PEDOMAN
ORGANISASI
HIPMI
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Di tengah capaian laju ekonomi yang kian melemah, kesepakatan MEA tak bisa dihindari lagi. Meski
pertumbuhan di bawah 5%, pengangguran meningkat, serta Rupiah yang sempat merosot tajam,
negara ini butuh optimisme dalam memandang terbukanya pasar ASEAN. Karena itulah butuh amunisi
jitu agar pasar dalam negeri terus tumbuh dan tidak tergerus. Pasar bebas adalah pintu yang bisa
membawa sebuah negara pada dua kemungkinan besar, menggunakan kesempatan untuk melebarkan
sayap bisnis atau mati karena kurangnya daya saing. Bukan saatnya lagi mengkritisi MEA. Lebih dari
itu, menyiapkan pemain-pemain dalam negeri untuk terus berkarya adalah satu hal yang menjadi
tanggungjawab bersama.
Tantangan dunia global tak bisa dipungkiri menjadi pematik api semangat untuk terus berproses dan
berproses menjadi lebih baik. HIPMI merupakan satu dari sekian banyak organisasi kepemudaan
yang berhasil secara konsisten bertransformasi dari masa ke masa. Banyak hal yang semestinya
dipersiapkan sedari dini mengingat tantangan serta tuntutan yang semakin tinggi. Menciptakan kader-
kader berkualitas melalui revisi serangkaian peraturan-peraturan yang termuat dalam Anggaran
Dasar-Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, serta Modul Pelatihan Diklat adalah wujud
bahwa HIPMI peka terhadap perubahan dan menyesuaikan dengan tuntutan jaman.
Inilah wujud eksistensi HIPMI dalam membangun negeri. Globalisasi, liberalisasi, dan modernisasi
adalah kenyataan yang harus diterima sebagai tantangan bagi kita, para pemuda. HIPMI menyadari
pentingnya membangun organisasi yang bertumpu pada kekuatan internal, meskipun bukan serta
merta mengenyampingkan betapa ampuhnya dorongan eksternal. Dinamika ekonomi nasional dan
internasional menuntut HIPMI membangun jaringan kaderisasi yang berorientasi pada usaha rakyat.
Pada kepemimpinan ini, HIPMI sekaligus ingin menghapus citra yang selama ini melekat, dari organisasi
elit yang eksklusif menjadi organisasi kepemudaan yang membumi.
Pembinaan kader diharapkan mampu menciptakan SDM yang berkualitas di bidang kewirausahaan.
Kemandirian ekonomi adalah capaian akhir. Jumlah pengusaha yang masih dibawah rata-rata adalah
salah satu kelemahan Indonesia. Untuk itu, HIPMI tak henti-hentinya menyuarakan pentingnya kaderisasi
wirausaha muda. Sebagaimana sebuah negara maju yang berdaulat, mencapai kemandirian ekonomi
akan lebih mudah jika pemain-pemain dalam negeri semakin diperkaya.
BAHLIL LAHADALIA
Ketua Umum
3
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
SAMBUTAN KETUA
BIDANG ORGANISASI, KADERISASI,
DAN KEANGGOTAAN
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pengusaha Pejuang, Pejuang Pengusaha!
Gerakan yang dibangun oleh HIPMI saat ini berfokus pada proses ideologisasi dan kaderisasi, yaitu
sebuah upaya pembentukan kader berkualitas yang memiliki wawasan kebangsaan dan mampu
bersaing di pasar global. Proses tersebut dimulai dari proses rekruitmen, dilanjutkan dengan kaderisisasi
berjenjang di tiap tingkatan kepengurusan, yaitu pendidikan dan latihan tingkat cabang (Diklatcab),
tingkat daerah (Diklatda) dan tingkat nasional (Diklatnas). Dan itu tercermin dari penyempurnaan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi HIPMI. Kurikulum diklat yang
telah disiapkan untuk para anggota HIPMI serta kebijakan organisasi melalui pelaksanaan program-
program yang substantif dan memiliki impact yang luas bagi kesejahteraan masyarakat.
Musyawarah Nasional Khusus yang berlangsung di Surabaya 06-08 November 2015, Telah
menghasilkan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merupakan hasil
keputusan dari Musyawaran Nasional XV HIPMI di Bandung - Bogor, selain itu Peraturan Organisasi
yang selama ini telah dijalankan juga telah disempurnakan dan ditambahkan sebagai bagian integral
dalam menjalankan roda organisasi dalam hal ini tim juga telah berhasil membuat panduan dan
kurikulum diklat
Sebuah keharusan bagi HIPMI untuk selalu menanamkan fundamental wawasan entrepreneurship di
kalangan generasi muda guna menciptakan struktur ekonomi berkualitas, yaitu struktur ekonomi yang
diperkuat oleh kegiatan ekonomi lokal. Dalam penterjemahan AD ART ini telah di susun Peraturan
Organisasi yang telah disahkan dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap pada tanggal, 30 Oktober
2015.
Bahwa sesuai Rapat Badan Pengurus Lengkap BPP HIPMI tersebut peraturan organisasi yang telah
disahkan meliputi :
4
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Demikian Pedoman Organisasi ini disusun agar dapat dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
5
6
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
DAFTAR ISI
7
8
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
DAFTAR ISI
9
10
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
11
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
12 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
MUKADDIMAH
Sesungguhnya kemerdekaan Bangsa Indonesia itu, sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa, merupakan
panggilan, tantangan dan dorongan bagi Bangsa Indonesia untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang maha berat tetapi amat mulia yaitu menciptakan kemakmuran material dan spiritual yang adil
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bagi generasi muda yang terjun kedalam dunia usaha sadar akan hak dan kewajibannya, peranannya
dan tanggung jawabnya kepada Nusa dan Bangsa, sebagai penerus cita-cita dan karya dari
generasi terdahulu, berketetapan hati untuk memberikan darma baktinya dalam membangun
negara menuju kepada terwujudnya kemakmuran yang adil dan merata.
Meyakini bahwa kewirausahaan adalah salah satu upaya mencapai cita-cita luhur untuk kemakmuran
Nusa dan Bangsa Indonesia, yang berazaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar
1445 disamping usaha-usaha lain yang dilaksanakan secara ulet, teratur, berencana dan dengan
penuh kebijaksanaan.
Maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur untuk mencapai
cita-cita tersebut diatas, kami para Pengusaha Muda Indonesia yang berada pada jajaran
masyarakat pengusaha Indonesia dan dunia usaha nasional, menyatakan bersatu berhimpun dalam
suatu wadah organisasi kader pengusaha nasional, bukan organisasi politik dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU DIDIRIKAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA atau disingkat HIPMI yang
disebut secara resmi dalam bahasa Inggris INDONESIA YOUNG ENTREPRENEURS ASSOCIATION.
Pasal 2
Waktu Didirikan
HIPMI didirikan di Jakarta, pada tanggal 10 Juni 1472, untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.
ANGGARAN DASAR 13
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Pasal 3
Tempat Kedudukan
BAB II
AZAS DAN LANDASAN
Pasal 4
A s a s
Pasal 5
Landasan
HIPMI berlandaskan:
1. Pancasila sebagai landasan idiil.
2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.
3. Undang-Undang No.1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri sebagai landasan
struktural.
4. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga HIPMI sebagai landasan organisasional.
5. Keputusan-keputusan MUNAS HIPMI sebagai landasan operasional
BAB III
STATUS DAN SIFAT
Pasal 6
1. HIPMI adalah organisasi non pemerintah, yang independen/non politik, yang bergerak dibidang
perekonomian sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri serta perundang-undangan dunia usaha lainnya
2. HIPMI adalah Wadah penyaluran aspirasi pengusaha muda Indonesia merupakan organisasi
non-profit yang dapat memberikan keuntungan bersama (mutual benefit) bagi anggotanya dan
bersifat kekeluargaan/gotong-royong.
3. HIPMI memposisikan diri sebagai pelayanan dan faktor mempromosikan dalam pembangunan
ekonomi dan bisnis Indonesia di masa depan sesuai visi misi strategi HIPMI.
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 7
HIPMI adalah organisasi para pengusaha Muda Indonesia yang bersatu dengan maksud dan tujuan:
1. Mendorong dan berperan serta dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan
generasi muda.
14 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
BAB V
USAHA
Pasal 8
ANGGARAN DASAR 15
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
BAB VI
UPAYA
Pasal 9
1. Menyediakan informasi bisnis bagi anggotanya untuk mencari peluang dan pengembangan
usaha
2. Memiliki program-program pembinaan kewirausahaan, alih teknologi untuk pengembangan
usaha
3. Menjaga etika usaha, mempunyai sistem balas jasa yang wajar dan adil, wajib
menghindarkan dari praktek prinsip ekonomi yang buruk, meningkatkan kesadaran Nasional
dan lain sebagainya.
4. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam pemecahan masalah Ekonomi Nasional.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 10
Yang menjadi anggota HIPMI adalah Pengusaha Muda warga negara Indonesia yang merupakan
bagian dari Masyarakat Pengusaha Indonesia dan Dunia Usaha Nasional.
Pasal 11
BAB VIII
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12
16 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Pasal 13
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 14
BAB X
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 15
Perubahan
Perubahan dan atau penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat
dilaksanakan melalui Musyawarah Nasional, dan Musyawarah Nasional Khusus.
Pasal 16
Pembubaran
Pembubaran organisasi hanya sah apabila: merupakan Keputusan Musyawarah Nasional, atau
Musyawarah Nasional Khusus yang diadakan untuk itu
BAB XI
PENUTUP
Pasal 17
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
Pasal 18
1. Anggaran Dasar ini merupakan Perubahan Anggaran Dasar yang disahkan untuk pertama kali
pada tanggal 10 Juni 1972, untuk kedua kali pada tanggal 19 Oktober 2011 dan sesudahnya
2. Perubahan Anggaran Dasar ini mendapat pengesahan dalam Munassus HIPMI Pada Tanggal 08
November 2015 serta dinyatakan berlaku sejak ditetapkan.
ANGGARAN DASAR 17
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 08 November 2015
PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018
1. ANGGAWIRA
2. UMAR A. LESSY
3. AHMI SEPTARI
4. SYAFA’AD PERDANA
5. ABDUL SALAM
6. ARI BILOWO
7. ARIANTO BURHAN
18 ANGGARAN DASAR
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
19
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
BAB I
STATUS ORGANISASI
Pasal 1
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau disingkat HIPMI adalah suatu organisasi kader yang
menciptakan pengusaha nasional dan memperjuangkan aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda
Indonesia dalam rangka mendorong dan melayani pembangunan Ekonomi dan bisnis Indonesia di
masa depan sesuai visi misi strategi HIPMI.
Pasal 2
HIPMI sebagai organisasi kader pengusaha nasional serta lembaga ekonomi berstatus badan
hukum yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Abdul Latief Nomor 39 tanggal 10 Juni 1972
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga terdaftar di Pengadilan Negeri dan
disahkan Departemen Kehakiman serta diumumkan didalam Berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 3
HIPMI merupakan wadah berhimpun pengusaha muda yang berasal dari masyarakat pengusaha
Indonesia dan dunia usaha nasional.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 4
Ketentuan Keanggotaan
Anggota HIPMI adalah pengusaha Muda warga negara Indonesia yang merupakan pemilik,
pimpinan, pengurus dan/atau penanggungjawab perusahaan, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang yang berlaku, serta telah melaksanakan proses pendaftaran sesuai dengan
peraturan organisasi
Pasal 5
Status Keanggotaan
1. Anggota biasa, yaitu anggota yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun sampai 40 (empat
puluh) tahun. dengan ketentuan tidak sampai 41 (empat puluh satu) tahun dan telah memenuhi
kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Organisasi.
2. Anggota Luar Biasa, yaitu anggota biasa yang telah berusia 41 (empat puluh satu) tahun keatas
3. Anggota HIPMI Perguruan Tinggi, yaitu Mahasiswa Perguruan Tinggi yang telah mendaftar dan
mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh HIPMI, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 6
Tata Cara Penerimaan Anggota
1. Setiap calon anggota HIPMI harus mengajukan permohonan dengan formulir yang disediakan
untuk itu dan pernyataan tertulis dari pemohon bahwa pemohon tidak berada dalam keadaan
terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
2. Setiap calon anggota HIPMI, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 5 di atas, harus
diusulkan dan didukung secara tertulis oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota Badan
Pengurus setempat.
3. Hak penentuan penerimaan anggota berada dalam tangan Badan Pengurus Daerah/Cabang
dan setiap penerimaan anggota harus disetujui oleh Rapat Badan Pengurus Harian Di tingkat
Badan Pengurus Daerah/Cabang. .
4. Penolakan dan alasannya atas sesuatu lamaran keanggotaan harus diberitahukan kepada
pelamar maupun para pengusul dan pendukungnya dalam waktu 5 (lima) hari setelah
diputuskan Badan Pengurus Daerah/Cabang, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan setelah
tanggal pemberitahuan para pengusul serta pendukung dapat mengajukan permohonan
kembali.
5. Penolakan lamaran keanggotaan lebih dari 2 (dua) kali mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat mengajukan permohonan/lamaran keanggotaan dalam waktu 1 (satu) tahun
sesudah penolakan terakhir.
6. Anggota yang telah diterima diberikan kartu dan atau sertifikat anggota sebagai tanda
keanggotaan yang dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat HIPMI dan ditandatangani oleh
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat.
7. Pengunduran diri dari keanggotaan HIPMI harus dinyatakan secara tertulis kepada Badan
Pengurus.
8. Perpindahan status domisili keanggotaan dapat diajukan ke BPD/BPC asal dan diteruskan
kepada BPD/BPC tujuan yang disertai alasan dan tujuan yang jelas, dengan memberikan
tembusan ke BPD/BPP
Pasal 7
Kode Etik Keanggotaan
1. Anggota HIPMI berperilaku sebagai pribadi yang bermoral Pancasila dan wajib menjunjung
tinggi nama baik serta reputasi keanggotaan di dalam masyarakat dan dunia usaha nasional.
2. Anggota HIPMI tidak akan secara sadar dan dengan itikad jahat merusak nama baik atau
reputasi bisnis sesama anggota.
3. Anggota HIPMI selalu berusaha menjalankan bisnis secara baik dan terpuji serta menghindari
perbuatan yang melanggar norma dan etika usaha serta peraturan yang berlaku.
4. Anggota HIPMI menjunjung tinggi semangat kebersamaan dan kekeluargaan serta
mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam menyikapi perbedaan.
5. Anggota HIPMI wajib menjunjung tinggi kode etik keanggotaan HIPMI dalam lingkungan
usahanya
Pasal 8
Kewajiban Keanggotaan
1. Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga HIPMI.
2. Setiap anggota wajib membayar uang pangkal dan Iuran Anggota dan memberi sumbangan
untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi.
3. Setiap anggota yang melaksanakan aktivitas usaha berkewajiban secara moral memberikan
kesempatan/prioritas kepada anggota lain untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan prinsip
dan aturan bisnis yang berlaku.
4. Setiap Anggota wajib mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.
Pasal 9
Hak Anggota
Pasal 10
Penghentian Keanggotaan
Pasal 11
Rangkap Jabatan
1. Dalam keadaan tertentu Anggota HIPMI dapat merangkap jabatan pengurus pada struktural
internal Badan Pengurus Pusat/Daerah
2. Anggota HIPMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar HIPMI, harus
menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan peraturan
organisasi dan tidak menyimpang dari tujuan HIPMI
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12
Musyawarah Nasional
Pasal 13
Musyawarah Daerah
b. BPC dengan jumlah penduduk 50-100 ribu jiwa yang memiliki jumlah
keanggotaan lebih dari 100 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua)
peserta utusan penuh dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya
mendapatkan 1 (satu) peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan
Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
c. BPC dengan jumlah penduduk >100 ribu jiwa yang memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 150 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh
dan apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu)
peserta utusan penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku.
5. Jumlah utusan peserta MUSDA dari Badan Pengurus Cabang ditetapkan melalui
mekanisme rapat Badan Pengurus lengkap BPD HIPMI dengan memperhatikan kriteria
diatas.
6. Badan Pengurus Cabang melalui mekanisme Rapat Badan Pengurus Lengkap menentukan
nama peserta utusan dan peninjau sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan pada
ayat 5.
b. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Daerah, serta Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dan anggota HIPMI
Cabang yang mendapat Mandat dari Badan Pengurus Cabang yang bersangkutan.
c. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Daerah.
9. Hak peserta Musyawarah Daerah:
a. Utusan memiliki hak suara, hak bicara, hak memilih dan dipilih.
b. Peninjau memiliki hak bicara dan hak dipilih.
c. Undangan memiliki hak bicara.
10. Musyawarah Daerah adalah sah bila memenuhi korum sebanyak ¾ (tiga per empat) dari BPC
yang berhak hadir. Jika korum ini tidak tercapai, maka upacara pembukaan Musyawarah
Daerah tetap dapat berlangsung menurut jadwal yang tercantum dalam surat undangan,
tetapi persidangan Musyawarah Daerah ditunda Paling lama 24 (dua puluh empat) jam.
Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka persidangan
Musyawarah Daerah dapat berlangsung, dan adalah sah tanpa perlu mengindahkan korum.
11. Jika jumlah Badan Pengurus Cabang ternyata kurang dari ½ (setengah) jumlah Kota/
Kabupaten yang ada di Daerah bersangkutan dan atau Fungsi Badan Pengurus Cabang di
Daerah bersangkutan hanya sebagai perwakilan Badan Pengurus Daerah, maka berlaku
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Sebagai Utusan adalah Anggota Biasa yang telah terdaftar sebagai anggota minimal 6
(enam) bulan di Daerah bersangkutan dan telah menyelesaikan kewajibannya sebagaimana
diatur dalam pasal 8 ayat 2 ART.
b. Sebagai Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga
Kelengkapan Organisasi Tingkat Daerah serta para Anggota Luar Biasa di Daerah/
Cabang bersangkutan.
c. Sebagai Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau, yang diundang
oleh Badan Pengurus Daerah yang bersangkutan.
12. Khusus Bagi BPD HIPMI DKI Jaya, Musda dihadiri oleh seluruh anggota BPD HIMI Jaya yang
masa keanggotaannya sudah enam bulan.
13. Ketua umum BPD HIPMI DKI Jaya dipilih langsung oleh anggota biasa BPD HIPMI Jaya.
14. Formatuer/Ketua Umum terpilih BPD HIPMI mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan hasil MUSDA kepada BPP selambatnya- lambatnya 15 (Lima belas) hari.
Pasal 14
Musyawarah Cabang
11. Khusus BPD HIPMI DKI Jaya, Ketua umum BPC dipilih dan diberhentikan oleh BPD HIPMI DKI
Jaya
12. Formatur/Ketua Umum terpilih harus mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan Hasil Muscab kepada BPD dan memberikan tembusan kepada BPP selambat
lambatnya 15 (lima belas) hari
Pasal 15
Musyawarah Nasional Luar Biasa
1. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Nasional diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Pengurus Pusat.
b. Jika Badan Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Musyawarah Nasional setelah
3 (tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Pengurus Pusat tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan (pasal 12 ayat 2).
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Pengurus Daerah dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Badan Pengurus Pusat
atau sebaliknya.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional dapat diberlakukan
untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-sama
Undangan menghadiri Musyawarah Nasional Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.
Pasal 16
Musyawarah Daerah Luar Biasa
1. Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Daerah diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Pengurus Daerah.
b. Jika Badan Pengurus Daerah tidak menyelenggarakan Musyawarah Daerah setelah 3
(tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Pengurus Daerah tersebut tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Pengurus Cabang bersama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Badan Pengurus
Daerah atau sebaliknya.
3. Jika ternyata jumlah Cabang kurang dari 50% (lima puluh persen) dari Kota/Kabupaten yang
ada di daerah yang bersangkutan, maka Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan
atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Biasa Daerah bersama dengan 2/3 (dua
per tiga) jumlah anggota Badan Pengurus Daerah.
4. Ketentuan pada ayat 2 (dua) pasal ini tidak berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa
yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan pasal 13 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga.
5. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Daerah dapat diberlakukan
untuk menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa.
6. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-sama
Undangan menghadiri Musyawarah Daerah Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.
Pasal 17
Musyawarah Cabang Luar Biasa
1. Musyawarah Cabang Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Cabang diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Pengurus Cabang.
b. Jika Badan Pengurus Cabang tidak menyelenggarakan Musyawarah Cabang setelah
3 (tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Pengurus Cabang tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
anggota biasa Cabang bersama-sama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Badan
Pengurus Cabang bersama-sama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Badan Pengurus
Cabang atau sebaliknya. Kecuali dalam hal penyelenggaraan Musyawarah Cabang Luar
Biasa seperti yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Cabang dapat diberlakukan
untuk menyelenggarakan Musyawarah Cabang Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undangan menghadiri Musyawarah Cabang Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan
Pasal 18
Musyawarah Nasional Khusus
Pasal 19
Badan Pengurus Pusat
1. Badan Pengurus Pusat merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Nasional yang
mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi.
2. Badan Pengurus Pusat berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Organisasi ke dalam Program Kerja
Badan Pengurus Pusat yang dibagi per tahun program.
c. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
d. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
3. Badan Pengurus Pusat berwenang untuk mensahkan Badan Pengurus Daerah yang merupakan
hasil dari Musyawarah Daerah.
4. Badan Pengurus Pusat berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
Daerah Luar Biasa di Daerah yang Badan Pengurus Daerahnya telah melampaui waktu 3 (tiga)
bulan sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
dan oleh karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Pengurus Pusat berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti pelaksanaannya,
menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran pengelolaan organisasi.
6. Badan Pengurus Pusat berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
7. Badan Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Nasional.
Pasal 20
Badan Pengurus Daerah
1. Badan Pengurus Daerah merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Daerah yang
mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi di Daerah bersangkutan.
2. Badan Pengurus Daerah berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program wajib (Rapat BPH, Rapat BPL, RAKERDA, dan DIKLATDA) serta
program umum daerah lainnya berdasarkan keputusan-keputusan Musyawarah Daerah.
c. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Daerah ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Daerah yang dibagi per tahun program.
d. Membuat laporan kerja secara tertulis setiap satu tahun sekali selama masa kepengurusan
kepada Badan Pengurus Pusat
e. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi
f. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan
3. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk mensahkan Badan Pengurus Cabang yang
merupakan hasil dari Musyawarah Cabang dan memberikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Badan Pengurus Pusat
4. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
Cabang Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan telah melampaui waktu 3 (tiga) bulan
sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
6. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
7. Badan Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Daerah.
Pasal 21
Badan Pengurus Cabang
1. Badan Pengurus Cabang dapat dibentuk pada setiap Kota/Kabupaten, dengan jumlah
anggota sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) orang
2. Pembentukan Badan Pengurus Cabang baru melalui Karetaker yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan musyawarah cabang yang pertama selambat-lambatnya enam bulan setelah
ditetapkan.
3. Badan Pengurus Cabang berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
a. Melaksanakan program wajib (Rapat BPH, Rapat BPL, RAKERCAB, DIKLATCAB dan
Rekrutmen Anggota) serta program umum cabang lainnya berdasarkan keputusan-
keputusan Musyawarah Cabang.
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Cabang ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Cabang yang dibagi per tahun program.
c. Membuat laporan kerja secara tertulis setiap satu tahun sekali selama masa kepengurusan
kepada Badan Pengurus Daerah dan memberikan tembusan kepada Badan Pengurus
Pusat
d. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
e. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
4. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
5. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
6. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Cabang.
Pasal 22
Fungsionaris Badan Pengurus
3. Fungsionaris Badan Pengurus Lengkap Pusat terdiri dari Badan Pengurus Harian ditambah
Departemen yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 23
Persyaratan Anggota Badan Pengurus
Pasal 24
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum
Dan Pembentukan Badan Pengurus Pusat
1. Pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat dilaksanakan dengan asas LUBER (Langsung,
Umum, Bebas, dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil), yang berlangsung dalam 3 (tiga)
tahap:
a. Tahap Pendaftaran
b. Tahap Kampanye
c. Tahap Pemilihan
2. Tahap Pendaftaran:
a. Bakal calon Ketua Umum mencalonkan diri secara tertulis disertai dengan sekurang-
kurangnya 5 (lima) rekomendasi BPD.
b. Mendaftarkan diri pada Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Badan Pengurus Pusat,
selambat-lambatnya 1(satu) Bulan sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Nasional
yang telah ditetapkan dan ditembuskan kepada BPD-BPD HIPMI
3. Tahap Kampanye:
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap Kampanye
yang terdiri dari Kampanye Tertulis, Kampanye Lisan, Debat Antar Calon, dan Presentasi
Pokok-Pokok Pikiran yang (SC) Tim Nominasi dalam forum yang disediakan oleh Panitia
Pemilihan.
b. Tahap Kampanye berlangsung hingga saat penyelenggaraan Musyawarah Nasional.
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan calon Ketua Umum diadakan, setiap bakal calon diharuskan
memperkenalkan diri sekaligus menjabarkan Program Umum Nasional HIPMI yang telah
diputuskan oleh Musyawarah Nasional.
b. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah
Nasional.
c. Setiap utusan memilih satu bakal calon Ketua Umum / Ketua Formatur yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Calon Ketua Umum sebagaimana ditetapkan pasal 22 ayat (4)
Anggaran Rumah Tangga, di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia Pengarah
Musyawarah Nasional.
d. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh)
persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan sah
terpilh sebagai Ketua Umum BPP HIPMI.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 2 (dua) orang yang memperoleh suara terbanyak
dan berhak ikut dalam tahap pemilihan Ketua Umum.
f. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh)
persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan sah
terpilh sebagai Ketua Umum BPP HIPMI.
g. Sebelum pemilihan ketua umum diadakan, setiap calon diharuskan kembali menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi ketua umum dan melakukan tanya jawab dengan Peserta.
h. Pada saat pemilihan Ketua Umum, setiap utusan memilih 1(satu) di antara 2(dua) nama
calon Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak di atas kertas suara yang disediakan
oleh Panitia Pengarah Musyawarah Nasional.
i. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di tempat
yang sama.
j. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat
terpilih, dan sekaligus menjadi ketua formatur dan calon yang memiliki suara terbanyak
kedua menjadi mide formatur ditambah dengan Ketua Umum Demisioner.
k. Apabila Ketua Umum terpilih secara aklamasi, maka anggota mide formatur dipilih secara
mufakat atau melalui pemilihan suara. Ditambah ketua umum demisioner.
l. Ketua Umum terpilih yang sekaligus Ketua Formatur didampingi oleh 2 orang formatur
menyusun kepengurusan untuk masa bakti berikutnya.
m. Ketua Umum terpilih mempunyai hak prerogatif memilih Sekretaris jenderal dan Bendahara
Umum.
Pasal 25
Pemilihan Ketua Umum Dan
Pembentukan Badan Pengurus Daerah/Cabang
Tata cara dan prosedur pemilihan Ketua Umum dan pembentukan Badan Pengurus Daerah/
Cabang dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Anggaran Rumah Tangga
Pasal 26
Masa Bakti Badan Pengurus
1. Masa Bakti Badan Pengurus adalah 3 (tiga) tahun terhitung mulai disahkan oleh Musyawarah
Nasional/ Daerah/Cabang.
2. Seorang Fungsionaris Badan Pengurus Harian yang bukan Ketua Umum, setelah 1(satu) masa
bakti dapat dipilih kembali.
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, seorang Ketua Umum Badan Pengurus tidak dapat
mencalonkan diri dan dipilih kembali ditingkat yang sama.
Pasal 27
Dewan Kehormatan
Pasal 28
Dewan Pembina
Pasal 29
Komite Etik
1. Komite Etik merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi yang ada di tingkat Pusat.
2. Komite Etik terdiri dari :
Anggota Dewan Pembina dan Anggota Dewan Kehormatan yang ditunjuk oleh Badan
Pengurus Pusat melalui Rapat Badan Pengurus Harian sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
dengan memiliki Integritas, kapasitas dan kompetensi
3. Komite Etik berwewenang untuk mengawasi pelaksanaan Kode Etik Keanggotaan dengan
tugas sebagai berikut :
a. Mempelajari pengaduan tertulis dari Anggota HIPMI di semua tingkatan tentang
pelanggaran kode etik Anggota HIPMI serta mengadakan penelitian seperlunya.
b. Merekomendasikan hasil keputusan sanksi pelanggaran kode etik bagi yang bersangkutan
kepada Badan Pengurus Pusat berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
c. Keputusan berupa sanksi pelanggaran kode etik bagi anggota HIPMI diputuskan oleh
Badan Pengurus Pusat melalui Rapat Badan Pengurus Harian
Pasal 30
Badan Otonom
1. Badan Pengurus Pusat dapat membentuk Badan otonom, yang berfungsi sebagai sekretariat
permanen untuk menangani pelaksanaan program-program HIPMI dalam rangka melayani dan
mendorong perkembangan ekonomi dan bisnis Indonesia yang dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya baik bagi anggota HIPMI maupun masyarakat Indonesia lainnya.
2. Badan Otonom dilantik dan bertanggungjawab kepada Badan Pengurus sesuai bidang dan
tingkatan strukturalnya masing-masing
BAB IV
PEMBAGIAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 31
Tugas dan Kewajiban Fungsionaris Badan Pengurus Harian
1. Ketua Umum memimpin Badan Pengurus, secara umum mengkoordinir tugas dan kewajiban
seluruh anggota Badan Pengurus.
2. Ketua Umum bersama-sama Sekretaris Jenderal memimpin sidang-sidang Badan Pengurus
dan apabila berhalangan, wajib menunjuk salah seorang Ketua. Dalam hal Ketua juga
berhalangan maka salah seorang Ketua Kompartemen wajib menggantikannya
3. Apabila Ketua Umum berhalangan untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari, dapat diwakili
oleh salah seorang Ketua yang ditunjuk. Sedangkan apabila Ketua Umum karena satu dan lain
hal tidak dapat diteruskan sama sekali jabatannya sampai berakhir, maka Badan Pengurus
Harian dapat menetapkan dan mengangkat salah seorang Ketua sebagai pejabat Ketua
Umum dan diperkenankan memegang jabatan rangkap.
4. Jika lamanya sisa masa bakti kepengurusan yang lowong sebagai akibat dari hal yang disebut
pada ayat 3 di atas itu 1 ½ (satu setengah) tahun atau lebih, maka Ketua yang menjadi
Pejabat Ketua Umum tersebut dapat disebut Ketua Umum (definitif) dan masa jabatan yang
dipangkunya sampai akhir masa baktinya kepengurusan yang sedang berjalan itu dinilai 1
(satu) masa bakti atau 1 (satu) masa jabatan kepengurusan. Sedangkan kalau kurang dari
1 ½ (satu setengah) tahun, tidak dianggap sebagai 1 (satu) masa bakti dan pejabat yang
bersangkutan disebut sebagai Pejabat Ketua Umum.
5. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat melantik Badan Pengurus Daerah di daerahnya.
6. Ketua bertugas mengkoordinir kompartemen-kompartemen yang dibawahinya
7. Sekretaris Jenderal bertugas melaksanakan semua kebijakan ketetapan dan tugas
lainnya yang dilimpahkan oleh Badan Pengurus Harian, mengelola segala urusan administrasi,
manajemen, personalia, harta benda organisasi dan berbagai tugas lainnya.
8. Bendahara Umum bertanggung jawab atas pencarian sumber dana, pengelolaan dan
penguasaan kekayaan serta keuangan organisasi dan menyampaikan Neraca Tahunan yang
telah diperiksa Akuntan terdaftar kepada Badan Pengurus selambat-lambatnya pada tanggal
31 Maret setiap tahun.
9. Kompartemen bertugas mengkoordinir Departemen-departemen yang dibawahinya.
Pasal 32
Sekretariat
BAB VI
RAPAT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 33
Rapat Kerja HIPMI
Pasal 34
Sidang Dewan Pleno
1. Sidang Dewan Pleno merupakan proses pengambilan keputusan Organisasi yang ada di tingkat
Pusat.
2. Sidang Dewan Pleno dihadiri oleh Badan Pengurus Pusat, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan,
Badan Otonom dan Badan Pengurus Daerah sebagai peserta.
3. Sidang Dewan Pleno diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Badan Pengurus Pusat
sebanyak 2 (dua) kali dan dilaksanakan 1(satu) tahun sesudah RAKERNAS dan 6 (enam) bulan
sebelum MUNAS.
4. Sidang Dewan Pleno diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan program kerja, saling tukar menukar
informasi antara Pusat dan Daerah.
Pasal 35
Rapat Badan Pengurus
1. Rapat Badan Pengurus Lengkap diselenggarakan setiap 2 (dua) bulan sekali, sedangkan Rapat
Badan Pengurus Harian diselenggarakan sebulan sekali.
2. Rapat Badan Pengurus adalah sah bila dihadiri 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Badan
Pengurus.
3. Para Ketua dapat mengadakan rapat dengan kompartemen- kompartemen yang ada di bawah
koordinasinya.
4. Para Ketua Kompartemen/Departemen dapat mengadakan rapat di dalam lingkungannya
sendiri atau antar Kompartemen/Departemen setiap kali diperlukan
Pasal 36
Keputusan Rapat
BAB VII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 37
Keuangan
1. Badan Pengurus menetapkan besarnya uang pangkal, iuran, pungutan maupun sumbangan/
hibah.
2. Semua lalu lintas/mutasi keuangan harus dicatat disertai bukti-bukti sah menurut kaidah
peraturan yang lazim berlaku.
3. Tahun buku HIPMI adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
4. Pada setiap tanggal 1 Desember, oleh Bendahara dibuat Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Organisasi (RAPBO) tahunan yang disahkan oleh pengurus.
5. Untuk membantu keuangan Badan Pengurus Pusat, maka 10% (sepuluh persen) hasil iuran
anggota diserahkan ke Badan Pengurus Pusat. Sedangkan untuk membantu keuangan Badan
Pengurus Daerah, maka 30% (tiga puluh persen) hasil iuran anggota diserahkan kepada Badan
Pengurus Daerah.
6. Untuk memperkuat posisi keuangan organisasi, maka Badan Pengurus mengadakan usaha
tersendiri yang sah, halal dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga
7. Kepanitian yang di bentuk oleh Badan Pengurus Pusat/Daerah/Cabang wajib mengkoordinasikan
dan melaporkan pertanggungjawaban keuangan kepada Kebendaharaan
Pasal 38
Kekayaan
1. Badan Pengurus bertanggung jawab atas harta kekayaan organisasi baik yang bergerak
maupun yang tetap dari segi pemeliharaan dan cara penggunaannya.
2. Tata cara likuidasi atas kekayaan organisasi karena pembubaran ditetapkan oleh Musyawarah
BAB VIII
LAMBANG, BENDERA, HYMNE DAN MARS ORGANISASI
Pasal 39
Lambang
Bentuk, arti dan makna lambang HIPMI tertera pada lampiran ke-1 (kesatu) Anggaran Rumah
Tangga ini.
Pasal 40
Bendera
1. Setiap tingkatan organisasi HIPMI memiliki bendera yang seragam bentuknya, sekaligus
menunjukkan identitas masing-masing. Ketentuan mengenai bendera tertera pada lampiran
ke-2 (kedua) Anggaran Rumah Tangga ini.
2. Pada acara-acara resmi organisasi, bendera HIPMI dari tingkat yang bersangkutan dipasang
di depan podium berdampingan dengan bendera Merah-Putih. Di belakang atau disampingnya
dikelilingi oleh bendera HIPMI dari organisasi yang tingkatannya langsung dibawahnya.
Pasal 41
Hymne dan Mars
1. Syair dan lagu Hymne dan Mars HIPMI tertera pada lampiran ke-3 (ketiga) Anggaran Rumah
Tangga ini.
2. Hymne dan Mars HIPMI dinyanyikan setelah lagu Kebangsaan Indonesia Raya pada acara-
acara resmi organisasi
BAB IX
PENUTUP
Pasal 42
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, diatur oleh
Badan Pengurus Pusat dalam peraturan-peraturan organisasi yang tidak boleh bertentangan
dengan jiwa dan semangat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI
Pasal 43
1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan perubahan Anggaran Rumah Tangga yang disahkan
untuk pertama kali pada tanggal 10 Juni 1972 dan sesudahnya .
2. Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini mendapat pengesahan dalam Musyawarah Nasional
HIPMI, pada tanggal 19 Oktober 2011 serta dinyatakan berlaku sejak ditetapkan .
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 08 November 2015
PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI 2015 – 2018
1. ANGGAWIRA
2. UMAR A. LESSY
3. AHMI SEPTARI
4. SYAFA’AD PERDANA
5. ABDUL SALAM
6. ARI BILOWO
7. ARIANTO BURHAN
43
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Menimbang
: a. Bahwa tujuan organisasi Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia sebagai pimpinan tertinggi organisasi, hanya dapat diwujudkan
dengan usaha-usaha yang terencana dan terstruktur.
b. Bahwa salah satu perangkat oganisasi yang dapat digunakan untuk
menciptakan penyelenggaraan usaha-usaha yang terstruktur dan terencana
adalah melalui Tata Laksana Kerja
c. Tata Laksana Kerja Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan dinamika
perkembangan organisasi
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, maka dipandang perlu untuk menetapkan Tata Laksana Kerja
BPP HIPMI Masa Bakti 2015 – 2018.
Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPH HIPMI tanggal
30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BABI
UMUM
1. Pedoman Tata Laksana Kerja BPP HIPMI masa bakti 2015 – 2018 disusun berdasarkan :
a. Ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI hasil MUNAS XV
HIPMI tahun 2015
b. Pedoman Organisasi HIPMI masa bakti 2015 – 2018
2. Badan Pengurus Pusat (BPP) merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi tingkat Nasional yang
mewakili organisasi di dalam dan di luar serta bersifat kolektif. Oleh karena itu, tugas-tugas
Badan Pengurus Pusat dilaksanakan dengan semangat kolektif, kekeluargaan, kesinambungan
dan keterpaduan
3. Tata Laksana Kerja bertujuan untuk membedakan tugas-tugas kepengurusan dalam rangka
mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal.
4. Azas – azas :
a. Kolektif artinya kebersamaan dalam mengambil kebijakan-kebijakan organisasi.
b. Kekeluargaan artinya pelaksanaan tugas kepengurusan dilakukan secara gotong-royong
dan dijiwai oleh semangat kesetiakawanan, kebersamaan dan kerjasama.
c. Kesinambungan artinya melanjutkan perencanaan dan pelaksanaan program-program
kerja kepengurusan sebelumnya sesuai rekomendasi Munas
d. Keterpaduan artinya seluruh kegiatan / program kerja BPP HIPMI dijalankan secara
terpadu.
B A B II
KEWAJIBAN-WEWENANG DAN HAK BPP HIPMI
1. Kewajiban BPP HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) Anggaran Rumah
Tangga HIPMI adalah :
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Organisasi ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Pusat yang dibagi pertahun program.
c. Melaksanakan keputusan – keputusan organisasi.
d. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
2. Wewenang BPP HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dan (4) Anggaran
Rumah Tangga HIPMI adalah :
a. Mengesyahkan Badan Pengurus Daerah yang merupakan hasil dari Musyawarah Daerah
b. Turut serta mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah Daerah Luar Biasa di Daerah,
ketika Badan Pengurus Daerah telah melampaui waktu 3 (tiga ) bulan sesudah masa baktinya
berakhir dan oleh karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan
organisasi.
3. Hak BPP HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5); (6) dan (7) Anggaran
Rumah Tangga HIPMI adalah :
a. Menetapkan tata laksana program serta meneliti pelaksananaannya, menetapkan
Peraturan – Peraturan yang diperlukan guna kelancaran pengelolaan organisasi.
b. Menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan program kerja yang telah
ditetapkan maupun biaya – biaya lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan dan
usaha organisasi.
c. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Eksekutif beserta staf Sekretariat dan
menetapkan gaji serta syarat – syarat kerja.
d. Membentuk kepanitiaan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menunjang program
kerja
B A B III
SUSUNAN BADAN PENGURUS PUSAT (BPP) HIPMI
4. Kompartemen Bidang Sumber Daya Alam, Energi, Mineral dan Lingkungan Hidup
a. Komp. Energi Sumber daya Mineral
b. Komp. Industri Pertambangan
c. Komp. Kehutanan dan Lingkungan Hidup
d. Komp. Agraria dan Tata Ruang
5. Kompartemen Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi
a. Komp. Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
b. Komp. Industri Kreatif Berbasis Media dan Design
c. Komp. Kesehatan
d. Komp. Telekomunikasi dan Teknologi Informasi
8. Kompartemen Bidang Koperasi, UKM, dan Pengembangan Start-Up
a. Komp. Pembinaan Koperasi dan UKM
b. Komp. Riset dan Pengembangan Koperasi dan UKM
c. Komp. Pengembangan Start-Up
4) Departemen Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan Lingkungan Hidup
a. Dept. Energi Sumber daya Mineral
b. Dept. Industri Pertambangan
c. Dept. Kehutanan dan Lingkungan Hidup
d. Dept. Agraria dan Tata Ruang
Susunan dan jumlah Kompartemen Badan Pengurus Harian Pusat dan Departemen Badan Pengurus
Lengkap Pusat dapat diubah atau diganti seusai dengan kebutuhan berdasarkan Pergantian Antar
Waktu atau Ressufle yang ditetapkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dalam suatu Surat
Keputusan Organisasi.
B A B IV
PEMBAGIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
1. Ketua Umum
a. Penanggung jawab dan pimpinan tertinggi organisasi sebagaimana diatur dalam AD/
ART dan kebijakan yang digariskan oleh BPP HIPMI
b. Bersama Sekretaris Jenderal, mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan tugas-
tugas Intern dan Ekstern organisasi yang bersifat umum pada tingkat Nasional maupun
Internasional
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman tata Laksana Kerja ini
d. Bersama – sama Badan Pengurus Harian, menetapkan strategi, arah dan sasaran
serta kebijakan organisasi dengan berpedoman pada AD/ART HIPMI dan Keputusan –
Keputusan MUNAS XV HIPMI tahun 2015
e. Bersama Sekretaris Jenderal, menandatangani surat – surat ektern, surat keputusan dan
surat rekomendasi, terutama yang bersifat untuk dan atas nama organisasi
f. Bersama Sekretaris Jenderal memberikan mandat atau tugas kepada fungsionaris untuk
mewakili BPP HIPMI dalam acara – acara / kegiatan untuk dan atas nama BPP HIPMI
termasuk dalam kemitraan usaha
g. Dalam hal – hal yang mendesak, Ketua Umum bersama fungsionaris Badan Pengurus
Harian Pusat dapat mengambil Keputusan untuk kemudian mempertanggungjawabkan
kepada Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat.
h. Bertanggungjawab kepada MUNAS.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini
d. Memonitor pelaksanaan tertib organisasi di Pusat maupun di Daerah dan melaporkan
tingkat pelaksanaannya kepada Rapat Badan Pengurus setiap kali diadakan
e. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
f. Mengawasi dan melaksanakan aktivitas organisasi sesuai ketentuan yang mengatur
kegiatan organisasi antara lain ; Sidang Dewan Pleno, RAKERNAS, MUNASSUS, MUNAS
dan DIKLATNAS termasuk di dalamnya menyiapkan materi untuk kegiatan tersebut
g. Mengawasi dan melakukan koordinasi untuk persiapan dan pelaksanaan kegiatan
organisasi antara lain ; MUSDA, RAKERDA, RAKORWIL dan DIKLATDA
h. Melakukan evaluasi keanggotaan HIPMI melalui Registrasi dan her-registrasi anggota
i. Melakukan pendidikan kaderisasi kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas SDM
anggota HIPMI, serta melakukan penilaian terhadap anggota maupun BPD – BPD yang
berprestasi untuk mendapatkan “ HIPMI AWARD “ sekali dalam setahun
j. Mewakili organisasi dalam pelaksanaan kegiatan organisasi – organisasi kemasyarakatan
atau organisasi lainnya, atas petunjuk Ketua Umum
k. Mengkoordinir hubungan dengan Daerah dan para senior HIPMI
l. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di Bidang Organisasi,
Kaderisasi dan Keanggotaan terutama yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen
– kompartemen dan Departemen – departemen yang dibawahi serta melaporkan hak
tersebut kepada Rapat Pengurus Lengkap Pusat
m. Melakukan perumusan, pengkajian dan pembuatan draft Peraturan Organisasi, Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis organisasi baik yang berasal dari Bidang Organisasi,
Kaderisasi dan Keanggotaan dan/atau draft yang diusulkan dari bidang lain untuk
kemudian dibahas dan disetujui di dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
n. Melakukan pengkajian hukum strategis serta memberikan masukan-masukan atau
rekomendasi- rekomendasi hukum terkait bidang ekonomi dan komersial serta Good
Corporate Governance kepada Ketua Umum
o. Menjalankan fungsi sebagai pusat informasi organisasi dan menjalin hubungan dengan
media
p. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Membuka akses permodalan dengan suku bunga yang rendah bagi seluruh anggota HIPMI
f. Merencanakan dan menyiapkan pengembangan lembaga pendanaan di luar perbankan
dalam menanggulangi kesulitan permodalan usaha anggota ( HIPMI Fund )
g. Secara rutin melaksanakan kajian terhadap perkembangan kebijakan nasional yang
berkaitan dengan dunia Perbankan, Investasi, dan Pasar Modal
h. Meningkatkan pemahaman anggota HIPMI tentang pasar modal
i. Membuka jaringan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar
modal, dunia perbankan, dan investasi .
j. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidang Perbankan,
Pasar Modal, dan investasi, terutama yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen-
kompartemen dan Departemen-departemen yang dibawahi serta melaporkan hak
tersebut kepada Rapat Pengurus Lengkap Pusat.
k. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan dan melaksanakan upaya restrukturisasi di sektor perdagangan, terutama
dalam menghadapi perdagangan bebas
f. Menyiapkan data base informasi usaha, untuk mendukung pengembangan usaha anggota.
g. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha di sektor Transportasi
dan logistik
h. Merencanakan dan melaksanakan pembangunan “ jaringan usaha “ yang melibatkan
anggota di Pusat dan Daerah.
i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan /
Program kerja di bidangnya terutama yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen
– kompartemen dan Departemen – departemen yang dibawahi serta melaporkan hak
tersebut kepada Rapat Pengurus Lengkap Pusat.
j. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
6. Ketua Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan Lingkungan Hidup
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Mensosialisasikan peluang usaha di sektor pertambangan umum, migas dan sumber daya
alam terutama yang ada di daerah – daerah kepada anggota..
f. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor energi
g. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
h. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor Ekonomi Kreatif.
f. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha Industri Kreatif.
g. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan dalam bidang Kesehatan.
h. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor Telekomunikasi.
i. Merencanakan dan melaksanakan upaya dalam kerangka pengembangan Kerjasama di
sektor media massa.
j. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
k. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk membangkitkan usaha di sektor konstruksi,
rancang bangun dan real estate terutama di kalangan anggota.
f. Berperan aktif dalam program-program pemerintah terkait dengan pengadaan
infrastruktur dan property
g. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
h. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan pengembangan kerjasama antara usaha anggota di Pusat dan Daerah
dalam kerangka memanfaatkan peluang usaha di sektor Agribisnis dan Kelautan.
f. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha di sektor pertanian,
perikanan dan peternakan
g. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan usaha budidaya kelautan
dan harta karun.
h. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
i. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk pembinaan dan pengembangan usaha
kepada UKM, Koperasi dan Pengembangan Start-Up khususnya di lingkungan HIPMI.
f. Melakukan upaya perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota
g. Melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi kelembagaan yang bergerak dalam
mendorong gerakan kewirausahaan nasional
h. Berperan serta secara aktiv dalam penciptaan wirausaha di Indonesia
i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
j. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama dengan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan
lingkup tugas/ koordinasinya
e. Merencanakan pengembangan kerjasama antara lembaga-lembaga baik yang ada di
dalam maupun luar negeri.
f. Melaksanakan hubungan Pemerintah dan kelembagaan lainnya.
g. Melakukan dan melaksanakan Hubungan Luar Negeri, termasuk di dalamnya pelaksanaan
aktivitas Junior Chamber International.
h. Merencanakan dan melaksanakan upaya untuk pengembangan Kerjasama kelembagaan
dan Etika bisnis.
i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan Kegiatan / Program kerja di bidangnya terutama
yang menyangkut tugas dan kegiatan Kompartemen – kompartemen dan Departemen
– departemen yang dibawahi serta melaporkan hak tersebut kepada Rapat Pengurus
Lengkap Pusat.
j. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama Ketua Umum menandatangani surat surat penting organisasi ke luar dan ke
dalam.
e. Melaksanakan koordinasi atas pelaksanaan program yang dilakukan oleh para Ketua
atas petunjuk Ketua Umum.
f. Melakukan pengawasan atas kinerja para Ketua dengan jajaran di bawahnya dalam
pelaksanaan Kegiatan / Program Kerja.
g. Mengkoordinir kegiatan kelembagaan dalam BPP HIPMI.
h. Membina jalinan kerja dan koordinasi antara Sekretariat dengan fungsionaris BPP HIPMI.
i. Menyiapkan dukungan naskah / bahan – bahan dan sambutan yang diperlukan oleh
Ketua Umum dalam setiap aktivitas baik untuk keperluan eksternal maupun internal.
j. Mengkoordinir pelayanan informasi organisasi melalui penerbitan internal, kegiatan
kehumasan organisasi, serta operasionalisasi HIPMI-net.
k. Mengupayakan pengelolaan Sekretariat BPP HIPMI se-profesional mungkin
l. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Sekretaris Jenderal atas dasar penunjukkan tertulis apabila Sekretaris
Jenderal berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Sekretaris Jenderal dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin Rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Membantu kelancaran tugas-tugas Ketua Bidang dalam pelaksanaan Kegiatan / Program
Kerja , atas dasar penunjukkan tertulis dan membuat statistik kehadiran BPL/ BPH
dalam setiap rapat-rapat BPP.
e. Mengadakan pengawasan dan bimbingan kepada Staf Sekretariat guna peningkatan
pelayanan kepada Fungsionaris Badan Pengurus Pusat. (Manajemen Kesekretariatan)
f. Melaksanakan pembinaan terhadap Badan Pengurus Daerah yang ditentukan.
g. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Sekretaris Jenderal.
a. Melaksanakan tugas Ketua Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Ketua Umum
berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Ketua Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bersama Ketua Umum menandatangani surat – surat penting dan surat – surat berharga
yang berkaitan dengan kebendaharaan organisasi.
e. Melaksanakan pengawasan terhadap aktivitas jalannya administrasi keuangan organisasi,
serta pengawasan pengadaan dana dan sarana kesekretariatan.
f. Mengkoordinir usaha – usaha untuk mendapatkan dana organisasi sepanjang tidak
bertentangan dengan AD / ART HIPMI
g. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan Organisasi untuk disyahkan
oleh Badan Pengurus, serta menginventarisir dan membuat laporan keuangan organisasi
untuk dilaporkan kepada Rapat Pengurus setiap kali diadakan.
h. Membuat laporan keuangan yang telah di audit oleh independent auditor setiap 3 bulan
sekali.
i. Bersama Ketua Umum dan / atau Sekretaris Jenderal, menandatangani Cek dan Giro
Bilyet atas nama BPP HIPMI.
j. Bertanggungjawab langsung kepada Ketua Umum.
a. Melaksanakan tugas Bendahara Umum atas dasar penunjukkan tertulis apabila Bendahara
Umum berhalangan.
b. Mendampingi secara aktif Bendahara Umum dalam menjalankan fungsi dan peranannya.
c. Memimpin rapat sebagaimana diatur dalam Pedoman Tata Laksana Kerja ini.
d. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Bendahara Umum .
Membantu kelancaran tugas-tugas Ketua Bidang dalam pelaksanaan Kegiatan / Program
Kerja, setelah mendapat persetujuan dari Bendahara Umum.
a. Menyusun Rencana Program Kerja di bidangnya masing – masing untuk disyahkan oleh
Badan Pengurus Lengkap Pusat.
b. Melaksanakan program kerja di bidangnya masing – masing dan melakukan koordinasi
serta kerjasama dengan Ketua Departemen lainnya.
c. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi / lembaga terkait serta pihak – pihak
lain di luar HIPMI yang dapat mendukung suksesnya Program Kerja setelah mendapatkan
persetujuan Ketua Umum.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan serta mengevaluasi pelaksanaan program
kerja di bidangnya masing – masing kepada Badan Pengurus Lengkap Pusat.
e. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Ketua Kompartemennya masing – masing.
BABV
JENIS RAPAT– RAPAT DAN WEWENANGNYA.
Setiap keputusan Badan Pengurus Pusat dilakukan secara organisatoris yaitu musyawarah untuk
mufakat, karena itu setiap fungsionaris wajib menjunjung tinggi dan melaksanakannya dengan niat
luhur dan penuh tanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan prinsip
tersebut, maka pengambilan keputusan dilaksanakan dalam rapat – rapat Badan Pengurus Pusat
(BPP) HIPMI yang terdiri dari :
b. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dilaksanakan oleh dan atas tanggung jawab Badan
Pengurus Pusat pada 3 (tiga) bulan setelah pelantikan dan orientasi pengurus
4. a. Untuk hal-hal yang dianggap strategis dan mendesak, Ketua Umum BPP HIPMI dapat
mengadakan Rapat Konsultatif BPH Terbatas yang dihadiri oleh:
1. Ketua Umum
2. Para Ketua Bidang
3. Sekretaris Jenderal
4. Para Wakil Sekretaris Jenderal
5. Bendahara Umum
6. Para Wakil Bendahara Umum
7. Para Ketua Koordinator Wilayah
8. Para Ketua Badan Otonom
b. Rapat Badan Pengurus Harian Terbatas (RBPHT)
bersifat konsultatif dan berwenang membahas koordinasi dan Evaluasi Kegiatan BPP HIPMI
yang sangat mendesak untuk dilaksanakan.
B A B VI
PROSEDUR KERJA
1. Semua permasalahan atau kebijakan (Policy) yang perlu dipecahkan oleh Badan Pengurus
Harian (BPH) Pusat HIPMI dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Ketua umum, sedangkan
permasalahan-permasalahan teknis pelaksanaannya dikomunikasikan dengan Sekretaris
Jenderal.
2. Setiap rapat diusahakan membahas inventarisasi program kerja/ permasalahan yang
dilengkapi dengan bahan-bahan/ konsep yang telah disiapkan oleh masing-masing Ketua
yang membidangi atau Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal yang ditugaskan.
3. Dalam hal BPP HIPMI melaksanakan kegiatan atau sejenisnya, maka Badan Pengurus Harian
(BPH) melalui Ketua Umum menunjuk Penanggung Jawab/Ketua Panitia yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan kegiatan dimaksud.
4. Paling lambat 14 (Empat belas) hari setelah kegiatan atau sejenisnya selesai Ketua Panitia/
Penanggung Jawab Kegiatan harus sudah memberikan laporan secara tertulis kepada BPH.
5. Laporan tertulis dilengkapi dengan pertanggung jawaban keuangan kegiatan ditujukan
kepada Ketua Umum melalui Sekretaris Jenderal.
6. Pertanggung jawaban keuangan kegiatan tersebut, oleh Sekretaris Jenderal diteruskan kepada
Bendahara Umum setelah melalui kearsipan Sekretaris Jenderal.
B A B VII
PROSEDUR SURAT MENYURAT
1. Surat – surat yang bersifat dinas, baik surat masuk maupun keluar untuk masing – masing
fungsionaris BPP HIPMI maupun untuk BPP HIPMI secara kolektif, harus dicatat oleh Staf
Sekretariat, setelah berkoordinasi dengan Sekretaris Jenderal.
2. Surat masuk yang telah diterima dan dicatat, diberi lembar disposisi dan dilaporkan kepada
Sekretaris Jenderal, kemudian didisposisikan dan diteruskan kepada Ketua Umum atau
Fungsionaris lainnya untuk mendapatkan disposisi lebih lanjut atau dilaksanakan
3. Surat – surat keluar pada prinsipnya ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal, terutama yang bersifat keluar dan pernyataan sikap untuk dan atas nama
organisasi, setelah mendapat paraf dari Ketua dan Wakil Sekretaris Jenderal yang terkait
dengan perihal surat / permasalahan yang ditanggapi
4. Surat keluar yang menyangkut pelaksanaan kegiatan / program kerja, dapat ditandatangani
oleh salah seorang Ketua bersama Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal, yang
bersangkutan dengan Kegiatan / Program Kerja tersebut, yang tembusan surat ditujukan
kepada Ketua Umum.
5. Surat yang bersifat teknis administratif dan rutin semata, dapat ditandatangani Sekretaris
Jenderal dengan tembusan kepada Ketua Umum BPP HIPMI
B A B VIII
KEUANGAN
e. Bendahara Umum dapat mencairkan anggaran setelah disetujui oleh Ketua Umum dan / atau
Sekretaris Jenderal setelah mendapat persetujuan Ketua Umum antara lain:
5.1. Anggaran Rutin Sekretariat
5.2. Anggaran Operasional
5.3. Anggaran Insidental
5.4. Untuk anggaran bantuan/ sumbangan kepada pihak lain
f. Setiap 3 ( tiga ) bulan sekali, Bendahara Umum membuat laporan Keuangan untuk disampaikan
kepada BPP HIPMI.
g. Bersama Ketua Umum dan / atau Sekretaris Jenderal dan atau Bendahara Umum
menandatangani Cek ataupun Bilyet Giro BPP HIPMI.
h. Hal – hal yang lebih terperinci tentang keuangan akan ditetapkan tersendiri oleh Bendahara
Umum.
B A B IX
PENGGANTIAN FUNGSIONARIS BPP HIPMI
1) Fungsionaris BPP HIPMI dapat diberhentikan dan diganti dengan alasan sebagai berikut:
a. Karena satu dan lain hal tidak dapat meneruskan jabatannya
b. Tidak dapat menghadiri serta aktif dalam kegiatan organisasi baik internal maupun
eksternal
c. Mencemarkan nama baik organisasi
d. Tidak menghadiri 3 (Tiga) kali berturut-turut BPH dan BPL tanpa adanya pemberitahuan
atau alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
2) Pelaksanaan pemberhentian dan penggantian / pengangkatan fungsionaris BPP HIPMI diatur
dalam Peraturan Organisasi tentang penggantian antar waktu dan pengisian jabatan lowong.
BABX
SEKRETARIAT JENDERAL
Pasal 9
PENUTUP
Hal – hal lain yang belum diatur dalam Pedoman Tata laksana Kerja ini akan diatur kemudian dalam
keputusan Rapat Badan Pengurus Harian.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
TATA LAKSANA
PEDOMAN PENYUSUNAN
PERATURAN ORGANISASI
65
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
TATA LAKSANA
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang : a. Bahwa organisasi dapat berjalan sesuai fungsinya secara efektif, ditentukan
oleh penerapan peraturan – peraturan organisasi yang mengedepankan
ketentuan – ketentuan yang tercantum di dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga
Menetapkan
: 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PERENCANAAN PERATURAN ORGANISASI
Pasal 2
BAB III
PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI
Pasal 3
1. Rancangan Peraturan Organisasi dirancang dan disusun oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) Buku
Pedoman Organisasi Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan berdasarkan ketentuan
Pasal ayat 2
2. Rancangan Peraturan Organisasi disampaikan oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) Buku Pedoman
Organisasi Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan di dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap Pusat
3. Pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama
60 (enam puluh) hari terhitung sejak Rancangan Peraturan Organisasi disampaikan dalam
Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat.
BAB IV
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN ORGANISASI
Pasal 4
BAB V
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
Pembahasan Rancangan Peraturan Organisasi
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
(1) Rancangan Peraturan Organisasi dapat ditarik kembali sebelum dibahas dalam Rapat Badan
Pengurus Lengkap Pusat
(2) Rancangan Peraturan Organisasi yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan dari Badan Pengurus Lengkap Pusat
Bagian Kedua
Penetapan Rancangan Peraturan Organisasi
Pasal 8
Rancangan Peraturan Organisasi yang telah disetujui ditetapkan oleh Badan Pengurus Pusat dengan
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak Rancangan
Peraturan Organisasi disetujui bersama dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap Pusat.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Pasal 10
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGELOLAAN ORGANISASI
71
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 01/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap (BPL) BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian (BPH) BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Generasi Muda sebagai pewaris cita – cita kemerdekaan bangsa, mempunyai tanggung jawab
yang sangat besar terhadap masa depan dan kelangsungan perjuangan untuk mengangkat harkat
dan martabat bangsa dan negara sejajar dengan bangsa – bangsa lain di dunia.
Sadar akan tanggung jawab tersebut dan berbekal keyakinan bahwa kewirausahaan adalah
salah satu upaya mencapai cita – cita luhur untuk kemakmuran Nusa dan Bangsa Indonesia. Maka,
para pengusaha muda yang tergabung dalam wadah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
pada MUNAS ke– XV di Bandung-Bogor Jawa Barat, 18 – 20 Januari 2015, telah merefleksikan
semangatnya untuk meng-Optimalisasikan fungsi dan peran HIPMI sebagai organisasi kader dalam
rangka menumbuhkan Pengusaha-pengusaha baru.
Untuk itu disusunlah Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Organisasi yag merupakan penjabaran
Hasil MUNAS XV HIPMI di Bandung tanggal 18 – 20 Januari 2015 dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ORGANISASI
BAB III KEPENGURUSAN
BAB IV PELANTIKAN DAN ORIENTASI PENGURUS
BAB V MASA JABATAN
BAB VI TUGAS DAN WEWENANG KEPENGURUSAN
BAB VII RAPAT DAN KEPUTUSAN
BAB VIII KEANGGOTAAN
BAB IX HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
BAB X KEUANGAN
BAB XI KETENTUAN PENUTUP
B A B II
ORGANISASI
Pasal 2
HIPMI adalah wadah non pemerintah yang independen bagi pengusaha muda Indonesia dan
nasional untuk memperjuangkan aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda Indonesia dalam rangka
Mendorong dan Melayani pembangunan Ekonomi dan bisnis Indonesia di masa depan.
Pasal 3
1. Tugas Pokok HIPMI adalah membina, memajukan, dan mengembangkan generasi muda
pengusaha menjadi pengusaha yang profesional, kuat, tangguh dan global dalam sektor
usaha yang ditekuni
2. Peran HIPMI adalah ikut serta dalam mensukseskan proses pembangunan nasional maupun
daerah menuju terciptanya masyarakat yang makmur dan berkeadilan
3. Fungsi HIPMI adalah organisasi kader pengusaha nasional serta wadah untuk memperjuangkan
aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda Indonesia
4. Upaya HIPMI adalah menyediakan informasi bisnis bagi anggotanya untuk mencari peluang
dan pengembangan usaha, memiliki program-program pembinaan kewirausahaan, alih
teknologi untuk pengembangan usaha dan memberi sumbang saran kepada Pmerintah dalam
pemecahan masalah ekonomi netral.
Pasal 4
Pasal 5
B A B III
KEPENGURUSAN
Pasal 6
1. Dewan Kehormatan
a. Dewan Kehormatan merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi di tingkat Nasional
/ Daerah / Cabang dan terutama terdiri dari Pendiri, mantan Ketua Umum / Ketua dan
mantan Anggota Badan Pengurus HIPMI lainnya yang jelas jasanya dalam memajukan dan
mengembangkan HIPMI.
b. Dewan Kehormatan diangkat melalui Musyawarah Nasional / Daerah / Cabang untuk
masa jabatan 3 ( tiga ) tahun mulai saat diputuskan dalam Musyawarah dan berakhir pada
Musyawarah berikutnya.
2. Dewan Pembina
a. Dewan Pembina merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi di tingkat Nasional / Daerah
/ Cabang dan sebanyak – banyaknya 15 ( lima belas ) orang yang terdiri dari seorang
mantan Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina dan 14 (empat belas) orang mantan
Fungsionaris Badan Pengurus yang baru menyelesaikan masa baktinya.
b. Dewan Pembina diangkat melalui Musyawarah Nasional / Daerah / Cabang untuk masa
bakti 3 ( tiga ) tahun mulai diputuskan dalam Musyawarah dan berakhir pada Musyawarah
berikutnya.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Badan Pengurus Cabang, sedapat mungkin jumlahnya
dan perbandingannya sesuai / sama dengan Badan Pengurus Pusat, namun tetap memperhatikan
kebutuhan Daerah / Cabang yang bersangkutan
BAB IV
PELANTIKAN DAN ORIENTASI PENGURUS
Pasal 10
Hal-hal yang berkaitan dengan pelantikan Badan Pengurus Daerah atau Badan Pengurus Cabang
akan diatur tersendiri dalam bentuk Petunjuk Teknis
Pasal 11
1. Setelah Badan Pengurus Daerah atau Badan Pengurus Cabang terpilih bila dianggap perlu
dapat dilaksanakan Orientasi Penyamaan Visi dan Persepsi fungsionaris/ pengurus baru HIPMI
ditingkat BPD/ BPC oleh fungsionaris BPP HIPMI.
2. Hal-hal yang menyangkut pelaksanaan orientasi penyamaan visi dan persepsi fungsionaris/
pengurus baru HIPMI ditingkat BPD atau BPC akan diatur tersendiri dalam petunjuk teknis
BAB V
MASA JABATAN
Pasal 12
1. Masa Jabatan Kepengurusan HIPMI di semua tingkatan adalah 3 ( tiga ) tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali.
2. Khusus untuk jabatan Ketua Umum HIPMI di semua tingkatan hanya dapat dipilih untuk 1 (satu)
kali masa jabatan.
3. Anggota Badan Pengurus HIPMI tidak boleh merangkap jabatan pada Badan Pengurus HIPMI
di tingkat organisasi yang lebih rendah dan atau pada Dewan Kehormatan dan Dewan Pembina
pada tingkat yang bersangkutan.
4. Masa jabatan kepengurusan baru hasil Munaslub/Musdalub/Muscablub HIPMI, adalah sisa
masa jabatan kepengurusan yang digantikannya.
BAB VI
TUGAS DAN WEWENANG KEPENGURUSAN
Pasal 13
1. Dewan Kehormatan:
Memberi nasihat / saran dan gagasan kepada Badan Pengurus Pusat di bidang ekonomi, politik,
sosial dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi nasional, baik
diminta maupun tidak, khususnya dalam rangka pengembangan organisasi HIPMI.
2. Dewan Pembina:
Memberikan pengarahan, saran, gagasan serta nasihat baik diminta maupun tidak diminta,
kepada Badan Pengurus Pusat, setiap saat apabila diperlukan.
Pasal 14
Pasal 15
f. Memperkuat keuangan organisasi Tingkat Cabang, dengan melakukan upaya –upaya yang
sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta
peraturan - peraturan yang berlaku.
g. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Harian Cabang, sekurang – kurangnya 1 ( satu) kali
setiap bulan.
h. Mengadakan Rapat Badan Pengurus Lengkap Cabang, sekurang – kurangnya 1 (satu ) kali
setiap 2 (dua) bulan.
i. Menyelenggarakan Rakercab pada ½ ( setengah ) masa bakti.
j. Melaksanakan Musyawarah Cabang pada akhir masa baktinya.
Pasal 16
Pembagian tugas di antara Badan Pengurus dituangkan dalam Tata Laksana Kerja masing –
masing tingkatan organisasi yang pengesahannya dilaksanakan melalui rapat BPH.
B A B VII
RAPAT DAN KEPUTUSAN
Pasal 17
Pasal 18
1. Pengambilan keputusan rapat pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak
BAB VIII
KEANGGOTAAN
Pasal 19
Anggota HIPMI adalah Pengusaha Muda Warga Negara Indonesia, yang merupakan bagian
dari masyarakat pengusaha Indonesia dan Dunia Usaha Nasional, yang berkedudukan sebagai
pemilik, pimpinan, pengurus dan / atau penanggungjawab perusahaan sebagaimana diatur
dalam Undang – Undang No.1 Tahun 1487 tentang Kamar Dagang dan Industri.
Pasal 20
1. Anggota Biasa : yaitu yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun sampai 40 (empat puluh
tahun) dengan ketentuan tidak sampai 41 tahun (empat puluh satu) tahun.
2. Anggota Luar Biasa : yaitu anggota biasa yang telah berusia genap 41 (empat puluh satu)
tahun ke atas.
3. Anggota HIPMI Perguruan Tinggi : yaitu Anggota yang telah terdaftar dan mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan HIPMI, sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 21
1. Setiap calon anggota HIPMI harus mengajukan permohonan dengan formulir yang disediakan
di Daerah / Cabang di tempat domisili pemohon dan pernyataan tertulis dari pemohon, bahwa
pemohon tidak berada dalam keadaan terpidana atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
2. Setiap calon anggota HIPMI, harus diusulkan dan didukung secara tertulis oleh sekurang –
kurangnya 2 (dua) orang Anggota Badan Pengurus setempat di tempat domisili / tempat
tinggal calon Anggota.
3. Direktur Eksekutif/Sekretaris Eksekutif memberitahukan secara tertulis permohonan anggota
kepada para Anggota Badan Pengurus setempat, selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja
sebelum Rapat Badan Pengurus yang diselenggarakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
permohonan diterima, untuk diputuskan permohonan tersebut disetujui atau ditolak.
4. Hak Penentuan penerimaan anggota berada dalam tangan Badan Pengurus Daerah / Cabang
dan setiap penerimaan anggota harus disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) Anggota Badan
Pengurus Daerah / Cabang yang hadir dalam rapat.
5. Penolakan dan alasannya atas sesuatu permohonan keanggotaan harus diberitahukan kepada
pemohon maupun para pengusul dan pendukungnya dalam waktu 5
(lima) hari setelah diputuskan Badan Pengurus Daerah / Cabang, dan sekurang – kurangnya 2 (
dua ) bulan setelah tanggal pemberitahuan para pengusul serta pendukung dapat mengajukan
permohonan kembali.
6. Penolakan permohonan keanggotaan lebih dari 2 (dua) kali mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat mengajukan permohonan keanggotaan dalam waktu 1
(satu) tahun sesudah penolakan terakhir.
7. Calon anggota yang diterima sebagai anggota HIPMI diberikan Kartu Anggota sebagai tanda
keanggotaan yang dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat.
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
1. Sanksi kepada anggota dapat diberikan oleh Badan Pengurus di semua tingkatan
2. Sanksi Organisasi dikenakan kepada Anggota, jika melakukan tindakan yang merugikan/
merusak nama baik organisasi, dan sanksi organisasi berdasarkan besar – kecilnya kesalahan
yang dilakukan. Pemberian sanksi keanggotaan melalui tahapan :
a. Peringatan tertulis sampai 3 ( tiga ) kali, dan pada peringatan kedua, yang bersangkutan
tidak merubah sikap, maka Badan Pengurus yang bersangkutan dapat memberhentikan
sementara keanggotaannya.
b. Jika setelah peringatan ketiga kali, dan yang bersangkutan tetap tidak memperhatikan/
merubah sikap, maka Badan Pengurus yang bersangkutan dapat memberhentikan yang
bersangkutan sebagai anggota.
3. Sanksi Penghentian Keanggotaan dan atau kehilangan hak keanggotaan dapat diberikan
apabila :
a. Jika Anggota tersebut melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga.
b. Jika Anggota dikenakan hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang pasti, atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
c. Karena meninggal dunia
d. Mengundurkan diri secara tertulis,
e. Karena berhenti menjadi pemilik, pimpinan, pengurus dan atau penanggungjawab dari
perusahaan.
f. Karena diberhentikan oleh Badan Pengurus.
4. Anggota yang terkena sanksi penghentian sementara, dapat mengajukan pembelaan diri
atau naik banding pada Badan Pengurus Pusat bagi anggota di Daerah, dan kepada Badan
Pengurus Daerah, bagi Anggota Cabang.
5. Tata cara pemberian sanksi kepada anggota/ pengurus diatur dalam Peraturan Organisasi
(PO) tersendiri.
BAB X
KEUANGAN
Pasal 25
1. Keuangan yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan organisasi diperoleh dari berbagai
sumber keuangan sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga antara lain :
a. Uang Pangkal dan Uang Iuran keanggotaan, yang nominalnya ditetapkan oleh Badan
Pengurus.
b. Sumbangan Anggota
c. Bantuan pihak – pihak lain yang tidak mengikat
d. Usaha – usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, serta ketentuan – ketentuan lainnya.
2. Untuk memperkuat keuangan organisasi, pada setiap tingkatan Badan Pengurus dapat
melakukan usaha – usaha sendiri yang sah, tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 26
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pasal 28
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan ditetapkan oleh Badan
Pengurus Pusat HIPMI
Pasal 29
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
85
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 02/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN
PENETAPAN JABATAN LOWONG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka menjamin kelancaran mekanisme Kerja Organisasi
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, dipandang perlu untuk senantiasa
memelihara keutuhan organisasi serta berfungsinya masing-masing pengurus
pada semua tingkatan organisasi
b. Bahwa untuk itu perlu dihindari ketidaklancaran mekanisme kerja organisasi
yang disebabkan oleh jabatan lowong atau ketidakaktifan pengurus dalam
kepengurusan Pengusaha Muda Indonesia disemua tingkatan
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk ditetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Penggantian antar Waktu dan Penetapan
Jabatan Lowong Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap (BPL) BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Harian BPP
HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Suatu jabatan dinyatakan lowong apabila salah satu atau beberapa Pengurus Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia yang oleh karena sebab-sebab tertentu dinyatakan tidak aktif /
berhalangan tetap.
2. Yang dimaksud dengan sebab-sebab Pengurus dinyatakan tidak aktif / berhalangan tetap
adalah :
a. Meninggal dunia, atau
b. Pengurus yang bersangkutan mengundurkan diri dari kepengurusan Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia dengan menyatakan secara lisan dan atau tertulis, atau
c. Tidak menghadiri Rapat Pleno Badan Pengurus HIPMI pada tingkatannya sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, atau
d. Pengurus yang oleh karena satu dan lain hal dipandang mencemarkan nama baik
organisasi sehingga diberhentikan dari jabatan kepengurusan.
e. Melakukan tindakan pidana kriminal dan sudah mendapat ketetapan tetap sesuai hukum
yang berlaku di Indonesia.
f. Mutasi dari BPC ke BPD atau dari BPD ke BPP yang menyebabkan jabatan rangkap
sebagaimana yang tertuang dalam ART HIPMI Pasal 6 Ayat 8
3. Yang dimaksud Penggantian Antar Waktu adalah penggantian seorang atau beberapa orang
Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia dalam suatu periode kepengurusan yang
sedang berjalan.
4. Yang dimaksud dengan penetapan jabatan lowong yaitu penetapan seseorang atau beberapa
orang dalam jabatan tertentu pada kepengurusan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang
dinyatakan lowong.
5. Yang dimaksud Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia pada semua tingkatan adalah
Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Badan Pengurus Daerah
(BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia.
BAB II
PROSEDUR DAN MEKANISME PENGGANTIAN
ANTAR WAKTU DAN PENETAPAN JABATAN LOWONG
Pasal 2
1. Jabatan lowong, pengisian jabatan lowong dan penggantian antar waktu perlu ditetapkan
melalui keputusan organisasi menurut tingkatannya
2. Khusus jabatan lowong yang disebabkan oleh sanksi pemberhentian dari jabatan kepengurusan
harus dibicarakan dan diputuskan melalui Rapat Pleno Badan Pengurus HIPMI
sesuai tingkatan.
3. Jabatan dinyatakan lowong apabila fungsionaris Badan Pengurus HIPMI di semua tingkatan
tidak aktif / berhalangan aktif, sebagaimana dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan Organisasi
Penggantian Antar Waktu dan Penetapan Jabatan Lowong HIPMI diatas.
Pasal 3
Prosedur Penetapan Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu ditetapkan melalui :
1. Tingkat Pusat melalui Keputusan Badan Pengurus Pusat
2. Tingkat Provinsi melalui Keputusan Badan Pengurus Daerah
3. Tingkat Kabupaten / Kota melalui Keputusan Badan Pengurus Cabang
Pasal 4
1. Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengurus Pusat Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia ditetapkan oleh Badan Pengurus Pusat sesuai dengan mekanisme
kerja yang berlaku dengan mempertimbangkan saran Dewan Pembina BPP HIPMI
2. Hasil keputusan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus diinformasikan
dan ditembuskan kepada seluruh Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia se-Indonesia.
Pasal 5
1. Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengurus Daerah ditetapkan
oleh Badan Pengurus Daerah sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku dengan
mempertimbangkan saran Dewan Pembina BPD HIPMI yang bersangkutan
2. Hasil keputusan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus dilaporkan
kepada Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia untuk selanjutnya
mendapatkan pengesahan
3. Hasil pengesahan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus diinformasikan
dan ditembuskan kepada seluruh Badan Pengurus Cabang ditingkatannya.
Pasal 6
1. Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengurus Cabang Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia ditetapkan oleh Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku dengan mempertimbangkan
saran Dewan Pembina BPC HIPMI yang bersangkutan
2. Hasil keputusan Pengisian Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus dilaporkan
kepada Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia untuk selanjutnya
mendapatkan pengesahan.
3. Hasil pengesahan Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus ditembuskan kepada
Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
4. Hasil pengesahan Jabatan Lowong dan Penggantian Antar Waktu harus diinformasikan
kepada seluruh anggota biasa serta anggota luar biasa di BPC yang bersangkutan.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.
Pasal 8
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
PETUNJUK PELAKSANAAN
MUSYAWARAH DAERAH/
CABANG
91
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 03/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH/ CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa kesinambungan dan pengembangan peran organisasi secara efektif
dan efisien, sangat ditentukan oleh penataan segenap perangkat organisasi
di setiap tingkatan
b. Bahwa Musyawarah Daerah/Cabang merupakan perangkat institusi
tertinggi organisasi yang menentukan kadar perkembangan organisasi
pada setiap tingkatan, oleh karena itu pelaksanaan Musyawarah Daerah/
Cabang perlu penyesuaian dengan hasil Munas XV HIPMI tahun 2015.
c. Bahwa penataan Musyawarah Daerah/Cabang sebagai bagian dari
penataan organisasi harus dilakukan di semua tingkatan organisasi dengan
memperhatikan kepentingan perwujudan maksud dan tujuan HIPMI.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu disusun Peraturan Organisasi HIPMI tentang
pelaksanaan Musyawarah Daerah/Cabang, sebagaimana keputusan
organisasi yang memberi arah dan pedoman penyelenggaraan Musyawarah
daerah/Cabang di seluruh Indonesia.
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Ketentuan Umum
Pasal 2
Wewenang Dan Hak
Pasal 3
Peserta MUSDA
1. Utusan Musyawarah Daerah adalah Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dengan jumlah
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
a. Badan Pengurus Cabang wajib melaksanakan kegiatan-kegiatan DIKLATCAB dan
RAKERCAB selama berjalannya satu kepengurusan (bernilai 1 peserta utusan penuh)
b. Badan Pengurus Cabang wajib melakukan Rekrutmen Anggota BPC (bernilai 1 peserta
utusan penuh)
c. Badan Pengurus Cabang wajib berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan BPD HIPMI
(bernilai 1 peserta utusan penuh)
d. Ketentuan kriteria hak suara berdasarkan jumlah penduduk di wilayah Badan Pengurus
Cabang sebagai berikut :
1) BPC dengan jumlah penduduk 0-50 ribu jiwa dengan memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 50 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh dan
apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu) peserta utusan
penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
2) BPC dengan jumlah penduduk 50-100 ribu jiwa dengan memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 100 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh dan
apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu) peserta utusan
penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
3) BPC dengan jumlah penduduk >100 ribu jiwa dengan memiliki jumlah keanggotaan
lebih dari 150 Anggota aktif akan mendapatkan 2 (dua) peserta utusan penuh dan
apabila kurang dari jumlah tersebut, maka hanya mendapatkan 1 (satu) peserta utusan
penuh, masing-masing dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang berlaku.
e. Jumlah utusan peserta MUSDA dari Badan Pengurus Cabang ditetapkan melalui mekanisme
rapat Badan Pengurus lengkap BPD HIPMI dengan memperhatikan kriteria diatas.
f. Badan Pengurus Cabang melalui mekanisme Rapat Badan Pengurus Lengkap menentukan
nama peserta utusan dan peninjau sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan pada ayat
5.
2. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Daerah, serta Fungsionaris Badan Pengurus Cabang dan anggota HIPMI
Cabang yang mendapat Mandat dari Badan Pengurus Cabang yang bersangkutan.
3. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Daerah.
4. Jika ternyata jumlah Badan Pengurus Cabang kurang dari ½ (setengah) jumlah Kota/
Kabupaten yang ada di daerah bersangkutan, maka berlaku ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Sebagai Utusan adalah Anggota Biasa yang telah terdaftar sebagai anggota minimal 6
(enam) bulan di Daerah bersangkutan dan telah menyelesaikan kewajibannya sebagaimana
diatur dalam pasal 8 ayat 2 ART
b. Sebagai Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga
Kelengkapan Organisasi Tingkat Daerah serta para Anggota Luar Biasa di Cabang
tersebut
c. Sebagai Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau, yang diundang
oleh Badan Pengurus Daerah yang bersangkutan.
Pasal 4
Peserta MUSCAB
1. Utusan Musyawarah Cabang adalah Para Anggota Biasa Badan Pengurus Cabang yang
bersangkutan dan telah terdaftar sebagai anggota minimal 6 (enam) bulan dan telah
menyelesaikan kewajibannya sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (2) ART.
2. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Pengurus Daerah dan Anggota Lembaga Kelengkapan
Organisasi tingkat Cabang, serta Anggota Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan.
3. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh Badan
Pengurus Cabang.
Pasal 5
Hak Dan Kewajiban Peserta Musda/Muscab
1. Hak Peserta
a. Utusan memiliki hak suara, hak bicara, hak memilih dan dipilih.
b. Peninjau memiliki hak bicara dan dipilih.
c. Undangan memiliki hak bicara.
2. Kewajiban Peserta
a. Utusan, Peninjau dan Undangan wajib mematuhi Tata Tertib MUSDA/MUSCAB HIPMI.
b. Utusan, Peninjau dan Undangan wajib menjaga kelancaran acara dan jalannya persidangan
MUSDA/MUSCAB.
c. Utusan wajib mengikuti seluruh persidangan dan menjadi anggota Komisi MUSDA/
MUSCAB.
Pasal 6
Alat Kelengkapan MUSDA/MUSCAB
1. Pimpinan Sidang
2. Panitia Pengarah (SC)
3. Panitia Pelaksana (OC)
4. Sidang Pleno
5. Sidang Komisi :
a. Komisi Organisasi
b. Komisi Program
c. Komisi Pokok-Pokok Pikiran
6. Formatur dan Mide Formatur
Pasal 7
Pimpinan Sidang MUSDA/MUSCAB
1. Pimpinan Sidang MUSDA/MUSCAB HIPMI terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang
sekretaris dan 3 (tiga) orang anggota.
2. Pimpinan MUSDA/MUSCAB HIPMI dipilih dari dan oleh Peserta MUSDA/MUSCAB HIPMI.
3. Sebelum Pimpinan terpilih, Sidang Pleno MUSDA/MUSCAB HIPMI dipimpin oleh Panitia
Pengarah atau yang ditunjuk, untuk melaksanakan :
a. Pengesahan Jadual Acara MUSDA/MUSCAB HIPMI
b. Pengesahan Tata Tertib MUSDA/MUSCAB HIPMI
c. Pemilihan dan penetapan pimpinan MUSDA/MUSCAB HIPMI
4. Pimpinan MUSDA/MUSCAB HIPMI bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban
persidangan MUSDA/MUSCAB HIPMI yang berlangsung dalam suasana kebersamaan dan
kekeluargaan.
Pasal 8
Persidangan MUSDA/MUSCAB
Pasal 9
Tertib Persidangan
Pasal 10
Korum
Pasal 11
Tata Cara Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan yang diambil harus selalu diusahakan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mencapai mufakat tidak dapat
dilaksanakan, maka keputusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Apabila dalam pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak diperoleh hasil yang
sama banyak, maka pemungutan suara diulang.
4. Apabila dalam pemungutan suara yang diulang masih diperoleh jumlah suara yang sama,
maka kebijaksanaan diserahkan kepada pimpinan sidang dengan memperhatikan pasal 11
ayat 1 petunjuk pelaksanaan ini.
5. Setiap peserta utusan MUSDA/MUSCAB mempunyai hak suara yang dapat dipergunakan
dalam pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dengan mengingat pasal 3 ayat
1 dan pasal 4 ayat 1 petunjuk pelaksanaan ini.
Pasal 12
Laporan Pertanggungjawaban
Pasal 13
Persyaratan Anggota Badan Pengurus Daerah
Pasal 14
Persyaratan Anggota Badan Pengurus Cabang
Pasal15
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum BPD
1. Pemilihan Ketua Umum BPD HIPMI dilaksanakan dengan asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas,
dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil) yang berlangsung dalam 3 (tiga) tahap :
a. Tahap Pendaftaran
b. Tahap Kampanye
c. Tahap Pemilihan
2. Tahap Pendaftaran :
a. Bakal calon Ketua Umum mencalonkan diri secara tertulis dengan mendaftarkan diri pada
Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Badan Pengurus Daerah selambat – lambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Daerah dengan disertai 2
(dua) rekomendasi dari BPC, yang telah ditetapkan oleh masing-masing tingkatan BPD
dan ditembuskan kepada BPC-BPC HIPMI
b. Calon Ketua Umum mempresentasikan pokok-pokok pikirannya kepada Komite Pembekalan
Calon Ketua Umum yang terdiri dari 2(dua) orang Mantan Ketua Umum BPD HIPMI masa
bakti sebelumnya dan 1(satu) orang Panitia Pengarah (SC)
3. Tahap Kampanye :
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap Kampanye
yang terdiri dari Kampanye Tertulis, Kampanye Lisan, Debat Antar Calon, dan Presentasi
Pokok-Pokok Pikiran yang dinilai oleh Panitia Pengarah (SC) dan Tim Nominasi dalam
forum yang disediakan oleh Panitia Pemilihan.
b. Tahap Kampanye berlangsung hingga saat penyelenggaran Musyawarah Daerah.
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan calon Ketua Umum diadakan, setiap bakal calon diharuskan
memperkenalkan diri sekaligus menjabarkan Program Umum Daerah HIPMI yang telah
diputuskan oleh Musyawarah Daerah.
b. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah
Daerah.
c. Setiap utusan memilih satu bakal calon Ketua Umum / Ketua Formatur yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Calon Ketua Umum sebagaimana ditetapkan pasal 22 ayat (4) huruf
c Anggaran Rumah Tangga, di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia Pengarah
Musyawarah Daerah.
d. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima
puluh) persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan
sah terpilh sebagai Ketua Umum BPD HIPMI.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 2 (dua) orang yang memperoleh suara terbanyak
dan berhak ikut dalam tahap pemilihan Ketua Umum.
f. Sebelum pemilihan ketua umum diadakan, setiap calon diharuskan kembali menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi ketua umum dan melakukan tanya jawab dengan Peserta.
g. Pada saat pemilihan Ketua Umum, setiap utusan memilih 1(satu) di antara 2(dua) nama
calon Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak di atas kertas suara yang disediakan
oleh Panitia Pengarah Musyawarah Daerah.
h. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di tempat
yang sama.
i. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Daerah
terpilih, dan sekaligus menjadi ketua formatur dan calon yang memiliki suara terbanyak
kedua menjadi mide formatur ditambah dengan Ketua Umum Demisioner.
j. Apabila Ketua Umum terpilih secara aklamasi, maka anggota mide formatur dipilih secara
mufakat atau melalui pemilihan suara. Ditambah ketua umum demisioner.
k. Ketua Umum terpilih yang sekaligus Ketua Formatur didampingi oleh 2 orang formatur
menyusun kepengurusan untuk masa bakti berikutnya.
l. Ketua Umum terpilih mempunyai hak prerogatif memilih Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum.
m. Formatuer/Ketua Umum BPD HIPMI terpilih mengajukan surat permohonan SK Pengurus
dengan melampirkan hasil MUSDA kepada BPP selambatnya- lambatnya 15 (Lima belas)
hari
Pasal 16
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum BPC
1. Pemilihan Ketua Umum BPC HIPMI dilaksanakan dengan asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas,
dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil) yang berlangsung dalam 3 (tiga) tahap :
a. Tahap Pendaftaran
b. Tahap Kampanye
c. Tahap Pemilihan
2. Tahap Pendaftaran :
a. Bakal calon Ketua Umum mencalonkan diri secara tertulis dengan mendaftarkan diri pada
Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Badan Pengurus Cabang selambat – lambatnya 15
(lima belas) hari sebelum tanggal pelaksanaan Musyawarah Cabang dengan disertai 10
(sepuluh) rekomendasi dari Anggota, yang ditetapkan oleh masing-masing tingkatan BPC
b. Calon Ketua Umum mempresentasikan pokok-pokok pikirannya kepada Komite Pembekalan
Calon Ketua Umum yang terdiri dari 2(dua) orang Mantan Ketua Umum BPC HIPMI masa
bakti sebelumnya dan 1(satu) orang Panitia Pengarah (SC)
3. Tahap Kampanye :
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap Kampanye
yang terdiri dari Kampanye Tertulis, Kampanye Lisan, Debat Antar Calon, dan Presentasi
Pokok-Pokok Pikiran yang dinilai oleh Panitia Pengarah (SC) dan Tim Nominasi dalam
forum yang disediakan oleh Panitia Pemilihan.
b. Tahap Kampanye berlangsung hingga saat penyelenggaran Musyawarah Cabang.
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan calon Ketua Umum diadakan, setiap bakal
calon diharuskan memperkenalkan diri sekaligus menjabarkan Program Umum Cabang
HIPMI yang telah diputuskan oleh Musyawarah Cabang.
b. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah Cabang.
c. Setiap utusan memilih satu bakal calon Ketua Umum / Ketua Formatur yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Calon Ketua Umum sebagaimana ditetapkan pasal 22 ayat (4)
huruf d Anggaran Rumah Tangga, di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia
Pengarah Musyawarah Cabang.
d. Apabila salah satu calon Ketua Umum mendapat dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh)
persen dari total jumlah suara maka calon yang bersangkutan langsung dinyatakan sah
terpilh sebagai Ketua Umum BPC HIPMI.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 2 (dua) orang yang memperoleh suara terbanyak
dan berhak ikut dalam tahap pemilihan Ketua Umum.
f. Sebelum pemilihan ketua umum diadakan, setiap calon diharuskan kembali menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi ketua umum dan melakukan tanya jawab dengan Peserta.
g. Pada saat pemilihan Ketua Umum, setiap utusan memilih 1(satu) di antara 2(dua) nama calon
Ketua Umum yang memperoleh suara terbanyak di atas kertas suara yang disediakan
oleh Panitia Pengarah Musyawarah Cabang.
h. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di tempat
yang sama.
i. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Cabang
terpilih, dan sekaligus menjadi ketua formatur dan calon yang memiliki suara terbanyak
kedua menjadi mide formatur ditambah dengan Ketua Umum Demisioner.
j. Apabila Ketua Umum terpilih secara aklamasi, maka anggota mide formatur dipilih secara
mufakat atau melalui pemilihan suara. Ditambah ketua umum demisioner.
k. Ketua Umum terpilih yang sekaligus Ketua Formatur didampingi oleh 2 orang formatur
menyusun kepengurusan untuk masa bakti berikutnya.
l. Ketua Umum terpilih mempunyai hak prerogatif memilih Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum.
m. Formatur/Ketua Umum terpilih harus mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan Hasil Muscab kepada BPD dan memberikan tembusan kepada BPP selambat
lambatnya 15 (lima belas) hari.
Pasal 17
Masa Bakti Badan Pengurus
1. Masabakti Badan pengurus Daerah/Cabang adalah 3 (tiga) tahun, terhitung mulai disahkan
oleh Musyawarah Daerah/ Musyawarah Cabang
2. Seorang Fungsionaris Badan Pengurus yang bukan Ketua Umum, setelah 1 (satu) masa bakti
dapat dipilih kembali
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, seorang Ketua Umum Badan Pengurus Daerah/
Cabang tidak dapat mencalonkan diri dan dipilih kembali
Pasal 18
Peraturan Peralihan
1. Segala keputusan organisasi yang tidak sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan MUSDA/MUSCAB
HIPMI dinyatakan tidak berlaku.
2. Pasal-pasal dalam Petunjuk Pelaksanaan ini yang berkaitan dengan AD dan ART HIPMI akan
disesuaikan dan Keputusan yang bertentangan dengan sendirinya menjadi tidak berlaku
Pasal 19
Ketentuan Penutup
1. Segala sesuatu yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini
akan diputuskan oleh MUSDA/MUSCAB.
2. Petunjuk Pelaksanaan MUSDA/MUSCAB HIPMI berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
RAPAT KERJA
103
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 04/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
RAPAT KERJA
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa kesinambungan dan pengembangan peran organisasi secara efektif
dan efisien, sangat ditentukan oleh penataan segenap perangkat organisasi
di setiap tingkatan
b. Bahwa Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang merupakan forum yang
akan membahas dan mengevaluasi program kerja dari kepengurusan
BPP/BPD/BPC HIPMI yang sudah berjalan ½ (setengah) masa bakti dan
menyusun prioritas pelaksanaan program kerja BPP/BPD/BPC HIPMI yang
akan dilaksanaka
c. Bahwa penataan RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang sebagai bagian
dari penataan organisasi harus dilakukan di semua tingkatan organisasi
dengan memprhatikan kepentingan perwujudan maksud dan tujuan HIPMI
d. Bahwa untuk itu diperlukan PeraturanOrganisasi HIPMI tentang pelaksanaan
Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Ketentuan Umum
Pasal 2
Kepanitiaan Rapat Kerja
Untuk menyelenggarakan Rapat Kerja, maka perlu dibentuk Kepanitiaan yang ditetapkan oleh
BPP/BPD/BPC HIPMI, antara lain :
1. Panitia Pengarah/Steering Committee (SC)
a. Badan Pengurus Harian BPP/BPD/BPC HIPMI
b. Unsur Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
2. Panitia Pelaksana/Organizing Committee (OC)
a. Di pilih dari Pengurus BPP/BPD/BPC HIPMI
b. Unsur Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
c. BPP/BPD/BPC HIPMI menerbitkan Surat Keputusan atas Kepanitiaan yang telah
ditetapkan.
Pasal 3
Wewenang dan Hak
1. Membahas Program Kerja yang sudah terlaksana dalam ½ (setengah) masa bakti
Kepengurusan.
2. Menyusun program kerja dan menetapkan Program Kerja Prioritas yang akan dilaksanakan
sampai dengan akhir masa bakti Kepengurusan.
3. Menghasilkan Keputusan-keputusan yang menunjang hasil MUNAS/MUSDA/MUSCAB.
Pasal 4
Peserta dan Peninjau
Pasal 5
Hak dan Kewajiban Peserta
1. Peserta utusan dan Peserta peninjau mematuhi tata tertib dan ketentuan persidangan.
2. Peserta utusan dan Peserta peninjau wajib mematuhi petunjuk - petunjuk yang dikeluarkan oleh
Panitia Pengarah (SC) dan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang
HIPMI.
3. Peserta utusan dan Peserta peninjau wajib menjaga kelancaran dan ketertiban sidang.
4. Peserta utusan dan Peserta peninjau wajib menggunakan Tanda Peserta/ Peninjau selama
berlangsungnya RAPAT KERJA Nasional/Daerah/Cabang HIPMI.
5. Peserta utusan dan Peserta peninjau berhak duduk didalam Tim Perumus RAPAT KERJA
Nasional/Daerah/ Cabang HIPMI.
6. Peserta utusan memiliki hak suara dan bicara
7. Peserta Peninjau hanya memiliki hak bicara
Pasal 6
Alat Kelengkapan Rapat Kerja Nasional/Daerah/Cabang
1. Penanggung Jawab
1. Panitia Pengarah (SC)
2. Panitia Pelaksana (OC)
3. Sidang Pleno
4. Sidang Komisi
a. Komisi 1 : Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
b. Komisi 2 : Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan
c. Komisi 3 : Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN
d. Komisi 4 : Bidang Sumber Daya Alam, Energi Mineral dan BUMN
e. Komisi 5 : Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi
Pasal 7
Pimpinan Sidang
1. Pimpinan Sidang terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan 3 (tiga) orang
Anggota
2. Pimpinan Sidang dipilih dari dan oleh Peserta RAPAT KERJA HIPMI.
3. Sebelum Pimpinan terpilih, Sidang Pleno RAPAT KERJA HIPMI dipimpin oleh Panitia Pengarah
atau yang ditunjuk, untuk melaksanakan :
a. Pengesahan Jadual Acara RAPAT KERJA HIPMI
b. Pengesahan Tata Tertib RAPAT KERJA HIPMI
c. Pemilihan dan penetapan pimpinan RAPAT KERJA HIPMI
4. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari peserta utusan.
Pasal 8
Tugas Dan Kewajiban Pimpinan Sidang
Pasal 9
Persidangan Rapat Kerja
1. Sidang Pleno RAPAT KERJA HIPMI dipimpin oleh Pimpinan RAPAT KERJA HIPMI, kecuali Sidang
Pleno seperti tersebut pada pasal 6 ayat 3 Petunjuk Pelaksanaan ini.
2. Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi RAPAT KERJA yang
terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris dan 3 (tiga) orang Anggota.
3. Pimpinan Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI dipilih dari dan oleh Peserta Utusan RAPAT KERJA.
4. Dalam setiap persidangan RAPAT KERJA, pimpinan sidang didampingi oleh Panitia Pengarah
(SC) dan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA HIPMI yang ditugasi untuk itu.
5. Pimpinan Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI bertanggung jawab atas kelancaran dan
ketertiban sidang komisi RAPAT KERJA yang berlangsung dalam suasana kebersamaan dan
kekeluargaan
Pasal 10
Tertib Persidangan
1. Untuk menjaga kelancaran dan ketertiban persidangan Peserta RAPAT KERJA HIPMI berbicara
sesuai dengan pengaturan Pimpinan Sidang.
2. Peserta RAPAT KERJA HIPMI berbicara diatur dalam pentahapan dimana untuk setiap tahapan
diberi kesempatan kepada sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang Peserta.
3. Sebelum berbicara terlebih dahulu Peserta RAPAT KERJA HIPMI diwajibkan menyebutkan
nama.
4. Setiap Peserta RAPAT KERJA HIPMI diberi waktu paling lama 5 (lima) menit untuk setiap
kesempatan berbicara yang diperolehnya.
5. Pada setiap persidangan setiap Peserta diberi kesempatan bicara 1 (satu) kali, kecuali oleh
sesuatu sebab diminta bicara oleh Pimpinan Sidang.
6. Peserta RAPAT KERJA HIPMI tidak diperkenankan melakukan interupsi kecuali atas seijin
Pimpinan Sidang.
7. Pada setiap persidangan, Peserta RAPAT KERJA HIPMI diwajibkan mengenakan tanda
pengenal RAPAT KERJA HIPMI.
8. Pimpinan Sidang dengan bantuan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA HIPMI berhak untuk
memeriksa keabsahan Peserta sidang.
9. Pimpinan Sidang dengan bantuan Panitia Pelaksana (OC) RAPAT KERJA HIPMI berhak untuk
mengambil tindakan penertiban-penertiban kepada Peserta Sidang yang menghambat
kelancaran jalannya persidangan.
10. Setiap Peserta sidang RAPAT KERJA HIPMI diwajibkan mengisi daftar hadir yang telah
disediakan pada setiap persidangan.
Pasal 11
Korum
3. Sidang Komisi
a. Sidang Komisi RAPAT KERJA HIPMI adalah sah bila dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per
tiga) jumlah peserta yang berhak hadir pada sidang komisi yang bersangkutan.
b. Bila korum tidak tercapai maka sidang komisi RAPAT KERJA HIPMI ditunda selama lamanya
1 (satu) jam.
c. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka sidang komisi RAPAT
KERJA HIPMI dapat berlangsung dan dianggap sah tanpa perlu mengindahkan jumlah
korum.
Pasal 12
Laporan Kegiatan
1. Laporan Kegiatan Pengurus BPP/BPD/BPC HIPMI disampaikan dalam Sidang Pleno II RAPAT
KERJA HIPMI.
2. Evaluasi Laporan Kegiatan dan Usulan Program Kerja Prioritas Pengurus BPP/BPD/BPC HIPMI
di sampaikan melalui pandangan umum Pengurus BPD/BPC HIPMI dalam sidang Pleno RAPAT
KERJA HIPMI.
3. Usulan atas Program Kerja Prioritas BPD/BPC HIPMI akan menjadi Rekomendasi dalam
Pembahasan Sidang Pleno.
Pasal 13
Dokumen Rapat Kerja
1. Agar ada standarisasi Pelaksanaan dan Teknis RAPAT KERJA HIPMI se-Indonesia, maka
lampiran-lampiran dibawah ini adalah bagian yang tak terpisahkan dan menjadi acuan
dokumen dalam Pelaksanaan Rapat Kerja HIPMI yang diadakan oleh BPP/BPD/BPC, lampiran
tersebut antara lain :
I. Jadual Acara
II. Tata Tertib
III. Laporan Kegiatan
IV. Rancangan Komisi Kesekjenan, Kebendaharaan dan Bidang - bidang
V. Surat Keputusan Rapat Kerja
VI. Mars HIPMI
VII. Hymne HIPMI
2. Hasil – hasil Rapat Kerja Daerah harus dilaporkan ke BPP HIPMI melalui Bidang Organisasi
Hukum selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pelaksanaan Rapat Kerja
Daerah.
3. Hasil – hasil Rapat Kerja Cabang harus dilaporkan ke BPD HIPMI melalui Bidang Organisasi
Hukum selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pelaksanaan RAPAT KERJA
Pasal 14
Ketentuan Penutup
1. Segala sesuatu yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Juklak ini akan diputuskan
lebih lanjut.
2. Peraturan Organisasi tentang RAPAT KERJA HIPMI berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
PEMBENTUKAN BADAN
PENGURUS DAERAH/
CABANG
113
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 05/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEMBENTUKAN BADAN PENGURUS DAERAH/ CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA DI DAERAH / WILAYAH
PEMEKARAN
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa dalam rangka menyesuaikan dengan penetapan suatu wilayah/
daerah yang dimekarkan, maka perlu dipersiapkan pembentukan di
setiapkan kepengurusan Badan Pengurus Daerah/Cabang HIPMI yang
mengalami pemekaran tersebut
b. Bahwa untuk mempersiapkan pembentukan kepengurusan Badan Pengurus
Daerah/Cabang HIPMI di daerah/wilayah pemekaran, dipandang perlu
diatur dalam peraturan organisasi
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk ditetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Pembentukan Badan Pengurus Daerah/
Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Daerah/Wilayah Pemekaran
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
Pasal 1
BPD/ BPC HIPMI di daerah/ wilayah pemekaran dapat dibentuk dengan pertimbangan antara
lain sebagai berikut :
a. Bahwa dalam rangka menyesuaikan dengan penetapan suatu wilayah / daerah yang dime-
karkan;
b. Optimalisasi potensi aktivitas pengusaha muda secara kuantitatif maupun kualitatif di suatu
wilayah/ daerah yang dimekarkan;
c. Pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan potensi pengusaha muda di daerah yang
bersangkutan.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Jenis dan fungsi Musyawarah dan Rapat-rapat BPD / BPC HIPMI di wilayah/daerah yang dime-
karkan adalah sama dengan jenis dan fungsi Musyawarah dan Rapat-rapat BPD / BPC HIPMI
sebagaimana telah diatur dalam AD/ART dan Peraturan Organisasi HIPMI.
Pasal 5
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan ditetapkan kemudian oleh
BPP HIPMI
Pasal 6
Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan ditinjau kembali apa-
bila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya didalamnya.
Pasal 7
Ditetapkan di : Surabaya
PadaTanggal : 08 November 2015
PEMBENTUKAN LEMBAGA
/ BADAN / YAYASAN ATAU
SEJENISNYA
119
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
Nomor : 06/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEMBENTUKAN LEMBAGA / BADAN / YAYASAN ATAU SEJENISNYA
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa Munas XV HIPMI Tahun 2015 sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi telah menetapkan kebijaksanaan organisasi yang terarah pada
peningkatan peran dan fungsi organisasi HIPMI sebagai organisasi kader
dalam pembinaan dan pemberdayaan potensi pengusaha muda
b. Bahwa diperlukan peningkatan kesatuan dan keterpaduan gerak langkah
seluruh jajaran organisasi HIPMi dalam rangka pelaksanaan program HIPMI
menuju perwujudan sasaran program kerja yang sudah ditetapkan
c. Bahwa untuk mencapai sasaran program dimungkinkan dibentuknya
Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya merupakan alat
kelengkapan organisasi yang menjalankan kegiatan dalam bidang tertentu
sesuai dengan kebijaksanaan dasar yang ditetapkan
d. Bahwa untuk mengatur pembentukan dan akvitasnya, maka dipandang perlu
untuk menetapkan Peraturan Organisasi tentang Pembentukan Lembaga-
lembaga/ Badan/ Yayasan atau sejenisnya.
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
BPL HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Masa Kerja Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya mengikuti Periodesasi masa
bakti Kepengurusan HIPMI di semua tingkatan.
BAB II
STATUS DAN FUNGSI
Pasal 4
Status Lembaga-lembaga / Badan / Yayasan atau sejenisnya adalah semi otonom yang secara
Organisatoris merupakan bagian dari HIPMI, yang bertanggung jawab kepada Badan Pengurus
HIPMI sesuai tingkatannya.
Pasal 5
Pasal 6
BAB IV
ORGANISASI DAN PENGELOLAAN
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
1. Dalam hal surat – menyurat Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya ditingkat BPP,
BPD dan BPC memberikan tembusan kepada bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan
dan bidang terkait
2. Lembaga-lembaga / Badan / yayasan atau sejenisnya ditingkat BPP, BPD dan BPC memberikan
laporan berkala dalam Rapat Bidang, Rapat Badan Pengurus Harian dan Rapat Badan
Pengurus Lengkap
Pasal 10
Pasal 10
BAB V
PENUTUP
Pasal 11
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan diatur kemudian
dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan.
2. Apabila di dalam peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan
perbaikan seperlunya.
3. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Surabaya
PadaTanggal : 08 November 2015
DISIPLIN ORGANISASI
125
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 07/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
DISIPLIN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa dalam suatu organisasi yang sehat, para pengurus dan anggota
diharapkan dapat bersama-sama berusaha mempertahankan serta
meningkatkan kinerja organisasi, sehingga bermanfaat bagi kemajuan
organisasi dalam perannya memajukan perekonomian bangsa
b. Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas, sangat ditentukan oleh
suasana kondusif di dalam organisasi agar dapat melaksanakan program
kerjanya
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Disiplin Organisasi Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembanng dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Bahwa sesungguhnya dalam suatu organisasi yang sehat para pengurus dan anggota sama-sama
berusaha untuk mempertahankan serta meningkatkan kinerja organisasi sehingga bermanfaat bagi
kiprah dan kemajuan organisasi ditengah-tengah masyarakat pada umumnya dan dikalangan
pengusaha muda pada khususnya
Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas sangat diperlukan suasana kondusif di dalam
organisasi agar organisasi beserta perangkat-perangkat yang dimiliki dapat melaksanakan
program kerja sebagaimana yang diamanahkan oleh Munas / Musda / Muscab.
Oleh karena itu perlu diatur sebuah Peraturan Organisasi yang mengatur Disiplin Organisasi HIPMI.
Peraturan Organisasi ini bertujuan memberikan panduan kepada pengurus dan anggota di setiap
tingkatan untuk mengetahui secara jelas hal-hal yang menyangkut pelanggaran dan menyebabkan
jatuhnya sanksi organisasi.
BAB II
PENGERTIAN DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 2
1. Disiplin adalah setiap perilaku positif yang berdasarkan kepada ketaatan kepatuhan serta
tunduk kepada Peraturan, norma dan prinsip-prinsip tertentu., Disiplin berarti juga kemampuan
untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat
menekan sekalipun.
2. Dalam kaitan dengan Disiplin Organisasi HIPMI peraturan yang dimaksud adalah konstitusi
organisasi yang meliputi AD/ART, Peraturan Organisasi dan seterusnya, perundang-undangan
dan Peraturan Pemerintah yang berlaku serta etika dan norma-norma kesusilaan yang umum.
Pasal 3
Tindakan Disiplin adalah setiap upaya yang dilakukan organisasi terhadap anggotanya dalam
rangka menjaga dan mempertahankan semangat, kinerja dan nama baik organisasi. Pada dasarnya
setiap tindakan disiplin dengan memperhatikan sifat dan kadar pelanggaran yang dilakukan.
BAB III
JENIS PELANGGARAN DAN SANKSI
Pasal 4
1. Pelanggaran adalah setiap perbuatan yang dilakukan baik secara perorangan maupun
bersama-sama dengan sengaja melanggar AD/ART, Peraturan Organisasi, ketentuan
organisasi lainnya; perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang berlaku serta etika
organisasi, norma-norma susila umum lainnya yang berakibat menghambat kinerja organisasi
HIPMI dan atau mencemarkan nama baik organisasi HIPMI.
2. Sanksi adalah setiap tindakan positif yang diambil oleh organisasi dalam rangka meningkatkan
kinerja anggota dan organisasi dan hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan dan nama
baik organisasi HIPMI.
3. Sanksi didasarkan kepada :
a. Jenis pelanggaran
b. Frekuensi (seringnya / pengulangan) pelanggaran.
c. Besar kecilnya pelanggaran
d. Unsur kesengajaan.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Rehabilitasi dalam rangka pemulihan nama baik organisasi/institusi dan perorangan dapat
dilakukan oleh Badan Pengurus Pusat berdasarkan usul dan pertimbangan Badan Pengurus Daerah
/ Badan Pengurus Cabang.
BAB IV
TATA CARA PEMBERIAN SANKSI
Pasal 8
Tata cara pemberian sanksi diatur dengan memberikan klasifikasi tingkat pelanggaran sebagai
berikut :
(1) Pelanggaran Ringan
Urutan pemberian sanksi adalah :
a. Lisan/tertulis 1
b. Tertulis 2
c. Tertulis 3
d. Pemecatan
(2) Pelanggaran Sedang
a. Tertulis 1
b. Tertulis 2
c. Tertulis 3
d. Pemecatan
(3) Pelanggaran Berat
a. Pemecatan
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Hak jawab untuk pembelaan diberikan kepada setiap anggota / pengurus sesuai dengan
penetapan sanksi
BAB V
PENUTUP
Pasal 12
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
133
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 08/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa dalam suatu organisasi yang sehat, para pengurus dan anggota
diharapkan dapat memahami keorganisasian HIPMI, memiliki jiwa
nasionalisme tinggi, memiliki jiwa kepemimpinan dan mengetahui potensi
perekonomian baik tingkat daerah maupun nasional sehingga menjadi
kader yang berwawasan luas dan berperan aktif bagi kemajuan organisasi
dalam perannya memajukan perkonomian bangsa
b. Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas, sangat ditentukan oleh
pengkaderan yang terstruktur dan memiliki standar yang sama dari mulai
BPC, BPD hingga BPP
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi yang mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Seiring dengan berkembanganya anggota HIPMI dan semakin banyaknya tantangan duniausaha
dan organisasi, diperlukan kader yang berkualitas untuk menggerakkan HIPMI.
HIPMI merupakan organisasi kader dimana memerlukan perangkat terstandarisasi untuk proses
kaderisasi dengan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi anggota dan
pengurus dari tingkat BPC, BPD dan BPP HIPMI. Hasil dari Diklat ini diharapkan menghasilkan
pengusaha yang tangguh, profesional dan negarawan.
Oleh karena itu perlu diatur sebuah Peraturan Organisasi yang mengatur PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN (DIKLAT) HIPMI. Peraturan Organisasi ini bertujuan memberikan panduan kepada
pengurus dan anggota di setiap tingkatan untuk mengetahui secara jelas hal-hal yang menyangkut
materi dan teknis pelaksanaannya
BAB II
JENIS – JENIS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 1
1. Formal adalah Pendidikan dan pelatihan berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap
jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya, meliputi Diklatnas, diklatda
dan Diklatcab
2. Non Formal adalah Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
pemahaman, kewirausahaan, profesionalisme kepemimpinan, serta keorganisasian anggota.
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENURUT JENJANG DAN JENIS
Pasal 2
1. Tujuan pendidikan dan pelatihan perjenjangan adalah sebagai rumusan sikap, pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki anggota HIPMI setelah mengikuti jenjang latihan kader tertentu,
yakni Diklatnas, Diklatda dan diklatcab
2. Tujuan pendidikan dan pelatihan menurut jenis adalah sebagai rumusan sikap, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki anggota HIPMI, baik kemampuan intelektualitas maupun kemampuan
ketrampilan setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan tertentu baik formal maupun informal
BAB IV
DIKLATNAS, DIKLATDA DAN DIKLATCAB
Pasal 3
Pengertian Diklatnas, Diklatda Dan Diklatcab
Pasal 4
Tujuan Diklatnas, Diklatda Dan Diklatcab
1. Tujuan Diklatnas adalah Terbentuknya pola pikir wirausaha dan jaringan bisnis nasional serta
karakter dasar kepemimpinan dunia usaha di tingkat nasional
2. Tujuan Diklatda adalah Terbentuknya pola pikir wirausaha dan jaringan bisnis wilayah serta
karakter dasar kepemimpinan dunia usaha di tingkat provinsi
3. Tujuan Diklatcab adalah Terbentuknya pola pikir wirausaha dan jaringan bisnis lokal serta
karakter dasar kepemimpinan dunia usaha di tingkat Kota atau Kabupaten
Pasal 5
Target Diklatnas, Diklatda Dan Diklatcab
Pasal 6
Materi Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab
1. Diklatnas
Materi diklatnas HIPMI meliputi :
a. Materi Wajib adalah :
1) Sejarah dan tujuan perjuangan HIPMI
2) Manajemen organisasi dan antar kelembagaan (Bidang, Daerah dna Otonom) HIPMI
3) Mekanisme peraturan dan AD/ART HIPMI
4) HIPMI sebagai pelaku advokasi dan pressure group kebijakan
5) Mekanisme kerjasama dan komunikasi dengan mitra nasional
6) Arah kebijakan dan program BPP HIPMI
7) Indikator keberhasilan kepengurusan HIPMI
2. Diklatda
Materi diklatda HIPMI meliputi :
a. Materi Wajib adalah :
1) Sejarah dan tujuan perjuangan HIPMI (Nasional dan Daerah)
2) Manajemen organisasi dan jenjang karir HIPMI di tingkat Cabang dan Daerah
3) Mekanisme peraturan HIPMI di tingkat Daerah
4) Manajemen dan etika kemitraan organisasi HIPMI di tingkat Daerah
5) Mekanisme opini dan hubungan kemasyarakatan HIPMI
6) Arah kebijakan dan program HIPMI tingkat BPD
7) Indikator keberhasilan kepengurusan HIPMI tingkat Daerah
b. Materi Penunjang adalah :
1) Pengetahuan lokal : Potensi usaha, potensi pasar lokal dan manajemen perbankan
2) Kebijakan pembangunan daerah
3) Paket / modul disesuaikan dengan kebutuhan daerah
4) Mekanisme kesekretariatan, kebendaharaan dan atribut HIPMI tingkat Daerah
3. Diklatcab
Materi diklatda HIPMI meliputi :
a. Materi Wajib adalah :
1) Sejarah dan tujuan perjuangan HIPMI (Nasional dan Cabang)
2) Mekanisme dan model rekrutmen anggota HIPMI
3) Manajemen keanggotaan dan pengurus HIPMI di tingkat Cabang
4) Mekanisme peraturan HIPMI di tingkat Cabang
5) Manajemen dan etika kemitraan organisasi HIPMI di tingkat Daerah
6) Arah kebijakan dan program HIPMI tingkat BPC
8) Indikator keberhasilan kepengurusan HIPMI tingkat Cabang
b. Materi Penunjang adalah :
1) Pengetahuan lokal : Potensi usaha, potensi pasar lokal dan manajemen perbankan
2) Kebijakan pembangunan daerah
5) Paket / modul disesuaikan dengan kebutuhan daerah
6) Mekanisme kesekretariatan, kebendaharaan dan atribut HIPMI tingkat Cabang
BAB V
MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DIKLATNAS, DIKLATDA DAN DIKLATCAB
Pasal 7
Waktu
Diklatnas, Diklatda atau Diklatcab diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
masa bakti kepengurusan
Pasal 8
Peserta
1. Peserta Diklat adalah anggota biasa HIPMI yang memiliki Kartu Tanda Anggota dan telah
membayar iuran anggota.
2. Peserta Diklatnas adalah utusan BPP yang mendapat rekomendasi dari BPP HIPMI dan /atau
utusan BPD yang mendapat rekomendasi dari BPD dan telah mengikuti Diklatda HIPMI
3. Peserta Diklatda adalah utusan BPD yang mendapat rekomendasi dari BPD HIPMI dan /atau
utusan BPC yang mendapat rekomendasi dari BPC dan telah mengikuti Diklatcab HIPMI
4. Peserta Diklatcab adalah pengurus BPC dan /atau anggota HIPMI yang sudah aktif dalam
kegiatan di BPC
5. Pengurus BPD/BPC/ anggota HIPMI dapat menjadi peserta Diklatda/Diklatcab di BPD/BPC
lain
Pasal 9
Pelaksana
Pasal 10
Pemateri
Pasal 11
Metode
Metode yang digunakan dalam pengelolaan Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab meliputi :
1. Sistem diskusi adalah suatu metode pemahaman materi pendidikan dan pelatihan secara
diskutif (pertukaran pikiran yang bebas) dan komunikatif
2. Sistem ceramah (dialog) adalah suatu metode pemahaman materi pendidikan dan pelatihan
melalui Tanya jawab
3. Sistem penugasan suatu metode pemahaman materi pendidikan dan pelatihan melalui
penggunaan ketraampilan peserta dengan sasaran yaitu :
a. Mempergunakan kemampuan tertentu
b. Bentuk – bentuk trial dan error (Dinamika kelompok)
c. Studi kasus
d. Simulasi dan lain sebagainya
Pasal 12
Model
1. Pengelolaan Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab dilaksanakan dalam sesi kelas dan dapat
ditambahkan kegiatan di luar kelas
2. Pengelolaan Diklatnas, Diklatda dan Diklatcab dapat bekerja sama dengan Lembaga yang
berkompeten
BAB VI
PENUTUP
Pasal 13
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
PEDOMAN ADMINISTRASI
MANAJEMEN KEBENDAHARAAN
141
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 09/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEDOMAN ADMINISTRASI MANAJEMEN KEBENDAHARAAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang : a. Bahwa salah satu masalah utama dalam pengelolaan organisasi HIPMI
adalah memberdayakan sumber-sumber pemasukan dana sehingga
diharapkan dapat menjaga kelangsungan organisasi
b. Bahwa pengoganisasian dana baik pencairan, pemakaian, pelaporan
maupun pencatatan menjadi sangat penting agar dana-dana yang masuk
dapat dikelola dengan efektif dan efisien
c. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi HIPMI yang mengatur tentang Pedoman Administrasi dan
Manajemen kebendaharaan
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Salah satu masalah utama dalam pengelolaan organisasi-organisasi non profit adalah sumber-
sumber pemasukan dana. Oleh karena itu, Yang dimaksud manajemen keuangan adalah segala
upaya yang dilakukan dalam pengorganisasian dana baik pencarian, pemakaian, pelaporan
maupun pencatatan menjadi sangat penting agar dana-dana yang masuk dapat dikelola dengan
efektif dan efisien. Sebagai organisasi pengusaha muda yang professional, merupakan keharusan
untuk merumuskan pedoman administrasi dan manajemen Kebendaharaan, karena persoalan
keuangan sungguh sangat sensitif dan tidak mudah.
Pasal 2
Pedoman administrasi dan manajemen kebendaharaan tersebut disusun dengan sasaran sebagai
berikut :
1. Agar lebih mandiri, tidak tergantung pada sumbangan yang bersifat konvensional.
2. Tertib administrasi, sebagai sarana menjadi organisasi yang profesional.
3. Bahan untuk memudahkan membuat laporan dan pertanggung jawaban.
4. Mendapatkan dana dengan cara yang efektif.
BAB II
SUMBER DANA
Pasal 3
Merupakan sumbangan dari dalam dan luar Organisasi yang halal dan tidak mengikat, antara
lain :
1. Pengurus / Anggota
2. Senior yang menjadi Anggota Luar Biasa HIPMI
3. Pemerintah yang bersifat pembinaan
4. Perusahaan Swasta / Pengusaha yang bersifat kemitraan
Usaha-usaha sah yang tidak bertentangan dengan AD / ART HIPMI
Pasal 4
1. Uang Pangkal adalah merupakan biaya yang wajib diberikan oleh anggota baru HIPMI
yang telah dinyatakan resmi diterima menjadi anggota HIPMI sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan AD/ART. Uang pangkal ditetapkan sebesar Rp 500.000
2. Iuran adalah merupakan iuran rutin setiap bulan yang wajib dibayar oleh setiap anggota
dalam rangka untuk membiayai jalannya operasional organisasi.
3. Besarnya uang iuran anggota serta proses penagihannya ditingkat BPD maupun BPC proses
penagihan dan pelaksanaanya ditetapkan oleh BPD / BPC HIPMI.
4. Sumbangan adalah merupakan bantuan yang bersifat sukarela yang tidak mengikat
5. Untuk membantu keuangan Badan Pengurus Pusat, maka 10% (sepuluh persen) hasil iuran
anggota diserahkan ke Badan Pengurus Pusat. Sedangkan untuk membantu keuangan Badan
Pengurus Daerah, maka 30% (tiga puluh persen) hasil iuran anggota diserahkan kepada
Badan Pengurus Daerah.
Pasal 5
1. Ketentuan tentang Usaha-usaha organisasi baik melalui kegiatan kegiatan maupun lembaga
/ Badan/yayasan atau sejenis yang dibentuk diatur tersendiri berdasarkan kebutuhan dan
kesepakatan masing-masing pengelola / penanggung jawab.
2. Hendaknya ketentuan tersebut paling tidak, mengatur antara lain :
a. Ketentuan Umum yang menyangkut perjanjian kerja atau memorandum of understanding
(MOU) atau yang menyangkut pengaturan kontribusi yang dihasilkan
b. Mekanisme kerja dan pengambilan keputusan.
BAB III
SISTEM PENGANGGARAN
Pasal 6
Pasal 7
Dengan adanya sistem Penganggaran diharapkan dapat menentukan skala prioritas, dengan
tujuan tercapainya efektifi tas, efi sien, kontrol dan sinkronisasi antara pelaksana setiap aktivitas
organisasi.
Pasal 8
Fungsi Penganggaran HIPMI tidak terlepas dari prinsip-prinsip fungsi manajemen secara umum,
yaitu :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
4. Pencatatan
5. Pelaporan
6. Pengawasan / Pengontrolan
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
1. Pengajuan Anggaran setiap aktivitas harus mendapat persetujuan Bendahara Umum sebagai
policy maker dan Ketua Umum sebagai decision maker, baik yang dilaksanakan oleh bidang
maupun kepanitiaan.
2. Setiap pengeluaran harus sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan disertai bukti
pembayaran.
3. Apabila terjadi penyimpangan dari anggaran yang telah ditetapkan, maka harus dibawa ke
forum Rapat PimpinanBPH.
4. Penyusunan Laporan akhir sebagai pertanggung jawaban pelaksanan program.
5. Laporan akhir pertanggung jawaban kegiatan selambat-lambatnya 12 minggu setelah
pelaksanaan kegiatan.
6. Apabila melibatkan pihak ke tiga, maka laporan kegiatan selambat-lambatnya diterima 1
(satu) bulan setelah pelaksanaan kegiatan.
BAB IV
SISTEM ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEUANGAN
Pasal 13
Sistem administrasi dan manajemen keuangan disusun Agar pendayagunaan dana dapat dilakukan
secara efi sien dan efektif.
Pasal 14
b. Penyimpangan dan pengeluaran dana yang dikumpulkan harus terlebih dahulu disetujui
oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum. Dana yang sudah diperoleh dilaporkan kepada
Bendahara Umum dan Ketua Umum
c. Wewenang untuk mengusahakan dana dipegang oleh Tim Kebendaharaan
d. Tugas untuk mencatat keluar masuk dana dan penyusunan laporan diserahkan kepada
Wakil Bendahara
3. Pelaksanaan
Yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah pelaksanaan pengaturan keuangan meliputi :
a. Pengumpulan dana
Yang berkewajiban dan bertanggung jawab mengumpulkan dana adalah Tim
Kebendaharaan dengan tugas meliputi :
1) Menarik iuran sesuai dengan ketentuan organisasi
2) Menarik dan mengumpulkan dana dari donatur
3) Menyerahkan hasil pengumpulan dana kepada Wakil Bendahara (yang khusus
membidangi penyimpanan) setelah disetujui Ketua Umum dan Bendahara Umum
4) Pada saat penyerahan dana kepada Wakil Bendahara bagian pembukuan harus
disertai bukti kwitansi yang ditanda tangani oleh penyumbang, penerima dan
Bendahara Umum
5) Wakil Bendahara bagian pembukuan memberikan bukti penerimaan dana kepada si
penerima dana
b. Pengeluaran Dana
1) Pengeluaran dana untuk bidang harus sesuai dengan Anggaran Belanja yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Pengeluaran harus diajukan berdasarkan bukti-bukti yang telah disetujui sebelumnya
3) Pengeluaran dana harus disetujui oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum
4) Penandatanganan cek oleh Bendahara Umum bersama Ketua Umum dan atau
Sekretaris Jenderal
c. Penyimpanan
1) Yang bertanggung jawab atas penyimpanan dana adalah Wakil Bendahara Bidang
Pembukuan
2) Dana harus disampaikan di BANK yang telah ditentukan
5. Pengontrolan / Pengawasan
Pengontrolan/pengawasan keuangan organisasi meliputi :
a. Pengontrolan yang bersifat preventif, adalah pengontrolan yang berjalan atau dilakukan
bersamaan dengan tahap-tahap proses penerimaan dan pengeluaran yang dimulai dari
:
1) Permohonan untuk pengeluaran
2) Jumlah yang telah dianggarkan
b. Pengontrolan yang bersifat refresif adalah pengontrolan berupa pemeriksaan kewajaran
laporan keuangan setelah dicocokkan dalam buku mutasi dan bukti pendukung lainnya
BAB V
PENYUSUNAN LAPORAN
Pasal 15
Laporan keuangan pada umumnya adalah neraca dan daftar perhitungan hasil usaha (R/L).
Neraca menggambarkan posisi harga kewajiban dan kekayaan pada saat tertentu. Sedangkan
daftar perhitungan hasil usaha menggambarkan hasil kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran
dana organisasi untuk jangka waktu tertentu yang berakhir pada tanggal neraca.
Pasal 16
BAB VI
PENUTUP
Pasal 17
1. Pedoman Kebendaharaan ini disusun agar dapat berguna sebagai pegangan atau petunjuk
pelaksanaan bagi organisasi disemua tingkatan dalam upaya pendayagunaan sumber dana
yang ada, secara efisien dan efektif serta dapat dipertanggung jawabkan.
2. Apabila di dalam peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan
perbaikan seperlunya.
3. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
PEDOMAN ADMINISTRASI
KESEKRETARIATAN
149
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Menimbang : a. Bahwa salah satu masalah utama dalam pengelolaan organisasi HIPMI
adalah memberdayakan sumber-sumber pemasukan dana sehingga
diharapkan dapat menjaga kelangsungan organisasi
b. Bahwa pengoganisasian dana baik pencairan, pemakaian, pelaporan
maupun pencatatan menjadi sangat penting agar dana-dana yang masuk
dapat dikelola dengan efektif dan efisien
a. Bahwa oleh karena itu, dipandang perlu dikeluarkan Peraturan Organisasi
HIPMI yang mengatur Pedoman administrasi dan manajemen kebendaharaan
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Lengkap BPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Pedoman Administrasi dan Kesekretariatan HIPMI disusun dengan sistematika sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LETAK BANGUNAN SEKRETARIAT
BAB III PENGELOLA KANTOR/ADMINISTRASI
KESEKRETARIATAN
BAB IV KETATAUSAHAAN
BAB V KETATA ARSIPAN
BAB VI INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI
BAB VII PERPUSTAKAAN ORGANISASI
BAB VIII KEPROTOKOLERAN
BAB IX P E N U T U P
BAB II
LETAK / BANGUNAN SEKRETARIAT
Pasal 2
Letak Sekretariat atau Kantor HIPMI sebagai tempat untuk menyelenggarakan segala aktivitas dan
pengelolaan administrasi organisasi hendaknya dipilih dengan pertimbangan ideal dan strategis
sebagai berikut :
1. Terletak di Pusat Kota.
2. Mudah dijangkau oleh kendaraan umum.
3. Di pinggir jalan
4. Di lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.
Pasal 3
g. Ruang Dapur
h. Ruang Kamar Mandi / WC
i. Peralatan komunikasi : telepon, fax, modem / Internet, handphone
j. Peralatan kantor : meja, kursi, komputer, kertas, lemari, rak arsip, dan ATK lainnya serta mesin
fotokopi (jika mampu)
k. Perlengkapan organisasi : papan nama, bendera, stempel
l. Kendaraan Operasional (jika mampu)
2. Dalam mengatur ruangan hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor kenyamanan, kesehatan,
keindahan dan keserasian sehingga bagi pemakai dan mengunjung kantor tersebut merasa
nyaman, betah, meningkatkan semangat dan kemauan bagi yang berada di dalamnya
BAB III
PENGELOLA KANTOR / ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
KETATAUSAHAAN
Pasal 6
Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi perlu didukung oleh Administrasi organisasi yang
meliputi
a. Catatan:
Adalah kumpulan tulisan yang dibuat secara teratur dan kronologis yang dapat dipergunakan
untuk mengetahui/menilai kembali fakta-fakta yang berhubungan dengan tindakan-tindakan
administrasi pada masa lalu.
b. Laporan :
Adalah suatu pertanggungjawaban dari seorang / anggota sebagai hasil pengelolaan/
penilaian data/informasi/catatan/kejadian atau kegiatan yang berhubungan dengan fungsi
dan tugasnya, sesuai dengan yang diinstruksikan oleh organisasi.
c. Keputusan :
Adalah tindakan yang diambil oleh organisasi setelah mempelajari dan menilai rencana dan
program yang telah disusun atau dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
d. Surat-menyurat :
Merupakan suatu kegiatan yang dijalankan untuk meminta dan memberikan penjelasan,
perintah menambah kekurangan atau mengadakan perubahan- perubahan sebagai reaksi
dari adanya catatan / laporan / perencanaan / program dan keputusan organisasi
Pasal 7
1. Korespondensi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian surat- surat baik
tertulis maupun lisan yang timbul dari adanya pencatatan, laporan, perencanaan, program
atau keputusan yang mungkin masih menimbulkan adanya permintaan penjelasan. Dengan
pengendalian dimaksud, maka pengarah atau pengurus sesuai kegiatan dapat dilaksanakan
secara cepat dan tepat untuk mencapai sasaran.
2. Surat organisasi HIPMI adalah suatu alat untuk menyampaikan berita secara tertulis yang berisikan
pemberitahuan, pernyataan, permintaan dan sebagainya kepada pengurus dan anggota maupun
pihak-pihak lain, yang dianggap penting oleh organisasi HIPMI.
3. Prinsip pokok dalam pembuatan surat harus meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan dan maksud dari pada surat tersebut.
b. Merencanakan bentuk surat, artinya menetapkan ide yang menjadi isi dari pada surat, dengan
urutan atau kronologi pesan yang baik.
c. Menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
d. Surat hendaknya singkat dan jelas, tanpa mengurangi kesopanan dan kelengkapan makna
surat.
4. Adapun dalam penyampaian surat kepada pihak yang menjadi sasaran pesan/ berita / informasi,
maka surat organisasi harus memenuhi tujuan umum surat menyurat, sebagai sarana penyampaian
suatu maksud dalam bentuk tulisan agar tindakan yang dikehendaki dapat tercapai dengan
tepat dan cepat.
Pasal 8
1. Surat Resmi/Biasa/Rutin.
2. Surat Mandat/Surat tugas/Surat Kuasa/Surat Keterangan
3. Surat Ketetapan/Surat Keputusan
4. Surat-surat yang dipergunakan dan dibuat oleh organisasi di lingkungan HIPMI, berdasarkan
alamat penerimanya dibagi dalam :
1. Surat-surat internal organisasi adalah surat organisasi yang dikirim atau disampaikan
kepada pengurus atau anggota, jajaran keluarga besar organisasi HIPMI. Surat keluar
intern ditanda tangani oleh Ketua Umum organisasi dan Sekretariat Jenderal di tingkat
Pusat, Ketua Umum dan Sekretaris Umum di tingkat Daerah, Ketua Umum dan Sekretaris
di tingkat Cabang atau Pengurus yang diberikan wewenang untuk itu disesuaikan dengan
bidang masing–masing. Termasuk dalam kategori ini adalah :
i. Surat Kepada Badan Pengurus Daerah, dan Badan Pengurus Cabang.
ii. Surat Kepada Badan dan Lembaga di lingkungan internal HIPMI.
iii. Surat Kepada Anggota, Anggota Badan Pengurus, Dewan Pembina dan Dewan
Kehormatan di seluruh tingkatan organisasi.
2. Surat-surat Eksternal Organisasi adalah semua surat organisasi yang dikirim atau disampaikan
kepada instansi dan lembaga pemerintah, organisasi profesi dan lainnya di luar organisasi
HIPMI. Surat keluar eksternal organisasi ditanda tangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal untuk di tingkat Pusat dan Ketua Umum dan Sekretaris Umum di tingkat Daerah dan
Ketua Umum bersama Sekretaris di tingkat Cabang atau pengurus yang diberikan wewenang
untuk itu sesuai dengan bidangnya. Termasuk dalam kategori ini adalah :
i. Surat kepada Pemerintah
ii. Surat kepada Lembaga Tinggi dan Tertinggi Negara
iii. Surat kepada Lembaga, Asosiasi atau organisasi profesi lainnya
iv. Surat kepada Lembaga atau Badan Swasta atau perorangan.
5. Surat-surat yang dipergunakan dan dibuat oleh organisasi dilingkungan HIPMI, berdasarkan
sifatnya dibagi dalam :
a. Surat Resmi / Biasa / Rutin yaitu surat yang dikirimkan untuk tujuan umum. Pada dasarnya
sebagaian besar surat organisasi termasuk dalam kategori ini.
b. Surat Mandat adalah surat yang menyatakan pemberian wewenang dari pengurus
organisasi yang mempunyai hak dan wewenang atau suatu, kepada Pengurus/ anggota
atau orang lain guna bertindak untuk dan atas namanya melakukan sesuatu sesuai
mandat yang diberikan. Surat Mandat berlaku sementara, artinya surat mandat tersebut
tidak berlaku lagi pada saat tugas yang termuat di dalamnya telah dilakukan dan atau
sesuai dengan tanggal berlakunya.
c. Surat tugas adalah suatu pernyataan pemberian wewenang tertentu dari diri dan atau
untuk pengurus organisasi guna bertindak untuk dan atas nama pemberi tugas guna
melaksanakan suatu kegiatan / tugas yang berkaitan dengan misi dan tujuan organisasi
d. Surat Kuasa adalah surat yang berisi pernyataan pemberian kuasa dari pengurus
kepada pengurus lainnya atau dari pengurus kepada staf sekretariat yang prinsipnya
memberikan kekuasaan tertentu atas nama pengurus untuk keperluan tertentu.
e. Surat Keterangan adalah surat yang berisi keterangan mengenai seseorang yang
dipergunakan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar HIPMI mengenai
kondisi yang bersangkutan
f. Surat Keputusan yaitu surat yang memuat kebijaksanaan pokok, sifatnya umum berlaku /
harus diikuti oleh / bagi seluruh bagian anggota organisasi yang sifatnya dapat dirubah
apabila terdapat perubahan kebijakan atau terdapat kekeliruan didalamnya. Surat
keputusan ini dibuat oleh pengurus berdasarkan hasil Rapat Badan Pengurus Harian
dalam rangka langkah kebijaksanaan organisasi
g. Ketetapan yaitu surat yang memuat kebijaksanaan strategis, sifatnya umum berlaku / harus
diikuti oleh / bagi seluruh bagian anggota organisasi yang bersifat tetap. Ketetapan
dibuat dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang sehingga lebih
tinggi kedudukannya daripada surat keputusan
h. Rekomendasi yaitu keterangan yang menguatkan kapasitas/kapabilitas seseorang untuk
dapat dipertimbangkan oleh pengambil keputusan.
BAB IV
STANDARD FORMAT SURAT
Pasal 9
1. Kertas Kop Surat HIPMI menggunakan kertas HVS warna putih ukuran kuarto (A4) dengan
tulisan dan logo HIPMI sebagaimana contoh dibawah ini :
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
INDONESIA YOUNG ENTREPRENEURS ASSOCIATION
BADAN PENGURUS ……… (nama daerah/cabang)
Jl……………….T. …… F. ……. Email :………Website :……….
2. Nomor Surat
Terdiri dari 7 (tujuh) bagian, yaitu :
Nomor Urut/Kode Jenis Surat/Kode Surat Resmi/Rutin/Biasa-Pembuat/Pengirim BPP/Bulan
Masehi (Angka Romawi)/Tahun Masehi
Contoh : 001/A/1-Sek/BPP/X/15 atau 001/A/1-Sek/BPD/X/15
001/B/1-Sek/BPP/X/15 atau 001/B/1-Sek/BPD/X/15
Keterangan :
a. Nomor Urut. Penomoran surat diawali dengan nomor surat dan penomoran dilakukan dengan
sistem nomor urut (dimulai dari :1) dimulai awal masa bakti dan diakhiri pada akhir masa
bakti. Nomor urut surat resmi dibedakan dengan nomor surat jenis lain.
1. Nomor surat untuk surat-surat resmi/biasa/ mandat/ tugas/kuasa/keterangan.
2. Nomor surat untuk surat-surat keputusan dan surat-surat ketetapan.
Nomor surat baik untuk a.1 maupun untuk a.2 atas dimulai dengan nomor 001 sampai dengan
tak terbatas dan diperbaharui kembali dengan nomor 001 setiap periode pergantian
kepengurusan.
c. Pembuat / Pengirim
1. Sek = Untuk Sekretaris Jenderal/Sekretaris
2. KGR = Untuk Forum Musyawarah Nasional
3. Mus = Untuk Forum Musyawarah Daerah
4. Rak = Untuk Forum Rapat-Rapat Kerja.
e. Tahun Masehi : 2010, 2011, 2012 ......……Dst.ditulis hanya dua angka terakhir
4. Lampiran Surat. Menyebutkan jumlah, dan bila perlu dengan macam dan nama lampiran
5. Pokok Surat (Perihal / Hal) Ringkas tapi jelas, pendek tapi padat dan diterka maksud atau isi
surat.
Contoh :
Hal : PERMOHONAN PEMBICARA
8. Isi Surat.
Isi surat harus jelas, singkat dan padat dengan pembagian-pembagiannya adalah sebagai
berikut
e. Jika pengetikan surat lebih dari satu halaman, untuk menghubungkan pengetikan halaman
pertama dan berikutnya di sudut kanan bawah dicantumkan tanda-tanda seperti nomor
halaman dan atau awal kalimat yang ada di halaman selanjutnya.
Contoh : -1- dan atau akibatnya ……….. / ditulis di sudut bawah. Apabila berbentuk
lampiran, maka pada halaman berikutnya menyebutkan nama lampiran.
9. Penutup Surat.
Dalam pembuatan surat-surat resmi/rutin/biasa yang dibuka dengan “ Dengan Hormat“ Maka
dalam menutup surat digunakan kalimat “ Hormat Kami “.
Tanggal Surat.
Tanggal surat terletak di kanan bawah surat sebelah kalimat penutup dengan jarak 2 spasi.
Tanggal surat diawali dengan lokasi dikeluarkannya surat, kemudian disambung tanggal/
bulan/tahun.
d. Tanda tangan Ketua Umum / Ketua berada di sebelah kiri, sedangkan tanda tangan
Sekretaris Jenderal / Sekretaris Umum / Sekretaris dan wakilnya berada di sebelah
kanan.
Pasal 10
1. Tata cara penggunaan Cap organisasi adalah semua tingkatan yang diberi wewenang dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan organisasi. Adapun Cap organisasi ukuran standard
hanya untuk surat menyurat, sedang Cap ukuran kecil hanya untuk kartu anggota, dokumen
bank (cek, giro bilyet dll).
2. Pada bagian akhir surat wajib dibubuhi stempel organisasi yang ditempatkan di tengah-
tengah kedua tanda tangan dan menyentuh tanda tangan sebelah kiri.
3. Ukuran Cap / Stempel BPP HIPMI adalah 3,5 x 1,2 cm dan warna tinta Violet, dengan bentuk
huruf dan susunan kata sebagai berikut :
a. (khusus untuk BPP HIPMI) : HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA
Pasal 11
BAB V
KETATA ARSIPAN
Pasal 12
Untuk memudahkan pengelolaan system administrasi dan kesekretariatan, yaitu pengelolaan surat
menyurat, surat masuk maupun keluar, pengarsipan dan dokumentasi agar teratur dan sistematis,
maka system pengagendaan surat menyurat perlu diatur tersendiri, yang terdiri dari :
No. urut Surat No. Kode Surat No. Surat Isi Surat perihal Tujuan Surat
Contoh Ekspedisi
Pasal 13
1. Arsip adalah kumpulan warkat / surat-surat yang disimpan secara sistimatis karena mempunyai
suatu kemanfaatan apabila dibutuhkan dapat secara tepat ditemukan kembali. Jadi intinya
arsip berarti pengumpulan dan penyimpanan warkat / surat surat. Tata kearsipan yang
sempurna apabila semua surat dan dokumen-dokumen lainnya tersimpan pada suatu tempat
tertentu dan teratur rapi sehingga apabila diperlukan kembali mudah ditemui, walaupun surat-
surat tersebut telah tersimpan lama. Pengarsipan yang baik dan sangat berguna, terutama
membantu kelancaran dan ketertiban organisasi serta dapat digunakan sebagai pengembangan
pengetahuan umumnya.
2. Arsip organisasi HIPMI pada umumnya terdiri dari :
a. Arsip Aktif, adalah arsip yang masih digunakan dalam batas waktu tertentu oleh organisasi
sebagai bahan penyelesaian, arsip yang secara langsung tetap digunakan
b. Arsip In Aktif, yang oleh HIPMI telah mendapat penyelesaian dengan batas waktu tertentu
telah diselesaikan dan telah menurun nilai gunanya.
c. Arsip Statis, adalah arsip yang secara tidak langsung dipergunakan dalam penyelenggaraan
administrasi. Arsip ini adalah pertanggung jawaban HIPMI dan guna perkembangan
HIPMI.
3. Surat-surat organisasi harus disimpan di secretariat / kantor dan dilarang keras disimpan
di luar kantor. Apabila isi surat tersebut diperlukan, maka pengurus dapat meminta petugas
sekretariat untuk menggandakannya atau mengirimkan melalui faksimili atau kurir.
Pasal 14
KODE MAP / ARSIP HIPMI
BAB VI
INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI
Pasal 15
Pasal 16
1. Inventarisasi Organisasi adalah segala sesuatu yang menjadi milik organisasi berupa kekayaan
organisasi yang pada pokoknya dapat kita bagi menjadi dua bagian, yaitu: Inventarisasi yang
permanen (tahan lama) Contohnya : Gedung / Sekretariat kantor, alat-alat kantor, komputer,
meja, alat dapur dan sebagainya.
2. Penyimpanan inventaris organisasi harus dilakukan dengan baik oleh orang-orang yang
berkompeten dan bertanggung jawab sesuai dengan job discription kesekretariatan.
Penyimpanan harus dilaksanakan serta ditempatkan di sekretariat, tidak diperkenankan
dibawa atau disimpan di rumah fungsionaris.
Pasal 17
BAB VII
PERPUSTAKAAN ORGANISASI
Pasal 18
1. HIPMI sebagai Organisasi wadah berhimpun pengusaha Muda yang berorientasi pada bidang
ekonomi serta turut aktif menumbuh kembangkan semangat kewirausahaan di kalangan
generasi muda, melalui pelatihan, penyuluhan dan bentuk kegiatan lainnya maka perpustakaan
organisasi menjadi sangat penting dan strategis.
2. Perpustakaan yang ideal bagi HIPMI adalah meliputi buku-buku yang diperlukan bagi anggota
dan komponen pemuda lainnya yang memerlukan referensi informasi yang berkaitan dengan
kewirausahaan khususnya, perekonomian umumnya . Oleh karena itu minimal yang harus dimiliki
mencakup buku-buku yang diperlukan yang meliputi antara lain :
a. Dasar-dasar Kewirausahaan
b. Kiat-kiat sukses berwirausaha
c. Wawasan Kepemimpinan dan Manajemen
d. Wawasan Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan
e. Sumber-sumber Permodalan
f. Strategi Pemasaran
g. Dan lain-lain.
3. Dalam upaya menertibkan dan mengembangkan perpustakaan organisasi, maka perlu diatur
dalam administrasi perpustakaan dan diserahkan pengelolaannya kepada pengurus yang
bertanggung jawab dan memahami seluk beluk perpustakaan.
BAB VIII
KEPROTOKOLERAN
Pasal 19
1. Tugas suatu kesekretariatan tidak saja terbatas pada pengelolaan atau pengaturan surat-
menyurat organisasi, administrasi dan kearsipan dan penyelenggaraan dokumentasi serta
perpustakaan organisasi, tetapi juga meliputi penataan suatu acara dan pelaksanaannya,
yang disebut sebagai protokoler.
2. Keprotokoleran HIPMI merupakan segala aktivitas yang berhubungan dengan penyelenggaraan
suatu prosedur kelancaran (acara / upacara) dan memegang peranan penting bagi sukses dan
sempurnanya suatu acara / upacara.
3. Agar sasaran suatu kegiatan upacara dapat tercapai secara optimal, diperlukan
penanggungjawab dan pembagian tugas dalam penyelenggaraannya. Apabila
penyelenggaraan suatu aktifitas tanpa adanya Panitia Penyelenggara, maka pengelolaan
penataan dan penyelenggaraannya langsung berada di bawah team Sekretariat Jenderal /
Sekretariat.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan suatu acara / upacara adalah
sebagai berikut :
a. Tempat / Gedung (lay out, dekorasi dan pengaturan kursi)
b. Posisi tamu / undangan dan pengurus.
c. Jenis dan pengantar acara.
d. Susunan acara, terutama mengenai urutan pemberi sambutan, secara struktural pejabat/
pengurus terbawah mendahului pejabat/pengurus diatasnya, sedangkan dalam sapaan
sambutan berlaku sebaliknya.
Pasal 20
1. Dengan adanya Pedoman Administrasi Kesekretariatan ini menjadi sangat penting dan strategis
dalam menunjang dan menjadikan organisasi HIPMI menjadi organisasi yangmodern, karena
dengan adanya pedoman tersebut segala hal yang berkaitan dengan kesekretariatan menjadi
seragam dan teratur secara rapi sehingga segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan
organisasi akan efisien dan efektif serta bermutu.
2. Untuk melaksanakan administrasi yang baik dan profesional sangat bergantung pada
profesionalitas para pelaksannya, yaitu team Sekretaris Jenderal / Sekretaris dengan dukungan
dan pengertian semua fungsionaris
Pasal 21
Apabila di dalam peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan perbaikan
seperlunya. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila di dalam
peraturan organisasi ini terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan perbaikan seperlunya.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
167
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 11/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
PEDOMAN PANITIA KEGIATAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa dalam rangka menjalankan program kerja yang telah ditetapkan
organisasi, maka dipandang perlu bagi pengurus dan anggota untuk
dapat memahami prosedur atau tata laksana kepanitiaan dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam organisasi.
b. Bahwa kepanitiaan dalam organisasi menjadi sangat penting agar suatu
program organisasi dapat berjalan dengan efektif
c. Bahwa untuk itu diperlukan adanya pedoman panitia kegiatan dalam
organisasi yang menjadi dasar serta acuan dalam upaya melaksanakan
program organisasi
Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan pengurus
Lengkap HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Badan Pengurus
Harian HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
BAB II
PEMBIDANGAN TUGAS
Pasal 3
Tugas-tugas personalia dalam panitia adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak
dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan, oleh sebab itu setiap anggota panitia dalam
melaksanakan tugasnya wajib melakukan, memelihara dan mengadakan konsultasi dan kerjasama
yang erat dan serasi secara terus menerus antara anggota-anggota panitia.
BAB III
PANITIA PENGARAH
Pasal 4
1. Panitia Pengarah memiliki tugas dan kewenangan dalam hal-hal berkaitan dengan materi
pokok kegiatan.
2. Panitia Pengarah terdiri atas Ketua Panitia Pengarah, Sekretaris Panitia Pengarah dan Anggota
Panitia Pengarah.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
BAB IV
PANITIA PELAKSANA
Pasal 8
1. Panitia Pelaksana memiliki tugas dan kewenangan dalam hal-hal berkaitan dengan teknis
operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
2. Panitia Pelaksana terdiri atas Ketua Panitia, Wakil Ketua Panitia, Sekretaris Panitia, Wakil
Sekretaris Panitia, Bendahara Panitia, Wakil Bendahara Panitia dan Bidang-bidang
kepanitiaan.
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
BAB V
TUGAS BIDANG-BIDANG
Pasal 16
(1) Bagian-bagian kepanitian ditentukan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan program kerja.
(2) Bidang kepanitiaan terbagi atas bidang Dana/Keuangan, Kesekretariatan, Acara, Keamanan,
Transportasi dan Akomodasi, dan Perlengkapan.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PANITIA
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Panitia harus siap menerima saran dan kritikan yang membangun serta menerima dan melaksanakan
sanksi/konsekuensi, apabila melakukan tindakan atau kelalaian yang dapat merugikan dan
menggangu proses pelaksanaan kegiatan.
BAB VI
MEKANISME KERJA
Pasal 27
1. Panitia bekerja untuk mengoptimalkan sumberdaya organisasi yang ditujukan untuk kegiatan-
kegiatan yang diarahkan pada penciptaan iklim yang kondusif dalam pelaksananan kegiatan.
2. Mekanisme kerja kepanitiaan dilakukan oleh setiap personalia sesuai bidangnya
masing-masing dengan bekerja sama terhadap setiap unit kerja yang relevan melalui upaya-
upaya yang memadukan, menyerasikan dan menyelaraskan berbagai sasaran dan kegiatan
yang saling berkaitan, agar setiap aktifitas dapat mencapai tujuan, target, tempat dan waktu
pelaksanaan kegiatan yang tepat
3. Koordinasi kepanitiaan terdiri dari dua bentuk yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi
fungsional, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Koordinasi vertikal merupakan koordinasi yang dilakukan oleh panitia terhadap anggota
yang dikoordinasikannya
b. Koordinasi fungsional merupakan koordinasi yang dilakukan antar bagian dalam
kepanitiaan dan lembaga di luar kepanitiaan dalam lingkup tugas yang saling berkaitan
menurut asas fungsionalisasi dikoordinasikan melalui BPP HIPMI
4. Ketentuan mengenai Manajemen Operasionalisasi Kegiatan tertera pada lampiran ke-1
Peraturan Organisasi ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pasal 29
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
KOORDINATOR WILAYAH,
SEKRETARIS KOORDINATOR
WILAYAH DAN ANGGOTA
KOORDINATOR WILAYAH
177
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
178 KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 12/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN
ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa kesinambungan dan pengembangan peran organisasi secara efektif
dan efisien, sangat ditentukan oleh penataan segenap perangkat organisasi
di setiap tingkatan pusat, daerah dan cabang
b. Bahwa Peraturan Organisasi tentangKoordinator Wilayah, Sekretaris
Koordinator Wilayah dan Anggota Koordinator Wilayah perlu disusun
untuk kordinasi segala aktifitas organisasi demi menyesuaikan kebutuhan
dan dinamika perkembangan organisasi untuk arah yang lebih baik
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
Organisasi tentang Koordinator Wilayah, Sekretaris Koordinator Wilayah
dan Anggota Koordinator Wilayah
Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPL HIPMI tanggal
27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPH HIPMI tanggal
30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH 179
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Koordinator Wilayah (KORWIL) merupakan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(BPP HIPMI) yang dalam jabatannya setara dengan Kompartemen yang dibagi atas 4 (empat) wilayah di
Indonesia; Koordinator Wilayah Sumatera, Koordinator Wilayah Jawa, Nusatenggara, Bali, Koordinator
Wilayah Kalimantan, dan Koordinator Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.
Koordinator Wilayah dibagi menjadi 4 (empat) zona meliputi:
1. Koordinator Wilayah Sumatera :
a. BPD HIPMI Aceh
b. BPD HIPMI Sumatera Utara
c. BPD HIPMI Riau
d. BPD HIPMI Kepulauan Riau
e. BPD HIPMI Sumatera Barat
f. BPD HIPMI Jambi
g. BPD HIPMI Bengkulu
h. BPD HIPMI Lampung
i. BPD HIPMI Sumatera Selatan
j. BPD HIPMI Bangka Belitung
180 KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
BAB II
KOORDINATOR WILAYAH
Pasal 2
BAB III
SEKRETARIS KORWIL
Pasal 2
1. Membantu kelancaran tugas Ketua Koordinator Wilayah dalam menjalankan fungsi dan
peranannya.
2. Melaksanakan tugas Ketua Koordinator Wilayah atas dasar penunjukan tertulis apabila Ketua
Koordinator Wilayah berhalangan.
3. Mengawasi dokumentasi, surat menyurat, serta proses administrasi yang terkait dengan
kegiatan di daerah dibawah Koordinasi Wilayahnya.
BAB IV
ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
Pasal 4
KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH 181
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Pasal 5
Anggota Koordinator Wilayah bertanggung jawab untuk membantu Ketua Koordinator Wilayah dan
Sekretaris Koordinator Wilayah dalam menjalankan fungsi dan peranannya sebagai koordinator
wilayah.
BAB V
RAPAT KOORDINASI WILAYAH
Pasal 6
1. Rapat Koordinasi Wilayah (RAKORWIL) dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) masa
bhakti kepengurusan BPP HIPMI
2. Rakorwil berfungsi sebagai :
a. Media komunikasi dan sosialiasi program kerja BPP HIPMI
b. Media untuk mengetahui perkembangan keorganisasian BPD HIPMI
c. Media untuk menampung aspirasi BPD HIPMI
3. Peserta RAKORWIL adalah :
a. Fungsionaris BPP HIPMI
b. Ketua KORWIL, Sekertaris KORWIL dan 5 (lima) orang Anggota KORWIL.
c. Fungsionaris BPD HIPMI di wilayah yang bersangkutan
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.
Pasal 8
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
182 KOORDINATOR WILAYAH, SEKRETARIS KOORDINATOR WILAYAH DAN ANGGOTA KOORDINATOR WILAYAH
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
STANDARISASI PENERIMAAN
ANGGOTA BARU
183
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 13/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
STANDARISASI PENERIMAAN ANGGOTA BARU
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa HIPMI sebagai organisasi profesi, dan organisasi kader wajib
memiliki keanggotaan yang jelas, terdata dan tertata secara menyeluruh
disemua tingkat kepengurusan organisasi
b. Bahwa untuk mengelola keanggotaan yang jelas, terdata, dan tertata
diperlukan system standarisasi keanggotaan yang modern dan aksesibel
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu disusun Peraturan Organisasi HIPMI tentang Standarisasi
Penerimaan Anggota Baru HIPMI.
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Bahwa sesungguhnya dalam suatu organisasi yang sehat regenerasi guna kesinambungan jalannya
roda organisasi kedepan adalah hal yang mutlak dilakukan.Sebagai organisasi
pengusaha muda yang masa keaktivannya dibatasi oleh usia maka estafet kepemimpinan harus
berjalan secara periodik sesuai dengan aturan-aturan organisasi. Kegagalan merekrut anggota-
anggota baru secara otomatis regenerasi akan tidak berjalan secara normal dan dampaknya
organisasi ini digolongkan tidak sehat.
Bahwa untuk tercapainya maksud tersebut diatas sangat diperlukan kreasi tentang mekanisme
penerimaan anggota baru sesuai dengan kondisi masing – masing BPC dan BPD HIPMI di
seluruh Indonesia. Sosialisasi tentang eksistensi dan keberadaan HIPMI sebagai satu-satunya
wadah penyaluran aspirasi pengusaha muda di Indonesia adalah salah satu strategi yang perlu
dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu perlu diatur dalam sebuah Peraturan
Organisasi tentang Standarisasi dan strategi penerimaan anggota baru untuk menjadi acuan
dan bahan masukan bagi BPC dan BPD atau panitia recruitmen yang telah dibentuk. Peraturan
Organisasi ini bertujuan memberikan panduan kepada pengurus dan anggota di setiap tingkatan
untuk mengetahui secara jelas langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam setiap penerimaan
anggota baru.
BAB II
STANDARISASI REKRUTMEN ANGGOTA HIPMI
Pasal 2
Penerimaan anggota baru dilakukan dengan berbagai strategi oleh BPD/ BPC melalui tim/panitia
rekruitmen yang dibentuk khsusus untuk itu.
Pasal 3
Pasal 4
Dalam rangka menarik minat para pengusaha muda untuk masuk menjadi anggota HIPMI maka
perlu disampaikan nilai-nilai lebih yang akan didapatkan antara lain :
1. Jaringan/ Network dengan sesama pengusaha muda di seluruh Indonesia,
2. Akses dengan senior-senior HIPMI yang menduduki jabatan di Pemerintahan,
3. Akses permodalan dan peluang bisnis,
4. Kesempatan mengikuti forum-forum bisnis, seminar-seminar dibidang perekonomian,
5. Akses dengan pengusaha muda se Asean,
6. Akses ke organisasi profesi, sarana untuk menyalurkan aspirasi pengusaha muda, dsb.
Pasal 5
BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 6
1. Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga HIPMI.
2. Setiap anggota wajib membayar uang pangkal dan Iuran Anggota dan memberi sumbangan
untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi.
3. Setiap anggota yang melaksanakan aktivitas usaha berkewajiban secara moral memberikan
kesempatan/prioritas kepada anggota lain untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan prinsip
dan aturan bisnis yang berlaku.
4. Setiap Anggota wajib mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.
Pasal 7
BAB IV
PENGUKUHAN DAN ORIENTASI
Pasal 8
Pasal 9
Pengukuhan anggota baru dilakukan oleh Ketua Umum BPD/ BPC dan diupayakan dihadiri oleh
kepala/ wakil kepala Daerah, unsur Kadinda, Dinas terkait, Ketua Umum BPP/ BPD, organisasi
profesi lainnya.
Pasal 10
BAB V
SERTIFIKAT DAN PIN
Pasal 11
Setiap anggota baru yang dikukuhkan akan diberikan sertifikat keanggotaan dan PIN HIPMI yang
diserahkan secara simbolis kepada salah seorang anggota baru yang mewakili Pria dan wanita.
Penyerahan dilakukan oleh pejabat yang menghadiri acara pengukuhan dimaksud
Pasal 12
Sertifikat HIPMI dikeluarkan dengan standart yang dikeluarkan oleh BPP HIPMI,sebagaimana
contoh terlampir dalam Petunjuk Organisasi ( PO ) ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan ditetapkan kemudian oleh
BPP HIPMI
2. Peraturan Organisasi ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya
3. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
191
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 14/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Menimbang
: a. Bahwa HIPMI sebagai organisasi profesi, dan organisasi kader wajib
memiliki keanggotaan yang jelas, terdata dan tertata secara menyeluruh
disemua tingkat kepengurusan organisasi
b. Bahwa untuk mengelola keanggotaan yang jelas, terdata, dan tertata
diperlukan kartu tanda anggota dan system informasi keanggotaan yang
modern dan aksesibel
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu disusun Peraturan Organisasi HIPMI tentang Kartu Tanda
Anggota dan Sistem Informasi Keanggotaan
Memperhatikan : 1. Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan Pengurus Lengkap
HPP HIPMI tanggal 27 Agustus 2015
2. Saran dan masukan Saran dan masukan berkembang dalam Rapat Badan
Pengurus Harian BPP HIPMI tanggal 30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Organisasi ini yang dimaksud dengan :
1. Jenis keanggotaan HIPMI terdiri dari Anggota biasa dan Anggota luar biasa
2. Anggota Biasa adalah anggota HIPMI yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun sampai 40 (empat
puluh) tahun dengan ketentuan tidak sampai 41 (empat puluh satu) tahun
3. Anggota luar Biasa adalah anggota biasa yang telah berusia 41 (empat puluh satu) tahun keatas
4. Kartu Tanda Anggota disingkat KTA HIPMI adalah alat bukti tertulis yang secara sah menunjukkan
bahwa orang tersebut adalah anggota HIPMI
5. Sistem informasi keanggotaan disingkat SIK HIPMI adalah program perangkat lunak yang
dirancang dengan basis web atau web-base yang berfungsi sebagai bank data/database dari
anggota HIPMI seluruh Indonesia.
Pasal 2
Tujuan
Tujuan dari Peraturan Organisasi ini sebagai pedoman dalam tata cara penerbitan, perpanjangan
serta penggunaan KTA HIPMI dan Sistem Informasi Keanggotaan HIPMI.
Pasal 3
Ruang Lingkup
BAB II
KARTU TANDA ANGGOTA
Pasal 4
1. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI merupakan bukti keabsahan bagi anggota dalam
menggunakan hak-hak keanggotannya, seperti hak mendapatkan pelayanan keorganisasian,
hak mendapatkan informasi, hak mengikuti Munas / Musda / Muscab, Rakernas / Rakerda /
Rakercab, Diklatnas / Diklatda / Diklatcab dan kegiatan-kegiatan HIPMI lainnya
2. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI seragam untuk seluruh Indonesia dan dikeluarkan oleh Badan
Pengurus Pusat HIPMI melalui Badan Pengurus Daerah HIPMI dan selanjutnya mengirimkannya
kepada Badan Pengurus Cabang HIPMI Kabupaten/kota di wilayah masing-masing.
3. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI berlaku sampai dengan anggota HIPMI berusia 40 tahun
11 bulan
4. Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPMI dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat HIPMI sesuai ART
HIPMI Pasal 6 (enam) ayat 6 (enam)
5. Setiap anggota mendapat nomor Keanggotaan yang dicantumkan pada KTA miliknya. Nomor
Keanggotaan setiap anggota diberikan oleh Badan Pengurus Pusat HIPMI dan tetap dipakai
selama yang bersangkutan tidak pernah berhenti atau diberhentikan sebagai anggota.
BAB III
TATA CARA PENERBITAN DAN PENGGUNAAN KTA HIPMI,
SERTA PERPANJANGAN KTA HIPMI
Pasal 5
1. KTA HIPMI sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (4) diterbitkan dan diperpanjang
oleh: BPP HIPMI Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan c.q. Kompartemen
Keanggotaan dan Database
2. Tata cara penerbitan dan perpanjangan KTA HIPMI :
a. BPC HIPMI Kabupaten/Anggota mengajukan Surat Permohonan Penerbitan KTA bagi
Anggotanya yang telah dikukuhkan kepada BPD HIPMI Bidang Organisasi, Kaderisasi
dan Keanggotaan
b. Setelah BPD HIPMI menerima Surat Permohonan Penerbitan KTA dari BPC HIPMI Kabupaten/
Anggota, maka dilakukan verifikasi Administrasi dan apabila sudah memenuhi syarat
sesuai ketentuan, maka BPD HIPMI segera mengirimkan Surat Permohonan tersebut kepada
BPP HIPMI Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan c.q. Kompartemen
Keanggotaan dan Database.
Pasal 6
Masa Berlaku KTA
Pasal 7
Persyaratan Penerbitan KTA
Anggota HIPMI yang berhak memperoleh KTA HIPMI secara umum, harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Telah Memenuhi Syarat sebagai Anggota HIPMI
2. Membayar Uang Pangkal dan Iuran Anggota
3. Ada Surat Keputusan Pengangkatan dari BPC HIPMI setempat
Telah mengikuti Mekanisme Penerbitan KTA yang ditetapkan oleh BPP HIPMI
Pasal 8
Kelengkapan Persyaratan Penerbitan KTA
Kelengkapan persyaratan untuk memperoleh KTA HIPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 :
1. Pasfoto berwarna ukuran 2 x 3 cm dengan latar belakang atau warna dasar biru
2. Menggunakan seragam Jas Warna Gelap, Baju Warna Putih, Dasi Warna Bebas dan
menggunakan PIN HIPMI
3. Fotocopy Formulir Pendaftaran HIPMI yang Telah ditanda tangani oleh Pengurus BPC/BPD
4. Telah Mengisi Formulir Sistem Informasi Keanggotaan secara Online via HIPMI.NET dan
menunjukan Fotocopy Persetujuan dari Admin HIPMI.Net
5. Surat Keterangan dari BPD/BPC yang telah mengesahkan Keanggotaannya.
Pasal 9
Blangko KTA HIPMI
1. KTA HIPMI dibuat dengan bentuk yang fleksibel, efisien, dan tidak mudah rusak, sehingga
dapat ditempatkan dalam saku atau dompet, serta mudah untuk dibaca dan dikenali.
2. KTA HIPMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:
a. Identitas Organisasi
b. Nomor Keanggotaan sesuai Sistem Informasi Keanggotaan
c. Nama
d. Masa berlaku KTA HIPMI
3. Pengisian Nomor Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berisi:
a. Kode nomor Asal BPC/BPD
b. Kode Nomer Tahun Masuk
c. Kode nomor Tanggal Lahir; dan
d. Kode nomor urut KTA
4. Pedoman pemberian nomor registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum
pada lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 10
Tidak Berlakunya KTA
Pasal 11
Bagan KTA HIPMI
Bagan tentang proses penerbitan dan perpanjangan, bentuk, warna, dan penulisan KTA HIPMI,
tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.
BAB IV
NOMENKLATUR DAN SISTEM INFORMASI KEANGGOTAAN
Pasal 12
Nomenklatur
1. Urutan penomoran BPD HIPMI dan BPC HIPMI Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan
keputusan BPP HIPMI
2. Urutan penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampirkan pada lampiran kedua
peraturan ini
3. Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari peraturan ini.
Pasal 13
Sistem Informasi Keanggotaan
1. Sistem informasi keanggotaan disingkat SIK HIPMI adalah program perangkat lunak yang
dirancang dengan basis web atau web-base yang berfungsi sebagai bank data/database
dari anggota HIPMI seluruh Indonesia
2. Web base sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) adalah website BPP HIPMI
3. Pengelolaan SIK HIPMI berpedoman pada prosedur operasi standar yang .dilampirkan dalam
lampiran ketiga peraturan ini
4. Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari peraturan ini.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
1. Kartu Tanda Anggota HIPMI yang diterbitkan oleh BPP sebelum peraturan ini diberlakukan
dinyatakan tidak berlaku
2. Penerbitan Kartu Tanda Anggota HIPMI yang baru berpedoman pada peraturan ini
3. Penyesuaian sistem keanggotaan HIPMI paling lambat 12 bulan sejak diberlakukan
peraturan ini.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 15
1. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur kemudian oleh BPP HIPMI
2. Segala peraturan yang berhubungan dengan keanggotaan HIPMI yang telah berlaku
sebelumnya dan bertentangan dengan keputusan ini dinyatakan tidak berlaku
3. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
KEKHUSUSAN BADAN
PENGURUS DAERAH
199
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
PERATURAN ORGANISASI
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : 15/PO/HIPMI/XI/2015
TENTANG
KEKHUSUSAN BADAN PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
DKI JAKARTA RAYA
BADAN PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Memperhatikan : 1. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPL HIPMI tanggal
27 Agustus 2015
2. Saran dan pendapat yang berkembang dalam Rapat BPH HIPMI tanggal
30 Oktober 2015
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Peraturan Organisasi tentang Kekhususan Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPD HIPMI) DKI Jakarta Raya dibuat dengan pertimbangan :
1. Optimalisasi potensi aktifitas pengusaha muda secara kuantitatif
dan kualitatif di wilayah DKI Jakarta
2. Pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan potensi
pengusaha muda wilayah DKI Jakarta
BAB II
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 2
Nama
Organisasi ini bernama BADAN PENGURUS DAERAH HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
DKI JAKARTA RAYA atau disingkat BPD HIPMI DKI JAKARTA RAYA
Pasal 3
Tempat Kedudukan
Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) DKI Jakarta Raya
berada di Jakarta
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 4
Badan Pengurus Daerah
1. Badan Pengurus Daerah merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Daerah yang
mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi di Daerah bersangkutan
2. Badan Pengurus Daerah berkewajiban untuk :
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program Umum Daerah serta keputusan-
c. keputusan Musyawarah Daerah.
d. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Daerah ke
e. dalam Program Kerja Badan Pengurus Daerah yang dibagiper tahun program.
f. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
g. Menetapkan keputusan-keputusan lain yang diperlukan.
h. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
3. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk mensahkan Badan Pengurus Cabang yang
merupakan hasil dari Musyawarah Cabang.
4. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
Cabang Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan telah melampaui waktu 3 (tiga) bulan
sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
6. Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi
7. Badan Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Musyawarah
Daerah
8. Badan Pengurus Daerah memiliki kewenangan untuk memilih dan memberhentikan Ketua Umum
BPC HIPMI
1. Badan Pengurus Cabang dapat dibentuk pada setiap Kota/Kabupaten, dengan jumlah
anggota sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) orang.
2. Pembentukan Badan Pengurus Cabang baru melalui Karetaker yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan musyawarah cabang yang pertama selambat-lambatnya enam bulan setelah
ditetapkan.
3. Badan Pengurus Cabang berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program Umum Cabang serta keputusan-keputusan Musyawarah Cabang.
c. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Cabang ke dalam Program Kerja Badan
Pengurus Cabang yang dibagi per tahun program.
d. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
e. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
4. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
5. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan dan membayar biaya operasional berdasarkan
program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
6. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum
Musyawarah Cabang
Pasal 6
Pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Daerah
1. Pelaksanaan pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPD HIPMI) dipilih dan diberhentikan langsung oleh anggota biasa BPD HIPMI DKI
Jakarta Raya
Pasal 7
Pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Cabang
1. Pelaksanaan pemilihan Ketua Umum Badan Pengurus Caerah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPC HIPMI) DKI Jakarta Raya dipilih dan diberhentikan langsung oleh BPD HIPMI
DKI Jakarta Raya
2. Landasan pelaksanaan Pemilihan Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (BPC HIPMI) DKI Jakarta Raya :
a. Anggaran Dasar HIPMI
b. Anggaran Rumah Tangga HIPMI
c. Surat Keputusan BPD HIPMI DKI Jakarta Raya
Pasal 8
Masa Bakti Badan Pengurus
1. Masa Bakti Badan Pengurus adalah 3 (tiga) tahun terhitung mulai disahkan oleh Musyawarah
Daerah/Cabang
2. Seorang Fungsionaris Badan Pengurus Harian yang bukan Ketua Umum, setelah 1(satu) masa
bakti dapat dipilih kembali
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, seorang Ketua Umum Badan Pengurus tidak dapat
mencalonkan diri dan dipilih kembali ditingkat yang sama
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Peraturan Organisasi ini, akan diatur dalam
Rapat Badan Pengurus Harian yang tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.
Pasal 10
Peraturan Organisasi ini merupakan Peraturan Organisasi yang disahkan untuk pertama kali
dalam Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) HIPMI pada tanggal 08 November 2015 serta
dinyatakan berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapannya.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 08 November 2015
LAMPIRAN-LAMPIRAN
205
206
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
DAFTAR ISI
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN I LAMBANG HIPMI
LAMPIRAN II BENDERA HIPMI
LAMPIRAN III INDONESIA RAYA, HYMNE HIPMI, MARS HIPMI
LAMPIRAN IV PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) STANDAR ACARA SERIMONIAL HIPMI
LAMPIRAN V PERSYARATAN PENCALONAN DAN PEMILIHAN
KETUA UMUM HIPMI
I. Persyaratan Pencalonan
II. Pemilihan
Lampiran 1
Surat Pencalonan Sebagai Ketua Umum
Lampiran 2
Surat Pernyataan Mematuhi Norma dan Etika Organisasi
LAMPIRAN VI PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELANTIKAN PENGURUS
I. Prosedur Pelantikan
II. Tata Cara Pelantikan
Lampiran 1
Berita Acara Pelantikan Badan Pengurus Daerah / Cabang Himpunan
Pengusaha
Muda Indonesia
Lampiran 3
Ikrar Pelantikan/Pengukuhan Pengurus
Lampiran 4
Ikrar Penyerahan Pataka HIPMI
LAMPIRAN VII PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) ORIENTASI PENGURUS
LAMPIRAN VIII PERATURAN ORGANISASI RAPAT KERJA HIPMI
Lampiran 1
Rancangan Jadual Acara Rapat kerja HIPMI
Lampiran 2
Rancangan keputusan Tentang Jadual Acara Rapat kerja HIPMI
Lampiran 3
Rancangan Tata Tertib Rapat KerjaNasional/Daerah/Cabang HIPMI
Lampiran 4
Rancangan Keputusan Tentang Tata Tertib Rapat Kerja HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 207
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 5
Rancangan Keputusan Tentang Pimpinan Sidang Rapat Kerja HIPMI
Lampiran 6
Rancangan Keputusan Tim Perumus Rapat Kerja HIPMI
Lampiran 7
Rancangan Keputusan Rekomendasi Rapat Kerja HIPMI
LAMPIRAN IX STANDAR PROSEDUR KERJA PENERBITAN KTA HIPMI, SISTEM INFORMASI
DAN KEANGGOTAAN HIPMI
Lampiran 1
Form Regristrasi Anggota Baru HIPMI
Lampiran 2
Form Regristrasi Ulang Anggota HIPMI
Lampiran 3
Prosedur Pembuatan KTA HIPMI
Lampiran 4
Penomoran Keanggotaan KTA HIPMI
Lampiran 4
Daftar Kode Provinsi dan Kabupaten/Kota Kartu Tanda Anggota HIPMI
LAMPIRAN X MANAJEMEN OPERASIONAL KEGIATAN KEPANITIAAN
I. Perencanaan Kegiatan
II. Pelaksanaan Kegiatan
III. Pengendalian dan Pengawasan
IV. Penyelesaian Akhir Kegiatan
V. Evaluasi
VI. Penyusunan Laporan Kegiatan
LAMPIRAN NAMA DAN ALAMAT BPD HIPMI SELURUH INDONESIA
LAMPIRAN KELOMPOK KERJA (POKJA) PEDOMAN ORGANISASI
208 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN I
LAMBANG HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 209
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN II
BENDERA HIPMI
H 50 cm
TO
N
CO
55 cm
100 cm
BPP HIPMI
140 cm
H
TO
N
CO
210 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN III
INDONESIA RAYA
Cipt. WR Supratman
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa Dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu
Hiduplah Tanahku
Hiduplah Negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya
Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka - Merdeka
Tanahku Negeriku Yang Ku Cinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN 211
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
HYMNE HIPMI
Cipt. Siswono Yudhohusodo
Tiadalah kebahagiaan
Sebesar selesai kerja
212 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
MARS HIPMI
Cipt. Siswono Yudhohusodo
LAMPIRAN-LAMPIRAN 213
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN IV
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
6. Sambutan Gubernur setempat
7. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi MUNAS HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Keputusan Tim formateur
5. Pembacaan Keputusan MUNAS HIPMI sekaligus Pengesahan oleh pimpinan sidang MUNAS
HIPMI
6. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima dari Ketua Umum demisioner kepada Ketua
Umum terpilih
7. Sambutan Ketua Umum terpilih
8. Doa/Penutup
9. Selesai/Ramah Tamah
214 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Sambutan Ketua Kadin setempat
8. Sambutan Gubernur/Walikota/Bupati sekaligus membuka secara resmi
MUSDA/MUSCAB HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Keputusan Tim formateur
5. Pembacaan Keputusan MUSDA/MUSCAB HIPMI sekaligus Pengesahan oleh pimpinan sidang
MUSDA/MUSCAB HIPMI
6. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima dari Ketua Umum demisioner kepada Ketua
Umum terpilih
7. Sambutan Ketua Umum terpilih
8. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP (atau yang mewakili)
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah Tamah
LAMPIRAN-LAMPIRAN 215
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 2
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Sambutan Gubernur setempat
8. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi RAKERNAS HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi RAKERNAS HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah
216 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Sambutan Gubernur/Walikota/Bupati sekaligus membuka secara resmi
RAKERDA/RAKERCAB HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi RAKERDA/RAKERCAB HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah
LAMPIRAN-LAMPIRAN 217
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI
6. Sambutan Koordinator Wilayah HIPMI
7. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
8. Sambutan Gubernur sekaligus membuka secara resmi RAKORWIL HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi RAKORWIL HIPMI
5. Penyerahan Rekomendasi RAKORWIL HIPMI kepada Ketua Umum BPP HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI
7. Sambutan Koordinator Wilayah HIPMI
8. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI (atau yang mewakili)
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah Tamah
218 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 3
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Sambutan Gubernur setempat
8. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi SDP/MUNASSUS HIPMI
9. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
10. Doa/Penutup
11. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi SDP/MUNASSUS HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD HIPMI setempat
6. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah
LAMPIRAN-LAMPIRAN 219
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 4
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI (atau yang mewakili)
6. Sambutan Gubernur LEMHANAS
7. Sambutan Presiden sekaligus membuka secara resmi DIKLATNAS HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi DIKLATNAS HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPP HIPMI
6. Sambutan Gubernur LEMHANAS
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah
220 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
A. PEMBUKAAN
1. Pengantar MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Laporan Ketua Panitia
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Sambutan Gubernur/Walikota/Bupati sekaligus membuka secara resmi DIKLATDA/
DIKLATCAB HIPMI
8. Penyerahan cindera mata atau penghargaan
9. Doa/Penutup
10. Selesai/Ramah tamah
B. PENUTUPAN
1. Pengantar oleh MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Menyanyikan Hymne dan Mars HIPMI
4. Pembacaan Rekomendasi DIKLATDA/DIKLATCAB HIPMI
5. Sambutan Ketua Umum BPD/BPC HIPMI
6. Sambutan Ketua Umum BPD/BPP HIPMI (atau yang mewakili)
7. Doa/Penutup
8. Selesai/Ramah Tamah
LAMPIRAN-LAMPIRAN 221
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN V
222 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Harian dan atau menjadi anggota biasa aktif sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
4. Surat Keterangan telah memenuhi kewajiban membayar iuran keanggotaan dari BPC asal
keanggotaan
5. Surat Pernyataan mematuhi norma, etika dan disiplin organisasi
6. Foto Copy KTP yang masih berlaku
7. Foto Copy KTA HIPMI yang masih berlaku
8. Foto Copy Sertifikat Diklatcab
9. Pas photo warna ukuran 3x4 2 lembar
10. Daftar Riwayat Hidup (CV)
II. PEMILIHAN
A. TAHAP PENDAFTARAN
1. Calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :
a) Bakal calon mendaftarkan diri secara tertulis kepada Panitia Pemilihan selambat-lambatnya
60 (enam puluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan MUNAS
b) Bakal calon mempresentasikan pokok-pokok pikiran kepada Komite pembekalan Calon
Ketua Umum { 2 (dua) orang Mantan Ketua Umum BPP HIPMI masa bakti sebelumnya dan
1 (satu) orang Panitia Pengarah (SC)}
c) Pendaftaran bakal calon dan verifikasi bakal calon dilakukan oleh Panitia Pengarah (SC)
MUNAS dan Tim Nominasi dan dibacakan diforum untuk disahkan
d) Bakal calon yang dapat disahkan menjadi calon adalah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan hasil ketetapan Panitia Pengarah (SC) MUNAS.
B. TAHAP KAMPANYE
1. Calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :
LAMPIRAN-LAMPIRAN 223
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
a) Tahap kampanye yang harus diikuti oleh bakal calon terdiri dari kampanya tertulis,
kampanye lisan, debat antar calon dan presentasi pokok-pokok pikiran dalam forum
yang disediakan oleh Panitia Pemilihan MUNAS dan dinilai oleh Pengarah (SC) MUNAS
dan Tim Nominasi
b) Tahap kampanye berlangsung sampai saat pelaksanaan MUNAS
C. PROSEDUR PEMILIHAN
1. Calon Formateur/Ketua Umum BPP HIPMI adalah :
a) Pemilihan calon dimulai dengan penyampaian visi dan misi bakal calon sekaligus
penjabaran program umum nasional HIPMI yang telah diputuskan oleh MUNAS
b) Pemilihan calon dilakukan dengan menggunakan surat suara yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah utusan MUNAS
c) Surat suara yang sah adalah surat suara yang dicetak oleh panitia MUNAS
1) Suara sah adalah :
· Satu kali coblos di nomor dalam kolom yang sudah di sediakan
· Coblos menggunakan pena yang sudah disiapkan panitia MUNAS
2) Suara tidak sah adalah :
· Mencoblos lebih dari satu kali
· Terdapat tulisan baru dalam surat suara
· Coblos digaris pembatas
d) Pemilihan dilakukan dengan 2 (dua) putaran
e) Putaran 1 (pertama) dimulai dengan penyampaian pernyataan kesediaan calon
Formateur/Ketua Umum
f) Pada putaran 1 (pertama) setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon
g) Calon yang mendapatkan dukungan suara lebih dari 50 (lima puluh) persen dari total
jumlah suara secara langsung dinyatakan sah sebagai Formateur/Ketua Umum BPP
HIPMI
h) Calon yang mendapatkan minimal 20 (dua puluh) suara berhak untuk maju pada putaran
kedua
i) Apabila tidak terdapat calon yang memenuhi suara minimal tersebut, maka dilakukan
pemilihan ulang putaran pertama sampai terdapat calon yang memperoleh suara
minimal
224 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 225
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Demisioner
m) Apabila hanya ada satu calon tunggal, maka dapat dinyatakan sebagai Formateur/
Ketua Umum BPD HIPMI dan Mide Formateur dipilih secara mufakat atau melalui
pemilihan suara ditambah dengan Ketua Umum Demisioner
n) Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI didampingi 2 (dua) Mide Formateur menyusun
kepengurusan untuk masa bakti selanjutnya
o) Formateur/Ketua Umum BPD HIPMI memiliki hak prerogatif memilih Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum
p) Formatuer/Ketua Umum terpilih BPD HIPMI mengajukan surat permohonan SK Pengurus
dengan melampirkan hasil MUSDA kepada BPP HIPMI selambatnya- lambatnya 15 (Lima
belas) hari.
q) Hal-hal lain yang belum diatur, dapat diatur kemudian sesuai kesepakatan dari peserta
MUSDA
226 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Ketua Umum BPC HIPMI dan Mide Formateur dipilih secara mufakat atau melalui
pemilihan suara ditambah dengan Ketua Umum Demisioner
n) Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI didampingi 2 (dua) Mide Formateur menyusun
kepengurusan untuk masa bakti selanjutnya
o) Formateur/Ketua Umum BPC HIPMI memiliki hak prerogatif memilih Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum
p) Formatur/Ketua Umum terpilih harus mengajukan surat permohonan SK Pengurus dengan
melampirkan Hasil MUSCAB kepada BPD HIPMI dan memberikan tembusan kepada BPP
HIPMI selambat lambatnya 15 (lima belas) hari
q) Hal-hal lain yang belum diatur, dapat diatur kemudian sesuai kesepakatan dari peserta
MUSCAB.
LAMPIRAN-LAMPIRAN 227
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 1
Kepada Yth.
Panitia Pengarah/SC Munas/Musda/Muscab
Di-
Tempat
Nama :
NPA :
Jabatan :
Alamat :
Mengajukan diri menjadi CALON KETUA UMUM BADAN PENGURUS PUSAT/BADAN PENGURUS
DAERAH/BADAN PENGURUS CABANG HIPMI Masa Bakti 20... – 20... pada MUSYAWARAH
NASIONAL/MUSYAWARAH DAERAH/MUSYAWARAH CABANG ke ... HIPMI yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat.
Berikut ini saya lampirkan dokumen persyaratan pencalonan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pengarah (SC). Dan saya juga bersedia mentaati peraturan/tata tertib/prosedur pemilihan
sebagaimana tertuang dalam AD/ART HIPMI.
Demikian surat pencalonan ini saya buat. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
..............................
228 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 2
Nama :
NPA :
Jabatan :
Alamat :
Dalam rangka pencalonan saya menjadi calon Ketua Umum BADAN PENGURUS PUSAT/
BADAN PENGURUS DAERAH/BADAN PENGURUS CABANG HIPMI Masa Bakti 20... – 20... pada
MUSYAWARAH NASIONAL/MUSYAWARAH DAERAH/MUSYAWARAH CABANG ke... HIPMI yang
akan dilaksanakan pada tanggal ... s/d ... Di ...., dengan ini menyatakan Bahwa SAYA AKAN
MEMATUHI NORMA, ETIKA DAN DISIPLIN ORGANISASI sebagaimana tertuang dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPMI.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
......Tanggal/Bulan/Tahun
Hormat saya,
Materai 6000
.....................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN 229
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN VI
230 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 231
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 1
Ketua Umum :
Sekretaris Umum :
Bendahara :
Dalam menjalankan Roda Organisasi agar berpedoman senantiasa kepada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga HIPMI. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.
..………………........
………………………………………………….
Ketua Umum
……………………………….
Ketua Umum
DISAKSIKAN OLEH
Gubernur/Bupati/Walikota atau yang mewakili
…………………………….....
232 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 2
JANJI PENGURUS
1. Pengikraran Janji Pengurus diawali dengan pertanyaan kepada Pengurus BPD/BPC yang akan
dilantik/dikukuhkan tentang kesediaan mengikrarkan Janji Pengurus.
2. Mengintruksikan kepada Pengurus BPD/BPC yang akan dilantik/dikukuhkan untuk mengikuti kata-
kata BPP/BPD yang bertugas melantik/mengukuhkan pengurus. Adapun kata-kata tersebut
sebagai berikut :
Sebelum saudara-saudara dengan resmi saya lantik pada hari ini mohon mengikuti kata-kata
saya :
JANJI PENGURUS
BAHWA SAYA AKAN PATUH DAN MEMEGANG TEGUH, ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN
RUMAH TANGGA SERTA TATA LAKSANA ORGANISASI, HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA
INDONESIA .
BAHWA SAYA, DALAM MENJALANKAN JABATAN ORGANISASI, SENANTIASA AKAN
MENGUTAMAKAN, KEPENTINGAN ORGANISASI DIATAS KEPENTINGAN PRIBADI.
BAHWA SAYA, SENANTIASA AKAN MENJUNJUNG TINGGI, KEHORMATAN DAN NAMA BAIK
ORGANISASI HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA.
SELESAI !
LAMPIRAN-LAMPIRAN 233
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 3
SEMOGA TUHAN YANG MAHA ESA SENANTIASA MEMBERIKAN KEKUATAN LAHIR DAN
BATHIN KEPADA SAUDARA-SAUDARA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN AMANAH YANG
DIBERIKAN
234 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 4
LAMPIRAN-LAMPIRAN 235
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN VII
236 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN VIII
STANDART PELAKSANAAN
RAPAT KERJA HIPMI
Lampiran 1
Rancangan Jadwal Acara Rapat Kerja HIPMI
SEREMONIAL PEMBUKAAN
WAKTU ACARA PENGISI ACARA / PIC
LAMPIRAN-LAMPIRAN 237
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
238 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 2
RANCANGAN KEPUTUSAN JADWAL ACARA
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ...........................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER........ - ....../HIPMI/......
Tentang
JADWAL ACARA RAKER...... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................... ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Memperhatikan : Saran dan pendapat serta usulan yang dikemukakan dalam Sidang
Pleno I RAKER ……. ….. HIPMI tanggal ……..
Memutuskan
Kedua : Naskah Jadwal Acara RAKER ...... ....... HIPMI sebagaimana dimaksud dalam
ayat pertama Keputusan ini terdapat pada lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini, dan dapat
diubah dengan persetujuan Sidang Pleno RAKER ….. …… HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 239
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….
Ketua, Sekretaris
…………………….. ………………………
Anggota :
1. ……………………… ………………………
2. ……………………… ………………………
3. ……………………… ………………………
4. ……………………… ………………………
5. ……………………. …………………….
6. ……………………… ………………………
240 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 3
RANCANGAN TATA TERTIB RAPAT KERJA NASIONAL/
DAERAH/CABANG HIPMI
TATA TERTIB
RAPAT KERJA NASIONAL/DAERAH/CABANG
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
MASA BAKTI …………..
Pasal 1
Ketentuan Umum
Pasal 2
Penyelenggara
Untuk menyelenggarakan RAKER ….. …… HIPMI, BPP/BPD/BPC HIPMI masa bakti ………. membentuk
Panitia Rapat Kerja ………. …… HIPMI yang terdiri dari Steering Committee (SC) dan Organizing
Committee (OC), melalui surat keputusan BPP/BPD/BPC HIPMI Nomor : ……….
Pasal 3
Tema
Pasal 4
Tempat dan Waktu
Pasal 5
Tujuan
1. Membahas dan mengevaluasi Program Kerja BPP/BPD/BPC HIPMI masa bakti ………. yang
sudah berjalan.
2. Menyusun prioritas pelaksanaan Program Kerja BPP/BPD/BPC HIPMI masa bakti ………. yang
akan dilaksanakan.
3. Menyusun Keputusan-keputusan yang menunjang hasil MUNAS ……. HIPMI tahun ……...
LAMPIRAN-LAMPIRAN 241
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Pasal 6
Alat Kelengkapan Rakernas
6. Tim Perumus
Pasal 7
Pimpinan Sidang
1. Rapat Kerja HIPMI dipimpin oleh BPP/BPD/BPC HIPMI, dibantu oleh Panitia Pengarah (SC) dan
Pimpinan Sidang yang terdiri lima orang yang dipilih dari peserta
2. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari peserta atau peninjau.
Pasal 8
Tugas Dan Kewajiban Pimpinan Sidang
Pasal 9
Peserta Dan Peninjau
242 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Indonesia (bila Rakernas) atau Badan Pengurus Cabang HIPMI se-Provinsi ............... (bila
Rakerda) atau Badan Pengurus Cabang HIPMI dan Anggota HIPMI se-Kota/Kabupaten
.........(bila Rakercab) yang terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum,
dan Ketua-ketua bidang atau yang mendapat mandat dari BPD/BPC.
b. Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan HIPMI Tingkat BPP/BPD/BPC
Pasal 10
Hak Dan Kewajiban Peserta Dan Peninjau
Pasal 11
Perumusan
Perumusan hasil Rapat Kerja diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat oleh Tim Perumus
sebanyak 7(Tujuh) orang yang terdiri dari Peserta dan atau Peninjau yang dipilih bersama-sama
dengan Panitia Pengarah (SC) RAKER ….. …… HIPMI.
Pasal 12
Ketentuan Lain
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Tata Tertib ini diserahkan kepada kebijaksanaan Pimpinan
Sidang.
Pasal 13
Penutup
Tata tertib RAKER ….. …… HIPMI berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali atas
persetujuan forum RAKER ….. …… HIPMI jika ada perubahan dan atau ditemukan kesalahan di
dalamnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN 243
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 4
RANCANGAN KEPUTUSAN TATA TERTIB
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ....................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER........ - ....../HIPMI/......
Tentang
TATA TERTIB RAKER........ ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA .............. ......... HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
244 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….
Ketua, Sekretaris
…………………….. ………………………
Anggota :
1. ……………………… ………………………
2. ……………………… ………………………
3. ……………………… ………………………
4. ……………………… ………………………
5. ……………………. …………………….
6. ……………………… ………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN 245
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 5
RANCANGAN KEPUTUSAN PIMPINAN SIDANG
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ...........................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER........ - ....../HIPMI/......
Tentang
PIMPINAN SIDANG RAKER...... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................... ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
246 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Kedua : Pimpinan Sidang RAKER ...... ....... HIPMI bertugas sebagai penanggungjawab
pelaksanaan Sidang-sidang RAKER…… ….. HIPMI.
Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….
Ketua, Sekretaris
…………………….. ………………………
Anggota :
1. ……………………… ………………………
2. ……………………… ………………………
3. ……………………… ………………………
4. ……………………… ………………………
5. ……………………. …………………….
6. ……………………… ………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN 247
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 6
RANCANGAN KEPUTUSAN TIM PERUMUS
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ...........................
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : I/RAKER ........ - ...... /HIPMI/......
Tentang
TIM PERUMUS RAKER ...... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................... ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
248 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Ditetapkan di : ………………
Pada Tanggal : ……………….
Ketua, Sekretaris
…………………….. ………………………
Anggota :
1. ……………………… ………………………
2. ……………………… ………………………
3. ……………………… ………………………
4. ……………………… ………………………
5. ……………………. …………………….
6. ……………………… ………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN 249
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Lampiran 7
RANCANGAN KEPUTUSAN REKOMENDASI
RAPAT KERJA HIPMI
KEPUTUSAN
RAPAT KERJA ......... .......
HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
Nomor : ..... /RAKER ....-..... /HIPMI/......
Tentang
REKOMENDASI RAKER ....... ....... HIPMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RAPAT KERJA ................. ........ HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA
250 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Ditetapkan di : ……………….
Pada Tanggal : ……………….
Ketua, Sekretaris
…………………….. ………………………
Anggota :
1. ……………………… ………………………
2. ……………………… ………………………
3. ……………………… ………………………
4. ……………………… ………………………
5. ……………………. …………………….
6. ……………………… ………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN 251
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN IX
Kabupaten/Kota : .....................................................
DATA PERSONAL
Alamat Rumah :
Nomor HP : .....................................................
252 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Jabatan .....................................................
LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN 253
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Kabupaten/Kota : .....................................................
DATA PERSONAL
Alamat Rumah :
Nomor HP : .....................................................
254 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Fakultas .....................................................
Jurusan .....................................................
Alamat Univ / PT :
LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN 255
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Kabupaten/Kota : .....................................................
DATA PERSONAL
Alamat Rumah :
Nomor HP : .....................................................
Jabatan .....................................................
256 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN 257
PEDOMAN ORGANIS HIPM
258 LAMPIRN-
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 259
PEDOMAN ORGANIS HIPM
Nomor Kode Provinsi / BPD Tahun Masuk HIPMI Tipe Anggota (HIPMI / HIPMI PT)
260 LAMPIRN-
3402 Kabupaten Malinau
3403 Kabupaten Nunukan
3404 PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Kabupaten Tana Tidung
3405 Kota Tarakan
Halaman 209
LAMPIRAN-LAMPIRAN 261
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
a b datanya
Hiro-Techno Jika KTA sesuai, maka Formulir Uji
akan dilanjutkan Kualitas
Pembuatan KTA dengan proses
pengiriman
Tidak Jika KTA tidak sesuai,
maka akan dilakukan
Lolos proses pembuatan
seleksi KTA ulang
Hiro-techno Proses pengiriman
Ya KTA dilakukan setiap
awal bulan ke masing-
Pengiriman KTA masing BPD
BPD/BPC KTA akan
didistribusikan oleh
Selesai BPD ke masing-
masing BPCnya
262 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 263
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
264 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 265
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
266 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 267
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
268 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 269
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
270 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 271
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
272 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 273
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
LAMPIRAN X
MANAJEMEN OPERASIONAL
KEGIATAN KEPANITIAAN
I. PERENCANAAN KEGIATAN
Perencanaan merupakan penentuan program pelaksanaan kegiatan yang akan membantu
tercapainya tujuan kegiatan. Dibawah ini tercantum beberapa hal yang perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan perencanaan :
a. Pelaksanaan kegiatan tergantung pada baik buruknya perencanaan
b. Perencanaan harus diarahkan pada tercapainya tujuan. Apabila tujuan tak tercapai, mungkin
disebabkan oleh kurang sempurnanya perencanaan
c. Perencanaana harus didasarkan atas kenyataan-kenyataan obyektif dan rasional untuk
mewujudkan adanya kerjasama yang efektif
d. Perencanaaan harus mengandung atau dapat memproyeksikan kejadian-kejadian pada masa
yang akan datang
e. Perencananan harus bisa memikirkan secara matang, jelas dan mendetil, serta terarah, mengenai
kebijaksanaan metode, prosedur dan standar hasil kerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditertapkan
f. Perencanaan harus memberikan pedoman dasar kerja dan latar belakang bagi fungsi-fungsi
manajemennya, yaitu pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, penyelesaian akhir kegiatan
dan evaluasi.
274 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
3. Perangkat Pelaksana
Menjelaskan perangkat-perangkat pelaksana kegiatan secara jelas, termasuk pihak-pihak
luar terkait yang diharapkan akan turut berperan serta dalam upaya penyuksesan kegiatan
4. Langkah-langkah kegiatan
Berisikan langkah-langkah persiapan pelaksanaan kegiatan.
Job Description ini berisikan nama dan identifikasi jabatan yang menjelaskan tugas dan wewenang
serta tanggung jawab yang dibebankan pada panitia pelaksana kegiatan. Sistematika
penyusunannya berikut penjelasan adalah :
1. Nama jabatan ditulis berikut nama pelaksananya
2. Tugas, yaitu adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pelaksana. Dalam
penyusunannya dibagi dua yaitu Tugas Umum dan Uraian Tugas. Tugas Umum ini berisikan
penjelasan yang perlu ditulis yang berkaitan dengan tugasnya, dan melalui Uraian Tuga
nantinya diuraikan secara terperinci
3. Tanggung jawab menguraikan sebatasmana ia bertanggung jawab dan kepada siapa
ia harus mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Job Description ini adalah :
1. Jelas : Penyusunan redaksionalnya harus jelas, dengan kata lain tidak
memungkinkan adanya penafsiran lain
2. Logis : Apa yang tertera haruslah dianggap memungkinkan pelaksanaannya
3. Terpadu : Pembagian tugas dan wewenang setiap pelaksana tidak boleh ada
yang bertabrakan atau saling bersinggungan. Koordinasi antar seksi
perlu dijelaskan agar tanggung jawab per seksi jelas dan tidak saling
melempar tanggung jawab
4. Mendetil : Perincian jabatan yang diuraikan diupayakan semendetil mungkin
LAMPIRAN-LAMPIRAN 275
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Harus disadari bahwa, jika ada salah satu dari komponen kegiatan yang tidak
berjalan sesuai dengan rencana, jelas ini akan mempengaruhi kegiatan lainnya, apalagi
bila hal tersebut sangat prinsipil, misalnya seksi perijinan. Pelaksanaan bisa menyimpang dari
perencanaan semula, dan bahkan jadinya berkesan dipaksakan asal jadi atau asal ada saja.
Dampaknya selain menggangu proses kegiatan, juga akan merusak nilai dari hasi l kegiatan itu
sendiri. Sangat disayangkan, bahwa proses perencanaan dan persiapan yang telah memakan
waktu dan biaya yang tidak sedikit menjadi hancur akibat kelalaian yang tidak bertanggung
jawab dari satu komponen saja. Dibawah ini adalah contoh dalam membuat perencanaan waktu
kerja.
1. Perencanaan waktu kerja keseluruhan kegiatan.
Contoh :
276 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
Pelaksanaan kegiatan selalu harus ditinjau ulang kembali setiap waktu secara periodik supaya
dapat diketahui tanda-tanda kemungkinan pelaksanaan yang menyimpang dari rencana semula.
Bentuk formal yang biasa digunakan dalam pengendalian dan pengawasan ini adalah berbentuk
rapat berkala, mingguan atau dua mingguan, yang membahas laporan hasil kerja panitia dan
evaluasi kerja. Di dalamnya dibahas pula permasalahan-permasalahan dan kendala-kendala yang
timbul serta perubahan-perubahan pada rencana.
LAMPIRAN-LAMPIRAN 277
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
baik dan tujuannya tercapai, nilainya akan jadi berkurang akibat penyelesaian akhir kegiatan yang
tidak tuntas.
Hal yang perlu ditekankan dalam penyelesaian akhir kegiatan ini adalah jangan sampai ada
satu pihak pun, terrutama pihak luar yang kecewa atau tidak puas terhadap penyelesaian akhir
kegiatan ini. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini :
a. Persoalan administrasi dan keuangan harus tuntas, jangan sampai ada yang terlewat.
b. Sisa-sisa atribut kegiatan dikumpulkan dan dibereskan kembali
c. Fasilitas sarana dan prasarana, termasuk logistik yang digunakan harus dikembalikan ke tempat
semula dalam keadaan semula dengan pengecekan terlebih dahulu bila terjadi kerusakan pada
saat digunakan
d. Membuat ucapan terima kasih berupa surat atau kenang-kenangan kepada pihak luar yang
telah membantu sebagai upaya membina hubungan yang baik dalam jangka panjang
e. Memastikan bahwa setelah acara berakhir, tidak ada satu pun dari perangkat dan partisipan
pelaksana seperti panitia ataupun peserta, mengalami hal-hal yang tidak dikehendaki seperti
gangguan fisik atau pun jasmani sebagai akibat langsung dari pelaksanaan kegiatan pada saat
kegiatan tengah berlangsung
f. Membuat laporan akhir per seksi dan laporan pertanggung jawaban secara keseluruhan.
V. EVALUASI
Evaluasi diartikan sebagai penilaian terhadap pelaksanaan rencana baik pada setiap tingkat sasaran
(hasil dan tujuan) maupun pada fungsi-fungsi manajemen organisasi serta faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhinya. Baik tidaknya suatu evaluasi sangat tergantung dari rencananya itu sendiri.
Suatu rencana baik apabila di dalam rencana tersebut memuat unsur-unsur evaluasi yaitu indikator
dari tingkat sasaran (hasil dan tujuan) serta standar hasil kerja seseorang
Hasil evaluasi ini berguna untuk menilai kekuatan dan kemampuan organisasi dalam melaksanakan
suatu kegiatan, yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk kegiatan
berikutnya baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Hasil suatu evaluasi harus memberikan umpan balik untuk dua maksud dibawah ini, yaitu :
a. Memperbaiki dan menyempurnakan rencana berikutnya melalui reformulasi perencanaan
(perumusan kembali perencanaan)
b. Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kegiatan.
Dalam manajemen organisasi kegiatan ini, maka tahapan evaluasi yang digunakan, yaitu :
a. Tahap Pertama : Evaluasi Perencanaan
Evaluasi tahap ini dilaksanakan setelah rencana ditetapkan, dengan tujuan untuk menilai
kekuatan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dan untuk menilai kekuarangan/
kelemahan yang perlu diminimalisir serta diselesaikan secara musyawarah mufakat
b. Tahap Kedua : Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi tahap ini dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung, dan banyaknya evaluasi pada
tahap pelaksanaan sangat tergantung dari kebutuhan
c . Tahap Ketiga : Evaluasi Akhir
Evaluasi tahap ini dilaksanakan setelah kegiatan berakhir, dengan tujuan untuk melihat dampak
dan hasil dari seluruh pelaksanaan rencana pada hasil kegiatan.
278 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK KERJA (POKJA) PEDOMAN
ORGANISASI
PENANGGUNG JAWAB
Ketua Umum : BAHLIL LAHADALIA
Sekretaris Jenderal : PRIAMANAYA DJAN
Bendahara Umum : EKA SASTRA
STEERING COMMITTEE
Ketua : ANGGAWIRA
Anggota : UMAR A. LESY
: KAMAL FIKRI
: GAFUR MAS’UD
: RONY FAUZAN
TIM POKJA
Ketua : HARMEN SAPUTRA
Wakil Ketua : YAYANG RUZALDY
Sekretaris : BASIRUDDIN
Wakil sekretaris : NURIL ANWAR
Bendahara : RANO WIHARTA
Anggota : ANDI MATALITI
: EMAN SETIAWAN
: MUHAMMAD IDRUS
: ARDANTYA SYAHREZA
: RICKY TANSIL
: M YAMIN TARA
: SUCIANTI SUAEB SAENONG
: DEBBY ANGLIA PRATIWI UTAMI
: TANDRI
: DAVID RASYID
: JACK BOY LAFIAN
: AJIB HAMDANI
LAMPIRAN-LAMPIRAN 279
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
280 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
10. BANGKA BELITUNG Jl. Soekarno Hatta No.08 RT.008/002 REDY ZEDIRA TAMA
Depan Ruko BB Tower HP : 0852 68801212
Semabung Baru - Girimaya Pin BB : 27FED6F9
Pangkal Pinang – Bangka Belitung E-mail : redy.rjv@yahoo.com
Telp. (0717) 4256603
Fax. (0717)
E-mail : bpdhipmibabel@yahoo.co.id
12. DKI JAKARTA RAYA Jl. Bakti I No.5 - Senopati ISKANDARSYAH RAMA DATAU
Jakarta Selatan 12160. HP : 0816 101333
Telp. (021) 5278869 – 5263737 Whatsapp : 0878 80555083
5263666 E-mail : dataurama@gmail.com
Fax. (021) 5736238
E-mail : jaya@hipmi.org
LAMPIRAN-LAMPIRAN 281
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
15. JAWA TENGAH Jl. Kawi Raya No.29 MOHAMMAD REZA TARMIZI
Semarang 50252 HP : 0812 2895555
Telp. (024) 8504179 Pin BB : 2AD6C8D9
Fax. (024) 8504179 E-mail : rezatarmizi@gmail.com
E-mail : sekretariat.hipmijateng@gmail.
com YUSNAWIANDI : 0812 25954224
16. JAWA TIMUR Jl. Jaksa Agung Suprapto No.23 GIRI BAYU KUSUMAH
Surabaya HP : 0812 22257808
Telp. (031) 5310629 Pin BB : 743692FB – 2274882D
Fax. (031) 5310629 E-mail : giri.kusumah@yahoo.com
E-mail : bpd_hipmijatim@yahoo.com
18. KALIMANTAN TENGAH Gedung Batang Garing, Lt.2 MIKY BARITO PUTRA
Jl. D.I. Panjaitan No.1/ HP : 0821 43333330
Jl. Jend. Sudirman No.1 Pin BB : 2AE4D2C3
Palangkaraya E-mail :
Telp. (0536) 3222882
Fax. (0536) 3221882
19. KALIMANTAN TIMUR Jl. Arief Rahman Hakim No.16 DAYANG DONA FAROUK
Kel. Sungai Pinang Luar HP : 0811 5841111
Kec. Samarinda Ulu 0811 554955
Samarinda 75117. Pin BB : 2AAZFA97 – 2AA2BA5A
Telp. (0541) 752014 E-mail : donnafaroek10@gmail.com
Fax. (0541) 743073
E-mail : bpdhipmikaltim@yahoo.co.id
282 LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
27. BALI Kompl Pertokoan Genteng Biru IGAA INDA TRIMAFO YUDHA GARRITT
Jl. Diponegoro No.150 B 12 HP : 0821 46900333
Denpasar 80114 0819 16793999
Telp. (0361) 239440 Pin BB : 2BOBOA07
Fax. (0361) 265688 E-mail :
E-mail : hipmi_bali@yahoo.com
LAMPIRAN-LAMPIRAN 283
PEDOMAN ORGANISASI HIPMI
284 LAMPIRAN-LAMPIRAN