Anda di halaman 1dari 30

ANGGARAN DASAR

DAN
ANGGARAN RUMAH
TANGGA
HIMPUNAN PENGUSAHA
PRIBUMI INDONESIA

(HIPPI)
ANGGARAN DASAR

DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA

HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA


(HIPPI)

Sekretariat
Dewan Pengurus Pusat
Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia
Jl. Salatiga No.3, Menteng
Jakarta Pusat 10310
Tlp.+62 21 3909795 Fax. +62 21 3916489
Email: dpp_hippi@yahoo.co.id/ info@hippi.co.id

1
ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA
(HIPPI)

2
ANGGARAN DASAR
DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA
PERIODE 2010 - 2015

MUKADIMAH

Bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia yang


bercita-cita membentuk masyarakat adil dan makmur yang merata bagi seluruh
rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Bahwa sudah merupakan tugas dan kewajiban pemerintah bersama seluruh rakyat
Indonesia untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang terutama
pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Bahwa sesuai dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
pembangunan di bidang ekonomi, maka perekonomian nasional diselenggarakan
berdasarkan azas Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kebersamaan/ kekeluargaan,
berkeadilan dan mandiri, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional yang mencakup usaha mikro, kecil, menengah dan
koperasi.

Bahwa dalam era globalisasi pemerintah harus memberikan pembinaan,


perlindungan dan kesempatan khusus terhadap kegiatan perekonomian yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia, pengusaha pribumi, untuk mengembangkan
diri, membina ketrampilan, teknologi tepat guna dan berdaya guna, permodalan,
pemasaran dan menghindarkan dari persaingan yang tidak sehat.

Bahwa peningkatan peran pengusaha pribumi, yang sebahagian besar berskala


usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, merupakan salah satu pilar penting dan
tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan nasional, khususnya dalam
penyerapan angkatan kerja Indonesia. Peran ini merupakan sumbangan nyata bagi
terciptanya ketahanan nasional dan kehidupan perekonomian nasional yang sehat,
kuat dan dinamis.

Bahwa sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung jawab serta sadar akan
hak dan kewajibannya terhadap bangsa dan negara, maka kami pengusaha pribumi
Indonesia telah bersepakat untuk berhimpun dalam wadah organisasi yang disusun
dan diatur di dalam Anggaran Dasar, sebagai berikut :

3
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA DAN WAKTU

Pasal 1
NAMA

Organisasi ini bernama Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia disingkat HIPPI,


dan dalam bahasa Inggris disebut Indonesian Enterpreneur Organization.

Pasal 2
TEMPAT KEDUDUKAN

a. Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia pada tingkat Pusat dinamakan Dewan


Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia disingkat DPP HIPPI,
berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.

b. Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia pada tingkat Provinsi dinamakan


Dewan Pengurus Daerah Provinsi disingkat DPD HIPPI Provinsi, disertai dengan
nama provinsi yang bersangkutan, berkedudukan di dalam wilayah provinsi yang
bersangkutan.

c. Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia pada tingkat Kabupaten/Kota


dinamakan Dewan Pengurus Cabang disingkat DPC HIPPI, disertai dengan
nama kabupaten/kota yang bersangkutan, berkedudukan di dalam wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pasal 3
DAERAH KERJA

a. Daerah Kerja DPP HIPPI meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia,

b. Daerah Kerja DPD HIPPI meliputi seluruh wilayah Provinsi yang bersangkutan,

c. Daerah Kerja DPC HIPPI meliputi seluruh wilayah Kabupaten/Kota yang


bersangkutan.

Pasal 4
WAKTU PENDIRIAN

a. Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) didirikan pada tanggal 17


Agustus 1976.

b. Dicatatkan melalui Akte Notaris Anne Djoenardi SH., MBA No. 30 tanggal 18
Agustus 2011.

4
BAB II
LOGO DAN MARS ORGANISASI

Pasal 5

LOGO

5
Pasal 6
MARS

Hai engkau patriot ekonomi indonesia


Bergerak kita maju bersama
Menuju rakyat makmur merdeka
Wujud cinta bangsa berwibawa

Reff:
HIPPI.... HIPPI kita semua
HIPPI.... HIPPI kita berjaya
HIPPI... HIPPI yang kita cinta
Satukan langkah kita bersama

Himpunan pengusaha pribumi indonesia


Makmurkan rakyat dengan karya nyata
Ekonomi bangsa yang merdeka
Wujud cinta bangsa berwibawa

Back to reff 2x

BAB III
ASAS, LANDASAN DAN SIFAT

Pasal 7
ASAS

Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia berasaskan Pancasila.

Pasal 8
LANDASAN

Dalam menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan
Organisasi HIPPI, berlandaskan kepada :

a. Undang-Undang Dasar 1945 serta Peraturan Perundang-undangan yang


berlaku.

b. Keputusan Munas HIPPI dan/atau Keputusan Musyawarah Nasional Khusus


HIPPI

Pasal 9
SIFAT

HIPPI adalah organisasi perjuangan di bidang ekonomi yang bersifat profesional.

6
BAB IV
TUJUAN DAN KEGIATAN

Pasal 10
TUJUAN

1. Membina dan mengembangkan kemampuan dan kegiatan anggota HIPPI agar


mandiri, tangguh, profesional dan berdaya saing tinggi, serta membangun aliansi
strategis dengan potensi-potensi ekonomi nasional lainnya untuk dapat berperan
dalam tatanan ekonomi pasar dan percaturan ekonomi global.

2. Menjalin hubungan kemitraan-strategis dengan pemerintah dan seluruh


komponen kekuatan bangsa untuk menciptakan dan mengembangkan iklim
usaha yang kondusif, bersih dan transparan dalam pembangunan nasional.

3. Mewujudkan HIPPI sebagai wadah yang kuat, solid dan profesional di semua
tingkatan organisasinya.

Pasal 11
KEGIATAN

Kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi HIPPI meliputi :

1. Membina dan mengembangkan kemampuan para anggotanya, baik kualitas


maupun kuantitas.

2. Bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Himpunan-


Himpunan, Asosiasi-Asosiasi, Organisasi Ekonomi di Indonesia dan luar negeri
termasuk bekerjasama dengan Perusahaan Swasta Nasional ; Besar/
Menengah/ Kecil, Koperasi, BUMN/BUMD, Lembaga Pendidikan dan Lembaga
Ristek.

3. Bekerjasama dengan pemerintah pusat maupun daerah dalam arti yang seluas-
luasnya.

4. Membantu dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah yang bersifat


menunjang peningkatan dan pengembangan usaha para anggotanya.

BAB V
FUNGSI DAN TUGAS POKOK

Pasal 12
FUNGSI

HIPPI berfungsi sebagai wadah kesatuan berhimpunnya pengusaha pribumi, warga


negara Indonesia, guna memperoleh informasi, konsultasi dan advokasi mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan seluruh kegiatan perekonomian secara nasional dan

7
global dalam rangka mewujudkan iklim usaha dan sinergi potensi ekonomi nasional
demi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Pasal 13
TUGAS POKOK

Untuk mencapai tujuan dan melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud Pasal 10


dan 12, HIPPI mempunyai tugas pokok :

1. Memupuk dan meningkatkan kesadaran nasional dan patriotisme para


pengusaha warga negara Indonesia dalam tanggungjawabnya sebagai warga
bangsa Indonesia.

2. Membina dan mengembangkan anggotanya dalam usaha mewujudkan tujuan


organisasi.

3. Membina dan memperjuangkan para anggotanya dalam arti luas untuk


peningkatan usahanya agar dapat berperan dalam perekonomian Nasional.

4. Mendorong tumbuh berkembangnya kewirausahaan baru yang bersifat


profesional.

BAB VI
ORGANISASI DAN LEMBAGA KEKUASAAN

Pasal 14
HIERARKI ORGANISASI

Hierarki kepengurusan organisasi HIPPI terdiri dari :

a. Dewan Pengurus Pusat,


b. Dewan Pengurus Daerah,
c. Dewan Pengurus Cabang

Pasal 15
KELENGKAPAN ORGANISASI

1. Perangkat organisasi HIPPI disetiap tingkatan organisasi terdiri dari :

a. Dewan Penasehat
b. Dewan Pertimbangan

2. Dewan Pengurus berhak membentuk Badan/Lembaga guna menunjang kinerja


organisasi.

8
Pasal 16
LEMBAGA KEKUASAAN ORGANISASI

Lembaga kekuasaan organisasi yang tertinggi disetiap tingkatan organisasi terletak


pada :

a. Musyawarah Nasional disingkat MUNAS untuk tingkat Pusat,

b. Musyawarah Daerah disingkat MUSDA untuk tingkat Provinsi,

c. Musyawarah Cabang disingkat MUSCAB untuk tingkat Kabupaten/Kota.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 17
KRITERIA ANGGOTA

Anggota HIPPI adalah pelaku usaha, baik sebagai pemilik usaha maupun
pimpinan/penanggung jawab dari Badan Usaha Swasta Nasional / Koperasi /
Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah.

Pasal 18
PENDAFTARAN ANGGOTA

Pendaftaran untuk menjadi anggota HIPPI diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 19
SUMBER KEUANGAN

HIPPI memperoleh keuangan dari :

a. Uang pangkal dan uang iuran dari anggota,

b. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat,

c. Usaha-usaha yang sah lainnya.

9
Pasal 20
PENGGUNAAN DANA DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Dewan Pengurus setiap tingkatan organisasi bertanggungjawab atas penggunaan


dana dan pengelolaan harta kekayaan organisasi pada tingkatannya masing-
masing.

BAB IX
PERUBAHAN AD DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 21
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Anggaran Dasar ini hanya dapat disempurnakan dalam Musyawarah Nasional HIPPI
/ Musyawarah Nasional Khusus HIPPI.

Pasal 22
PEMBUBARAN ORGANISASI

1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional yang


khusus diadakan untuk itu dan dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah DPD
HIPPI dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah peserta utusan yang
hadir.

2. Apabila organisasi bubar, maka segala kekayaan organisasi diserahkan kepada


Negara dan/atau disumbangkan kepada badan sosial.

BAB X
PENUTUP

Pasal 23
ATURAN TAMBAHAN

1. Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran
Dasar.

2. Anggaran Rumah Tangga sebagai penjabaran ketentuan-ketentuan Anggaran


Dasar, disahkan oleh Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Khusus.

Pasal 24
ATURAN PERALIHAN

1. Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan/atau
Anggaran Rumah Tangga, ditetapkan dalam peraturan tersendiri dan/atau
Peraturan Organisasi oleh DPP HIPPI, yang isinya tidak boleh bertentangan

10
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,

2. Apabila dipandang perlu DPP HIPPI dapat mengeluarkan Keputusan Organisasi


tentang perangkat tingkat DPD HIPPI dan DPC HIPPI berdasarkan keadaan
dan kebutuhan di tingkat Daerah dan Cabang tersebut.

Pasal 25
PENGESAHAN DAN MASA BERLAKU

1. Anggaran Dasar ini telah disempurnakan pada Musyawarah Nasional Ke-VII


HIPPI, tanggal 27 November 2010 di Jakarta dan telah dituangkan dalam Akta
Notaris Anne Djoenardi SH., MBA No. 30 tanggal 18 Agustus 2011.

2. Anggaran Dasar ini terakhir disempurnakan pada Musyawarah Nasional Khusus


HIPPI pada tanggal 8 Desember 2012 di Jakarta dan berlaku setelah dilegalisir
oleh Notaris Pejabat Pemerintah.

11
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PENGUSAHA PRIBUMI INDONESIA
(HIPPI)

1
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN

Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, yang dimaksud dengan :

1. Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia disingkat HIPPI, adalah wadah kesatuan


berhimpunnya para pengusaha pribumi Indonesia yang bertujuan untuk
mengembangkan kehidupan perekonomian bangsa dan negara dengan prinsip
Kemandirian, Kebersamaan, Berkeadilan, Berkelanjutan serta menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

2. Pengusaha Pribumi adalah warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai


pelaku usaha, yang nasionalis serta sadar akan tanggung jawab dan
kewajibannya terhadap bangsa dan negara Republik Indonesia untuk berperan
dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

PASAL 2
LANDASAN PENYUSUNAN

1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berlandaskan pada Anggaran Dasar HIPPI
yang ditetapkan dan disahkan dalam Musyawarah Nasional Khusus HIPPI Tahun
2012 di Jakarta.

2. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1).

BAB II
KEANGGOTAAN

PASAL 3
PERSYARATAN ANGGOTA

Persyaratan untuk menjadi Anggota HIPPI adalah :

1. Pengusaha yang berstatus, baik sebagai Pemilik Usaha maupun Direksi/Komisaris


atau Pimpinan/Penanggung Jawab dari Badan Usaha Swasta Nasional / Koperasi
/ Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah yang masih aktif.

2. Menandatangani dan mengajukan surat permohonan menjadi Anggota HIPPI,


serta melengkapi persyaratan administrasi keanggotaan, yang ditetapkan oleh
DPP HIPPI

2
PASAL 4
PROSEDUR PENDAFTARAN ANGGOTA

1. Prosedur pendaftaran anggota diatur dalam Peraturan Organisasi yang


ditetapkan oleh DPP HIPPI.

2. a. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi formulir yang


disediakan oleh DPP HIPPI.

b. Calon anggota yang diterima menjadi anggota HIPPI akan mendapatkan Kartu
Tanda Anggota (KTA) dari DPP HIPPI.

c. Format Formufir Pendaftaran dan KTA, bentuknya seragam dan dicetak oleh
DPP HIPPI.

PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

1. Setiap anggota mempunyai hak :


a. Untuk memilih dan dipilih dalam pembentukan kepengurusan, sesuai tata cara
yang ditetapkan dalam MUNAS / MUSDA / MUSCAB.
b. Untuk memperoleh bimbingan, pelayanan, pembinaan dan bantuan dalam
pengembangan usahanya,

2. Anggota mempunyai kewajiban :


a. Mematuhi dan melaksanakan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
HIPPI serta segala ketentuan dan peraturan maupun keputusan organisasi.
b. Menjaga dan memelihara serta menjunjung tinggi martabat dan nama baik
organisasi.
c. Menggalang persatuan dan kesatuan serta solidaritas di kalangan sesama
anggota.

PASAL 6
SANKSI TERHADAP ANGGOTA

Setiap anggota yang melakukan tindakan yang merugikan organisasi dapat dikenai
sanksi organisasi berdasarkan besar-kecilnya kesalahan yang dilakukan, berupa :
a. Teguran atau peringatan tertulis,
b. Penghentian pelayanan organisasi,
c. Pemberhentian sebagai anggota.

PASAL 7
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN

1. Dewan Pengurus HIPPI dapat melakukan pemberhentian atau pemberhentian


sementara keanggotaan jika anggota :

a. Bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah


Tangga.
b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi.
c. Tidak memenuhi kewajiban keanggotaan sebagaimana yang ditetapkan
organisasi.
d. Tidak memenuhi keputusan organisasi.

3
e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan
organisasi.

2. Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara keanggotaan


dikeluarkan sesudah ada peringatan tertulis terlebih dahulu sebanyak tiga kali.

3. Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota yang


bersangkutan kehilangan keanggotaannya.

4. Anggota yang dikenai sanksi pemberhentian atau pemberhentian sementara


berhak membela diri kepada :
a. Dewan Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi.
b. Rapat Kerja Daerah / Rapat Kerja Cabang yang bersangkutan.
c. Musyawarah Daerah/ Musyawarah Cabang yang bersangkutan.
d. Rapat Kerja Nasional.
e. Musyawarah Nasional.

1. Anggota yang kehilangan haknya terkena sanksi pemberhentian atau


pemberhentian sementara, akan memperoleh pemulihan hak-haknya kembali,
setelah sanksi dicabut oleh Dewan Pengurus yang bersangkutan atau Dewan
Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi.

PASAL 8
KEHILANGAN KEANGGOTAAN

Kehilangan keanggotaan dalam HIPPI dikarenakan :


a. Berhenti atas permintaan sendiri / mengundurkan diri.
b. Berhalangan Tetap.
c. Diberhentikan oleh Organisasi,
d. Meninggal Dunia

BAB III
ORGANISASI

PASAL 9
PEMBENTUKAN ORGANISASI

Organisasi HIPPI pertama kali dibentuk pada tanggal 17 Agustus 1976 di Jakarta,
a. Organisasi DPD HIPPI Provinsi pertama kali dibentuk atau disusun oleh para
pengusaha pribumi Indonesia di setiap Provinsi dan dikukuhkan oleh DPP
HIPPI dalam Musyawarah Daerah Provinsi yang diselenggarakan oleh DPD
HIPPI Provinsi masing-masing,
b. Organisasi DPC HIPPI Kabupaten/Kota pertama kali dibentuk dan disusun
oleh para pengusaha pribumi di setiap Kabupaten/Kota dan dikukuhkan oleh
DPD HIPPI Provinsi dalam Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota yang
diselenggarakan dalam DPC HIPPI Kabupaten/Kota masing-masing.
c. Pembentukan organisasi HIPPI di tingkat Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang belum
memiliki organisasi HIPPI diatur dalam Peraturan Organisasi yang ditetapkan
oleh DPP HIPPI.

4
PASAL 10
DEWAN PENGURUS

1. Susunan DPP HIPPI terdiri dari seorang Ketua Umum dan sekurang-kurangnya
5 (lima) orang Ketua, seorang Sekretaris Jenderal dan sekurang-kurangnya 2
(dua) orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum dan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang Wakil Bendahara Umum serta Kompartemen dan
Departemen sesuai kebutuhan.

2. Susunan DPD / DPC HIPPI menyesuaikan dengan susunan DPP HIPPI sesuai
kebutuhan masing-masing.

3. Dewan Pengurus Harian (DPH) adalah Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris
Jenderal, para Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan para Wakil
Bendahara Umum.

4. Dewan Pengurus Lengkap (DPL) adalah Dewan Pengurus Harian ditambah para
Kompartemen dan Para Departemen.

PASAL 11
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PENGURUS

1. DPP/DPD/DPC HIPPI adalah Pimpinan yang memimpin organisasi dan


bertanggungjawab kepada MUNAS/MUSDA/MUSCAB.

2. DPH HIPPI mewakili organisasi ke dalam dan ke luar, DPH HIPPI berwenang
untuk melakukan perubahan, pengurangan, penambahan personalia ataupun
strukturnya jika dianggap perlu untuk kelancaran organisasi mencapai tujuannya.

PASAL 12
PEMBAGIAN TUGAS PENGURUS

1. Pembagian tugas diantara pengurus dilakukan oleh Ketua Umum DPP/DPD/DPC


berdasarkan Rencana Kerja/ Program Kerja dan Keputusan MUNAS/ MUSDA/
MUSCAB masing masing.

2. Ketua Umum DPP/DPD/DPC berkewajiban :


a. Memimpin anggota pengurus dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
baik keluar maupun kedalam.
b. Mengkoordinasikan langkah-langkah anggota pengurus masing-masing dalam
hal yang bersifat kebijaksanaan.
c. Memimpin rapat-apat Dewan Pengurus.
d. Bertanggungjawab kepada MUNAS/MUSDA/MUSCAB.

3. Para Ketua DPP/DPD/DPC berkewajiban :


a. Membantu Ketua Umum DPP/DPD/DPC dalam mengkoordinasikan dan
mengkonsolidasikan pelaksanaan tugas dalam lingkup bidang tugasnya
masing-masing.
b. Membina kerjasama yang serasi dan mengawasi kelancaran pelaksanaan
tugas Kompartemen-Kompartemen dalam lingkup bidang tugas-nya masing
masing.
c. Mewakili Ketua Umum DPP/DPD/DPC atas dasar penunjukkan Ketua Umum,
d. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum DPP/DPD/DPC dalam
melaksanakan tugas masing masing.

5
4. Kompartemen DPP/DPD/DPC berkewajiban :
a. Memimpin Kompartemen yang bersangkutan.
b. Mengkoordinir dan menkonsolidasikan pelaksanaan tugas Departemen-
Departemen yang dibawahinya.
c. Mewakili Ketua Umum dan/atau Ketua DPP/DPD/DPC atas dasar
penunjukkan jika yang bersangkutan berhalangan.
d. Bertanggungjawab dalam pelaksanaan tugasnya kepada Ketua
DPP/DPD/DPC yang membidanginya.

5. Departemen DPP/DPD/DPC berkewajiban:


a. Memimpin Departemenn yang bersangkutan.
b. Mengkoordinir dan menkonsolidasikan pelaksanaan tugas Departemennya.
c. Bertanggungjawab dalam pelaksanaan tugasnya kepada Ketua
DPP/DPD/DPC yang membidanginya melalui kompartemen yang
membawahinya.

6. Apabila Ketua Umum DPP/DPD/DPC berhalangan sementara atau tidak dapat


menjalankan tugas sehari hari dalam waktu tertentu, maka Ketua Umum
DPP/DPD/DPC dapat menunjuk salah seorang Ketua untuk menjadi Pejabat
Sementara Ketua Umum melalui keputusan rapat DPH.

7. Apabila Ketua Umum DPP/DPD/DPC berhalangan tetap dan/atau karena sesuatu


sebab tidak dapat menjalankan dan/atau menyelesaikan kewajiban organisasinya
sampai masa jabatan kepemimpinannya berakhir, maka jabatan Ketua Umum
DPP/DPD/DPC digantikan oleh salah seorang dari anggota pengurus, yang
ditetapkan melalui rapat Dewan Pleno masing-masing yang diagendakan untuk
hal tersebut dengan masa jabatan tersisa dari jabatan Ketua Umum yang
digantikannya.

PASAL 13
DEWAN PENASEHAT

1. Dewan Penasehat DPP/ DPD/ DPC ditetapkan dalam MUNAS/ MUSDA/


MUSCAB.

2. Dewan Penasehat dipilih dari anggota yang dianggap mampu memberikan


nasehat-nasehat kepada Dewan Pengurus.

3. Dewan Penasehat berkewajiban memberikan saran, pendapat dan masukan baik


diminta maupun tidak diminta kepada Dewan Pengurus mengenai pelaksanaan
program kerja.

4. Masa bakti Dewan Penasehat mengikuti masa bakti Dewan Pengurus.

PASAL 14
DEWAN PERTIMBANGAN

1. Dewan Pertimbangan DPP/DPD/DPC ditetapkan dalam


MUNAS/MUSDA/MUSCAB.

2. Dewan Pertimbangan dipilih dari anggota yang memiliki pengalaman organisasi


yang memadai dan diutamakan mantan Dewan Pengurus masa bakti
sebelumnya.

6
3. Dewan Pertimbangan berkewajiban memberikan pertimbangan-pertimbangan
dan bimbingan baik diminta maupun tidak diminta kepada Dewan Pengurus
mengenai masalah-masalah strategis organisasi.

4. Masa bakti Dewan Pertimbangan mengikuti masa bakti Dewan Pengurus.

PASAL 15
DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah perangkat organisasi HIPPI dan merupakan
pimpinan tertinggi organisasi HIPPI yang mewakili organisasi keluar dan kedalam,
yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada MUNAS,

2. DPP berkewajiban untuk :


a. Menjalankan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga,
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Kebijaksanaan Organisasi
hasil MUNAS ke dalam Program Kerja,
c. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi,
d. Mewakili organisasi didalam dan diluar pengadilan.

3. DPP berwenang untuk :


a. Membentuk Badan-Badan, Lembaga-Lembaga dan Yayasan-Yayasan.
b. Membentuk Panitia-Panitia khusus yang diperlukan untuk berbagai tugas dan
kegiatan,
c. Membentuk Panitia dan/atau Komisi Khusus yang bersifat adhoc , serta
mengangkat Penasehat-Penasehat Ahli yang diperlukan untuk berbagai
kegiatan, tugas dan usaha.
d. DPP melantik DPD serta mengesahkan Dewan Pertimbangan dan Dewan
Penasehat tingkat Daerah hasil MUSDA, selanjutnya DPD dikukuhkan oleh
Pemerintah Provinsi setempat.
e. DPP berwenang mempersiapkan penyelenggaraan MUSDA apabila DPD
HIPPI di daerah bersangkutan telah melampaui batas akhir masa jabatannya
lebih dari 3 (tiga) bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,
f. Untuk kegiatan sehari-hari Dewan Pimpinan Pusat dapat mengangkat Direktur
Eksekutif dan Pembantu-Pembantunya.

4. DPP berhak untuk :


a. Menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan dalam mengatur kelancaran
organisasi,
b. Menetapkan dan membayar biaya operasional organisasi yang diperlukan
untuk melaksanakan program dan mencapai tujuan organisasi.

PASAL 16
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS PUSAT

1. Pembentukan DPP dilaksanakan dengan sistem sebagai berikut :


a. DPP dipilih dan ditetapkan oleh MUNAS,
b. Ketua Formatur/Ketua Umum DPP dan 4 (empat) orang anggota Formatur
terpilih diberi kepercayaan dan wewenang untuk memilih dan menetapkan
Dewan Pengurus, Dewan Pertimbangan dan Dewan Penasehat di tingkat
Pusat.

7
2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dilakukan dengan cara :
a. Tahap penyaringan.
b. Pemilihan yang Langsung, Bebas dan Rahasia.

3. Pemilihan Ketua Umum/Ketua Formatur dilakukan terlebih dahulu secara terpisah,

4. Pemilihan 4 orang anggota formatur dilakukan setelah terpilihnya Ketua


Umum/Ketua Formatur.

5. Tahapan Pemilihan Ketua Umum/Ketua Formatur dilakukan dengan mekanisme


sebagai berikut :
a. Setiap peserta memilih satu nama calon,
b. Calon yang memperoleh suara terbanyak dinyatakan sebagai Ketua
Umum/Ketua Formatur.

PASAL 17
DEWAN PENGURUS DAERAH

1. Dewan Pengurus Daerah (DPD) adalah perangkat organisasi HIPPI dan


merupakan pimpinan tertinggi organisasi HIPPI tingkat Provinsi yang mewakili
organisasi keluar dan ke dalam, yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab kepada MUSDA.

2. DPD berkewajiban untuk :


a. Menjalankan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga,
b. Menjalankan dan menjabarkan Program Umum Daerah hasil-hasil MUSDA ke
dalam Program Kerja,
c. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi,
d. Mewakili organisasi didalam dan diluar pengadilan.

2. DPD berwenang untuk :


a. Membentuk Badan-Badan, Lembaga-Lembaga dan Yayasan-Yayasan.
b. Membentuk Panitia-Panitia khusus yang diperlukan untuk berbagai tugas dan
kegiatan,
c. Membentuk Panitia dan/atau Komisi Khusus yang bersifat adhoc , serta
mengangkat Penasehat-Penasehat Ahli yang diperlukan untuk berbagai
kegiatan, tugas dan usaha.
d. DPD melantik DPC serta mengesahkan Dewan Pertimbangan dan Dewan
Penasehat tingkat Cabang hasil MUSCAB, selanjutnya DPC dikukuhkan oleh
Pemerintah Kabupaten/kota setempat.
e. DPD berwenang mempersiapkan penyelenggaraan MUSCAB apabila DPC di
daerah bersangkutan telah melampaui batas akhir masa jabatannya lebih dari
3 (tiga) bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,
f. Untuk kegiatan sehari-hari DPD dapat mengangkat Sekretaris Eksekutif dan
pembantu-pembantunya.

3. DPD berhak untuk :


a. Menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan dalam mengatur kelancaran
organisasi,
b. Menetapkan dan membayar biaya operasional organisasi yang diperlukan
untuk melaksanakan program dan mencapai tujuan organisasi DPD.

8
PASAL 18
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS DAERAH

1. Pembentukan DPD dilaksanakan dengan sIstem sebagai berikut :


a. DPD dipilih dan ditetapkan oleh MUSDA,
b. Ketua Formatur/Ketua Umum DPD dan 4 (empat) orang anggota Formatur
terpilih diberi kepercayaan dan wewenang untuk memilih dan menetapkan
Dewan Pengurus, Dewan Pertimbangan dan Dewan Penasehat tingkat
Daerah.

2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dan 4 orang anggota Formatur dilakukan
dengan cara :
a. Tahap penyaringan.
b. Pemilihan yang Langsung, Bebas dan Rahasia.

3. Pemilihan Ketua Umum/Ketua Formatur dilakukan terlebih dahulu secara terpisah,

4. Tahapan Pemilihan Ketua Umum/Ketua Formatur dilakukan dengan mekanisme


sebagai berikut :
a. Setiap peserta memilih satu nama calon,
b. Calon yang memperoleh suara terbanyak dinyatakan sebagai Ketua
Umum/Ketua Formatur.

PASAL 19
DEWAN PENGURUS CABANG

1. Dewan Pengurus Cabang (DPC) adalah perangkat organisasi HIPPI dan


merupakan pimpinan tertinggi organisasi HIPPI tingkat Cabang yang mewakili
organisasi keluar dan kedalam, yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada MUSCAB.

2. DPC berkewajiban untuk :


a. Menjalankan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga,
b. Menjalankan dan menjabarkan Program umum Cabang dan hasil-hasil
MUSCAB ke dalam Program Kerja,
c. Melaksanakan keputusan-keputusan organisasi,
d. Mewakili organisasi didalam dan diluar pengadilan.

3. DPC berwenang :
a. Membentuk Badan-Badan, Lembaga-Lembaga dan Yayasan-Yayasan.
b. Membentuk Panitia-Panitia khusus yang diperlukan untuk berbagai tugas
dan kegiatan,
c. Membentuk Panitia dan/atau Komisi Khusus yang bersifat adhoc , serta
mengangkat Penasehat-Penasehat Ahli yang diperlukan untuk berbagai
kegiatan, tugas dan usaha.
d. Dewan Pimpinan Cabang DPC dapat membentuk Unit-unit Perwakilan pada
tingkat Kecamatan bila perlu dan kemudian harus disahkan dalam MUSCAB
serta dilaporkan kepada DPD dan DPP.
e. Untuk kegiatan sehari-hari Dewan Pimpinan Daerah dapat mengangkat
Sekretaris Eksekutif dan pembantu - pembantunya.

9
PASAL 20
PEMBENTUKAN DEWAN PENGURUS CABANG

1. Pembentukan DPC dilaksanakan dengan sistem sebagai berikut :


a. DPC dipilih dan ditetapkan oleh MUSCAB,
b. Ketua Formatur/Ketua Umum DPC dan 4 (empat) orang anggota formatur
terpilih diberi kepercayaan dan wewenang untuk memilih dan menetapkan
Dewan Pengurus, Dewan Pertimbangan dan Dewan Penasehat tingkat Cabang.

2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dan 4 orang anggota Formatur dilakukan
dengan cara :
a. Tahap penyaringan.
b. Pemilihan Yang Langsung, Bebas dan Rahasia.

2. Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dilakukan terlebih dahulu secara terpisah,

3. Pemilihan 4 orang anggota Formatur dilakukan setelah terpilihnya Ketua


Umum/Ketua Formatur.

4. Tahapan Pemilihan Ketua Umum/ Ketua Formatur dilakukan dengan mekanisme


sebagai berikut :
a. Setiap peserta memilih satu nama calon,
b. Calon yang memperoleh suara terbanyak dinyatakan sebagai Ketua
Umum/Ketua Formatur.

PASAL 21
MASA BAKTI

1. Masa bakti DPP/ DPD/ DPC HIPPI ditetapkan 5 (lima) Tahun.

2. Apabila 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya masa bakti DPP/ DPD/ DPC tidak
diselenggarakan MUNAS/ MUSDA /MUSCAB tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka Dewan Pengurus tersebut kehilangan hak dan
wewenang untuk mengurus Organisasi dan oleh karenanya Dewan Pengurus
yang berkedudukan lebih tinggi dapat menunjuk Pejabat Sementara untuk
mempersiapkan MUSDA/MUSCAB, sedangkan untuk penunjukan Pejabat
Sementara DPP dilakukan oleh Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan.

3. Masa bakti jabatan Ketua Umum Dewan Pengurus DPP/DPD/DPC hanya 2 (dua)
periode, baik berturut-turut maupun tidak berturut-turut, khusus jabatan Ketua
Umum DPP dapat diperpanjang 1 (satu) tahun jika terjadi keadaan nasional yang
memerlukan itu.

PASAL 22
PERSYARATAN DEWAN PENGURUS

Dewan Pengurus terdiri dari orang-orang yang memenuhi syarat, antara lain :
a. Anggota yang tidak kehilangan hak pilih dan dipilih.

b. Menyatakan kesediaan dan kesanggupannya secara tertulis menjadi anggota


Dewan Pengurus dengan segala konsekuensinya dan bertanggungjawab.

10
PASAL 23
PERSYARATAN UNTUK KETUA UMUM

Persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum adalah sebagai berikut :
a. Pernah atau sedang menjabat sebagai Anggota Dewan Pengurus Harian di
tingkat Pusat / Provinsi / Kabupaten / Kota.
b. Mencalonkan diri sebagai Ketua Umum.
c. Memenuhi persyaratan sebagai Ketua Umum sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
d. Untuk tingkat DPD / DPC berdomisili di dalam wilayah tersebut.
e. Khusus untuk persyaratan Ketua Umum DPP, pernah atau sedang menjabat
sebagai Anggota Dewan Pengurus Harian di tingkat pusat atau propinsi.

PASAL 24
SANKSI TERHADAP PENGURUS

1. Setiap anggota Dewan Pengurus dapat dikenai sanksi organisasi berdasarkan


besar kecilnya kesalahan yang dilakukan sampai pada bentuk pemberhentian
melalui tahap sebagai berikut :
a. Tahap teguran atau peringatan tertulis,
b. Tahap peringatan keras,
c. Tahap pemberhentian sementara jabatan,
d. Tahap pemberhentian jabatan.

2. Sanksi organisasi tersebut ayat 1 dikenakan kepada anggota Dewan Pengurus


apabila yang bersangkutan :
a. Secara sadar melanggar dan/atau tidak mematuhi AD / ART HIPPI,
b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik organisasi,
c. Melanggar peraturan dan ketentuan organisasi serta tidak mematuhi
keputusan organisasi,
d. Tidak memenuhi atau melakukan kewajibannya sebagai pengurus,
e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan
organisasi.

3. Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara dilakukan dengan


memberikan peringatan tertulis tiga kali terlebih dahulu berdasarkan keputusan
rapat pengurus.

4. Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota pengurus


yang bersangkutan kehilangan haknya sebagai pengurus dengan tidak lagi
berfungsi sebagai anggota pengurus.

BAB IV
MUSYAWARAH DAN RAPAT

PASAL 25
MUSYAWARAH NASIONAL

1. Musyawarah Nasional disingkat MUNAS adalah Lembaga kekuasaan tertinggi


organisasi HIPPI tingkat Nasional yang diadakan satu kali dalam 5 (Lima) tahun.

2. DPP menyelenggarakan MUNAS pada akhir masa jabatan.

11
3. Peserta MUNAS adalah Utusan DPD yang mendapatkan surat mandat dengan
jumlah 5 (lima) orang setiap DPD berdasarkan keputusan rapat Pleno.

4. Peninjau MUNAS terdiri dari :


a. Anggota Dewan Penasehat Pusat,
b. Anggota Dewan Pertimbangan Pusat,
c. Anggota biasa yang mewakili DPD dengan membawa mandat dari DPD
masing-masing yang jumlahnya ditentukan oleh DPP.

5. Peserta memiliki hak memilih, hak bicara dan hak dipilih.

6. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

7. MUNAS menetapkan Program Umum Kebijaksanaan Organisasi, mengubah


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan menilai pertanggungjawaban
serta memilih Dewan Pengurus Pusat.

8. MUNAS dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari


separuh jumlah DPD yang diundang dan apabila quorum belum atau tidak
tercapai, maka sidang ditunda selambat-lambatnya 2 (dua) jam, sesudah itu
sidang dapat dilanjutkan dan keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat.

PASAL 26
MUSYAWARAH DAERAH

1. Musyawarah Daerah disingkat MUSDA adalah Lembaga kekuasaan tertinggi


organisasi HIPPI tingkat Provinsi yang diadakan satu kali dalam 5 (Lima) tahun.

2. DPD menyelenggarakan MUSDA pada akhir masa jabatan.

3. Peserta MUSDA adalah Utusan DPC yang mendapatkan surat mandat dengan
jumlah 5 (lima) orang setiap DPC berdasarkan keputusan Rapat Pleno.

4. Peninjau MUSDA terdiri dari :


a. Anggota Dewan Penasehat Daerah,
b. Anggota Dewan Pertimbangan Daerah,
c. Anggota Biasa yang mewakili DPC dengan membawa mandat dari DPC
masing-masing yang jumlahnya ditentukan oleh DPD.

5. Peserta memiliki hak memilih, hak bicara dan hak dipilih.

6. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

7. MUSDA menetapkan Program Umum Daerah dan menilai pertanggungjawaban


serta memilih Dewan Pengurus Daerah.

8. Sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari separuh
jumlah DPC yang diundang dan apabila quorum belum atau tidak tercapai, maka
sidang ditunda selambat-lambatnya 2 (dua) jam, setelah itu sidang dapat
dilanjutkan dan keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat.

12
PASAL 27
MUSYAWARAH CABANG

1. Musyawarah Cabang disingkat MUSCAB adalah Lembaga kekuasaan tertinggi


organisasi HIPPI tingkat Kabupaten/Kota yang diadakan satu kali dalam 5 (Lima)
tahun.

2. DPC menyelenggarakan MUSCAB pada akhir masa jabatan.

3. Peserta MUSCAB adalah Anggota yang terdaftar di DPC yang bersangkutan.

4. Peninjau MUSCAB terdiri dari :


a. Anggota Dewan Penasehat Cabang,
b. Anggota Dewan Pertimbangan Cabang,

5. Peserta memiliki hak suara, hak bicara dan hak dipilih.

6. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih,

7. MUSCAB menetapkan Program Umum Cabang dan menilai pertanggungjawaban


serta memilih Dewan Pengurus Cabang.

8. Sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari separuh
jumlah anggota yang terdaftar di DPC yang bersangkutan dan apabila quorum
belum atau tidak tercapai, maka sidang ditunda selambat-lambatnya 2 (dua) jam,
setelah itu sidang dapat dilanjutkan dan keputusan yang diambil adalah sah dan
mengikat.

PASAL 28
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa disingkat MUNASLUB, diselenggarakan di


tingkat Nasional.

2. MUNASLUB diselenggarakan apabila terjadi penyimpangan AD/ART dan atau


kebijakan pengurus serta masalah keuangan.

3. MUNASLUB diselenggarakan berdasarkan permintaan sekurang-kurangnya 2/3


(dua pertiga) DPD yang aktif dan 2/3 jumlah fungsionaris DPP yang aktif.

4. Peserta MUNASLUB adalah Utusan DPD yang mendapatkan surat mandat


dengan jumlah 5 (lima) orang setiap DPD,

5. Peninjau MUNASLUB terdiri dari :


a. Anggota Dewan Penasehat Pusat,
b. Anggota Dewan Pertimbangan Pusat,
c. Anggota Dewan Pengurus Pusat,
d. Anggota yang mewakili DPD dengan membawa mandat dari DPD masing-
masing yang jumlahnya ditentukan oleh DPP.

6. Peserta memiliki hak memilih, hak bicara dan hak dipilih.

7. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

13
8. MUNASLUB mempunyai wewenang :
1. Menilai dan mensyahkan atau menolak pertanggungjawaban DPP,
2. Jika pertanggungjawaban DPP sebagaimana dimaksud ayat 1, ditolak atau
tidak diterima, maka MUNASLUB dapat memberhentikan DPP,
3. Dalam hal terjadi seperti tersebut pada huruf 2, maka MUNASLUB segera
melaksanakan pemilihan dengan pengangkatan DPP yang baru melalui
system pemilihan sebagaimana dilakukan dalam MUNAS.

9. MUNASLUB dinyatakan mencapai quorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah utusan DPD.

10. Apabila quorum tidak tercapai maka MUNASLUB ditunda selambat-lambatnya


dua jam, setelah itu sidang dapat dilanjutkan dan dinyatakan sah.

11. Keputusan MUNASLUB dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika
disepakati secara musyawarah dan/atau disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua pertiga)
jumlah utusan DPD yang hadir dalam MUNASLUB.

12. Pengurus hasil MUNASLUB hanya meneruskan sisa masa bakti dan
melaksanakan Program Umum Kebijakan Organisasi yang ditetapkan dalam
MUNAS sebelumnya.

PASAL 29
MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA

1. Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat MUSDALUB, diselenggarakan di


tingkat Daerah.

2. MUSDALUB diselenggarakan apabila terjadi penyimpangan AD/ART dan atau


kebijakan pengurus serta masalah keuangan.

3. MUSDALUB diselenggarakan berdasarkan permintaan sekurang-kurangnya 2/3


(dua pertiga) DPC aktif dan 2/3 jumlah fungsionaris DPD yang aktif.

4. Peserta MUSDALUB adalah Utusan Pengurus DPC yang mendapatkan surat


mandat dengan jumlah 5 (lima) orang setiap DPC,

5. Peninjau MUSDALUB terdiri dari :


a. Anggota Dewan Penasehat Daerah,
b. Anggota Dewan Pertimbangan Daerah,
c. Anggota Dewan Pengurus Daerah,
d. Anggota yang mewakili DPC dengan membawa mandat dari DPC masing-
masing yang jumlahnya ditentukan oleh DPD.

6. Peserta memiliki hak memilih, hak bicara dan hak dipilih.

7. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

8. MUSDALUB mempunyai wewenang :


1. Menilai dan mensyahkan atau menolak pertanggungjawaban DPD,
2. Jika pertanggungjawaban DPD sebagaimana dimaksud ayat 1, ditolak atau
tidak diterima, maka MUSDALUB dapat memberhentikan DPD,
3. Dalam hal terjadi seperti tersebut pada huruf 2, maka MUSDALUB segera
melaksanakan pemilihan dengan pengangkatan DPD yang baru melalui
system pemilihan sebagaimana dilakukan dalam MUSDA.

14
9. MUSDALUB dinyatakan mencapai quorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah utusan DPC.

10. Apabila quorum tidak tercapai maka MUSDALUB ditunda selambat-lambatnya


dua jam, setelah itu sidang dapat dilanjutkan dan dinyatakan sah.

11.Keputusan MUSDALUB dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika
disepakati secara musyawarah dan atau disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua pertiga)
jumlah utusan DPC yang hadir dalam MUSDALUB.

12.Pengurus hasil MUSDALUB hanya meneruskan sisa masa bakti dan


melaksanakan Program Umum Daerah yang ditetapkan dalam MUSDA
sebelumnya.

PASAL 30
MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA

1. Musyawarah Cabang Luar Biasa disingkat MUSCABLUB, diselenggarakan di


tingkat Cabang.

2. MUSCABLUB diselenggarakan apabita terjadi penyimpangan AD/ART dan atau


kebijakan pengurus serta masalah keuangan.

3. MUSCABLUB diselenggarakan berdasarkan permintaan sekurang-kurangnya 2/3


(dua pertiga) jumlah anggota dan 2/3 jumlah fungsionaris DPC yang aktif.

4. Peserta MUSCABLUB adalah anggota yang terdaftar di DPC yang bersangkutan.

5. Peninjau MUSCABLUB terdiri dari :


a. Anggota Dewan Penasehat Cabang,
b. Anggota Dewan Pertimbangan Cabang,
c. Anggota Dewan Pengurus Cabang

6. Peserta memiliki hak memilih, hak bicara dan hak dipilih.

7. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

8. MUSCABLUB mempunyai wewenang :


a. Menilai dan mensyahkan atau menolak pertanggungjawaban DPC,
b. Jika pertanggungjawaban DPC sebagaimana dimaksud ayat 1, ditolak atau
tidak diterima, maka MUSCABLUB dapat memberhentikan DPC,
c. Dalam hal terjadi seperti tersebut pada huruf 1, maka MUSCABLUB segera
melaksanakan pemilihan dengan pengangkatan DPC yang baru melalui
system pemilihan sebagaimana dilakukan dalam Muscab.

9. MUSCABLUB dinyatakan mencapai quorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah anggota yang terdaftar.

10.Apabila quorum tidak tercapai maka MUSCABLUB ditunda selambat lambatnya


dua jam, setelah itu sidang dapat dilanjutkan dan dinyatakan sah.

15
11.Keputusan MUSCABLUB dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota
jika disepakati secara musyawarah dan/atau disetujui oleh lebih dari 2/3 (dua
pertiga) jumlah anggota yang hadir dalam MUSCABLUB.

12.Pengurus hasil MUSCABLUB hanya meneruskan sisa masa bakti dan


melaksanakan Program Umum Cabang yang ditetapkan dalam MUSCAB
sebelumnya.

PASAL 31
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS

1. Musyawarah Nasional Khusus diselenggarakan :


a. Untuk menyempurnakan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga,
b. Untuk membubarkan Organisasi.

2. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional dapat


diberlakukan untuk Musyawarah Nasional Khusus.

3. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta


bersama-sama undangan menghadiri Musyawarah Nasional khusus paling lambat
10 (sepuluh) hari sebelum tanggal penyelenggaraan.

PASAL 32
RAPAT KERJA

1. Rapat Kerja (RAKER) diadakan dua kali dalam satu periode kepengurusan yakni
pada tahun pertama dan ketiga.

2. Rapat Kerja terdiri dari :


a. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) di tingkat Pusat.
b. Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) di tingkat Provinsi,
c. Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB) di tingkat Kabupaten/Kota.

3. RAKER mempunyai wewenang :


a. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan pengurus dan pelaksanaan rencana
kerja yang dijabarkan dalam program kerja,
b. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan atas Rencana Kerja yang dibuat
oleh pengurus,
c. Membantu pengurus untuk memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan
sendiri oleh pengurus.

4. Peserta Rapat Kerja adalah:


a. Di tingkat Pusat : Dewan Pengurus Pusat, Dewan Penasehat Pusat, Dewan
Pertimbangan Pusat, dan utusan DPD-DPD,
b. Di tingkat Daerah: Dewan Pengurus Daerah, Dewan Penasehat Daerah,
Dewan Pertimbangan Daerah, dan utusan DPC-DPC,
c. Di tingkat Cabang: Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Penasehat Cabang,
Dewan Pertimbangan Cabang, dan Anggota yang terdaftar.

5. Setiap Peserta Raker mempunyai hak yang sama yaitu hak suara dan hak
berbicara.

16
6. RAKER dinyatakan mencapai quorum dan sah apabila dihadiri oleh lebih dari 2/3
(dua pertiga) Peserta RAKER yang seharusnya hadir.

7. Apabila quorum tidak tercapai, maka RAKER dapat ditunda selambat-lambatnya


dua jam.

8. Apabila sesudah penundaan quorum belum juga tercapai, maka RAKER dapat
tetap dilaksanakan dan dinyatakan sah.

PASAL 33
RAPAT DEWAN PLENO

1. Rapat Dewan Pleno menurut tingkatannya bertugas untuk menetapkan


kebijaksanaan serta pelaksanaan Program Kerja sebagai penjabaran hasil
MUNAS/MUSDA/MUSCAB.

2. Anggota Rapat Dewan Pleno adalah :


a. Dewan Pleno Pusat terdiri dari Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pertimbangan
Pusat dan Dewan Penasehat Pusat,
b. Dewan Pleno Daerah terdiri dari Dewan Pengurus Daerah, Dewan
Pertimbangan Daerah dan Dewan Penasehat Daerah,
c. Dewan Pleno Cabang terdiri dari Dewan Pengurus Cabang, Dewan
Pertimbangan Cabang dan Dewan Penasehat Cabang,

3. Rapat Dewan Pleno diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

PASAL 34
RAPAT DEWAN PENGURUS

1. Rapat Dewan Pengurus Lengkap diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan


sekali.

2. Rapat Dewan Pengurus Harian diadakan sekurang-kurangnya sebulan sekali.

3. Para Ketua dapat mengadakan rapat dengan para Ketua lainnya dan para Ketua
Kompartemen, para Ketua dan Wakil Ketua Departemen yang ada dibawah
koordinasinya.

4. Para Ketua Kompartemen dapat mengadakan rapat didalam lingkungannya


sendiri.

5. Rapat Dewan Pengurus sah bila dihadiri 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Dewan
Pengurus.

PASAL 35
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Pada dasarnya setiap pengambilan keputusan dalam musyawarah maupun rapat


diambil secara musyawarah dan mufakat, kecuali jika tidak mungkin dilakukan,
maka keputusan diambil berdasarkan suara-suara terbanyak.

17
2. Dalam hal suara berimbang maka keputusan akhir diserahkan kepada Pimpinan
Sidang untuk mengupayakan musyawarah dan mufakat.

BAB V
KEUANGAN

PASAL 36
SUMBER DANA

1. HIPPI memperoleh dana sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

2. Besar uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan berdasarkan kebijakan di
daerah bersangkutan dan disetujui oleh DPP

3. Dalam memperoleh dana, DPP/DPD/DPC dibenarkan mengadakan upaya sendiri


yang sah, tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan AD/ART serta Undang-
Undang yang berlaku.

PASAL 37
PERIMBANGAN PEMBAGIAN KEUANGAN

Uang pangkal dan iuran anggota yang ditarik oleh HIPPI tingkat Daerah/Cabang
pembagiannya ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk DPP HIPPI 10%

b. Untuk DPD HIPPI 40%

c. Untuk DPC HIPPI 50%

PASAL 38
PENGGUNAAN DANA

Dewan Pengurus disetiap tingkatan bertanggung jawab atas penggunaan dan


pengawasan dana serta pengelolaan harta kekayaan organisasi, yang dilaporkan
secara tertulis dalam MUNAS/ MUSDA/ MUSCAB.

BAB VI
PENUTUP

PASAL 39
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

1. Anggaran Rumah Tangga ini telah disempurnakan pada Musyawarah Nasional


Ke-VII HIPPI tanggal 27 November 2010 di Jakarta dan telah dituangkan dalam
Akta Notaris Anne Djoenardi SH., MBA No. 30 tanggal 18 Agustus 2011.

2. Anggaran Rumah Tangga ini terakhir disempurnakan pada Musyawarah


Nasional Khusus HIPPI tanggal 8 Desember 2012 di Jakarta dan berlaku setelah
dilegalisir oleh Notaris Pejabat Pemerintah.

18

Anda mungkin juga menyukai