DAN
ANGGARAN RUMAH
TANGGA
HIMPUNAN PENGUSAHA
PRIBUMI INDONESIA
(HIPPI)
ANGGARAN DASAR
DAN
Sekretariat
Dewan Pengurus Pusat
Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia
Jl. Salatiga No.3, Menteng
Jakarta Pusat 10310
Tlp.+62 21 3909795 Fax. +62 21 3916489
Email: dpp_hippi@yahoo.co.id/ info@hippi.co.id
1
ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA
(HIPPI)
2
ANGGARAN DASAR
DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA
PERIODE 2010 - 2015
MUKADIMAH
Bahwa sudah merupakan tugas dan kewajiban pemerintah bersama seluruh rakyat
Indonesia untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang terutama
pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Bahwa sesuai dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
pembangunan di bidang ekonomi, maka perekonomian nasional diselenggarakan
berdasarkan azas Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kebersamaan/ kekeluargaan,
berkeadilan dan mandiri, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional yang mencakup usaha mikro, kecil, menengah dan
koperasi.
Bahwa sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung jawab serta sadar akan
hak dan kewajibannya terhadap bangsa dan negara, maka kami pengusaha pribumi
Indonesia telah bersepakat untuk berhimpun dalam wadah organisasi yang disusun
dan diatur di dalam Anggaran Dasar, sebagai berikut :
3
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA DAN WAKTU
Pasal 1
NAMA
Pasal 2
TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 3
DAERAH KERJA
a. Daerah Kerja DPP HIPPI meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia,
b. Daerah Kerja DPD HIPPI meliputi seluruh wilayah Provinsi yang bersangkutan,
Pasal 4
WAKTU PENDIRIAN
b. Dicatatkan melalui Akte Notaris Anne Djoenardi SH., MBA No. 30 tanggal 18
Agustus 2011.
4
BAB II
LOGO DAN MARS ORGANISASI
Pasal 5
LOGO
5
Pasal 6
MARS
Reff:
HIPPI.... HIPPI kita semua
HIPPI.... HIPPI kita berjaya
HIPPI... HIPPI yang kita cinta
Satukan langkah kita bersama
Back to reff 2x
BAB III
ASAS, LANDASAN DAN SIFAT
Pasal 7
ASAS
Pasal 8
LANDASAN
Dalam menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan
Organisasi HIPPI, berlandaskan kepada :
Pasal 9
SIFAT
6
BAB IV
TUJUAN DAN KEGIATAN
Pasal 10
TUJUAN
3. Mewujudkan HIPPI sebagai wadah yang kuat, solid dan profesional di semua
tingkatan organisasinya.
Pasal 11
KEGIATAN
3. Bekerjasama dengan pemerintah pusat maupun daerah dalam arti yang seluas-
luasnya.
BAB V
FUNGSI DAN TUGAS POKOK
Pasal 12
FUNGSI
7
global dalam rangka mewujudkan iklim usaha dan sinergi potensi ekonomi nasional
demi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pasal 13
TUGAS POKOK
BAB VI
ORGANISASI DAN LEMBAGA KEKUASAAN
Pasal 14
HIERARKI ORGANISASI
Pasal 15
KELENGKAPAN ORGANISASI
a. Dewan Penasehat
b. Dewan Pertimbangan
8
Pasal 16
LEMBAGA KEKUASAAN ORGANISASI
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 17
KRITERIA ANGGOTA
Anggota HIPPI adalah pelaku usaha, baik sebagai pemilik usaha maupun
pimpinan/penanggung jawab dari Badan Usaha Swasta Nasional / Koperasi /
Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah.
Pasal 18
PENDAFTARAN ANGGOTA
Pendaftaran untuk menjadi anggota HIPPI diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 19
SUMBER KEUANGAN
9
Pasal 20
PENGGUNAAN DANA DAN PENGELOLAAN KEUANGAN
BAB IX
PERUBAHAN AD DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 21
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Anggaran Dasar ini hanya dapat disempurnakan dalam Musyawarah Nasional HIPPI
/ Musyawarah Nasional Khusus HIPPI.
Pasal 22
PEMBUBARAN ORGANISASI
BAB X
PENUTUP
Pasal 23
ATURAN TAMBAHAN
1. Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran
Dasar.
Pasal 24
ATURAN PERALIHAN
1. Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan/atau
Anggaran Rumah Tangga, ditetapkan dalam peraturan tersendiri dan/atau
Peraturan Organisasi oleh DPP HIPPI, yang isinya tidak boleh bertentangan
10
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
Pasal 25
PENGESAHAN DAN MASA BERLAKU
11
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA
(HIPPI)
1
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PENGERTIAN
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, yang dimaksud dengan :
PASAL 2
LANDASAN PENYUSUNAN
1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berlandaskan pada Anggaran Dasar HIPPI
yang ditetapkan dan disahkan dalam Musyawarah Nasional Khusus HIPPI Tahun
2012 di Jakarta.
2. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1).
BAB II
KEANGGOTAAN
PASAL 3
PERSYARATAN ANGGOTA
2
PASAL 4
PROSEDUR PENDAFTARAN ANGGOTA
b. Calon anggota yang diterima menjadi anggota HIPPI akan mendapatkan Kartu
Tanda Anggota (KTA) dari DPP HIPPI.
c. Format Formufir Pendaftaran dan KTA, bentuknya seragam dan dicetak oleh
DPP HIPPI.
PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
PASAL 6
SANKSI TERHADAP ANGGOTA
Setiap anggota yang melakukan tindakan yang merugikan organisasi dapat dikenai
sanksi organisasi berdasarkan besar-kecilnya kesalahan yang dilakukan, berupa :
a. Teguran atau peringatan tertulis,
b. Penghentian pelayanan organisasi,
c. Pemberhentian sebagai anggota.
PASAL 7
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN
3
e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan
organisasi.
PASAL 8
KEHILANGAN KEANGGOTAAN
BAB III
ORGANISASI
PASAL 9
PEMBENTUKAN ORGANISASI
Organisasi HIPPI pertama kali dibentuk pada tanggal 17 Agustus 1976 di Jakarta,
a. Organisasi DPD HIPPI Provinsi pertama kali dibentuk atau disusun oleh para
pengusaha pribumi Indonesia di setiap Provinsi dan dikukuhkan oleh DPP
HIPPI dalam Musyawarah Daerah Provinsi yang diselenggarakan oleh DPD
HIPPI Provinsi masing-masing,
b. Organisasi DPC HIPPI Kabupaten/Kota pertama kali dibentuk dan disusun
oleh para pengusaha pribumi di setiap Kabupaten/Kota dan dikukuhkan oleh
DPD HIPPI Provinsi dalam Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota yang
diselenggarakan dalam DPC HIPPI Kabupaten/Kota masing-masing.
c. Pembentukan organisasi HIPPI di tingkat Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang belum
memiliki organisasi HIPPI diatur dalam Peraturan Organisasi yang ditetapkan
oleh DPP HIPPI.
4
PASAL 10
DEWAN PENGURUS
1. Susunan DPP HIPPI terdiri dari seorang Ketua Umum dan sekurang-kurangnya
5 (lima) orang Ketua, seorang Sekretaris Jenderal dan sekurang-kurangnya 2
(dua) orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum dan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang Wakil Bendahara Umum serta Kompartemen dan
Departemen sesuai kebutuhan.
2. Susunan DPD / DPC HIPPI menyesuaikan dengan susunan DPP HIPPI sesuai
kebutuhan masing-masing.
3. Dewan Pengurus Harian (DPH) adalah Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris
Jenderal, para Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan para Wakil
Bendahara Umum.
4. Dewan Pengurus Lengkap (DPL) adalah Dewan Pengurus Harian ditambah para
Kompartemen dan Para Departemen.
PASAL 11
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PENGURUS
2. DPH HIPPI mewakili organisasi ke dalam dan ke luar, DPH HIPPI berwenang
untuk melakukan perubahan, pengurangan, penambahan personalia ataupun
strukturnya jika dianggap perlu untuk kelancaran organisasi mencapai tujuannya.
PASAL 12
PEMBAGIAN TUGAS PENGURUS
5
4. Kompartemen DPP/DPD/DPC berkewajiban :
a. Memimpin Kompartemen yang bersangkutan.
b. Mengkoordinir dan menkonsolidasikan pelaksanaan tugas Departemen-
Departemen yang dibawahinya.
c. Mewakili Ketua Umum dan/atau Ketua DPP/DPD/DPC atas dasar
penunjukkan jika yang bersangkutan berhalangan.
d. Bertanggungjawab dalam pelaksanaan tugasnya kepada Ketua
DPP/DPD/DPC yang membidanginya.
PASAL 13
DEWAN PENASEHAT
PASAL 14
DEWAN PERTIMBANGAN
6
3. Dewan Pertimbangan berkewajiban memberikan pertimbangan-pertimbangan
dan bimbingan baik diminta maupun tidak diminta kepada Dewan Pengurus
mengenai masalah-masalah strategis organisasi.
PASAL 15
DEWAN PENGURUS PUSAT
1. Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah perangkat organisasi HIPPI dan merupakan
pimpinan tertinggi organisasi HIPPI yang mewakili organisasi keluar dan kedalam,
yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada MUNAS,
PASAL 16
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS PUSAT
7
2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dilakukan dengan cara :
a. Tahap penyaringan.
b. Pemilihan yang Langsung, Bebas dan Rahasia.
PASAL 17
DEWAN PENGURUS DAERAH
8
PASAL 18
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS DAERAH
2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dan 4 orang anggota Formatur dilakukan
dengan cara :
a. Tahap penyaringan.
b. Pemilihan yang Langsung, Bebas dan Rahasia.
PASAL 19
DEWAN PENGURUS CABANG
3. DPC berwenang :
a. Membentuk Badan-Badan, Lembaga-Lembaga dan Yayasan-Yayasan.
b. Membentuk Panitia-Panitia khusus yang diperlukan untuk berbagai tugas
dan kegiatan,
c. Membentuk Panitia dan/atau Komisi Khusus yang bersifat adhoc , serta
mengangkat Penasehat-Penasehat Ahli yang diperlukan untuk berbagai
kegiatan, tugas dan usaha.
d. Dewan Pimpinan Cabang DPC dapat membentuk Unit-unit Perwakilan pada
tingkat Kecamatan bila perlu dan kemudian harus disahkan dalam MUSCAB
serta dilaporkan kepada DPD dan DPP.
e. Untuk kegiatan sehari-hari Dewan Pimpinan Daerah dapat mengangkat
Sekretaris Eksekutif dan pembantu - pembantunya.
9
PASAL 20
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS CABANG
2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dan 4 orang anggota Formatur dilakukan
dengan cara :
a. Tahap penyaringan.
b. Pemilihan Yang Langsung, Bebas dan Rahasia.
2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dilakukan terlebih dahulu secara terpisah,
PASAL 21
MASA BAKTI
2. Apabila 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya masa bakti DPP/ DPD/ DPC tidak
diselenggarakan MUNAS/ MUSDA /MUSCAB tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka Dewan Pengurus tersebut kehilangan hak dan
wewenang untuk mengurus Organisasi dan oleh karenanya Dewan Pengurus
yang berkedudukan lebih tinggi dapat menunjuk Pejabat Sementara untuk
mempersiapkan MUSDA/MUSCAB, sedangkan untuk penunjukan Pejabat
Sementara DPP dilakukan oleh Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan.
3. Masa bakti jabatan Ketua Umum Dewan Pengurus DPP/DPD/DPC hanya 2 (dua)
periode, baik berturut-turut maupun tidak berturut-turut, khusus jabatan Ketua
Umum DPP dapat diperpanjang 1 (satu) tahun jika terjadi keadaan nasional yang
memerlukan itu.
PASAL 22
PERSYARATAN DEWAN PENGURUS
Dewan Pengurus terdiri dari orang-orang yang memenuhi syarat, antara lain :
a. Anggota yang tidak kehilangan hak pilih dan dipilih.
10
PASAL 23
PERSYARATAN UNTUK KETUA UMUM
Persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum adalah sebagai berikut :
a. Pernah atau sedang menjabat sebagai Anggota Dewan Pengurus Harian di
tingkat Pusat / Provinsi / Kabupaten / Kota.
b. Mencalonkan diri sebagai Ketua Umum.
c. Memenuhi persyaratan sebagai Ketua Umum sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
d. Untuk tingkat DPD / DPC berdomisili di dalam wilayah tersebut.
e. Khusus untuk persyaratan Ketua Umum DPP, pernah atau sedang menjabat
sebagai Anggota Dewan Pengurus Harian di tingkat pusat atau propinsi.
PASAL 24
SANKSI TERHADAP PENGURUS
BAB IV
MUSYAWARAH DAN RAPAT
PASAL 25
MUSYAWARAH NASIONAL
11
3. Peserta MUNAS adalah Utusan DPD yang mendapatkan surat mandat dengan
jumlah 5 (lima) orang setiap DPD berdasarkan keputusan rapat Pleno.
PASAL 26
MUSYAWARAH DAERAH
3. Peserta MUSDA adalah Utusan DPC yang mendapatkan surat mandat dengan
jumlah 5 (lima) orang setiap DPC berdasarkan keputusan Rapat Pleno.
8. Sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari separuh
jumlah DPC yang diundang dan apabila quorum belum atau tidak tercapai, maka
sidang ditunda selambat-lambatnya 2 (dua) jam, setelah itu sidang dapat
dilanjutkan dan keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat.
12
PASAL 27
MUSYAWARAH CABANG
8. Sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari separuh
jumlah anggota yang terdaftar di DPC yang bersangkutan dan apabila quorum
belum atau tidak tercapai, maka sidang ditunda selambat-lambatnya 2 (dua) jam,
setelah itu sidang dapat dilanjutkan dan keputusan yang diambil adalah sah dan
mengikat.
PASAL 28
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA
13
8. MUNASLUB mempunyai wewenang :
1. Menilai dan mensyahkan atau menolak pertanggungjawaban DPP,
2. Jika pertanggungjawaban DPP sebagaimana dimaksud ayat 1, ditolak atau
tidak diterima, maka MUNASLUB dapat memberhentikan DPP,
3. Dalam hal terjadi seperti tersebut pada huruf 2, maka MUNASLUB segera
melaksanakan pemilihan dengan pengangkatan DPP yang baru melalui
system pemilihan sebagaimana dilakukan dalam MUNAS.
9. MUNASLUB dinyatakan mencapai quorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah utusan DPD.
11. Keputusan MUNASLUB dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika
disepakati secara musyawarah dan/atau disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua pertiga)
jumlah utusan DPD yang hadir dalam MUNASLUB.
12. Pengurus hasil MUNASLUB hanya meneruskan sisa masa bakti dan
melaksanakan Program Umum Kebijakan Organisasi yang ditetapkan dalam
MUNAS sebelumnya.
PASAL 29
MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA
14
9. MUSDALUB dinyatakan mencapai quorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah utusan DPC.
11.Keputusan MUSDALUB dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika
disepakati secara musyawarah dan atau disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua pertiga)
jumlah utusan DPC yang hadir dalam MUSDALUB.
PASAL 30
MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA
9. MUSCABLUB dinyatakan mencapai quorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah anggota yang terdaftar.
15
11.Keputusan MUSCABLUB dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota
jika disepakati secara musyawarah dan/atau disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua
pertiga) jumlah anggota yang hadir dalam MUSCABLUB.
PASAL 31
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS
PASAL 32
RAPAT KERJA
1. Rapat Kerja (RAKER) diadakan dua kali dalam satu periode kepengurusan yakni
pada tahun pertama dan ketiga.
5. Setiap Peserta Raker mempunyai hak yang sama yaitu hak suara dan hak
berbicara.
16
6. RAKER dinyatakan mencapai quorum dan sah apabila dihadiri oleh lebih dari 2/3
(dua pertiga) Peserta RAKER yang seharusnya hadir.
8. Apabila sesudah penundaan quorum belum juga tercapai, maka RAKER dapat
tetap dilaksanakan dan dinyatakan sah.
PASAL 33
RAPAT DEWAN PLENO
PASAL 34
RAPAT DEWAN PENGURUS
3. Para Ketua dapat mengadakan rapat dengan para Ketua lainnya dan para Ketua
Kompartemen, para Ketua dan Wakil Ketua Departemen yang ada dibawah
koordinasinya.
5. Rapat Dewan Pengurus sah bila dihadiri 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Dewan
Pengurus.
PASAL 35
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
17
2. Dalam hal suara berimbang maka keputusan akhir diserahkan kepada Pimpinan
Sidang untuk mengupayakan musyawarah dan mufakat.
BAB V
KEUANGAN
PASAL 36
SUMBER DANA
2. Besar uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan berdasarkan kebijakan di
daerah bersangkutan dan disetujui oleh DPP
PASAL 37
PERIMBANGAN PEMBAGIAN KEUANGAN
Uang pangkal dan iuran anggota yang ditarik oleh HIPPI tingkat Daerah/Cabang
pembagiannya ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk DPP HIPPI 10%
PASAL 38
PENGGUNAAN DANA
BAB VI
PENUTUP
PASAL 39
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
18