I. PENDAHULUAN
Mahasiswa memiliki potensi yang merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. yang harus
diarahkan dan dikembangkan dengan baik dalam mempersiapkan dirinya agar mampu meneruskan
cita-cita perjuangan bangsa menuju masyarakat sejahtera.
Mahasiswa merupakan bagian integral bangsa yang memiliki tanggung jawab untuk selalu
meningkatkan kualitas diri, mengembangkan ilmu kependidikan, memperkokoh persatuan dan
kesatuan serta ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.
Oleh sebab itu, dalam rangka membangun negara menuju kapada terwujudnya kemakmuran
bangsa Indonesia serta keyakinan bahwa kewiraswataan adalah suatu upaya mencapai cita-cita luhur
untuk membangun bangsa, disamping usaha-usaha yang lain, yang dilaksanakan secara ulet, teratur,
berencana, dan dengan penuh keyakinan.
Maka dengan rahmat Tuhan yang maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur untuk
mencapai cita-cita tersebut diatas, kami para mahasiswa, calon pengusaha muda Indonesia,
menyatakan bersatu berhimpun dalam suatu wadah organisasi kader pengusaha nasional dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagai berikut:
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi yang kemudian
disebut sebagai HIPMI PT yang secara organisasi berinduk kepada Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (HIPMI)
Pasal 2
Waktu
HIPMI Perguruan Tinggi didirikan di Bandung, pada tanggal 15 Juni 2011 untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan lamanya.
Pasal 3
Tempat
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi bertempat di Perguruan Tinggi resmi di
Indonesia
BAB II
LANDASAN DAN ASAS
Pasal 4
Landasan
HIPMI Perguruan Tinggi berasaskan Pancasila, dan berlandaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
Anggaran Dasar HIPMI, Anggaran Rumah Tangga HIPMI, dan Peraturan Organisasi HIPMI.
BAB III
SIFAT, DAN STATUS
Pasal 6
Sifat
HIPMI Perguruan Tinggi bersifat otonom,terbuka, dan kemitraan.
Pasal 7
Status
HIPMI Perguruan Tinggi adalah badan otonom dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
BAB IV
TUJUAN
1
Pasal 8
HIPMI Perguruan Tinggi bertujuan untuk menciptakan wirausahawan baru dan sebagai sumber
rekruitmen kader HIPMI
BAB V
USAHA
Pasal 9
Untuk mencapai tujuanya, HIPMI Perguruan Tinggi melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Mengumpulkan dan menyebarkan informasi usaha dalam arti kata yang luas bagi
kepentingan anggotanya.
2. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan kewirausahaan dan ekonomi
para anggotanya.
3. Memupuk dan meningkatkan semangat serta kesadaran anggota untuk berjiwa patriot serta
bertanggung jawab sebagai seorang mahasiswa
4. Bekerjasama dengan organisasi lain untuk memajukan organisasi
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 10
Anggota
Anggota HIPMI Perguruan Tinggi adalah seluruh mahasiswa aktif yang mengikuti seleksi penerimaan
anggota yang diadakan oleh HIPMI Perguruan Tinggi dan aktif dalam kegiatan organisasi.
Pasal 11
Jenis Keanggotaan
Anggota HIPMI Perguruan Tinggi terdiri atas :
1. Anggota Biasa adalah yaitu mahasiswa aktif yang telah mengikuti proses seleksi
keanggotaan HIPMI Perguruan Tinggi .
2. Anggota Luar Biasa yaitu anggota biasa yang telah hilang status kemahasiswaannya
3. Anggota Kehormatan adalah orang yang berjasa kepada organisasi dan Pengurus
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia diberbagai tingkatan Kepengurusan HIPMI
BAB VIII
KEORGANISASIAN
Pasal 12
Kelengkapan Organisasi
Kelengkapan HIPMI PERGURUAN TINGGI terdiri atas:
1. Badan Koordinasi Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi berada
di tingkat pusat
2. Badan Koordinasi Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi berada
di tingkat Provinsi
3. Badan Koordinasi Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi berada
di tingkat Kabupaten kota
4. Badan Koordinasi Perguruan Tinggi Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi berada di
tingkat Universitas/ Perguruan Tinggi
Pasal 13
Lambang dan Atribut
Mengenai lambang dan atribut akan diatur kemudian dengan ketentuan tersendiri.
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 14
2
Pembinaan dilakukan untuk memajukan organisasi dan meningkatkan kualitas angota HIPMI
Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di semua struktur
Kepengurusan HIPMI secara berkesinambungan.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 15
Dana organisasi HIPMI Perguruan Tinggi didapat dari:
1. Iuran Anggota
2. Uang Pangkal Angota
3. Sumbangan yang mengikat
4. Usaha yang lain yang tidak bertentangan dengan Juklak HIPMI PERGURUAN TINGGI
BAB X
PENGUBAHAN JUKLAK DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 16
Perubahan Juklak
Perubahan Petunjuk Pelaksanaan hanya dapat dilakukan dalam Temu Nasional HIPMI Perguruan
Tinggi atau Temu Nasional Khusus HIPMI Perguruan Tinggi yang ditujukan untuk hal tersebut.
Pasal 17
Pembubaran Organisasi
Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan dalam Temu Nasional HIPMI Perguruan Tinggi, atau
Temu Nasional Luar Biasa HIPMI Perguruan Tinggi atas usulan 50%+1 (Limapuluh Persen Plus Satu)
dari seluruh jumlah anggota HIPMI Perguruan Tinggi.
BAB XI
PENUTUP
PASAL 18
Petunjuk Pelaksanaan ini berlaku sejak ditetapkan untuk pertama kali pada tanggal 14 Juni
2011.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 14 Juni 2011
PIMPINAN SIDANG
TEMU NASIONAL
HIPMI PERGURUAN TINGGI
MASA BAKTI 2011 - 2014
1. ………………………………………… ………………………………..
2. ………………………………………… ………………………………..
3. ………………………………………… ………………………………..
4. ………………………………………… ………………………………..
5. ………………………………………… ………………………………..
3
PETUNJUK TEKNIS
HIPMI PERGURUAN TINGGI
BAB I
STATUS ORGANISASI
Pasal 1
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi atau disingkat HIPMI PT adalah
suatu organisasi otonom di bawah koordinasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(HIPMI) yang bertujuan untuk menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru di lingkup
universitas/ Perguruan Tinggi.
Pasal 2
Ketentuan Keanggotaan
Anggota HIPMI PT adalah mahasiswa aktif yang memiliki minat dan bakat untuk
kewirausahaan.
Pasal 3
Status Keanggotaan
1. Anggota biasa, yaitu mahasiswa aktif yang telah mengikuti proses seleksi keanggotaan
HIPMI PT .
2. Anggota Luar Biasa, yaitu anggota biasa yang telah hilang status kemahasiswaannya.
3. Anggota Kehormatan adalah orang yang berjasa kepada organisasi dan Pengurus
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia diberbagai tingkatan Kepengurusan HIPMI.
Pasal 4
Tata Cara Penerimaan Anggota
4
Pasal 5
Kode Etik Keanggotaan
1.Anggota HIPMI PT berprilaku sebagai pribadi yang bermoral Pancasila dan wajib
menjunjung tinggi nama baik serta reputasi keanggotaan di dalam masyarakat dan
lingkungan civitas akademika.
2.Anggota HIPMI PT tidak akan secara sadar dan dengan itikad jahat merusak nama baik
atau reputasi sesama anggota.
3.Anggota HIPMI PT selalu berusaha menjalankan bisnis secara baik dan terpuji serta
menghindari perbuatan yang melanggar norma dan etika usaha serta peraturan yang
berlaku.
4.Anggota HIPMI PT menjunjung tinggi semangat kebersamaan dan kekeluargaan serta
mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam menyikapi perbedaan.
5.Anggota HIPMI PT wajib menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan kode etik
keanggotaan HIPMI PT dalam lingkungan masyarakat maupun civitas akademika
Pasal 6
Kewajiban Keanggotaan
1. Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Petunjuk Pelaksanaan Dasar dan
Petunjuk Pelaksanaan Rumah Tangga HIPMI PT
2. Setiap anggota wajib membayar uang pangkal dan Iuran Anggota dan memberi
sumbangan untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi.
3. Setiap anggota yang melaksanakan aktivitas usaha berkewajiban secara moral
memberikan kesempatan/prioritas kepada anggota lain untuk ikut berpartisipasi
sesuai dengan prinsip dan aturan bisnis yang berlaku.
4. Setiap Anggota wajib mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak
bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan Dasar dan Petunjuk Pelaksanaan
Rumah Tangga HIPMI PT.
Pasal 7
Hak Anggota
5
d. Telah menyelesaikan program studi nya.
e. Karena diberhentikan oleh Badan Koordinasi HIPMI PT.
Pasal 9
Temu Nasional
6
Koordinasi Daerah yang bersangkutan berdasarkan keputusan rapat.
b. Peninjau adalah Fungsionaris Badan Koordinasi Nasional dan Anggota Lembaga
Kelengkapan Organisasi tingkat Nasional, serta Fungsionaris Badan Koordinasi
Daerah/Cabang dan Anggota Badan Koordinasi Daerah/Cabang yang mendapat
mandat dari Badan Koordinasi Daerah yang bersangkutan.
c. Undangan adalah peserta lainnya diluar Utusan dan Peninjau yang diundang oleh
Badan Koordinasi Nasional .
7
Pasal 10
Temu Daerah
8
Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka persidangan Temu
Daerah dapat berlangsung, dan adalah sah tanpa perlu mengindahkan korum
Pasal 11
Temu Cabang
9
Koordinasi Perguruan Tinggi yang berhak hadir. Jika korum ini tidak tercapai, maka
upacara pembukaan Temu Cabang tetap dapat berlangsung menurut jadwal yang
tercantum dalam surat undangan, tetapi persidangan Temu Cabang ditunda paling lama
24 (dua puluh empat) jam.
16. Apabila setelah waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka persidangan Temu
Cabang dapat berlangsung, dan adalah sah tanpa perlu mengindahkan korum
Pasal 12
Temu Nasional Luar Biasa
1. Temu Nasional Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak dapat
ditunda sampai Temu Nasional diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Koordinasi Nasional.
b. Jika Badan Koordinasi Nasional tidak menyelenggarakan Temu Nasional setelah 3
(tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Koordinasi Nasional tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan (pasal 12 ayat 2).
2. Temu Nasional Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Koordinasi Daerah dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Fungsionaris Badan
Pengurus Pusat atau sebaliknya.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Temu Nasional dapat diberlakukan untuk
menyelenggarakan Temu Nasional Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-
sama Undangan menghadiri Temu Nasional Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.
Pasal 13
Temu Daerah Luar Biasa
1. Temu Daerah Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak dapat
ditunda sampai Temu Daerah diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Koordinasi Daerah.
b. Jika Badan Koordinasi Daerah tidak menyelenggarakan Temu Daerah setelah 3 (tiga)
bulan berakhir masa bakti Badan Koordinasi Daerah tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan (pasal 12 ayat 2).
2. Temu Daerah Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Koordinasi Cabang dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Fungsionaris Badan
Koordinasi Daerah atau sebaliknya.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Temu Daerah dapat diberlakukan untuk
menyelenggarakan Temu Daerah Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-
sama Undangan menghadiri Temu Daerah Luar Biasa paling lambat 10(Sepuluh) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.
Pasal 14
Temu Cabang Luar Biasa
1. Temu Cabang Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan hal-hal yang tidak dapat
ditunda sampai Temu Cabang diselenggarakan, antara lain seperti:
a. Terjadi Penyimpangan dan pelanggaran oleh Badan Koordinasi Cabang.
b. Jika Badan Koordinasi Cabang tidak menyelenggarakan Temu Cabang setelah 3
(tiga) bulan berakhir masa bakti Badan Koordinasi Cabang tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Temu Cabang Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Koordinasi Perguruan Tinggi dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah Fungsionaris
Badan Koordinasi Cabang atau sebaliknya.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Temu Cabang dapat diberlakukan untuk
10
menyelenggarakan Temu Cabang Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para Peserta bersama-
sama Undangan menghadiri Temu Cabang Luar Biasa paling lambat 5 (lima) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan.
Pasal 15
Temu Nasional Khusus
Pasal 16
Badan Koordinasi Nasional
11
b. Melaksanakan program Umum Daerah serta keputusan-keputusan Temu Daerah.
c. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Daerah ke dalam Program Kerja
Badan Koordinasi Daerah yang dibagi per tahun program.
d. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
e. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
3. Badan Pengurus Daerah berwenang untuk berkoordinasi dengan BPD HIPMI
4. Badan Koordinasi Daerah berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan
TemuCabang Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan telah melampaui waktu 3 (tiga)
bulan sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
dan oleh karenanya telah kehilangan hak dan wewenang untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Koordinasi Daerah berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
6. Badan Koordinasi Daerah berhak menetapkan dan membayar biaya operasional
berdasarkan program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
7. Badan Koordinasi Daerah bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Temu
Daerah.
Pasal 18
Badan Koordinasi Cabang
1. Badan Koordinasi Cabang merupakan Pimpinan Tertinggi Organisasi di Tingkat Cabang
yang mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam serta bertanggung jawab atas
pengelolaan organisasi di Cabang bersangkutan.
2. Badan Koordinasi Cabang berkewajiban untuk:
a. Menjalankan dan menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Juklak
Dasar dan Rumah Tangga.
b. Melaksanakan program Umum Cabang serta keputusan-keputusan Temu Cabang.
c. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Cabang ke dalam Program Kerja
Badan Koordinasi Cabang yang dibagi per tahun program.
d. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi.
e. Mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan.
3. Badan Pengurus Cabang berwenang untuk berkoordinasi dengan BPC HIPMI
4. Badan Koordinasi Cabang berwenang untuk ikut mempersiapkan penyelenggaraan Temu
Badan Koordinasi Perguruan Tinggi Luar Biasa di Cabang yang bersangkutan telah
melampaui waktu 3 (tiga) bulan sesudah masa baktinya berakhir tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan dan oleh karenanya telah kehilangan hak dan wewenang
untuk menjalankan organisasi.
5. Badan Koordinasi Cabang berhak menetapkan tata-laksana program serta meneliti
pelaksanaannya, menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran
pengelolaan organisasi.
6. Badan Koordinasi Cabang berhak menetapkan dan membayar biaya operasional
berdasarkan program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
7. Badan Koordinasi Cabang bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum Temu
Cabang.
Pasal 19
12
d. 2(dua) Orang Wakil Sekretaris Jenderal
e. Seorang Bendahara umum.
f. 2(dua) Orang Wakil Bendahara Umum
g. Kompartemen, sesuai kebutuhan.
2. Persyaratan khusus bagi calon anggota fungsionaris Badan Koordinasi Nasional adalah
anggota biasa yang pernah atau sedang menjalani kepengurusan di Badan Koordinasi
Nasional atau Badan Koordinasi Daerah.
3. Persyaratan khusus bagi calon fungsionaris Badan Koordinasi Daerah adalah anggota
biasa yang pernah atau sedang menjalani kepengurusan di Badan Koordinasi Daerah
atau Badan Koordinasi cabang .
4. Persyaratan Khusus bagi calon Ketua Umum adalah:
a. Memenuhi persyaratan umum bagi calon pengurus.
b. Mencalonkan diri sebagai Anggota Ketua Umum secara tertulis sekurang-kurangnya
1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan Temu Nasional dengan disertai 3 (tiga)
rekomendasi dari Badan Koordinasi Daerah, 14 (empat belas) hari sebelum tanggal
pelaksanaan Temu daerah dan 7 (tujuh) hari sebelum tanggal pelaksanaan Temu
Cabang yang ditetapkan oleh masing-masing tingkatan (Badan Koordinasi Nasional,
Badan Koordinasi Daerah, Badan Koordinasi Cabang).
Pasal 21
Tata Cara Pemilihan Ketua Umum
Dan Pembentukan Badan Koordinasi Nasional
13
HIPMI
3. Tahap Kampanye:
a. Setelah melewati Tahap Pendaftaran, Bakal Calon diwajibkan mengikuti Tahap
Kampanye yang terdiri dari Kampanye, dan Presentasi Pokok-Pokok Pikiran visi
b. Tahap Kampanye dilaksanakan saat penyelenggaraan Temu Nasional HIPMI PT
4. Tahap Pemilihan, dengan prosedur:
a. Sebelum pemilihan diadakan, setiap bakal calon diharuskan memperkenalkan diri
sekaligus menjabarkan Program Umum Nasional HIPMI Perguruan Tinggi yang telah
diputuskan oleh Temu Nasional
b. Sebelum pemilihan Pimpinan Kolektif diadakan, setiap calon diharuskan menyatakan
kesediaannya dipilih menjadi anggota presidium dan melakukan tanya jawab dengan
Peserta
c. Pemilihan dilakukan di tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Temu
Nasional.
d. Setiap utusan memilih satu bakal calon yang telah memenuhi persyaratan sebagai
Calon Anggota Presidium Badan Koordinasi Nasional di atas kertas suara yang
disediakan oleh Panitia Pengarah Temu Nasional.
e. Setelah memilih, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang disediakan di
tempat yang sama.
f. Penghitungan suara dilakukan secara terbuka dipimpin oleh Ketua Sidang dibantu
oleh 3 orang Utusan Daerah.
g. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 1 (satu) orang yang memperoleh suara
terbanyak dan berhak sebagai formatur.
h. Untuk suara terbanyak kedua, menjadi mide formatur
i. Formatur terpilih mempunyai hak preogatif membentuk kepengurusan Badan
Koordinasi Nasional HIPMI Perguruan Tinggi.
Pasal 22
Pemilihan Ketua Umum Dan
Pembentukan Badan Koordinasi Daerah/Cabang
Tata cara dan prosedur pemilihan Ketua Umum dan pembentukan Badan Koordinasi
Daerah /Cabang dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal Juknis.
Pasal 23
Masa Bakti Badan Pengurus
1. Masa Bakti Badan Koordinasi adalah 3(Tiga) tahun terhitung mulai disahkan oleh Temu
Nasional/ Daerah/Cabang.
2. Seorang Fungsionaris Badan Koordinasi Harian yang bukan Ketua Umum, setelah
1(satu) masa bakti dapat dipilih kembali.
3. Setelah menjalankan 1 (satu) masa bakti, anggota pimpinan kolektif Badan Koordinasi
tidak dapat mencalonkan diri dan dipilih kembali ditingkat yang sama.
Pasal 24
Dewan Pembina
14
pembangunan ekonomi nasional, baik diminta maupun tidak, khususnya dalam rangka
pengembangan organisasi HIPMI PT. (ditambahkan kayak HIPMI)
BAB IV
RAPAT DAN KEPUTUSAN
Pasal 25
Rapat Kerja HIPMI PT
BAB V
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 28
Keuangan
15
5. Untuk membantu keuangan Badan Koordinasi Nasional, maka 10% (sepuluh persen)
hasil iuran anggota diserahkan ke Badan Pengurus Pusat. Sedangkan untuk membantu
keuangan Badan Koordinasi Daerah, maka 30% (tiga puluh persen) hasil iuran anggota
diserahkan kepada Badan Koordinasi Daerah.
6. Untuk memperkuat posisi keuangan organisasi, maka Badan Pengurus mengadakan
usaha tersendiri yang sah, halal dan tidak bertentangan dengan Juklak Dasar/Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 36
Kekayaan
1. Badan Koordinasi bertanggung jawab atas harta kekayaan organisasi baik yang bergerak
maupun yang tetap dari segi pemeliharaan dan cara penggunaannya.
2. Tata cara likuidasi atas kekayaan organisasi karena pembubaran ditetapkan oleh Temu
Nasional/Daerah/Cabang
BAB VI
PENUTUP
Pasal 40
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Juklak Rumah Tangga ini, diatur oleh
Badan Koordinasi Nasional dalam peraturan-peraturan organisasi yang tidak boleh
bertentangan dengan jiwa dan semangat Juklak Dasar dan Rumah Tangga HIPMI PT
Pasal 41
Juklak Rumah Tangga ini disahkan untuk pertama kali pada tanggal 14 Juni 2011 dan
berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 14 Juni 2011
PIMPINAN SIDANG
TEMU NASIONAL I
HIPMI PERGURUAN TINGGI
1. ……………………………….. ………………………………..
2. ……………………………….. ………………………………..
3. ……………………………….. ………………………………..
4. ……………………………….. ………………………………..
5. ……………………………….. ………………………………..
16