengurus Daerah ditetapkan melalui
mekanisme rapat Badan Pengurus lengkap BPP HIPMI dengan memperhatikan kriteria
diatas.
6. Badan Pengurus Daerah melalui mekanisme Rapat Badan Pengurus Lengkap
menentukan nama peserta utusan dan peninjau sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan pada ayat 5.
b. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Pusat dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Nasional, serta Fungsionaris Badan Pengurus Daerah/Cabang dan
Anggota HIPMI Daerah/Cabang yang mendapat mandat dari Badan Pengurus Daerah
yang bersangkutan.
c. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Pusat
9. Hak Peserta Musyawarah Nasional:
a. Utusan memiliki hak suara, hak bicara, hak memilih dan dipilih.
b. Peninjau memiliki hak bicara dan hak dipilih.
c. Undangan memiliki hak bicara.
10. Musyawarah Nasional adalah sah bila memenuhi kuorum sebanyak ¾(tiga per empat) dari
BPD yang berhak hadir. Jika korum ini tidak tercapai, maka upacara pembukaan Musyawarah
Nasional tetap dapat berlangsung menurut jadwal yang tercantum dalam surat undangan,
tetapi persidangan Musyawarah Nasional ditunda paling lama 24 (dua puluh empat) jam.
Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka persidangan Musyawarah
Nasional dapat berlangsung, dan adalah sah tanpa perlu mengindahkan korum.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 25


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 13
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah sebagai Badan kekuasaan tertinggi di tingkat Daerah diselenggarakan


sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh atas tanggung jawab Badan Pengurus Daerah selambat-
lambatnya pada akhir masa baktinya.
2. Apabila setelah 3 (tiga) bulan masa bakti Badan Pengurus Daerah berakhir tidak
diselenggarakan Musyawarah Daerah tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
maka Badan Pengurus Daerah kehilangan hak dan wewenang untuk mengurus organisasi
dan harus segera diadakan Musyawarah Daerah Luar Biasa sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
3. Tempat penyelenggaraan Musyawarah Daerah ditetapkan dalam rapat pengurus lengkap
Badan Pengurus Daerah.
4. Prosedur dan tatalaksana penyelenggaraan Musyawarah Daerah merupakan tugas dan
tanggung jawab Badan Pengurus Daerah, kecuali Badan Pengurus Daerah telah kehilangan
hak dan wewenang untuk mengurus organisasi sebagaimana disebut pada ayat 2 (dua) diatas,
maka Badan Pengurus Pusat akan mengambil alih tugas dan tanggung jawab tersebut.
5. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Badan Pengurus Daerah dibantu Badan Pengurus
Cabang di tempat dimana Musyawarah Daerah diadakan dan wajib dihadiri oleh Badan
Pengurus Pusat yang telah mendapatkan mandat sesuai mekanisme organisasi.
6. Anggaran Biaya penyelenggaraan Musyawarah Daerah disepakati antara Badan Pengurus
Daerah dengan Badan Pengurus Cabang tempat Musyawarah Daerah diselenggarakan, dan
ditanggung BPD.
7. Musyawarah Daerah berwenang:
a. Menetapkan Program Umum Daerah dengan mengacu pada Program Umum Organisasi.
b. Menilai dan menetapkan Laporan Pertanggungjawaban Badan Pengurus Daerah selama
masa bakti.
c. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Daerah beserta lembaga Kelengkapan
organisasi tingkat Daerah.
d. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang diperlukan.
8. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari:
a. Utusan adalah Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dengan jumlah sebanyak-banyaknya
5 (lima) orang yang ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
1. Badan Pengurus Cabang wajib melaksanakan kegiatan-kegiatan DIKLATCAB dan
RAKERCAB selama berjalannya satu kepengurusan (bernilai 1 peserta utusan penuh)
2. Badan Pengurus Cabang wajib melakukan Rekrutmen Anggota BPC (bernilai 1 peserta
utusan penuh)
3. Badan Pengurus Cabang wajib berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan BPD HIPMI
(bernilai 1 peserta utusan penuh)
4. Ketentuan kriteria hak suara berdasarkan jumlah penduduk di wilayah Badan Pengurus
Cabang sebagai berikut :
a. BPC dengan jumlah penduduk 0-50 ribu jiwa yang memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 50 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh
dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu)
peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku.

26 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

b. BPC dengan jumlah penduduk 50-100 ribu jiwa yang memiliki jumlah
keanggotaan lebih dari 100 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua)
peserta utusan penuh dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya
mendapatkan 1 (satu) peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan
Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
c. BPC dengan jumlah penduduk >100 ribu jiwa yang memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 150 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh
dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu)
peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku.
5. Jumlah utusan peserta MUSDA dari Badan Pengurus Cabang ditetapkan melalui
mekanisme rapat Badan Pengurus lengkap BPD HIPMI dengan memperhatikan kriteria
diatas.
6. Badan Pengurus Cabang melalui mekanisme Rapat Badan Pengurus Lengkap menentukan
nama peserta utusan dan peninjau sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan pada
ayat 5.
b. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Daerah, serta Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dan anggota HIPMI
Cabang yang mendapat Mandat dari Badan Pengurus Cabang yang bersangkutan.
c. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Daerah.
9. Hak peserta Musyawarah Daerah:
a. Utusan memiliki hak suara, hak bicara, hak memilih dan dipilih.
b. Peninjau memiliki hak bicara dan hak dipilih.
c. Undangan memiliki hak bicara.
10. Musyawarah Daerah adalah sah bila memenuhi korum sebanyak ¾ (tiga per empat) dari BPC
yang berhak hadir. Jika korum ini tidak tercapai, maka upacara pembukaan Musyawarah
Daerah tetap dapat berlangsung menurut jadwal yang tercantum dalam surat undangan,
tetapi persidangan Musyawarah Daerah ditunda Paling lama 24 (dua puluh empat) jam.
Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka persidangan
Musyawarah Daerah dapat berlangsung, dan adalah sah tanpa perlu mengindahkan korum.
11. Jika jumlah Badan Pengurus Cabang ternyata kurang dari ½ (setengah) jumlah Kota/
Kabupaten yang ada di Daerah bersangkutan dan atau Fungsi Badan Pengurus Cabang di
Daerah bersangkutan hanya sebagai perwakilan Badan Pengurus Daerah, maka berlaku
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Sebagai Utusan adalah Anggota Biasa yang telah terdaftar sebagai anggota minimal 6
(enam) bulan di Daerah bersangkutan dan telah menyelesaikan kewajibannya sebagaimana
diatur dalam pasal 8 ayat 2 ART.
b. Sebagai Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga
Kelengkapan Organisasi Tingkat Daerah serta para Anggota Luar Biasa di Daerah/
Cabang bersangkutan.
c. Sebagai Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau, yang diundang
oleh Badan Pengurus Daerah yang bersangkutan.
12. Khusus Bagi BPD HIPMI DKI Jaya, Musda dihadiri oleh seluruh anggota BPD HIMI Jaya yang
masa keanggotaannya sudah enam bulan.
13. Ketua umum BPD HIPMI DKI Jaya dipilih langsung oleh anggota biasa BPD HIPMI Jaya.
14. Formatuer/Ketua Umum terpilih BPD HIPMI mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan hasil MUSDA kepada BPP selambatnya- lambatnya 15 (Lima belas) hari.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 27


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 14
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang sebagai Badan kekuasaan tertinggi organisasi tingkat Cabang


diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh dan atas tanggung jawab Badan Pengurus
Cabang selambat-lambatnya pada akhir masa baktinya.
2. Apabila 3 (tiga) bulan sesudah masa baktinya Badan Pengurus Cabang tidak diselenggarakan
Musyawarah Cabang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan maka Badan
Pengurus Cabang kehilangan hak dan wewenang untuk mengurus organisasi dan harus segera
diadakan Musyawarah Cabang Luar Biasa sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Rumah
Tangga.
3. Tempat penyelenggaraan Musyawarah Cabang ditetapkan dalam rapat Pengurus Lengkap
Badan Pengurus Cabang.
4. Prosedur dan tatalaksana penyelenggaraan musyawarah Cabang merupakan tugas dan
tanggung jawab Badan Pengurus Cabang, kecuali bila Badan Pengurus Cabang telah
kehilangan hak dan wewenang untuk mengurus organisasi sebagaimana disebut pada ayat 2
(dua) diatas, maka Badan Pengurus Daerah akan mengambil alih tugas dan tanggung jawab
tersebut.
5. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Badan Pengurus Cabang dan wajib dihadiri oleh
Badan Pengurus Daerah yang telah mendapatkan mandat sesuai mekanisme organisasi
6. Anggaran Biaya penyelenggaraan Musyawarah Cabang ditentukan dan ditanggung oleh
Badan Pengurus Cabang.
7. Musyawarah Cabang berwenang ;
a. Menetapkan program Umum Cabang dengan mengacu pada program Umum Daerah
yang disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan Cabang.
b. Menilai dan menetapkan Laporan Pertanggungjawaban Badan Pengurus Cabang selama
masa baktinya.
c. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Cabang beserta Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Cabang.
a. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang diperlukan.
8. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari:
a. Utusan adalah Para Anggota Biasa Badan Pengurus Cabang yang bersangkutan dan telah
terdaftar sebagai anggota minimal 6 (enam) bulan dan telah menyelesaikan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat 2 ART.
b. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Cabang, serta Anggota Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan.
c. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Cabang.
9. Hak Perserta Musyawarah:
a. Utusan memiliki hak suara, hak bicara, hak memilih dan dipilih.
b. Peninjau memiliki hak bicara dan hak dipilih.
c. Undangan memiliki hak bicara.
10. Musyawarah Cabang adalah sah bila memenuhi korum sebanyak ¾ (tiga per empat)
dari peserta yang berhak hadir. Jika korum ini tidak tercapai, maka upacara pembukaan
Musyawarah Cabang tetap dapat berlangsung menurut jadwal yang tercantum dalam surat
undangan, tetapi persidangan Musyawarah Cabang ditunda paling lama 24 (dua puluh
empat) jam. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka persidangan
Musyawarah Cabang dapat berlangsung, dan adalah sah tanpa perlu mengindahkan korum.

28 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

11. Khusus BPD HIPMI DKI Jaya, Ketua umum BPC dipilih dan diberhentikan oleh BPD HIPMI DKI
Jaya
12. Formatur/Ketua Umum terpilih harus mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan Hasil Muscab kepada BPD dan memberikan tembusan kepada BPP selambat
lambatnya 15 (lima belas) hari

Pasal 15
Musyawarah Nasional Luar Biasa

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Nasional diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Pengurus Pusat.
b. Jika Badan Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Musyawarah Nasional setelah
3 (tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Pengurus Pusat tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan (pasal 12 ayat 2).
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Pengurus Daerah dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Badan Pengurus Pusat
atau sebaliknya.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional dapat diberlakukan
untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-sama
Undangan menghadiri Musyawarah Nasional Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.

Pasal 16
Musyawarah Daerah Luar Biasa

1. Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Daerah diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Pengurus Daerah.
b. Jika Badan Pengurus Daerah tidak menyelenggarakan Musyawarah Daerah setelah 3
(tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Pengurus Daerah tersebut tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Pengurus Cabang bersama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Badan Pengurus
Daerah atau sebaliknya.
3. Jika ternyata jumlah Cabang kurang dari 50% (lima puluh persen) dari Kota/Kabupaten yang
ada di daerah yang bersangkutan, maka Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan
atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Biasa Daerah bersama dengan 2/3 (dua
per tiga) jumlah anggota Badan Pengurus Daerah.
4. Ketentuan pada ayat 2 (dua) pasal ini tidak berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa
yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan pasal 13 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga.
5. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Daerah dapat diberlakukan
untuk menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa.
6. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-sama
Undangan menghadiri Musyawarah Daerah Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 29


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 17
Musyawarah Cabang Luar Biasa

1. Musyawarah Cabang Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Cabang diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Pengurus Cabang.
b. Jika Badan Pengurus Cabang tidak menyelenggarakan Musyawarah Cabang setelah
3 (tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Pengurus Cabang tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
anggota biasa Cabang bersama-sama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Badan
Pengurus Cabang bersama-sama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Badan Pengurus
Cabang atau sebaliknya. Kecuali dalam hal penyelenggaraan Musyawarah Cabang Luar
Biasa seperti yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Cabang dapat diberlakukan
untuk menyelenggarakan Musyawarah Cabang Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undangan menghadiri Musyawarah Cabang Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan

Pasal 18
Musyawarah Nasional Khusus

1. Musyawarah Nasional Khusus diselenggarakan :


a. Untuk menyempurnakan dan menetapkan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah
Tangga.
b. Untuk membubarkan Organisasi.
2. Untuk melaksanakan pembubaran organisasi, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari seluruh Badan Pengurus Daerah yang ada.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional dapat diberlakukan
untuk Musyawarah Nasional Khusus.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undangan menghadiri Musyawarah Nasional Khusus paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum
tanggal penyelenggaraan.

Pasal 19
Badan Pengurus Pusat

1. Badan Pengurus Pusat merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Nasional yang
mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi.
2. Badan Pengurus Pusat berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Organisasi ke dalam Program Kerja
Badan Pengurus Pusat yang dibagi per tahun program.
c. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
d. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.

30 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Badan Pengurus Pusat berwenang untuk mensahkan Badan Pengurus Daerah yang merupakan
hasil dari Musyawarah Daerah.
4. Badan Pengurus Pusat berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
Daerah Luar Biasa di Daerah yang Badan Pengurus Daerahnya telah melampaui waktu 3 (tiga)
bulan sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
dan oleh karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Pengurus Pusat berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti pelaksanaannya,
menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran pengelolaan organisasi.
6. Badan Pengurus Pusat berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
7. Badan Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Nasional.

Pasal 20
Badan Pengurus Daerah

1. Badan Pengurus Daerah merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Daerah yang
mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi di Daerah bersangkutan.
2. Badan Pengurus Daerah berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program wajib (Rapat BPH, Rapat BPL, RAKERDA, dan DIKLATDA) serta
program umum daerah lainnya berdasarkan keputusan-keputusan Musyawarah Daerah.
c. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Daerah ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Daerah yang dibagi per tahun program.
d. Membuat laporan kerja secara tertulis setiap satu tahun sekali selama masa kepengurusan
kepada Badan Pengurus Pusat
e. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi
f. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan
3. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk mensahkan Badan Pengurus Cabang yang
merupakan hasil dari Musyawarah Cabang dan memberikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Badan Pengurus Pusat
4. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
Cabang Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan telah melampaui waktu 3 (tiga) bulan
sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
6. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
7. Badan Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Daerah.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 31


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 21
Badan Pengurus Cabang

1. Badan Pengurus Cabang dapat dibentuk pada setiap Kota/Kabupaten, dengan jumlah
anggota sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) orang
2. Pembentukan Badan Pengurus Cabang baru melalui Karetaker yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan musyawarah cabang yang pertama selambat-lambatnya enam bulan setelah
ditetapkan.
3. Badan Pengurus Cabang berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
a. Melaksanakan program wajib (Rapat BPH, Rapat BPL, RAKERCAB, DIKLATCAB dan
Rekrutmen Anggota) serta program umum cabang lainnya berdasarkan keputusan-
keputusan Musyawarah Cabang.
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Cabang ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Cabang yang dibagi per tahun program.
c. Membuat laporan kerja secara tertulis setiap satu tahun sekali selama masa kepengurusan
kepada Badan Pengurus Daerah dan memberikan tembusan kepada Badan Pengurus
Pusat
d. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
e. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
4. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
5. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
6. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Cabang.

Pasal 22
Fungsionaris Badan Pengurus

1. Fungsionaris Badan Pengurus Harian Pusat, terdiri atas:


a. Seorang Ketua umum
b. Seorang Wakil Ketua Umum (bila diperlukan)
c. 10 (sepuluh) orang Ketua
d. Seorang Sekretaris Jenderal
e. 6 (enam) Orang Wakil Sekretaris Jenderal
f. Seorang Bendahara umum
g. 5 (lima) Orang Wakil Bendahara Umum
h. Kompartemen, sesuai kebutuhan Ketua Umum
2. Fungsionaris Badan Pengurus Harian Daerah, terdiri atas:
a. Seorang Ketua umum
b. Seorang Wakil Ketua Umum (bila diperlukan)
c. 10 (sepuluh) orng Ketua
d. Seorang Sekretaris Umum

32 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

e. 6 (enam) Orang Wakil Sekretaris Umum


f. Seorang Bendahara umum
g. 5 (lima) Orang Wakil Bendahara Umum
h. Kompartemen, sesuai kebutuhan Ketua Umum.

2. Fungsionaris Badan Pengurus Harian Cabang, terdiri atas:


a. Seorang Ketua Umum
b. 10 (sepuluh) orang Ketua
c. Seorang Sekretaris
d. 6 (enam) Orang Wakil Sekretaris Umum
e. Seorang Bendahara umum
f. 5 (lima) Orang Wakil Bendahara Umum
g. Kompartemen, sesuai kebutuhan Ketua Umum.

3. Fungsionaris Badan Pengurus Lengkap Pusat terdiri dari Badan Pengurus Harian ditambah
Departemen yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 23
Persyaratan Anggota Badan Pengurus

1. Persyaratan umum bagi calon Pengurus adalah:


a. Anggota biasa aktif yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota yang masih berlaku.
b. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Setia kepada cita-cita usaha dan tujuan HIPMI.
d. Berpandangan luas, bersikap/bermoral baik dimasyarakat terutama masyarakat dunia
usaha.
e. Tidak berada dalam keadaan terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan
f. Berusia di bawah 41 (empat puluh satu) tahun.
g. Menyatakan kesediaan aktif dan bersedia mundur jika dinilai tidak aktif
2. Persyaratan khusus bagi calon fungsionaris Badan Pengurus Harian Pusat adalah anggota biasa
yang pernah atau sedang menjalani kepengurusan di BPP atau BPD sekurang-kurangnya satu
masa bakti penuh dan/atau pernah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan yang dilaksanakan oleh
BPP
3. Persyaratan khusus bagi calon fungsionaris Badan Pengurus Harian Daerah adalah anggota
biasa yang pernah atau sedang menjalani kepengurusan di BPD atau BPC sekurang-kurangnya
satu masa bakti penuh.
4. Persyaratan Khusus bagi calon Ketua Umum adalah:
a. Memenuhi persyaratan umum bagi calon pengurus
b. Untuk calon Ketua Umum Pusat pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan Pengurus
Pusat Harian, dan pernah atau sedang menjadi Ketua Umum di Badan Pengurus Daerah
sekurang-kurangnya memiliki masa keanggotaan 3 (tiga) tahun
c. Untuk calon Ketua Umum Badan Pengurus Daerah pernah atau sedang menjadi Fungsionaris
di Badan Pengurus Daerah Lengkap dan pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan
Pengurus Cabang Harian sekurang-kurangnya memiliki masa keanggotaan 3 (tiga) tahun
d. Untuk calon Ketua Umum Badan Pengurus Cabang pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di
Badan Pengurus Cabang Harian dan atau menjadi anggota biasa aktif sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan

ANGGARAN RUMAH TANGGA 33


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

e. Bersedia bertempat tinggal dimana Badan Pengurus berkedudukan


f. Mencalonkan diri sebagai Ketua Umum secara tertulis sekurang-kurangnya 60 (enam
puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Nasional dengan disertai 5 (lima)
rekomendasi dari BPD, 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan MUSDA dengan
disertai 2 (dua) rekomendasi dari BPC, dan 15 (lima belas) hari sebelum tanggal pelaksanaan
MUSCAB dengan disertai 10 (sepuluh) rekomendasi dari Anggota, yang ditetapkan oleh
masing-masing tingkatan (BPP, BPD, BPC).

Pasal 24
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum
Dan Pembentukan Badan Pengurus Pusat

1. Pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat dilaksanakan dengan asas LUBER (Langsung,
Umum, Bebas, dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil), yang berlangsung dalam 3 (tiga)
tahap:
a. Tahap Pendaftaran
b. Tahap Kampanye
c. Tahap Pemilihan
2. Tahap Pendaftaran:
a. Bakal calon Ketua Umum mencalonkan diri secara tertulis disertai dengan sekurang-
kurangnya 5 (lima) rekomendasi BPD.
b. Mendaftarkan diri pada Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Badan Pengurus Pusat,
selambat-lambatnya 1(satu) Bulan sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Nasional
yang telah ditetapkan dan ditembuskan kepada BPD-BPD HIPMI
3. Tahap Kampanye:
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap Kampanye
yang terdiri dari Kampanye Tertulis, Kampanye Lisan, Debat Antar Calon, dan Presentasi
Pokok-Pokok Pikiran yang (SC) Tim Nominasi dalam forum yang disediakan oleh Panitia
Pemilihan.
b. Tahap Kampanye berlangsung hingga saat penyelenggaraan Musyawarah Nasional.
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan calon Ketua Umum diadakan, setiap bakal calon diharuskan
memperkenalkan diri sekaligus menjabarkan Program Umum Nasional HIPMI yang telah
diputuskan oleh Musyawarah Nasional.
b. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah
Nasional.
c. Setiap utusan memilih satu bakal calon Ketua Umum / Ketua Formatur yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Calon Ketua Umum sebagaimana ditetapkan pasal 22 ayat (4)
Anggaran Rumah Tangga, di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia Pengarah
Musyawarah Nasional.
d. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh)
persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan sah
terpilh sebagai Ketua Umum BPP HIPMI.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 2 (dua) orang yang memperoleh suara terbanyak
dan berhak ikut dalam tahap pemilihan Ketua Umum.
f. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh)
persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan sah
terpilh sebagai Ketua Umum BPP HIPMI.

34 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

g. Sebelum pemilihan ketua umum diadakan, setiap calon diharuskan kembali menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi ketua umum dan melakukan tanya jawab dengan Peserta.
h. Pada saat pemilihan Ketua Umum, setiap utusan memilih 1(satu) di antara 2(dua) nama
calon Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak di atas kertas suara yang disediakan
oleh Panitia Pengarah Musyawarah Nasional.
i. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di tempat
yang sama.
j. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat
terpilih, dan sekaligus menjadi ketua formatur dan calon yang memiliki suara terbanyak
kedua menjadi mide formatur ditambah dengan Ketua Umum Demisioner.
k. Apabila Ketua Umum terpilih secara aklamasi, maka anggota mide formatur dipilih secara
mufakat atau melalui pemilihan suara. Ditambah ketua umum demisioner.
l. Ketua Umum terpilih yang sekaligus Ketua Formatur didampingi oleh 2 orang formatur
menyusun kepengurusan untuk masa bakti berikutnya.
m. Ketua Umum terpilih mempunyai hak prerogatif memilih Sekretaris jenderal dan Bendahara
Umum.

Pasal 25
Pemilihan Ketua Umum Dan
Pembentukan Badan Pengurus Daerah/Cabang

Tata cara dan prosedur pemilihan Ketua Umum dan pembentukan Badan Pengurus Daerah/
Cabang dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Anggaran Rumah Tangga

Pasal 26
Masa Bakti Badan Pengurus

1. Masa Bakti Badan Pengurus adalah 3 (tiga) tahun terhitung mulai disahkan oleh Musyawarah
Nasional/ Daerah/Cabang.
2. Seorang Fungsionaris Badan Pengurus Harian yang bukan Ketua Umum, setelah 1(satu) masa
bakti dapat dipilih kembali.
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, seorang Ketua Umum Badan Pengurus tidak dapat
mencalonkan diri dan dipilih kembali ditingkat yang sama.

Pasal 27
Dewan Kehormatan

1. Dewan Kehormatan merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi di tingkat Nasional/


Daerah/Cabang dan terutama terdiri dari Pendiri, para mantan Ketua Umum/Ketua dan
mantan Anggota Badan Pengurus HIPMI lainnya yang jelas jasanya dalam memajukan dan
mengembangkan HIPMI.
2. Dewan Kehormatan diangkat melalui Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang untuk masa
jabatan 3 (tiga) tahun mulai saat diputuskan dalam Musyawarah dan berakhir pada
Musyawarah berikutnya.
3. Dewan Kehormatan bertugas dan berwenang untuk memberi nasihat/saran dan gagasan di
bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi nasional, baik diminta maupun tidak, khususnya dalam rangka pengembangan
organisasi HIPMI.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 35


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 28
Dewan Pembina

1. Dewan Pembina merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi di tingkat Nasional/Daerah/


Cabang dan sebanyak-banyaknya terdiri dari 15 (lima belas) orang, yaitu seorang mantan
Ketua Umum sekaligus sebagai Ketua dan 14 (empat belas) orang mantan Fungsionaris Badan
Pengurus Harian yang baru menyelesaikan masa baktinya.
2. Dewan Pembina diangkat melalui Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang untuk masa bakti 3
(tiga) tahun mulai diputuskan dalam Musyawarah dan berakhir pada musyawarah berikutnya.
3. Dewan Pembina bertugas dan berwenang untuk memberikan pengarahan, saran, gagasan
serta nasihat baik diminta maupun tidak kepada Badan Pengurus minimal sekali dalam 6
(enam) bulan dalam forum resmi Badan Pengurus.
4. Dewan Pembina berwenang untuk mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah Nasional
Luar Biasa, bilamana Badan Pengurus Pusat telah melampaui waktu 4 (empat) bulan sesudah
masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.

Pasal 29
Komite Etik

1. Komite Etik merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi yang ada di tingkat Pusat.
2. Komite Etik terdiri dari :
Anggota Dewan Pembina dan Anggota Dewan Kehormatan yang ditunjuk oleh Badan
Pengurus Pusat melalui Rapat Badan Pengurus Harian sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
dengan memiliki Integritas, kapasitas dan kompetensi
3. Komite Etik berwewenang untuk mengawasi pelaksanaan Kode Etik Keanggotaan dengan
tugas sebagai berikut :
a. Mempelajari pengaduan tertulis dari Anggota HIPMI di semua tingkatan tentang
pelanggaran kode etik Anggota HIPMI serta mengadakan penelitian seperlunya.
b. Merekomendasikan hasil keputusan sanksi pelanggaran kode etik bagi yang bersangkutan
kepada Badan Pengurus Pusat berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
c. Keputusan berupa sanksi pelanggaran kode etik bagi anggota HIPMI diputuskan oleh
Badan Pengurus Pusat melalui Rapat Badan Pengurus Harian

Pasal 30
Badan Otonom

1. Badan Pengurus Pusat dapat membentuk Badan otonom, yang berfungsi sebagai sekretariat
permanen untuk menangani pelaksanaan program-program HIPMI dalam rangka melayani dan
mendorong perkembangan ekonomi dan bisnis Indonesia yang dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya baik bagi anggota HIPMI maupun masyarakat Indonesia lainnya.
2. Badan Otonom dilantik dan bertanggungjawab kepada Badan Pengurus sesuai bidang dan
tingkatan strukturalnya masing-masing

36 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB IV
PEMBAGIAN WEWENANG PENGURUS

Pasal 31
Tugas dan Kewajiban Fungsionaris Badan Pengurus Harian

1. Ketua Umum memimpin Badan Pengurus, secara umum mengkoordinir tugas dan kewajiban
seluruh anggota Badan Pengurus.
2. Ketua Umum bersama-sama Sekretaris Jenderal memimpin sidang-sidang Badan Pengurus
dan apabila berhalangan, wajib menunjuk salah seorang Ketua. Dalam hal Ketua juga
berhalangan maka salah seorang Ketua Kompartemen wajib menggantikannya
3. Apabila Ketua Umum berhalangan untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari, dapat diwakili
oleh salah seorang Ketua yang ditunjuk. Sedangkan apabila Ketua Umum karena satu dan lain
hal tidak dapat diteruskan sama sekali jabatannya sampai berakhir, maka Badan Pengurus
Harian dapat menetapkan dan mengangkat salah seorang Ketua sebagai pejabat Ketua
Umum dan diperkenankan memegang jabatan rangkap.
4. Jika lamanya sisa masa bakti kepengurusan yang lowong sebagai akibat dari hal yang disebut
pada ayat 3 di atas itu 1 ½ (satu setengah) tahun atau lebih, maka Ketua yang menjadi
Pejabat Ketua Umum tersebut dapat disebut Ketua Umum (definitif) dan masa jabatan yang
dipangkunya sampai akhir masa baktinya kepengurusan yang sedang berjalan itu dinilai 1
(satu) masa bakti atau 1 (satu) masa jabatan kepengurusan. Sedangkan kalau kurang dari
1 ½ (satu setengah) tahun, tidak dianggap sebagai 1 (satu) masa bakti dan pejabat yang
bersangkutan disebut sebagai Pejabat Ketua Umum.
5. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat melantik Badan Pengurus Daerah di daerahnya.
6. Ketua bertugas mengkoordinir kompartemen-kompartemen yang dibawahinya
7. Sekretaris Jenderal bertugas melaksanakan semua kebijakan ketetapan dan tugas
lainnya yang dilimpahkan oleh Badan Pengurus Harian, mengelola segala urusan administrasi,
manajemen, personalia, harta benda organisasi dan berbagai tugas lainnya.
8. Bendahara Umum bertanggung jawab atas pencarian sumber dana, pengelolaan dan
penguasaan kekayaan serta keuangan organisasi dan menyampaikan Neraca Tahunan yang
telah diperiksa Akuntan terdaftar kepada Badan Pengurus selambat-lambatnya pada tanggal
31 Maret setiap tahun.
9. Kompartemen bertugas mengkoordinir Departemen-departemen yang dibawahinya.

Pasal 32
Sekretariat

1. Badan Pengurus Pusat/Daerah/Cabang memiliki Kantor Sekretariat yang dikepalai atau


dipimpin oleh seorang DIrektur/Sekretaris Eksekutif yang bertugas mengelola segala urusan
administrasi, personalia, keuangan dan lain sebagainya serta tugas pelayanan kepada para
anggota dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Badan Pengurus.
2. Direktur/Sekretaris Ekskutif dengan dibantu oleh beberapa staf menurut kebutuhan,
bertanggung jawab atas kekayaan dan inventaris milik organisasi yang berada dalam
penguasaannya.
3. Direktur/Sekretaris Eksekutif diangkat dan diberhentikan oleh Badan Pengurus atas usul
Sekretaris Badan Pengurus dan adalah tenaga professional yang digaji serta bertanggung
jawab kepada Badan Pengurus Harian melalui Sekretaris Badan Pengurus.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 37


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB VI
RAPAT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 33
Rapat Kerja HIPMI

1. Rapat Kerja HIPMI terdiri dari:


a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di tingkat Pusat/Nasional
b. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) di tingkat Daerah
c. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) di tingkat Cabang
1. Rapat Kerja HIPMI diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Badan Pengurus Pusat/
Daerah/Cabang paling lambat 3 (tiga) bulan setelah MUNAS/MUSDA/MUSCAB
2. Rapat Kerja HIPMI diselenggarakan dengan tujuan untuk menetapkan program kerja selama
masa bakti kepengurusan, dan menetapkan keputusan-keputusan yang menunjang pelaksanaan
keputusan-keputusan Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang.
3. Rapat Kerja HIPMI dihadiri:
a. Di tingkat Pusat/Nasional, oleh Badan Pengurus Pusat, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan
dan para utusan Badan Pengurus Daerah sebagai peserta.
b. Di tingkat Daerah, oleh Badan Pengurus Daerah, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan dan
para utusan Badan Pengurus Cabang atau anggota sebagai peserta.
c. Di tingkat Cabang, oleh Badan Pengurus Cabang, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan
dan para anggota sebagai peserta.

Pasal 34
Sidang Dewan Pleno

1. Sidang Dewan Pleno merupakan proses pengambilan keputusan Organisasi yang ada di tingkat
Pusat.
2. Sidang Dewan Pleno dihadiri oleh Badan Pengurus Pusat, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan,
Badan Otonom dan Badan Pengurus Daerah sebagai peserta.
3. Sidang Dewan Pleno diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Badan Pengurus Pusat
sebanyak 2 (dua) kali dan dilaksanakan 1(satu) tahun sesudah RAKERNAS dan 6 (enam) bulan
sebelum MUNAS.
4. Sidang Dewan Pleno diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan program kerja, saling tukar menukar
informasi antara Pusat dan Daerah.

Pasal 35
Rapat Badan Pengurus

1. Rapat Badan Pengurus Lengkap diselenggarakan setiap 2 (dua) bulan sekali, sedangkan Rapat
Badan Pengurus Harian diselenggarakan sebulan sekali.
2. Rapat Badan Pengurus adalah sah bila dihadiri 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Badan
Pengurus.
3. Para Ketua dapat mengadakan rapat dengan kompartemen- kompartemen yang ada di bawah
koordinasinya.
4. Para Ketua Kompartemen/Departemen dapat mengadakan rapat di dalam lingkungannya
sendiri atau antar Kompartemen/Departemen setiap kali diperlukan

38 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 36
Keputusan Rapat

1. Keputusan rapat pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat.


2. Apabila keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak

BAB VII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 37
Keuangan

1. Badan Pengurus menetapkan besarnya uang pangkal, iuran, pungutan maupun sumbangan/
hibah.
2. Semua lalu lintas/mutasi keuangan harus dicatat disertai bukti-bukti sah menurut kaidah
peraturan yang lazim berlaku.
3. Tahun buku HIPMI adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
4. Pada setiap tanggal 1 Desember, oleh Bendahara dibuat Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Organisasi (RAPBO) tahunan yang disahkan oleh pengurus.
5. Untuk membantu keuangan Badan Pengurus Pusat, maka 10% (sepuluh persen) hasil iuran
anggota diserahkan ke Badan Pengurus Pusat. Sedangkan untuk membantu keuangan Badan
Pengurus Daerah, maka 30% (tiga puluh persen) hasil iuran anggota diserahkan kepada Badan
Pengurus Daerah.
6. Untuk memperkuat posisi keuangan organisasi, maka Badan Pengurus mengadakan usaha
tersendiri yang sah, halal dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga
7. Kepanitian yang di bentuk oleh Badan Pengurus Pusat/Daerah/Cabang wajib mengkoordinasikan
dan melaporkan pertanggungjawaban keuangan kepada Kebendaharaan

Pasal 38
Kekayaan

1. Badan Pengurus bertanggung jawab atas harta kekayaan organisasi baik yang bergerak
maupun yang tetap dari segi pemeliharaan dan cara penggunaannya.
2. Tata cara likuidasi atas kekayaan organisasi karena pembubaran ditetapkan oleh Musyawarah

BAB VIII
LAMBANG, BENDERA, HYMNE DAN MARS ORGANISASI

Pasal 39
Lambang

Bentuk, arti dan makna lambang HIPMI tertera pada lampiran ke-1 (kesatu) Anggaran Rumah
Tangga ini.

ANGGARAN RUMAH TANGGA 39


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 40
Bendera

1. Setiap tingkatan organisasi HIPMI memiliki bendera yang seragam bentuknya, sekaligus
menunjukkan identitas masing-masing. Ketentuan mengenai bendera tertera pada lampiran
ke-2 (kedua) Anggaran Rumah Tangga ini.
2. Pada acara-acara resmi organisasi, bendera HIPMI dari tingkat yang bersangkutan dipasang
di depan podium berdampingan dengan bendera Merah-Putih. Di belakang atau disampingnya
dikelilingi oleh bendera HIPMI dari organisasi yang tingkatannya langsung dibawahnya.

Pasal 41
Hymne dan Mars

1. Syair dan lagu Hymne dan Mars HIPMI tertera pada lampiran ke-3 (ketiga) Anggaran Rumah
Tangga ini.
2. Hymne dan Mars HIPMI dinyanyikan setelah lagu Kebangsaan Indonesia Raya pada acara-
acara resmi organisasi

BAB IX
PENUTUP

Pasal 42

Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, diatur oleh
Badan Pengurus Pusat dalam peraturan-peraturan organisasi yang tidak boleh bertentangan
dengan jiwa dan semangat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Pasal 43

1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan perubahan Anggaran Rumah Tangga yang disahkan
untuk pertama kali pada tanggal 10 Juni 1972 dan sesudahnya .
2. Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini mendapat pengesahan dalam Musyawarah Nasional
HIPMI, pada tanggal 19 Oktober 2011 serta dinyatakan berlaku sejak ditetapkan .

40 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 08 November 2015

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

1. ANGGAWIRA

2. UMAR A. LESSY

3. AHMI SEPTARI

4. SYAFA’AD PERDANA

5. ABDUL SALAM

6. ARI BILOWO

7. ARIANTO BURHAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA 41


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

42 ANGGARAN RUMAH TANGGA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

TATA LAKSANA KERJA

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

43
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

44 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

TATA LAKSANA KERJA


BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa tujuan organisasi Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia sebagai pimpinan tertinggi organisasi, hanya dapat diwujudkan
dengan usaha-usaha yang terencana dan terstruktur.
b. Bahwa salah satu perangkat oganisasi yang dapat digunakan untuk
menciptakan penyelenggaraan usaha-usaha yang terstruktur dan terencana
adalah melalui Tata Laksana Kerja
c. Tata Laksana Kerja Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan dinamika
perkembangan organisasi
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, maka dipandang perlu untuk menetapkan Tata Laksana Kerja
BPP HIPMI Masa Bakti 2015 – 2018.

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.

Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPH HIPMI tanggal
30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : TATA LAKSANA KERJA BADAN PENGURUS PUSAT HIMPUNAN PENGUSAHA


MUDA INDONESIA MASA BAKTI 2015 – 2018

BABI
UMUM

1. Pedoman Tata Laksana Kerja BPP HIPMI masa bakti 2015 – 2018 disusun berdasarkan :
a. Ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI hasil MUNAS XV
HIPMI tahun 2015
b. Pedoman Organisasi HIPMI masa bakti 2015 – 2018

2. Badan Pengurus Pusat (BPP) merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi tingkat Nasional yang
mewakili organisasi di dalam dan di luar serta bersifat kolektif. Oleh karena itu, tugas-tugas
Badan Pengurus Pusat dilaksanakan dengan semangat kolektif, kekeluargaan, kesinambungan
dan keterpaduan

TATA LAKSANA KERJA 45


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Tata Laksana Kerja bertujuan untuk membedakan tugas-tugas kepengurusan dalam rangka
mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal.

4. Azas – azas :
a. Kolektif artinya kebersamaan dalam mengambil kebijakan-kebijakan organisasi.
b. Kekeluargaan artinya pelaksanaan tugas kepengurusan dilakukan secara gotong-royong
dan dijiwai oleh semangat kesetiakawanan, kebersamaan dan kerjasama.
c. Kesinambungan artinya melanjutkan perencanaan dan pelaksanaan program-program
kerja kepengurusan sebelumnya sesuai rekomendasi Munas
d. Keterpaduan artinya seluruh kegiatan / program kerja BPP HIPMI dijalankan secara
terpadu.

B A B II
KEWAJIBAN-WEWENANG DAN HAK BPP HIPMI

1. Kewajiban BPP HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) Anggaran Rumah
Tangga HIPMI adalah :
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Organisasi ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Pusat yang dibagi pertahun program.
c. Melaksanakan keputusan – keputusan organisasi.
d. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.

2. Wewenang BPP HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dan (4) Anggaran
Rumah Tangga HIPMI adalah :
a. Mengesyahkan Badan Pengurus Daerah yang merupakan hasil dari Musyawarah Daerah
b. Turut serta mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah Daerah Luar Biasa di Daerah,
ketika Badan Pengurus Daerah telah melampaui waktu 3 (tiga ) bulan sesudah masa baktinya
berakhir dan oleh karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan
organisasi.

3. Hak BPP HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5); (6) dan (7) Anggaran
Rumah Tangga HIPMI adalah :
a. Menetapkan tata laksana program serta meneliti pelaksananaannya, menetapkan
Peraturan – Peraturan yang diperlukan guna kelancaran pengelolaan organisasi.
b. Menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan program kerja yang telah
ditetapkan maupun biaya – biaya lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan dan
usaha organisasi.
c. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Eksekutif beserta staf Sekretariat dan
menetapkan gaji serta syarat – syarat kerja.
d. Membentuk kepanitiaan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menunjang program
kerja

46 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

B A B III
SUSUNAN BADAN PENGURUS PUSAT (BPP) HIPMI

Badan Pengurus Pusat HIPMI adalah sebagai berikut :

1. Badan Pengurus Harian Pusat, yang terdiri dari :


a. Seorang Ketua Umum
b. Seorang Wakil Ketua Umum (bila diperlukan)
c. 10 (sepuluh) orang Ketua
d. Seorang Sekretaris Jenderal
e. 6 (enam) orang Wakil Sekretaris Jenderal
f. Seorang Bendahara Umum
g. 5 (lima) orang Wakil Bendahara Umum
h. 4 (Empat) orang Koordinator Wilayah Setingkat Kompartemen yang terdiri dari:

a. Koordinator Wilayah Sumatera Setingkat Kompartemen


a. Ketua Koordinator Wilayah Sumatera
b. Sekretaris Koordinator Wilayah Sumatera
c. 5 (Lima) orang Anggota Koordinator Wilayah Sumatera
b. Koordinator Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT Setingkat Kompartemen
a. Ketua Koordinator Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT
b. Sekretaris Koordinator Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT
c. 3 (tiga) orang Anggota Koordinator Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT
c. Koordinator Wilayah Kalimantan Setingkat Kompartemen
a. Ketua Koordinator Wilayah Kalimantan
b. Sekretaris Koordinator Wilayah Kalimantan
c. 3 (tiga) orang Anggota Koordinator Wilayah Kalimantan
d. Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua Setingkat Kompartemen
a. Ketua Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua
b. Sekretaris Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua
c. 3 (tiga) orang Anggota Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua
i. 43 (empat puluh tiga) orang Kompartemen yang terdiri dari:
1. Kompartemen Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan :
a. Komp. Organisasi dan Kaderisasi
b. Komp. Keanggotaan dan Database
c. Komp. Pemberdayaan Daerah dan Badan Otonom
d. Komp. Hubungan Antar Lembaga
e. Komp. Bina Wiayah Kalimantan
f. Komp. Bina Wilayah Sumatera
g. Komp. Bina wilayah Jawa, Bali, NTT dan NTB
h. Komp. Bina Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua

2. Kompartemen Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan


1. Komp. Kebijakan dan Regulasi Ekonomi
2. Komp. Lembaga Ekonomi Non Bank dan Keuangan Syariah
3. Komp. Perbankan dan Asuransi
4. Komp. Pasar Modal dan Asuransi

TATA LAKSANA KERJA 47


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Kompartemen Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN


a Komp. Perdagangan Luar Negeri
b Komp. Perdagangan Dalam Negeri
c Komp. Perindustrian dan BUMN
d Komp. Logistik dan Distribusi
e Komp. Kerjasama BUMN

4. Kompartemen Bidang Sumber Daya Alam, Energi, Mineral dan Lingkungan Hidup
a. Komp. Energi Sumber daya Mineral
b. Komp. Industri Pertambangan
c. Komp. Kehutanan dan Lingkungan Hidup
d. Komp. Agraria dan Tata Ruang


5. Kompartemen Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi
a. Komp. Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
b. Komp. Industri Kreatif Berbasis Media dan Design
c. Komp. Kesehatan
d. Komp. Telekomunikasi dan Teknologi Informasi

6. Kompartemen Bidang Infrastuktur, Perhubungan dan Properti


a. Komp. Penyedia Infrastruktur
b. Komp. Arsitektur dan Desain
c. Komp. Sipil
d. Komp. Perhubungan
e. Komp. Pengembangan Real Estate dan Properti

7. Kompartemen Bidang Agribisnis, Agroindustri dan Kemaritiman


a. Komp. Agribisnis
b. Komp. Agroindustri
c. Komp. Pengembangan Infrastruktur Kemaritiman
d. Komp. Perikanan dan Kelautan


8. Kompartemen Bidang Koperasi, UKM, dan Pengembangan Start-Up
a. Komp. Pembinaan Koperasi dan UKM
b. Komp. Riset dan Pengembangan Koperasi dan UKM
c. Komp. Pengembangan Start-Up

9. Kompartemen Bidang Hubungan Internasional dan Pariwisata


a. Komp.Kerjasama Ekonomi ASEAN
b. Komp. Kerjasama Ekonomi Asia dan Pasifik
c. Komp. Kerjasama Ekonomi Amerika
d. Komp. Kerjasama Ekonomi Eropa dan Afrika
e. Komp. Pariwisata

10. Kompartemen Bidang Tenaga Kerja, Pemuda, dan Olahraga


a. Komp. Pemuda, Tenaga Kerja dan Olahraga
b. Komp. Pelatihan Sertifikasi dan Profesi

48 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Badan Pengurus Lengkap Pusat, terdiri dari :


a. Badan Pengurus Harian Pusat ditambah
b. 41 (empat puluh satu) orang Departemen yang terdiri dari :

1) Departemen Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan:
a. Dept. Organisasi dan Kaderisasi
b. Dept. Keanggotaan dan Database
c. Dept. Pemberdayaan Daerah dan Badan Otonom
d. Dept. Hubungan Antar Lembaga

2) Departemen Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan


a. Dept. Kebijakan dan Regulasi Ekonomi
b. Dept. Lembaga Keuangan Non Bank dan Ekonomi Syariah
c. Dept. Perbankan dan asuransi
d. Dept. Pasar Modal dan Investasi

3) Departemen Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN


a. Dept. Perdagangan Luar Negeri
b. Dept. Perdagangan Dalam Negeri
c. Dept. Perindustrian
d. Dept.. Logistik, Distribusi
e. Dept. Kerjasama BUMN

4) Departemen Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan Lingkungan Hidup
a. Dept. Energi Sumber daya Mineral
b. Dept. Industri Pertambangan
c. Dept. Kehutanan dan Lingkungan Hidup
d. Dept. Agraria dan Tata Ruang

5) Departemen Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi


a. Dept. Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
b. Dept. Ekonomi Berbasis media dan Design
c. Dept. Kesehatan
d. Dept. Telekomunikasi dan Teknologi Informasi

6) Departemen Bidang Infrastuktur, Perhubungan dan Properti


a. Dept. Infrastruktur
b. Dept. Arsitektur dan Desain
c. Dept. Sipil
d. Dept. Perhubungan
e. Dept. Real Estate dan Properti

7) Departemen Bidang Agribisnis, Agroindustri dan Kemaritiman


a. Dept. Agribisnis
b. Dept. Agroindustri
c. Dept. Pengembangan Infrastruktur Kemaritiman
d. Dept. Perikanan dan Kelautan

TATA LAKSANA KERJA 49


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

8) Departemen Bidang Koperasi, UKM, dan Tenaga Kerja


a. Dept. Pembinaan Koperasi dan UKM
b. Dept. Riset dan Pengembangan Koperasi
c. Dept. Riset dan Pengembangan UKM
d. Dept. Riset Start-Up
e. Dept. Pengembangan Start-Up

9) Departemen Bidang Hubungan Internasional dan Pariwisata


a. Dept.Kerjasama Ekonomi ASEAN
b. Dept. Kerjasama Ekonomi Asia dan Pasifik
c. Dept. Kerjasama Ekonomi Amerika
d. Dept. Kerjasama Ekonomi Eropa dan Afrika
e. Dept. Pariwisata

10) Departemen Pemuda, Olahraga dan HIPMI PT


a. Dept. Pemuda dan Olahraga
b. Dept. Pengelolaan Tenaga Kerja
c. Dept. Pelatihan Sertifikasi dan Profesi

Susunan dan jumlah Kompartemen Badan Pengurus Harian Pusat dan Departemen Badan Pengurus
Lengkap Pusat dapat diubah atau diganti seusai dengan kebutuhan berdasarkan Pergantian Antar
Waktu atau Ressufle yang ditetapkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dalam suatu Surat
Keputusan Organisasi.

B A B IV
PEMBAGIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

1. Ketua Umum
a. Penanggung jawab dan pimpinan tertinggi organisasi sebagaimana diatur dalam AD/
ART dan kebijakan yang digariskan oleh BPP HIPMI
b. Bersama Sekretaris Jenderal, mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan tugas-
tugas Intern dan Ekstern organisasi yang bersifat umum pada tingkat Nasional maupun
Internasional
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman tata Laksana Kerja ini
d. Bersama – sama Badan Pengurus Harian, menetapkan strategi, arah dan sasaran
serta kebijakan organisasi dengan berpedoman pada AD/ART HIPMI dan Keputusan –
Keputusan MUNAS XV HIPMI tahun 2015
e. Bersama Sekretaris Jenderal, menandatangani surat – surat ektern, surat keputusan dan
surat rekomendasi, terutama yang bersifat untuk dan atas nama organisasi
f. Bersama Sekretaris Jenderal memberikan mandat atau tugas kepada fungsionaris untuk
mewakili BPP HIPMI dalam acara – acara / kegiatan untuk dan atas nama BPP HIPMI
termasuk dalam kemitraan usaha
g. Dalam hal – hal yang mendesak, Ketua Umum bersama fungsionaris Badan Pengurus
Harian Pusat dapat mengambil Keputusan untuk kemudian mempertanggungjawabkan
kepada Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat.
h. Bertanggungjawab kepada MUNAS.

50 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Wakil Ketua Umum


a. Menggantikan fungsi Ketua Umum pada saat ketua berhalangan dalam suatu kepentingan
baik Intern dan Ekstern Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.
b. Mengetahui dan Membantu jalannya program kerja dari masing-masing Kompartemen
dan Departemen.
c. Melakukan koordinasi dengan pengurus harian yang lain dalam mengontrol kinerja setiap
pengurus dan departemen.
d. Berkoordinasi bersama Ketua dan Sekretaris Jenderal serta berbagi tugas untuk
menghadiri berbagai kegiatan Ekstern baik Nasional maupun Internasional.
e. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum

3. Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini
d. Memonitor pelaksanaan tertib organisasi di Pusat maupun di Daerah dan melaporkan
tingkat pelaksanaannya kepada Rapat Badan Pengurus setiap kali diadakan
e. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
f. Mengawasi dan melaksanakan aktivitas organisasi sesuai ketentuan yang mengatur
kegiatan organisasi antara lain ; Sidang Dewan Pleno, RAKERNAS, MUNASSUS, MUNAS
dan DIKLATNAS termasuk di dalamnya menyiapkan materi untuk kegiatan tersebut
g. Mengawasi dan melakukan koordinasi untuk persiapan dan pelaksanaan kegiatan
organisasi antara lain ; MUSDA, RAKERDA, RAKORWIL dan DIKLATDA
h. Melakukan evaluasi keanggotaan HIPMI melalui Registrasi dan her-registrasi anggota
i. Melakukan pendidikan kaderisasi kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas SDM
anggota HIPMI, serta melakukan penilaian terhadap anggota maupun BPD – BPD yang
berprestasi untuk mendapatkan “ HIPMI AWARD “ sekali dalam setahun
j. Mewakili organisasi dalam pelaksanaan kegiatan organisasi – organisasi kemasyarakatan
atau organisasi lainnya, atas petunjuk Ketua Umum
k. Mengkoordinir hubungan dengan Daerah dan para senior HIPMI
l. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di Bidang Organisasi,
Kaderisasi dan Keanggotaan terutama yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen
– kompartemen dan Departemen – departemen yang dibawahi serta melaporkan hak
tersebut kepada Rapat Pengurus Lengkap Pusat
m. Melakukan perumusan, pengkajian dan pembuatan draft Peraturan Organisasi, Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis organisasi baik yang berasal dari Bidang Organisasi,
Kaderisasi dan Keanggotaan dan/atau draft yang diusulkan dari bidang lain untuk
kemudian dibahas dan disetujui di dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
n. Melakukan pengkajian hukum strategis serta memberikan masukan-masukan atau
rekomendasi- rekomendasi hukum terkait bidang ekonomi dan komersial serta Good
Corporate Governance kepada Ketua Umum
o. Menjalankan fungsi sebagai pusat informasi organisasi dan menjalin hubungan dengan
media
p. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

TATA LAKSANA KERJA 51


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

4. Ketua Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Membuka akses permodalan dengan suku bunga yang rendah bagi seluruh anggota HIPMI
f. Merencanakan dan menyiapkan pengembangan lembaga pendanaan di luar perbankan
dalam menanggulangi kesulitan permodalan usaha anggota ( HIPMI Fund )
g. Secara rutin melaksanakan kajian terhadap perkembangan kebijakan nasional yang
berkaitan dengan dunia Perbankan, Investasi, dan Pasar Modal
h. Meningkatkan pemahaman anggota HIPMI tentang pasar modal
i. Membuka jaringan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar
modal, dunia perbankan, dan investasi .
j. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidang Perbankan,
Pasar Modal, dan investasi, terutama yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen-
kompartemen dan Departemen-departemen yang dibawahi serta melaporkan hak
tersebut kepada Rapat Pengurus Lengkap Pusat.
k. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

5. Ketua Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan dan melaksanakan upaya restrukturisasi di sektor perdagangan, terutama
dalam menghadapi perdagangan bebas
f. Menyiapkan data base informasi usaha, untuk mendukung pengembangan usaha anggota.
g. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha di sektor Transportasi
dan logistik
h. Merencanakan dan melaksanakan pembangunan “ jaringan usaha “ yang melibatkan
anggota di Pusat dan Daerah.
i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan /
Program kerja di bidangnya terutama yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen
– kompartemen dan Departemen – departemen yang dibawahi serta melaporkan hak
tersebut kepada Rapat Pengurus Lengkap Pusat.
j. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

52 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

6. Ketua Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan Lingkungan Hidup

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Mensosialisasikan peluang usaha di sektor pertambangan umum, migas dan sumber daya
alam terutama yang ada di daerah – daerah kepada anggota..
f. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor energi
g. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
h. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

7. Ketua Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor Ekonomi Kreatif.
f. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha Industri Kreatif.
g. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan dalam bidang Kesehatan.
h. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor Telekomunikasi.
i. Merencanakan dan melaksanakan upaya dalam kerangka pengembangan Kerjasama di
sektor media massa.
j. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
k. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

TATA LAKSANA KERJA 53


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

8. Ketua Bidang Infrastruktur, Perhubungan dan Properti

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk membangkitkan usaha di sektor konstruksi,
rancang bangun dan real estate terutama di kalangan anggota.
f. Berperan aktif dalam program-program pemerintah terkait dengan pengadaan
infrastruktur dan property
g. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
h. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

9. Ketua Bidang Agribisnis, Agroindustri dan Kemaritiman

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor Agribisnis dan Kelautan.
f. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha di sektor pertanian,
perikanan dan peternakan
g. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha budidaya kelautan
dan harta karun.
h. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
i. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

54 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

10. Ketua Bidang Koperasi, UKM, dan Pengembangan Start-Up

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk pembinaan dan pengembangan usaha
kepada UKM, Koperasi dan Pengembangan Start-Up khususnya di lingkungan HIPMI.
f. Melakukan upaya perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota
g. Melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi kelembagaan yang bergerak dalam
mendorong gerakan kewirausahaan nasional
h. Berperan serta secara aktiv dalam penciptaan wirausaha di Indonesia
i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
j. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

11. Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Pariwisata

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan pengembangan kerjasama antara lembaga-lembaga baik yang ada di
dalam maupun luar negeri.
f. Melaksanakan hubungan Pemerintah dan kelembagaan lainnya.
g. Melakukan dan melaksanakan Hubungan Luar Negeri, termasuk di dalamnya pelaksanaan
aktivitas Junior Chamber International.
h. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan Kerjasama kelembagaan
dan Etika bisnis.
i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
j. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

TATA LAKSANA KERJA 55


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

11. Sekretaris Jenderal

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama Ketua Umum menandatangani surat surat penting organisasi ke luar dan ke
dalam.
e. Melaksanakan koordinasi atas pelaksanaan program yang dilakukan oleh para Ketua
atas petunjuk Ketua Umum.
f. Melakukan pengawasan atas kinerja para Ketua dengan jajaran di bawahnya dalam
pelaksanaan Kegiatan / Program Kerja.
g. Mengkoordinir kegiatan kelembagaan dalam BPP HIPMI.
h. Membina jalinan kerja dan koordinasi antara Sekretariat dengan fungsionaris BPP HIPMI.
i. Menyiapkan dukungan naskah / bahan – bahan dan sambutan yang diperlukan oleh
Ketua Umum dalam setiap aktivitas baik untuk keperluan eksternal maupun internal.
j. Mengkoordinir pelayanan informasi organisasi melalui penerbitan internal, kegiatan
kehumasan organisasi, serta operasionalisasi HIPMI-net.
k. Mengupayakan pengelolaan Sekretariat BPP HIPMI se-profesional mungkin
l. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.

12. Wakil Sekretaris Jenderal

a. Melaksanakan tugas Sekretaris Jenderal atas dasar penunjukkan tertulis apabila Sekretaris
Jenderal berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Sekretaris Jenderal dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin Rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Membantu kelancaran tugas-tugas Ketua Bidang dalam pelaksanaan Kegiatan / Program
Kerja , atas dasar penunjukkan tertulis dan membuat statistik kehadiran BPL/ BPH
dalam setiap rapat-rapat BPP.
e. Mengadakan pengawasan dan bimbingan kepada Staf Sekretariat guna peningkatan
pelayanan kepada Fungsionaris Badan Pengurus Pusat. (Manajemen Kesekretariatan)
f. Melaksanakan pembinaan terhadap Badan Pengurus Daerah yang ditentukan.
g. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Sekretaris Jenderal.

13. Bendahara Umum

a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama Ketua Umum menandatangani surat – surat penting dan surat – surat berharga
yang berkaitan dengan kebendaharaan organisasi.
e. Melaksanakan pengawasan terhadap aktivitas jalannya administrasi keuangan organisasi,
serta pengawasan pengadaan dana dan sarana kesekretariatan.
f. Mengkoordinir usaha – usaha untuk mendapatkan dana organisasi sepanjang tidak
bertentangan dengan AD / ART HIPMI

56 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

g. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan Organisasi untuk disyahkan
oleh Badan Pengurus, serta menginventarisir dan membuat laporan keuangan organisasi
untuk dilaporkan kepada Rapat Pengurus setiap kali diadakan.
h. Membuat laporan keuangan yang telah di audit oleh independent auditor setiap 3 bulan
sekali.
i. Bersama Ketua Umum dan / atau Sekretaris Jenderal, menandatangani Cek dan Giro
Bilyet atas nama BPP HIPMI.
j. Bertanggungjawab langsung kepada Ketua Umum.

14. Wakil Bendahara Umum

a. Melaksanakan tugas Bendahara Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Bendahara
Umum berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Bendahara Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Bendahara Umum .
Membantu kelancaran tugas-tugas Ketua Bidang dalam pelaksanaan Kegiatan / Program
Kerja, setelah mendapat persetujuan dari Bendahara Umum.

16. Kompartemen ( secara umum )

a. Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja Departemen di bawah koordinasi


Kompartemennya masing – masing.
b. Mendukung dan memonitor pelaksanaan Program Kerja Departemen di bawah Koordinasi
kompartemennya masing – masing
c. Mendukung koordinasi dan kerjasama dengan instansi / lembaga terkait serta pihak –
pihak lain di luar HIPMI yang dapat mendukung suksesnya Program Kerja setelah mendapat
persetujuan Ketua Umum
d. Mengkoordinir pelaporan dan pertanggungjawaban serta mengevaluasi pelaksanaan
Program Kerja di bidangnya masing – masing kepada Ketua Umum melalui Ketua yang
membawahi Kompartemen yang bersangkutan.

17. Departemen ( secara umum )

a. Menyusun Rencana Program Kerja di bidangnya masing – masing untuk disyahkan oleh
Badan Pengurus Lengkap Pusat.
b. Melaksanakan program kerja di bidangnya masing – masing dan melakukan koordinasi
serta kerjasama dengan Ketua Departemen lainnya.
c. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi / lembaga terkait serta pihak – pihak
lain di luar HIPMI yang dapat mendukung suksesnya Program Kerja setelah mendapatkan
persetujuan Ketua Umum.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan serta mengevaluasi pelaksanaan program
kerja di bidangnya masing – masing kepada Badan Pengurus Lengkap Pusat.
e. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Ketua Kompartemennya masing – masing.

TATA LAKSANA KERJA 57


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BABV
JENIS RAPAT– RAPAT DAN WEWENANGNYA.

Setiap keputusan Badan Pengurus Pusat dilakukan secara organisatoris yaitu musyawarah untuk
mufakat, karena itu setiap fungsionaris wajib menjunjung tinggi dan melaksanakannya dengan niat
luhur dan penuh tanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan prinsip
tersebut, maka pengambilan keputusan dilaksanakan dalam rapat – rapat Badan Pengurus Pusat
(BPP) HIPMI yang terdiri dari :

1. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)


2. Rapat Badan Pengurus Harian (RBPH)
3. Rapat Badan Pengurus Lengkap (RBPL)
4. Rapat Koordinasi Bidang (RAKORBID)

1. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

a. Peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) adalah :


a.1. Ketua Umum
a.2. Para Wakil Ketua Umum (bila diperlukan)
a.3. Para Ketua Bidang
a.4. Sekretaris Jenderal
a.5. Para Wakil Sekretaris Jenderal
a.6. Bendahara Umum
a.7. Para Wakil Bendahara Umum
a.8. Para Ketua Koordinator Wilayah
a.9. Para Kompartemen
a.10. Para Departemen
a.12. Para Ketua dan anggota Badan Otonom
a.13. Para Dewan Pembina
a.14. Para Dewan Kehormatan
a.15. Para Ketua - ketua BPD

b. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dilaksanakan oleh dan atas tanggung jawab Badan
Pengurus Pusat pada 3 (tiga) bulan setelah pelantikan dan orientasi pengurus

c. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) berwenang :


c.1. Menyusun jadwal aktivitas atau rencana
kegiatan/pelaksanaan program kerja BPP HIPMI
c.2. Menyusun rencana anggaran penerimaan dan
pengeluaran seluruh kegiatan kegiatan/pelaksanaan program kerja BPP HIPMI
Kewenangan tersebut didasarkan pada hasil rekomendasi dan program kerja nasional
dalam Musyawarah Nasional.

58 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Rapat Badan Pengurus Harian Pusat (RBPH)

d. Peserta Rapat Badan Pengurus Harian (RBPH) adalah :


a.1. Ketua Umum
a.2. Para Ketua Bidang
a.3. Sekretaris Jenderal
a.4. Para Wakil Sekretaris Jenderal
a.5. Bendahara Umum
a.6. Para Wakil Bendahara Umum
a.7. Para Ketua Koordinator Wilayah
a.8. Para Kompartemen
e. Rapat Badan Pengurus Harian (RBPH) dilaksanakan sekurang – kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 ( satu ) bulan
f. Rapat Badan Pengurus Harian (RBPH) berwenang :
c.1. Mengadakan evaluasi terhadap seluruh
kegiatan/pelaksanaan program kerja BPP HIPMI
c.2. Mengadakan penilaian dan persetujuan terhadap Rencana Kegiatan/Program
Kerja yang diusulkan oleh Para Ketua Bidang.
c.3. Merumuskan dan membahas Rancangan Peraturan Organisasi
c.4. Menyusun kebijakan, mendengarkan informasi, mengevaluasi dan mengambil
keputusan tentang perkembangan dari berbagai aspek organisasi baik internal
maupun eksternal
c.5. Memutuskan Kegiatan/Program Kerja yang bersifat strategis dan mendesak untuk
dilaksanakan oleh BPP HIPMI.

3. Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat (BPL)

a. Peserta Rapat Badan Pengurus Lengkap (RBPL) adalah:


a.1. Ketua Umum
a.2. Para Ketua Bidang
a.3. Sekretaris Jenderal
a.4. Para Wakil Sekretaris Jenderal
a.5. Bendahara Umum
a.6. Para Wakil Bendahara Umum
a.7. Para Ketua Koordinator Wilayah
a.8. Para Kompartemen
a.9. Para Departemen.
b. Rapat Badan Pengurus Lengkap (RBPL) dilaksanakan sekurang – kurangnya 1 (satu) kali
dalam 2 (dua) bulan
c. Rapat Badan Pengurus Lengkap (RBPL) berwenang :
c.1. Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang diambil atau ditetapkan dalam
RBPH dan untuk kemudian mengambil dan mempertimbangkan keputusan selanjutnya
c.2. Menetapkan Program Kerja BPP HIPMI yang telah disetujui di dalam RBPH.
c.3. Menetapkan Pedoman Organisasi (PO) HIPMI beserta seluruh Revisi dan Perubahannya
yang telah disetujui melalui Rapat Badan Pengurus Harian (RBPH).
c.4. Mendengarkan laporan dari seluruh fungsionaris BPP dan para ketua badan otonom
c.5. Melaksanakan hal–hal yang menjadi wewenang Rapat Badan Pengurus Harian (RBPH).

TATA LAKSANA KERJA 59


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

4. Rapat Koordinasi Bidang (RAKORBID)

a. Peserta Rapat Koordinasi Bidang (RAKORBID) adalah :


a.1. Ketua Bidang
a.2. Para Kompartemen
a.3. Para Departemen
b. Rapat Koordinasi Bidang dilaksanakan sesuai kebutuhan serta dapat melakukan RAKORBID
diperluas dengan
melibatkan para Ketua Bidang BPD HIPMI seluruh Indonesia.
c. Rapat Koordinasi Bidang berwenang :
c.1. Mengontrol dan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan/program
kerja Departemen-Departemen yang berada di bawah koordinasi Kompartemen –
kompartemen yang dibawahinya.
c.2. Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan kegiatan /program kerja dari setiap
bidang yang mengalami perubahan baik dalam segi teknis maupun waktu.
c.3. Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggarakan kegiatan/program kerja
berikutnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan dalam rapat badan pengurus
harian.
d. Rapat Koordinasi Bidang dapat melibatkan Bidang-Bidang lain sesuai dengan pembahasan
program Kerja dan kegiatan yang terkait.

4. a. Untuk hal-hal yang dianggap strategis dan mendesak, Ketua Umum BPP HIPMI dapat
mengadakan Rapat Konsultatif BPH Terbatas yang dihadiri oleh:
1. Ketua Umum
2. Para Ketua Bidang
3. Sekretaris Jenderal
4. Para Wakil Sekretaris Jenderal
5. Bendahara Umum
6. Para Wakil Bendahara Umum
7. Para Ketua Koordinator Wilayah
8. Para Ketua Badan Otonom
b. Rapat Badan Pengurus Harian Terbatas (RBPHT)
bersifat konsultatif dan berwenang membahas koordinasi dan Evaluasi Kegiatan BPP HIPMI
yang sangat mendesak untuk dilaksanakan.

B A B VI
PROSEDUR KERJA

1. Semua permasalahan atau kebijakan (Policy) yang perlu dipecahkan oleh Badan Pengurus
Harian (BPH) Pusat HIPMI dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Ketua umum, sedangkan
permasalahan-permasalahan teknis pelaksanaannya dikomunikasikan dengan Sekretaris
Jenderal.
2. Setiap rapat diusahakan membahas inventarisasi program kerja/ permasalahan yang
dilengkapi dengan bahan-bahan/ konsep yang telah disiapkan oleh masing-masing Ketua
yang membidangi atau Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal yang ditugaskan.

60 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Dalam hal BPP HIPMI melaksanakan kegiatan atau sejenisnya, maka Badan Pengurus Harian
(BPH) melalui Ketua Umum menunjuk Penanggung Jawab/Ketua Panitia yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan kegiatan dimaksud.
4. Paling lambat 14 (Empat belas) hari setelah kegiatan atau sejenisnya selesai Ketua Panitia/
Penanggung Jawab Kegiatan harus sudah memberikan laporan secara tertulis kepada BPH.
5. Laporan tertulis dilengkapi dengan pertanggung jawaban keuangan kegiatan ditujukan
kepada Ketua Umum melalui Sekretaris Jenderal.
6. Pertanggung jawaban keuangan kegiatan tersebut, oleh Sekretaris Jenderal diteruskan kepada
Bendahara Umum setelah melalui kearsipan Sekretaris Jenderal.

B A B VII
PROSEDUR SURAT MENYURAT

1. Surat – surat yang bersifat dinas, baik surat masuk maupun keluar untuk masing – masing
fungsionaris BPP HIPMI maupun untuk BPP HIPMI secara kolektif, harus dicatat oleh Staf
Sekretariat, setelah berkoordinasi dengan Sekretaris Jenderal.
2. Surat masuk yang telah diterima dan dicatat, diberi lembar disposisi dan dilaporkan kepada
Sekretaris Jenderal, kemudian didisposisikan dan diteruskan kepada Ketua Umum atau
Fungsionaris lainnya untuk mendapatkan disposisi lebih lanjut atau dilaksanakan
3. Surat – surat keluar pada prinsipnya ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal, terutama yang bersifat keluar dan pernyataan sikap untuk dan atas nama
organisasi, setelah mendapat paraf dari Ketua dan Wakil Sekretaris Jenderal yang terkait
dengan perihal surat / permasalahan yang ditanggapi
4. Surat keluar yang menyangkut pelaksanaan kegiatan / program kerja, dapat ditandatangani
oleh salah seorang Ketua bersama Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal, yang
bersangkutan dengan Kegiatan / Program Kerja tersebut, yang tembusan surat ditujukan
kepada Ketua Umum.
5. Surat yang bersifat teknis administratif dan rutin semata, dapat ditandatangani Sekretaris
Jenderal dengan tembusan kepada Ketua Umum BPP HIPMI

B A B VIII
KEUANGAN

a. Anggaran Keuangan terdiri dari :


a. Anggaran Rutin Sekretariat
b. Anggaran Operasional
c. Anggaran Insidental
b. Anggaran Rutin adalah anggaran HIPMI untuk pembiayaan rutin Sekretariat dan gaji pegawai
BPP HIPMI.
c. Anggaran Operasional adalah anggaran untuk membiayai pelaksanaan Kegiatan / Program
Kerja BPP HIPMI.
d. Anggaran Insidental adalah anggaran yang sewaktu – waktu dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran yang tidak dapat diduga sebelumnya.

TATA LAKSANA KERJA 61


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

e. Bendahara Umum dapat mencairkan anggaran setelah disetujui oleh Ketua Umum dan / atau
Sekretaris Jenderal setelah mendapat persetujuan Ketua Umum antara lain:
5.1. Anggaran Rutin Sekretariat
5.2. Anggaran Operasional
5.3. Anggaran Insidental
5.4. Untuk anggaran bantuan/ sumbangan kepada pihak lain
f. Setiap 3 ( tiga ) bulan sekali, Bendahara Umum membuat laporan Keuangan untuk disampaikan
kepada BPP HIPMI.
g. Bersama Ketua Umum dan / atau Sekretaris Jenderal dan atau Bendahara Umum
menandatangani Cek ataupun Bilyet Giro BPP HIPMI.
h. Hal – hal yang lebih terperinci tentang keuangan akan ditetapkan tersendiri oleh Bendahara
Umum.

B A B IX
PENGGANTIAN FUNGSIONARIS BPP HIPMI

1) Fungsionaris BPP HIPMI dapat diberhentikan dan diganti dengan alasan sebagai berikut:
a. Karena satu dan lain hal tidak dapat meneruskan jabatannya
b. Tidak dapat menghadiri serta aktif dalam kegiatan organisasi baik internal maupun
eksternal
c. Mencemarkan nama baik organisasi
d. Tidak menghadiri 3 (Tiga) kali berturut-turut BPH dan BPL tanpa adanya pemberitahuan
atau alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
2) Pelaksanaan pemberhentian dan penggantian / pengangkatan fungsionaris BPP HIPMI diatur
dalam Peraturan Organisasi tentang penggantian antar waktu dan pengisian jabatan lowong.

BABX
SEKRETARIAT JENDERAL

a. Sekretariat Jenderal adalah lembaga di bawah pengawasan pengendalian Sekretaris Jenderal,


selaku BPH HIPMI yang terdiri dari seorang Sekretaris Eksekutif dan dibantu beberapa orang
staf, sesuai dengan kebutuhan.
b. Sekretariat Jenderal bertanggungjawab atas:
a. Kelancaran serta ketertiban kerja staf sekretariat
b. Semua surat – surat, baik ke luar maupun ke dalam.
c. Penyusunan sistem filling dan dokumentasi.
d. Peralatan kantor yang terdapat di sekretariat dan inventaris BPP HIPMI.
e. Penggunaan anggaran yang merupakan biaya rutin Sekretariat.
f. Mengatur persiapan dan mengikuti setiap rapat yang diadakan oleh Pengurus serta
membuat risalahnya untuk disampaikan kepada Pengurus setelah ditandatangani oleh
Pimpinan Rapat.
g. Membantu Badan Pengurus dan anggota dalam pengurusan perizinan usaha.
h. Bertanggungjawab kepada BPP HIPMI melalui Sekretaris Jenderal.

62 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 9
PENUTUP

Hal – hal lain yang belum diatur dalam Pedoman Tata laksana Kerja ini akan diatur kemudian dalam
keputusan Rapat Badan Pengurus Harian.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

TATA LAKSANA KERJA 63


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

64 TATA LAKSANA KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

TATA LAKSANA
PEDOMAN PENYUSUNAN
PERATURAN ORGANISASI

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

65
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

66 TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

TATA LAKSANA
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa organisasi dapat berjalan sesuai fungsinya secara efektif, ditentukan
oleh penerapan peraturan – peraturan organisasi yang mengedepankan
ketentuan – ketentuan yang tercantum di dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

b. Bahwa pedoman pembentukan peraturan organisasi perlu disusun agar


menjadi dasar dan acuan dalam membentuk peraturan organisasi

c. Bahwa untuk keabsahan Tata Laksana tentang Pedoman Penyusunan


Peraturan Organisasi, maka dipandang perlu Tata Laksana tersebut segera
disahkan

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Menetapkan
: 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : TATA LAKSANA HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA TENTANG


PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Tata Laksana ini yang di maksud dengan:

1. Pedoman Pembentukan Peraturan Organisasi adalah acuan dalam pembentukan Peraturan


Organisasi yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, dan pengesahan.
2. Peraturan Organisasi adalah peraturan tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan di luar
Anggaran Rumah Tangga yang tidak bertentangan dan yang mengikat anggota organisasi
yang ditetapkan oleh Badan Pengurus Pusat.

TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI 67


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB II
PERENCANAAN PERATURAN ORGANISASI

Pasal 2

Penyusunan rancangan Peraturan Organisasi didasarkan atas:


1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI
2. Musyawarah Nasional HIPMI
3. Rencana atau Program Kerja Badan Pengurus Pusat
4. Aspirasi dan kebutuhan anggota Kepengurusan.

BAB III
PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI

Pasal 3

1. Rancangan Peraturan Organisasi dirancang dan disusun oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) Buku
Pedoman Organisasi Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan berdasarkan ketentuan
Pasal ayat 2
2. Rancangan Peraturan Organisasi disampaikan oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) Buku Pedoman
Organisasi Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan di dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap Pusat
3. Pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama
60 (enam puluh) hari terhitung sejak Rancangan Peraturan Organisasi disampaikan dalam
Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat.

BAB IV
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI

Pasal 4

(1) Kerangka Peraturan Organisasi terdiri atas :


a. Judul
b. Pembukaan
c. Batang Tubuh
d. Penutup
(2) Judul Peraturan Organisasi memuat keterangan mengenai penyebutan Peraturan
Organisasi, nomor, tahun pengesahan, dan nama peraturan organisasi.
(3) Pembukaan Peraturan Organisasi terdiri atas :
a. Konsiderans
b. Dasar Hukum
c. Diktum
(4) Batang Tubuh Peraturan Organisasi memuat materi muatan Peraturan Organisasi yang
dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal yang terdiri atas:
a. Ketentuan Umum
b. Materi Pokok yang diatur
c. Ketentuan Penutup
(5) Penutup merupakan bagian akhir dari Peraturan Organisasi yang memuat
penandatanganan penetapan Peraturan Organisasi.

68 TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB V
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN ORGANISASI

Bagian Kesatu
Pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi

Pasal 5

Pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi dilaksanakan oleh Bidang Organisasi, Kaderisasi


dan Keanggotaan dan Badan Pengurus Lengkap Pusat dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
Pusat.

Pasal 6

1. Pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi dilaksanakan secara musyawarah untuk mufakat


2. Setiap peserta rapat pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi berhak untuk
menyampaikan pendapat.

Pasal 7

(1) Rancangan Peraturan Organisasi dapat ditarik kembali sebelum dibahas dalam Rapat Badan
Pengurus Lengkap Pusat
(2) Rancangan Peraturan Organisasi yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan dari Badan Pengurus Lengkap Pusat

Bagian Kedua
Penetapan Rancangan Peraturan Organisasi

Pasal 8

Rancangan Peraturan Organisasi yang telah disetujui ditetapkan oleh Badan Pengurus Pusat dengan
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak Rancangan
Peraturan Organisasi disetujui bersama dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

(1) Peraturan Organisasi ini dibuat dengan mengacu kepada:


a. Perundang-undangan yang berlaku
b. AD/ART HIPMI
(2) Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.

TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI 69


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 10

Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 - 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

70 TATA LAKSANA PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGELOLAAN ORGANISASI

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

71
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

72 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 01/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa untuk menjaga kesinambungan dan pengembangan peran organisasi


secara efektif dan efisien, sangat ditentukan penataan segenap perangkat
organisasi di tingkatan BPP, BPD dan BPC di seluruh Indonesia

b. Bahwa Peraturan Organisasi tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan


Organisasi perlu disusun dengan menyesuaikan dengan kebutuhan dan
dinamika perkembangan organisasi untuk arah yang lebih baik.

c. Bahwa untuk keabsahan Peraturan Organisasi tentang Petunjuk Pelaksanaan


Pengelolaan Organisasi, maka dipandang perlu Peraturan Organisasi
tersebut segera disahkan

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap (BPL) BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian (BPH) BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1

Generasi Muda sebagai pewaris cita – cita kemerdekaan bangsa, mempunyai tanggung jawab
yang sangat besar terhadap masa depan dan kelangsungan perjuangan untuk mengangkat harkat
dan martabat bangsa dan negara sejajar dengan bangsa – bangsa lain di dunia.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI 73


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Sadar akan tanggung jawab tersebut dan berbekal keyakinan bahwa kewirausahaan adalah
salah satu upaya mencapai cita – cita luhur untuk kemakmuran Nusa dan Bangsa Indonesia. Maka,
para pengusaha muda yang tergabung dalam wadah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
pada MUNAS ke– XV di Bandung-Bogor Jawa Barat, 18 – 20 Januari 2015, telah merefleksikan
semangatnya untuk meng-Optimalisasikan fungsi dan peran HIPMI sebagai organisasi kader dalam
rangka menumbuhkan Pengusaha-pengusaha baru.

Untuk itu disusunlah Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Organisasi yag merupakan penjabaran
Hasil MUNAS XV HIPMI di Bandung tanggal 18 – 20 Januari 2015 dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ORGANISASI
BAB III KEPENGURUSAN
BAB IV PELANTIKAN DAN ORIENTASI PENGURUS
BAB V MASA JABATAN
BAB VI TUGAS DAN WEWENANG KEPENGURUSAN
BAB VII RAPAT DAN KEPUTUSAN
BAB VIII KEANGGOTAAN
BAB IX HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
BAB X KEUANGAN
BAB XI KETENTUAN PENUTUP

B A B II
ORGANISASI

Pasal 2

HIPMI adalah wadah non pemerintah yang independen bagi pengusaha muda Indonesia dan
nasional untuk memperjuangkan aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda Indonesia dalam rangka
Mendorong dan Melayani pembangunan Ekonomi dan bisnis Indonesia di masa depan.

Pasal 3

1. Tugas Pokok HIPMI adalah membina, memajukan, dan mengembangkan generasi muda
pengusaha menjadi pengusaha yang profesional, kuat, tangguh dan global dalam sektor
usaha yang ditekuni
2. Peran HIPMI adalah ikut serta dalam mensukseskan proses pembangunan nasional maupun
daerah menuju terciptanya masyarakat yang makmur dan berkeadilan
3. Fungsi HIPMI adalah organisasi kader pengusaha nasional serta wadah untuk memperjuangkan
aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda Indonesia
4. Upaya HIPMI adalah menyediakan informasi bisnis bagi anggotanya untuk mencari peluang
dan pengembangan usaha, memiliki program-program pembinaan kewirausahaan, alih
teknologi untuk pengembangan usaha dan memberi sumbang saran kepada Pmerintah dalam
pemecahan masalah ekonomi netral.

74 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 4

1. Struktur organisasi HIPMI adalah sebagai berikut :


a. Tingkat Nasional, hanya ada satu organisasi yaitu BPP HIPMI.
b. Di tingkat Propinsi hanya ada satu organisasi yakni BPD HIPMI
c. Di tingkat Kabupaten/ Kota, hanya ada satu organisasi yakni
BPC HIPMI.
2. BPP HIPMI, BPD HIPMI dan BPC HIPMI berada dalam satu garis hubungan jenjang dalam
struktur organisasi.
3. BPP HIPMI, BPD HIPMI dan BPC HIPMI, bertanggung jawab atas penyusunan dan pelaksanaan
Rencana Program Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Organisasi sesuai
dengan tingkatan dan merupakan penjabaran Keputusan Musyawarah dan rapat sesuai
dengan tingkatannya.
4. Dalam mengembangkan dan memajukan usaha anggota di wilayah kerjanya, BPD dan
BPC HIPMI memiliki otonomi yang luas dalam batas yang masih sejalan dengan Keputusan
Musyawarah Nasional dan Kebijaksanaan BPP HIPMI.

Pasal 5

1. Perangkat organisasi di tingkat Nasional adalah:


a. Musyawarah Nasional
b. Dewan Kehormatan,
c. Dewan Pembina
d. Badan Pengurus Pusat.
2. Perangkat organisasi di tingkat Propinsi adalah:
a. Musyawarah Daerah
b. Dewan Kehormatan
c. Dewan Pembina
d. Badan Pengurus Daerah
3. Perangkat organisasi di tingkat Kota / Kabupaten:
a. Musyawarah Cabang
b. Dewan Kehormatan
c. Dewan Pembina
d. Dewan Pengurus Cabang.

B A B III
KEPENGURUSAN

Pasal 6

1. Dewan Kehormatan
a. Dewan Kehormatan merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi di tingkat Nasional
/ Daerah / Cabang dan terutama terdiri dari Pendiri, mantan Ketua Umum / Ketua dan
mantan Anggota Badan Pengurus HIPMI lainnya yang jelas jasanya dalam memajukan dan
mengembangkan HIPMI.
b. Dewan Kehormatan diangkat melalui Musyawarah Nasional / Daerah / Cabang untuk
masa jabatan 3 ( tiga ) tahun mulai saat diputuskan dalam Musyawarah dan berakhir pada
Musyawarah berikutnya.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI 75


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Dewan Pembina
a. Dewan Pembina merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi di tingkat Nasional / Daerah
/ Cabang dan sebanyak – banyaknya 15 ( lima belas ) orang yang terdiri dari seorang
mantan Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina dan 14 (empat belas) orang mantan
Fungsionaris Badan Pengurus yang baru menyelesaikan masa baktinya.
b. Dewan Pembina diangkat melalui Musyawarah Nasional / Daerah / Cabang untuk masa
bakti 3 ( tiga ) tahun mulai diputuskan dalam Musyawarah dan berakhir pada Musyawarah
berikutnya.

Pasal 7

Badan Pengurus Pusat terdiri dari:


a. Badan Pengurus Harian
i. Seorang Ketua Umum
ii. Wakil Ketua Umum (bila diperlukan)
iii. 10 (sepuluh) orang Ketua
iv. Seorang Sekretaris Jenderal
v. 6 (enam) orang Wakil Sekretaris Jenderal
vi. Seorang Bendahara Umum
vii. 5 (lima) orang Wakil Bendahara Umum
viii. 4 (empat) Koordinator Wilayah
ix. 43 (empat puluh tiga) Kompartemen (jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan)
b. Badan Pengurus Lengkap Pusat terdiri dari Badan Pengurus Harian Pusat ditambah dengan 42
(empat puluh dua) Departemen (jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan).

Pasal 8

Badan Pengurus Daerah / Cabang terdiri dari :


a. Badan Pengurus Harian
i. Seorang Ketua Umum
ii. Wakil Ketua Umum (bila diperlukan)
iii. 10 (sepuluh) orang Ketua
iv. Seorang Sekretaris Umum
v. 6 (enam) orang Wakil Sekretaris Umum
vi. Seorang Bendahara Umum
vii. 5 (lima) orang Wakil Bendahara Umum
i. Kompartemen (jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan)

Pasal 9

Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Badan Pengurus Cabang, sedapat mungkin jumlahnya
dan perbandingannya sesuai / sama dengan Badan Pengurus Pusat, namun tetap memperhatikan
kebutuhan Daerah / Cabang yang bersangkutan

76 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB IV
PELANTIKAN DAN ORIENTASI PENGURUS

Pasal 10

Hal-hal yang berkaitan dengan pelantikan Badan Pengurus Daerah atau Badan Pengurus Cabang
akan diatur tersendiri dalam bentuk Petunjuk Teknis

Pasal 11

1. Setelah Badan Pengurus Daerah atau Badan Pengurus Cabang terpilih bila dianggap perlu
dapat dilaksanakan Orientasi Penyamaan Visi dan Persepsi fungsionaris/ pengurus baru HIPMI
ditingkat BPD/ BPC oleh fungsionaris BPP HIPMI.
2. Hal-hal yang menyangkut pelaksanaan orientasi penyamaan visi dan persepsi fungsionaris/
pengurus baru HIPMI ditingkat BPD atau BPC akan diatur tersendiri dalam petunjuk teknis

BAB V
MASA JABATAN

Pasal 12

1. Masa Jabatan Kepengurusan HIPMI di semua tingkatan adalah 3 ( tiga ) tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali.
2. Khusus untuk jabatan Ketua Umum HIPMI di semua tingkatan hanya dapat dipilih untuk 1 (satu)
kali masa jabatan.
3. Anggota Badan Pengurus HIPMI tidak boleh merangkap jabatan pada Badan Pengurus HIPMI
di tingkat organisasi yang lebih rendah dan atau pada Dewan Kehormatan dan Dewan Pembina
pada tingkat yang bersangkutan.
4. Masa jabatan kepengurusan baru hasil Munaslub/Musdalub/Muscablub HIPMI, adalah sisa
masa jabatan kepengurusan yang digantikannya.

BAB VI
TUGAS DAN WEWENANG KEPENGURUSAN

Pasal 13
1. Dewan Kehormatan:
Memberi nasihat / saran dan gagasan kepada Badan Pengurus Pusat di bidang ekonomi, politik,
sosial dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi nasional, baik
diminta maupun tidak, khususnya dalam rangka pengembangan organisasi HIPMI.
2. Dewan Pembina:
Memberikan pengarahan, saran, gagasan serta nasihat baik diminta maupun tidak diminta,
kepada Badan Pengurus Pusat, setiap saat apabila diperlukan.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI 77


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Badan Pengurus Pusat:


a. Membentuk Departemen sesuai dengan keputusan dan merupakan bagian dari Badan
Pengurus Lengkap.
b. Membentuk kelembagaan sebagai perangkat organisasi seperti Lembaga Penelitian,
Lembaga Pendanaan Alternatif, dan Yayasan.
c. Membentuk Panitia Khusus untuk melaksanakan pendelegasian wewenang Badan Pengurus
melaksanakan suatu kegiatan.
d. Mengukuhkan dan mensahkan Badan Pengurus Daerah yang merupakan hasil Musyawarah
Daerah.
e. Menjalin kerjasama dengan Instansi Pemerintah, BUMN, Lembaga Ekonomi Swasta dan
Lembaga – Lembaga Pendidikan Profesi ataupun Asosiasi / Gabungan Perusahaan Profesi
dalam maupun dengan luar negeri.
f. Memberikan sanksi organisasi sesuai peraturan yang berlaku terhadap anggota yang
melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik keanggotaan, maupun perbuatan yang dapat
merugikan organisasi, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Anggaran Rumah Tangga.
g. Memperkuat keuangan organisasi Tingkat Nasional / Pusat, dengan melakukan upaya –
upaya yang sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, serta peraturan yang ada.
h. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pusat, sekurang – kurangnya 1 ( satu) kali setiap
bulan.
i. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat, sekurang – kurangnya 1 (satu ) kali
setiap 2 (dua) bulan.
j. Menyelenggarakan Rakernas pada ½ (setengah) masa bakti.
k. Menyelenggarakan Sidang Dewan Pleno, sebanyak 2 (dua) kali, yakni 6 (enam) bulan
sesudah Munas dan 6 (enam) bulan sebelum Munas tingkat wilayah atau tingkat nasional.
l. Melaksanakan Musyawarah Nasional pada akhir masa baktinya.
m. Melaksanakan Musyawarah Nasional Khusus, untuk melakukan penyempurnaan Anggaran
Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga, serta untuk pembubaran organisasi yang diatur
berdasarkan Bab IX Pasal 15 Anggaran Dasar juncto Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14

1. Dewan Kehormatan tingkat Daerah


Memberi nasihat / saran dan gagasan kepada Badan Pengurus Daerah di bidang ekonomi,
politik, sosial dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi nasional,
baik diminta maupun tidak, khususnya dalam rangka pengembangan organisasi HIPMI di
Daerah.
. Dewan Pembina tingkat Daerah.
2
a. Memberikan pengarahan, saran, gagasan serta nasihat baik diminta maupun tidak diminta,
kepada Badan Pengurus Daerah, setiap saat apabila diperlukan.

3. Badan Pengurus Daerah.


a. Membentuk Departemen – Departemen sesuai dengan keputusan dan merupakan bagian
dari Badan Pengurus Lengkap.
b. Membentuk kelembagaan sebagai perangkat organisasi tingkat Daerah seperti Lembaga
Penelitian, Lembaga Pendanaan Alternatif ( Reksa Dana), dan Yayasan.

78 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

c. Membentuk Panitia Khusus untuk melaksanakan pendelegasian wewenang Badan Pengurus


Daerah melaksanakan suatu kegiatan.
d. Mengukuhkan dan mensahkan Badan Pengurus Cabang yang merupakan hasil Musyawarah
Cabang.
e. Menjalin kerjasama dengan Instansi Pemerintah Daerah, BUMN, Lembaga Ekonomi Swasta
dan Lembaga – Lembaga Pendidikan Profesi ataupun Asosiasi / Gabungan Perusahaan
Profesi di tingkat Daerah maupun dengan luar negeri dalam implementasi di sektor bisnis
pada kerjasama pengembangan Kawasan dengan Kota – kota mancanegara
f. Melaksanakan sanksi organisasi sesuai peraturan yang berlaku terhadap anggota yang
melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik keanggotaan, maupun perbuatan yang dapat
merugikan organisasi.
g. Memperkuat keuangan organisasi Tingkat Daerah, dengan melakukan upaya – upaya yang
sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta
peraturan - peraturan yang berlaku.
h. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Harian Daerah, sekurang – kurangnya 1 (satu) kali
setiap bulan.
i. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Lengkap Daerah, sekurang – kurangnya 1 (satu) kali
setiap 2 (dua) bulan.
j. Menyelenggarakan Rakerda pada ½ ( setengah ) masa bakti.
k. Melaksanakan Musyawarah Daerah pada akhir masa baktinya.

Pasal 15

1. Dewan Kehormatan tingkat Cabang


Memberi nasihat / saran dan gagasan kepada Badan Pengurus Cabang di bidang ekonomi,
politik, sosial dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi nasional,
baik diminta maupun tidak, khususnya dalam rangka pengembangan organisasi HIPMI di
Cabang yang bersangkutan.
2. Dewan Pembina tingkat Cabang.
Memberikan pengarahan, saran, gagasan serta nasihat baik diminta maupun tidak diminta,
kepada Badan Pengurus Cabang, setiap saat apabila diperlukan.

3. Badan Pengurus Cabang.


a. Membentuk Departemen – Departemen sesuai dengan keputusan dan merupakan bagian
dari Badan Pengurus Lengkap Cabang.
b. Membentuk kelembagaan sebagai perangkat organisasi tingkat Cabang seperti sebagai
kepanjangan tangan kelembagaan yang ada di Daerah.
c. Membentuk Panitia – Panitia Khusus untuk melaksanakan pendelegasian wewenang Badan
Pengurus Cabang melaksanakan suatu kegiatan.
d. Mengadakan perikatan kerjasama dengan Instansi Pemerintah Daerah, BUMN, Lembaga
Ekonomi Swasta dan Lembaga – Lembaga Pendidikan Profesi ataupun Asosiasi / Gabungan
Perusahaan Profesi di tingkat Cabang maupun dengan luar negeri dalam implementasi di
sektor bisnis pada kerjasama pengembangan Kerjasama antar Kota mancanegara (sister
city).
e. Melaksanakan sanksi organisasi sesuai peraturan yang berlaku terhadap anggota yang
melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik keanggotaan, maupun perbuatan yang dapat
merugikan organisasi.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI 79


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

f. Memperkuat keuangan organisasi Tingkat Cabang, dengan melakukan upaya –upaya yang
sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta
peraturan - peraturan yang berlaku.
g. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Harian Cabang, sekurang – kurangnya 1 ( satu) kali
setiap bulan.
h. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Lengkap Cabang, sekurang – kurangnya 1 (satu ) kali
setiap 2 (dua) bulan.
i. Menyelenggarakan Rakercab pada ½ ( setengah ) masa bakti.
j. Melaksanakan Musyawarah Cabang pada akhir masa baktinya.

Pasal 16

Pembagian tugas di antara Badan Pengurus dituangkan dalam Tata Laksana Kerja masing –
masing tingkatan organisasi yang pengesahannya dilaksanakan melalui rapat BPH.

B A B VII
RAPAT DAN KEPUTUSAN

Pasal 17

1. Rapat Badan Pengurus Harian, diselenggarakan setiap 1 (satu) bulan sekali.


2. Rapat Badan Pengurus Lengkap, diselenggarakan sekurang – kurangnya 1 ( satu ) kali setiap
2 (dua) bulan.
3. Rapat – Rapat Badan Pengurus adalah sah bila dihadiri 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota
Badan Pengurus.
4. Para Ketua dapat mengadakan rapat dengan Kompartemen yang ada di bawah koordinasinya,
sewaktu – waktu diperlukan.
5. Para Kompartemen/Departemen dapat mengadakan rapat di dalam lingkungannya sendiri
atau antar Kompartemen/Departemen, sewaktu – waktu diperlukan.

Pasal 18

1. Pengambilan keputusan rapat pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak

BAB VIII
KEANGGOTAAN

Pasal 19
Anggota HIPMI adalah Pengusaha Muda Warga Negara Indonesia, yang merupakan bagian
dari masyarakat pengusaha Indonesia dan Dunia Usaha Nasional, yang berkedudukan sebagai
pemilik, pimpinan, pengurus dan / atau penanggungjawab perusahaan sebagaimana diatur
dalam Undang – Undang No.1 Tahun 1487 tentang Kamar Dagang dan Industri.

80 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 20
1. Anggota Biasa : yaitu yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun sampai 40 (empat puluh
tahun) dengan ketentuan tidak sampai 41 tahun (empat puluh satu) tahun.
2. Anggota Luar Biasa : yaitu anggota biasa yang telah berusia genap 41 (empat puluh satu)
tahun ke atas.
3. Anggota HIPMI Perguruan Tinggi : yaitu Anggota yang telah terdaftar dan mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan HIPMI, sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 21

1. Setiap calon anggota HIPMI harus mengajukan permohonan dengan formulir yang disediakan
di Daerah / Cabang di tempat domisili pemohon dan pernyataan tertulis dari pemohon, bahwa
pemohon tidak berada dalam keadaan terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
2. Setiap calon anggota HIPMI, harus diusulkan dan didukung secara tertulis oleh sekurang –
kurangnya 2 (dua) orang Anggota Badan Pengurus setempat di tempat domisili / tempat
tinggal calon Anggota.
3. Direktur Eksekutif/Sekretaris Eksekutif memberitahukan secara tertulis permohonan anggota
kepada para Anggota Badan Pengurus setempat, selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja
sebelum Rapat Badan Pengurus yang diselenggarakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
permohonan diterima, untuk diputuskan permohonan tersebut disetujui atau ditolak.
4. Hak Penentuan penerimaan anggota berada dalam tangan Badan Pengurus Daerah / Cabang
dan setiap penerimaan anggota harus disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) Anggota Badan
Pengurus Daerah / Cabang yang hadir dalam rapat.
5. Penolakan dan alasannya atas sesuatu permohonan keanggotaan harus diberitahukan kepada
pemohon maupun para pengusul dan pendukungnya dalam waktu 5
(lima) hari setelah diputuskan Badan Pengurus Daerah / Cabang, dan sekurang – kurangnya 2 (
dua ) bulan setelah tanggal pemberitahuan para pengusul serta pendukung dapat mengajukan
permohonan kembali.
6. Penolakan permohonan keanggotaan lebih dari 2 (dua) kali mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat mengajukan permohonan keanggotaan dalam waktu 1
(satu) tahun sesudah penolakan terakhir.
7. Calon anggota yang diterima sebagai anggota HIPMI diberikan Kartu Anggota sebagai tanda
keanggotaan yang dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat.

BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 22

1. Anggota Luar Biasa


a. Hak dipilih, yaitu hak menerima kepercayaan menduduki jabatan hanya pada lembaga
kelengkapan Organisasi.
b. Hak bicara, yaitu hak mengajukan usul, saran, pendapat dan nasihat kepada Badan
Pengurus pada rapat – rapat yang dapat dihadirinya.
c. Hak pelayanan, yaitu hak untuk mendapatkan informasi usaha, bantuan, legalisasi ( surat
keterangan ), mengikuti pertemuan – pertemuan dagang / organisasi dan kesempatan
mengikuti rombongan misi dagang ke dalam dan ke luar negeri.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI 81


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 23

Anggota Biasa / Anggota Luar Biasa berkewajiban untuk :


a. Mentaati dan melaksanakan sepenuhnya semua ketentuan AD/ART HIPMI dan ketentuan –
ketentuan organisasi lainnya termasuk membayar uang pangkal dan uang iuran anggota.
b. Setiap anggota yang melaksanakan aktivitas usaha berkewajiban secara moral memberikan
kesempatan / prioritas kepada anggota lainnya untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan prinsip
dan aturan bisnis yang berlaku.
c. Mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
d. Memperjuangkan secara aktif tercapainya tujuan organisasi HIPMI
e. Menjaga dan menjunjung tinggi martabat dan nama baik organisasi
f. Melaksanakan dengan seksama Kode Etik keanggotaan.

Pasal 24

1. Sanksi kepada anggota dapat diberikan oleh Badan Pengurus di semua tingkatan
2. Sanksi Organisasi dikenakan kepada Anggota, jika melakukan tindakan yang merugikan/
merusak nama baik organisasi, dan sanksi organisasi berdasarkan besar – kecilnya kesalahan
yang dilakukan. Pemberian sanksi keanggotaan melalui tahapan :
a. Peringatan tertulis sampai 3 ( tiga ) kali, dan pada peringatan kedua, yang bersangkutan
tidak merubah sikap, maka Badan Pengurus yang bersangkutan dapat memberhentikan
sementara keanggotaannya.
b. Jika setelah peringatan ketiga kali, dan yang bersangkutan tetap tidak memperhatikan/
merubah sikap, maka Badan Pengurus yang bersangkutan dapat memberhentikan yang
bersangkutan sebagai anggota.
3. Sanksi Penghentian Keanggotaan dan atau kehilangan hak keanggotaan dapat diberikan
apabila :
a. Jika Anggota tersebut melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga.
b. Jika Anggota dikenakan hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang pasti, atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
c. Karena meninggal dunia
d. Mengundurkan diri secara tertulis,
e. Karena berhenti menjadi pemilik, pimpinan, pengurus dan atau penanggungjawab dari
perusahaan.
f. Karena diberhentikan oleh Badan Pengurus.
4. Anggota yang terkena sanksi penghentian sementara, dapat mengajukan pembelaan diri
atau naik banding pada Badan Pengurus Pusat bagi anggota di Daerah, dan kepada Badan
Pengurus Daerah, bagi Anggota Cabang.
5. Tata cara pemberian sanksi kepada anggota/ pengurus diatur dalam Peraturan Organisasi
(PO) tersendiri.

82 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB X
KEUANGAN

Pasal 25

1. Keuangan yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan organisasi diperoleh dari berbagai
sumber keuangan sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga antara lain :
a. Uang Pangkal dan Uang Iuran keanggotaan, yang nominalnya ditetapkan oleh Badan
Pengurus.
b. Sumbangan Anggota
c. Bantuan pihak – pihak lain yang tidak mengikat
d. Usaha – usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, serta ketentuan – ketentuan lainnya.
2. Untuk memperkuat keuangan organisasi, pada setiap tingkatan Badan Pengurus dapat
melakukan usaha – usaha sendiri yang sah, tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 26

1. Pembagian pendapatan dari pungutan iuran keanggotaan, secara proporsional ditetapkan


sebesar 10% (sepuluh persen) diserahkan kepada Badan Pengurus Pusat, dan 30% (tiga puluh
persen) diserahkan kepada Badan Pengurus Daerah, sedangkan sisanya dikelola oleh Badan
Pengurus Cabang sebesar 60 % (enam puluh persen).
1. Pengelolaan dan penggunaan dana pada setiap tingkatan organisasi ditentukan oleh Badan
Pengurus masing – masing tingkatan yang dituangkan dalam Rencana Pendapatan dan Biaya
Organisasi, dengan mendasarkan pada rencana kegiatan / program kerja Badan Pengurus
masing – masing tingkatan.
2. Secara berjenjang naik, Badan Pengurus menyampaikan laporan keuangan organisasi masing
– masing tingkatan, kepada Badan Pengurus pada tingkatan di atasnya.
3. Untuk keperluan pengawasan, Badan Pengurus setiap tingkatan dapat menggunakan jasa
Akuntan publik yang akan melakukan pemeriksaan keuangan ( audit ).
4. Pembukuan keuangan organisasi di setiap tingkatan dimulai setiap tanggal 1 Januari, sampai
dengan 31 Desember pada setiap tahunnya.
5. Bendahara Umum / Bendahara di setiap tingkatan membuat laporan keuangan dan menyusun
neraca keuangan organisasi pada setiap akhir tahun, dan selambat – lambatnya pada tanggal
31 Maret tahun berikutnya
6. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan harta kekayaan organisasi dilakukan oleh
Badan Pengurus 1 ( satu ) kali dalam 3 ( tiga ) tahun, pada setiap Musyawarah di setiap
tingkatan.
7. Pengaturan lebih lanjut mengenai keuangan diatur dalam Peraturan Organisasi tentang
Pedoman Administrasi dan Manajemen Keuangan.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI 83


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, merupakan


penjabaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI, dan merupakan pedoman
organisasi bagi pelaksanaan kegiatan HIPMI di tingkat Nasional / Pusat / Daerah / Cabang di
seluruh Indonesia.

Pasal 28

Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan ditetapkan oleh Badan
Pengurus Pusat HIPMI

Pasal 29

Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

84 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU


DAN
PENETAPAN JABATAN LOWONG

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

85
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

86 PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 02/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN
PENETAPAN JABATAN LOWONG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka menjamin kelancaran mekanisme Kerja Organisasi
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, dipandang perlu untuk senantiasa
memelihara keutuhan organisasi serta berfungsinya masing-masing pengurus
pada semua tingkatan organisasi
b. Bahwa untuk itu perlu dihindari ketidaklancaran mekanisme kerja organisasi
yang disebabkan oleh jabatan lowong atau ketidakaktifan pengurus dalam
kepengurusan Pengusaha Muda Indonesia disemua tingkatan
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk ditetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Penggantian antar Waktu dan Penetapan
Jabatan Lowong Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

Mengingat : Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap (BPL) BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Harian BPP
HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN
LOWONG

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG 87


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Suatu jabatan dinyatakan lowong apabila salah satu atau beberapa Pengurus Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia yang oleh karena sebab-sebab tertentu dinyatakan tidak aktif /
berhalangan tetap.
2. Yang dimaksud dengan sebab-sebab Pengurus dinyatakan tidak aktif / berhalangan tetap
adalah :
a. Meninggal dunia, atau
b. Pengurus yang bersangkutan mengundurkan diri dari kepengurusan Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia dengan menyatakan secara lisan dan atau tertulis, atau
c. Tidak menghadiri Rapat Pleno Badan Pengurus HIPMI pada tingkatannya sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, atau
d. Pengurus yang oleh karena satu dan lain hal dipandang mencemarkan nama baik
organisasi sehingga diberhentikan dari jabatan kepengurusan.
e. Melakukan tindakan pidana kriminal dan sudah mendapat ketetapan tetap sesuai hukum
yang berlaku di Indonesia.
f. Mutasi dari BPC ke BPD atau dari BPD ke BPP yang menyebabkan jabatan rangkap
sebagaimana yang tertuang dalam ART HIPMI Pasal 6 Ayat 8
3. Yang dimaksud Penggantian Antar Waktu adalah penggantian seorang atau beberapa orang
Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia dalam suatu periode kepengurusan yang
sedang berjalan.
4. Yang dimaksud dengan penetapan jabatan lowong yaitu penetapan seseorang atau beberapa
orang dalam jabatan tertentu pada kepengurusan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang
dinyatakan lowong.
5. Yang dimaksud Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia pada semua tingkatan adalah
Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Badan Pengurus Daerah
(BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia.

BAB II
PROSEDUR DAN MEKANISME PENGGANTIAN
ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG

Pasal 2

1. Jabatan lowong, pengisian jabatan lowong dan penggantian antar waktu perlu ditetapkan
melalui keputusan organisasi menurut tingkatannya
2. Khusus jabatan lowong yang disebabkan oleh sanksi pemberhentian dari jabatan kepengurusan
harus dibicarakan dan diputuskan melalui Rapat Pleno Badan Pengurus HIPMI
sesuai tingkatan.
3. Jabatan dinyatakan lowong apabila fungsionaris Badan Pengurus HIPMI di semua tingkatan
tidak aktif / berhalangan aktif, sebagaimana dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan Organisasi
Penggantian Antar Waktu dan Penetapan Jabatan Lowong HIPMI diatas.

88 PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 3

Prosedur Penetapan Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu ditetapkan melalui :
1. Tingkat Pusat melalui Keputusan Badan Pengurus Pusat
2. Tingkat Provinsi melalui Keputusan Badan Pengurus Daerah
3. Tingkat Kabupaten / Kota melalui Keputusan Badan Pengurus Cabang

Pasal 4

1. Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengurus Pusat Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia ditetapkan oleh Badan Pengurus Pusat sesuai dengan mekanisme
kerja yang berlaku dengan mempertimbangkan saran Dewan Pembina BPP HIPMI
2. Hasil keputusan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus diinformasikan
dan ditembuskan kepada seluruh Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia se-Indonesia.

Pasal 5

1. Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengurus Daerah ditetapkan
oleh Badan Pengurus Daerah sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku dengan
mempertimbangkan saran Dewan Pembina BPD HIPMI yang bersangkutan
2. Hasil keputusan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus dilaporkan
kepada Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia untuk selanjutnya
mendapatkan pengesahan
3. Hasil pengesahan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus diinformasikan
dan ditembuskan kepada seluruh Badan Pengurus Cabang ditingkatannya.

Pasal 6

1. Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengurus Cabang Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia ditetapkan oleh Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku dengan mempertimbangkan
saran Dewan Pembina BPC HIPMI yang bersangkutan
2. Hasil keputusan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus dilaporkan
kepada Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia untuk selanjutnya
mendapatkan pengesahan.
3. Hasil pengesahan Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus ditembuskan kepada
Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
4. Hasil pengesahan Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus diinformasikan
kepada seluruh anggota biasa serta anggota luar biasa di BPC yang bersangkutan.

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG 89


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB III
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7

Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.

Pasal 8

Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

90 PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PETUNJUK PELAKSANAAN
MUSYAWARAH DAERAH/
CABANG

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

91
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

92 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 03/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa kesinambungan dan pengembangan peran organisasi secara efektif
dan efisien, sangat ditentukan oleh penataan segenap perangkat organisasi
di setiap tingkatan
b. Bahwa Musyawarah Daerah/Cabang merupakan perangkat institusi
tertinggi organisasi yang menentukan kadar perkembangan organisasi
pada setiap tingkatan, oleh karena itu pelaksanaan Musyawarah Daerah/
Cabang perlu penyesuaian dengan hasil Munas XV HIPMI tahun 2015.
c. Bahwa penataan Musyawarah Daerah/Cabang sebagai bagian dari
penataan organisasi harus dilakukan di semua tingkatan organisasi dengan
memperhatikan kepentingan perwujudan maksud dan tujuan HIPMI.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu disusun Peraturan Organisasi HIPMI tentang
pelaksanaan Musyawarah Daerah/Cabang, sebagaimana keputusan
organisasi yang memberi arah dan pedoman penyelenggaraan Musyawarah
daerah/Cabang di seluruh Indonesia.

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Pasal 1
Ketentuan Umum

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG 93


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

1. Musyawarah Daerah/Cabang HIPMI merupakan badan kekuasaan tertinggi organisasi HIPMI


di tingkat Daerah/Cabang.
2. Penyelenggaraan MUSDA/ MUSCAB HIPMI sepenuhnya menjadi tanggung jawab Badan
Pengurus Daerah / Badan Pengurus Cabang HIPMI dan wajib dihadiri oleh Badan Pengurus
Pusat/Badan Pengurus Daerah HIPMI yang telah mendapatkan mandat sesuai mekanisme
organisasi
3. Landasan penyelenggaraan MUSDA HIPMI adalah :
a. Anggaran Dasar HIPMI
b. Anggaran Rumah Tangga HIPMI
c. Peraturan Organisasi HIPMI
d. Surat Keputusan BPD/BPC HIPMI

Pasal 2
Wewenang Dan Hak

1. Menetapkan Program Umum Daerah/Cabang dengan mengacu pada Program Umum


Organisasi.
2. Menilai dan menetapkan Laporan Pertanggungjawaban Badan Pengurus Daerah/Cabang
selama satu masa bakti.
3. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Daerah/Cabang beserta lembaga Kelengkapan
organisasi tingkat Daerah/Cabang.
4. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang diperlukan.

Pasal 3
Peserta MUSDA

1. Utusan Musyawarah Daerah adalah Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dengan jumlah
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
a. Badan Pengurus Cabang wajib melaksanakan kegiatan-kegiatan DIKLATCAB dan
RAKERCAB selama berjalannya satu kepengurusan (bernilai 1 peserta utusan penuh)
b. Badan Pengurus Cabang wajib melakukan Rekrutmen Anggota BPC (bernilai 1 peserta
utusan penuh)
c. Badan Pengurus Cabang wajib berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan BPD HIPMI
(bernilai 1 peserta utusan penuh)
d. Ketentuan kriteria hak suara berdasarkan jumlah penduduk di wilayah Badan Pengurus
Cabang sebagai berikut :
1) BPC dengan jumlah penduduk 0-50 ribu jiwa dengan memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 50 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh dan
apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu) peserta utusan
penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
2) BPC dengan jumlah penduduk 50-100 ribu jiwa dengan memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 100 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh dan
apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu) peserta utusan
penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.

94 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3) BPC dengan jumlah penduduk >100 ribu jiwa dengan memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 150 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh dan
apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu) peserta utusan
penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
e. Jumlah utusan peserta MUSDA dari Badan Pengurus Cabang ditetapkan melalui mekanisme
rapat Badan Pengurus lengkap BPD HIPMI dengan memperhatikan kriteria diatas.
f. Badan Pengurus Cabang melalui mekanisme Rapat Badan Pengurus Lengkap menentukan
nama peserta utusan dan peninjau sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan pada ayat
5.
2. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Daerah, serta Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dan anggota HIPMI
Cabang yang mendapat Mandat dari Badan Pengurus Cabang yang bersangkutan.
3. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Daerah.
4. Jika ternyata jumlah Badan Pengurus Cabang kurang dari ½ (setengah) jumlah Kota/
Kabupaten yang ada di daerah bersangkutan, maka berlaku ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Sebagai Utusan adalah Anggota Biasa yang telah terdaftar sebagai anggota minimal 6
(enam) bulan di Daerah bersangkutan dan telah menyelesaikan kewajibannya sebagaimana
diatur dalam pasal 8 ayat 2 ART
b. Sebagai Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga
Kelengkapan Organisasi Tingkat Daerah serta para Anggota Luar Biasa di Cabang
tersebut
c. Sebagai Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau, yang diundang
oleh Badan Pengurus Daerah yang bersangkutan.

Pasal 4
Peserta MUSCAB

1. Utusan Musyawarah Cabang adalah Para Anggota Biasa Badan Pengurus Cabang yang
bersangkutan dan telah terdaftar sebagai anggota minimal 6 (enam) bulan dan telah
menyelesaikan kewajibannya sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (2) ART.
2. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Cabang, serta Anggota Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan.
3. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Cabang.

Pasal 5
Hak Dan Kewajiban Peserta Musda/Muscab

1. Hak Peserta
a. Utusan memiliki hak suara, hak bicara, hak memilih dan dipilih.
b. Peninjau memiliki hak bicara dan dipilih.
c. Undangan memiliki hak bicara.

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG 95


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Kewajiban Peserta
a. Utusan, Peninjau dan Undangan wajib mematuhi Tata Tertib MUSDA/MUSCAB HIPMI.
b. Utusan, Peninjau dan Undangan wajib menjaga kelancaran acara dan jalannya persidangan
MUSDA/MUSCAB.
c. Utusan wajib mengikuti seluruh persidangan dan menjadi anggota Komisi MUSDA/
MUSCAB.

Pasal 6
Alat Kelengkapan MUSDA/MUSCAB

1. Pimpinan Sidang
2. Panitia Pengarah (SC)
3. Panitia Pelaksana (OC)
4. Sidang Pleno
5. Sidang Komisi :
a. Komisi Organisasi
b. Komisi Program
c. Komisi Pokok-Pokok Pikiran
6. Formatur dan Mide Formatur

Pasal 7
Pimpinan Sidang MUSDA/MUSCAB

1. Pimpinan Sidang MUSDA/MUSCAB HIPMI terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang
sekretaris dan 3 (tiga) orang anggota.
2. Pimpinan MUSDA/MUSCAB HIPMI dipilih dari dan oleh Peserta MUSDA/MUSCAB HIPMI.
3. Sebelum Pimpinan terpilih, Sidang Pleno MUSDA/MUSCAB HIPMI dipimpin oleh Panitia
Pengarah atau yang ditunjuk, untuk melaksanakan :
a. Pengesahan Jadual Acara MUSDA/MUSCAB HIPMI
b. Pengesahan Tata Tertib MUSDA/MUSCAB HIPMI
c. Pemilihan dan penetapan pimpinan MUSDA/MUSCAB HIPMI
4. Pimpinan MUSDA/MUSCAB HIPMI bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban
persidangan MUSDA/MUSCAB HIPMI yang berlangsung dalam suasana kebersamaan dan
kekeluargaan.

Pasal 8
Persidangan MUSDA/MUSCAB

1. Sidang Pleno MUSDA/MUSCAB dipimpin oleh Pimpinan Sidang MUSDA/MUSCAB HIPMI,


kecuali Sidang Pleno seperti tersebut pada pasal 7 ayat 3 Peraturan Organisasi ini.
2. Sidang Komisi MUSDA/MUSCAB HIPMI dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi
3. MUSDA/MUSCAB yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, dan seorang
Sekretaris.
4. Pimpinan Sidang Komisi MUSDA/MUSCAB HIPMI dipilih dari dan oleh Peserta MUSDA/
MUSCAB.
5. Dalam setiap persidangan MUSDA/MUSCAB, pimpinan sidang didampingi oleh Panitia
Pengarah (SC) dan Panitia Pelaksana (OC) MUSDA/MUSCAB HIPMI yang ditugasi untuk itu.
6. Pimpinan Sidang Komisi MUSDA/MUSCAB HIPMI bertanggung jawab atas kelancaran dan
ketertiban sidang komisi MUSDA/MUSCAB yang berlangsung dalam suasana kebersamaan
dan kekeluargaan.

96 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 9
Tertib Persidangan

1. Untuk menjaga kelancaran dan ketertiban persidangan Peserta MUSDA/MUSCAB berbicara


sesuai dengan pengaturan Pimpinan Sidang.
2. Peserta MUSDA/MUSCAB berbicara diatur dalam pentahapan dimana untuk setiap tahapan
diberi kesempatan kepada sebanyak-banyaknya 5(lima) orang Peserta.
3. Sebelum berbicara terlebih dahulu Peserta MUSDA/MUSCAB diwajibkan menyebutkan nama.
4. Setiap Peserta MUSDA/MUSCAB diberi waktu paling lama 5 (lima) menit untuk setiap
kesempatan berbicara yang diperolehnya.
5. Pada setiap persidangan setiap Peserta diberi kesempatan bicara 1 (satu) kali, kecuali oleh
sesuatu sebab diminta bicara oleh Pimpinan Sidang.
6. Peserta MUSDA/MUSCAB tidak diperkenankan melakukan interupsi kecuali atas seijin Pimpinan
Sidang.
7. Pada setiap persidangan, Peserta MUSDA/MUSCAB diwajibkan mengenakan tanda pengenal
MUSDA HIPMI.
8. Pimpinan Sidang dengan bantuan Panitia Pelaksana (OC) MUSDA/MUSCAB HIPMI berhak
untuk memeriksa keabsahan Peserta sidang.
9. Pimpinan Sidang dengan bantuan Panitia Pelaksana (OC) MUSDA/MUSCAB HIPMI berhak
untuk mengambil tindakan penertiban-penertiban kepada Peserta Sidang yang menghambat
kelancaran jalannya persidangan.
10. Setiap Peserta sidang MUSDA/MUSCAB HIPMI diwajibkan mengisi daftar hadir yang telah
disediakan pada setiap persidangan.

Pasal 10
Korum

1. Korum MUSDA/MUSCAB HIPMI


a. MUSDA/MUSCAB HIPMI sah bila memenuhi korum sebanyak ¾ (tiga perempat) dari
Peserta yang berhak hadir.
b. Jika korum tidak tercapai, maka upacara pembukaan MUSDA/MUSCAB HIPMI tetap
dapat berlangsung menurut jadual yang tercantum dalam surat undangan, akan tetapi
untuk persidangan MUSDA/MUSCAB HIPMI harus ditunda selama-lamanya 24 (dua puluh
empat) jam.
c. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai maka MUSDA/MUSCAB
HIPMI dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan jumlah korum.
2. Sidang Pleno MUSDA/MUSCAB HIPMI
a. Sidang Pleno MUSDA/MUSCAB HIPMI adalah sah bila dihadiri oleh lebih ¾ (tiga
perempat) jumlah peserta yang berhak hadir.
b. Bila korum tidak tercapai maka sidang pleno MUSDA/MUSCAB HIPMI ditunda selama-
lamanya 1 (satu) jam.
c. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka sidang pleno
MUSDA/MUSCAB HIPMI dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan
jumlah korum.
3. Sidang Komisi MUSDA/MUSCAB HIPMI
a. Sidang Komisi MUSDA/MUSCAB HIPMI adalah sah bila dihadiri oleh lebih dari ¾ (tiga
perempat) jumlah peserta yang berhak hadir pada sidang komisi yang bersangkutan.
b. Bila korum tidak tercapai maka sidang komisi MUSDA/MUSCAB HIPMI ditunda
selamalamanya 1 (satu) jam.
4. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka sidang komisi MUSDA/
MUSCAB HIPMI dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan jumlah
korum.

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG 97


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 11
Tata Cara Pengambilan Keputusan

1. Semua keputusan yang diambil harus selalu diusahakan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mencapai mufakat tidak dapat
dilaksanakan, maka keputusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Apabila dalam pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak diperoleh hasil yang
sama banyak, maka pemungutan suara diulang.
4. Apabila dalam pemungutan suara yang diulang masih diperoleh jumlah suara yang sama,
maka kebijaksanaan diserahkan kepada pimpinan sidang dengan memperhatikan pasal 11
ayat 1 petunjuk pelaksanaan ini.
5. Setiap peserta utusan MUSDA/MUSCAB mempunyai hak suara yang dapat dipergunakan
dalam pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dengan mengingat pasal 3 ayat
1 dan pasal 4 ayat 1 petunjuk pelaksanaan ini.

Pasal 12
Laporan Pertanggungjawaban

1. Laporan pertanggungjawaban BPD/BPC HIPMI disampaikan dan disahkan dalam Sidang


Pleno MUSDA/MUSCAB.
2. Penilaian atas laporan pertanggung jawaban BPD HIPMI disampaikan melalui pandangan
umum BPC dalam sidang Pleno MUSDA.
3. Penilaian atas laporan pertanggung jawaban BPC HIPMI disampaikan melalui pandangan
umum oleh Peserta Utusan dalam sidang Pleno MUSCAB.
4. BPD HIPMI mempunyai hak jawab atas pandangan umum BPC.
5. BPC HIPMI mempunyai hak jawab atas pandangan umum Peserta Utusan Muscab

Pasal 13
Persyaratan Anggota Badan Pengurus Daerah

1. Persyaratan umum bagi calon Pengurus Daerah adalah:


a. Anggota biasa aktif yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota yang masih berlaku.
b. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Setia kepada cita-cita usaha dan tujuan HIPMI.
d. Berpandangan luas, bersikap/bermoral baik dimasyarakat terutama masyarakat dunia
usaha.
e. Tidak berada dalam keadaan terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
f. Berusia di bawah 41 (empat puluh satu) tahun.
g. Menyatakan kesediaan aktif dan bersedia mundur jika dinilai tidak aktif.
2. Persyaratan khusus bagi calon fungsionaris Badan Pengurus Harian Daerah adalah anggota
biasa yang pernah atau sedang menjalani kepengurusan di BPD atau BPC sekurang-kurangnya
satu masa bakti penuh.
3. Persyaratan Khusus bagi calon Ketua Umum BPD HIPMI adalah:
a. Memenuhi persyaratan umum bagi calon pengurus
b. Untuk calon Ketua Umum Badan Pengurus Daerah pernah atau sedang menjadi Fungsionaris
di Badan Pengurus Daerah Lengkap dan pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di
Badan Pengurus Cabang Harian sekurang-kurangnya memiliki masa keanggotaan 3 (tiga)
tahun

98 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

c. Bersedia bertempat tinggal dimana Badan Pengurus berkedudukan


d. Mencalonkan diri sebagai Ketua Umum secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
hari sebelum tanggal pelaksanaan MUSDA dengan disertai 2 (dua) rekomendasi dari
BPC, yang ditetapkan oleh masing-masing tingkatan BPD.

Pasal 14
Persyaratan Anggota Badan Pengurus Cabang

1. Persyaratan umum bagi calon Pengurus Cabang adalah:


a. Anggota biasa aktif yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota yang masih berlaku.
b. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Setia kepada cita-cita usaha dan tujuan HIPMI.
d. Berpandangan luas, bersikap/ bermoral baik dimasyarakat terutama masyarakat dunia
usaha.
e. Tidak berada dalam keadaan terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
f. Berusia di bawah 41 (empat puluh satu) tahun.
g. Menyatakan kesediaan aktif dan bersedia mundur jika dinilai tidak aktif.
2. Persyaratan khusus bagi calon fungsionaris Badan Pengurus Harian Cabang adalah anggota
biasa yang pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan Pengurus Cabang Harian dan
atau menjadi anggota biasa aktif sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
3. Persyaratan Khusus bagi calon Ketua Umum BPC HIPMI adalah:
a. Memenuhi persyaratan umum bagi calon pengurus
b. Untuk calon Ketua Umum Badan Pengurus Cabang pernah atau sedang menjadi
Fungsionaris di Badan Pengurus Cabang Harian dan atau menjadi anggota biasa aktif
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
c. Bersedia bertempat tinggal dimana Badan Pengurus berkedudukan
d. Mencalonkan diri sebagai Ketua Umum secara tertulis sekurang-kurangnya 15 (lima belas)
hari sebelum tanggal pelaksanaan MUSCAB dengan disertai 10 (sepuluh) rekomendasi
dari Anggota, yang ditetapkan oleh masing-masing tingkatan BPC.

Pasal15
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum BPD

1. Pemilihan Ketua Umum BPD HIPMI dilaksanakan dengan asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas,
dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil) yang berlangsung dalam 3 (tiga) tahap :
a. Tahap Pendaftaran
b. Tahap Kampanye
c. Tahap Pemilihan
2. Tahap Pendaftaran :
a. Bakal calon Ketua Umum mencalonkan diri secara tertulis dengan mendaftarkan diri pada
Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Badan Pengurus Daerah selambat – lambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Daerah dengan disertai 2
(dua) rekomendasi dari BPC, yang telah ditetapkan oleh masing-masing tingkatan BPD
dan ditembuskan kepada BPC-BPC HIPMI
b. Calon Ketua Umum mempresentasikan pokok-pokok pikirannya kepada Komite Pembekalan
Calon Ketua Umum yang terdiri dari 2(dua) orang Mantan Ketua Umum BPD HIPMI masa
bakti sebelumnya dan 1(satu) orang Panitia Pengarah (SC)

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG 99


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Tahap Kampanye :
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap Kampanye
yang terdiri dari Kampanye Tertulis, Kampanye Lisan, Debat Antar Calon, dan Presentasi
Pokok-Pokok Pikiran yang dinilai oleh Panitia Pengarah (SC) dan Tim Nominasi dalam
forum yang disediakan oleh Panitia Pemilihan.
b. Tahap Kampanye berlangsung hingga saat penyelenggaran Musyawarah Daerah.
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan calon Ketua Umum diadakan, setiap bakal calon diharuskan
memperkenalkan diri sekaligus menjabarkan Program Umum Daerah HIPMI yang telah
diputuskan oleh Musyawarah Daerah.
b. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah
Daerah.
c. Setiap utusan memilih satu bakal calon Ketua Umum / Ketua Formatur yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Calon Ketua Umum sebagaimana ditetapkan pasal 22 ayat (4) huruf
c Anggaran Rumah Tangga, di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia Pengarah
Musyawarah Daerah.
d. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima
puluh) persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan
sah terpilh sebagai Ketua Umum BPD HIPMI.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 2 (dua) orang yang memperoleh suara terbanyak
dan berhak ikut dalam tahap pemilihan Ketua Umum.
f. Sebelum pemilihan ketua umum diadakan, setiap calon diharuskan kembali menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi ketua umum dan melakukan tanya jawab dengan Peserta.
g. Pada saat pemilihan Ketua Umum, setiap utusan memilih 1(satu) di antara 2(dua) nama
calon Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak di atas kertas suara yang disediakan
oleh Panitia Pengarah Musyawarah Daerah.
h. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di tempat
yang sama.
i. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Daerah
terpilih, dan sekaligus menjadi ketua formatur dan calon yang memiliki suara terbanyak
kedua menjadi mide formatur ditambah dengan Ketua Umum Demisioner.
j. Apabila Ketua Umum terpilih secara aklamasi, maka anggota mide formatur dipilih secara
mufakat atau melalui pemilihan suara. Ditambah ketua umum demisioner.
k. Ketua Umum terpilih yang sekaligus Ketua Formatur didampingi oleh 2 orang formatur
menyusun kepengurusan untuk masa bakti berikutnya.
l. Ketua Umum terpilih mempunyai hak prerogatif memilih Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum.
m. Formatuer/Ketua Umum BPD HIPMI terpilih mengajukan surat permohonan SK Pengurus
dengan melampirkan hasil MUSDA kepada BPP selambatnya- lambatnya 15 (Lima belas)
hari

Pasal 16
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum BPC

1. Pemilihan Ketua Umum BPC HIPMI dilaksanakan dengan asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas,
dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil) yang berlangsung dalam 3 (tiga) tahap :
a. Tahap Pendaftaran
b. Tahap Kampanye
c. Tahap Pemilihan

100 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Tahap Pendaftaran :
a. Bakal calon Ketua Umum mencalonkan diri secara tertulis dengan mendaftarkan diri pada
Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Badan Pengurus Cabang selambat – lambatnya 15
(lima belas) hari sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Cabang dengan disertai 10
(sepuluh) rekomendasi dari Anggota, yang ditetapkan oleh masing-masing tingkatan BPC
b. Calon Ketua Umum mempresentasikan pokok-pokok pikirannya kepada Komite Pembekalan
Calon Ketua Umum yang terdiri dari 2(dua) orang Mantan Ketua Umum BPC HIPMI masa
bakti sebelumnya dan 1(satu) orang Panitia Pengarah (SC)
3. Tahap Kampanye :
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap Kampanye
yang terdiri dari Kampanye Tertulis, Kampanye Lisan, Debat Antar Calon, dan Presentasi
Pokok-Pokok Pikiran yang dinilai oleh Panitia Pengarah (SC) dan Tim Nominasi dalam
forum yang disediakan oleh Panitia Pemilihan.
b. Tahap Kampanye berlangsung hingga saat penyelenggaran Musyawarah Cabang.
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan calon Ketua Umum diadakan, setiap bakal
calon diharuskan memperkenalkan diri sekaligus menjabarkan Program Umum Cabang
HIPMI yang telah diputuskan oleh Musyawarah Cabang.
b. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah Cabang.
c. Setiap utusan memilih satu bakal calon Ketua Umum / Ketua Formatur yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Calon Ketua Umum sebagaimana ditetapkan pasal 22 ayat (4)
huruf d Anggaran Rumah Tangga, di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia
Pengarah Musyawarah Cabang.
d. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh)
persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan sah
terpilh sebagai Ketua Umum BPC HIPMI.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 2 (dua) orang yang memperoleh suara terbanyak
dan berhak ikut dalam tahap pemilihan Ketua Umum.
f. Sebelum pemilihan ketua umum diadakan, setiap calon diharuskan kembali menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi ketua umum dan melakukan tanya jawab dengan Peserta.
g. Pada saat pemilihan Ketua Umum, setiap utusan memilih 1(satu) di antara 2(dua) nama calon
Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak di atas kertas suara yang disediakan
oleh Panitia Pengarah Musyawarah Cabang.
h. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di tempat
yang sama.

i. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Cabang
terpilih, dan sekaligus menjadi ketua formatur dan calon yang memiliki suara terbanyak
kedua menjadi mide formatur ditambah dengan Ketua Umum Demisioner.
j. Apabila Ketua Umum terpilih secara aklamasi, maka anggota mide formatur dipilih secara
mufakat atau melalui pemilihan suara. Ditambah ketua umum demisioner.
k. Ketua Umum terpilih yang sekaligus Ketua Formatur didampingi oleh 2 orang formatur
menyusun kepengurusan untuk masa bakti berikutnya.
l. Ketua Umum terpilih mempunyai hak prerogatif memilih Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum.
m. Formatur/Ketua Umum terpilih harus mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan Hasil Muscab kepada BPD dan memberikan tembusan kepada BPP selambat
lambatnya 15 (lima belas) hari.

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG 101


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 17
Masa Bakti Badan Pengurus

1. Masabakti Badan pengurus Daerah/Cabang adalah 3 (tiga) tahun, terhitung mulai disahkan
oleh Musyawarah Daerah/ Musyawarah Cabang
2. Seorang Fungsionaris Badan Pengurus yang bukan Ketua Umum, setelah 1 (satu) masa bakti
dapat dipilih kembali
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, seorang Ketua Umum Badan Pengurus Daerah/
Cabang tidak dapat mencalonkan diri dan dipilih kembali

Pasal 18
Peraturan Peralihan

1. Segala keputusan organisasi yang tidak sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan MUSDA/MUSCAB
HIPMI dinyatakan tidak berlaku.
2. Pasal-pasal dalam Petunjuk Pelaksanaan ini yang berkaitan dengan AD dan ART HIPMI akan
disesuaikan dan Keputusan yang bertentangan dengan sendirinya menjadi tidak berlaku

Pasal 19
Ketentuan Penutup

1. Segala sesuatu yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini
akan diputuskan oleh MUSDA/MUSCAB.
2. Petunjuk Pelaksanaan MUSDA/MUSCAB HIPMI berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

102 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

RAPAT KERJA

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

103
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

104 RAPAT KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 04/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
RAPAT KERJA
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa kesinambungan dan pengembangan peran organisasi secara efektif
dan efisien, sangat ditentukan oleh penataan segenap perangkat organisasi
di setiap tingkatan
b. Bahwa Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang merupakan forum yang
akan membahas dan mengevaluasi program kerja dari kepengurusan
BPP/BPD/BPC HIPMI yang sudah berjalan ½ (setengah) masa bakti dan
menyusun prioritas pelaksanaan program kerja BPP/BPD/BPC HIPMI yang
akan dilaksanaka
c. Bahwa penataan RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang sebagai bagian
dari penataan organisasi harus dilakukan di semua tingkatan organisasi
dengan memprhatikan kepentingan perwujudan maksud dan tujuan HIPMI
d. Bahwa untuk itu diperlukan PeraturanOrganisasi HIPMI tentang pelaksanaan
Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA


INDONESIATENTANG RAPAT KERJA HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA

RAPAT KERJA 105


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 1
Ketentuan Umum

1. Bahwa RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang merupakan forum yang membahas dan


mengevaluasi Program Kerja dari kepengurusan BPP/BPD/BPC HIPMI yang sudah berjalan
½ (setengah) masa bakti dan menyusun prioritas pelaksanaan Program Kerja BPP/BPD/BPC
HIPMI yang akan dilaksanakan.
2. Penyelenggaraan RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab BPP/BPD/BPC HIPMI.
3. Landasan penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang adalah :
a. Anggaran Dasar HIPMI
b. Anggaran Rumah Tangga HIPMI
c. Peraturan Organisasi HIPMI

Pasal 2
Kepanitiaan Rapat Kerja

Untuk menyelenggarakan Rapat Kerja, maka perlu dibentuk Kepanitiaan yang ditetapkan oleh
BPP/BPD/BPC HIPMI, antara lain :
1. Panitia Pengarah/Steering Committee (SC)
a. Badan Pengurus Harian BPP/BPD/BPC HIPMI
b. Unsur Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
2. Panitia Pelaksana/Organizing Committee (OC)
a. Di pilih dari Pengurus BPP/BPD/BPC HIPMI
b. Unsur Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
c. BPP/BPD/BPC HIPMI menerbitkan Surat Keputusan atas Kepanitiaan yang telah
ditetapkan.

Pasal 3
Wewenang dan Hak

1. Membahas Program Kerja yang sudah terlaksana dalam ½ (setengah) masa bakti
Kepengurusan.
2. Menyusun program kerja dan menetapkan Program Kerja Prioritas yang akan dilaksanakan
sampai dengan akhir masa bakti Kepengurusan.
3. Menghasilkan Keputusan-keputusan yang menunjang hasil MUNAS/MUSDA/MUSCAB.

Pasal 4
Peserta dan Peninjau

1. Peserta RAPAT KERJA Nasional HIPMI adalah :


a. Peserta Utusan adalah Badan Pengurus Daerah yang terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris
Umum, Bendahara Umum, dan Ketua-ketua bidang dan atau yang mendapat mandat dari
BPD HIPMI dan Badan Pengurusan Lengkap BPP HIPMI
b. Peserta Peninjau adalah Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan HIPMI Tingkat Pusat/
Daerah.

106 RAPAT KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Peserta RAPAT KERJA Daerah HIPMI adalah :


a. Peserta Utusan adalah Badan Pengurus Cabang yang terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris
Umum, Bendahara Umum, dan Ketua-ketua bidang dan atau yang mendapat mandat dari
BPC HIPMI dan Badan Pengurusan Lengkap BPD HIPMI
b. Peserta Peninjau adalah Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan HIPMI Tingkat Daerah/
Cabang.
3. Peserta RAPAT KERJA Cabang HIPMI adalah :
a. Peserta Utusan adalah Seluruh Anggota HIPMI BPC dan Badan Pengurusan Lengkap BPC
HIPMI.
b. Peserta Peninjau adalah Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan HIPMI Tingkat Cabang.
4. Peninjau Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang HIPMI adalah :
a. Undangan dari Badan Pengurus Pusat / Badan Pengurus Daerah / Badan Pengurus
Cabang HIPMI di luar peserta.
b. Fungsionaris Badan Pengurus Daerah / Badan Pengurus Cabang diluar utusan yang
mendapat mandat dari BPD/BPC.

Pasal 5
Hak dan Kewajiban Peserta

1. Peserta utusan dan Peserta peninjau mematuhi tata tertib dan ketentuan persidangan.
2. Peserta utusan dan Peserta peninjau wajib mematuhi petunjuk - petunjuk yang dikeluarkan oleh
Panitia Pengarah (SC) dan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang
HIPMI.
3. Peserta utusan dan Peserta peninjau wajib menjaga kelancaran dan ketertiban sidang.
4. Peserta utusan dan Peserta peninjau wajib menggunakan Tanda Peserta/ Peninjau selama
berlangsungnya RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang HIPMI.
5. Peserta utusan dan Peserta peninjau berhak duduk didalam Tim Perumus RAPAT KERJA
Nasional/Daerah/ Cabang HIPMI.
6. Peserta utusan memiliki hak suara dan bicara
7. Peserta Peninjau hanya memiliki hak bicara

Pasal 6
Alat Kelengkapan Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang

Alat kelengkapan Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang HIPMI terdiri dari :

1. Penanggung Jawab
1. Panitia Pengarah (SC)
2. Panitia Pelaksana (OC)
3. Sidang Pleno
4. Sidang Komisi
a. Komisi 1 : Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
b. Komisi 2 : Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan
c. Komisi 3 : Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN
d. Komisi 4 : Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan BUMN
e. Komisi 5 : Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi

RAPAT KERJA 107


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

f. Komisi 6 : Bidang Infrastruktur, Perhubungan dan Properti


g. Komisi 7 : Bidang Agribisnis, Agroidustri dan Kemaritiman
h. Komisi 8 : Bidang Koperasi, UKM, dan Pengembangan Start-Up
i. Komisi 9 : Bidang Hubungan Internasional dan Pariwisata
j. Komisi 10 : Bidang Pemuda, Tenaga Kerja dan Olahraga
k. Komisi 11 : Kesekjenan
l. Komisi 12 : Kebendaharaan

Pasal 7
Pimpinan Sidang

1. Pimpinan Sidang terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan 3 (tiga) orang
Anggota
2. Pimpinan Sidang dipilih dari dan oleh Peserta RAPAT KERJA HIPMI.
3. Sebelum Pimpinan terpilih, Sidang Pleno RAPAT KERJA HIPMI dipimpin oleh Panitia Pengarah
atau yang ditunjuk, untuk melaksanakan :
a. Pengesahan Jadual Acara RAPAT KERJA HIPMI
b. Pengesahan Tata Tertib RAPAT KERJA HIPMI
c. Pemilihan dan penetapan pimpinan RAPAT KERJA HIPMI
4. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari peserta utusan.

Pasal 8
Tugas Dan Kewajiban Pimpinan Sidang

1. Memimpin sidang sebaik-baiknya.


2. Pimpinan Sidang bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban persidangan RAPAT
KERJA HIPMI yang berlangsung dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan.
3. Menjaga dan mengusahakan ketertiban dan kelancaran selama jalannya sidang.
4. Mengetahui dan memberi ijin bagi peserta atau peninjau yang akan meninggalkan sidang.
5. Memberi persetujuan kepada peserta untuk berbicara.
6. Mengatur jumlah dan lamanya berbicara peserta selama sidang serta dapat menghentikan
pembicaraan apabila dianggap menyimpang dari acara dan tujuan Rapat Kerja HIPMI,
dengan memberi peringatan terlebih dahulu.

Pasal 9
Persidangan Rapat Kerja

1. Sidang Pleno RAPAT KERJA HIPMI dipimpin oleh Pimpinan RAPAT KERJA HIPMI, kecuali Sidang
Pleno seperti tersebut pada pasal 6 ayat 3 Petunjuk Pelaksanaan ini.
2. Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi RAPAT KERJA yang
terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris dan 3 (tiga) orang Anggota.
3. Pimpinan Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI dipilih dari dan oleh Peserta Utusan RAPAT KERJA.
4. Dalam setiap persidangan RAPAT KERJA, pimpinan sidang didampingi oleh Panitia Pengarah
(SC) dan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA HIPMI yang ditugasi untuk itu.
5. Pimpinan Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI bertanggung jawab atas kelancaran dan
ketertiban sidang komisi RAPAT KERJA yang berlangsung dalam suasana kebersamaan dan
kekeluargaan

108 RAPAT KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 10
Tertib Persidangan

1. Untuk menjaga kelancaran dan ketertiban persidangan Peserta RAPAT KERJA HIPMI berbicara
sesuai dengan pengaturan Pimpinan Sidang.
2. Peserta RAPAT KERJA HIPMI berbicara diatur dalam pentahapan dimana untuk setiap tahapan
diberi kesempatan kepada sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang Peserta.
3. Sebelum berbicara terlebih dahulu Peserta RAPAT KERJA HIPMI diwajibkan menyebutkan
nama.
4. Setiap Peserta RAPAT KERJA HIPMI diberi waktu paling lama 5 (lima) menit untuk setiap
kesempatan berbicara yang diperolehnya.
5. Pada setiap persidangan setiap Peserta diberi kesempatan bicara 1 (satu) kali, kecuali oleh
sesuatu sebab diminta bicara oleh Pimpinan Sidang.
6. Peserta RAPAT KERJA HIPMI tidak diperkenankan melakukan interupsi kecuali atas seijin
Pimpinan Sidang.
7. Pada setiap persidangan, Peserta RAPAT KERJA HIPMI diwajibkan mengenakan tanda
pengenal RAPAT KERJA HIPMI.
8. Pimpinan Sidang dengan bantuan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA HIPMI berhak untuk
memeriksa keabsahan Peserta sidang.
9. Pimpinan Sidang dengan bantuan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA HIPMI berhak untuk
mengambil tindakan penertiban-penertiban kepada Peserta Sidang yang menghambat
kelancaran jalannya persidangan.
10. Setiap Peserta sidang RAPAT KERJA HIPMI diwajibkan mengisi daftar hadir yang telah
disediakan pada setiap persidangan.

Pasal 11
Korum

1. Korum RAPAT KERJA HIPMI


a. RAPAT KERJA HIPMI sah bila memenuhi korum sebanyak 2/3 (dua per tiga) dari BPD/BPC
HIPMI/Anggota HIPMI yang berhak hadir.
b. Jika korum tidak tercapai, maka upacara pembukaan RAPAT KERJA HIPMI tetap dapat
berlangsung menurut jadual yang tercantum dalam surat undangan,akan tetapi untuk
persidangan lainnya harus ditunda selama-lamanya 2 x 1 jam (Dua kali satu jam)
c. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai maka RAPAT KERJA HIPMI
dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan jumlah korum.
2. Sidang Pleno
a. Sidang Pleno RAPAT KERJA HIPMI adalah sah bila dihadiri oleh lebih 2/3 (dua per tiga)
jumlah peserta yang berhak hadir.
b. Bila korum tidak tercapai maka sidang pleno RAPAT KERJA HIPMI ditunda selama-lamanya
1 (satu) jam.
c. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka sidang pleno RAPAT
KERJA HIPMI dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan jumlah
korum.

RAPAT KERJA 109


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Sidang Komisi
a. Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI adalah sah bila dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per
tiga) jumlah peserta yang berhak hadir pada sidang komisi yang bersangkutan.
b. Bila korum tidak tercapai maka sidang komisi RAPAT KERJA HIPMI ditunda selama lamanya
1 (satu) jam.
c. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka sidang komisi RAPAT
KERJA HIPMI dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan jumlah
korum.

Pasal 12
Laporan Kegiatan

1. Laporan Kegiatan Pengurus BPP/BPD/BPC HIPMI disampaikan dalam Sidang Pleno II RAPAT
KERJA HIPMI.
2. Evaluasi Laporan Kegiatan dan Usulan Program Kerja Prioritas Pengurus BPP/BPD/BPC HIPMI
di sampaikan melalui pandangan umum Pengurus BPD/BPC HIPMI dalam sidang Pleno RAPAT
KERJA HIPMI.
3. Usulan atas Program Kerja Prioritas BPD/BPC HIPMI akan menjadi Rekomendasi dalam
Pembahasan Sidang Pleno.

Pasal 13
Dokumen Rapat Kerja

1. Agar ada standarisasi Pelaksanaan dan Teknis RAPAT KERJA HIPMI se-Indonesia, maka
lampiran-lampiran dibawah ini adalah bagian yang tak terpisahkan dan menjadi acuan
dokumen dalam Pelaksanaan Rapat Kerja HIPMI yang diadakan oleh BPP/BPD/BPC, lampiran
tersebut antara lain :
I. Jadual Acara
II. Tata Tertib
III. Laporan Kegiatan
IV. Rancangan Komisi Kesekjenan, Kebendaharaan dan Bidang - bidang
V. Surat Keputusan Rapat Kerja
VI. Mars HIPMI
VII. Hymne HIPMI
2. Hasil – hasil Rapat Kerja Daerah harus dilaporkan ke BPP HIPMI melalui Bidang Organisasi
Hukum selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pelaksanaan Rapat Kerja
Daerah.
3. Hasil – hasil Rapat Kerja Cabang harus dilaporkan ke BPD HIPMI melalui Bidang Organisasi
Hukum selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pelaksanaan RAPAT KERJA

Pasal 14
Ketentuan Penutup

1. Segala sesuatu yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Juklak ini akan diputuskan
lebih lanjut.
2. Peraturan Organisasi tentang RAPAT KERJA HIPMI berlaku sejak tanggal ditetapkan.

110 RAPAT KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

RAPAT KERJA 111


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

112 RAPAT KERJA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PEMBENTUKAN BADAN
PENGURUS DAERAH/
CABANG

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

113
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

114 PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 05/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA DI DAERAH / WILAYAH
PEMEKARAN
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa dalam rangka menyesuaikan dengan penetapan suatu wilayah/
daerah yang dimekarkan, maka perlu dipersiapkan pembentukan di
setiapkan kepengurusan Badan Pengurus Daerah/Cabang HIPMI yang
mengalami pemekaran tersebut
b. Bahwa untuk mempersiapkan pembentukan kepengurusan Badan Pengurus
Daerah/Cabang HIPMI di daerah/wilayah pemekaran, dipandang perlu
diatur dalam peraturan organisasi
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk ditetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Pembentukan Badan Pengurus Daerah/
Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Daerah/Wilayah Pemekaran

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASIHIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/CABANG
HIPMI DI DAERAH/WILAYAH PEMEKARAN

Pasal 1

BPD/ BPC HIPMI di daerah/ wilayah pemekaran dapat dibentuk dengan pertimbangan antara
lain sebagai berikut :
a. Bahwa dalam rangka menyesuaikan dengan penetapan suatu wilayah / daerah yang dime-
karkan;
b. Optimalisasi potensi aktivitas pengusaha muda secara kuantitatif maupun kualitatif di suatu
wilayah/ daerah yang dimekarkan;
c. Pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan potensi pengusaha muda di daerah yang
bersangkutan.

PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG 115


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 2

1. Mekanisme Pembentukan BPD HIPMI di wilayah/ daerah hasil pemekaran :


a. Membentuk kepengurusan caretaker BPD HIPMI di wilayah / daerah hasil pemekaran
atau wilayah / daerah yang belum memiliki BPD dimana BPD akan dibentuk yang dipra-
karsai oleh BPD HIPMI Propinsi induk bersama BPC HIPMI di wilayah / daerah yang di-
mekarkan dimana akan dibentuk BPD dengan melibatkan potensi pengusaha muda yang
ada di wilayah / daerah yang bersangkutanserta BPP HIPMI.
b. Kepengurusan caretaker BPD HIPMI di wilayah/daerah yang dimekarkan yang akan
dibentuk dilampiri dengan berita acara pembentukan kepengurusan caretaker dilapor-
kan dan dikirimkan kepada BPP HIPMI untuk mendapatkan pengesahan.
c. Kepengurusan caretaker BPD HIPMI di wilayah/daerah yang dimekarkan yang akan
dibentuk mempersiapkan pelaksanaan Musyawarah Daerah I hasil pemekaran selam-
bat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah penetapan Surat Keputusan kepengurusan care-
taker.
d. Ketentuan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Daerah BPD HIPMI di wilayah/
daerah yang dimekarkan berpedoman sebagaimana telah diatur dalam AD/ART HIPMI
dan Peraturan Organisasi HIPMI.
2. Mekanisme Pembentukan BPC HIPMI di wilayah/ daerah pemekaran :
a. Membentuk kepengurusan caretaker BPC HIPMI di wilayah / daerah yang dimekarkan
dimana BPC akan dibentuk diprakarsai oleh Pengurus BPC HIPMI Kabupaten / Kota induk
dengan melihat potensi / jumlah pengusaha muda yang ada di wilayah/daerah yang
bersangkutan sebagaimana diatur dalam ART HIPMI pasal 20 ayat 1, serta BPD HIPMI .
b. Kepengurusan caretaker BPC HIPMI di wilayah/daerah yang dimekarkan yang akan
dibentuk dilampiri dengan berita acara pembentukan kepengurusan caretaker dilapor-
kan dan dikirimkan kepada BPD HIPMI untuk mendapatkan pengesahan.
c. Kepengurusan caretaker BPC HIPMI di wilayah/daerah yang dimekarkan yang akan
dibentuk mempersiapkan pelaksanaan Musyawarah Cabang I hasil pemekaran selam-
bat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah penetapan SuratKeputusan kepengurusan care-
taker.
d. Ketentuan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Cabang BPC HIPMI di wilayah /
daerah hasil pemekaran berpedoman sebagaimana telah diatur dalam AD/ART HIPMI
dan Peraturan Organisasi HIPMI.

Pasal 3

1. Pelantikan Pengurus BPD HIPMI DI wilayah/daerah yang dimekarkan dilaksanakan selam-


bat-lambatnya 30 (Tiga puluh) hari setelah acara penutupan Musda I HIPMI yang diper-
siapkan panitia tersendiri
2. Setelaha cara pelantikan dilanjutkan dengan orientasi pengurus BPD yang dilantik, pengurus
BPC di daerah yang bersangkutan dalam rangka penyamaan visi dan persepsi pengurus HIP-
MI tentang pengenalan dan pemahaman lebih mendalam akan organisasi HIPMI.
3. Pelantikan Pengurus BPC HIPMI di wilayah/daerah yang dimekarkan dilaksanakan dalam
acara penutupan Muscab I HIPMI oleh BPD HIPMI

116 PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 4

Jenis dan fungsi Musyawarah dan Rapat-rapat BPD / BPC HIPMI di wilayah/daerah yang dime-
karkan adalah sama dengan jenis dan fungsi Musyawarah dan Rapat-rapat BPD / BPC HIPMI
sebagaimana telah diatur dalam AD/ART dan Peraturan Organisasi HIPMI.

Pasal 5

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan ditetapkan kemudian oleh
BPP HIPMI

Pasal 6

Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan ditinjau kembali apa-
bila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya didalamnya.

Pasal 7

Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
PadaTanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015– 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG 117


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

118 PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PEMBENTUKAN LEMBAGA
/ BADAN / YAYASAN ATAU
SEJENISNYA

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

119
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

120 PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
Nomor : 06/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa Munas XV HIPMI Tahun 2015 sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi telah menetapkan kebijaksanaan organisasi yang terarah pada
peningkatan peran dan fungsi organisasi HIPMI sebagai organisasi kader
dalam pembinaan dan pemberdayaan potensi pengusaha muda
b. Bahwa diperlukan peningkatan kesatuan dan keterpaduan gerak langkah
seluruh jajaran organisasi HIPMi dalam rangka pelaksanaan program HIPMI
menuju perwujudan sasaran program kerja yang sudah ditetapkan
c. Bahwa untuk mencapai sasaran program dimungkinkan dibentuknya
Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya merupakan alat
kelengkapan organisasi yang menjalankan kegiatan dalam bidang tertentu
sesuai dengan kebijaksanaan dasar yang ditetapkan
d. Bahwa untuk mengatur pembentukan dan akvitasnya, maka dipandang perlu
untuk menetapkan Peraturan Organisasi tentang Pembentukan Lembaga-
lembaga/ Badan/ Yayasan atau sejenisnya.

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
BPL HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN LEMBAGA - LEMBAGA/
BADAN/YAYASAN ATAU SEJENISNYA HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA

PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA 121


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya merupakan suatu alat kelengkapan


organisasi HIPMI untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam bidang khusus dalam rangka
mewujudkan program kerja serta tujuan organisasi.

Pasal 2

1. Lembaga-lambaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya dapat dibentuk sesuai dengan


kebutuhan Organisasi.
2. Lembaga-lembaga / Badan / yayasan HIPMI yang berada di Pusat dan apabila diperlukan
dapat dibentuk di tingkat BPD dan atau BPC.

Pasal 3

Masa Kerja Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya mengikuti Periodesasi masa
bakti Kepengurusan HIPMI di semua tingkatan.

BAB II
STATUS DAN FUNGSI

Pasal 4

Status Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya adalah semi otonom yang secara
Organisatoris merupakan bagian dari HIPMI, yang bertanggung jawab kepada Badan Pengurus
HIPMI sesuai tingkatannya.

Pasal 5

Fungsi Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya adalah menyelenggarakan kegiatan


dalam bidang-bidang Profesi, minat dan kegiatan khusus lainnya dalam rangka memperluas
jangkauan partisipasi dan komunikasi Pengusaha Muda dalam pergerakan perekonomian nasional.

Pasal 6

Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejeninsnya bertujuan untuk : Mengkoordinasikan


bidang kegiatan HIPMI dengan melibatkan seluruh potensi Pengusaha Muda yang menjadi anggota
HIPMI untuk dapat diberdayakan dan difungsikan dalam rangka menarik partisipasi segenap
anggota dalam melaksanakan dan mewujudkan sasaran program kerja yang telah ditetapkan.
Dengan demikian gerak langkah HIPMI dapat dirasakan manfaatnya dalam rangka meningkatkan
perekonomian Bangsa Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas lembaga-lembaga /
Badan/ yayasan atau sejenisnya senantiasa harus berpedoman pada AD/ART HIPMI serta tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

122 PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB IV
ORGANISASI DAN PENGELOLAAN

Pasal 7

Pembentukan Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya di sahkan dengan Surat


Keputusan Badan Pengurus HIPMI sesuai tingkatannya.

Pasal 8

1. Hubungan Lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya dengan kepengurusan HIPMI


merupakan hubungan lini yang secara berkala menyampaikan laporannya berkenaan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga / Badan / yayasan tersebut.
2. Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya ditingkat BPP, BPD dan BPC secara
struktural berada di bawah Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan, namun secara
fungsional disesuaikan dengan masing-masing bidang yang berkaitan.

Pasal 9

1. Dalam hal surat – menyurat Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya ditingkat BPP,
BPD dan BPC memberikan tembusan kepada bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
dan bidang terkait
2. Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya ditingkat BPP, BPD dan BPC memberikan
laporan berkala dalam Rapat Bidang, Rapat Badan Pengurus Harian dan Rapat Badan
Pengurus Lengkap

Pasal 10

1. Personalia Pengurus Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya adalah Pengurus


HIPMI atau anggota HIPMI yang bukan Pengurus atau unsur perorangan / professional yang
mampu memberikan partisipasi sesuai dengan misi / tugas yang diberikan.
2. Kelengkapan struktur dan personalia pengurus lembaga-lembaga / Badan/ yayasan atau
sejenisnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Badan Pengurus Pusat, Badan Pengurus
Daerah, Badan Pengurus Cabang sesuai dengan tingkatannya, dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Di Tingkat Pusat, sekurang-kurangnya terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang
Wakil Ketua 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara serta apabila diperlukan
penambahan pengurus dapat diakomodir sebanyak-banyaknya 15 orang.
b. Di Tingkat Daerah, sekurang-kurangnya terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang
Wakil Ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara serta apabila diperlukan
penambahan pengurus dapat diakomodir sebanyak-banyaknya 10 orang.
c. Di Tingkat Cabang, sekurang-kurangnya terrdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang
sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara serta apabila diperlukan penambahan pengurus
dapat diakomodir sebanyak-banyaknya 5 orang.
3. Kelengkapan Organisasi lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya dibentuk
sesuai kebutuhan dan harus sepengetahuan pengurus HIPMI sesuai tingkatannya.
4. Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya bertanggung jawab kepada Pengurus
HIPMI sesuai dengan tingkatannya.

PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA 123


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 10

1. Pengurus HIPMI sesuai dengan tingkatannya sewaktu-waktu dapat membubarkan lembaga-


lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya, manakala berdasarkan pertimbangan organisasi
sudah tidak diperlukan lagi meskipun masa kerjanya belum berakhir.
2. Pengurus HIPMI sesuai dengan tingkatannya sewaktu-waktu dapat mengangkat dan
memberhentikan personalia pengelola lembaga-lembaga / Badan / Yasasan atau sejenisnya

BAB V
PENUTUP

Pasal 11

1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan diatur kemudian
dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan.
2. Apabila di dalam peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan
perbaikan seperlunya.
3. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
PadaTanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015– 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

124 PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DISIPLIN ORGANISASI

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

125
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

126 DISIPLIN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 07/PO/HIPMI/XI/2015

TENTANG
DISIPLIN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa dalam suatu organisasi yang sehat, para pengurus dan anggota
diharapkan dapat bersama-sama berusaha mempertahankan serta
meningkatkan kinerja organisasi, sehingga bermanfaat bagi kemajuan
organisasi dalam perannya memajukan perekonomian bangsa
b. Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas, sangat ditentukan oleh
suasana kondusif di dalam organisasi agar dapat melaksanakan program
kerjanya
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Disiplin Organisasi Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembanng dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG DISIPLIN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1

Bahwa sesungguhnya dalam suatu organisasi yang sehat para pengurus dan anggota sama-sama
berusaha untuk mempertahankan serta meningkatkan kinerja organisasi sehingga bermanfaat bagi
kiprah dan kemajuan organisasi ditengah-tengah masyarakat pada umumnya dan dikalangan
pengusaha muda pada khususnya

DISIPLIN ORGANISASI 127


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas sangat diperlukan suasana kondusif di dalam
organisasi agar organisasi beserta perangkat-perangkat yang dimiliki dapat melaksanakan
program kerja sebagaimana yang diamanahkan oleh Munas / Musda / Muscab.

Oleh karena itu perlu diatur sebuah Peraturan Organisasi yang mengatur Disiplin Organisasi HIPMI.
Peraturan Organisasi ini bertujuan memberikan panduan kepada pengurus dan anggota di setiap
tingkatan untuk mengetahui secara jelas hal-hal yang menyangkut pelanggaran dan menyebabkan
jatuhnya sanksi organisasi.

BAB II
PENGERTIAN DISIPLIN ORGANISASI

Pasal 2

1. Disiplin adalah setiap perilaku positif yang berdasarkan kepada ketaatan kepatuhan serta
tunduk kepada Peraturan, norma dan prinsip-prinsip tertentu., Disiplin berarti juga kemampuan
untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat
menekan sekalipun.
2. Dalam kaitan dengan Disiplin Organisasi HIPMI peraturan yang dimaksud adalah konstitusi
organisasi yang meliputi AD/ART, Peraturan Organisasi dan seterusnya, perundang-undangan
dan Peraturan Pemerintah yang berlaku serta etika dan norma-norma kesusilaan yang umum.

Pasal 3

Tindakan Disiplin adalah setiap upaya yang dilakukan organisasi terhadap anggotanya dalam
rangka menjaga dan mempertahankan semangat, kinerja dan nama baik organisasi. Pada dasarnya
setiap tindakan disiplin dengan memperhatikan sifat dan kadar pelanggaran yang dilakukan.

BAB III
JENIS PELANGGARAN DAN SANKSI

Pasal 4

1. Pelanggaran adalah setiap perbuatan yang dilakukan baik secara perorangan maupun
bersama-sama dengan sengaja melanggar AD/ART, Peraturan Organisasi, ketentuan
organisasi lainnya; perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang berlaku serta etika
organisasi, norma-norma susila umum lainnya yang berakibat menghambat kinerja organisasi
HIPMI dan atau mencemarkan nama baik organisasi HIPMI.
2. Sanksi adalah setiap tindakan positif yang diambil oleh organisasi dalam rangka meningkatkan
kinerja anggota dan organisasi dan hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan dan nama
baik organisasi HIPMI.
3. Sanksi didasarkan kepada :
a. Jenis pelanggaran
b. Frekuensi (seringnya / pengulangan) pelanggaran.
c. Besar kecilnya pelanggaran
d. Unsur kesengajaan.

128 DISIPLIN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 5

1. Pelanggaran terhadap Konstitusi Organisasi meliputi, antara lain :


a. AD/ART HIPMII
b. Peraturan Organisasi
c. Ketentuan-ketentuan Organisasi lainnya.
2. Pelanggaran terhadap perundang-undangan serta peraturan pemerintah secara umum, yang
berkaitan dengan etika bisnis secara khusus, melakukan tindakan-tindakan hukum di bidang
kriminal yang berakibat jatuhnya vonis pidana oleh pengadilan dan sudah mendapatkan
kekuatan hukum tetap.
3. Pelanggaran terhadap Etika Organisasi.
a. Melanggar azas kepatutan
b. Mengatasnamakan organisasi untuk kepentingan pribadi tanpa persetujuan terlebih
dahulu
c. Merusak citra serta nama baik organisasi.
4. Pelanggaran Moral.
a. Melakukan perbuatan tercela
b. Melakukan perbuatan yang melanggar nilai-nilai kesusilaan yang berakibat merugikan
nama baik organisasi yang terbukti secara hukum.

Pasal 6

1. Jenis Sanksi terdiri dari :


a. Teguran atau peringatan
b. Pemberhentian sementara (skorsing)
c. Pemecatan
2. Teguran atau peringatan dilakukan :
a. Kepada anggota dilakukan oleh Badan Pengurus sesuai dengan tingkatan kepengurusan
organisasi
b. Teguran atau peringatan tersebut di atas dilakukan secara lisan maupun tertulis.
3. Sanksi Pemberhentian sementara (skorsing) dapat dilakukan oleh Badan Pengurus sesuai
dengan tingkatan Kepengurusan Organisasi
4. Sanksi Pemecatan dilakukan oleh Badan Pengurus Pusat dengan memperhatikan usul Badan
Pengurus Daerah/Badan Pengurus cabang, setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan
untuk membela diri atau proses naik banding selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari setelah
pengajuan usulan pemecatan diterima oleh Badan Pengurus Pusat.

Pasal 7

Rehabilitasi dalam rangka pemulihan nama baik organisasi/institusi dan perorangan dapat
dilakukan oleh Badan Pengurus Pusat berdasarkan usul dan pertimbangan Badan Pengurus Daerah
/ Badan Pengurus Cabang.

DISIPLIN ORGANISASI 129


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB IV
TATA CARA PEMBERIAN SANKSI

Pasal 8

Tata cara pemberian sanksi diatur dengan memberikan klasifikasi tingkat pelanggaran sebagai
berikut :
(1) Pelanggaran Ringan
Urutan pemberian sanksi adalah :
a. Lisan/tertulis 1
b. Tertulis 2
c. Tertulis 3
d. Pemecatan
(2) Pelanggaran Sedang
a. Tertulis 1
b. Tertulis 2
c. Tertulis 3
d. Pemecatan
(3) Pelanggaran Berat
a. Pemecatan

Pasal 9

Jangka waktu penetapan sanksi :


a. Lisan 1 : (satu) minggu
b. Tertulis 1 : 1 (satu) bulan
c. Tertulis 2 : 2 (dua) minggu
d. Tertulis 3 : 2 (dua) minggu

Pasal 10

Wewenang penetapan sanksi :


a. Rapat Bidang Organisasi : Pelanggaran Ringan —­­­­Lisan
b. Rapat BPH : Pelanggaran Sedang — Tertulis
c. Rapat BPL : Pelanggaran Berat — Pemecatan

Pasal 11

Hak jawab untuk pembelaan diberikan kepada setiap anggota / pengurus sesuai dengan
penetapan sanksi

130 DISIPLIN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB V
PENUTUP

Pasal 12

1. Peraturan Disiplin Organisasi ini dibuat dengan mengacu kepada :


a. Perundang-undangan serta peraturan pemerintah yang berlaku
b. AD/ART HIPMI dan Peraturan Organisasi serta Ketentuan Organisasi lainnya
c. Sistem Nilai serta Norma Etika yang berlaku secara umum
2. Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya
3. Monitoring pelaksanaan Peraturan Disiplin Organisasi ini berada dibawah koordinasi Bidang
Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
4. Peraturan Organisasi tentang Disiplin Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

DISIPLIN ORGANISASI 131


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

132 DISIPLIN ORGANISASI


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

133
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

134 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 08/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa dalam suatu organisasi yang sehat, para pengurus dan anggota
diharapkan dapat memahami keorganisasian HIPMI, memiliki jiwa
nasionalisme tinggi, memiliki jiwa kepemimpinan dan mengetahui potensi
perekonomian baik tingkat daerah maupun nasional sehingga menjadi
kader yang berwawasan luas dan berperan aktif bagi kemajuan organisasi
dalam perannya memajukan perkonomian bangsa
b. Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas, sangat ditentukan oleh
pengkaderan yang terstruktur dan memiliki standar yang sama dari mulai
BPC, BPD hingga BPP
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) HIMPUNAN
PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1

Seiring dengan berkembanganya anggota HIPMI dan semakin banyaknya tantangan duniausaha
dan organisasi, diperlukan kader yang berkualitas untuk menggerakkan HIPMI.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 135


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

HIPMI merupakan organisasi kader dimana memerlukan perangkat terstandarisasi untuk proses
kaderisasi dengan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi anggota dan
pengurus dari tingkat BPC, BPD dan BPP HIPMI. Hasil dari Diklat ini diharapkan menghasilkan
pengusaha yang tangguh, profesional dan negarawan.

Oleh karena itu perlu diatur sebuah Peraturan Organisasi yang mengatur PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN (DIKLAT) HIPMI. Peraturan Organisasi ini bertujuan memberikan panduan kepada
pengurus dan anggota di setiap tingkatan untuk mengetahui secara jelas hal-hal yang menyangkut
materi dan teknis pelaksanaannya

BAB II
JENIS – JENIS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pasal 1

1. Formal adalah Pendidikan dan pelatihan berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap
jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya, meliputi Diklatnas, diklatda
dan Diklatcab
2. Non Formal adalah Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
pemahaman, kewirausahaan, profesionalisme kepemimpinan, serta keorganisasian anggota.

BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENURUT JENJANG DAN JENIS

Pasal 2

1. Tujuan pendidikan dan pelatihan perjenjangan adalah sebagai rumusan sikap, pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki anggota HIPMI setelah mengikuti jenjang latihan kader tertentu,
yakni Diklatnas, Diklatda dan diklatcab
2. Tujuan pendidikan dan pelatihan menurut jenis adalah sebagai rumusan sikap, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki anggota HIPMI, baik kemampuan intelektualitas maupun kemampuan
ketrampilan setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan tertentu baik formal maupun informal

BAB IV
DIKLATNAS, DIKLATDA DAN DIKLATCAB

Pasal 3
Pengertian Diklatnas, Diklatda Dan Diklatcab

1. Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Nasional (Diklatnas) merupakan pelatihan yang


diselenggarakan oleh BPP HIPMI bagi pengurus BPP dan BPD HIPMI
2. Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Daerah (Diklatda) merupakan pelatihan yang diselenggarakan
oleh BPD HIPMI bagi pengurus BPD dan BPC HIPMI
3. Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Cabang (Diklatcab) merupakan pelatihan yang
diselenggarakan oleh BPC HIPMI bagi pengurus BPC dan Anggota HIPMI.

136 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 4
Tujuan Diklatnas, Diklatda Dan Diklatcab

1. Tujuan Diklatnas adalah Terbentuknya pola pikir wirausaha dan jaringan bisnis nasional serta
karakter dasar kepemimpinan dunia usaha di tingkat nasional
2. Tujuan Diklatda adalah Terbentuknya pola pikir wirausaha dan jaringan bisnis wilayah serta
karakter dasar kepemimpinan dunia usaha di tingkat provinsi
3. Tujuan Diklatcab adalah Terbentuknya pola pikir wirausaha dan jaringan bisnis lokal serta
karakter dasar kepemimpinan dunia usaha di tingkat Kota atau Kabupaten

Pasal 5
Target Diklatnas, Diklatda Dan Diklatcab

1. Target Diklatnas adalah


a. Mampu mengembangkan wawasan yang dibutuhkan pengusaha di tingkat Nasional
b. Memiliki kesadarn berorganisasi di tingkat Nasional
c. Mampu mengembangkan komunikasi dan jaringan di tingkat Nasional
d. Mampu mengembangkan wawasan terhadap peran HIPMI sebagai pressure group dan
advokasi kebijakan di tingkat Nasional
2. Target Diklatda adalah
a. Mampu mengembangkan wawasan yang dibutuhkan pengusaha di tingkat Daerah
b. Memiliki kesadaran berorganisasi di tingkat Daerah
c. Mampu mengembangkan komunikasi dan jaringan di tingkat Provinsi
d. Mampu mengembangkan wawasan terhadap peran HIPMI sebagai pressure group dan
advokasi kebijakan di tingkat Provinsi
3. Target Diklatcab adalah
a. Memiliki kesadaran nilai sebagai anggota HIPMI
b. Memahami mekanisme keanggotaan dan kepengurusan HIPMI
c. Mampu mengembangkan wawasan yang dibutuhkan pengusaha di tingkat Kabupaten dan
Kotamadya
d. Memiliki kesadaran berorganisasi di tingkat Cabang
e. Mampu mengembangkan komunikasi dan jaringan di tingkat Kabupaten dan Kotamadya
f. Mampu mengembangkan wawasan terhadap peran HIPMI sebagai pressure group dan
advokasi kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kotamadya

Pasal 6
Materi Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab

1. Diklatnas
Materi diklatnas HIPMI meliputi :
a. Materi Wajib adalah :
1) Sejarah dan tujuan perjuangan HIPMI
2) Manajemen organisasi dan antar kelembagaan (Bidang, Daerah dna Otonom) HIPMI
3) Mekanisme peraturan dan AD/ART HIPMI
4) HIPMI sebagai pelaku advokasi dan pressure group kebijakan
5) Mekanisme kerjasama dan komunikasi dengan mitra nasional
6) Arah kebijakan dan program BPP HIPMI
7) Indikator keberhasilan kepengurusan HIPMI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 137


PEDOMAN ORGANIS HIPM

b. Materi Penunjang adalah :


1) Arah dan kebijakan pembangunan nasional
2) Arsitektur perbankan Indonesia
3) Ketahanan nasional
4) Prospek investasi dan peluang usaha
5) Mekanisme kesekretariatan, kebendaharaan dan atribut HIPMI tingkat Nasional
6) Paket (Outbond)

2. Diklatda
Materi diklatda HIPMI meliputi :
a. Materi Wajib adalah :
1) Sejarah dan tujuan perjuangan HIPMI (Nasional dan Daerah)
2) Manajemen organisasi dan jenjang karir HIPMI di tingkat Cabang dan Daerah
3) Mekanisme peraturan HIPMI di tingkat Daerah
4) Manajemen dan etika kemitraan organisasi HIPMI di tingkat Daerah
5) Mekanisme opini dan hubungan kemasyarakatan HIPMI
6) Arah kebijakan dan program HIPMI tingkat BPD
7) Indikator keberhasilan kepengurusan HIPMI tingkat Daerah
b. Materi Penunjang adalah :
1) Pengetahuan lokal : Potensi usaha, potensi pasar lokal dan manajemen perbankan
2) Kebijakan pembangunan daerah
3) Paket / modul disesuaikan dengan kebutuhan daerah
4) Mekanisme kesekretariatan, kebendaharaan dan atribut HIPMI tingkat Daerah

3. Diklatcab
Materi diklatda HIPMI meliputi :
a. Materi Wajib adalah :
1) Sejarah dan tujuan perjuangan HIPMI (Nasional dan Cabang)
2) Mekanisme dan model rekrutmen anggota HIPMI
3) Manajemen keanggotaan dan pengurus HIPMI di tingkat Cabang
4) Mekanisme peraturan HIPMI di tingkat Cabang
5) Manajemen dan etika kemitraan organisasi HIPMI di tingkat Daerah
6) Arah kebijakan dan program HIPMI tingkat BPC
8) Indikator keberhasilan kepengurusan HIPMI tingkat Cabang
b. Materi Penunjang adalah :
1) Pengetahuan lokal : Potensi usaha, potensi pasar lokal dan manajemen perbankan
2) Kebijakan pembangunan daerah
5) Paket / modul disesuaikan dengan kebutuhan daerah
6) Mekanisme kesekretariatan, kebendaharaan dan atribut HIPMI tingkat Cabang

138 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB V
MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DIKLATNAS, DIKLATDA DAN DIKLATCAB

Pasal 7
Waktu

Diklatnas, Diklatda atau Diklatcab diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
masa bakti kepengurusan

Pasal 8
Peserta

1. Peserta Diklat adalah anggota biasa HIPMI yang memiliki Kartu Tanda Anggota dan telah
membayar iuran anggota.
2. Peserta Diklatnas adalah utusan BPP yang mendapat rekomendasi dari BPP HIPMI dan /atau
utusan BPD yang mendapat rekomendasi dari BPD dan telah mengikuti Diklatda HIPMI
3. Peserta Diklatda adalah utusan BPD yang mendapat rekomendasi dari BPD HIPMI dan /atau
utusan BPC yang mendapat rekomendasi dari BPC dan telah mengikuti Diklatcab HIPMI
4. Peserta Diklatcab adalah pengurus BPC dan /atau anggota HIPMI yang sudah aktif dalam
kegiatan di BPC
5. Pengurus BPD/BPC/ anggota HIPMI dapat menjadi peserta Diklatda/Diklatcab di BPD/BPC
lain

Pasal 9
Pelaksana

Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan HIPMI meliputi :


1. Jenjang Diklatnas adalah Lembaga rediklat HIPMI dan Lemhanas RI
2. Jenjang Diklatda adalah Lembaga rediklat BPD
3. Jenjang Diklatcab adalah Lembaga rediklat BPC

Pasal 10
Pemateri

Pemateri Pendidikan dan Pelatihan HIPMI meliputi :


1. Jenjang Diklatnas adalah Instruktur (Pengurus HIPMI dan Anggota Luar Biasa HIPMI) yang
tersertifikasi TOT HIPMI, Orang - orang dengan kualifikasi tertentu yang ditugaskan untuk
menyampaikan materi pelatihan sesuai dengan kapasitasnya, dan instruktur Lemhanas
2. Jenjang Diklatda adalah Instruktur Instruktur (Pengurus HIPMI dan Anggota Luar Biasa HIPMI)
yang tersertifikasi TOT HIPMI dan Orang - orang dengan kualifikasi tertentu yang ditugaskan
untuk menyampaikan materi pelatihan sesuai dengan kapasitasnya
3. Jenjang Diklatcab adalah Instruktur Instruktur (Pengurus HIPMI dan Anggota Luar Biasa HIPMI)
yang tersertifikasi TOT HIPMI dan Orang - orang dengan kualifikasi tertentu yang ditugaskan
untuk menyampaikan materi pelatihan sesuai dengan kapasitasnya.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 139


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 11
Metode

Metode yang digunakan dalam pengelolaan Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab meliputi :
1. Sistem diskusi adalah suatu metode pemahaman materi pendidikan dan pelatihan secara
diskutif (pertukaran pikiran yang bebas) dan komunikatif
2. Sistem ceramah (dialog) adalah suatu metode pemahaman materi pendidikan dan pelatihan
melalui Tanya jawab
3. Sistem penugasan suatu metode pemahaman materi pendidikan dan pelatihan melalui
penggunaan ketraampilan peserta dengan sasaran yaitu :
a. Mempergunakan kemampuan tertentu
b. Bentuk – bentuk trial dan error (Dinamika kelompok)
c. Studi kasus
d. Simulasi dan lain sebagainya

Pasal 12
Model

1. Pengelolaan Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab dilaksanakan dalam sesi kelas dan dapat
ditambahkan kegiatan di luar kelas
2. Pengelolaan Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab dapat bekerja sama dengan Lembaga yang
berkompeten

BAB VI
PENUTUP

Pasal 13

Silabus Diklatnas/Diklatda/Diklatcab merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan


Organisasi ini.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

140 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PEDOMAN ADMINISTRASI
MANAJEMEN KEBENDAHARAAN

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

141
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

142 PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 09/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa salah satu masalah utama dalam pengelolaan organisasi HIPMI
adalah memberdayakan sumber-sumber pemasukan dana sehingga
diharapkan dapat menjaga kelangsungan organisasi
b. Bahwa pengoganisasian dana baik pencairan, pemakaian, pelaporan
maupun pencatatan menjadi sangat penting agar dana-dana yang masuk
dapat dikelola dengan efektif dan efisien
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi HIPMI yang mengatur tentang Pedoman Administrasi dan
Manajemen kebendaharaan

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA


INDONESIA TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
KEBENDAHARAAN HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1

Salah satu masalah utama dalam pengelolaan organisasi-organisasi non profit adalah sumber-
sumber pemasukan dana. Oleh karena itu, Yang dimaksud manajemen keuangan adalah segala
upaya yang dilakukan dalam pengorganisasian dana baik pencarian, pemakaian, pelaporan
maupun pencatatan menjadi sangat penting agar dana-dana yang masuk dapat dikelola dengan
efektif dan efisien. Sebagai organisasi pengusaha muda yang professional, merupakan keharusan
untuk merumuskan pedoman administrasi dan manajemen Kebendaharaan, karena persoalan
keuangan sungguh sangat sensitif dan tidak mudah.

PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN 143


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 2

Pedoman administrasi dan manajemen kebendaharaan tersebut disusun dengan sasaran sebagai
berikut :
1. Agar lebih mandiri, tidak tergantung pada sumbangan yang bersifat konvensional.
2. Tertib administrasi, sebagai sarana menjadi organisasi yang profesional.
3. Bahan untuk memudahkan membuat laporan dan pertanggung jawaban.
4. Mendapatkan dana dengan cara yang efektif.

BAB II
SUMBER DANA

Pasal 3

Merupakan sumbangan dari dalam dan luar Organisasi yang halal dan tidak mengikat, antara
lain :
1. Pengurus / Anggota
2. Senior yang menjadi Anggota Luar Biasa HIPMI
3. Pemerintah yang bersifat pembinaan
4. Perusahaan Swasta / Pengusaha yang bersifat kemitraan
Usaha-usaha sah yang tidak bertentangan dengan AD / ART HIPMI

Pasal 4

1. Uang Pangkal adalah merupakan biaya yang wajib diberikan oleh anggota baru HIPMI
yang telah dinyatakan resmi diterima menjadi anggota HIPMI sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan AD/ART. Uang pangkal ditetapkan sebesar Rp 500.000
2. Iuran adalah merupakan iuran rutin setiap bulan yang wajib dibayar oleh setiap anggota
dalam rangka untuk membiayai jalannya operasional organisasi.
3. Besarnya uang iuran anggota serta proses penagihannya ditingkat BPD maupun BPC proses
penagihan dan pelaksanaanya ditetapkan oleh BPD / BPC HIPMI.
4. Sumbangan adalah merupakan bantuan yang bersifat sukarela yang tidak mengikat
5. Untuk membantu keuangan Badan Pengurus Pusat, maka 10% (sepuluh persen) hasil iuran
anggota diserahkan ke Badan Pengurus Pusat. Sedangkan untuk membantu keuangan Badan
Pengurus Daerah, maka 30% (tiga puluh persen) hasil iuran anggota diserahkan kepada
Badan Pengurus Daerah.

Pasal 5

1. Ketentuan tentang Usaha-usaha organisasi baik melalui kegiatan kegiatan maupun lembaga
/ Badan/yayasan atau sejenis yang dibentuk diatur tersendiri berdasarkan kebutuhan dan
kesepakatan masing-masing pengelola / penanggung jawab.
2. Hendaknya ketentuan tersebut paling tidak, mengatur antara lain :
a. Ketentuan Umum yang menyangkut perjanjian kerja atau memorandum of understanding
(MOU) atau yang menyangkut pengaturan kontribusi yang dihasilkan
b. Mekanisme kerja dan pengambilan keputusan.

144 PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB III
SISTEM PENGANGGARAN

Pasal 6

Sistem penganggaran merupakan perencanaan keuangan untuk pelaksanaan program organisasi


dalam bentuk angka-angka uang yang terdiri dari anggaran penerimaan dan pengeluaran dana
dalam satu periode kepengurusan, yang menggambarkan sumber dan penggunaan dana (cash
flow).

Pasal 7

Dengan adanya sistem Penganggaran diharapkan dapat menentukan skala prioritas, dengan
tujuan tercapainya efektifi tas, efi sien, kontrol dan sinkronisasi antara pelaksana setiap aktivitas
organisasi.

Pasal 8

Fungsi Penganggaran HIPMI tidak terlepas dari prinsip-prinsip fungsi manajemen secara umum,
yaitu :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
4. Pencatatan
5. Pelaporan
6. Pengawasan / Pengontrolan

Pasal 9

Syarat-syarat pengeluaran setidaknya meliputi :


1. Kronologis pengeluaran dan pemasukan
2. Sistematis
3. Mudah dimengerti
4. Jelas angka-angka dalam pos-pos
5. Jumlah total seluruh pengeluaran dan pemasukan

Pasal 10

Tahapan Penyusunan Anggaran adalah sebagai berikut :


1. Pengajuan kegiatan masing-masing bidang melalui Wakil-Wakil Bendahara di bidangnya
masing-masing
2. Identifikasi Kegiatan / aktivitas masing-masing bidang
3. Penjadwalan
4. Perhitungan perkiraan biaya setiap kegiatan
5. Penjumlahan biaya kegiatan

PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN 145


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 11

Mekanisme Persetujuan Anggaran diatur dengan ketentuan :


1. Pengajuan Anggaran Bidang :
Masing-masing Ketua Bidang mengajukan Anggaran berdasarkan program kerja yang telah
disetujui dalam rapat Badan Pengurus Lengkap melalui Wakil-Wakil Bendahara di bidangnya
masing-masing untuk rekomendasi tim kebendaharaan dan dibahas serta disetujui pada Rapat
Pimpinan BPH
2. Pengajuan Anggaran aktivitas :
Disusun oleh Team Khusus kepanitiaan bersama-sama dengan ketua bidang yang
bersangkutan melalui Wakil-Wakil Bendahara untuk di check oleh Bendahara Umum dan
dibahas / disetujui pada Rapat Pimpinan BPH.

Pasal 12

1. Pengajuan Anggaran setiap aktivitas harus mendapat persetujuan Bendahara Umum sebagai
policy maker dan Ketua Umum sebagai decision maker, baik yang dilaksanakan oleh bidang
maupun kepanitiaan.
2. Setiap pengeluaran harus sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan disertai bukti
pembayaran.
3. Apabila terjadi penyimpangan dari anggaran yang telah ditetapkan, maka harus dibawa ke
forum Rapat PimpinanBPH.
4. Penyusunan Laporan akhir sebagai pertanggung jawaban pelaksanan program.
5. Laporan akhir pertanggung jawaban kegiatan selambat-lambatnya 12 minggu setelah
pelaksanaan kegiatan.
6. Apabila melibatkan pihak ke tiga, maka laporan kegiatan selambat-lambatnya diterima 1
(satu) bulan setelah pelaksanaan kegiatan.

BAB IV
SISTEM ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEUANGAN

Pasal 13

Sistem administrasi dan manajemen keuangan disusun Agar pendayagunaan dana dapat dilakukan
secara efi sien dan efektif.

Pasal 14

Prinsip-prinsip yang berlaku dalam hal pengelolaan keuangan meliputi :


1. Perencanaan
Perencanaan keuangan yang diaktualisasikan berupa Anggaran pendapatan dan anggaran
pengeluaran untuk satu jangka waktu tertentu yang menggambarkan sumber penggunaan
2. Pengorganisasian (Pengelolaan)
Agar lebih memudahkan kontrol pengelolaan keuangan, maka pengorgani-sasiannya sebagai
berikut :
a. Tugas yang mencari dan mengumpulkan dana dari sumber-sumber yang telah
ditentukan diserahkan kepada Wakil-Wakil Bendahara dibawah tanggung jawab Tim
Kebendaharaan

146 PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

b. Penyimpangan dan pengeluaran dana yang dikumpulkan harus terlebih dahulu disetujui
oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum. Dana yang sudah diperoleh dilaporkan kepada
Bendahara Umum dan Ketua Umum
c. Wewenang untuk mengusahakan dana dipegang oleh Tim Kebendaharaan
d. Tugas untuk mencatat keluar masuk dana dan penyusunan laporan diserahkan kepada
Wakil Bendahara

3. Pelaksanaan
Yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah pelaksanaan pengaturan keuangan meliputi :
a. Pengumpulan dana
Yang berkewajiban dan bertanggung jawab mengumpulkan dana adalah Tim
Kebendaharaan dengan tugas meliputi :
1) Menarik iuran sesuai dengan ketentuan organisasi
2) Menarik dan mengumpulkan dana dari donatur
3) Menyerahkan hasil pengumpulan dana kepada Wakil Bendahara (yang khusus
membidangi penyimpanan) setelah disetujui Ketua Umum dan Bendahara Umum
4) Pada saat penyerahan dana kepada Wakil Bendahara bagian pembukuan harus
disertai bukti kwitansi yang ditanda tangani oleh penyumbang, penerima dan
Bendahara Umum
5) Wakil Bendahara bagian pembukuan memberikan bukti penerimaan dana kepada si
penerima dana
b. Pengeluaran Dana
1) Pengeluaran dana untuk bidang harus sesuai dengan Anggaran Belanja yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Pengeluaran harus diajukan berdasarkan bukti-bukti yang telah disetujui sebelumnya
3) Pengeluaran dana harus disetujui oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum
4) Penandatanganan cek oleh Bendahara Umum bersama Ketua Umum dan atau
Sekretaris Jenderal
c. Penyimpanan
1) Yang bertanggung jawab atas penyimpanan dana adalah Wakil Bendahara Bidang
Pembukuan
2) Dana harus disampaikan di BANK yang telah ditentukan

4. Prosedur Pengeluaran Dana


a. Permintaan untuk pengeluaran dana diajukan kepada Ketua Umum dan biro Bendahara
Umum oleh bagian atau bidang yang memerlukan dana melalui Wakil- Wakil Bendahara
di bidang masing-masing
b. Bendahara Umum bersama Tim Kebendaharaan menilai permohonan tersebut untuk
disetujui / ditolak atau minta dirobah
c. Atas dasar surat permohonan yang telah disetujui, Wakil Bendahara Umum
mengeluarkannya dan menyerahkannya kepada pemohon. Staff sekretariat mencairkan
dana dimaksud
d. Bendahara Umum Sekretariat mencatat dalam bukti-bukti pengeluaran uang, kemudian
tanda bukti pengeluaran tersebut diserahkan kepada Wakil Bendahara

PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN 147


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

5. Pengontrolan / Pengawasan
Pengontrolan/pengawasan keuangan organisasi meliputi :
a. Pengontrolan yang bersifat preventif, adalah pengontrolan yang berjalan atau dilakukan
bersamaan dengan tahap-tahap proses penerimaan dan pengeluaran yang dimulai dari
:
1) Permohonan untuk pengeluaran
2) Jumlah yang telah dianggarkan
b. Pengontrolan yang bersifat refresif adalah pengontrolan berupa pemeriksaan kewajaran
laporan keuangan setelah dicocokkan dalam buku mutasi dan bukti pendukung lainnya

BAB V
PENYUSUNAN LAPORAN

Pasal 15

Laporan keuangan pada umumnya adalah neraca dan daftar perhitungan hasil usaha (R/L).
Neraca menggambarkan posisi harga kewajiban dan kekayaan pada saat tertentu. Sedangkan
daftar perhitungan hasil usaha menggambarkan hasil kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran
dana organisasi untuk jangka waktu tertentu yang berakhir pada tanggal neraca.

Pasal 16

Tahun Buku HIPMI adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

BAB VI
PENUTUP

Pasal 17

1. Pedoman Kebendaharaan ini disusun agar dapat berguna sebagai pegangan atau petunjuk
pelaksanaan bagi organisasi disemua tingkatan dalam upaya pendayagunaan sumber dana
yang ada, secara efisien dan efektif serta dapat dipertanggung jawabkan.
2. Apabila di dalam peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan
perbaikan seperlunya.
3. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

148 PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PEDOMAN ADMINISTRASI
KESEKRETARIATAN

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

149
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

150 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 10/PO/HIPMI/XI/2015
Tentang
PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa salah satu masalah utama dalam pengelolaan organisasi HIPMI
adalah memberdayakan sumber-sumber pemasukan dana sehingga
diharapkan dapat menjaga kelangsungan organisasi
b. Bahwa pengoganisasian dana baik pencairan, pemakaian, pelaporan
maupun pencatatan menjadi sangat penting agar dana-dana yang masuk
dapat dikelola dengan efektif dan efisien
a. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu dikeluarkan Peraturan Organisasi
HIPMI yang mengatur Pedoman administrasi dan manajemen kebendaharaan

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA


INDONESIA TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
KEBENDAHARAAN HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1

Administrasi kesekretariatan merupakan segenap proses penyelenggaraan setiap usaha kerjasama


antar manusia yang dilakukan secara tertulis untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut, agar supaya diselenggarakan secara tertib, teratur, bertanggungjawab, efi sien dan
efektif maka diselenggarakan aturan-aturan, petunjuk maupun ketentuan yang berkenaan dan
berkaitan dengan segala perilaku keadministrasian dan kesekretariatan

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 151


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Administrasi Kesekretariatan HIPMI merupakan segenap proses penyelenggaraan aktivitas yang


berfungsi sebagai tempat dan pusat aktivitas organisasi serta mekanisme kerja-kerja kepengurusan
organisasi. Oleh karena itu, Organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia memandang perlu
untuk membuat suatu Pedoman Administrasi Kesekretariatan untuk memudahkan gerak langkah
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya

Peraturan Administrasi Kesekretariatan diselenggarakan untuk mencapai tujuan organisasi sesuai


dengan perencanaan-perencanaan atau program-program organisasi HIPMI yang dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan organisasi HIPMI sebagai bentuk pembinaan dan pemantapan administrasi
untuk mengembangkan kehidupan organisasi yang lebih moderen, profesional, efektif dan efi sien.
Administrasi Kesekretariatan HIPMII merupakan segenap proses penyelenggaraan aktivitas yang
berfungsi sebagai tempat dan pusat aktivitas organisasi serta mekanisme kerja-kerja kepengurusan
organisasi

Pedoman Administrasi dan Kesekretariatan HIPMI disusun dengan sistematika sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LETAK BANGUNAN SEKRETARIAT
BAB III PENGELOLA KANTOR/ADMINISTRASI
KESEKRETARIATAN
BAB IV KETATAUSAHAAN
BAB V KETATA ARSIPAN
BAB VI INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI
BAB VII PERPUSTAKAAN ORGANISASI
BAB VIII KEPROTOKOLERAN
BAB IX P E N U T U P

BAB II
LETAK / BANGUNAN SEKRETARIAT

Pasal 2

Letak Sekretariat atau Kantor HIPMI sebagai tempat untuk menyelenggarakan segala aktivitas dan
pengelolaan administrasi organisasi hendaknya dipilih dengan pertimbangan ideal dan strategis
sebagai berikut :
1. Terletak di Pusat Kota.
2. Mudah dijangkau oleh kendaraan umum.
3. Di pinggir jalan
4. Di lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.

Pasal 3

1. Sedangkan Fasilitas Bangunan/Gedung Sekretariat HIPMII hendaknya dilengkapi fasilitas


sebagai berikut :
a. Ruang Tata Usaha Staf Sekretariat
b. Ruang Pengurus
c. Ruang Tamu
d. Ruang Perpustakaan
e. Ruang Rapat
f. Musholla / Tempat Ibadah

152 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

g. Ruang Dapur
h. Ruang Kamar Mandi / WC
i. Peralatan komunikasi : telepon, fax, modem / Internet, handphone
j. Peralatan kantor : meja, kursi, komputer, kertas, lemari, rak arsip, dan ATK lainnya serta mesin
fotokopi (jika mampu)
k. Perlengkapan organisasi : papan nama, bendera, stempel
l. Kendaraan Operasional (jika mampu)
2. Dalam mengatur ruangan hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor kenyamanan, kesehatan,
keindahan dan keserasian sehingga bagi pemakai dan mengunjung kantor tersebut merasa
nyaman, betah, meningkatkan semangat dan kemauan bagi yang berada di dalamnya

BAB III
PENGELOLA KANTOR / ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN

Pasal 4

1. Pengelola Kantor dan Administrasi Kesekretariatan HIPMI sepenuhnya menjadi kewajiban


dan kewenangan pada team kesekretariatan. Yaitu Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum/
Sekretaris sebagai koordinator dan penanggungjawab dibantu dengan wakil-wakil Sekretaris
Jenderal/Wakil- Wakil Sekretaris Umum/Wakil-wakil Sekretaris. Sedangkan pelaksana
harian sekretariat jenderal dikendalikan oleh Sekretaris Eksekutif (SE)
2. Sedangkan fasilitas penunjang administrasi kesekretariatan yaitu : kertas dan alat-alat tulis,
dapur beserta isinya, atau segala fasilitas yang sifatnya consumable menjadi tugas dan
tanggung jawab team kebendaharaan

Pasal 5

1. Sekretariat adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan-


pekerjaan ketata-usahaan / administrasi organisasi yang meliputi segala tugas-tugas
koordinasi dalam penyampaian kebijakan organisasi melalui saluran administrasi yang
dibakukan termasuk jasa-jasa yang meliputi penyampaian informasi, reproduksi, percetakan,
distribusi surat-menyurat dan lain- lain.
2. Petugas administrasi dalam melaksanakan tugasnya wajib menjamin dan bertanggung jawab
atas segala keberhasilan misi organisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Sekretariat memiliki tugas di bawah kendali Sekretaris Jenderal / Sekretaris Umum /
Sekretaris organisasi dengan proyeksi tugas meliputi :
a. Koordinasi yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal / Sekretaris Umum / Sekretaris
organisasi adalah koordinasi dalam penyampaian kebijakan organisasi yang akan
diteruskan kesemua tingkatan organisasi, sesuai keinginan organisasi melalui saluran
administrasi.
b. Membantu kelancaran kegiatan organisasi secara keseluruhan (jasa-jasa), keputusan
dan kebijakan yang telah diambil organisasi disebarkan dengan cepat dan tepat oleh
sekretariat sebagai saluran informasi.
4. Dalam memberikan informasi yang diperlukan oleh pengurus organisasi, sekretariat dapat
pula menyusun laporan-laporan organisasi, meneliti dan mengolah data, baik bersumber dari
intern maupun ekstern organisasi dengan sepengetahuan Ketua Bidang Organisasi, Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Umum/Sekretaris organisasi dan selanjutnya hasil-hasil dalam berbagai
bentuk laporan maupun terbitan, yang dapat digunakan sebagai bahan informasi

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 153


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB III
KETATAUSAHAAN

Pasal 6

Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi perlu didukung oleh Administrasi organisasi yang
meliputi
a. Catatan:
Adalah kumpulan tulisan yang dibuat secara teratur dan kronologis yang dapat dipergunakan
untuk mengetahui/menilai kembali fakta-fakta yang berhubungan dengan tindakan-tindakan
administrasi pada masa lalu.
b. Laporan :
Adalah suatu pertanggungjawaban dari seorang / anggota sebagai hasil pengelolaan/
penilaian data/informasi/catatan/kejadian atau kegiatan yang berhubungan dengan fungsi
dan tugasnya, sesuai dengan yang diinstruksikan oleh organisasi.
c. Keputusan :
Adalah tindakan yang diambil oleh organisasi setelah mempelajari dan menilai rencana dan
program yang telah disusun atau dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
d. Surat-menyurat :
Merupakan suatu kegiatan yang dijalankan untuk meminta dan memberikan penjelasan,
perintah menambah kekurangan atau mengadakan perubahan- perubahan sebagai reaksi
dari adanya catatan / laporan / perencanaan / program dan keputusan organisasi

Pasal 7

1. Korespondensi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian surat- surat baik
tertulis maupun lisan yang timbul dari adanya pencatatan, laporan, perencanaan, program
atau keputusan yang mungkin masih menimbulkan adanya permintaan penjelasan. Dengan
pengendalian dimaksud, maka pengarah atau pengurus sesuai kegiatan dapat dilaksanakan
secara cepat dan tepat untuk mencapai sasaran.
2. Surat organisasi HIPMI adalah suatu alat untuk menyampaikan berita secara tertulis yang berisikan
pemberitahuan, pernyataan, permintaan dan sebagainya kepada pengurus dan anggota maupun
pihak-pihak lain, yang dianggap penting oleh organisasi HIPMI.
3. Prinsip pokok dalam pembuatan surat harus meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan dan maksud dari pada surat tersebut.
b. Merencanakan bentuk surat, artinya menetapkan ide yang menjadi isi dari pada surat, dengan
urutan atau kronologi pesan yang baik.
c. Menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
d. Surat hendaknya singkat dan jelas, tanpa mengurangi kesopanan dan kelengkapan makna
surat.
4. Adapun dalam penyampaian surat kepada pihak yang menjadi sasaran pesan/ berita / informasi,
maka surat organisasi harus memenuhi tujuan umum surat menyurat, sebagai sarana penyampaian
suatu maksud dalam bentuk tulisan agar tindakan yang dikehendaki dapat tercapai dengan
tepat dan cepat.

154 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 8

1. Surat Resmi/Biasa/Rutin.
2. Surat Mandat/Surat tugas/Surat Kuasa/Surat Keterangan
3. Surat Ketetapan/Surat Keputusan
4. Surat-surat yang dipergunakan dan dibuat oleh organisasi di lingkungan HIPMI, berdasarkan
alamat penerimanya dibagi dalam :
1. Surat-surat internal organisasi adalah surat organisasi yang dikirim atau disampaikan
kepada pengurus atau anggota, jajaran keluarga besar organisasi HIPMI. Surat keluar
intern ditanda tangani oleh Ketua Umum organisasi dan Sekretariat Jenderal di tingkat
Pusat, Ketua Umum dan Sekretaris Umum di tingkat Daerah, Ketua Umum dan Sekretaris
di tingkat Cabang atau Pengurus yang diberikan wewenang untuk itu disesuaikan dengan
bidang masing–masing. Termasuk dalam kategori ini adalah :
i. Surat Kepada Badan Pengurus Daerah, dan Badan Pengurus Cabang.
ii. Surat Kepada Badan dan Lembaga di lingkungan internal HIPMI.
iii. Surat Kepada Anggota, Anggota Badan Pengurus, Dewan Pembina dan Dewan
Kehormatan di seluruh tingkatan organisasi.
2. Surat-surat Eksternal Organisasi adalah semua surat organisasi yang dikirim atau disampaikan
kepada instansi dan lembaga pemerintah, organisasi profesi dan lainnya di luar organisasi
HIPMI. Surat keluar eksternal organisasi ditanda tangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal untuk di tingkat Pusat dan Ketua Umum dan Sekretaris Umum di tingkat Daerah dan
Ketua Umum bersama Sekretaris di tingkat Cabang atau pengurus yang diberikan wewenang
untuk itu sesuai dengan bidangnya. Termasuk dalam kategori ini adalah :
i. Surat kepada Pemerintah
ii. Surat kepada Lembaga Tinggi dan Tertinggi Negara
iii. Surat kepada Lembaga, Asosiasi atau organisasi profesi lainnya
iv. Surat kepada Lembaga atau Badan Swasta atau perorangan.
5. Surat-surat yang dipergunakan dan dibuat oleh organisasi dilingkungan HIPMI, berdasarkan
sifatnya dibagi dalam :
a. Surat Resmi / Biasa / Rutin yaitu surat yang dikirimkan untuk tujuan umum. Pada dasarnya
sebagaian besar surat organisasi termasuk dalam kategori ini.
b. Surat Mandat adalah surat yang menyatakan pemberian wewenang dari pengurus
organisasi yang mempunyai hak dan wewenang atau suatu, kepada Pengurus/ anggota
atau orang lain guna bertindak untuk dan atas namanya melakukan sesuatu sesuai
mandat yang diberikan. Surat Mandat berlaku sementara, artinya surat mandat tersebut
tidak berlaku lagi pada saat tugas yang termuat di dalamnya telah dilakukan dan atau
sesuai dengan tanggal berlakunya.

c. Surat tugas adalah suatu pernyataan pemberian wewenang tertentu dari diri dan atau
untuk pengurus organisasi guna bertindak untuk dan atas nama pemberi tugas guna
melaksanakan suatu kegiatan / tugas yang berkaitan dengan misi dan tujuan organisasi
d. Surat Kuasa adalah surat yang berisi pernyataan pemberian kuasa dari pengurus
kepada pengurus lainnya atau dari pengurus kepada staf sekretariat yang prinsipnya
memberikan kekuasaan tertentu atas nama pengurus untuk keperluan tertentu.
e. Surat Keterangan adalah surat yang berisi keterangan mengenai seseorang yang
dipergunakan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar HIPMI mengenai
kondisi yang bersangkutan

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 155


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

f. Surat Keputusan yaitu surat yang memuat kebijaksanaan pokok, sifatnya umum berlaku /
harus diikuti oleh / bagi seluruh bagian anggota organisasi yang sifatnya dapat dirubah
apabila terdapat perubahan kebijakan atau terdapat kekeliruan didalamnya. Surat
keputusan ini dibuat oleh pengurus berdasarkan hasil Rapat Badan Pengurus Harian
dalam rangka langkah kebijaksanaan organisasi
g. Ketetapan yaitu surat yang memuat kebijaksanaan strategis, sifatnya umum berlaku / harus
diikuti oleh / bagi seluruh bagian anggota organisasi yang bersifat tetap. Ketetapan
dibuat dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang sehingga lebih
tinggi kedudukannya daripada surat keputusan
h. Rekomendasi yaitu keterangan yang menguatkan kapasitas/kapabilitas seseorang untuk
dapat dipertimbangkan oleh pengambil keputusan.

BAB IV
STANDARD FORMAT SURAT

Pasal 9

1. Kertas Kop Surat HIPMI menggunakan kertas HVS warna putih ukuran kuarto (A4) dengan
tulisan dan logo HIPMI sebagaimana contoh dibawah ini :
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
INDONESIA YOUNG ENTREPRENEURS ASSOCIATION
BADAN PENGURUS ……… (nama daerah/cabang)
Jl……………….T. …… F. ……. Email :………Website :……….

- Ukuran Huruf baris pertama dan kedua disarankan 14


- Ukuran huruf baris ketiga disarankan 12
- Ukuran huruf alamat disarankan 8
- Dibagian bawah sekali (1 cm dari ujung kertas) dicantumkan motto tepat di tengah bidang kertas
“Pengusaha Pejuang - Pejuang Pengusaha”
a. Warna putih bersih
b. Ukuran kuarto (A4)

2. Nomor Surat
Terdiri dari 7 (tujuh) bagian, yaitu :
Nomor Urut/Kode Jenis Surat/Kode Surat Resmi/Rutin/Biasa-Pembuat/Pengirim BPP/Bulan
Masehi (Angka Romawi)/Tahun Masehi
Contoh : 001/A/1-Sek/BPP/X/15 atau 001/A/1-Sek/BPD/X/15
001/B/1-Sek/BPP/X/15 atau 001/B/1-Sek/BPD/X/15
Keterangan :
a. Nomor Urut. Penomoran surat diawali dengan nomor surat dan penomoran dilakukan dengan
sistem nomor urut (dimulai dari :1) dimulai awal masa bakti dan diakhiri pada akhir masa
bakti. Nomor urut surat resmi dibedakan dengan nomor surat jenis lain.
1. Nomor surat untuk surat-surat resmi/biasa/ mandat/ tugas/kuasa/keterangan.
2. Nomor surat untuk surat-surat keputusan dan surat-surat ketetapan.
Nomor surat baik untuk a.1 maupun untuk a.2 atas dimulai dengan nomor 001 sampai dengan
tak terbatas dan diperbaharui kembali dengan nomor 001 setiap periode pergantian
kepengurusan.

156 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

b. Kode Jenis Surat.


Terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu :
1. A = Untuk Jenis Surat Resmi/Biasa/Rutin/Mandat/ Tugas/Kuasa/ Keterangan Internal
Organisasi

1. B = Untuk jenis SuratResmi/Biasa/Rutin/Mandat/


Tugas/Kuasa/Keterangan Eksternal Organisasi
2. TAP = Untuk Jenis Surat Ketetapan.
3. KPTS = Untuk Jenis Surat Keputusan

Kode Surat Resmi/Biasa/rutin menggunakan kode sebagai berikut :


Kode angka1 : untuk kalangan Intern HIPMI (BPP, BPD, BPC, Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan))
Kode angka 2 : untuk kalangan Pejabat / Instansi Pemerintah
Kode angka 3 : untuk kalangan BUMN dan Perbankan Nasional
Kode angka 4 : untuk kalangan Perusahaan Swasta Nasional
Kode angka 5 : untuk kalangan Kadin / Asosiasi / Himpunan
Kode angka 6 : untuk kalangan Organisasi Sosial
Kemasyarakatan
Kode angka 7 : untuk kalangan Organisasi Sosial Politik
Kode angka 8 : untuk kalangan Perwakilan Negara Asing
Kode angka 9 : untuk kalangan Perusahan Swasta Asing
Kode angka 10 : untuk kalangan Perguruan Tinggi
Kode angka 11 : untuk kalangan Senior HIPMI
Kode angka 12 : untuk kalangan Lain-lain

Sedangkan untuk surat-surat lain diberlakukan kode surat sebagai berikut :


Surat Keputusan - SKEP
Undangan - UND
Surat Keterangan - Surket
Surat Mandat - Mandat
Surat Tugas - Ratgas
Surat Kuasa - SKU
Surat Rekomendasi - REK
Surat Referensi - REF
Surat Pengantar - SP
Surat Perintah Kerja - SPK
Surat Perintah Jalan - SPJ
Surat Perjanjian Kerjasama - MOU
Memo Intern - MI
Surat Kepanitiaan - PAN-……..(kegiatan)

c. Pembuat / Pengirim
1. Sek = Untuk Sekretaris Jenderal/Sekretaris
2. KGR = Untuk Forum Musyawarah Nasional
3. Mus = Untuk Forum Musyawarah Daerah
4. Rak = Untuk Forum Rapat-Rapat Kerja.

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 157


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

d. Bulan ditulis menggunakan angka romawi dengan kode sebagai berikut :


I = Januari VII = Juli
II = Februari VIII = Agustus
III = Maret IX = September
IV = April X = Januari
V = Mei XI = Nopember
VI = Juni XII = Desember

e. Tahun Masehi : 2010, 2011, 2012 ......……Dst.ditulis hanya dua angka terakhir

3. Tanggal Surat. terletak di kanan atas surat sejajar dengan


nomor surat. Tanggal suratdiawali dengan lokasi dikeluarkannya surat, kemudian disambung
tanggal / bulan / tahun.

4. Lampiran Surat. Menyebutkan jumlah, dan bila perlu dengan macam dan nama lampiran

5. Pokok Surat (Perihal / Hal) Ringkas tapi jelas, pendek tapi padat dan diterka maksud atau isi
surat.
Contoh :
Hal : PERMOHONAN PEMBICARA

6. Alamat Penerima Surat


Alamat Surat terletak dibawah perihal, segaris lurus dibawah isi nomor surat, lampiran dan
perihal dengan jarak satu setengah Spasi. Jika alamat surat ditujukan kepada Lembaga atau
instansi maka penyebutannaya bukan pada lembaga / instansi bersangkutan tetapi kepada
Pengurus atau Pimpinan
Lembaga/Instansi tersebut. Jika surat tersebut ditujukan pada salah satu unit/bagian yang ada
pada lembaga/Instansi tersebut maka setelah penyebutan Pimpinan / Pengurus Lembaga /
Instansi yang bersangkutan, hendaknya dilengkapi dengan “up” yang berarti “untuk perhatian”.
Contoh : Kepada Yang Terhormat :
Bapak Direktur Utama GARUDA INDONESIA
7. Kata Permulaan Surat.
Kata permulaan ini berfungsi sebagai pembuka surat, dengan alinea baru dan berjarak 2
spasi.
Dipakai kalimat “Dengan hormat” atau “Assalamu’alaikum Wr.Wb.” Kemudian bila perlu
disambung dengan puji syukur atau doa atau kalimat pembuka lainnya.

8. Isi Surat.
Isi surat harus jelas, singkat dan padat dengan pembagian-pembagiannya adalah sebagai
berikut

a. Isi surat dibagi beberapa alinea (bila perlu).


b. Satu alinea mempersoalkan satu segi perihal surat.
c. Satu susunan kalimat memuat satu pokok pikiran.
d. Dalam menulis surat diperkenankan menggunakan singkatan / istilah yang sudah lazim/
umum dipakai.

158 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

e. Jika pengetikan surat lebih dari satu halaman, untuk menghubungkan pengetikan halaman
pertama dan berikutnya di sudut kanan bawah dicantumkan tanda-tanda seperti nomor
halaman dan atau awal kalimat yang ada di halaman selanjutnya.
Contoh : -1- dan atau akibatnya ……….. / ditulis di sudut bawah. Apabila berbentuk
lampiran, maka pada halaman berikutnya menyebutkan nama lampiran.

Contoh : - Lampiran Surat Keputusan BPP HIPMI Nomor : …………….


- Lampiran Surat Mandat Nomor : ………………
Sistematika isi surat adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Uraian persoalan/isi/pokok surat
3. Penutup
Pendahuluan dan penutup sebaiknya tidak lebih dari dua alinea. Sedangkan isi/uraian
persoalan dibuat ringkas, padat, jelas, sopan, wajar dan tidk bertele-tele. Antara
Pendahuluan, Isi dan Penutup diberi jarak 2 spasi.

9. Penutup Surat.
Dalam pembuatan surat-surat resmi/rutin/biasa yang dibuka dengan “ Dengan Hormat“ Maka
dalam menutup surat digunakan kalimat “ Hormat Kami “.
Tanggal Surat.
Tanggal surat terletak di kanan bawah surat sebelah kalimat penutup dengan jarak 2 spasi.
Tanggal surat diawali dengan lokasi dikeluarkannya surat, kemudian disambung tanggal/
bulan/tahun.

10. Penanda Tanganan Surat.


Wewenang penandatangan surat diatur sebagai berikut :
a. Untuk surat-surat resmi yang ditujukan pada eksternal organisasi harus ditandatangani
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. di tingkat Pusat, Ketua Umum dan Sekretaris Umum
di tingkat Daerah dan Ketua Umum dan Sekretaris di tingkat Cabang.,
b. Dalam keadaan tertentu (Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal tidak berada di tempat),
maka penandatanganan dapat dilakukan oleh Ketua dan atau Wakil Sekjen Wakil
Sekretaris Jenderal/Wakil Sekretaris Umum / Wakil Sekretaris yang dimandatkan dapat
menanda tangani surat dimaksud di masing–masing tingkatan.
c. Sedangkan untuk Internal Organisasi dapat ditandatangani oleh Ketua dan Wakil
Sekretaris Jenderal Bidang yang bersangkutan, dengan sepengetahuan tembusan kepada
Ketua Umum atau antara Ketua Umum dengan Wakil Sekretaris Jenderal, atau antara
Ketua dengan Sekretaris Jenderal.

d. Tanda tangan Ketua Umum / Ketua berada di sebelah kiri, sedangkan tanda tangan
Sekretaris Jenderal / Sekretaris Umum / Sekretaris dan wakilnya berada di sebelah
kanan.

11. Tembusan (bila perlu)


Penentuan tembusan kepada pejabat / pihak lain yang berkepentingan.

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 159


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 10

1. Tata cara penggunaan Cap organisasi adalah semua tingkatan yang diberi wewenang dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan organisasi. Adapun Cap organisasi ukuran standard
hanya untuk surat menyurat, sedang Cap ukuran kecil hanya untuk kartu anggota, dokumen
bank (cek, giro bilyet dll).
2. Pada bagian akhir surat wajib dibubuhi stempel organisasi yang ditempatkan di tengah-
tengah kedua tanda tangan dan menyentuh tanda tangan sebelah kiri.
3. Ukuran Cap / Stempel BPP HIPMI adalah 3,5 x 1,2 cm dan warna tinta Violet, dengan bentuk
huruf dan susunan kata sebagai berikut :
a. (khusus untuk BPP HIPMI) : HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA

b. (untuk BPD / BPC HIPMI) : HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA


Nama BPD/BPC INDONESIA

Pasal 11

1. Surat menyurat kepanitiaan/pelaksana program diatur dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Pada dasarnya surat menyurat kepanitiaan / pelaksanaan program mengikuti tata cara
surat menyurat Badan Pengurus Pusat HIPMI.
b. Panitia Pelaksana program hanya mengeluarkan surat intern kepanitiaan dalam rangka
koordinasi dan dinamisasi kerja panitia.
c. Sedangkan untuk surat ekstern harus dikeluarkan oleh Badan Pengurus atau diterbitkan
oleh Panitia dengan tambahan mengetahui Ketua Umum.
d. Bentuk Kop Surat, Stempel kepanitiaan diserahkan sepenuhnya kepada Badan Pengurus
HIPMI sesuai dengan tingkatannya.
2. Surat menyurat Lembaga / Badan di lingkungan HIPMI, mengikuti tata cara kerja administrasi
Badan Pengurus HIPMI yang telah ditetapkan.

BAB V
KETATA ARSIPAN

Pasal 12

Untuk memudahkan pengelolaan system administrasi dan kesekretariatan, yaitu pengelolaan surat
menyurat, surat masuk maupun keluar, pengarsipan dan dokumentasi agar teratur dan sistematis,
maka system pengagendaan surat menyurat perlu diatur tersendiri, yang terdiri dari :

a. Agenda Surat Masuk.


Setiap surat yang masuk harus dicatat dalam agenda surat masuk kemudian diberi lembar
disposisi dan disampaikan kepada Sekretaris Jenderal untuk mendapatkan arahan. Unsur-
unsur yang terpenting untuk dicatat dalam surat masuk adalah sebagai berikut :
1. Nomor Surat 5. Tanggal Surat
2. Nomor kode asrip 6. Isi Surat
3. Nomor Surat 7. Asal Surat
4. Tanggal diterima 8. Keterangan

160 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

b. Agenda Surat Keluar.


Surat Keluar harus melalui sirkulasi sebagai berikut :
1. Konsep surat harus terlebih dahulu dikonfirmasikan kepada pimpinan yang bersangkutan
agar tidak terjadi kekeliruan atau perbedaan-perbedaan antara muatan, isi dan redaksi
surat tersebut.
2. Konsep surat yang telah mendapat konfi rmasi dan persetujuan, baru kemudian diberi nomor
verbal.
3. Buku verbal agenda untuk surat keluar memuat antara lain :
a. Nomor urut surat d. Tanggal surat
b. Nomor kode arsip e. Isi suratPerihal
c. Nomor surat f. Tujuan surat

Contoh Agenda Buku Verbal

No. urut Surat No. Kode Surat No. Surat Isi Surat perihal Tujuan Surat

c. Agenda Surat Keputusan / Ketetapan.


Buku Agenda Surat Keputusan / Ketetapan memuat antara lain :
a. Nomor Urut d. Tanggal Surat
b. Nomor Kode Arsip e. Isi Surat
c. Nomor Surat f. Keterangan
d. Buku Ekspidisi

Buku Agenda Surat Keputusan

No Kode Arsip Tanggal Isi Surat Tujuan Surat Ket

5. Buku Ekspedisi memuat antara lain :


a. Tanggal Pengiriman d. Lampiran
b. Tujuan Surat e. Keterangan
c. Tanggal / Nomor Surat

Contoh Ekspedisi

Jumlah Tujuan Surat Tanggal dan Lampiran Penerima Ket


Pengiriman Nomor Surat
5 BPD Jambi 101/A/1-Sek/BPP/X/15 1 (satu) Via Pos/Tiki

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 161


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 13

1. Arsip adalah kumpulan warkat / surat-surat yang disimpan secara sistimatis karena mempunyai
suatu kemanfaatan apabila dibutuhkan dapat secara tepat ditemukan kembali. Jadi intinya
arsip berarti pengumpulan dan penyimpanan warkat / surat surat. Tata kearsipan yang
sempurna apabila semua surat dan dokumen-dokumen lainnya tersimpan pada suatu tempat
tertentu dan teratur rapi sehingga apabila diperlukan kembali mudah ditemui, walaupun surat-
surat tersebut telah tersimpan lama. Pengarsipan yang baik dan sangat berguna, terutama
membantu kelancaran dan ketertiban organisasi serta dapat digunakan sebagai pengembangan
pengetahuan umumnya.
2. Arsip organisasi HIPMI pada umumnya terdiri dari :
a. Arsip Aktif, adalah arsip yang masih digunakan dalam batas waktu tertentu oleh organisasi
sebagai bahan penyelesaian, arsip yang secara langsung tetap digunakan
b. Arsip In Aktif, yang oleh HIPMI telah mendapat penyelesaian dengan batas waktu tertentu
telah diselesaikan dan telah menurun nilai gunanya.
c. Arsip Statis, adalah arsip yang secara tidak langsung dipergunakan dalam penyelenggaraan
administrasi. Arsip ini adalah pertanggung jawaban HIPMI dan guna perkembangan
HIPMI.
3. Surat-surat organisasi harus disimpan di secretariat / kantor dan dilarang keras disimpan
di luar kantor. Apabila isi surat tersebut diperlukan, maka pengurus dapat meminta petugas
sekretariat untuk menggandakannya atau mengirimkan melalui faksimili atau kurir.

Pasal 14
KODE MAP / ARSIP HIPMI

1. Pokok-pokok pengarsipan surat organisasi HIPMI akan diatur sebagai berikut :


a. Sistem pengarsipan diatur berdasarkan penggabungan klasifi kasi surat masuk baik intern
maupun ekstern organisasi dan surat keluar baik intern maupun ekstern organisasi.
b. Masing masing klasifi kasi terdiri dari beberapa folder sesuai dengan kode surat. Misalnya
: Folder II untuk surat keluar ke pemerintah.
c. Apabila sebuah folder dirasa kurang maka untuk satu klasifi kasi dibuat beberapa folder
dengan kode seri tersendiri. Misalnya Folder I seri 2.
d. Khusus untuk folder dengan kode surat romawi I hendaknya dibagi dalam beberapa
bagian. Misalnya untuk BPP perlu dibagi untuk menampung surat dari 29 BPD.
e. Informasi-informasi yang bersifat tulisan, pidato, pikiran dan lain-lain diarsipkan secara
khusus berhubungan dengan sifat dokumen organisasi.
2. Kode Folder Arsip diatur sebagai berikut :
a. Kode Folder Arsip Surat Masuk = SM kemudian diikuti klasifikasinya.(sesuai klasifikasi surat
yang diatur diatas) Contoh : Folder Surat Masuk dari Pemerintah kodenya adalah SM II
b. Surat Masuk Internal = MA
c. Surat Masuk Eksternal = MB
d. Kode Folder Arsip Surat Keluar = SK kemudian diikuti klasifikasinya.(sesuai klasifikasi surat
yang diatur diatas) Contoh: Folder Surat Keluar untuk Asosiasi kodenya adalah SM III
e. a. Surat Keluar Internal = KA
f. b. Surat Keluar Eksternal = KB
g. 3. Kode Arsip Surat Ketetapan / Keputusan = TAP / KPTS
- Surat Ketetapan = TAP
- Surat Keputusan = KPTS

162 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB VI
INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI

Pasal 15

Tujuan dibuatnya daftar inventarisasi organisasi adalah :


a. Menunjukkan kekayaan organisasi
b. Menghindari adanya pemborosan
c. Sebagai alat kontrol dari inventaris (mengetahui kerusakan, perubahan, penggantian dan
menambah jika terjadi kekurangan).

Pasal 16

1. Inventarisasi Organisasi adalah segala sesuatu yang menjadi milik organisasi berupa kekayaan
organisasi yang pada pokoknya dapat kita bagi menjadi dua bagian, yaitu: Inventarisasi yang
permanen (tahan lama) Contohnya : Gedung / Sekretariat kantor, alat-alat kantor, komputer,
meja, alat dapur dan sebagainya.
2. Penyimpanan inventaris organisasi harus dilakukan dengan baik oleh orang-orang yang
berkompeten dan bertanggung jawab sesuai dengan job discription kesekretariatan.
Penyimpanan harus dilaksanakan serta ditempatkan di sekretariat, tidak diperkenankan
dibawa atau disimpan di rumah fungsionaris.

Pasal 17

1. Dokumentasi Organisasi adalah segala sesuatu yang menyangkut kegiatan pencarian,


pengumpulan, penyimpanan dan pengawetan dokumen-dokumen organisasi. Dokumentasi
organisasi tersebut merupakan suatu tanda bukti yang sah menurut hukum dari peristiwa-
peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian disimpan. Pada hakekatnya semua arsip organisasi
adalah dokumen.
2. Bentuk-bentuk dokumen organisasi antara lain :
a. Gambar-gambar dan foto-foto
b. Tulisan-tulisan dan surat-surat penting
c. Benda-benda berharga dan bernilai
d. Foto copy atau salinan surat
e. Surat Kabar, Majalah dan lain sebagainya.
3. Dokumentasi yang dipakai untuk menyusun laporan tahunan / akhir organisasi dan sebagai
bukti yang sah serta sangat penting untuk menyusun sejarah perjuangan organisasi, oleh karena
itu pemeliharaan dan penyimpanan dokumen seperti hal lainnya barang-barang inventaris dan
arsip hendaknya disusun dengan rapih dan teratur dalam map-map / rak-rak dan tempat-
tempat tertentu dengan pengelompokan sesuai dengan kebutuhan.

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 163


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB VII
PERPUSTAKAAN ORGANISASI

Pasal 18

1. HIPMI sebagai Organisasi wadah berhimpun pengusaha Muda yang berorientasi pada bidang
ekonomi serta turut aktif menumbuh kembangkan semangat kewirausahaan di kalangan
generasi muda, melalui pelatihan, penyuluhan dan bentuk kegiatan lainnya maka perpustakaan
organisasi menjadi sangat penting dan strategis.
2. Perpustakaan yang ideal bagi HIPMI adalah meliputi buku-buku yang diperlukan bagi anggota
dan komponen pemuda lainnya yang memerlukan referensi informasi yang berkaitan dengan
kewirausahaan khususnya, perekonomian umumnya . Oleh karena itu minimal yang harus dimiliki
mencakup buku-buku yang diperlukan yang meliputi antara lain :
a. Dasar-dasar Kewirausahaan
b. Kiat-kiat sukses berwirausaha
c. Wawasan Kepemimpinan dan Manajemen
d. Wawasan Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan
e. Sumber-sumber Permodalan
f. Strategi Pemasaran
g. Dan lain-lain.
3. Dalam upaya menertibkan dan mengembangkan perpustakaan organisasi, maka perlu diatur
dalam administrasi perpustakaan dan diserahkan pengelolaannya kepada pengurus yang
bertanggung jawab dan memahami seluk beluk perpustakaan.

BAB VIII
KEPROTOKOLERAN

Pasal 19

1. Tugas suatu kesekretariatan tidak saja terbatas pada pengelolaan atau pengaturan surat-
menyurat organisasi, administrasi dan kearsipan dan penyelenggaraan dokumentasi serta
perpustakaan organisasi, tetapi juga meliputi penataan suatu acara dan pelaksanaannya,
yang disebut sebagai protokoler.
2. Keprotokoleran HIPMI merupakan segala aktivitas yang berhubungan dengan penyelenggaraan
suatu prosedur kelancaran (acara / upacara) dan memegang peranan penting bagi sukses dan
sempurnanya suatu acara / upacara.
3. Agar sasaran suatu kegiatan upacara dapat tercapai secara optimal, diperlukan
penanggungjawab dan pembagian tugas dalam penyelenggaraannya. Apabila
penyelenggaraan suatu aktifitas tanpa adanya Panitia Penyelenggara, maka pengelolaan
penataan dan penyelenggaraannya langsung berada di bawah team Sekretariat Jenderal /
Sekretariat.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan suatu acara / upacara adalah
sebagai berikut :
a. Tempat / Gedung (lay out, dekorasi dan pengaturan kursi)
b. Posisi tamu / undangan dan pengurus.
c. Jenis dan pengantar acara.
d. Susunan acara, terutama mengenai urutan pemberi sambutan, secara struktural pejabat/
pengurus terbawah mendahului pejabat/pengurus diatasnya, sedangkan dalam sapaan
sambutan berlaku sebaliknya.

164 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 20

1. Dengan adanya Pedoman Administrasi Kesekretariatan ini menjadi sangat penting dan strategis
dalam menunjang dan menjadikan organisasi HIPMI menjadi organisasi yangmodern, karena
dengan adanya pedoman tersebut segala hal yang berkaitan dengan kesekretariatan menjadi
seragam dan teratur secara rapi sehingga segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan
organisasi akan efisien dan efektif serta bermutu.
2. Untuk melaksanakan administrasi yang baik dan profesional sangat bergantung pada
profesionalitas para pelaksannya, yaitu team Sekretaris Jenderal / Sekretaris dengan dukungan
dan pengertian semua fungsionaris

Pasal 21

Apabila di dalam peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan perbaikan
seperlunya. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila di dalam
peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN 165


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

166 PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PEDOMAN PANITIA KEGIATAN

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

167
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

168 PEDOMAN PANITIA KEGIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 11/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEDOMAN PANITIA KEGIATAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa dalam rangka menjalankan program kerja yang telah ditetapkan
organisasi, maka dipandang perlu bagi pengurus dan anggota untuk
dapat memahami prosedur atau tata laksana kepanitiaan dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam organisasi.
b. Bahwa kepanitiaan dalam organisasi menjadi sangat penting agar suatu
program organisasi dapat berjalan dengan efektif
c. Bahwa untuk itu diperlukan adanya pedoman panitia kegiatan dalam
organisasi yang menjadi dasar serta acuan dalam upaya melaksanakan
program organisasi

Mengingat : Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan pengurus
Lengkap HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG PEDOMAN PANITIA KEGIATAN HIMPUNAN PENGUSAHA
MUDA INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Panitia kegiatan adalah fungsionaris yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan


organisasi Kepanitiaan sesuai tingkatan masing-masing dalam upaya melaksanakan suatu program
serta aktifitas organisasi dan bertanggungjawab kepada BPP/BPD/BPC HIPMI.

PEDOMAN PANITIA KEGIATAN 169


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 2

Tujuan umum pembentukan kepanitiaan adalah:


1. Merencanakan, mengelola, melaksanakan memonitor dan mengevaluasi seluruh tahapan-
tahapan pelaksanaan suatu kegiatan.
2. Mengatur tata laksana dan tata kerja dalam persiapan dan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Mengelola materi kegiatan.
4. Pengkondisian dan penciptaan suasana yang kondusif bagi pelaksanaan kegiatan organisasi.
5. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan operasional yang berkaitan dengan kegiatan.
6. Melaksanakan koordinasi dan komunikasi dengan semua unsur yang terlibat dalam
kegiatan.

BAB II
PEMBIDANGAN TUGAS

Pasal 3

Tugas-tugas personalia dalam panitia adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak
dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan, oleh sebab itu setiap anggota panitia dalam
melaksanakan tugasnya wajib melakukan, memelihara dan mengadakan konsultasi dan kerjasama
yang erat dan serasi secara terus menerus antara anggota-anggota panitia.

BAB III
PANITIA PENGARAH

Pasal 4

1. Panitia Pengarah memiliki tugas dan kewenangan dalam hal-hal berkaitan dengan materi
pokok kegiatan.
2. Panitia Pengarah terdiri atas Ketua Panitia Pengarah, Sekretaris Panitia Pengarah dan Anggota
Panitia Pengarah.

Pasal 5

Ketua Panitia Pengarah memiliki tugas:


a. Memimpin panitia pengarah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijaksanaan yang
digariskan oleh pimpinan organisasi.
b. Memimpin rapat-rapat kepanitiaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijaksanaan
yang digariskan oleh pimpinan organisasi.
c. Mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan.
d. Mendelegasikan tugas yang berkaitan dengan tugas panitia pengarah kepada orang yang
dianggap mampu.

170 PEDOMAN PANITIA KEGIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 6

Sekretaris Panitia Pengarah memiliki tugas:


a. Membantu Ketua panitia pengarah dalam melaksanakan tugasnya.
b. Menyelesaikan segala sesuatu mengenai administrasi panitia pengarah.
c. Memimpin dan bertanggungjawab atas kesekretarian panitia pengarah.
d. Melaksanakan atau mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas tertentu sesuai
dengan pembidangan tugas yang ditentukan.

Pasal 7

Anggota Panitia Pengarah memiliki tugas:


a. Melaksanakan tugas yang berkaitan dengan kerja panitia pengarah.
b. Menyelesaikan segala sesuatu mengenai tugas yang diemban oleh masing- masing
anggota.
c. Merumuskan materi pokok kegiatan sesuai dengan pembidangan kerja masing- masing
personal.
d. Melaksanakan atau mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas tertentu sesuai dengan
pembidangan tugas yang ditentukan.

BAB IV
PANITIA PELAKSANA

Pasal 8

1. Panitia Pelaksana memiliki tugas dan kewenangan dalam hal-hal berkaitan dengan teknis
operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
2. Panitia Pelaksana terdiri atas Ketua Panitia, Wakil Ketua Panitia, Sekretaris Panitia, Wakil
Sekretaris Panitia, Bendahara Panitia, Wakil Bendahara Panitia dan Bidang-bidang
kepanitiaan.

Pasal 9

Ketua Panitia memiliki tugas:


a. Memimpin panitia sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijaksanaan yang digariskan
oleh pimpinan organisasi.
b. Mewakili panitia kedalam dan keluar organisasi sesuai dengan ketentuan- ketentuan dan
kebijaksanan yang digariskan oleh pimpinan organisasi.
c. Memelihara hubungan yang erat dengan lembaga yang relevan dengan tugas panitia.
d. Memimpin rapat-rapat sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijaksanaan yang digariskan
oleh pimpinan organisasi.
e. Mengarahkan, membimbing, mengevaluasi dan mengawasi persiapan dan pelaksanaan
kegiatan

PEDOMAN PANITIA KEGIATAN 171


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 10

Wakil Ketua Panitia memiliki tugas:


a. Mewakili ketua panitia apabila ketua panitia berhalangan sesuai dengan kebijaksanaan
yang ditentukan oleh ketua panitia.
b. Membantu ketua panitia dalam mengarahkan, membimbing dan mengawasi persiapan dan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pembidangan tugas dan atau kebijaksanaan yang
ditentukan.
c. Melaksanakan atau mengkoordinasikan pelasakanaan tugas tertentu sesuai dengan
pembidangan tugas yang ditentukan.
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh ketua panitia.

Pasal 11

Sekretaris Panitia memiliki tugas:


a. Membantu ketua panitia dan wakil ketua panitia dalam melaksanakan tugasnya.
b. Menyelesaikan segala sesuatu mengenai administrasi kegiatan.
c. Memimpin dan bertanggungjawab atas kesekretariatan kegiatan.
d. Melaksanakan atau mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas tertentu sesuai
dengan pembidangan tugas yang ditentukan

Pasal 12

Wakil Sekretaris Panitia memiliki tugas:


a. Mewakili sekretaris panitia apabila sekretaris panitia berhalangan sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditentukan.
b. Membantu sekretaris panitia dalam melaksanakan tugasnya.
c. Melaksanakan atau mengkoordinasikan pelasakanaan tugas-tugas tertentu sesuai dengan
pembidangan tugas yang ditentukan.
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh sekretaris panitia.

Pasal 13

Bendahara Panitia memiliki tugas:


a. Membantu ketua panitia dan wakil ketua panitia dalam melaksanakan tugasnya.
b. Memupuk dan mengembangkan sumber-sumber dana dan sarana-sarana lainnya untuk
menunjang pelaksanaan kegaitan, sesuai dengan kebijaksanaan dan petunjuk pelaksanaan
yang digariskan oleh ketua panitia.
c. Mengadakan usaha-usaha lainnya yang sah untuk mengumpulkan dana yang dikoordinasikan
bersama sekretaris panitia sesuai petunjuk pelaksanaan yang digariskan oleh ketua panitia.
d. Menyusun rencana anggaran belanja dan pengelolaan dana.
e. Mengawasi pemasukan dan penggunaan dana.
f. Membuat pembukuan tentang segala sesuatu yang menyangkut pendanaan.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan pembidangan tugas yang ditentukan.

172 PEDOMAN PANITIA KEGIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 14

Wakil Bendahara Panitia memiliki tugas:


a. Mewakili bendahara panitia apabila bendahara panitia berhalangan.
b. Membantu bendahara panitia dalam melaksanakan tugasnya.
c. Melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan pembidangan tugas yang ditentukan.
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh bendahara panitia

Pasal 15

Bidang-bidang kepanitiaan memiliki tugas:


a. Mengikuti perkembangan keadaan dibidangnya masing-masing secara terus menerus.
b. Menyusus rencana kebijaksanaan dan rencana kegiatan dibidangnya masing- masing.
c. Melaksanakan rencana kegiatan bidangnya masing-masing.
d. Mengadakan koordinasi, komunikasi dan kerjasama dengan bidang-bidang yang
bersangkutan dengan pelaksanaan tugasnya.
e. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan konsultasi dan koordinasi dengan bidang-
bidang dilingkungan kepanitiaan.
f. Memberikan pertimbangan dan saran-saran kepada ketua panitia tentang langkah-
langkah yang perlu diambil pada bidang-bidangnya masing-masing.

BAB V
TUGAS BIDANG-BIDANG

Pasal 16

(1) Bagian-bagian kepanitian ditentukan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan program kerja.
(2) Bidang kepanitiaan terbagi atas bidang Dana/Keuangan, Kesekretariatan, Acara, Keamanan,
Transportasi dan Akomodasi, dan Perlengkapan.

Pasal 17

Bagian Dana/Keuangan memiliki tugas:


a. Menyusun anggaran pembiayaan kegiatan.
b. Mengupayakan dan mengelola dana.
c. Merencanakan dan mengatur keluar masuknya berkas proposal pencarian dana.
d. Membuat database instansi atau pihak yang akan dijadikan donatur atau sponsor.
e. Mempersiapkan dan mengatur sarana pendukung dana usaha dalam upaya pencarian
dana.
f. Membuat usaha-usaha profit oriented untuk menambah kas panitia.
g. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia.
h. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

PEDOMAN PANITIA KEGIATAN 173


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 18

Bagian Kesekretariatan memiliki tugas:


a. Mengatur dan mempersiapkan pengadaan dan pengurusan kesekretariatan berikut sarana
pendukungnya.
b. Menyusun/membuat dan menginformasikan kegiatan kepada pihak yang berkepentingan.
c. Mengkomunikasikan dan menginformasikan kegiatan kepada pihak yang berkepentingan.
d. Mengatur dan mempersiapkan rapat kepanitiaan dan distribusi surat undangannya.
e. Mengatur dan mempersiapkan pendaftaran peserta berikut sarana pendukungnya.
f. Membuat dokumentasi jalannya kepanitiaan secara keseluruhan dan mengatur tertib
administrasi.
g. Mengatur dan mempersiapkan pendaftaran peserta berikut sarana pendukungnya.
h. Mengurus surat-surat perizinan.
i. Mengirimkan surat-surat tembusannya ke pihak -pihak terkait.
j. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia.
k. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

Pasal 19

Bagian Acara memiliki tugas:


a. Mengatur dan mempersiapkan penataan seluruh acara yang berkaitan dengan kegiatan.
b. Membuat dokumentasi jalannya acara secara keseluruhan dan mengatur tertib dokumentasi.
c. Membuat laporan dokumentasi.
d. Mengatur dan mempersiapkan sarana-sarana yang berkaitan deangan acara.
e. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia.
f. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

Pasal 20

Bagian Keamanan memiliki tugas:


a. Mengatur dan mepersiapkan penataan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
keamanan kegiatan.
b. Mengatur dan mempersiapkan sarana-sarana yang berkaitan dengan keamanan kegiatan.
c. Melakukan koordinasi kegiatan keamanan yang berkaitan deangan kegiatan.
d. Menghimpun potensi tenaga pelaksana pengamanan kegiatan.
e. Menjalin kerja sama dengan instansi terkait.
f. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia.
g. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

Pasal 21

Bagian Transportasi dan Akomodasi memiliki tugas:


a. Menyediakan dan menyiapkan sarana transportasi.
b. Mengatur transportasi pihak-pihak diluar panitia seperti pembicara.
c. Mengadakan hubungan/kontrak perjanjian dalam hal peminjaman/penyewaan alat
transportasi.
d. Melakukan penataan atas fasilitas kegiatan.
e. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia.
f. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

174 PEDOMAN PANITIA KEGIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 22

Bagian Perlengkapan memiliki tugas:


a. Merencanakan dan mendata peralatan perlengkapan kegiatan yang dibutuhkan serta
mengupayakan pengadaannya dengan sebelumnya mengadakan koordinasi dengan bidang
lain terkait yang membutuhkan perlengkapan sarana
b. Mengadakan hubungan/kontrak perjanjian dalam hal peminjaman /penyewaan peralatan
c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan/perawatan dan pengembalian peralatan
perlengkapan kegiatan
d. Mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan kegiatan
e. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia
f. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

Pasal 23

Bagian Konsumsi memiliki tugas :

a. Mengatur dan mempersiapkan pengadaan dan pengurusan konsumsi kegiatan


b. Mengadakan dan mendistribusikan konsumsi kegiatan
c. Melakukan tugas-tugas yang ditugaskan oleh ketua panitia
d. Melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada ketua panitia.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PANITIA

Pasal 24

Panitia memiliki hak untuk :


1. Berbicara dan memberikan pendapat serta usulan atau saran baik secara lisan maupun
tulisan
2. Menggunakan fasilitas kepanitiaan sesuai prosedur yang berlaku

Pasal 25

Panitia memiliki kewajiban untuk :


1. Melaksanakan tugas-tugas kepanitiaan secara profesional dan tanggung jawab, sebagaimana
yang telah diatur dalam deskripsi kerja (job deskription)
2. Menghadiri rapat kepanitian Steering Committee (SC) atau Organizing Committee (OC) sesuai
jadwal yang telah ditentukan
3. Mentaati peraturan (tata tertib) kepanitiaan dan tata laksana atau operasionalisasi
kegiatan, sebagaimana yang telah diatur dalam pedoman panitia kegiatan.

Pasal 26

Panitia harus siap menerima saran dan kritikan yang membangun serta menerima dan melaksanakan
sanksi/konsekuensi, apabila melakukan tindakan atau kelalaian yang dapat merugikan dan
menggangu proses pelaksanaan kegiatan.

PEDOMAN PANITIA KEGIATAN 175


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB VI
MEKANISME KERJA

Pasal 27

1. Panitia bekerja untuk mengoptimalkan sumberdaya organisasi yang ditujukan untuk kegiatan-
kegiatan yang diarahkan pada penciptaan iklim yang kondusif dalam pelaksananan kegiatan.
2. Mekanisme kerja kepanitiaan dilakukan oleh setiap personalia sesuai bidangnya
masing-masing dengan bekerja sama terhadap setiap unit kerja yang relevan melalui upaya-
upaya yang memadukan, menyerasikan dan menyelaraskan berbagai sasaran dan kegiatan
yang saling berkaitan, agar setiap aktifitas dapat mencapai tujuan, target, tempat dan waktu
pelaksanaan kegiatan yang tepat
3. Koordinasi kepanitiaan terdiri dari dua bentuk yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi
fungsional, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Koordinasi vertikal merupakan koordinasi yang dilakukan oleh panitia terhadap anggota
yang dikoordinasikannya
b. Koordinasi fungsional merupakan koordinasi yang dilakukan antar bagian dalam
kepanitiaan dan lembaga di luar kepanitiaan dalam lingkup tugas yang saling berkaitan
menurut asas fungsionalisasi dikoordinasikan melalui BPP HIPMI
4. Ketentuan mengenai Manajemen Operasionalisasi Kegiatan tertera pada lampiran ke-1
Peraturan Organisasi ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

1. Peraturan Organisasi ini dibuat dengan mengacu kepada AD/ART HIPMI


2. Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.

Pasal 29

Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

176 PEDOMAN PANITIA KEGIATAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

KOORDINATOR WILAYAH,
SEKRETARIS KOORDINATOR
WILAYAH DAN ANGGOTA
KOORDINATOR WILAYAH

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

177
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

178 KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 12/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN
ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa kesinambungan dan pengembangan peran organisasi secara efektif
dan efisien, sangat ditentukan oleh penataan segenap perangkat organisasi
di setiap tingkatan pusat, daerah dan cabang
b. Bahwa Peraturan Organisasi tentangKoordinator Wilayah, Sekretaris
Koordinator Wilayah dan Anggota Koordinator Wilayah perlu disusun
untuk kordinasi segala aktifitas organisasi demi menyesuaikan kebutuhan
dan dinamika perkembangan organisasi untuk arah yang lebih baik
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi tentang Koordinator Wilayah, Sekretaris Koordinator Wilayah
dan Anggota Koordinator Wilayah

Mengingat : Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPL HIPMI tanggal
27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPH HIPMI tanggal
30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI TENTANG KOORDINATOR WILAYAH,


SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR
WILAYAH

KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH 179
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Koordinator Wilayah (KORWIL) merupakan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(BPP HIPMI) yang dalam jabatannya setara dengan Kompartemen yang dibagi atas 4 (empat) wilayah di
Indonesia; Koordinator Wilayah Sumatera, Koordinator Wilayah Jawa, Nusatenggara, Bali, Koordinator
Wilayah Kalimantan, dan Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.
Koordinator Wilayah dibagi menjadi 4 (empat) zona meliputi:
1. Koordinator Wilayah Sumatera :
a. BPD HIPMI Aceh
b. BPD HIPMI Sumatera Utara
c. BPD HIPMI Riau
d. BPD HIPMI Kepulauan Riau
e. BPD HIPMI Sumatera Barat
f. BPD HIPMI Jambi
g. BPD HIPMI Bengkulu
h. BPD HIPMI Lampung
i. BPD HIPMI Sumatera Selatan
j. BPD HIPMI Bangka Belitung

2. Koordinator Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT :


a. BPD HIPMI Banten
b. BPD HIPMI DKI Jakarta Raya
c. BPD HIPMI Jawa Barat
d. BPD HIPMI D.I. Yogyakarta
e. BPD HIPMI Jawa Tengah
f. BPD HIPMI Jawa Timur
g. BPD HIPMI Bali
h. BPD HIPMI Nusa Tenggara Barat
i. BPD HIPMI Nusa Tenggara Timur
3. Koordinator Wilayah Kalimantan :
a. BPD HIPMI Kalimantan Timur
b. BPD HIPMI Kalimantan Selatan
c. BPD HIPMI Kalimantan Tengah
d. BPD HIPMI Kalimntan Barat
d. Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua :
a. BPD HIPMI Sulawesi Utara
b. BPD HIPMI Gorontalo
c. BPD HIPMI Sulawesi Tengah
d. BPD HIPMI Sulawesi Selatan
e. BPD HIPMI Sulawesi Tenggara
f. BPD HIPMI Sulawesi Barat
g. BPD HIPMI Maluku
h. BPD HIPMI Maluku Utara
i. BPD HIPMI Papua
j. BPD HIPMI Papua Barat

180 KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB II
KOORDINATOR WILAYAH

Pasal 2

1. Koordinator Wilayah memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk:


a. Memonitor pelaksanaan tertib organisasi di Daerah Wilayah yang menjadi lingkup
koordinasinya dan dapat melaporkan tingkat pelaksanaannya kepada Ketua Umum BPP
HIPMI atas sepengetahuan Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan.
b. Ikut serta dalam persiapan pelaksanaan MUSDA, RAKERDA, DIKLATDA dan kegiatan
keorganisasian lainnya yang diselenggarakan oleh Badan Pengurus Daerah/ Cabang
diwilayah lingkup koordinasinya.
c. Melakukan sosialisasi, percepatan dan monitor program BPP HIPMI di Badan Pengurus
Daerah/ Cabang diwilayah lingkup koordinasinya.
d. Melakukan koordinasi dengan instansi / lembaga terkait serta pihak – pihak lain di luar
HIPMI yang dapat mendukung suksesnya Program Kerja dengan melakukan koordinasi
dengan bidang-bidang terkait di BPP HIPMI setelah mendapatkan persetujuan dari Ketua
Umum BPP HIPMI.
e. Menampung dan menyerap aspirasi daerah dibawah koordinasi Koordinator Wilayah
dan meneruskan ke Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan BPP HIPMI.
2. Masing-masing Koordinator Wilayah terdiri dari Ketua Koordinator Wilayah, Sekretaris
Koordinator Wilayah dan 5 (Lima) orang Anggota Koordinator Wilayah.

BAB III
SEKRETARIS KORWIL

Pasal 2

Sekretaris Koordinator Wilayah memiliki tugas dan wewenang untuk:

1. Membantu kelancaran tugas Ketua Koordinator Wilayah dalam menjalankan fungsi dan
peranannya.
2. Melaksanakan tugas Ketua Koordinator Wilayah atas dasar penunjukan tertulis apabila Ketua
Koordinator Wilayah berhalangan.
3. Mengawasi dokumentasi, surat menyurat, serta proses administrasi yang terkait dengan
kegiatan di daerah dibawah Koordinasi Wilayahnya.

BAB IV
ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH

Pasal 4

Anggota Koordinator Wilayah berjumlah sebanyak-banyaknya 20 (dua puluh) orang anggota


yang terdiri atas:
1. 5 (lima) orang anggota Koordinator Wilayah Sumatera
2. 5 (lima) orang anggota Koordinator Wilayah Jawa, Nusa Tenggara dan Bali
3. 5 (lima) orang anggota Koordinator Wilayah Kalimantan
4. 5 (lima) orang anggota Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua

KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH 181
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 5

Anggota Koordinator Wilayah bertanggung jawab untuk membantu Ketua Koordinator Wilayah dan
Sekretaris Koordinator Wilayah dalam menjalankan fungsi dan peranannya sebagai koordinator
wilayah.

BAB V
RAPAT KOORDINASI WILAYAH

Pasal 6

1. Rapat Koordinasi Wilayah (RAKORWIL) dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) masa
bhakti kepengurusan BPP HIPMI
2. Rakorwil berfungsi sebagai :
a. Media komunikasi dan sosialiasi program kerja BPP HIPMI
b. Media untuk mengetahui perkembangan keorganisasian BPD HIPMI
c. Media untuk menampung aspirasi BPD HIPMI
3. Peserta RAKORWIL adalah :
a. Fungsionaris BPP HIPMI
b. Ketua KORWIL, Sekertaris KORWIL dan 5 (lima) orang Anggota KORWIL.
c. Fungsionaris BPD HIPMI di wilayah yang bersangkutan

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7

Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.

Pasal 8

Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

182 KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

STANDARISASI PENERIMAAN
ANGGOTA BARU

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

183
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

184 STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 13/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa HIPMI sebagai organisasi profesi, dan organisasi kader wajib
memiliki keanggotaan yang jelas, terdata dan tertata secara menyeluruh
disemua tingkat kepengurusan organisasi
b. Bahwa untuk mengelola keanggotaan yang jelas, terdata, dan tertata
diperlukan system standarisasi keanggotaan yang modern dan aksesibel
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu disusun Peraturan Organisasi HIPMI tentang Standarisasi
Penerimaan Anggota Baru HIPMI.

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU HIMPUNAN
PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1

Bahwa sesungguhnya dalam suatu organisasi yang sehat regenerasi guna kesinambungan jalannya
roda organisasi kedepan adalah hal yang mutlak dilakukan.Sebagai organisasi
pengusaha muda yang masa keaktivannya dibatasi oleh usia maka estafet kepemimpinan harus
berjalan secara periodik sesuai dengan aturan-aturan organisasi. Kegagalan merekrut anggota-
anggota baru secara otomatis regenerasi akan tidak berjalan secara normal dan dampaknya
organisasi ini digolongkan tidak sehat.

STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU 185


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas sangat diperlukan kreasi tentang mekanisme
penerimaan anggota baru sesuai dengan kondisi masing – masing BPC dan BPD HIPMI di
seluruh Indonesia. Sosialisasi tentang eksistensi dan keberadaan HIPMI sebagai satu-satunya
wadah penyaluran aspirasi pengusaha muda di Indonesia adalah salah satu strategi yang perlu
dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu perlu diatur dalam sebuah Peraturan
Organisasi tentang Standarisasi dan strategi penerimaan anggota baru untuk menjadi acuan
dan bahan masukan bagi BPC dan BPD atau panitia recruitmen yang telah dibentuk. Peraturan
Organisasi ini bertujuan memberikan panduan kepada pengurus dan anggota di setiap tingkatan
untuk mengetahui secara jelas langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam setiap penerimaan
anggota baru.

BAB II
STANDARISASI REKRUTMEN ANGGOTA HIPMI

Pasal 2

Penerimaan anggota baru dilakukan dengan berbagai strategi oleh BPD/ BPC melalui tim/panitia
rekruitmen yang dibentuk khsusus untuk itu.

Pasal 3

Penerimaan anggota baru dapat dilakukan melalui :


1. Rekomendasi dari pengurus/ anggota/senior HIPMI akan relasi, mitra kerja, sahabat dll,
2. Iklan melalui media massa,
3. Penyebaran brosur/ leafl et ditempat-tempat strategis,
4. Forum-forum bisnis, kegiatan/ aktivitas yang bernuansa kewirausahaan pemuda, kerjasama
dengan kalangan perguruan tinggi dan organisasi profesi lainnya.

Pasal 4

Dalam rangka menarik minat para pengusaha muda untuk masuk menjadi anggota HIPMI maka
perlu disampaikan nilai-nilai lebih yang akan didapatkan antara lain :
1. Jaringan/ Network dengan sesama pengusaha muda di seluruh Indonesia,
2. Akses dengan senior-senior HIPMI yang menduduki jabatan di Pemerintahan,
3. Akses permodalan dan peluang bisnis,
4. Kesempatan mengikuti forum-forum bisnis, seminar-seminar dibidang perekonomian,
5. Akses dengan pengusaha muda se Asean,
6. Akses ke organisasi profesi, sarana untuk menyalurkan aspirasi pengusaha muda, dsb.

Pasal 5

Proses seleksi anggota baru di awali dengan proses :


1. Pendaftaran,
2. Pemeriksaan berkas-berkas Perusahaan sesuai dengan pasal 4 (empat), pasal 5 (lima) dan
Pasal 6 (enam) Anggaran Rumah Tangga HIPMI
3. Wawancara oleh tim rekruitmen
4. Pengesahan diterima atau ditolak menjadi anggota HIPMI melalui rapat pleno,
5. Surat pemberitahuan diterima atau ditolak menjadi anggota
HIPMI.
6. Pengukuhan/ pelantikan

186 STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 6

Anggota mempunyai kewajiban untuk :

1. Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga HIPMI.
2. Setiap anggota wajib membayar uang pangkal dan Iuran Anggota dan memberi sumbangan
untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi.
3. Setiap anggota yang melaksanakan aktivitas usaha berkewajiban secara moral memberikan
kesempatan/prioritas kepada anggota lain untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan prinsip
dan aturan bisnis yang berlaku.
4. Setiap Anggota wajib mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.

Pasal 7

1. Anggota biasa memiliki :

a. Memperoleh bantuan dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan, serta


keterampilan untuk kepentingan usahanya.
b. Memperoleh pelayanan informasi usaha dalam arti kata yang luas termasuk segala
bentuk penerbitan yang dikeluarkan oleh HIPMI.
c. Memperoleh bantuan dalam hubungan/kontak usaha.
d. Memperoleh surat keterangan yang menyangkut bonafiditas atau surat keterangan
lain dalam hubungan kelancaran usahanya dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip
obyektivitas.
e. Turut serta dalam pertemuan-pertemuan dengan misi ekonomi, baik dalam maupun luar
negeri, ataupun dalam rombongan misi ekonomi ke dalam/luar negeri.
f. Hak-hak keanggotaan tidak dapat diserahkan kepada siapapun juga dan dengan jalan
apapun juga.
g. hak Pilih, yaitu hak untuk memilih dan dipilih menjadi  pengurus organisasi,
h. hak Suara, yaitu hak untuk memberikan suaranya  pada waktu pemungutan suara,
i. hak Bicara, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tertulis,
j. hak Membela Diri, yaitu hak untuk menyampaikan pembelaan diri atas tindakan disiplin
organisasi yang dijatuhkan kepadanya atau atas pembatasan hak-hak keanggotaannya,
dan
k. hak memperoleh kesejahteraan, pembelaan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan 
tugasnya.
1. Anggota luar biasa memiliki hak bicara, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat baik lisan
maupun tertulis.

STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU 187


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB IV
PENGUKUHAN DAN ORIENTASI

Pasal 8

Pengukuhan anggota baru HIPMI hendaknya dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam


setahun atau disesuaikan dengan target jumlah penerimaan anggota baru.

Pasal 9

Pengukuhan anggota baru dilakukan oleh Ketua Umum BPD/ BPC dan diupayakan dihadiri oleh
kepala/ wakil kepala Daerah, unsur Kadinda, Dinas terkait, Ketua Umum BPP/ BPD, organisasi
profesi lainnya.

Pasal 10

Orientasi anggota baru dilaksankan setelah pengukuhan dengan menghadirkan pemateri -


pemateri dari dewan pembina dan dewan kehormatan yang memberikan pemaparan tentang
materi – materi kepemimpinan, keorganisasian HIPMI dan kebangsaan

BAB V
SERTIFIKAT DAN PIN

Pasal 11

Setiap anggota baru yang dikukuhkan akan diberikan sertifikat keanggotaan dan PIN HIPMI yang
diserahkan secara simbolis kepada salah seorang anggota baru yang mewakili Pria dan wanita.
Penyerahan dilakukan oleh pejabat yang menghadiri acara pengukuhan dimaksud

Pasal 12

Sertifikat HIPMI dikeluarkan dengan standart yang dikeluarkan oleh BPP HIPMI,sebagaimana
contoh terlampir dalam Petunjuk Organisasi ( PO ) ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan ditetapkan kemudian oleh
BPP HIPMI
2. Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya
3. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

188 STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU 189


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

190 STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

KARTU TANDA ANGGOTA DAN


SISTEM INFORMASI
KEANGGOTAAN

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

191
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

192 KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 14/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang
: a. Bahwa HIPMI sebagai organisasi profesi, dan organisasi kader wajib
memiliki keanggotaan yang jelas, terdata dan tertata secara menyeluruh
disemua tingkat kepengurusan organisasi
b. Bahwa untuk mengelola keanggotaan yang jelas, terdata, dan tertata
diperlukan kartu tanda anggota dan system informasi keanggotaan yang
modern dan aksesibel
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu disusun Peraturan Organisasi HIPMI tentang Kartu Tanda
Anggota dan Sistem Informasi Keanggotaan

Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI HIMPUNA PENGUSAHA MUDA INDONESIA


TENTANG KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI
KEANGGOTAAN HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Organisasi ini yang dimaksud dengan :
1. Jenis keanggotaan HIPMI terdiri dari Anggota biasa dan Anggota luar biasa
2. Anggota Biasa adalah anggota HIPMI yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun sampai 40 (empat
puluh) tahun dengan ketentuan tidak sampai 41 (empat puluh satu) tahun
3. Anggota luar Biasa adalah anggota biasa yang telah berusia 41 (empat puluh satu) tahun keatas
4. Kartu Tanda Anggota disingkat KTA HIPMI adalah alat bukti tertulis yang secara sah  menunjukkan
bahwa orang tersebut adalah anggota HIPMI
5. Sistem informasi keanggotaan disingkat SIK HIPMI adalah program perangkat lunak yang
dirancang dengan basis web atau web-base yang berfungsi sebagai bank data/database dari
anggota HIPMI seluruh Indonesia.

KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN 193


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 2
Tujuan

Tujuan dari Peraturan Organisasi ini sebagai pedoman dalam tata cara penerbitan, perpanjangan
serta penggunaan KTA HIPMI dan Sistem Informasi Keanggotaan HIPMI.

Pasal 3
Ruang Lingkup

Ruang lingkup peraturan ini meliputi :


1. Tata cara penerbitan dan perpanjangan KTA HIPMI
2. Tata cara penggunaan Sistem Informasi Kenggotaan HIPMI.

BAB II
KARTU TANDA ANGGOTA

Pasal 4

1. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI merupakan bukti keabsahan bagi anggota dalam
menggunakan hak-hak keanggotannya, seperti hak mendapatkan pelayanan keorganisasian,
hak mendapatkan informasi, hak mengikuti Munas / Musda / Muscab, Rakernas / Rakerda /
Rakercab, Diklatnas / Diklatda / Diklatcab dan kegiatan-kegiatan HIPMI lainnya
2. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI seragam untuk seluruh Indonesia dan dikeluarkan oleh Badan
Pengurus Pusat HIPMI melalui Badan Pengurus Daerah HIPMI dan selanjutnya mengirimkannya
kepada Badan Pengurus Cabang HIPMI Kabupaten/kota di wilayah masing-masing.
3. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI berlaku sampai dengan anggota HIPMI berusia 40 tahun
11 bulan
4. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat HIPMI sesuai ART
HIPMI Pasal 6 (enam) ayat 6 (enam)
5. Setiap anggota mendapat nomor Keanggotaan yang dicantumkan pada KTA miliknya. Nomor
Keanggotaan setiap anggota diberikan oleh Badan Pengurus Pusat HIPMI dan tetap dipakai
selama yang bersangkutan tidak pernah berhenti atau diberhentikan sebagai anggota.

BAB III
TATA CARA PENERBITAN DAN PENGGUNAAN KTA HIPMI,
SERTA PERPANJANGAN KTA HIPMI

Pasal 5

1. KTA HIPMI sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (4) diterbitkan dan diperpanjang
oleh: BPP HIPMI Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan c.q. Kompartemen
Keanggotaan dan Database
2. Tata cara penerbitan dan perpanjangan KTA HIPMI :
a. BPC HIPMI Kabupaten/Anggota mengajukan Surat Permohonan Penerbitan KTA bagi
Anggotanya yang telah dikukuhkan kepada BPD HIPMI Bidang Organisasi, Kaderisasi
dan Keanggotaan
b. Setelah BPD HIPMI menerima Surat Permohonan Penerbitan KTA dari BPC HIPMI Kabupaten/
Anggota, maka dilakukan verifikasi Administrasi dan apabila sudah memenuhi syarat
sesuai ketentuan, maka BPD HIPMI segera mengirimkan Surat Permohonan tersebut kepada
BPP HIPMI Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan c.q. Kompartemen
Keanggotaan dan Database.

194 KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 6
Masa Berlaku KTA

1. Masa berlaku KTA HIPMI 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang


2. Perpanjangan KTA HIPMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah
mendapat rekomendasi yang berisi penilaian terhadap pemegang KTA, dari Pengrus BPC
dimana Anggota HIPMI Bernaung
3. Perpanjangan KTA HIPMI dilakukan melalui tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2).

Pasal 7
Persyaratan Penerbitan KTA

Anggota HIPMI yang berhak memperoleh KTA HIPMI secara umum, harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Telah Memenuhi Syarat sebagai Anggota HIPMI
2. Membayar Uang Pangkal dan Iuran Anggota
3. Ada Surat Keputusan Pengangkatan dari BPC HIPMI setempat
Telah mengikuti Mekanisme Penerbitan KTA yang ditetapkan oleh BPP HIPMI

Pasal 8
Kelengkapan Persyaratan Penerbitan KTA

Kelengkapan persyaratan untuk memperoleh KTA HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 :
1. Pasfoto berwarna ukuran 2 x 3 cm dengan latar belakang atau warna dasar biru
2. Menggunakan seragam Jas Warna Gelap, Baju Warna Putih, Dasi Warna Bebas dan
menggunakan PIN HIPMI
3. Fotocopy Formulir Pendaftaran HIPMI yang Telah ditanda tangani oleh Pengurus BPC/BPD
4. Telah Mengisi Formulir Sistem Informasi Keanggotaan secara Online via HIPMI.NET dan
menunjukan Fotocopy Persetujuan dari Admin HIPMI.Net
5. Surat Keterangan dari BPD/BPC yang telah mengesahkan Keanggotaannya.

Pasal 9
Blangko KTA HIPMI

1. KTA HIPMI dibuat dengan bentuk yang fleksibel, efisien, dan tidak mudah rusak, sehingga
dapat ditempatkan dalam saku atau dompet, serta mudah untuk dibaca dan dikenali.
2. KTA HIPMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:
a. Identitas Organisasi
b. Nomor Keanggotaan sesuai Sistem Informasi Keanggotaan
c. Nama
d. Masa berlaku KTA HIPMI
3. Pengisian Nomor Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berisi:
a. Kode nomor Asal BPC/BPD
b. Kode Nomer Tahun Masuk
c. Kode nomor Tanggal Lahir; dan
d. Kode nomor urut KTA
4. Pedoman pemberian nomor registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum
pada lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN 195


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 10
Tidak Berlakunya KTA

1. KTA HIPMI diganti atau dicabut apabila :


a. telah habis masa berlakunya
b. hilang atau rusak
c. pemegang KTA HIPMI meninggal dunia
2. Setiap penerbitan dan perpanjangan KTA HIPMI, BPC/BPD wajib melaporkan ke BPP HIPMI
Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan c.q. Kompartemen Keanggotaan.

Pasal 11
Bagan KTA HIPMI

Bagan tentang proses penerbitan dan perpanjangan, bentuk, warna, dan penulisan KTA HIPMI,
tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

BAB IV
NOMENKLATUR DAN SISTEM INFORMASI  KEANGGOTAAN

Pasal 12
Nomenklatur

1. Urutan penomoran BPD HIPMI dan BPC HIPMI Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan
keputusan BPP HIPMI
2. Urutan penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampirkan pada lampiran kedua
peraturan ini
3. Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari peraturan ini.

Pasal 13
Sistem Informasi Keanggotaan

1. Sistem informasi keanggotaan disingkat SIK HIPMI adalah program perangkat lunak yang
dirancang dengan basis web atau web-base yang berfungsi sebagai bank data/database
dari anggota HIPMI seluruh Indonesia
2. Web base sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) adalah website BPP HIPMI
3. Pengelolaan SIK HIPMI berpedoman pada prosedur operasi standar yang .dilampirkan dalam
lampiran ketiga peraturan ini
4. Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari peraturan ini.

196 KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14

1. Kartu Tanda Anggota HIPMI yang diterbitkan oleh BPP sebelum peraturan ini diberlakukan
dinyatakan tidak berlaku
2. Penerbitan Kartu Tanda Anggota HIPMI yang baru berpedoman pada peraturan ini
3. Penyesuaian sistem keanggotaan HIPMI paling lambat 12 bulan sejak diberlakukan
peraturan ini.

BAB VI
PENUTUP

Pasal 15

1. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur kemudian oleh BPP HIPMI
2. Segala peraturan yang berhubungan dengan keanggotaan HIPMI yang telah berlaku
sebelumnya dan bertentangan dengan keputusan ini dinyatakan tidak berlaku
3. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN 197


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

198 KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

KEKHUSUSAN BADAN
PENGURUS DAERAH

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

199
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

200 KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 15/PO/HIPMI/XI/2015

TENTANG
KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
DKI JAKARTA RAYA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa untuk menjaga kesinambungan dan pengembangan peran organisasi


secara efektif dan efisien, sangat ditentukan penataan segenap perangkat
organisasi di tingkatan BPP, BPD dan BPC

b. Bahwa Peraturan Organisasi tentang Kekhususan BPD HIPMI DKI Jakarta


Raya perlu disusun dengan menyesuaikan kebutuhan dan dinamika
perkembangan organisasi untuk arah yang lebih baik.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a


dan huruf b, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Organisasi
tentang Kekhususan BPD HIPMI DKI Jakarta Raya

Mengingat : Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HIPMI

Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPL HIPMI tanggal
27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPH HIPMI tanggal
30 Oktober 2015

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI TENTANG KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS


DAERAH HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA DKI JAKARTA

KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH 201


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Peraturan Organisasi tentang Kekhususan Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPD HIPMI) DKI Jakarta Raya dibuat dengan pertimbangan :
1. Optimalisasi potensi aktifitas pengusaha muda secara kuantitatif
dan kualitatif di wilayah DKI Jakarta
2. Pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan potensi
pengusaha muda wilayah DKI Jakarta

BAB II
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 2
Nama

Organisasi ini bernama BADAN PENGURUS DAERAH HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
DKI JAKARTA RAYA atau disingkat BPD HIPMI DKI JAKARTA RAYA

Pasal 3
Tempat Kedudukan

Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) DKI Jakarta Raya
berada di Jakarta

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 4
Badan Pengurus Daerah

1. Badan Pengurus Daerah merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Daerah yang
mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi di Daerah bersangkutan
2. Badan Pengurus Daerah berkewajiban untuk :
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program Umum Daerah serta keputusan-
c. keputusan Musyawarah Daerah.
d. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Daerah ke
e. dalam Program Kerja Badan Pengurus Daerah yang dibagiper tahun program.
f. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
g. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang diperlukan.
h. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.

202 KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk mensahkan Badan Pengurus Cabang yang
merupakan hasil dari Musyawarah Cabang.
4. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
Cabang Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan telah melampaui waktu 3 (tiga) bulan
sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
6. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi
7. Badan Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Daerah
8. Badan Pengurus Daerah memiliki kewenangan untuk memilih dan memberhentikan Ketua Umum
BPC HIPMI

1. Badan Pengurus Cabang dapat dibentuk pada setiap Kota/Kabupaten, dengan jumlah
anggota sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) orang.
2. Pembentukan Badan Pengurus Cabang baru melalui Karetaker yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan musyawarah cabang yang pertama selambat-lambatnya enam bulan setelah
ditetapkan.
3. Badan Pengurus Cabang berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program Umum Cabang serta keputusan-keputusan Musyawarah Cabang.
c. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Cabang ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Cabang yang dibagi per tahun program.
d. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
e. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
4. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
5. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
6. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum
Musyawarah Cabang

Pasal 6
Pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Daerah

1. Pelaksanaan pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPD HIPMI) dipilih dan diberhentikan langsung oleh anggota biasa BPD HIPMI DKI
Jakarta Raya

KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH 203


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 7
Pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Cabang

1. Pelaksanaan pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Caerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPC HIPMI) DKI Jakarta Raya dipilih dan diberhentikan langsung oleh BPD HIPMI
DKI Jakarta Raya
2. Landasan pelaksanaan Pemilihan Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPC HIPMI) DKI Jakarta Raya :
a. Anggaran Dasar HIPMI
b. Anggaran Rumah Tangga HIPMI
c. Surat Keputusan BPD HIPMI DKI Jakarta Raya

Pasal 8
Masa Bakti Badan Pengurus

1. Masa Bakti Badan Pengurus adalah 3 (tiga) tahun terhitung mulai disahkan oleh Musyawarah
Daerah/Cabang
2. Seorang Fungsionaris Badan Pengurus Harian yang bukan Ketua Umum, setelah 1(satu) masa
bakti dapat dipilih kembali
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, seorang Ketua Umum Badan Pengurus tidak dapat
mencalonkan diri dan dipilih kembali ditingkat yang sama

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Peraturan Organisasi ini, akan diatur dalam
Rapat Badan Pengurus Harian yang tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.

Pasal 10

Peraturan Organisasi ini merupakan Peraturan Organisasi yang disahkan untuk pertama kali
dalam Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) HIPMI pada tanggal 08 November 2015 serta
dinyatakan berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

BAHLIL LAHADALIA PRIAMANAYA DJAN


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

204 KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH


PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BADAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018

205
206
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DAFTAR ISI
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN I LAMBANG HIPMI
LAMPIRAN II BENDERA HIPMI
LAMPIRAN III INDONESIA RAYA, HYMNE HIPMI, MARS HIPMI
LAMPIRAN IV PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) STANDAR ACARA SERIMONIAL HIPMI
LAMPIRAN V PERSYARATAN PENCALONAN DAN PEMILIHAN
KETUA UMUM HIPMI
I. Persyaratan Pencalonan
II. Pemilihan
Lampiran 1
Surat Pencalonan Sebagai Ketua Umum
Lampiran 2
Surat Pernyataan Mematuhi Norma dan Etika Organisasi
LAMPIRAN VI PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELANTIKAN PENGURUS
I. Prosedur Pelantikan
II. Tata Cara Pelantikan
Lampiran 1
Berita Acara Pelantikan Badan Pengurus Daerah / Cabang Himpunan
Pengusaha
Muda Indonesia
Lampiran 3
Ikrar Pelantikan/Pengukuhan Pengurus
Lampiran 4
Ikrar Penyerahan Pataka HIPMI
LAMPIRAN VII PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) ORIENTASI PENGURUS
LAMPIRAN VIII PERATURAN ORGANISASI RAPAT KERJA HIPMI
Lampiran 1
Rancangan Jadual Acara Rapat kerja HIPMI
Lampiran 2
Rancangan keputusan Tentang Jadual Acara Rapat kerja HIPMI
Lampiran 3
Rancangan Tata Tertib Rapat KerjaNasional/Daerah/Cabang HIPMI
Lampiran 4
Rancangan Keputusan Tentang Tata Tertib Rapat Kerja HIPMI

LAMPIRAN-LAMPIRAN 207
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 5
Rancangan Keputusan Tentang Pimpinan Sidang Rapat Kerja HIPMI
Lampiran 6
Rancangan Keputusan Tim Perumus Rapat Kerja HIPMI
Lampiran 7
Rancangan Keputusan Rekomendasi Rapat Kerja HIPMI
LAMPIRAN IX STANDAR PROSEDUR KERJA PENERBITAN KTA HIPMI, SISTEM INFORMASI
DAN KEANGGOTAAN HIPMI
Lampiran 1
Form Regristrasi Anggota Baru HIPMI
Lampiran 2
Form Regristrasi Ulang Anggota HIPMI
Lampiran 3
Prosedur Pembuatan KTA HIPMI
Lampiran 4
Penomoran Keanggotaan KTA HIPMI
Lampiran 4
Daftar Kode Provinsi dan Kabupaten/Kota Kartu Tanda Anggota HIPMI
LAMPIRAN X MANAJEMEN OPERASIONAL KEGIATAN KEPANITIAAN
I. Perencanaan Kegiatan
II. Pelaksanaan Kegiatan
III. Pengendalian dan Pengawasan
IV. Penyelesaian Akhir Kegiatan
V. Evaluasi
VI. Penyusunan Laporan Kegiatan
LAMPIRAN NAMA DAN ALAMAT BPD HIPMI SELURUH INDONESIA
LAMPIRAN KELOMPOK KERJA (POKJA) PEDOMAN ORGANISASI

208 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN I

LAMBANG HIPMI

LAMPIRAN-LAMPIRAN 209
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN II

BENDERA HIPMI

H 50 cm
TO
N
CO

55 cm
100 cm

BPP HIPMI

140 cm
H
TO
N
CO

BPD HIPMI DKI JAKARTA


H
TO
N
CO

BPC HIPMI JAKARTA PUSAT

210 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN III

INDONESIA RAYA
Cipt. WR Supratman

Indonesia Tanah Airku


Tanah Tumpah Darahku
Disanalah Aku Berdiri
Jadi Pandu Ibuku

Indonesia Kebangsaanku
Bangsa Dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu

Hiduplah Tanahku
Hiduplah Negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya
Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka - Merdeka
Tanahku Negeriku Yang Ku Cinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN 211
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

HYMNE HIPMI
Cipt. Siswono Yudhohusodo

Mega-mega yang disentuh pudar


Karena keagungan kerjamu

Badai-badai yang ditentang nyisih


karena kebesaran jiwamu

Tiadalah kebahagiaan
Sebesar selesai kerja

Tiadalah kelapangan jiwa


Sebesar kebersamaan

Dan semua pengabdian


Untuk Indonesia

HIPMI tempat aku berbakti


HIPMI tempat aku mengabdi

212 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

MARS HIPMI
Cipt. Siswono Yudhohusodo

Himpunan pengusaha muda


Bertekad membangun negara

Pancasila lekat di dada


Empat lima semangat kita

Berjuang membangun negrinya


Demi cita-cita bangsa

Himpunan Pengusaha Muda


Abadi slama-lamanya

Bernaung dibawah panjinya


Republik Indonesia

LAMPIRAN-LAMPIRAN 213
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN IV

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)


STANDAR ACARA SEREMONIAL HIPMI
Lampiran 1

STANDAR ACARA SEREMONIAL


MUNAS HIPMI
A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
6. Sambutan Gubernur setempat
7. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi MUNAS HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Keputusan Tim formateur
5. Pembacaan Keputusan MUNAS HIPMI sekaligus Pengesahan oleh pimpinan sidang MUNAS
HIPMI
6. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima dari Ketua Umum demisioner kepada Ketua
Umum terpilih
7. Sambutan Ketua Umum terpilih
8. Doa/Penutup
9. Selesai/Ramah Tamah

214 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

STANDAR ACARA SEREMONIAL


MUSDA/MUSCAB HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Sambutan Ketua Kadin setempat
8. Sambutan Gubernur/Walikota/Bupati sekaligus membuka secara resmi
MUSDA/MUSCAB HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Keputusan Tim formateur
5. Pembacaan Keputusan MUSDA/MUSCAB HIPMI sekaligus Pengesahan oleh pimpinan sidang
MUSDA/MUSCAB HIPMI
6. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima dari Ketua Umum demisioner kepada Ketua
Umum terpilih
7. Sambutan Ketua Umum terpilih
8. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP (atau yang mewakili)
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah Tamah

LAMPIRAN-LAMPIRAN 215
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 2

STANDAR ACARA SEREMONIAL


RAKERNAS HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Sambutan Gubernur setempat
8. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi RAKERNAS HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi RAKERNAS HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah

216 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

STANDAR ACARA SEREMONIAL


RAKERDA/RAKERCAB HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Sambutan Gubernur/Walikota/Bupati sekaligus membuka secara resmi
RAKERDA/RAKERCAB HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi RAKERDA/RAKERCAB HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah

LAMPIRAN-LAMPIRAN 217
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

STANDAR ACARA SEREMONIAL


RAKORWIL HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI
6. Sambutan Koordinator Wilayah HIPMI
7. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
8. Sambutan Gubernur sekaligus membuka secara resmi RAKORWIL HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi RAKORWIL HIPMI
5. Penyerahan Rekomendasi RAKORWIL HIPMI kepada Ketua Umum BPP HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI
7. Sambutan Koordinator Wilayah HIPMI
8. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI (atau yang mewakili)
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah Tamah

218 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 3

STANDAR ACARA SEREMONIAL


SDP/MUNASSUS HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Sambutan Gubernur setempat
8. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi SDP/MUNASSUS HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi SDP/MUNASSUS HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah

LAMPIRAN-LAMPIRAN 219
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 4

STANDAR ACARA SEREMONIAL


DIKLATNAS HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI (atau yang mewakili)
6. Sambutan Gubernur LEMHANAS
7. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi DIKLATNAS HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi DIKLATNAS HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
6. Sambutan Gubernur LEMHANAS
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah

220 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

STANDAR ACARA SEREMONIAL


DIKLATDA/DIKLATCAB HIPMI

A. PEMBUKAAN

1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Sambutan Gubernur/Walikota/Bupati sekaligus membuka secara resmi DIKLATDA/
DIKLATCAB HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah

B. PENUTUPAN

1. Pengantar oleh MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi DIKLATDA/DIKLATCAB HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah

LAMPIRAN-LAMPIRAN 221
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN V

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)


PERSYARATAN PENCALONAN
DAN PEMILIHAN
KETUA UMUM HIPMI
I. PERSYARATAN PENCALONAN

A. Persyaratan calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :


1. Surat Pencalonan sebagai Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI
2. 5 (lima) rekomendasi dari BPD
3. Surat Keterangan pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan Pengurus Pusat Harian
dan pernah atau sedang menjadi Ketua Umum di Badan Pengurus Daerah sekurang-kurangnya
memiliki masa keanggotaan 3 (tiga) tahun
4. Surat Keterangan telah memenuhi kewajiban membayar iuran keanggotaan
5. Surat pernyataan mematuhi norma, etika dan disiplin organisasi
6. Foto Copy KTP yang masih berlaku
7. Foto Copy KTA HIPMI yang masih berlaku
8. Foto Copy Sertifikat Diklatnas / Diklatda
9. Pas photo warna ukuran 3x4 2 lembar
10. Daftar Riwayat Hidup (CV)

B. Persyaratan calon Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI adalah :


1. Surat Pencalonan sebagai Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI
2. 2 (dua) rekomendasi dari BPC di tingkatannya
3. Surat Keterangan pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan Pengurus Daerah
Lengkap dan pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan Pengurus Cabang Harian
sekurang-kurangnya memiliki masa keanggotaan 3 (tiga) tahun
4. Surat Keterangan telah memenuhi kewajiban membayar iuran keanggotaan dari BPD atau
BPC asal keanggotaan
5. Surat pernyataan mematuhi norma, etika dan disiplin organisasi
6. Foto Copy KTP yang masih berlaku
7. Foto Copy KTA HIPMI yang masih berlaku
8. Foto Copy Sertifikat Diklatda/Diklatcab
9. Pas photo warna ukuran 3x4 2 lembar
10. Daftar Riwayat Hidup (CV)

C. Persyaratan calon Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI adalah :


1. Surat Pencalonan sebagai Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI
2. 10 (sepuluh) rekomendasi dari Anggota di tingkatannya
3. Surat Keterangan pernah atau sedang menjadi Fungsionaris di Badan Pengurus Cabang

222 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Harian dan atau menjadi anggota biasa aktif sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
4. Surat Keterangan telah memenuhi kewajiban membayar iuran keanggotaan dari BPC asal
keanggotaan
5. Surat Pernyataan mematuhi norma, etika dan disiplin organisasi
6. Foto Copy KTP yang masih berlaku
7. Foto Copy KTA HIPMI yang masih berlaku
8. Foto Copy Sertifikat Diklatcab
9. Pas photo warna ukuran 3x4 2 lembar
10. Daftar Riwayat Hidup (CV)

II. PEMILIHAN

A. TAHAP PENDAFTARAN
1. Calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :
a) Bakal calon mendaftarkan diri secara tertulis kepada Panitia Pemilihan selambat-lambatnya
60 (enam puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan MUNAS
b) Bakal calon mempresentasikan pokok-pokok pikiran kepada Komite pembekalan Calon
Ketua Umum { 2 (dua) orang Mantan Ketua Umum BPP HIPMI masa bakti sebelumnya dan
1 (satu) orang Panitia Pengarah (SC)}
c) Pendaftaran bakal calon dan verifikasi bakal calon dilakukan oleh Panitia Pengarah (SC)
MUNAS dan Tim Nominasi dan dibacakan diforum untuk disahkan
d) Bakal calon yang dapat disahkan menjadi calon adalah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan hasil ketetapan Panitia Pengarah (SC) MUNAS.

2. Calon Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI adalah :


a) Bakal calon mendaftarkan diri secara tertulis kepada Panitia Pemilihan selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan MUSDA
b) Bakal calon mempresentasikan pokok-pokok pikiran kepada Komite pembekalan Calon
Ketua Umum { 2 (dua) orang Mantan Ketua Umum BPD HIPMI masa bakti sebelumnya dan
1 (satu) orang Panitia Pengarah (SC)}
c) Pendaftaran bakal calon dan verifikasi bakal calon dilakukan oleh Panitia Pengarah (SC)
MUSDA dan Tim Nominasi dan dibacakan diforum untuk disahkan
d) Bakal calon yang dapat disahkan menjadi calon adalah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan hasil ketetapan Panitia Pengarah (SC) MUSDA.

3. Calon Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI adalah :


a) Bakal calon mendaftarkan diri secara tertulis kepada Panitia Pemilihan selambat-lambatnya
15 (lima belas) hari sebelum tanggal pelaksanaan MUSCAB
b) Bakal calon mempresentasikan pokok-pokok pikiran kepada Komite pembekalan Calon
Ketua Umum { 2 (dua) orang Mantan Ketua Umum BPC HIPMI masa bakti sebelumnya dan
1 (satu) orang Panitia Pengarah (SC)}
c) Pendaftaran bakal calon dan verifikasi bakal calon dilakukan oleh Panitia Pengarah (SC)
MUSCAB dan Tim Nominasi dan dibacakan diforum untuk disahkan
d) Bakal calon yang dapat disahkan menjadi calon adalah yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan hasil ketetapan Panitia Pengarah (SC) MUSCAB.

B. TAHAP KAMPANYE
1. Calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :

LAMPIRAN-LAMPIRAN 223
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

a) Tahap kampanye yang harus diikuti oleh bakal calon terdiri dari kampanya tertulis,
kampanye lisan, debat antar calon dan presentasi pokok-pokok pikiran dalam forum
yang disediakan oleh Panitia Pemilihan MUNAS dan dinilai oleh Pengarah (SC) MUNAS
dan Tim Nominasi
b) Tahap kampanye berlangsung sampai saat pelaksanaan MUNAS

2. Calon Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI adalah :


a) Tahap kampanye yang harus diikuti oleh bakal calon terdiri dari kampanya tertulis,
kampanye lisan, debat antar calon dan presentasi pokok-pokok pikiran dalam forum
yang disediakan oleh Panitia Pemilihan MUSDA dan dinilai oleh Pengarah (SC) MUSDA
dan Tim Nominasi
b) Tahap kampanye berlangsung sampai saat pelaksanaan MUSDA

3. Calon Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI adalah :


a) Tahap kampanye yang harus diikuti oleh bakal calon terdiri dari kampanya tertulis,
kampanye lisan, debat antar calon dan presentasi pokok-pokok pikiran dalam forum
yang disediakan oleh Panitia Pemilihan MUSCAB dan dinilai oleh Pengarah (SC) MUSCAB
dan Tim Nominasi
b) Tahap kampanye berlangsung sampai saat pelaksanaan MUSCAB

C. PROSEDUR PEMILIHAN
1. Calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :
a) Pemilihan calon dimulai dengan penyampaian visi dan misi bakal calon sekaligus
penjabaran program umum nasional HIPMI yang telah diputuskan oleh MUNAS
b) Pemilihan calon dilakukan dengan menggunakan surat suara yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah utusan MUNAS
c) Surat suara yang sah adalah surat suara yang dicetak oleh panitia MUNAS
1) Suara sah adalah :
· Satu kali coblos di nomor dalam kolom yang sudah di sediakan
· Coblos menggunakan pena yang sudah disiapkan panitia MUNAS
2) Suara tidak sah adalah :
· Mencoblos lebih dari satu kali
· Terdapat tulisan baru dalam surat suara
· Coblos digaris pembatas
d) Pemilihan dilakukan dengan 2 (dua) putaran
e) Putaran 1 (pertama) dimulai dengan penyampaian pernyataan kesediaan calon
Formateur/Ketua Umum
f) Pada putaran 1 (pertama) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
g) Calon yang mendapatkan dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh) persen dari total
jumlah suara secara langsung dinyatakan sah sebagai Formateur/Ketua Umum BPP
HIPMI
h) Calon yang mendapatkan minimal 20 (dua puluh) suara berhak untuk maju pada putaran
kedua
i) Apabila tidak terdapat calon yang memenuhi suara minimal tersebut, maka dilakukan
pemilihan ulang putaran pertama sampai terdapat calon yang memperoleh suara
minimal

224 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

j) Putaran 2 (kedua) dimulai dengan penyampaian kembali pernyataan kesediaan calon


Formateur/Ketua Umum
k) Putaran 2 (kedua) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
l) Calon yang mendapatkan suara terbanyak pada putaran kedua secara langsung
ditetapkan sebagai Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI dan Calon yang mendapatkan
suara terbanyak kedua menjadi Mide Formateur ditambah dengan Ketua Umum
Demisioner
m) Apabila hanya ada satu calon tunggal, maka dapat dinyatakan sebagai Formateur/
Ketua Umum BPP HIPMI dan Mide Formateur dipilih secara mufakat atau melalui
pemilihan suara ditambah dengan Ketua Umum Demisioner
n) Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI didampingi 2 (dua) Mide Formateur menyusun
kepengurusan untuk masa bakti selanjutnya
o) Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI memiliki hak prerogatif memilih Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum
p) Hal-hal lain yang belum diatur, dapat diatur kemudian sesuai kesepakatan dari peserta
MUNAS

2. Calon Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI adalah :


a) Pemilihan calon dimulai dengan penyampaian visi dan misi bakal calon sekaligus
penjabaran program umum daerah HIPMI yang telah diputuskan oleh MUSDA
b) Pemilihan calon dilakukan dengan menggunakan surat suara yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah utusan MUSDA
c) Surat suara yang sah adalah surat suara yang dicetak oleh panitia MUSDA
1) Suara sah adalah :
· Satu kali coblos di nomor dalam kolom yang sudah di sediakan
· Coblos menggunakan pena yang sudah disiapkan panitia MUSDA
2) Suara tidak sah adalah :
· Mencoblos lebih dari satu kali
· Terdapat tulisan baru dalam surat suara
· Coblos digaris pembatas
d) Pemilihan dilakukan dengan 2 (dua) putaran
e) Putaran 1 (pertama) dimulai dengan penyampaian pernyataan kesediaan calon
Formateur/Ketua Umum
f) Pada putaran 1 (pertama) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
g) Calon yang mendapatkan dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh) persen dari total
jumlah suara secara langsung dinyatakan sah sebagai Formateur/Ketua Umum BPD
HIPMI
h) Calon yang mendapatkan minimal 20 (dua puluh) suara berhak untuk maju pada putaran
kedua
i) Apabila tidak terdapat calon yang memenuhi suara minimal tersebut, maka dilakukan
pemilihan ulang putaran pertama sampai terdapat calon yang memperoleh suara
minimal
j) Putaran 2 (kedua) dimulai dengan penyampaian kembali pernyataan kesediaan calon
Formateur/Ketua Umum
k) Putaran 2 (kedua) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
l) Calon yang mendapatkan suara terbanyak pada putaran kedua secara langsung
ditetapkan sebagai Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI dan Calon yang mendapatkan
suara terbanyak kedua menjadi Mide Formateur ditambah dengan Ketua Umum

LAMPIRAN-LAMPIRAN 225
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Demisioner
m) Apabila hanya ada satu calon tunggal, maka dapat dinyatakan sebagai Formateur/
Ketua Umum BPD HIPMI dan Mide Formateur dipilih secara mufakat atau melalui
pemilihan suara ditambah dengan Ketua Umum Demisioner
n) Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI didampingi 2 (dua) Mide Formateur menyusun
kepengurusan untuk masa bakti selanjutnya
o) Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI memiliki hak prerogatif memilih Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum
p) Formatuer/Ketua Umum terpilih BPD HIPMI mengajukan surat permohonan SK Pengurus
dengan melampirkan hasil MUSDA kepada BPP HIPMI selambatnya- lambatnya 15 (Lima
belas) hari.
q) Hal-hal lain yang belum diatur, dapat diatur kemudian sesuai kesepakatan dari peserta
MUSDA

3. Calon Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI adalah :


a) Pemilihan calon dimulai dengan perkenalan diri serta penyampaian visi dan misi bakal
calon sekaligus penjabaran program umum cabang HIPMI yang telah diputuskan oleh
MUSCAB
b) Pemilihan calon dilakukan dengan menggunakan surat suara yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah utusan MUSCAB
c) Surat suara yang sah adalah surat suara yang dicetak oleh panitia MUSCAB
1) Suara sah adalah :
· Satu kali coblos di nomor dalam kolom yang sudah di sediakan
· Coblos menggunakan pena yang sudah disiapkan panitia MUSCAB
2) Suara tidak sah adalah :
· Mencoblos lebih dari satu kali
· Terdapat tulisan baru dalam surat suara
· Coblos digaris pembatas
d) Pemilihan dilakukan dengan 2 (dua) putaran
e) Putaran 1 (pertama) dimulai dengan penyampaian pernyataan kesediaan calon
Formateur/Ketua Umum
f) Pada putaran 1 (pertama) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
g) Calon yang mendapatkan dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh) persen dari total
jumlah suara secara langsung dinyatakan sah sebagai Formateur/Ketua Umum BPC
HIPMI
h) Calon yang mendapatkan minimal 20 (dua puluh) suara berhak untuk maju pada putaran
kedua
i) Apabila tidak terdapat calon yang memenuhi suara minimal tersebut, maka dilakukan
pemilihan ulang putaran pertama sampai terdapat calon yang memperoleh suara
minimal
j) Putaran 2 (kedua) dimulai dengan penyampaian kembali pernyataan kesediaan calon
Formateur/Ketua Umum
k) Putaran 2 (kedua) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
l) Calon yang mendapatkan suara terbanyak pada putaran kedua secara langsung
ditetapkan sebagai Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI dan Calon yang mendapatkan
suara terbanyak kedua menjadi Mide Formateur ditambah dengan Ketua Umum
Demisioner
m) Apabila hanya ada satu calon tunggal, maka dapat dinyatakan sebagai Formateur/

226 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ketua Umum BPC HIPMI dan Mide Formateur dipilih secara mufakat atau melalui
pemilihan suara ditambah dengan Ketua Umum Demisioner
n) Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI didampingi 2 (dua) Mide Formateur menyusun
kepengurusan untuk masa bakti selanjutnya
o) Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI memiliki hak prerogatif memilih Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum
p) Formatur/Ketua Umum terpilih harus mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan Hasil MUSCAB kepada BPD HIPMI dan memberikan tembusan kepada BPP
HIPMI selambat lambatnya 15 (lima belas) hari
q) Hal-hal lain yang belum diatur, dapat diatur kemudian sesuai kesepakatan dari peserta
MUSCAB.

LAMPIRAN-LAMPIRAN 227
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 1

SURAT PENCALONAN SEBAGAI KETUA UMUM


Nomor : .....tgl/bulan/tahun
Lamp :
Hal : Pencalonan Sebagai Ketua Umum

Kepada Yth.
Panitia Pengarah/SC Munas/Musda/Muscab
Di-
Tempat

Sehubungan dengan pelaksanaan MUSYAWARAH NASIONAL/MUSYAWARAH DAERAH/


MUSYAWARAH CABANG ke....HIPMI yang akan diselenggarakan pada tanggal.....di..... dengan ini
saya :

Nama :
NPA :
Jabatan :
Alamat :

Mengajukan diri menjadi CALON KETUA UMUM BADAN PENGURUS PUSAT/BADAN PENGURUS
DAERAH/BADAN PENGURUS CABANG HIPMI Masa Bakti 20... – 20... pada MUSYAWARAH
NASIONAL/MUSYAWARAH DAERAH/MUSYAWARAH CABANG ke ... HIPMI yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat.

Berikut ini saya lampirkan dokumen persyaratan pencalonan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pengarah (SC). Dan saya juga bersedia mentaati peraturan/tata tertib/prosedur pemilihan
sebagaimana tertuang dalam AD/ART HIPMI.

Demikian surat pencalonan ini saya buat. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima
kasih.

Hormat saya,

..............................

228 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN MEMATUHI NORMA, ETIKA DAN


DISIPLIN ORGANISASI
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
NPA :
Jabatan :
Alamat :

Dalam rangka pencalonan saya menjadi calon Ketua Umum BADAN PENGURUS PUSAT/
BADAN PENGURUS DAERAH/BADAN PENGURUS CABANG HIPMI Masa Bakti 20... – 20... pada
MUSYAWARAH NASIONAL/MUSYAWARAH DAERAH/MUSYAWARAH CABANG ke... HIPMI yang
akan dilaksanakan pada tanggal ... s/d ... Di ...., dengan ini menyatakan Bahwa SAYA AKAN
MEMATUHI NORMA, ETIKA DAN DISIPLIN ORGANISASI sebagaimana tertuang dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

......Tanggal/Bulan/Tahun

Hormat saya,

Materai 6000

.....................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN 229
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN VI

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)


PELANTIKAN PENGURUS
I. PROSEDUR PELANTIKAN

Pelantikan/Pengukuhan Kepengurusan Badan Pengurus Daerah/Badan Pengurus Cabang dilaksanakan


selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pelaksanaan Musyawarah Daerah/Musyawarah Cabang
dan penyusunan Struktur Kepengurusan serta dilaksanakan dalam waktu tersendiri secara ceremonial.

II. TATA CARA PELANTIKAN

A. Tata Cara Pelantikan/Pengukuhan Pengurus BPP HIPMI adalah :


1. Pengantar pembukaan oleh MC
2. Lagu Indonesia Raya
3. Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan SK BPP
5. Pelantikan/pengukuhan pengurus
6. Pengucapan janji pengurus
7. Penyerahan pataka dari Dewan Kehormatan kepada ketua umum terpilih
8. Ucapan selamat dari para undangan
9. Sambutan Ketua Panitia
10. Sambutan Ketua Umum Terpilih
11. Sambutan Ketua Umum Demisioner
12. Sambutan Presiden (apabila diundang)
13. Penyerahan cindera mata (apabila ada)
14. Doa/penutup
15. Ramah tamah
16. Selesai

B. Tata Cara Pelantikan/Pengukuhan Pengurus BPD / BPC HIPMI adalah :


1. Pengantar pembukaan oleh MC
2. Lagu Indonesia Raya
3. Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan SK BPD/BPC
5. Pelantikan/pengukuhan oleh BPP/BPD
6. Pengucapan janji pengurus
7. Penyerahan pataka dari BPP/BPD kepada ketua umum terpilih
8. Ucapan selamat dari para undangan
9. Sambutan Ketua Panitia
10. Sambutan Ketua Umum Terpilih
11. Sambutan Ketua Umum Demisioner
12. Sambutan Ketua Umum BPP/BPD (yang mewakili)
13. Sambutan Gubernur / walikota / Bupati (apabila diundang)

230 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

14. Penyerahan cindera mata (apabila ada)


15. Doa/penutup
16. Ramah tamah
17. Selesai

LAMPIRAN-LAMPIRAN 231
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 1

BERITA ACARA PELANTIKAN


BADAN PENGURUS DAERAH/CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
.................... (nama daerah)
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA KUASA pada hari ini………….
(hari)………...(tanggal/bulan)………..(tahun) telah dilaksanakan pelantikan/pengukuhan secara
resmi Badan Pengurus Daerah/ Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD/BPC)………….
(nama daerah) oleh Ketua Umum BPP HIPMI/BPD HIPMI sesuai dengan Surat Keputusan BPP HIPMI/
BPD HIPMI nomor : …………….... tertanggal …………………, dengan susunan pengurus inti
sebagai berikut :

Ketua Umum :
Sekretaris Umum :
Bendahara :

Dalam menjalankan Roda Organisasi agar berpedoman senantiasa kepada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga HIPMI. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.
..………………........

Badan Pengurus Daerah / Cabang HIPMI

………………………………………………….
Ketua Umum

Badan Pengurus Pusat


Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

……………………………….
Ketua Umum

DISAKSIKAN OLEH
Gubernur/Bupati/Walikota atau yang mewakili

…………………………….....

232 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 2

JANJI PENGURUS

1. Pengikraran Janji Pengurus diawali dengan pertanyaan kepada Pengurus BPD/BPC yang akan
dilantik/dikukuhkan tentang kesediaan mengikrarkan Janji Pengurus.
2. Mengintruksikan kepada Pengurus BPD/BPC yang akan dilantik/dikukuhkan untuk mengikuti kata-
kata BPP/BPD yang bertugas melantik/mengukuhkan pengurus. Adapun kata-kata tersebut
sebagai berikut :

Sebelum saudara-saudara dengan resmi saya lantik pada hari ini mohon mengikuti kata-kata
saya :

JANJI PENGURUS

MOHON DIIKUTI KATA-KATA SAYA SEBAGAI BERIKUT :


BAHWA SAYA, AKAN TAAT DAN SETIA, KEPADA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

BAHWA SAYA AKAN PATUH DAN MEMEGANG TEGUH, ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN
RUMAH TANGGA SERTA TATA LAKSANA ORGANISASI, HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA .
BAHWA SAYA, DALAM MENJALANKAN JABATAN ORGANISASI, SENANTIASA AKAN
MENGUTAMAKAN, KEPENTINGAN ORGANISASI DIATAS KEPENTINGAN PRIBADI.

BAHWA SAYA, SENANTIASA AKAN MENJUNJUNG TINGGI, KEHORMATAN DAN NAMA BAIK
ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA.

SEMOGA TUHAN YANG MAHA ESA MEMBERKAHI SAYA !

SELESAI !

LAMPIRAN-LAMPIRAN 233
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 3

IKRAR PELANTIKAN/PENGUKUHAN PENGURUS

“ BERDASARKAN HASIL MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG HIPMI KE…PROVINSI/ CABANG


YANG DILAKSANAKAN DARI TANGGAL …. S/D …. 200… DI …………, SAYA ATAS NAMA
BPP/ BPD DENGAN INI MELANTIK/ MENGUKUHKAN SAUDARA-SAUDARA MENJADI BADAN
PENGURUS DAERAH / CABANG PROVINSI……/ KABUPATEN……. HIMPUNAN PENGUSAHA
MUDA INDONESIA MASA BHAKTI 200.. – 200….

SEMOGA TUHAN YANG MAHA ESA SENANTIASA MEMBERIKAN KEKUATAN LAHIR DAN
BATHIN KEPADA SAUDARA-SAUDARA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN AMANAH YANG
DIBERIKAN

234 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 4

KATA - KATA PENYERAHAN PATAKA HIPMI

“GELORAKANLAH SENANTIASA SEMANGAT KEWIRAUSAHAWAN DIKALANGAN GENERASI


MUDA, DAN KIBARKANLAH PANJI-PANJI KEBESARAN PENGUSAHA MUDA INI DISELURUH
PELOSOK PROVINSI ……… / KABUPATEN …….. TEMPAT SAUDARA/I BERTUGAS DAN
BERKARYA “.

LAMPIRAN-LAMPIRAN 235
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN VII

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)


ORIENTASI PENGURUS
Agenda kegiatan setelah pelantikan/pengukuhan Badan Pengurus Daerah/Badan Pengurus Cabang
terpilih adalah Orientasi Pengurus yakni orientasi penyamaan visi dan persepsi pengurus BPD/BPC
HIPMI terpilih dalam rangka pengenalan dan pemahaman organisasi HIPMI secara lebih mendalam
dan komprehensif.

1. Materi Orientasi Pengurus :


a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi HIPMI
b. Tata Laksana dan Peraturan Organisasi (PO) HIPMI
c. Administrasi dan Kesekretariatan Organisasi HIPMI
2. Peserta Orientasi Pengurus BPD/BPC terdiri dari :
a. Badan Pengurus Daerah
b. Badan Pengurus Cabang
c. Anggota-anggota yang berminat
3. Narasumber Orientasi Pengurus BPD/BPC dari BPP HIPMI antara lain :
a. Ketua Umum
b. Wakil Ketua Umum
c. Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
d. Sekretaris Jenderal/Wakil Sekretaris Jenderal
e. Kompartemen dan Departemen Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan BPP HIPMI

236 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN VIII

STANDART PELAKSANAAN
RAPAT KERJA HIPMI
Lampiran 1
Rancangan Jadwal Acara Rapat Kerja HIPMI

SEREMONIAL PEMBUKAAN
WAKTU ACARA PENGISI ACARA / PIC

Registrasi Peserta dan Tamu Undangan OC


Peserta dan Tamu Undangan memasuki Lokasi Acara OC
Pembukaan Acara OC
Paduan Suara / Video
Lagu Indonesia Raya sesuai Format dari BPP
HIPMI
Video sesuai Format
Hymne dan Mars HIPMI
dari BPP HIPMI
Sambutan Ketua Panitia OC Ketua Panitia
Ketua Umum BPD / BPC
Sambutan Ketua Umum BPD/BPC Penyelenggara Penyelenggara Rapat
Kerja
Ketua Umum BPP / BPD
Sambutan Ketua Umum BPP/BPD HIPMI
HIPMI
Sambutan Pejabat Pemerintah (Presiden / Menteri / Gubernur OC
/ Bupati / Walikota) sekaligus Membuka Acara
Sambutan Pejabat Pemerintah (Presiden / Menteri / Gubernur
/ Bupati / Walikota) sekaligus Membuka Acara OC
Doa OC
Acara - acara Tambahan (Talkshow, Serasehan. Seminar,
Diskusi / Dialog Publik dan lain sebagainya dengan
Menyesuaikan Tema Rapat Kerja) OC

LAMPIRAN-LAMPIRAN 237
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

SIDANG DAN PENUTUPAN


WAKTU ACARA PENGISI ACARA / PIC
Her – Registrasi Peserta dan Tamu Undangan OC
Pleno I
1.  Pengesahan Jadwal Acara
2.  Pengesaahan Tata Tertib SC
3.  Pemilihan Pimpinan Sidang
4.  Pembentukan Tim Perumus
Pleno II Pimpinan Sidang
1. Arah dan Pandangan Ketua Umum BPP HIPMI Ketua Umum BPP
2. Laporan & Pembahasan Program Kerja BPP / BPD BPP / BPD
3. Laporan Program Kerja BPD/BPC BPD / BPC
4. Evaluasi Program Kerja BPP / BPD BPP / BPD
Ishoma OC
Pleno III : Pimpinan Sidang
Sidang Komisi SC
Komisi 1 :
Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
Komisi 2 :
Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan
Komisi 3 :
Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN
Komisi 4 :
Bidang SDA, Energi Mineral dan Lingkungan Hidup
Komisi 5 :
Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi
Komisi 6 :
Bidang Infrastruktur, Perhubungan dan Properti
Komisi 7 :
Bidang Agribisnis, Agroindusrti dan Kemaritiman
Komisi 8 :
Bidang Koperasi, UKM, dan Pengembangan Start-Up
Komisi 9 :
Bidang Hubungan Internasional dan Pariwisata
Komisi 10 :
Tenaga Kerja, Pemuda, dan Olahraga
Komisi 11 :
Kesekjenan
Komisi 12 :
Kebendaharaan
Ishoma
Lanjutan Sidang Pleno III / Perumusan Hasil - hasil Sidang SC
Komisi
Acara - acara Tambahan (Talkshow, Serasehan, Seminar, OC
Diskusi / Dialog Publik dan lain sebagainya dengan
menyesuaikan Tema Rapat Kerja)
Sambutan Pejabat Pemerintah (Presiden / Menteri / OC
Gubernur / Bupati/ Walikota) sekaligus Menutup Acara
Doa / Penutup OC

238 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 2
RANCANGAN KEPUTUSAN JADWAL ACARA
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ...........................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER........ - ....../HIPMI/......
Tentang
JADWAL ACARA RAKER...... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................... ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Rapat Kerja ………..………. (RAKER……) merupakan forum


yang akan membahas dan mengevaluasi Program Kerja BP…. HIPMI
masa bakti ……………. yang sudah berjalan dan menyusun prioritas
pelaksanaan Program Kerja BP… HIPMI masa bakti ………….. yang
akan dilaksanakan.
b. Bahwa RAKER ……………… HIPMI telah ditetapkan
penyelengaraannya pada tanggal ……… ……. 20….., bertempat
di ………………
c. Bahwa untuk kelancaran dan tertibnya pelaksanaan RAKER ………
…… HIPMI, perlu ditetapkan Jadwal Acara dan Tata Tertib RAKER
……..…… HIPMI

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI


2. Hasil-hasil Keputusan Munas ……… HIPMI di ……….

Memperhatikan : Saran dan pendapat serta usulan yang dikemukakan dalam Sidang
Pleno I RAKER ……. ….. HIPMI tanggal ……..

Memutuskan

Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KERJA …………….. ……............... HIMPUNAN


PENGUSAHA MUDA INDONESIA TENTANG JADWAL ACARA RAPAT
KERJA …………….. ……............ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA

Pertama : Menetapkan Jadwal Acara RAKER …….. …… HIPMI sebagai pedoman


dalam melaksanakan kegiatan RAKER ……. …… HIPMI

Kedua : Naskah Jadwal Acara RAKER ...... ....... HIPMI sebagaimana dimaksud dalam
ayat pertama Keputusan ini terdapat pada lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini, dan dapat
diubah dengan persetujuan Sidang Pleno RAKER ….. …… HIPMI

Keputusan ini mulai berlaku semenjak ditetapkan, dengan ketentuan


Ketiga : akan diadakan peninjauan kembali, bila ternyata terdapat kesalahan/
kekeliruan serta kekurangan di dalam surat keputusan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN 239
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….

RAPAT KERJA …………….. ………..


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
PANITIA PENGARAH

Ketua, Sekretaris

…………………….. ………………………

Anggota :

1. ……………………… ………………………

2. ……………………… ………………………

3. ……………………… ………………………

4. ……………………… ………………………

5. ……………………. …………………….

6. ……………………… ………………………

7. ……………………… (ex officio) ………………………

240 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 3
RANCANGAN TATA TERTIB RAPAT KERJA NASIONAL/
DAERAH/CABANG HIPMI

TATA TERTIB
RAPAT KERJA NASIONAL/DAERAH/CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI …………..

Pasal 1
Ketentuan Umum

Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang masa bakti ……………… yang selanjutnya disebut


RAKER….. …… HIPMI dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 32 Anggaran Rumah Tangga HIPMI
hasil Munas …….. HIPMI tahun ……...

Pasal 2
Penyelenggara

Untuk menyelenggarakan RAKER ….. …… HIPMI, BPP/BPD/BPC HIPMI masa bakti ………. membentuk
Panitia Rapat Kerja ………. …… HIPMI yang terdiri dari Steering Committee (SC) dan Organizing
Committee (OC), melalui surat keputusan BPP/BPD/BPC HIPMI Nomor : ……….

Pasal 3
Tema

Tema RAKER …...............................…….............. HIPMI adalah “...........…………..................................”

Pasal 4
Tempat dan Waktu

RAKER …. …... HIPMI diselenggarakan di Hotel …………………………… hari …….sd …….


tanggal (hari/bulan/tahun)

Pasal 5
Tujuan

RAKER ….. …… HIPMI bertujuan :

1. Membahas dan mengevaluasi Program Kerja BPP/BPD/BPC HIPMI masa bakti ………. yang
sudah berjalan.
2. Menyusun prioritas pelaksanaan Program Kerja BPP/BPD/BPC HIPMI masa bakti ………. yang
akan dilaksanakan.
3. Menyusun Keputusan-keputusan yang menunjang hasil MUNAS ……. HIPMI tahun ……...

LAMPIRAN-LAMPIRAN 241
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Pasal 6
Alat Kelengkapan Rakernas

Alat kelengkapan RAKER….. …… HIPMI terdiri dari :

1. Penanggung jawab Rakernas


2. Panitia Pengarah (SC)
3. Panitia Pelaksana (OC)
4. Sidang Pleno
5. Sidang Komisi

a. Komisi 1 : Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan


b. Komisi 2 : Bidang Ekonomi dan Keuangan
c. Komisi 3 : Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN
d. Komisi 4 : Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan Lingkungan Hidup
e. Komisi 5 : Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi
f. Komisi 6 : Bidang Infrastruktur, Perhubungan dan Properti
g. Komisi 7 : Bidang Agribisnis, Agroindustri dan Kemaritiman
h. Komisi 8 : Bidang Koperasi, UKM dan Pengembangan Start-Up
i. Komisi 9 : Bidang Hubungan Internasional dan Pariwisata
j. Komisi 10 : Bidang Tenaga Kerja, Pemuda, dan Olahraga
k. Komisi 11 : Kesekjenan
l. Komisi 12 : Kebendaharaan

6. Tim Perumus
Pasal 7
Pimpinan Sidang

1. Rapat Kerja HIPMI dipimpin oleh BPP/BPD/BPC HIPMI, dibantu oleh Panitia Pengarah (SC) dan
Pimpinan Sidang yang terdiri lima orang yang dipilih dari peserta
2. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari peserta atau peninjau.

Pasal 8
Tugas Dan Kewajiban Pimpinan Sidang

1. Memimpin sidang sebaik-baiknya


2. Menjaga dan mengusahakan ketertiban dan ketertiban selama jalannya sidang
3. Mengetahui dan memberi ijin bagi peserta atau peninjau yang akan meninggalkan sidang
4. Memberi persetujuan kepada peserta untuk berbicara
5. Mengatur jumlah dan lamanya berbicara peserta selama sidang serta dapat menghentikan
pembicaraan apabila dianggap menyimpang dari acara dan tujuan Raker.... HIPMI, dengan
memberi peringatan terlebih dahulu.

Pasal 9
Peserta Dan Peninjau

1. Peserta RAKER ….. …… HIPMI adalah :


a. Badan Pengurus Pusat/Daerah/Cabang HIPMI Utusan Badan Pengurus Daerah HIPMI seluruh

242 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Indonesia (bila Rakernas) atau Badan Pengurus Cabang HIPMI se-Provinsi ............... (bila
Rakerda) atau Badan Pengurus Cabang HIPMI dan Anggota HIPMI se-Kota/Kabupaten
.........(bila Rakercab) yang terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum,
dan Ketua-ketua bidang atau yang mendapat mandat dari BPD/BPC.
b. Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan HIPMI Tingkat BPP/BPD/BPC

2. Peninjau RAKER ….. …… HIPMI adalah :


a. Undangan BPP/BPD/BPC HIPMI di luar peserta.
b. Fungsionaris Badan Pengurus Daerah/ Badan Pengurus Cabang diluar utusan yang mendapat
mandat dari BPD/BPC.

Pasal 10
Hak Dan Kewajiban Peserta Dan Peninjau

1. Peserta dan peninjau mempunyai hak bicara


2. Peserta dan peninjau mematuhi tata tertib dan ketentuan persidangan
3. Peserta dan peninjau wajib mematuhi petunjuk – petunjuk yang dikeluarkan oleh Panitia Pengarah
(SC) dan Panitia Pelaksana (OC) RAKER ….. …… HIPMI
4. Peserta dan Peninjau wajib menjaga kelancaran dan ketertiban sidang
5. Peserta dan Peninjau wajib menggunakan Tanda Peserta/ Peninjau selama berlangsungnya
RAKER ….. …… HIPMI
6. Peserta dan Peninjau berhak duduk di dalam Tim Perumus RAKER ….. …… HIPMI.
7. Utusan memiliki hak suara dan bicara.

Pasal 11
Perumusan

Perumusan hasil Rapat Kerja diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat oleh Tim Perumus
sebanyak 7(Tujuh) orang yang terdiri dari Peserta dan atau Peninjau yang dipilih bersama-sama
dengan Panitia Pengarah (SC) RAKER ….. …… HIPMI.

Pasal 12
Ketentuan Lain

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Tata Tertib ini diserahkan kepada kebijaksanaan Pimpinan
Sidang.
Pasal 13
Penutup

Tata tertib RAKER ….. …… HIPMI berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali atas
persetujuan forum RAKER ….. …… HIPMI jika ada perubahan dan atau ditemukan kesalahan di
dalamnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN 243
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 4
RANCANGAN KEPUTUSAN TATA TERTIB
RAPAT KERJA HIPMI

KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ....................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER........ - ....../HIPMI/......
Tentang
TATA TERTIB RAKER........ ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA .............. ......... HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Rapat Kerja ………..………. (RAKER……) merupakan forum


yang akan membahas dan mengevaluasi Program Kerja BP…. HIPMI
masa bakti ……………. yang sudah berjalan dan menyusun prioritas
pelaksanaan Program Kerja BP… HIPMI masa bakti ………….. yang
akan dilaksanakan.
b. Bahwa RAKER……… ……… HIPMI telah ditetapkan
penyelengaraannya pada tanggal ……… ……. 20….., bertempat
di ………………
c. Bahwa untuk kelancaran dan tertibnya pelaksanaan RAKER......., perlu
ditetapkan tata tertib RAKER...... ......

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI


2. Hasil-hasil Keputusan Munas ......... HIPMI di ........
3. Keputusan Rakernas Nomor : I/RAKER......-....../HIPMI/ tentang Jadwal
Acara
Memperhatikan : Saran dan pendapat serta usulan yang dikemukakan dalam Sidang
Pleno I RAKER ...... ....... HIPMI tanggal………… ……..
Memutuskan
Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KERJA ………… HIMPUNAN PENGUSAHA
MUDA INDONESIA TENTANG TATA TERTIB RAPAT KERJA …………
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Pertama
: Menetapkan Tata Tertib RAKER ...... ....... HIPMI untuk menjaga ketertiban
kegiatan RAKER …… ……. HIPMI
Kedua : Naskah Tata tertib RAKER ...... ....... HIPMI sebagaimana dimaksud dalam
ayat pertama Keputusan ini terdapat pada lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini, dan dapat
diubah dengan persetujuan Sidang Pleno RAKER .....…. …… HIPMI.

Keputusan ini mulai berlaku semenjak ditetapkan, dengan ketentuan


Ketiga : akan diadakan peninjauan kembali, bila ternyata terdapat kesalahan
atau kekeliruan serta kekurangan di dalam surat keputusan ini.

244 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….

RAPAT KERJA …………….. ………..


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
PANITIA PENGARAH

Ketua, Sekretaris

…………………….. ………………………

Anggota :

1. ……………………… ………………………

2. ……………………… ………………………

3. ……………………… ………………………

4. ……………………… ………………………

5. ……………………. …………………….

6. ……………………… ………………………

7. ……………………… (ex officio) ………………………

LAMPIRAN-LAMPIRAN 245
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 5
RANCANGAN KEPUTUSAN PIMPINAN SIDANG
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ...........................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER........ - ....../HIPMI/......
Tentang
PIMPINAN SIDANG RAKER...... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................... ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Rapat Kerja ………..………. (RAKER……) merupakan forum


yang akan membahas dan mengevaluasi Program Kerja BP…. HIPMI
masa bakti ……………. yang sudah berjalan dan menyusun prioritas
pelaksanaan Program Kerja BP… HIPMI masa bakti ………….. yang
akan dilaksanakan.
b. Bahwa RAKER……… ……… HIPMI telah ditetapkan
penyelengaraannya pada tanggal ……… ……. 20….., bertempat
di ………………
c. Bahwa untuk kelancaran dan tertibnya pelaksanaan RAKER………
…… HIPMI, perlu ditetapkan Pimpinan Sidang RAKER…….. ……
HIPMI

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI


2. Hasil-hasil Keputusan Munas ……. HIPMI di ……..
Memperhatikan : Saran dan pendapat serta usulan yang dikemukakan dalam Sidang
Pleno I RAKER ...... ....... HIPMI tanggal …………… …......
Memutuskan
Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KERJA ………. ….. HIMPUNAN PENGUSAHA
MUDA INDONESIA TENTANG PIMPINAN SIDANG RAPAT KERJA
……… …… HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Pertama : Menetapkan :
1. …………………………
2. …………………………
3. …………………………
4. …………………………
5. …………………………
6. …………………………
7. …………………………
Sebagai Pimpinan Sidang RAKER…… …… HIPMI.

246 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Kedua : Pimpinan Sidang RAKER ...... ....... HIPMI bertugas sebagai penanggungjawab
pelaksanaan Sidang-sidang RAKER…… ….. HIPMI.

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku semenjak ditetapkan, dengan ketentuan


akan diadakan peninjauan kembali, bila ternyata terdapat kesalahan/
kekeliruan serta kekurangan di dalam surat keputusan ini.

Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….

RAPAT KERJA …………….. ………..


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
PANITIA PENGARAH

Ketua, Sekretaris

…………………….. ………………………

Anggota :

1. ……………………… ………………………

2. ……………………… ………………………

3. ……………………… ………………………

4. ……………………… ………………………

5. ……………………. …………………….

6. ……………………… ………………………

7. ……………………… (ex officio) ………………………

LAMPIRAN-LAMPIRAN 247
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 6
RANCANGAN KEPUTUSAN TIM PERUMUS
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ...........................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER ........ - ...... /HIPMI/......
Tentang
TIM PERUMUS RAKER ...... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................... ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Rapat Kerja ………..………. (RAKER……) merupakan forum


yang akan membahas dan mengevaluasi Program Kerja BP…. HIPMI
masa bakti ……………. yang sudah berjalan dan menyusun prioritas
pelaksanaan Program Kerja BP…... HIPMI masa bakti …………..
yang akan dilaksanakan.
b. Bahwa RAKER ……… ……… HIPMI telah ditetapkan
penyelengaraannya pada tanggal ……… ……. 20….., bertempat
di ………………
c. Bahwa untuk kelancaran dan tertibnya pelaksanaan RAKER………
…… HIPMI, perlu ditetapkan Tim Perumus RAKER …….. …… HIPMI

1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI


Mengingat : 2. Hasil-hasil Keputusan Munas ……. HIPMI di ……..
Memperhatikan : Saran dan pendapat serta usulan yang dikemukakan dalam Sidang Pleno
I RAKER ...... ...... HIPMI tanggal ……………
Memutuskan
Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KERJA ……..... ....…... HIMPUNAN PENGUSAHA
MUDA INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN TIM PERUMUS RAPAT
KERJA …………… ……....... HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA
Pertama : Menetapkan :
1. …………………..
2. …………………..
3. …………………..
4. …………………..
5. …………………..
6. …………………..
7. …………………..
Sebagai Tim Perumus RAKERNAS XIV HIPMI.

248 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Kedua : Tim perumus bertugas sebagai penganggungjawab penyusunan hasil-hasil


RAKER ........ ........ HIPMI
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku semenjak ditetapkan, dengan ketentuan
akan diadakan peninjauan kembali, bila ternyata terdapat kesalahan/
kekeliruan serta kekurangan di dalam surat keputusan ini.

Ditetapkan di : ………………
Pada Tanggal : ……………….

RAPAT KERJA …………….. ………..


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
PANITIA PENGARAH

Ketua, Sekretaris

…………………….. ………………………

Anggota :

1. ……………………… ………………………

2. ……………………… ………………………

3. ……………………… ………………………

4. ……………………… ………………………

5. ……………………. …………………….

6. ……………………… ………………………

7. ……………………… (ex officio) ………………………

LAMPIRAN-LAMPIRAN 249
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Lampiran 7
RANCANGAN KEPUTUSAN REKOMENDASI
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ......... .......
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : ..... /RAKER ....-..... /HIPMI/......
Tentang
REKOMENDASI RAKER ....... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................. ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Rapat Kerja …………. (RAKER……) merupakan forum yang


akan membahas dan mengevaluasi Program Kerja BP….... HIPMI
masa bakti …………… yang sudah berjalan dan menyusun prioritas
pelaksanaan Program Kerja BP…... HIPMI masa bakti ………….
yang akan dilaksanakan.
b. Bahwa RAKER ............. HIPMI telah ditetapkan penyelengaraannya
pada tanggal …………, bertempat di ……………
c. Bahwa untuk pembenahan dan pengembangan organisasi, serta
berpartisipasi dalam kancah perekonomian maupun politik nasional
ke depan diperlukan adanya sikap tegas HIPMI yang tertuang dalam
Rekomendasi RAKER ………… HIPMI.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI
2. Hasil-hasil Keputusan Munas ……. HIPMI di ……...
Memperhatikan : Saran dan pendapat serta usulan yang dikemukakan dalam Sidang
Pleno III RAKER ............. HIPMI tanggal …………….
Memutuskan
Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KERJA …………. …… HIMPUNAN PENGUSAHA
MUDA INDONESIA TENTANG HASIL REKOMENDASI RAPAT KERJA
………….. ……. HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Pertama : Menetapkan Rekomendasi RAKER ...... ....... HIPMI sebagai wujud sikap
HIPMI dalam memandang kondisi perekonomian dan politik nasional

Naskah Rekomendasi RAKER...... ....... HIPMI sebagaimana dimaksud dalam


Kedua : ayat pertama Keputusan ini terdapat pada lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini, dan dapat
diubah dengan persetujuan Sidang Pleno RAKER ….. …… HIPMI.

Keputusan ini mulai berlaku semenjak ditetapkan, dengan ketentuan


akan diadakan peninjauan kembali, bila ternyata terdapat kesalahan/
Ketiga : kekeliruan serta kekurangan di dalam surat keputusan ini.

250 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….

RAPAT KERJA …………….. ………..


HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
PANITIA PENGARAH

Ketua, Sekretaris

…………………….. ………………………

Anggota :

1. ……………………… ………………………

2. ……………………… ………………………

3. ……………………… ………………………

4. ……………………… ………………………

5. ……………………. …………………….

6. ……………………… ………………………

7. ……………………… (ex officio) ………………………

LAMPIRAN-LAMPIRAN 251
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN IX

STANDAR PROSEDUR KERJA PENERBITAN


KTA HIPMI, SISTEM INFORMASI DAN
KEANGGOTAAN HIPMI

FORMULIR CALON ANGGOTA HIPMI

ASAL CALON ANGGOTA HIPMI


Provinsi : .....................................................

Kabupaten/Kota : .....................................................

Tahu HIPMI dari mana? : .....................................................

Nama Pemberi Referensi : .....................................................

DATA PERSONAL

Nama Lengkap : .....................................................

Agama : O Islam O Kristen O Katolik


O Buddha O Hindu O Konghucu

Tempat Lahir : .....................................................

Tanggal Lahir : ..................................................... (dd / mm / yyyy)

Pendidikan Terakhir : O SD O SMP O SMK/SMA O D3


O S1 O S2 O S3 O Lain-lain (...........................)

Jenis Kelamin : O Laki-Laki O Perempuan

Nomor KTP : .....................................................

Alamat Rumah :

Kode Pos : .....................................................

Telepon Rumah : .....................................................

Nomor HP : .....................................................

Email Pribadi : .....................................................

Organisasi Lain yang Diikuti : .....................................................


.....................................................
.....................................................

DATA BADAN USAHA

Nama Badan Usaha : .....................................................

252 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Jabatan .....................................................

Bentuk Badan Usaha : O Perseorangan O Firma O CV


O PT O Koperasi O Lain-lain (...............................)

Tanggal Didirikan : ..................................................... (dd / mm / yyyy)

Bidang Usaha : O Kontraktor O Transportasi


O Perdagangan O Pertambangan
O Industri O Jasa Keuangan
O Penerbitan O Teknologi Informasi
O Pariwisata / Biro Perjalanan O Lain-lain (......................)

Informasi Detail Bidang Usaha :

Provinsi Tempat Didirikan : .....................................................

Alamat Badan Usaha :

Nomor Telepon : .....................................................

Nomor Fax : .....................................................

Alamat Email Badan Usaha : .....................................................

Situs/Website Badan Usaha : .....................................................

Nomor Pokok Wajib Pajak : .....................................................

Jumlah Karyawan .....................................................

Keanggotaan Badan Usaha : -....................................................


-....................................................
-....................................................

LAMPIRAN

Akte Pendirian Perusahaan : (Foto Copy)


SIUP/SIUJK/IUI : (Foto Copy)
Tanda Daftar Perusahaan : (Foto Copy)
Nomor Pokok Wajib Pajak : (Foto Copy)
SK Kehakiman : (Foto Copy)
KTP Pribadi : (Foto Copy)
Pas Foto (Formal) : (Asli)
Bukti Pembayaran Iuran : (Asli)

LAMPIRAN-LAMPIRAN 253
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

FORMULIR CALON ANGGOTA HIPMI PT


ASAL CALON ANGGOTA HIPMI PT
Provinsi : .....................................................

Kabupaten/Kota : .....................................................

Tahu HIPMI PT dari mana? : .....................................................

Nama Pemberi Referensi : .....................................................

DATA PERSONAL

Nama Lengkap : .....................................................

Agama : O Islam O Kristen O Katolik


O Buddha O Hindu O Konghucu

Tempat Lahir : .....................................................

Tanggal Lahir : ..................................................... (dd / mm / yyyy)

Pendidikan Terakhir : O SD O SMP O SMK/SMA O D3


O S1 O S2 O S3 O Lain-lain (..........................)

Jenis Kelamin : O Laki-Laki O Perempuan

Nama Universitas / Perguruan Tinggi


: .....................................................

Nomor Kartu Mahasiswa : .....................................................

Alamat Rumah :

Kode Pos : .....................................................

Telepon Rumah : .....................................................

Nomor HP : .....................................................

Email Pribadi : .....................................................

Organisasi Lain yang Diikuti : .....................................................


.....................................................
.....................................................

DATA UNIVERSITAS / PERGURUAN TINGGI

Nama Universitas : .....................................................

254 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Fakultas .....................................................

Jurusan .....................................................

Nomor Kartu Mahasiswa .....................................................

Tahun Masuk Univ / PT : .....................................................

Alamat Univ / PT :

Provinsi Univ / PT : .....................................................

Nomor Telepon Univ / PT : .....................................................

Nomor Fax : .....................................................

UKM yang Diikuti : -....................................................


-....................................................
-....................................................

LAMPIRAN

Kartu Mahasiswa : (Foto Copy)


KTP Pribadi : (Foto Copy)
Pas Foto (Formal) : (Asli)
Bukti Pembayaran Iuran : (Asli)

LAMPIRAN-LAMPIRAN 255
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

FORMULIR PEMBUATAN KTA


ASAL ANGGOTA HIPMI
Provinsi : .....................................................

Kabupaten/Kota : .....................................................

Tahun Masuk HIPMI : .....................................................

DATA PERSONAL

Nama Lengkap : .....................................................

Agama : O Islam O Kristen O Katolik


O Buddha O Hindu O Konghucu

Tempat Lahir : .....................................................

Tanggal Lahir : ..................................................... (dd / mm / yyyy)

Pendidikan Terakhir : O SD O SMP O SMK/SMA O D3


O S1 O S2 O S3 O Lain-lain (...............................)

Jenis Kelamin : O Laki-Laki O Perempuan

Nomor KTP : .....................................................

Alamat Rumah :

Kode Pos : .....................................................

Telepon Rumah : .....................................................

Nomor HP : .....................................................

Email Pribadi : .....................................................

Organisasi Lain yang Diikuti : .....................................................


.....................................................
.....................................................

DATA BADAN USAHA

Nama Badan Usaha : .....................................................

Jabatan .....................................................

256 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Bentuk Badan Usaha : O Perseorangan O Firma O CV


O PT O Koperasi O Lain-lain (...............................)

Tanggal Didirikan : ..................................................... (dd / mm / yyyy)

Bidang Usaha : O Kontraktor O Transportasi


O Perdagangan O Pertambangan
O Industri O Jasa Keuangan
O Penerbitan O Teknologi Informasi
O Pariwisata / Biro Perjalanan O Lain-lain (.......................)

Informasi Detail Bidang Usaha :

Provinsi Tempat Didirikan : .....................................................

Alamat Badan Usaha :

Nomor Telepon : .....................................................

Nomor Fax : .....................................................

Alamat Email Badan Usaha : .....................................................

Situs/Website Badan Usaha : .....................................................

Nomor Pokok Wajib Pajak : .....................................................

Jumlah Karyawan .....................................................

Keanggotaan Badan Usaha : -....................................................


-....................................................
-....................................................

LAMPIRAN

Bukti Pembayaran KTA : (Asli)

LAMPIRAN-LAMPIRAN 257
PEDOMAN ORGANIS HIPM

 Halaman 203 dihilangkan

 (Jenis Kartu Tanda Anggota)

KARTU TANDA ANGGOTA HIPMI

Kartu Tanda Anggota Luar Biasa HIPMI

258 LAMPIRN-
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

KARTU TANDA ANGGOTA HIPMI PERGURUAN TINGGI

Tampilan Belakang Kartu Tanda Anggota

LAMPIRAN-LAMPIRAN 259
PEDOMAN ORGANIS HIPM

 Halaman 211 Penomoran Kartu Tanda Anggota

Dua digit terakhir tahun lahir

Nomor Kode Provinsi / BPD Nomor Urut Pencetakkan kartu

Nomor Kode Provinsi / BPD Tahun Masuk HIPMI Tipe Anggota (HIPMI / HIPMI PT)

260 LAMPIRN-
3402 Kabupaten Malinau
3403 Kabupaten Nunukan
3404 PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Kabupaten Tana Tidung
3405 Kota Tarakan

 Halaman 209

Prosedur Pembuatan KTA untuk Anggota HIPMI secara Online


PENANGGUNG DIAGRAM URAIAN DOKUMEN
JAWAB PENDUKUNG
 Calon anggota HIPMI: Formulir
Mulai Mengisi formulir Pendaftaran,
pendaftaran anggota Lampiran
HIPMI
Ketua Umum Mengisi formulir  Ketua Umum BPC Formulir
BPC pendaftaran Pendaftaran,
akan mendapatkan
notifikasi pendaftaran Lampiran
anggota baru
 Ketua Umum BPC
Mengunduh dan
mengecek data
dapat mengunduh
formulir kelengkapan arsip
dan mengecek
kebenaran arsip calon
anggota
Ketua Umum Menyeleksi calon  Ketua Umum BPC Formulir
BPC anggota HIPMI menyeleksi anggota Interview
baru dengan cara
interview
Ketua Umum  Jika calon anggota Bukti
BPC dan Lolos Tidak lolos seleksi dan Transfer
Bendahara seleksi sudah lunas
Umum BPP pembayaran, maka
KTA akan dibuatkan,
Ya
anggota mendapatkan
Pembayaran email konfirmasi
iuran aktivasi akun pada
database-nasional-
hipmi.org
 Jika tidak lolos
Lolos Tidak seleksi, maka proses
seleksi berakhir
Hiro-Techno  Pembuatan KTA mulai
dilakukan
Ya
b  KTA dicek kualitasnya
a dan kebenaran

LAMPIRAN-LAMPIRAN 261
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

a b datanya
Hiro-Techno  Jika KTA sesuai, maka Formulir Uji
akan dilanjutkan Kualitas
Pembuatan KTA dengan proses
pengiriman
Tidak  Jika KTA tidak sesuai,
maka akan dilakukan
Lolos proses pembuatan
seleksi KTA ulang
Hiro-techno  Proses pengiriman
Ya KTA dilakukan setiap
awal bulan ke masing-
Pengiriman KTA masing BPD
BPD/BPC  KTA akan
didistribusikan oleh
Selesai BPD ke masing-
masing BPCnya

Prosedur Pembuatan KTA untuk Anggota HIPMI Lama


PENANGGUNG DIAGRAM URAIAN DOKUMEN
JAWAB PENDUKUNG
 Anggota lama yang Formulir
Mulai belum memiliki KTA pembuatan
dapat mengisi KTA
formulir pembuatan
Mengisi formulir KTA di database-
pembuatan KTA nasional-hipmi.org
Ketua Umum  Ketua Umum BPC Formulir
BPC akan mendapatkan pembuatan
notifikasi KTA
Mengunduh dan
permohonan
mengecek data
formulir pembuatan KTA
 Ketua Umum BPC
dapat mengecek
kebenaran data yang
diisi oleh anggota
Lolos Tidak lama tersebut
Ketua Umum seleksi  Jika data anggota Bukti
BPC dan adalah benar dan Transfer
Bendahara Ya anggota sudah
Umum BPP membayar biaya
Pembayaran pembuatan KTA,
biaya pembuatan maka KTA akan
KTA
dibuatkan, anggota
akan mendapatkan
email konfirmasi
a b
 Jika tidak lolos

262 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

seleksi, maka proses


a b berakhir
Hiro-Techno  Pembuatan KTA mulai
dilakukan
Lolos  KTA dicek kualitasnya
seleksi dan kebenaran
datanya
Hiro-Techno  Jika KTA sesuai, maka Formulir Uji
akan dilanjutkan Kualitas
Pembuatan KTA dengan proses
pengiriman
Tidak  Jika KTA tidak sesuai,
maka akan dilakukan
Lolos proses pembuatan
seleksi KTA ulang
Hiro-techno  Proses pengiriman
Ya KTA dilakukan setiap
awal bulan ke masing-
Pengiriman KTA masing BPD
BPD/BPC  KTA akan
didistribusikan oleh
Selesai BPD ke masing-
masing BPCnya

Prosedur Pembuatan KTA untuk HIPMI PT


PENANGGUNG DIAGRAM URAIAN DOKUMEN
JAWAB PENDUKUNG
 Calon HIPMI PT Formulir
Mulai
mengisi formulir Pendaftaran,
pendaftaran HIPMI PT Lampiran
Koordinator  Koordinator dari Formulir
Mengisi formulir
HIPMI PT pendaftaran HIPMI PT di Pendaftaran,
universitas/ Lampiran
perguruan tinggi
tersebut akan
Mengunduh dan mendapatkan
mengecek data notifikasi mengenai
formulir adanya pendaftaran
HIPMI PT baru
 Koordinator dapat
mengunduh
kelengkapan arsip
Lolos Tidak
seleksi
dan mengecek
kebenaran arsip calon
anggota
Koordinator Ya  Jika calon anggota Bukti
HIPMI PT dan lolos seleksi dan Transfer
a b
Bendahara sudah lunas

LAMPIRAN-LAMPIRAN 263
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Umum pembayaran, maka


a b KTA akan dibuatkan,
anggota mendapatkan
email konfirmasi
aktivasi akun pada
Pembayaran
database-nasional-
biaya pembuatan
KTA hipmi.org
 Jika tidak lolos
seleksi, maka proses
berakhir
Hiro-Techno  Pembuatan KTA mulai
Lolos
seleksi
dilakukan
 KTA dicek kualitasnya
dan kebenaran
Pembuatan KTA
datanya
Hiro-Techno  Jika KTA sesuai, maka Formulir Uji
Tidak
akan dilanjutkan Kualitas
dengan proses
Lolos
seleksi pengiriman
 Jika KTA tidak sesuai,
maka akan dilakukan
Ya
proses pembuatan
Pengiriman KTA KTA ulang
Hiro-techno  Proses pengiriman
KTA dilakukan setiap
awal bulan ke masing-
masing BPD
BPD/  KTA akan
universitas / Selesai didistribusikan oleh
perguruan BPD ke masing-
tinggi masing universitas /
perguruan tinggi

264 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DAFTAR KODE PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA


KARTU TANDA ANGGOTA HIPMI
01 BPD HIPMI NANGGROE ACEH D. 0204 Kabupaten Deli Serdang
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 0205 Kabupaten Humbang Hasundulan
0101 Kabupaten Aceh Barat 0206 Kabupaten Karo
0102 Kabupaten Aceh Aceh Barat Daya 0207 Kabupaten Labuhan Batu
0103 Kabupaten Aceh Besar 0208 Kabupaten Labuhan Batu Selatan
0104 Kabupaten Aceh Jaya 0209 Kabupaten Labuhan Batu Utara
0105 Kabupaten Aceh Selatan 0210 Kabupaten Langkat
0106 Kabupaten Aceh Singkil 0211 Kabupaten Mandaling Natal
0107 Kabupaten Aceh Tamiang 0212 Kabupaten Nias
0108 Kabupaten Aceh Tengah 0213 Kabupaten Nias Barat
0109 Kabupaten Aceh Tenggara 0214 Kabupaten Nias Selatan
0110 Kabupaten Aceh Timur 0215 Kabupaten Nias Utara
0111 Kabupaten Aceh Utara 0216 Kabupaten Padang Lawas
0112 Kabupaten Bener Meriah 0217 Kabupaten Padang Lawas Utara
0113 Kabupaten Bireuen 0218 Kabupaten Pakpak Bharat
0114 Kabupaten Gayo Lues 0219 Kabupaten Samosir
0115 Kabupaten Nagan Raya 0220 Kabupaten Serdang Bedagai
0116 Kabupaten Pidie 0221 Kabupaten Simalungan
0117 Kabupaten Pidie Jaya 0222 Kabupaten Tapanuli Selatan
0118 Kabupaten Simeulue 0223 Kabupaten Tapanuli Tengah
0119 Kota Kota Banda Aceh 0224 Kabupaten Tapanuli Utara
0120 Kota Kota Langsa 0225 Kabupaten Toba Samosir
0121 Kota Kota Lhokseumawe 0226 Kota Binjai
0122 Kota Kota Sabang 0227 Kota Gunung Sitoli
0123 Kota Subulussalam 0228 Kota Medan
0229 Kota Padang Sidempuan
02 BPD HIPMI SUMATERA UTARA 0230 Kota Pematang Siantar
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 0231 Kota Sibolga
0201 Kabupaten Asahan 0232 Kota Tanjung Balai
0202 Kabupaten Batubara 0233 Kota Tebing Tinggi
0203 Kabupaten Dairi

LAMPIRAN-LAMPIRAN 265
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

03 BPD HIPMI SUMATERA BARAT 05 BPD HIPMI KEPULAUAN RIAU


KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
0301 Kabupaten Agam 0501 Kabupaten Bintan
0302 Kabupaten Dharmasraya 0502 Kabupaten Karimun
0303 Kabupaten Kepulauan Mentawai 0503 Kabupaten Kepulauan Anambas
0304 Kabupaten Lima Puluh Kota 0504 Kabupaten Lingga
0305 Kabupaten Padang Pariaman 0505 Kabupaten Natuna
0306 Kabupaten Pasaman 0506 Kota Batam
0307 Kabupaten Pasaman Barat 0507 Kota Tanjung Pinang
0308 Kabupaten Pesisir Selatan
0309 Kabupaten Sijunjung 06 BPD HIPMI JAMBI
0310 Kabupaten Solok KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
0311 Kabupaten Solok Selatan 0601 Kabupaten Batanghari
0312 Kabupaten Tanah Datar 0602 Kabupaten Bungo
0313 Kota Bukit Tinggi 0603 Kabupaten Kerinci
0314 Kota Padang 0604 Kabupaten Merangin
0315 Kota Padang Panjang 0605 Kabupaten Muaro Jambi
0316 Kota Pariaman 0606 Kabupaten Sarolangun
0317 Kota Payakumbuh 0607 Kabupaten Tanjung Jabung Barat
0318 Kota Sawah Lunto 0608 Kabupaten Tanjung Jabung Timur
0609 Kabupaten Tebo
04 BPD HIPMI RIAU 0610 Kota Jambi
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 0611 Kota Sungai Penuh
0401 Kabupaten Bengkalis
0402 Kabupaten Indragiri Hilir 07 BPD HIPMI SUMATERA SELATAN
0403 Kabupaten Indragiri Hulur KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
0404 Kabupaten Kampar 0701 Kabupaten Banyuasin
0405 Kabupaten Kuantan Singingi 0702 Kabupaten Empat Lawang
0406 Kabupaten Pelalawan 0703 Kabupaten Lahat
0407 Kabupaten Rokan Hilir 0704 Kabupaten Muara Enim
0408 Kabupaten Rokan Hulu 0705 Kabupaten Musi Banyuasin
0409 Kabupaten Siak 0706 Kabupaten Musi Rawas
0410 Kabupaten Kepulauan Meranti 0707 Kabupaten Ogan Ilir
0411 Kota Dumai 0708 Kabupaten Ogan Komering Ilir
0412 Kota Pekanbaru 0709 Kabupaten Ogan Komering Ulu

266 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

Kabupaten Ogan Komering Ulu 0912 Kabupaten Tulang Bawang Barat


0710
Selatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu 0913 Kabupaten Pesisir Barat
0711
Timur 0914 Kota Metro
0712 Kota Lubuklinggau 0915 Kota Bandar Lampung
0713 Kota Pagar Alam
0714 Kota Palembang BPD HIPMI KEPULAUAN
10
0715 Kota Prabumulih BANGKA BELITUNG
Kabupaten Penukal Abab KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
0716
Lematang Ilir 1001 Kabupaten Bangka
1002 Kabupaten Bangka Barat
08 BPD HIPMI BENGKULU 1003 Kabupaten Bangka Selatan
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 1004 Kabupaten Bangka Tengah
0801 Kabupaten Bengkulu Selatan 1005 Kabupaten Belitung
0802 Kabupaten Bengkulu Tengah 1006 Kabupaten belitung Timur
0803 Kabupaten Bengkulu Utara 1007 Kota Pangkal Pinang
0804 Kabupaten Kaur
0805 Kabupaten Kepahiang 11 BPD HIPMI BANTEN
0806 Kabupaten Lebong KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
0807 Kabupaten Mukomuko 1101 Kabupaten Tangerang
0808 Kabupaten Rejang Lebong 1102 Kabupaten Serang
0809 Kabupaten Seluma 1103 Kabupaten Lebak
0810 Kota Bengkulu 1104 Kabupaten Pandeglang
1105 Kota Tangerang
09 BPD HIPMI LAMPUNG 1106 Kota Serang
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 1107 Kota Cilegon
0901 Kabupaten Lampung Tengah 1108 Kota Tangerang Selatan
0902 Kabupaten Lampung Utara
0903 Kabupaten Lampung Selatan 12 BPD HIPMI DKI JAKARTA
0904 Kabupaten Lampung Barat KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
0905 Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Administrasi
1201
0906 Kabupaten Tanggamus Kepulauan Seribu
1202 Kota Administrasi Jakarta Barat
0907 Kabupaten Way Kanan
1203 Kota Administrasi Jakarta Pusat
0908 Kabupaten Lampung Timur
1204 Kota Administrasi Jakarta Selatan
0909 Kabupaten Pesawaran
1205 Kota Administrasi Jakarta Timur
0910 Kabupaten Pringsewu
1206 Kota Administrasi Jakarta Utara
0911 Kabupaten Mesuji

LAMPIRAN-LAMPIRAN 267
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

13 BPD HIPMI JAWA BARAT 1403 Kabupaten Batang


KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 1404 Kabupaten Blora
1301 Kabupaten Bandung 1405 Kabupaten Boyolali
1302 Kabupaten Bandung Barat 1406 Kabupaten Brebes
1303 Kabupaten Bekasi 1407 Kabupaten Cilacap
1304 Kabupaten Bogor 1408 Kabupaten Demak
1305 Kabupaten Ciamis 1409 Kabupaten Grobogan
1306 Kabupaten Cianjur 1410 Kota Jepara
1307 Kabupaten Cirebon 1411 Kabupaten Karanganyar
1308 Kabupaten Garut 1412 Kabupaten Kebumen
1309 Kabupaten Indramayu 1413 Kabupaten Kendal
1310 Kabupaten Karawang 1414 Kabupaten Klaten
1311 Kabupaten Kuningan 1415 Kabupaten Kudus
1312 Kabupaten Majalengka 1416 Kabupaten Magelang
1313 Kabupaten Pangandaran 1417 Kabupaten Pati
1314 Kabupaten Purwakarta 1418 Kabupaten Pekalongan
1315 Kabupaten Subang 1419 Kabupaten Pemalang
1316 Kabupaten Sukabumi 1420 Kabupaten Purbalingga
1317 Kabupaten Sumedang 1421 Kabupaten Purworejo
1318 Kabupaten Tasikmalaya 1422 Kabupaten Rembang
1319 Kota Bandung 1423 Kabupaten Semarang
1320 Kota Banjir 1424 Kabupaten Sragen
1321 Kota Bekasi 1425 Kabupaten Sukoharjo
1322 Kota Bogor 1426 Kabupaten Tegal
1323 Kota Cimahi 1427 Kabupaten Temanggung
1324 Kota Cirebon 1428 Kabupaten Wonogiri
1325 Kota Depok 1429 Kabupaten Wonosobo
1326 Kota Sukabumi 1430 Kota Magelang
1327 Kota Tasikmalaya 1431 Kota Pekalongan
1432 Kota Salatiga
14 BPD HIPMI JAWA TENGAH 1433 Kota Semarang
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 1434 Kota Surakarta
1401 Kabupaten Banjarnegara 1435 Kota Tegal
1402 Kabupaten Banyumas

268 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

15 BPD HIPMI D.I.YOGYAKARTA 1625 Kabupaten Situbondo


KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 1626 Kabupaten Sumenep
1501 Kabupaten Bantul 1627 Kabupaten Trenggalek
1502 Kabupaten Gunung Kidul 1628 Kabupaten Tuban
1503 Kabupaten Kulon Progo 1629 Kabupaten Tulungagung
1504 Kabupaten Sleman 1630 Kota Batu
1505 Kota Yogyakarta 1631 Kota Blitar
1632 Kota Kediri
16 BPD HIPMI JAWA TIMUR 1633 Kota Madiun
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 1634 Kota Malang
1601 Kabupaten Bangkalan 1635 Kota Mojokerto
1602 Kabupaten Banyuwangi 1636 Kota Pasuruan
1603 Kabupaten Blitar 1637 Kota Probolinggo
1604 Kabupaten Bojonegoro 1638 Kota Surabaya
1605 Kabupaten Bondowoso
1606 Kabupaten Gresik 17 BPD HIPMI BALI
1607 Kabupaten Jember KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
1608 Kabupaten Jombang 1701 Kabupaten Badung
1609 Kabupaten Kediri 1702 Kabupaten Bangli
1610 Kabupaten Lamongan 1703 Kabupaten Buleleng
1611 Kabupaten Lumajang 1704 Kabupaten Gianyar
1612 Kabupaten Madiun 1705 Kabupaten Jembrana
1613 Kabupaten Magetan 1706 Kabupaten Karangasem
1614 Kabupaten Malang 1707 Kabupaten Klungkung
1615 Kabupaten Mojokerto 1708 Kabupaten Tabanan
1616 Kabupaten Nganjuk 1709 Kota Denpasar
1617 Kabupaten Ngawi
1618 Kabupaten Pacitan 18 BPD HIPMI NUSA TENGGARA BARAT
1619 Kabupaten Pamekasan KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
1620 Kabupaten Pasuruan 1801 Kabupaten Bima
1621 Kabupaten Ponorogo 1802 Kabupaten Dompu
1622 Kabupaten Probolinggo 1803 Kabupaten Lombok Barat
1623 Kabupaten Sampang 1804 Kabupaten Lombok Tengah
1624 Kabupaten Sidoarjo 1805 Kabupaten Lombok Timur

LAMPIRAN-LAMPIRAN 269
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

1806 Kabupaten Lombok Utara 2002 Kabupaten Kapuas Hulu


1807 Kabupaten Sumbawa 2003 Kabupaten Kayong Utara
1808 Kabupaten Sumbawa Barat 2004 Kabupaten Ketapang
1809 Kota Bima 2005 Kabupaten Kubu Raya
1810 Kota Mataram 2006 Kabupaten Landak
2007 Kabupaten Melawi
19 BPD HIPMI NUSA TENGGARA TIMUR 2008 Kabupaten Pontianak
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 2009 Kabupaten Sambas
1901 Kabupaten Alor 2010 Kabupaten Sanggau
1902 Kabupaten Belu 2011 Kabupaten Sekadau
1903 Kabupaten ende 2012 Kabupaten Sintang
1904 Kabupaten Flores Timur 2013 Kota Pontianak
1905 Kabupaten Kupang 2014 Kota Singkawang
1906 Kabupaten Lembata
1907 Kabupaten Manggarai 21 BPD HIPMI KALIMANTAN TENGAH
1908 Kabupaten Manggarai Barat KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
1909 Kabupaten Manggarai Timur 2101 Kabupaten Barito Selatan
1910 Kabupaten Ngada 2102 Kabupaten Barito Timur
1911 Kabupaten Nagekeo 2103 Kabupaten Barito Utara
1912 Kabupaten Rote Ndao 2104 Kabupaten Gunung Mas
1913 Kabupaten Sabu Raijua 2105 Kabupaten Kapuas
1914 Kabupaten Sikka 2106 Kabupaten Katingan
1915 Kabupaten Sumbawa Barat 2107 Kabupaten Kotawaringin Barat
1916 Kabupaten Sumbawa Barat Daya 2108 Kabupaten Kotawaringin Timur
1917 Kabupaten Sumbawa Tengah 2109 Kabupaten Lamandau
1918 Kabupaten Sumbawa Timur 2110 Kabupaten Murung Raya
1919 Kabupaten Timur Tengah Selatan 2111 Kabupaten Pulang Pisau
1920 Kabupaten Timur Tengah Utara 2112 Kabupaten Sukamara
1921 Kota Kupang 2113 Kabupaten Seruyan
1922 Kabupaten Malaka 2114 Kota Palangka Raya

20 BPD HIPMI KALIMANTAN BARAT 22 BPD HIPMI KALIMANTAN SELATAN


KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
2001 Kabupaten Bengkayang 2201 Kabupaten Balangan

270 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2202 Kabupaten Banjar 25 BPD HIPMI KALIMANTAN TENGAH


2203 Kabupaten Barito KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
2204 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 2501 Kabupaten Bolaang Mongondow
2205 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow
2502
Selatan
2206 Kabupaten Hulu Sungai Utara Kabupaten Bolaang Mongondow
2503
2207 Kabupaten Kotabaru Timur
2208 Kabupaten Tabalong Kabupaten Bolaang Mongondow
2504
Utara
2209 Kabupaten Tanah Bumbu 2505 Kabupaten Kepulauan Sangihe
2210 Kabupaten Tanah Liat Kabupaten Kepulauan Siau
2506
2211 Kabupaten Tapin Tagulandang Biaro
2212 Kota Banjarbaru 2507 Kabupaten Kepulauan Talaud

2213 Kota Banjarmasin 2508 Kabupaten Minahasa


2509 Kabupaten Minahasa Selatan

23 BPD HIPMI KALIMANTAN TIMUR 2510 Kabupaten Minahasa Tenggara

KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 2511 Kabupaten Minahasa Utara

2301 Kabupaten Berau 2512 Kota Bitung

2302 Kabupaten Kutai Barat 2513 Kota Kotamobagu

2303 Kabupaten Kutai Kartanegara 2514 Kota Manado

2304 Kabupaten Kutai Timur 2515 Kota Tomohon

2305 Kabupaten Paser


2306 Kabupaten Penajam Paser Utara 26 BPD HIPMI SULAWESI TENGAH

2307 Kota Balikpapan KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA

2308 Kota Bontang 2601 Kabupaten Banggai

2309 Kota Samarinda 2602 Kabupaten Banggai Kepulauan

2310 Kabupaten Mahakam Ulu 2603 Kabupaten Buol


2604 Kabupaten Donggala

24 BPD HIPMI GORONTALO 2605 Kabupaten Morowali

KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 2606 Kabupaten parigi Moutong

2401 Kabupaten Boalemo 2607 Kabupaten Poso

2402 Kabupaten Bone Bolango 2608 Kabupaten Tojo Una – Una

2403 Kabupaten Gorontalo 2609 Kabupaten Toli – Toli

2404 Kabupaten Gorontalo Utara 2610 Kabupaten Sigi

2405 Kabupaten Pohuwato 2611 Kota Palu

2406 Kota Gorontalo 2612 Kabupaten Banggai Laut

LAMPIRAN-LAMPIRAN 271
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

27 BPD HIPMI SULAWESI SELATAN 29 BPD HIPMI SULAWESI TENGGARA


KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
2701 Kabupaten Bantaeng 2901 Kabupaten Bombana
2702 Kabupaten Barru 2902 Kabupaten Buton
2703 Kabupaten Bone 2903 Kabupaten Buton Utara
2704 Kabupaten Bulukumba 2904 Kabupaten Kolaka
2705 Kabupaten Enrekang 2905 Kabupaten Kolaka Utara
2706 Kabupaten Gowa 2906 Kabupaten Konawe
2707 Kabupaten Jeneponto 2907 Kabupaten Konawe Selatan
2708 Kabupaten Kepulauan Selayar 2908 Kabupaten Konawe Utara
2709 Kabupaten Luwu 2909 Kabupaten Muna
2710 Kabupaten Luwu Timur 2910 Kota Bau – Bau
2711 Kabupaten Luwu Utara 2911 Kota Kendari
2712 Kabupaten Maros 2912 Kabupaten Kolaka Timur
Kabupaten Pangkajene dan
2713
Kepulauan
30 BPD HIPMI MALUKU
2714 Kabupaten Pinrang
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
2715 Kabupaten Sidenreng Rappang
3001 Kabupaten Buru
2716 Kabupaten Sinjai
3002 Kabupaten Buru Selatan
2717 Kabupaten Soppeng
3003 Kabupaten Kepulauan Aru
2718 Kabupaten Takalar
3004 Kabupaten Maluku Barat Daya
2719 Kabupaten Tana Toraja
3005 Kabupaten Maluku Tengah
2720 Kabupaten Toraja Utara
3006 Kabupaten Maluku Tenggara
2721 Kabupaten Wajo
3007 Kabupaten Maluku Tenggara Barat
2722 Kota Makassar
3008 Kabupaten Seram Bagian Barat
2723 Kota Palopo
3009 Kabupaten Seram Bagian Timur
2724 Kota Pare – Pare
3010 Kota Ambon
3011 Kota Tual
28 BPD HIPMI SULAWESI BARAT
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
31 BPD HIPMI MALUKU UTARA
2801 Kabupaten Majene
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
2802 Kabupaten Mamasa
3101 Kabupaten Halmahera Barat
2803 Kabupaten Mamuju
3102 Kabupaten Halmahera Tengah
2804 Kabupaten Mamuju Utara
3103 Kabupaten Halmahera Utara
2805 Kabupaten Polewali Mandar
3104 Kabupaten Halmahera Selatan
2806 Kabupaten Mamuju Tengah

272 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

3105 Kabupaten Kepulauan Sula 3310 Kabupaten Kepulauan Yapen


3106 Kabupaten Halmahera Timur 3311 Kabupaten Lanny Jaya
3107 Kabupaten Pulau Morotai 3312 Kabupaten Mamberamo Raya
3108 Kota Ternate 3313 Kabupaten Mamberamo Tengah
3109 Kota Tidore Kepulauan 3314 Kabupaten Mappi
3110 Kabupaten Pulau Taliabu 3315 Kabupaten Merauke
3316 Kabupaten Mimika
32 BPD HIPMI PAPUA BARAT 3317 Kabupaten Nabire
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 3318 Kabupaten Nduga
3201 Kabupaten Fakfak 3319 Kabupaten Paniai
3202 Kabupaten Kaimana 3320 Kabupaten Pegunungan Bintang
3203 Kabupaten Manokwari 3321 Kabupaten Puncak
3204 Kabupaten Manokwari Selatan 3322 Kabupaten Puncak Jaya
3205 Kabupaten Maybrat 3323 Kabupaten Sarmi
3206 Kabupaten Pegunungan Arfak 3324 Kabupaten Supiori
3207 Kabupaten Raja Ampat 3325 Kabupaten Tolikara
3208 Kabupaten Sorong 3326 Kabupaten Waropen
3209 Kabupaten Sorong Selatan 3327 Kabupaten Yahukimo
3210 Kabupaten Tambrauw 3328 Kabupaten Yalimo
3211 Kabupaten Teluk Bintuni 3329 Kota Jayapura
3212 Kabupaten Teluk Wondama
3213 Kota Sorong 34 BPD HIPMI KALIMANTAN UTARA
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA
33 BPD HIPMI PAPUA 3401 Kabupaten Bulungan
KODE BPC HIPMI KABUPATEN/KOTA 3402 Kabupaten Malinau
3301 Kabupaten Asmat 3403 Kabupaten Nunukan
3302 Kabupaten Biak Numfor 3404 Kabupaten Tana Tidung
3303 Kabupaten Boven Digoel 3405 Kota Tarakan
3304 Kabupaten Deiyai
3305 Kabupaten Dogiyai
3306 Kabupaten Intan Jaya
3307 Kabupaten Jayapura
3308 Kabupaten Jayawijaya
3309 Kabupaten Keerom

LAMPIRAN-LAMPIRAN 273
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

LAMPIRAN X

MANAJEMEN OPERASIONAL
KEGIATAN KEPANITIAAN
I. PERENCANAAN KEGIATAN
Perencanaan merupakan penentuan program pelaksanaan kegiatan yang akan membantu
tercapainya tujuan kegiatan. Dibawah ini tercantum beberapa hal yang perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan perencanaan :
a. Pelaksanaan kegiatan tergantung pada baik buruknya perencanaan
b. Perencanaan harus diarahkan pada tercapainya tujuan. Apabila tujuan tak tercapai, mungkin
disebabkan oleh kurang sempurnanya perencanaan
c. Perencanaana harus didasarkan atas kenyataan-kenyataan obyektif dan rasional untuk
mewujudkan adanya kerjasama yang efektif
d. Perencanaaan harus mengandung atau dapat memproyeksikan kejadian-kejadian pada masa
yang akan datang
e. Perencananan harus bisa memikirkan secara matang, jelas dan mendetil, serta terarah, mengenai
kebijaksanaan metode, prosedur dan standar hasil kerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditertapkan
f. Perencanaan harus memberikan pedoman dasar kerja dan latar belakang bagi fungsi-fungsi
manajemennya, yaitu pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, penyelesaian akhir kegiatan
dan evaluasi.

Perencanaan kegiatan ini meliputi :


a. Pembuatan Proposal
Pembuatan proposal dilakukan dengan berpedoman pada tata cara penyusunan proposal
kegiatan

b. Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan


Petunjuk pelaksanaan ini merupakan penjelasan dan penjabaran bentuk teknis dari konsep umum
yang termuat dalam proposal. Didalamnya berisikan hal-hal yang berkenaaan dengan teknis
pelaksanaan sebagai pedoman dan dasar pelaksanaan bagi panitia pelaksana. Sistematika
penyusunan petunjuk pelaksanaan ini antara lain:
1. Strategi Kebijakan Kegiatan
Berisikan strategi kebijakan organisasi yang ditetapkan dalam upaya keberhasilan
pencapaian tujuan kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia pelaksana. Misalnya :
a) Strategi penggalangan : upaya menarik simpati
masyarakat yang berada dalam ruang lingkup kegiatan agar mendukung dan membantu
pelaksanaan kegiatan ini.
b) Strategi dalam membangun dan memelihara hubungan dengan pihak-pihak
luar yang berkaitan dan berkepentingan dengan kegiatan (sponsor atau lembaga/
instansi terkait)

2. Bentuk dan Metode Kegiatan


Menjelaskan metode dan bentuk teknis kegiatan yang direncanakan. Farmat dari metode
kegiatan ini tergantung pada ciri dan karakteristik kegiatan. Yang terpenting adalah bahwa
penjelasan yang dibuat diupayakan seteknis mungkin dan mendetil, misalnya :

274 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

a) Metode kegiatan : Ceramah


b) Bentuk teknis : Pengajaran dengan ceramah dan diskusi di dalam ruangan
dengan satu nara sumber dalam bentuk partisipasi aktif : dialog
dua arah.
c) Nara Sumber : Anggota aktif organisasi yang ahli dibidangnya
d) Pelaksanaan : Ceramah selama 1 jam dan diskusi (tanya jawab) selama
30 menit
e) Sarana prasarana : 1 ruang kelas, seperangkat a lat presentasi dan makalah

3. Perangkat Pelaksana
Menjelaskan perangkat-perangkat pelaksana kegiatan secara jelas, termasuk pihak-pihak
luar terkait yang diharapkan akan turut berperan serta dalam upaya penyuksesan kegiatan

4. Langkah-langkah kegiatan
Berisikan langkah-langkah persiapan pelaksanaan kegiatan.

c. Pembuatan Job Description


Pemimpin yang tidak melakukan fungsi pengorganisasian/fungsi pembagian kerja dalam proses
kepemimpinannya bukanlah seorang pemimpin yang baik dan proses manajemen di dalamnya
bisa dikatakan tidak berfungsi. Pengorganisasian ini dibutuhkan agar pembagian kerja/
tugas dapat dilakukan dan spesialisasi keahlian/keterampilan dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Untuk itulah ditetapkan job description (uraian pekerjaan) yang akan mempermudah
pemimpin untuk membagi-bagikan tugas dan melakukan pendelegasian wewenang kepada
setiap pelaksana kegiatan. Wewenang ini dianggap sebagai hak panitia yang diberikan
ketua untuk bergerak menjalankan tugasnya. Job Description ini memiliki kegunaan antara lain :
1. Sebagai dasar untuk melakukan rekruitmen dan penempatan panitia
2. Sebagai dasar untuk menentukan standar hasil kerja seseorang.
3. Sebagai dasar untuk melaksanakan evaluasi jabatan.

Job Description ini berisikan nama dan identifikasi jabatan yang menjelaskan tugas dan wewenang
serta tanggung jawab yang dibebankan pada panitia pelaksana kegiatan. Sistematika
penyusunannya berikut penjelasan adalah :
1. Nama jabatan ditulis berikut nama pelaksananya
2. Tugas, yaitu adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pelaksana. Dalam
penyusunannya dibagi dua yaitu Tugas Umum dan Uraian Tugas. Tugas Umum ini berisikan
penjelasan yang perlu ditulis yang berkaitan dengan tugasnya, dan melalui Uraian Tuga
nantinya diuraikan secara terperinci
3. Tanggung jawab menguraikan sebatasmana ia bertanggung jawab dan kepada siapa
ia harus mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Job Description ini adalah :
1. Jelas : Penyusunan redaksionalnya harus jelas, dengan kata lain tidak
memungkinkan adanya penafsiran lain
2. Logis : Apa yang tertera haruslah dianggap memungkinkan pelaksanaannya
3. Terpadu : Pembagian tugas dan wewenang setiap pelaksana tidak boleh ada
yang bertabrakan atau saling bersinggungan. Koordinasi antar seksi
perlu dijelaskan agar tanggung jawab per seksi jelas dan tidak saling
melempar tanggung jawab
4. Mendetil : Perincian jabatan yang diuraikan diupayakan semendetil mungkin

LAMPIRAN-LAMPIRAN 275
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

5. Fleksibel : Pelaksana kegiatan diberi hak untuk melakukan improvisasi


dalam tugasnya sejauh tidak keluar atau menyimpang dari tugasnya dan
wewenangnya.

d. Pembuatan Perencanaan Waktu Kerja Kegiatan


Perencanaan waktu kerja ini sangat penting dan prinsipil dalam melakukan manajemen organisasi
kegiatan. Penggunaan waktu dalam kegiatan haruslah efektif, dan setiap perencanaan harus
memiliki target waktu dan target kerja yang jelas. Ini berguna untuk proses pengawasan dan
pengendalian dalam rangka mendisiplinkan pelaksana kegiatan, dan juga sebagai alat indikator
untuk melakukan evaluasi. Mengulur waktu tanpa alasan yang jelas, serta pengerjaan yang
sifatnya terburu- buru, merupakan wujud dari ketidakdisiplinan dan rasa kurang bertanggung
jawab dari seorang pelaksana kegiatan.

Harus disadari bahwa, jika ada salah satu dari komponen kegiatan yang tidak
berjalan sesuai dengan rencana, jelas ini akan mempengaruhi kegiatan lainnya, apalagi
bila hal tersebut sangat prinsipil, misalnya seksi perijinan. Pelaksanaan bisa menyimpang dari
perencanaan semula, dan bahkan jadinya berkesan dipaksakan asal jadi atau asal ada saja.
Dampaknya selain menggangu proses kegiatan, juga akan merusak nilai dari hasi l kegiatan itu
sendiri. Sangat disayangkan, bahwa proses perencanaan dan persiapan yang telah memakan
waktu dan biaya yang tidak sedikit menjadi hancur akibat kelalaian yang tidak bertanggung
jawab dari satu komponen saja. Dibawah ini adalah contoh dalam membuat perencanaan waktu
kerja.
1. Perencanaan waktu kerja keseluruhan kegiatan.
Contoh :

No Seksi Kegiatan Waktu Kerja Ket


Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Kesekretariatan
2. Acara
3. Penggalangan Dana
4. Perlengkapan
5. Keamanan
6. Transportasi
7. Dokumentasi
8. Konsumsi

2. Perencanaan waktu kerja per sekesi kegiatan.


Contoh : Perencanaan Kegiatan Seksi Kesekretariatan

No Kegiatan Waktu Kerja Ket


Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Piket Harian
2. Pengadaan dan Pengurusan
Kesekretariatan

276 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

2. Pembuatan dan Penggandaan


Surat
3. Penggandaan Proposal dan
Tor
Distribusi Surat, Proposal dan
Tor
4. Pengarsipan Dokumen

II. PELAKSANAAN KEGIATAN


a. Pemimpin harus memahami benar mengenai konsep dan tujuan kegiatan serta dituntut untuk
mampu menerangkan dan menjabarkannya kepada seluruh perangkat pelaksana kegiatan.
Selain itu juga, ia juga harus tegas dalam menjalankan kepemimpinannya.
b. Pemilihan dan penempatan sumber daya manusia mesti sesuai dengan kemampuan dan keahlian
yang dimiliki.
c. Motivasi terhadap pelaksana kegiatan perlu diciptakan agar mereka tidak saja mampu
melaksanakan tugas, melainkan dengan sukarela bersedia melakukannya. Untuk tiu pemimpin
harus bisa memahami karakteristik dari sifat-dd. Sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan
dan kekompakan panitia, suara- suara dan keinginan panitia harus didengar dan diupayakan
penerapannya sejauh tidak menyimpang dari tujuan semula.
e. Setiap panitia harus mempunyai catatan kegiatan sendiri yang berkaitan dengan tugasnya
masing-masing.
f. Pengawasan dan pengendalian harus senantiasa terus dilakukan tidak terjadipenyimpangan-
penyimpangan dari perencanaan semula.
g. Koordinasi dan kerjasama antara tim yang ada harus selalu dibina; suatu tim dapat ditentukan
kapan harus siap untuk membantu tim yang lain.
h. Sekretariat panitia harus ada dan berjalan semestinya, dimaksudkan bilamana ada hal-hal
penting ataupun ada perubahan-perubahan yang mendadak, komunikasi dan koordinasi terus
berjalan, sehingga setiap permasalahan baru bisa secepatnya diantisipasi dan diselesaikan.

III. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN


Pengendalian merupakan fungsi untuk meneliti apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan. Dalam hal ini, Job Description dan Perencanaan Waktu Kerja dijadikan sebagai acuan
untuk pengendalian. Sedangkan Pengawasan merupakan fungsi untuk meneliti apakah yang dihasilkan
sesuai dengan standar hasil kerja yang ditetapkan sebelumnya. Berbagai dokumentasi diperlukan
untuk maksud ini seperti laporan penggunaan biaya, laporan hasil kerja, dan lain sebagainya.

Pelaksanaan kegiatan selalu harus ditinjau ulang kembali setiap waktu secara periodik supaya
dapat diketahui tanda-tanda kemungkinan pelaksanaan yang menyimpang dari rencana semula.
Bentuk formal yang biasa digunakan dalam pengendalian dan pengawasan ini adalah berbentuk
rapat berkala, mingguan atau dua mingguan, yang membahas laporan hasil kerja panitia dan
evaluasi kerja. Di dalamnya dibahas pula permasalahan-permasalahan dan kendala-kendala yang
timbul serta perubahan-perubahan pada rencana.

IV. PENYELESAIAN AKHIR KEGIATAN


Acara selesai bukan berarti kegiatan telah berakhir. Biasanya, panitia banyak yang langsung
menghilang setelah acara selesai. Padahal sebetulnya masih ada hal-hal yang belum selesai yang
perlu dibereskan dan ditertibkan. Bilamana ini tak terselesaikan, dampaknya bisa merusak citra
panitia berikut organisasinya, dan juga nilai dari hasil kegiatan yang dicapai. Walaupun hasilnya

LAMPIRAN-LAMPIRAN 277
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

baik dan tujuannya tercapai, nilainya akan jadi berkurang akibat penyelesaian akhir kegiatan yang
tidak tuntas.

Hal yang perlu ditekankan dalam penyelesaian akhir kegiatan ini adalah jangan sampai ada
satu pihak pun, terrutama pihak luar yang kecewa atau tidak puas terhadap penyelesaian akhir
kegiatan ini. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini :
a. Persoalan administrasi dan keuangan harus tuntas, jangan sampai ada yang terlewat.
b. Sisa-sisa atribut kegiatan dikumpulkan dan dibereskan kembali
c. Fasilitas sarana dan prasarana, termasuk logistik yang digunakan harus dikembalikan ke tempat
semula dalam keadaan semula dengan pengecekan terlebih dahulu bila terjadi kerusakan pada
saat digunakan
d. Membuat ucapan terima kasih berupa surat atau kenang-kenangan kepada pihak luar yang
telah membantu sebagai upaya membina hubungan yang baik dalam jangka panjang
e. Memastikan bahwa setelah acara berakhir, tidak ada satu pun dari perangkat dan partisipan
pelaksana seperti panitia ataupun peserta, mengalami hal-hal yang tidak dikehendaki seperti
gangguan fisik atau pun jasmani sebagai akibat langsung dari pelaksanaan kegiatan pada saat
kegiatan tengah berlangsung
f. Membuat laporan akhir per seksi dan laporan pertanggung jawaban secara keseluruhan.

V. EVALUASI
Evaluasi diartikan sebagai penilaian terhadap pelaksanaan rencana baik pada setiap tingkat sasaran
(hasil dan tujuan) maupun pada fungsi-fungsi manajemen organisasi serta faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhinya. Baik tidaknya suatu evaluasi sangat tergantung dari rencananya itu sendiri.
Suatu rencana baik apabila di dalam rencana tersebut memuat unsur-unsur evaluasi yaitu indikator
dari tingkat sasaran (hasil dan tujuan) serta standar hasil kerja seseorang

Hasil evaluasi ini berguna untuk menilai kekuatan dan kemampuan organisasi dalam melaksanakan
suatu kegiatan, yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk kegiatan
berikutnya baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Hasil suatu evaluasi harus memberikan umpan balik untuk dua maksud dibawah ini, yaitu :
a. Memperbaiki dan menyempurnakan rencana berikutnya melalui reformulasi perencanaan
(perumusan kembali perencanaan)
b. Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kegiatan.

Dalam manajemen organisasi kegiatan ini, maka tahapan evaluasi yang digunakan, yaitu :
a. Tahap Pertama : Evaluasi Perencanaan
Evaluasi tahap ini dilaksanakan setelah rencana ditetapkan, dengan tujuan untuk menilai
kekuatan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dan untuk menilai kekuarangan/
kelemahan yang perlu diminimalisir serta diselesaikan secara musyawarah mufakat
b. Tahap Kedua : Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi tahap ini dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung, dan banyaknya evaluasi pada
tahap pelaksanaan sangat tergantung dari kebutuhan
c . Tahap Ketiga : Evaluasi Akhir
Evaluasi tahap ini dilaksanakan setelah kegiatan berakhir, dengan tujuan untuk melihat dampak
dan hasil dari seluruh pelaksanaan rencana pada hasil kegiatan.

VI. PENYUSUNAN LAPORAN


Laporan kegiatan disusun oleh Panitia selambat-lambatnya 14 (hari) setelah pelaksanaan
kegiatan untuk dijadikan sebagai bentuk laporan pertanggungjwaban kepanitiaan dan
disampaikan dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap.

278 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK KERJA (POKJA) PEDOMAN
ORGANISASI

PENANGGUNG JAWAB
Ketua Umum : BAHLIL LAHADALIA
Sekretaris Jenderal : PRIAMANAYA DJAN
Bendahara Umum : EKA SASTRA

STEERING COMMITTEE
Ketua : ANGGAWIRA
Anggota : UMAR A. LESY
: KAMAL FIKRI
: GAFUR MAS’UD
: RONY FAUZAN

TIM POKJA
Ketua : HARMEN SAPUTRA
Wakil Ketua : YAYANG RUZALDY
Sekretaris : BASIRUDDIN
Wakil sekretaris : NURIL ANWAR
Bendahara : RANO WIHARTA
Anggota : ANDI MATALITI
: EMAN SETIAWAN
: MUHAMMAD IDRUS
: ARDANTYA SYAHREZA
: RICKY TANSIL
: M YAMIN TARA
: SUCIANTI SUAEB SAENONG
: DEBBY ANGLIA PRATIWI UTAMI
: TANDRI
: DAVID RASYID
: JACK BOY LAFIAN
: AJIB HAMDANI

LAMPIRAN-LAMPIRAN 279
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT


BPD HIPMI SELURUH INDONESIA
No. BPD HIPMI ALAMAT KETUA UMUM

1. NANGGROE ACEH Jl. Sultan Hotel No.1 Peunayong FURQAN FIRMANDEZ


DARUSSALAM Banda Aceh. HP : 0812 94477773
Telp. (0651) 22469 Pin BB :
Fax. (0651) 31770 E-mail : dez.furqan@yahoo.co.id
E-mail : hipmiaceh12@gmail.com Sayuti M. Nur. (08126913837)

2. SUMATERA UTARA Jl. Gajah Mada No.44 AKBAR H. BUCHARI


Medan 20119 HP. : 0813 70605040
Telp. (061) 4511515 0812 6051125
Fax. (061) Pin BB :
Email : sumut@hipmi.org E-mail : akbarbuchari@yahoo.com
Website : www.hipmisumut.org

3. RIAU Komplek Villa Garuda Mas No.A-4 AHMI SEPTARI


Jl. Meranti – Labuh Baru Timur HP : 0811 762089
Pakanbaru. Pin BB : 7402W78F
Telp . (0761) 564149 E-mail : septa911@yahoo.com
Fax. (0761) 564149 erfanpancaputra@yahoo.com
E-mai : riau@hipmi.org

4. KEPULAUAN RIAU Jl. Laksamana Bintan ERWIN ASWITO


Komplek SPBU SEI PANAS HP : 0811 776981
(GOR Banda Baru) Pin BB :
Batam E-mail : erwinaswito_981@yahoo.co.id
Kepri 29412. seminerwinaswito@yahoo.com
Telp. (0778) 428107
Fax. (0778) 428107
E-mail : bpdhipmi.kepri1417@gmai.com

5. SUMATERA BARAT Premier Basko Hotel, Lt.2 ZIGO ROLANDA


Jl. Prof. Dr. Hamka No.2 A HP. : 0812 66520302
Padang 25132 Pin BB : 7D50CB2B
Telp (0751) 4488888 E-mail : zigorolanda@yahoo.com
Fax. (0751) 4488880 Ascan2701@yahoo.com
E-mail : reservation@baskohotel.com

6. JAMBI Jl. Kimaja IV No.19, Rt.21 Rw.26 ZULHADI


Kel. Simp III Sipin, Kec. Kota Baru Kota HP : 0822 80280228
Jambi 36126. Pin BB : 75555E9B
Telp . (0741) E-mail :
Fax. (0741)
Email : bpdhipmijambi@gmail.com

280 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

No. BPD HIPMI ALAMAT KETUA UMUM

7. BENGKULU Ovelia Gallery DINMAR NAJAMUDDIN


Jl. Mayjend. Sutoyo No.08 Rt. 003 / 002 HP : 0811 131446
Kelurahan Tanah Patah Pin BB : 2676F137
Kecamatan Ratu Agung E-mail : dinmarnajamudin@gmail.com
Kota Bengkulu. E-mail : melya.rupita@ymail.com
Telp. (0736) 25632
Fax. (0736)
E-mail : hipmi_bengkulu@yahoo.com

8. LAMPUNG Jl. Jend. Sudirman No.57 KADAFI


(Ruko B/C) – Kelurahan Pahoman HP : 0811 724555
Kec. Tanjung Karang Timur Pin BB :
Bandar Lampung 34512 E-mal : kdv_bintang@yahoo.com
Telp. (0721)
Fax. (0721) 707597
E-mail : sekretariat_hipmi@yahoo.com

9. SUMATERA SELATAN Graha Bunda Lt.2 YUDHA PRATOMO, MSc


Jl. Jend. Sudirman (Simpang Polda) HP : 0812 7137747
Komplek Balayudha - Palembang Pin BB : 2AD7F4B5
Telp. (0711) 421388 E-mail : yudhamah@yahoo.com
Fax. (0711) 414975
E-mail : sekretariat@hipmisumsel.org

10. BANGKA BELITUNG Jl. Soekarno Hatta No.08 RT.008/002 REDY ZEDIRA TAMA
Depan Ruko BB Tower HP : 0852 68801212
Semabung Baru - Girimaya Pin BB : 27FED6F9
Pangkal Pinang – Bangka Belitung E-mail : redy.rjv@yahoo.com
Telp. (0717) 4256603
Fax. (0717)
E-mail : bpdhipmibabel@yahoo.co.id

11. BANTEN Jl. Raya Serang Km.3 No.12 ADE SISWANTO


RT.01/02 – Cigadung, HP : 0812 9419004
Pandeglang. Pin BB :
Telp. (0253) 201507 E-mail : cipta.samit_eng@yahoo.co.id
Fax. (0253) 5207025
Email : cipta.samit_engyahoo.co.id

12. DKI JAKARTA RAYA Jl. Bakti I No.5 - Senopati ISKANDARSYAH RAMA DATAU
Jakarta Selatan 12160. HP : 0816 101333
Telp. (021) 5278869 – 5263737 Whatsapp : 0878 80555083
5263666 E-mail : dataurama@gmail.com
Fax. (021) 5736238
E-mail : jaya@hipmi.org

13. JAWA BARAT Jl. Kesehatan No 11 JODI JANITRA


Kel. Pasteur HP : 0811 2267525
Kec. Sukajadi Pin BB :
Kota Bandung 40161 E-mail : Jodi@bcs.co.id
Telp. (022) 2033790
Fax. (022)
E-mail : sekre.hipmijabar@gmail.com

LAMPIRAN-LAMPIRAN 281
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

No. BPD HIPMI ALAMAT KETUA UMUM

14. D.I. YOGYAKARTA Jl. Alun – Alun Utara No.1


(Barat Pagelaran) x
Yogyakarta
Telp. (0274) 377867
Fax. (0274) 377867
E-mail : bpdhipmidiy@yahoo.com

15. JAWA TENGAH Jl. Kawi Raya No.29 MOHAMMAD REZA TARMIZI
Semarang 50252 HP : 0812 2895555
Telp. (024) 8504179 Pin BB : 2AD6C8D9
Fax. (024) 8504179 E-mail : rezatarmizi@gmail.com
E-mail : sekretariat.hipmijateng@gmail.
com YUSNAWIANDI : 0812 25954224

16. JAWA TIMUR Jl. Jaksa Agung Suprapto No.23 GIRI BAYU KUSUMAH
Surabaya HP : 0812 22257808
Telp. (031) 5310629 Pin BB : 743692FB – 2274882D
Fax. (031) 5310629 E-mail : giri.kusumah@yahoo.com
E-mail : bpd_hipmijatim@yahoo.com

17. KALIMANTAN BARAT Graha Pena Kalbar, Lt.2 NEDY ACHMAD


Jl. Supadio (d/a. Ahmad Yani II) Km.3,5 – HP : 0812 5659911
Sungai Raya, 0812 12661991
Kubu Raya 78391 Pin BB : 21E5284A
Kalimantan Barat. E-mail : nedy_achmad@yahoo.com
Telp. (0561) 768677
Fax. (0561) 768675
E-mail : hipmi.bpdkalbar@gmail.com

18. KALIMANTAN TENGAH Gedung Batang Garing, Lt.2 MIKY BARITO PUTRA
Jl. D.I. Panjaitan No.1/ HP : 0821 43333330
Jl. Jend. Sudirman No.1 Pin BB : 2AE4D2C3
Palangkaraya E-mail :
Telp. (0536) 3222882
Fax. (0536) 3221882

19. KALIMANTAN TIMUR Jl. Arief Rahman Hakim No.16 DAYANG DONA FAROUK
Kel. Sungai Pinang Luar HP : 0811 5841111
Kec. Samarinda Ulu 0811 554955
Samarinda 75117. Pin BB : 2AAZFA97 – 2AA2BA5A
Telp. (0541) 752014 E-mail : donnafaroek10@gmail.com
Fax. (0541) 743073
E-mail : bpdhipmikaltim@yahoo.co.id

20. KALIMANTAN Jl. D.I. Panjaitan No.67 GT. ERVIN WARDHANA


SELATAN Banjarmasin HP : 0812 5436000
Telp. (0511) 3364253 Pin BB : 2BB4D88C
Fax. (0511) 4365854 – 3364253 E-mail : ervinstones@yahoo.com
E-mail : hipmikalsel@yahoo.com

282 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

No. BPD HIPMI ALAMAT KETUA UMUM

21. SULAWESI UTARA Ruko Icha Wisata MELISA GERUNGAN


Jl. Piere Tendean (Boulevard) HP : 0823 87788887
Kelurahan Sario Tumpaan Pin BB : 746DO850
Manado E-mail : melisa92gerungan@gmail.com
Telp. (0431) 852121
Fax. (0431) 856778
E-mail : raymondrombot47@gmail.com

22. GORONTALO Jl. Pangeran Hidayat No.190 RYAN F. KONO


(JDS Atas) HP : 0813 98230111
Kec.Kota utara/Dembe Jaya Pin BB : 28E99862
Kota Gorontalo 96121 E-mail : rfkono17@gmail.org
Telp. (0435)
Fax. (0435)
E-mail : bpdhipmi.gorontalo@gmail.com

23. SULAWESI TENGAH Jl. Dr. Soeharso No.34 B ASTRID SANDAGANG


Palu 94111. HP : 0811 453200
Telp. (0451) 411275 Pin BB : 7CE544E7
Fax. (0451) 411275 E-mail : astrid@hipmi.org
E-mail :astridsandagang@yahoo.com
idrusyusuf@gmail.com
Rumah : Jl. Kapt. Tendean No.9
Palu 94111
Sulteng.

24. SULAWESI TENGGARA Jl. Ahmad Yani No.35 DINAL FEBRIANTO


Kendari HP : 0811 4001124
Telp. (0401) 3361119 Pin BB : 74844B12
Fax. (0401) 3361119 E-mail : dinalfebrianto@ymail.com
HP. 0811 4057733
E-mail : hipmisultra@gmail.com

25. SULAWESI SELATAN Jl. Faisal Raya No.9A-9C H. AMIRULLAH ABAS SE


Makassar HP : 0811 4222222
Telp. (0411) 878752 - 4662695 0813 43988882
Fax. (0411) 4662694 Pin BB : 2AA2BD9C
E-mail : hipmisulsel@gmail.com E-mail :

26. SULAWESI BARAT Komplek Ruko Axuri SUPRIYADI YUSUF


Jl. Pingtiku No.3 HP : 0822 81388880
Mamuju 91511 0811 4214112
Telp. (0426) Pin BB : 75D87115
Fax. (0426) E-mail : adhyusuf@gmail.com

27. BALI Kompl Pertokoan Genteng Biru IGAA INDA TRIMAFO YUDHA GARRITT
Jl. Diponegoro No.150 B 12 HP : 0821 46900333
Denpasar 80114 0819 16793999
Telp. (0361) 239440 Pin BB : 2BOBOA07
Fax. (0361) 265688 E-mail :
E-mail : hipmi_bali@yahoo.com

LAMPIRAN-LAMPIRAN 283
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI

28. NUSA TENGGARA Jl. Langko No.19 SULTAN KERTAPATI


BARAT Mataram Lombok HP : 0819 33150232
Telp. (0370) 0822 31108575
Fax. (0370) Pin BB : 2AA2C1BF
E-mail : kertapati.sultan@gmail.com

29. NUSA TENGGARA Jl. Timor Raya No.128 FAHMI JM


TIMUR Kelapa Lima HP : 0813 39001700
Kupang - NTT 0821 44566666
Telp. (0380) 820288 Pin BB : 7FC83363 – 53880E06
Fax. (0380) 820288 E-mail : fahmi_jbs@yahoo.co.id
HP. 081236224141
E-mail : angtariksa@yahoo.com

30. MALUKU Lee Green Office, Lt.2 BOY R. SANGAJI


Jl. Dr. Sitanala No.88 - Talake HP : 0813 14628286
Ambon. Pin BB : 29462845
Telp. (0911) 354006 - 43910002
Fax. (0911)
E-mail : bpdhipmimaluku@yahoo.com

31. MALUKU UTARA Jl. Sultan Khairun No.164 MUHAMMAD GHIFARI


Kel. Sultan Makasar Timur HP : 0813 90390438
Kota Ternate Pin BB : 29A0287E
Telp. (0921) 3128327 E-mail : himpi_malut@yahoo.com
Fax. (0921) 3126559

32. PAPUA d/a. Ardiles ARDILES IRIANSYAH


Jl. Pantai Kelapa No.8/44 HP : 0811 489300
Argapura - Jayapura Pin BB : 2AA301CA
Papua 99222 E-mail : ar.deles@yahoo.com
Telp. (0967) 532717
Fax. (0967) 532717
Email : sekretariathipmipapua@gmail.com

33. PAPUA BARAT Jl. F. Kaisepo Km.8 MARKUS JITMAU


Kel. Malaing Kedi Distrik Sortim HP : 0853 44822981
Kota Sorong – Papua Barat Pin BB :
Telp. (0951) 325411 E-mail :
Fax. (0951) 325411

34. KALIMANTAN UTARA

284 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai