Anda di halaman 1dari 4

Cara kerja alat penghemat listrik

Tahukah anda bagaimana cara kerja nya alat penghemat


listrik(pln) yang biasa beredar dipasaran yang berbentuk mirip
aki kering dengan colokan ke stopkontak?.Sebenarnya anda bisa
membuat sendiri alat tersebut dengan kualitas jauh lebih baik
dgn harga jauh lebih murah.
Karena cara kerjanya hanyalah mengurangi besaran cosinus dari
kurva arus AC yang akan terbaca pada alat pengukur
kilometer.alat tersebut bekerja jika ada beban AC melintas
melalui sensor berupa kumparan kawat untuk mengukur besarnya
arus AC yg sedang melewatinya..teori ekstrimnya adalah:
bagaimana caranya agar kita mereduksi sebesar mungkin puncak
(peak) dari besaran kurva AC (sinus-cosinus)agar terbaca
sedemikian rendah.
komponen yg sangat berpengaruh dalam arus AC adalah capasitor
dan induktor..maka dari itu kita perlu memfilter arus ac
tersebut sebelum memasuki jaringan listrik dirumah kita..entah
cara ini diperbolehkan atau dilarang pln..jelas kita tidak
melakukan tindakan pencurian listrik..dan alat ini tidak akan
terdeteksi oleh perangkat mereka.Cara pemasangannya adalah
sebagai berikut:disini saya akan menyertakan skema
rangkaiannya yang nantinya akan dipasang dekat dengan
kilometer.semakin dekat ,semakin optimal cara kerjanya.gunakan
kapasitor berkualitas bagus ,untuk keamanan,MCB disini untuk
mencegah terjadinya korsleting akibat kerusakan pada
kapasitor.masukan pada kotak atau box plastik yg cukup
kuat.lebih baik kapasitor di cor dengan gip’s atau semen,agar
daya panasnya terbuang dengan baik.
Alat Penghemat Listrik

Maret 30, 2008 oleh dannybachdar

Posted under:
Debunking
at 01:58

Pada beberapa pusat keramaian seringkali ada yang menawarkan alat penghemat listrik. Klaimnya,
konsumen hanya perlu memasang alat ini pada salah satu soket listrik untuk dapat menghemat
listrik sampai dengan 40%.

Para penjual alat-alat ini umumnya dipersenjatai sebuah alat demonstrasi untuk menunjukkan
kepada calon konsumen bahwa alat penghemat listrik tersebut memang benar-benar bekerja.
Biasanya alat peraga dilengkapi dengan sumber daya listrik PLN, beberapa beban (lampu neon, bor,
vacuum cleaner, pengering rambut, dan sebagainya), sebuah amperemeter dan tentunya alat yang
dipasarkan.

Klaim yang fantastis dan demonstrasi yang meyakinkan. Tetapi apakah alat-alat penghemat listrik
tersebut memang dapat mengurangi biaya yang harus kita bayarkan ke PLN?

Pertama kali penjual akan menyalakan beban tanpa menyalakan alat penghemat dan menunjukkan
besarnya arus yang dikonsumsi. Setelah itu, alat penghemat dinyalakan dan kepada calon konsumen
akan diperlihatkan daya yang dikonsumsi menjadi berkurang. Penjual juga akan dengan sigap
menjelaskan jika alat ini hanya akan berfungsi pada beban motor listrik atau yang memiliki
kumparan (bersifat induktif).

Walaupun biasanya sangat tidak praktis untuk membongkar alat ini (disegel rapat dan sulit untuk
dibongkar), yang sedikit mengerti listrik arus bolak balik seharusnya dapat langsung menebak bahwa
alat ini berisi sebuah kapasitor.

Listrik Arus Bolak Balik

Daya pada listrik bolak-balik (AC) memiliki dua buah komponen: daya aktif (P) dan daya reaktif (Q).
Resultan antara keduanya disebut sebagai daya nyata (S) yang merupakan daya yang dirasakan oleh
PLN sebagai pemasok daya.

Daya reaktif (Q) dapat terjadi karena induktansi atau kapasitansi. Induktansi diakibatkan oleh
komponen berbentuk kumparan (misalnya motor listrik atau transformator step down pada
adaptor). Sedangkan kapasitansi diakibatkan oleh komponen kapasitor. Sifat induktansi dan
kapasitansi ini saling berlawanan; pada diagram segitiga daya, komponen induktansi memiliki arah
ke bawah sedangkan komponen kapasitansi memiliki arah ke atas.

Daya aktif (P) adalah daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban. tetapi daya yang perlu dipasok
oleh PLN adalah daya nyata (S). Untuk meminimalkan daya yang perlu dipasok PLN, maka sebisa
mungkin daya reaktif (Q) harus dieliminasi. Jika beban bersifat induktif, maka perlu ditambahkan
kapasitor; dan jika beban bersifat kapasitif, maka perlu ditambahkan induktor sedemikian sehingga
daya reaktif (Q) mendekati nol. Karena beban pada lingkungan perumahan sebagian besar bersifat
induktif, maka penambahan kapasitor adalah cara yang tepat untuk menghemat energi.

Menghemat Energi? Menghemat Biaya?


Penggunaan alat ini untuk menghemat energi memang tepat, walaupun mungkin tidak cukup ideal
karena konsumen tidak pernah diberitahu besaran kapasitansi yang dikandung oleh alat ini. Yang
menjadi pertanyaan sekarang: apakah alat ini akan menghemat biaya yang perlu kita bayarkan ke
PLN setiap bulannya sampai 40% seperti yang diklaim? Ternyata tidak, karena untuk lingkungan
perumahan, PLN memasang kWh meter yang hanya akan menghitung penggunaan daya aktif (P)
saja. Sedangkan daya reaktif (Q) tidak masuk hitungan alias gratis. Untuk keperluan menghemat
transmisi daya, mungkin PLN yang akan memasang kapasitor pada gardu induk.

Walaupun demikian, pada kondisi tertentu alat ini masih bisa sedikit melakukan penghematan
karena kabel listrik dalam rumah juga memiliki hambatan. Menurut perhitungan Pranyoto dari
Litbang PLN, pada kondisi ekstrim daya nyata (S) dua kali lipat dari daya aktif (P) (faktor daya = 0,5),
beban sebesar 6900 VA, panjang kabel penghantar sebesar 20 meter, dengan tarif listrik Rp
390/kWh dan digunakan selama 12 jam sehari, maka dengan menggunakan alat penghemat listrik
hanya dapat menghemat Rp 3.931/bulan. Sedangkan pada kondisi ideal daya nyata (S) sama dengan
daya aktif (P) pada beban 460 V, menggunakan alat ‘penghemat’ listrik justru menambah tagihan
sebesar Rp 402/bulan.

Walaupun penghematan biaya (jika ada) sangatlah kecil, alat ini berguna untuk mengefektifkan
energi jika peralatan listrik di rumah memerlukan daya yang mendekati jumlah daya yang
diperbolehkan oleh PLN. kWh meter menghitung daya aktif (P), tetapi MCB (circuit breaker)
memutuskan arus berdasarkan arus pada resultan daya nyata (S). Jika sebuah rumah menggunakan
banyak peralatan yang bersifat induktif, maka menggunakan alat ini akan mengurangi resiko MCB
melakukan pemutusan (ngejepret).

Kasus Pada Konsumen Industri

Berbeda dengan konsumen perumahan, pada konsumen industri, PLN juga menggunakan kVARh
meter untuk menghitung daya reaktif (Q) di samping kWh meter untuk menghitung daya aktif (P).
Jika perbandingan antara daya aktif (P) dan daya nyata (S) lebih kecil daripada 0.85, maka PLN akan
mengenakan denda. Dalam kasus ini, mengeliminasi daya reaktif (Q) merupakan tanggung jawab
konsumen. Walaupun demikian, kapasitor yang dibutuhkan tentunya bukan kapasitor blackbox yang
diklaim sebagai ‘alat penghemat listrik’ seperti yang dibahas di atas.

Jenis ‘Penghemat’ Listrik yang Lain

Ada satu lagi jenis alat ‘penghemat’ listrik. Jika di atas kita berbicara mengenai alat penghemat listrik
yang hanya perlu disambungkan pada sebuah soket listrik (dipasang secara paralel), maka jenis yang
ini perlu dipasang secara seri. Alat ini dipasang dengan sedikit memodifikasi jaringan listrik rumah.

Cara kerja alat ini adalah dengan menurunkan tegangan listrik. Penggunaan alat ini memang akan
secara drastis mengurangi biaya yang tercatat pada kWh meter. Tetapi perlu diingat bahwa
beberapa alat listrik tidak akan bekerja pada tegangan yang jauh di bawah standar. Beberapa bahkan
akan rusak jika dipaksakan.

Usaha Mengelabui Calon Konsumen

Bagaimana dengan alat demonstrasi yang begitu meyakinkan memberi ‘bukti’ bahwa alat
penghemat listrik ini memang dapat menghemat listrik sampai 40%? Pranyoto memberi tiga buah
kasus bagaimana penjual mengecoh calon pembeli.
Yang pertama adalah dengan menggunakan amperemeter. Amperemeter akan menunjukkan angka
yang lebih rendah jika alat penghemat listrik dipasang. Tetapi kebanyakan konsumen tidak tahu
bahwa amperemeter mengukur arus pada komponen daya nyata (S) dan bukan pada komponen
daya aktif (P). Walaupun besaran yang ditunjukkan amperemeter akan berubah tergantung apakah
alat penghemat dipasang atau tidak, besaran arus pada komponen daya aktif (P) sebenarnya tidak
akan berubah.

Kedua, adalah dengan menggunakan wattmeter. Penjual yang melakukan ini lebih cerdik karena PLN
memang mengukur berdasarkan Watt. Tetapi yang tidak disadari konsumen adalah ada hambatan
berukuran besar atau gulungan kabel yang sangat panjang di belakang alat demonstrasi ini yang
menghubungkan beban dengan sumber listrik. Penghematan yang terhitung pada wattmeter adalah
penghematan pada transmisi daya yang tidak realistis karena kabel listrik di rumah tidak akan
sepanjang gulungan kabel yang berada di belakang alat demonstrasi.

Ketiga, juga dengan menggunakan wattmeter, tetapi dengan tidak memperlihatkan besaran
tegangan. Alat ini dengan meyakinkan dapat memperlihatkan bahwa penggunaan daya akan
dihemat. Tetapi konsumen tidak menyadari bahwa tegangan listrik sudah jauh di bawah 220V.

Selain itu, yang perlu diperhatikan juga adalah masalah harga. Alat ini dijual mulai dengan harga
sekitar puluhan ribu rupiah sampai dengan ratusan ribu rupiah. Tetapi sebenarnya, komponen
kapasitor yang ada dalam alat ini dapat dibeli seharga tak lebih dari Rp 10000 rupiah (informasi dari
Forum TE UGM). Melihat harga modal ini, konsumen dapat menentukan nilai yang pantas untuk
menghargai alat seperti ini setelah produsen memaketkannya menjadi kemasan yang praktis untuk
digunakan oleh konsumen. Setelah melalui proses produksi masal, menurut saya Rp 50 ribu mungkin
bisa dibilang wajar, Rp 75 ribu mungkin agak sedikit berlebihan, tetapi Rp 100 ribu sepertinya terlalu
mahal.

Kesimpulan

‘Alat penghemat listrik’ tidak dapat menghemat biaya listrik PLN seperti yang diklaim sampai 40%.
Bahkan 10% pun mungkin masih terlalu banyak.
Jika ada yang dihemat, maka itu hanyalah penghematan pada transmisi daya dalam rumah yang
besarnya tidak begitu signifikan. Dalam kasus ideal bahkan penggunaan alat ini akan menyebabkan
biaya yang sedikit lebih tinggi.
Alat ‘penghemat’ listrik yang dipasang secara seri (memerlukan sedikit modifikasi jaringan listrik)
bekerja dengan cara menurunkan tegangan. Beberapa alat akan tidak dapat berfungsi dan sebagian
akan berumur pendek.
Alat penghemat listrik paralel mungkin lebih berguna jika anda ingin meringankan beban PLN dalam
mendistribusikan tenaga listrik, tanpa mengharapkan imbalan dari PLN. Selain itu alat ini juga
berguna untuk mengurangi frekuensi ngejepret jika penggunaan mendekati jumlah pemakaian yang
dibatasi oleh PLN.
Rp 100 ribu rupiah untuk alat ini mungkin masih terlalu mahal.

Anda mungkin juga menyukai