Anda di halaman 1dari 37

1

A. JUDUL
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural
Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru

B. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana proses
berfikir secara rasional dan masuk akal dalam memproleh konsep (Nasution
dalam Isrok’atun, 2018). Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu
manusia dalam menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam
Isrok’atun, 2018). Oleh karena itu, matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum
SMP dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
mendapatkan beberapa hal sebagai berikut. (1) memahami konsep matematika; (2)
menggunakan pola sebagai dalam penyelesaian masalah; (3) menggunakan
penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika; (4) mengomunikasikan
gagasan, penalaran, serta mampu menyusun bukti matematika; (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan; (6) memiliki sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya;
(7) melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan
matematika; dan (8) menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi
untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematika (BSNP, 2014).
Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika terlihat pada akhir kegiatan
belajar yang mengacu pada hasil belajar matematika peserta didik. Hasil belajar
matematika peserta didik yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai
ketuntasan belajar matematika. Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016
dikatakan bahwa ketuntasan hasil belajar merupakan tingkat minimal pencapaian
2

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang meliputi ketuntasan


penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar
(BSNP, 2016). Dalam Permendikbud No. 23 tahun 2016 dinyatakan bahwa
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang
ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi dasar lulusan
dengan mempertimbangkan karakteristik pada peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Ketuntasan tersebut dapat dilihat dari
skor hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, setiap peserta didik pada jenjang
pendidikannya harus mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui ketercapaian KKM hasil belajar matematika peserta
didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru, maka peneliti melakukan
wawancara dengan guru bidang studi matematika. Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa masih terdapat peserta didik yang belum mencapai
KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika kelas VII Hang
Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru yakni 82. Guru mengatkan bahwa hasil belajar
matematika peserta didik pada materi pokok Bilangan Bulat yang terdiri dari 32
peserta didik hanya 11 peserta didik yang mencapai KKM. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi kesenjangan antara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil
belajar yang telah dicapai peserta didik. Guru juga telah melakukan usaha untuk
memperbaiki proses pembelajaran diantaranya yaitu dengan memberikan tugas
kelompok didalam kelas dengan harapan peserta didik akan saling berbagi
pengetahuan masing-masing dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Akan
tetapi usaha ini tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan, peserta didik
yang berkemampuan tinggi yang menyelesaikan tugas dan peserta didik lainnya
hanya melihat pekerjaan temannya dan bercerita, maka tidak terjadi interaksi antar
kelompok dalam menyelesaikan masalah.
Untuk melihat proses pembelajaran, peneliti melakukan observasi proses
pembelajaran matematika VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru. Terlihat pada
kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru matematika kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru guru belum melakukan apersepsi guna mengaitkan
pengetahuan peserta didik sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
3

sehigga peserta didik tidak tahu keterkaitan materi sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Guru juga belum memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik, terlihat peserta didik tidak tahu untuk apa
materi tersebut dipelajari dan apa kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Dari
kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru, terdapat pembelajaran yang tidak
dilakukan guru sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi yang dipelajari yaitu materi
Himpunan. Kegiatan inti yang dilakukan guru terlihat kegiatan pembelajaran
masih berpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan contoh soal dan kemudian
meminta peserta didik untuk mencatat dibuku mereka. Selanjutnya guru
memberikan soal latihan dan guru meminta peserta didik untuk menuliskan
jawaban dari soal latihan tersebut dipapan tulis. Kemudian, jika peserta didik
diberi kesempatan untuk menjawab soal didepan kelas, hanya didominasi oleh
peserta didik yang berkemampuan tinggi sedangkan peserta didik yang
berkemampuan sedang dan rendah tidak mempunyai keberanian untuk maju
kedepan kelas guna menjawab soal yang telah diberikan guru karena kurangnya
minat peserta didik dalam belajar matematika dan peserta didik malu untuk
bertanya kepada guru. Sehingga tidak ada pemerataan pembelajaran terhadap
peserta didik dalam proses pembelajaran. Kelemahan dari kegiatan inti dalam
pembelajaran ini adalah peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
Pada kegiatan penutup guru menyimpulkan pembelajaran dengan sendiri
tanpa mengajak peserta didik untuk merefleksi kegiatan pembelajaran hari itu,
sehingga peserta tidak tampak telah menguasai pembelajaran yang telah
dipelajari. Selanjutnya guru belum terlihat memberikan tes formatif yang
bertujuan untuk melihat tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu materi.
Disini terlihat pembelajaran tidak terlaksana sesuai dengan Permendikbud No 22
tahun 2016.
4

Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan tiga orang peserta didik


Kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru. Berdasarkan hasil wawancara
kepada salah satu peserta didik ditanya mengapa tidak mau maju kedepan, peserta
didik menjawab tidak percaya diri akan jawaban yang dikerjakan sendiri,
alasannya jawabannya takut salah.
Berdasarkan permasalahan diatas peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru yang hanya sebagian mencapai KKM, maka peneliti akan
melakukan suatu perbaikan proses pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural Numbered Heads Together (NHT) peserta didik diharapkan sudah siap
sedia dan aktif untuk tampil mengomunikasikan hasil jawaban yang diperoleh
dalam kelompoknya dan mempresentasikan di depan kelas, percaya diri,
bertanggung jawab, karena pada pembelajaran kooperatif pendekatan struktural
NHT ini mempunyai keunggulan dimana guru memanggil nomor peserta didik
secara acak tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa diantara mereka yang akan
dipilih untuk mempresentasikan jawaban ke depan kelas, sehingga setiap peserta
didik harus mempersiapkan diri apabila namanya dipanggil baik itu peserta didik
yang berkemampuan tinggi maupun peserta didik yang berkemampuan rendah
dan sedang.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Numbered
Heads Together untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru
semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pokok Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Materi ini memuat Kompetensi Dasar (3.6)
Menjelaskan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dan
penyelesaianya; (4.6) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan
dan pertidaksamaan linear satu variabel.
5

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural Numbered Heads Together dapat memperbaiki
proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru semester ganjil tahun pelajaran
2019/2020 pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel, KD
3.6 Menjelaskan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dan
penyelesaianya. KD 4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.”

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan


meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pokok
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Numbered Heads Together (NHT).

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru, dapat
meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran,
percaya diri, bekerja sama, saling berbagi dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang telah diberikan, serta pada akhirnya bermuara pada
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru.
2. Bagi guru matematika SMP Negeri 1 Pekanbaru, dapat dijadikan salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika SMP Negeri 1 Pekanbaru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran dikelas.
6

3. Bagi SMP Negeri 1 Pekanbaru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran
matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik SMP
Negeri 1 Pekanbaru.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang model pendekatan struktural NHT serta dapat dijadikan
landasan untuk melanjutkan suatu penelitian dalam ruang lingkup yang lebih
luas.

F. DEFENISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalah pahaman dan perbedaan penafsiran terhadap


variabel yang digunakan, maka defenisi operasional yang perlu dijelaskan adalah:

1. Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Numbered Heads Together


Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para
peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam memecahkan suatu masalah, mempunyai anggota
kelompok 4-5 orang peserta didik. Pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural NHT adalah pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat 4
tahapan pelaksanaan yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir
bersama dan menjawab.
2. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik
kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru semester ganjil 2019/2020
yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka, diperoleh dari kompetensi
pengetahuan dan keterampilan peserta didik melalui tes tertulis (Ulangan
Harian) setelah mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan model
Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Numbered Heads Together
pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
7

G. KAJIAN TEORITIS
1. Belajar dan Hasil Belajar Matematika
Menurut Surya (dalam Rusman, 2017) Belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memproleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman,
menuju kearah yang lebih baik dan dapat diukur (Maulana dalam Isrok’atun
2018).
Menurut James (dalam Rusman, 2017) Belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Kata
“diubah” merupakan kata kunci pendapatnya James, sehingga dari kata
tersebut mengandung makna bahwa belajar adalah adalah suatu perubahan
yang direncanakan secara sadar melalui suatu program yang disusun untuk
menghasilkan perubahan perilaku positif. Berdasarkan defenisi para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terjadinya suatu
pengalaman pada diri seorang sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku kearah yang lebih baik dari pada diri orang tersebut.
Setelah terjadi proses belajar, maka perwujudan nilai yang diperoleh
melalui proses pembelajaran dinyatakan sebagai hasil belajar. Oemar
Hamalik (dalam Rusman 2017) menyatakan bahwa hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang
dapat diamati dan diukur. Tolok ukur peserta didik biasanya berupa nilai
yang diprolehnya. Nilai itu diproleh setelah peserta didik mengikuti tes
akhir. Kemudian dari tes itulah guru menentukan prestasi belajar peserta
didik. Dimyati dan Mudjiono (2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes
hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran.
Setelah memahami hasil belajar, perlu dipahami juga mengenai hasil
belajar matematika. Hasil belajar matematika diartikan Gagne (dalam Jamil,
2016) sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
8

menerima pengalaman belajar matematikanya, sehingga terjadi perubahan


tingkah laku dalam diri peserta didik yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan dalam
mempelajari matematika. Pendapat tersebut didukung oleh Hudoyo (dalam
Jefri Rohan,2012) yang menyatakan bahwa hasil belajar matematika adalah
tingkat keberhasilan atau penguasaan seseorang peserta didik terhadap
bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang
terlihat pada nilai yang di proleh dari tes hasil belajarnya.
Dari uraian diatas, hasil belajar peserta didik kelas VII Hang Jebat
SMP Negeri 1 Pekanbaru semester ganjil 2019/2020 yang dinyatakan dalam
bentuk skor atau angka, diperoleh dari kompetensi pengetahuan dan
keterampilan peserta didik melalui tes tertulis (Ulangan Harian) setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan model Pembelajaran
Kooperatif Pendekatan Struktural Numbered Heads Together pada materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar peserta didik
yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran
berkelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan (Wina Sanjaya dalam Syafruddin,
2016). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
penekanan pada aspek sosial dalam belajar dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik dengan
struktur kelompok yang heterogen dalam mencapai tujuan pembelajaran
(Slavin dalam Jamil, 2016).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran (Slavin dalam Jamil, 2016). Pada penerapan pembelajaran
9

kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk
mencapai satu penghargaan bersama. Ketergantungan antar peserta didik
disini yakni adanya ketergantungan peserta didik pada saat menyelesaikan
tugas dalam sebuah kelompok. Tugas setiap peserta didik akan
berpengaruh pada tugas peserta didik lain dalam satu kelompok. Dengan
demikian, tugas peserta didik harus bisa dipertanggung jawabkan
(Isrok’atun, 2018)
Menurut Ibrahim,dkk (dalam Rusman, 2018), pada pembelajaran
kooperatif menggunakan pola belajar perserta didik berkelompok untuk
menjalin kerja sama dan saling ketergantunan dalam struktur tugas, tujuan,
dan hadiah. Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik belajar bersama dalam kelompok untuk
mencapai tujuan bersama guna memahami pelajaran yang diberikan guru
dan meraih suatu penghargaan bersama.
Terkait dengan pembelajaran kooperatif, Ibrahim dkk (dalam
Rusman, 2018) menyebutkan 6 langkah dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu:

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


Fase
Tingkah laku guru

Fase-1
Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
memotivasi peserta didik yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi peserta didik belajar

Fase-2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3
Mengorganisasikan peserta Guru menjelaskan kepada peserta didik
didik kedalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
kelompok belajar agar melakukan transisi secara efesien

Fase-4
Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
10

Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing- masing
kelompok mempresentasikan hasil belajarnya

Fase-6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok

Sumber:Ibrahim,dkk (dalam Rusman, 2018)


Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif melalui tahap-tahap
sebagai berikut:

Fase 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta


didik

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan semua tujuan


pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran yang akan dilakukan.
Kemudian guru juga memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
memberikan gambaran pentingnya mempelajari materi pelajaran tersebut agar
peserta didik dapat aktif selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung.
Fase 2. Menyampaikan Informasi
Sebelumnya guru telah membuat silabus dan rencana pembelajaran.
Pada tahap ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari secara garis
besar, yang bertujuan untuk mengarahkan peserta didik dalam memahami
materi yang akan diajarkan.
Fase 3. Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok
belajar

Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam beberapa


kelompok belajar yang heterogen dalam hal kemampuan akademis, jenis
kelamin,suku dan sebagainya. Maka pembentukan kelompok heterogen sesuai
dengan cara berikut:
1) Peserta didik dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran matematika. Tujuannya adalah untuk
mengelompokkan peserta didik kedalam kelompok.
11

2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok


menengah dan kelompok bawah. Trianto (2012) membagi peserta didik
menjadi tiga tingkatan yaitu 25 % peserta didik yang berkemampuan
rendah, 50 % peserta didik yang berkemampuan sedang, 25 %peserta didik
yang berkemampuan tinggi. Kelompok atas sebanyak 25 % dari seluruh
peserta didik yang diambil dari peserta didik rangking satu, kelompok
tengah 50 % dari seluruh peserta didik yang diambil dari urutan setelah
diambil dari kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25 % dari
seluruh peserta didik yang terdiri atas peserta didik setelah diambil
kelompok atas dan kelompok tengah.
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pada tahap membimbing kelompok bekerja dan belajar, peserta didik
bekerja dengan menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya atau
mempelajari materi yang sudah dipersiapkan guru. Selama kegiatan kelompok
guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor kegiatan setiap kelompok
dan memotivasi setiap peserta didik untuk berinteraksi antara sesama teman
sekelompoknya maupun dengan guru.
Fase 5. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau guru menyuruh masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya. Pada saat mempresentasikan ini peserta didik diharapkan
mengajukan tanggapan atau pertanyaan kepada kelompok yang tampil.
Fase 6. Memberikan penghargaan
Pengahargaan kelompok setiap pertemuan diberikan berupa pujian.
Untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok setelah siklus 1 yaitu UH I
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok
Perhitungan skor tes individu bertujuan untuk menentukan nilai
perkembangan individu yang akan diberikan sebagai skor kelompok. Nilai
perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes
12

individu terdahulu dengan skor tes akhir. Dengan cara ini setiap anggota
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan skor maksimum bagi
kelompoknya. Nilai perkembangan individu dalam pembelajaran
kooperatif mengacu pada kriteria yang dikembangkan oleh Slavin (dalam
Rusman, 2018) yaitu yang terlihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 Skor Nilai Perkembangan Individu

Skor Tes Nilai Perkembangan

Lebih 10 poin dibawah skor dasar 5

10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar 10

Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30

Hasil sempurna 30

Sumber : Slavin (dalam Rusman, 2018)

2) Memberikan penghargaan kelompok


Slavin (dalam Rusman, 2018) mengatakan bahwa berdasarkan rata-
rata nilai perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan kriteria
penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok seperti dalam
tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Rata-rata Nilai Perkembangan Kriteria


Kelompok

15 Baik

20 Hebat

25 Super
13

Sumber : Slavin (dalam Rusman, 2018)

Slavin (2010) mengemukakan bahwa guru boleh mengubah kriteria


yang ada pada tabel 3. Oleh karena nilai perkembangan yang diproleh
kelompok merupakan bilangan rasional sehingga ketentuan penghargaan
kelompok diatas tidak mewakili oleh karena itu peneliti menggunakan
kriteria penghargaan kelompok seperti tabel 4 berikut:

Tabel 4. Kriteria Penghargaan Kelompok yang Digunakan


Rata-rata nilai perkembangan kelompok Kriteria

5 ≤ x́ <15 Kelompok Baik

15 ≤ x́ <25 Kelompok Hebat

25 ≤ x́ ≤30 Kelompok Super

Sumber : Slavin (dalam Rusman, 2018)

Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Model


pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para peserta
didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam memecahkan suatu masalah, mempunyai anggota
kelompok 4-5 orang peserta didik. Pembentukan kelompok didasarkan
pada kelompok heterogen dari segi kemampuan belajar dan jenis kelamin.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Numbered


Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together merupakan suatu pendekatan yang


diperkenalkan oleh Spencer Kagen pada tahun 1993. Model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural NHT memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membagikan dan mempertimbangkan jawaban paling
tepat untuk kelompoknya. Beberapa kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural NHT adalah berikut: Memudahkan dalam
pembagian tugas, memudahkan peserta didik belajar melaksanakan
tanggung jawab pribadinya, setiap peserta didik menjadi siap dan aktif
14

dalam proses pembelajaran, guru mudah memonitor peserta didik, peserta


didik dapat melakukan diskusi sungguh-sungguh dan peserta didik yang
pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.

Ciri khas model pembelajaran NHT adalah guru menunjuk peserta


didik secara acak, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompoknya, dengan cara tersebut diharapkan akan terjadi
keterlibatan total semua peserta didik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok.

Menurut Spencer Kagen (dalam Jamil, 2016) langkah-langkah


pendekatan struktural NHT adalah:

1) Langkah 1 : Penomoran
Dalam langkah ini ini, guru membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota
kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2) Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan
dapat amat spesifik dan dalam betuk kalimat tanya.
3) Langkah 3 : Berpikir Bersama
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim.
4) Langkah 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didik yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.

4. Pendekatan Saintifik
Rusman (2017) mengatakan bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik
15

melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, dan membuat jejaring pada


kegiatan pembelajaran disekolah. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik secara luas
untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari, disamping
itu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan
kemampuannya melalui kegiatan pembelajaran yang telah dirancang oleh
guru.
Pendekatan saintifik menekankan pada pada pentingnya kerjasama
antara peserta didik dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.
Proses penyelesaian masalah menuntut peserta didik terlibat dan berperan
aktif dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Sehingga, dalam proses
pembelajaran, peserta didik harus memiliki langkah-langkah yang sistematis
sehingga masalah yang diberikan terpecahkan. Langkah-langkah pendekatan
saintifik menurut Kemendikbud 2013 sebagai berikut
1. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah
membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Dalam
kegiatan mengamati, guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
2. Menanya
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
ataupun hal lain yang lebih abstrak.
3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan melalui, antara lain:
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
16

mengamati objek/ kejadian/ aktivitas, dan wawancara dengan narasumber.


Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu perserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih diteliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan
tersebut terkumpul sejumlah informasi.
4. Mengasosiasi/menalar/mengolah informasi
Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/ekspermen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Informasi yang telah dikumpulkan pada kegiatan sebelumnya menjadi


dasar bagi kegiatan memproses informasi untuk menemukan
keterkaitan suatu informasi dengan informasi laiinya, menemukan pola
dari keterkaitan dan bukan mengambil berbagai kesimpulan dari pola
yang ditemukan.
5. Mengomunikasikan
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengomunikasikan,
yaitu menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Jadi, berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik pada pembelajaran yaitu pembelajaran yang dilakukan secara ilmiah
untuk membiasaka peserta didik aktif berfikir, bersikap, serta berkarya dalam
mengkonstruksi dan mengomunikasikan konsep dengan menggunakan
17

langkah-langkah ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan


informasi,mengasosiasikan, mengomunikasikan.

6. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural


Numbered Heads Together

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana


pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016). Berdasarakan pernyataan
diatas maka pelaksanaan pembelajaran matematika dalam model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural NHT dengan langkah sebagai berikut:
a) Tahapan Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan
beberapa hal berikut:
1. Materi pokok yaitu Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
2. Perangkat pembelajaran seperti Silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Lembar Pengamatan guru
dan peserta didik
3. Menentukan skor dasar individu yang diproleh dari hasil ulangan atau tes
sebelum tindakan dilakukan (sebelum pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural Numbered Heads Together)
4. Menyusun setiap anggota masing-masing kelompok terdiri dari 1 orang
peserta didik yang berasal dari kelompok akademis tinggi, 2 orang dari
kelompok akademis sedang dan 1 orang dari kelompok akademis rendah.
b) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup dengan tahap pelaksanaan NHT sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan cara:
18

a) Peserta didik mengucapkan salam kepada guru.


b) Peserta didik berdo’a sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
c) Peserta didik memberikan informasi tentang kehadiran.
d) Peserta didik mendengar dan menyimak cerita yang dibacakan
guru tentang tokoh matematika sebagai kegiatan literasi dan
peserta didik akan membuat kesimpulan dari cerita tersebut.
e) Peserta didik mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan dalam pembelajaran.
Fase 1 : Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
peserta didik
2) Guru menyampaikan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang akan
dicapai peserta didik.
3) Peserta didik memperhatikan apersepsi yang disampaikan guru untuk
menggali pengetahuan prasyarat peserta didik.
4) Peserta didik diberi motivasi mengenai manfaat Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Fase 2 : Menyajikan Informasi
5) Peserta didik menyimak garis besar cakupan materi dan penjelasan
cara belajar yang harus diikuti selama proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural NHT
6) Guru memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Fase 3 : Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-
kelompok belajar
7) Peserta didik duduk didalam kelompok 4 sesuai kelompok yang telah
ditentukan oleh guru dan diberi kartu nomor identitas kepada masing-
masing peserta didik. (Penomoran)
8) Guru membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada setiap
kelompok yang berfungsi untuk membantu peserta didik dalam
penyelesaian masalah.
19

9) Guru menginformasikan waktu yang diberikan dalam mengerjakan


LKPD dan mempresentasikan peserta didik untuk memulai
mengerjakan LKPD.
b. Kegiatan inti
Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
1) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok melakukan kegiatan-
kegiatan pada LKPD untuk melakukan penyelidikan guna memproleh
informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan sehingga
peserta didik tertantang dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
2) Guru berkeliling mencermati peserta didik bekerja, mencermati dan
menemukan berbagai kesulitan yang dialami peserta didik serta
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal
yang belum dipahami. (Mengajukan Pertanyaan)
3) Secara berkelompok, guru meminta peserta didik untuk mengolah
informasi dengan cara melakukan tanya jawab dalam kelompok,
menganalisis, menalar, meneliti, menyimpulkan, berdasarkan
informasi yang telah diproleh (Berfikir)
4) Peserta didik mwnyelesaikan masalah yang diberikan dan membuat
laporan hasil diskusi kelompok.
Fase 5 : Evaluasi
5) Guru memanggil nomor identitas peserta didik untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Misalnya,
guru meminta peserta didik dengan identitas 3 mengerjakan soal
nomor 1. Semua peserta didik yang mempunyai nomor identitas 3
mengangkat tangan dan guru memilih salah satu peserta didik yang
bernomor identitas 3 untuk mengerjakannya didepan kelas
(Menjawab)
6) Peserta didik diberi kesempatan yang bernomor sama pada kelompok
yang berbeda membantu apabila perwakilan yang terpilih mengalami
kesulitan dalam mempresentasikan hasil diskusinya
20

7) Guru memfasilitasi komunikasi dalam kelompok antara kelompok


yang mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan kelompok yang
memberikan tanggapan.
8) Guru memberikan penguatan kepada masing-masing kelompok yang
telah menyajikan hasil diskusi dengan baik.
Fase 6 : Memberikan Penghargaan
9) Guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada peserta didik dan
kelompok yang telah mempresentasikan hasil kerjanya.
10) Guru memotivasi seluruh kelompok untuk mendapatkan penghargaan
yang lebih baik pada pertemuan selanjutnya.
11) Peserta didik kembali keposisi semula dan merapikan tempat duduk.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan
2) Peserta didik dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
3) Guru melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses-proses yang mereka gunakan.
4) Peserta didik diberi kegiatan tes hasil belajar mengenai materi yang
telah dipelajari.
5) Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) mengenai materi yang telah
dipelajari.
6) Guru meminta peserta didik untuk membaca materi yang akan dibahas
pada pertemuan berikutnya.
7) Guru menutup pelajaran dan memberi salam.

c) Tahap Evaluasi
Ulangan harian dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah
ditentukan guru. Ulangan harian dilaksanakan setelah siklus I dan siklus II
yang mencakup semua materi yang telah dibahas melalui model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural NHT. Peserta didik secara mandiri tidak
21

boleh saling membantu. Pada saat evaluasi berlangsung peserta didik harus
menunjukkan apa yang telah dipelajari saat bekerja dalam kelompoknya. Skor
yang diproleh peserta didik dalam UH selanjutnya diproses untuk menentukan
nilai perkembangan individu dapat dilihat pada tabel 2.

6. Hubungan model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads


Together dengan Hasil Belajar Matematika

Keberhasilan peserta didik dalam belajar ditentukan oleh kualitas


proses pembelajaran. Hasil belajar sangatlah dipengaruhi oleh baik atau
tidaknya kualitas pembelajaran. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik, guru harus melakukan banyak cara untuk
mengoptimalkan hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan
memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satu agar pembelajaran
berkualitas adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural NHT yaitu model pembelajaran yang dilandasi oleh
teori belajar konstruktivitas.

Trianto (2014) mengatakan bahwa model pembelajaran NHT


dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik, yang melibatkan
peserta didik dalam menelaah materi dan dapat lebih memahami materi
pembelajaran, serta memiliki tujuan untuk meningkatkan tanggung jawab
peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran NHT
dirancang untuk meningkatkan tanggung jawab peserta didik dalam
memahami materi pelajaran yang diberikan pada hari itu. Pada saat penyajian
kelas terjadi interaksi peserta didik dengan guru, pada kegiatan kelompok
terjadi interaksi peserta didik dengan peserta didik, yang diharapkan masing-
masing anggota kelompok saling berbagi informasi, mengungkapkan
pengetahuannya serta bekerja sama dalam kelompok diskusinya untuk
menyelesaikan suatu permasalahan dan saling membantu dalam membangun
pengetahuan baru dengan menginteraksikan pengetahuan lama masing-masing
individu.
22

Adapun ciri khas dari NHT adalah guru menunjuk seorang peserta
didik secara acak, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompoknya. Dengan cara tersebut semua kelompok akan
memastikan teman sekelompoknya memahami materi yang diberikan dalam
lembar kerja, sehingga peserta didik yang terpilih sudah siap untuk
menjelaskan hasil kerja kelompoknya. Hal ini merupakan upaya yang sangat
baik untuk meninggkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok, sehingga dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural NHT tanggung jawab peserta didik dalam belajar akan semakin
bertambah dan berdampak baik pada hasil belajar matematika peserta. Selain
itu, adanya penghargaan yang diberikan kepada kelompok akan membuat
peserta didik termotivasi untuk memajukan kelompoknya dan bersaing secara
sehat dengan kelompok lain. Dengan penghargaan yang diberikan akan
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap kelompok, sehingga
semua peserta didik akan aktif dalam diskusi kelompok.

Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilaksanakan Rofi Hidayati
(2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Tapung Hulu terbukti
pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa peserta didik mengalami
peningkatan hasil belajar matematika. Eliswatus Solekhah (2015) dengan
Judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural NHT
dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII.1 SMP
Negeri 15 Palu terbukti pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa peserta
didik mengalami peningkatan hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil
penelitan tersebut dapat diprediksi bahwa model pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru

H. HIPOTESIS TINDAKAN
23

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan model


Pendekatan Struktural Numbered Heads Together dalam pembelajaran
matematika maka dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1
Pekanbaru semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pokok
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1
Pekanbaru pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020.
2. Rancangan Penelitian
PTK adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari
perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan
diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan
sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. (Suharsimi Arikunto, 2017).
Menurut Wina Sanjaya (2013) konsep Penelitian Tidakan Kelas adalah
Pertama, PTK adalah rangkaian kegiatan mulai dari menyadari adanya masalah,
kemudian tindakan untuk memecahkan masalah dan refleksi terhadap tindakan
yang telah dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah
pembelajaran yang terjadi didalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada
masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik dan guru didalam kelas. Ketiga, PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan
refleksi diri artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri adalah guru. Guru
merupakan peran utama dalam PTK. Keempat, PTK dilakukan berbagai tindakan,
artinya PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi adanya
aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima, PTK dilakukan dalam situasi
nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksankan dalam setting pembelajaran
yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah
direncanakan.
24

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).


Pelaksanaan tindakan penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti, sedangkan guru
sebagai pengamat selama proses pembelajaran dengan penerapan model
pendekatan struktural NHT pada materi pokok Persamaan dan Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus . Siklus petama
terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu kali Ulangan Harian (UH), dan siklus
kedua terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu kali UH. Pada siklus pertama akan
dilakukan tindakan yang sesuai dengan model pendekatan struktural NHT
selanjutnya pada siklus kedua, tindakan yang akan dilakukan juga dengan
menerapkan pendekatan struktural NHT sebagai perbaikan siklus pertama.
Suharsimi Arikunto (2017) mengatakan bahwa secara garis besar
penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu:
1) Perencanaan (Planning)
Perancanaan merupakan tahap yang menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahap
perencanaan ini, peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari
silabus untuk materi KD 3.6 Menjelaskan persamaan dan pertidaksamaan linear
satu variabel dan penyelesaianya. KD 4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 × 40 menit
dan 2 ×40 menit setiap dua kali pertemuan dalam satu minggu, Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) untuk 6 kali pertemuan yang dikerjakan secara
berkelompok. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar
pengamatan aktifitas guru dan peserta didik untuk 6 kali pertemuan. Perangkat tes
hasil belajar matematika terdiri dari kisi-kisi soal untuk UH I dan UH II, pedoman
penilaian UH I dan UH II, serta pedoman penilain keterampilan UH I dan UH II.
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Dalam pelaksanaan tindakan, kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dilakukan
pada proses pembelajaran sesuai dengan RPP dan menggunakan LKPD. Tiga RPP
25

dan satu kali pertemuan untuk tes akan dilaksanakan pada siklus I, dan tiga RPP
serta satu kali pertemuan untuk tes akan dilaksanakan pada siklus II. Tindakan
dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Pekanbaru. Pelaksanaan tindakan yang
dilakukan sesuai dengan langkah-langkah model pendekatan struktural NHT.
3) Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini, yang bertindak sebagai pengamat adalah guru. Pengamatan
dilakukan terhadap aktivitas dan interaksi belajar peserta didik selama
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan pada setiap pertemuan, dengan tujuan untuk mengamati hal-hal yang
perlu diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan setelah tindakan tiap siklus berakhir yang merupakan
perenungan bagi peneliti atas dampak dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Hasil dari refleksi ini dapat dijadikan sebagai langkah untuk merencanakan
tindakan baru pada pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Tahap ini bertujuan
untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan. Kelemahan dan kekurangan pada siklus pertama akan diperbaiki pada
siklus kedua. Suharsimi Arikunto (2017) menggambarkan daur siklus PTK seperti
gambar 1.

Perencanaan

Refleksi Siklus ke-I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus ke-II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1: Siklus PTK

Perencanaan
Refleksi SIKLUS PERTAMA Pelaksanaan

26
Pengamatan

Perencanaan

3. Subjek Penelitian
Subjek Refleksi
penelitian ini adalah SIKLUS
peserta KEDUA
didik kelas VII Pelaksanaan
Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru yang berjumlah 32 orang peserta didik dengan tingkat
kemampuan yang heterogen.
Pengamatan

4. Data dan Instrumen Penelitian


1) Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran yang mencakup kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar (Permendikbud No.22 Tahun 2016). Materi pokok
pada penelitian ini adalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel. Kompetensi dasar yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1) KD 3.6 Menjelaskan persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel dan penyelesaianya.
2) KD4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar. RPP disusun secara sistematis yang berisikan identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu,
tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi, materi ajar, metode dan model pembelajaran, media
pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
dan penilaian hasil pembelajaran (Permendikbud No 22 Tahun 2016). RPP
pada penelitian ini yaitu RPP yang disusun sebanyak 6 pertemuan terdiri
27

dari RPP untuk siklus I dan siklus II dengan langkah-langkah


pembelajaran menggunakan model pendekatan struktural Numbered
Heads Together (NHT).
(1) Siklus pertama diterapkan pada pertemuan 1,2 dan 3. Materi
pembelajaran pada RPP 1 adalah Kalimat Terbuka dalam Persamaan
Linear Satu Variabel. Materi pembelajaran pada RPP 2 adalah
Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel
Menggunakan Penjumlahan atau Pengurangan. Materi pembelajaran
pada RPP 3 adalah Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu
Variabel Menggunakan Perkalian atau Pembagian.
(2) Siklus kedua diterapkan pada pertemuan 4, 5, dan 6. Materi
pembelajaran pada RPP 4 adalah Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel. RPP 5 adalah Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel Menggunakan Penjumlahan atau Pengurangan.
RPP 6 adalah Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel Menggunakan Perkalian atau Pembagian
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD merupakan langkah kerja dalam mengkonstruksikan konsep
dengan prosedur yang dibuat sedemikian rupa sehingga peserta didik
mampu menyelesaikan suatu permasalahan baik secara individu maupun
kelompok. LKPD bertujuan mengaktifkan peserta didik dalam proses
pembelajaran dalam kelompok, membantu peserta didik menambah
informasi, tentang materi yang dirancang berdasarkan tahapan pada model
pendekatan struktural NHT. LKPD memuat identitas peserta didik, alokasi
waktu, tujuan pembelajaran, petunjuk pengerjaan, LKPD permasalahan-
permasalahan yang akan diselesaikan, langkah-langkah untuk
mengidentifikasi masalah tersebut, kesimpulan materi pelajaran yang
didiskusikan, dan beberapa soal latihan. Penelitian ini menggunakan enam
LKPD dimana materi yang akan dipaparkan sesuai dengan RPP yang telah
disusun.
2) Instrumen Pengumpul Data
28

a. Lembar Pengamatan
Masnur Muslich (2010) menyatakan bahwa pengamatam yang
dilakukan secara spesifik adalah pengamatan yang diarahkan kepada aspek
tertentu dalam tindakan guru atau aktivitas peserta didik dalam peroses
pembelajaran. Lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk isian tentang keterlaksanaan terhadap aktivitas guru dan peserta
didik selama proses pembelajaran. Lembar pengamatan ini adalah sebagai
bahan acuan untuk merefleksi pada tahap siklus kedua.
b. Lembar Penilaian
Menurut Permendikbud No.23 Tahun 2016 tentang penilaian hasil
belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah,
teknik, dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, keterampilan adalah sebagai berikut:
(1) Penilaian Pengetahuan
Pada penelitian ini, peneliti menilai pengetahuan melalui tes tertulis,
yaitu berupa soal uraian UH berdasarkan KKM 82. UH digunakan
untuk menentukan ketercapaian kompetensi pengetahuan peserta didik
dan keberhasilan tindakan yang disusun mengacu pada kisi-kisi tes
hasil belajar matematika dalam bentuk soal uraian objektif. Tes
diberikan pada UH I dan UH II. Pada UH I, tes hasil belajar
matematika dilakukan pada materi pokok persamaan linear satu
variabel dan penyelesaianya. Pada UH II, tes hasil belajar matematika
dilakukan pada materi pokok pertidaksamaan linear satu variabel dan
penyelesaianya.
(2) Penilaian Keterampilan
Peneliti menilai kompetensi keterampilan yang diamati adalah memilih
strategi yang efektif dan menyajikan model matematika dalam
memecahkan masalah nyata tentang persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel.

5. Teknik Pengumpulan Data


29

1) Teknik Pengamatan
Pengamatan merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan
alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti (Wina Sanjaya,2011).
Untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan peserta didik dilakukan
pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas peneliti sebagai guru
dan respon peserta didik selama proses pembelajaran sesuai dengan sintaks
pendekatan struktural Numbered Heads Together (NHT) menggunakan
lembar pengamatan. Teknik pengamatan ini digunakan untuk mengamati
sikap peserta didik dan juga keterampilan peserta didik yang dikerjakan
selama proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan setiap kali pertemuan
selama proses pembelajaran dengan mengisi lembar penilaian.

2) Teknik Tes Hasil Belajar Matematika


Data tentang hasil belajar matematika dikumpulkan melalui tes hasil
belajar matematika. Tes hasil belajar digunakan untuk menentukan
ketercapaian kompetensi peserta didik dan keberhasilan tindakan yang
diberikan pada akhir siklus. Tes hasil belajar dilakukan dua kali, yaitu UH I
pada akhir siklus pertama dan UH II pada akhir siklus kedua. Penulisan soal
UH I berpedoman pada kisi-kisi penulisan soal UH. Bentuk soal yang
diberikan berupa soal uraian dan penilaiannya berdasarkan pedoman
penskoran.

6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif
naratif dan analisis data statistik deskriptif. Data yang diperoleh dari lembar
pengamatan merupakan data kualitatif dan dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif naratif. Data yang diperoleh dari tes hasil belajar dianalisis dengan
teknik analisis statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012) statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
30

adanya tanpa bermaksud memberikan kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Adapun analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Analisis Data tentang Aktivitas Guru dan Peserta didik


Analisis data tentang aktivitas guru dan peserta didik didasarkan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik yang diperoleh dari hasil
pengamatan selama proses pembelajaran Data yang diperoleh berupa data
kualitatif yang dianalisis secara deskriptif naratif. Masnur Muslich (2010)
menyatakan bahwa tahapan dalam analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap,
yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.
1) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dalam penelitian
ini, mereduksi data merupakan kegiatan merangkum hasil penelitian pada lembar
pengamatan 4 pertemuan untuk masing-masing siklus I dan siklus II dengan
memilah hal-hal pokok yang berhubungan dengan indikator dan hasil
pengamatan. Dalam mereduksi data, peneliti terlebih dahulu berkolaborasi dengan
pengamat untus mendiskusikan hasil pengamatan masing-masing pertemuan.
2) Paparan Data
Dalam penelitian ini paparan data dilakukan dengan memaparkan data
yang telah direduksi dengan bantuan tabel yang mengacu pada lembar
pengamatan sehingga diperoleh deskripsi pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan berupa kelemahan dan kekuatan atas pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan. Kelemahan yang ditemukan akan diperbaiki dan kekuatan akan
dipertahankan. Paparan data dilakukan setelah berakhir satu siklus.
3) Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan hasil reduksi dan paparan data. Kesimpulan
pada penelitian ini merupakan evaluasi terhadap proses dan hasil yang telah
dicapai setelah dilakukan tindakan, penyusunan rencana perbaikan untuk siklus
31

selanjutnya serta melihat apakah telah menjawab rumusan msalah penelitian.


Penarikan kesimpulan dilakukan setelah berakhir satu siklus.
Tindakan dikatakan dapat memperbaiki proses pembelajaran jika aktivitas
guru dan peserta didik dapat terlaksana dengan optimal dilihat dari perkembangan
kualitas pembelajaran setiap pertemuan.
b. Analisis Data Hasil Belajar Matematika Peserta Didik
Analisis data hasil belajar matematika peserta didik dianalisis secara
statistik deskriptif, terdiri dari analisis distribusi frekuensi dan analisis
ketercapaian KKM pada kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta analisis
distribusi frekuensi.
1) Analisis Ketercapaian KKM Indikator Pengetahuan
Analisis data ketercapaian KKM indikator dilakukan dengan menghitung
persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada setiap indikator.

Ketercapaian KKM setiap indikator menurut Purwanto (2009) dihitung


dengan menggunakan rumus :

SP
KI = ×100
SM
Keterangan : KI = Ketercapaian indikator
SP = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Analisis Ketercapaian KKM untuk setiap indikator yang dilakukan oleh
setiap peserta didik. Peserta didik dikatakan telah mencapai kriteria ketuntasan
untuk setiap indikator apabila peserta didik mencapai lebih dari atau sama dengan
KKM indikator yang telah ditentukan yaitu 82. Peserta didik yang belum
mencapai KKM indikator akan dilaksanakan remedial agar hasil belajar peserta
didik dapat menjadi lebih baik. Jika persentase jumlah peserta didik yang
mencapai KKM indikator pengetahuan meningkat dari skor dasar ke skor UH I
dan UH II maka dikatakan bahwa tindakan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik kompetensi pengetahuan.
2) Analisis ketercapaian KKM indikator keterampilan
32

Analisis data tentang nilai kompetensi keterampilan dilakukan dengan


membandingkan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor
UH I dengan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor UH
II. Adapun ketercapaian keterampilan dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kriteria Penilaian Ketercapaian KKM Peserta didik pada


Kompetensi Keterampilan
N Indikator Sko Indikator
o r
1 Memahami masalah 0 Tidak menyebutkan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan
1 Menyebutkan apa yang diketahui
tanpa menyebutkan apa yang
ditanyakan atau sebaliknya
2 Menyebutkan apa yang diketahui dan
apa yang di tanyakan tetapi kurang
tepat
3 Menyebutkan apa yang diketahui dan
apa yang ditanya secara tepat

2. Merencanakan 0 Tidak merencanakan penyelesaian


penyelesaian masalah sama sekali
1 Merencanakan penyelesaian masalah
dengan membuat model matematika
berdasarkan masalah tetapi model
matematika kurang tepat
2 Merencanakan penyelesaian dengan
membuat model matematika
berdasarkan masalah secara tepat
3. Melaksanakan rencana 0 Tidak ada jawaban sama sekali
1 Melaksanakan rencana dengan
menuliskan jawaban tetapi jawaban
salah satu hanya sebagian kecil
jawaban benar
2 Melaksanakan rencana dengan
menuliskan jawaban setengah atau
sebagian besar jawaban benar
3 Melaksanakan rencana dengan
menuliskan jawaban dengan lengkap
dan benar

4 Menafsirkan hasil 0 Tidak ada menuliskan kesimpulan


yang diperoleh 1 Menafsirkan hasil yang diperoleh
dengan membuat kesimpulan
2 Menafsirkan hasil yang diperoleh
33

dengan membuat kesimpulan dengan


tepat

Sumber: Modifikasi dari Siti Mawadah dan Hanna Anisah (2015)

Skor keterampilan peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1
Pekanbaru pada UH I dan UH II kemudian dianalisis berdasarkan ketercapaian
KKM setiap indikator. Jika persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM
meningkat dari skor UH I ke skor UH II maka dikatakan bahwa tindakan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada kompetensi
keterampilan.
3) Analisis ketercapaian KKM
Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan persentase
jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor dasar sebelum dilakukan
tindakan dan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor
hasil belajar setelah penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural
NHT yaitu skor UH I dan UH II. Peserta didik dikatakan mencapai KKM atau
tuntas apabila mencapai nilai minimal 82. Persentase jumlah peserta didik yang
mencapai KKM menurut Trianto (2011) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:

c
q= ×100 %
d

Keterangan: q= Persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM


c = Jumlah peserta didik yang mencapai KKM
d = Jumlah peserta didik secara keseluruhan

Hasil belajar peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru
dikatakan meningkat apabila persentase jumlah peserta didik yang mencapai
KKM setelah penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural NHT
lebih tinggi dari sebelum melakukan tindakan.

4) Analisis Data melalui Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Peserta Didik


34

Data hasil belajar pesrta didik sebelum dan sesudah tindakan


dikumpulkan.Seluruh data hasil belajar matematika peserta didik akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi agar diproleh gambaran yang jelas
mengenai hasil belajar matematika peserta didik serta dapat melihat apakah terjadi
peningkatan atau pengurangan hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan. Tabel
distibusi frekuensi adalah alat penyajian data statistik yang berbentuk kolom dan
baris yang didalamnya memuat angka yang dapat menggambarkan pembagian
frekuensi variabel yang menjadi objek penelitian.
Pembuatan tabel distribusi frekuensi berpedoman pada aturan Sturgess
yaitu terlebih dahulu menentukan banyak kelas interval (k) dengan rumus
k =1+3,322 log n (Supranto,2010)
Keterangan:
k : banyak kelas
n : jumlah peserta didik ( 32 orang)
log : logaritma

Langkah berikutnya yaitu mengitung rentang data, menghitung panjang


kelas, menyusun interval kelas dan memasukkan data ke tabel untuk mengetahui
frekuensi pada setiap kelas. Panjang interval nilai dapat ditentukan dengan cara:
x− y
p=
k
Keterangan:
p : panjang interval
y ; skor terendah
x : skor tertinggi
k : banyak kelas

Hasil belajar peserta didik yang berupa skor dasar, UH I dan UH II


kemudian disajikan di tabel distribusi frekuensi berikut:

Tabel 6: Tabel Distribusi Frekuensi


Interval Frekuensi Peserta Didik
Skor Dasar Skor UH I Skor UH II
42-51
52-61
62-71
72-81
35

82-91
92-100

Pada kolom interval nilai, salah satu kelas harus ada yang memuat
KKM sebagai batas bawah interval agar peneliti dapat membandingkan
jumlah peserta didik pada masing-masing interval nilai yang tidak mencapai
KKM. Skor UH I diproleh dari hasil belajar peserta didik pada siklus pertama,
sedangkan skor UH II diproleh dari skor hasil belajar peserta didik pada siklus
kedua. Setelah peneliti memasukkan data ke tabel distribusi frekuensi, peneliti
membandingkan jumlah peserta didik pada hasil belajar peserta didik tersebut.
Jika pada tabel distribusi frekuensi terlihat bahwa frekuensi peserta didik pada
masing-masing interval yang mencapai KKM meningkat dari skor dasar ke
UH I dan UH II dan terjadi penurunan jumlah peserta didik pada masing-
masing interval yang tidak mencapai KKM maka terjadi peningkatan hasil
belajar matematika peserta didik.

7. Analisis Keberhasilan Tindakan


Menurut Suyanto (dalam Kunandar, 2011) tindakan dikatakan berhasil
apabila keadaan tindakan telah lebih baik. Akan tetapi apabila tidak ada bedanya
atau bahkan lebih buruk, maka tindakan belum berhasil atau telah gagal. Keadaan
lebih baik yang dimaksudkan adalah jika terjadi perbaikan proses dan hasil belajar
peserta didik setelah penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural
NHT. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya Perbaikan Proses Pembelajaran
Perbaikan proses pembelajran dilihat berdasarkan hasil refleksi
terhadap proses pembelajaran yang diproleh melalui lembar pengamatan
aktivitas guru dan peserta didik serta analisis kesalahan yang dilakukan
peserta didik dalam penyelesaian soal. Hal ini berarti apabila proses
pembelajaran yang dilakukan semakin baik dan sesuai dengan rencana
pelaksanaan model pendekatan struktural NHT maka terjadi perbaikan proses
pembelajaran.
36

b. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik


Peningkatan hasil belajar matematika peserta didik dilihat dari analisis
ketercapaian KKM pada kompetensi pengetahuan dan keterampilan , analisis
ketercapaian KKM serta analisis distribusi frekuensi. Peningkatan hasil belajar
terjadi apabila persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM
meningkat dari skor dasar ke UH I dan UH II. Kemudian berdasarkan
distribusi frekuensi apabila frekuensi peserta didik pada interval yang berada
dibawah KKM menurun dari skor dasar ke UH I dan UH II atau frekuensi
peserta didik pada interval yang berada diatas KKM meningkat dari skor dasar
ke UH I dan UH II

J. DAFTAR PUSTAKA

BSNP.2014.Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah.Kemendikbud.Jakarta.
.2014. Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah.Kemendikbud.Jakarta.
.2016. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah .Kemendikbud.Jakarta
.2016. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah .Kemendikbud.Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.Jakarta
Isrok’atun.2018. Model-Model Pembelajaran Matematika.Bumi Aksara. Jakarta
Jamil Suprihatiningrum.2016. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz
Media. Yogyakarta
Jefri Rohan.2012.Hasil Belajar Menurut Ahli (Online)
http://duniatalerun.blogspot.co.id/2012/03/hasil-belajar-menurut-ahli.html
(Diakses 13 Juli 2019)

Kunandar, 2011.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru, Raja Wali Pers : Jakarta
Mulisch, M .2010. Melaksanakan PTK Itu Mudah, Bumi Aksara, Jakarta
Purwanto.2009. Evaluasi Hasil Pembelajaran. Pustaka Belajar. Yogyakarta
37

Rofi Hidayati .2010.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered


Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Tapung Hulu. UINSUSKA.RIAU

Rusman.2017.Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Prnada Media Group.Jakarta
Siti Mawaddah dan Hanna Anisah.2015. Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) di SMP. Jurnal
Pendidikan Matematika 3(2): 166-175. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarmasin
Slavin (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.
Bandung
Sudjana, N, 2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya .Bandung
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kuantitatif.Alfabeta.Bandung
Syafruddin dan Adriantoni. (2016).Kurikulum dan Pembelajaran. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Suharsimi Arikunto,dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara.Jakarta.
(Edisi Revisi)
Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana
Trianto.2014.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontekstual. Prenada Media Group.Jakarta.
Wina Sanjaya.2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Kencana Prenada Media.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai