A. JUDUL
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural
Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru
B. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana proses
berfikir secara rasional dan masuk akal dalam memproleh konsep (Nasution
dalam Isrok’atun, 2018). Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu
manusia dalam menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam
Isrok’atun, 2018). Oleh karena itu, matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum
SMP dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
mendapatkan beberapa hal sebagai berikut. (1) memahami konsep matematika; (2)
menggunakan pola sebagai dalam penyelesaian masalah; (3) menggunakan
penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika; (4) mengomunikasikan
gagasan, penalaran, serta mampu menyusun bukti matematika; (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan; (6) memiliki sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya;
(7) melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan
matematika; dan (8) menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi
untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematika (BSNP, 2014).
Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika terlihat pada akhir kegiatan
belajar yang mengacu pada hasil belajar matematika peserta didik. Hasil belajar
matematika peserta didik yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai
ketuntasan belajar matematika. Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016
dikatakan bahwa ketuntasan hasil belajar merupakan tingkat minimal pencapaian
2
sehigga peserta didik tidak tahu keterkaitan materi sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Guru juga belum memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik, terlihat peserta didik tidak tahu untuk apa
materi tersebut dipelajari dan apa kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Dari
kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru, terdapat pembelajaran yang tidak
dilakukan guru sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi yang dipelajari yaitu materi
Himpunan. Kegiatan inti yang dilakukan guru terlihat kegiatan pembelajaran
masih berpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan contoh soal dan kemudian
meminta peserta didik untuk mencatat dibuku mereka. Selanjutnya guru
memberikan soal latihan dan guru meminta peserta didik untuk menuliskan
jawaban dari soal latihan tersebut dipapan tulis. Kemudian, jika peserta didik
diberi kesempatan untuk menjawab soal didepan kelas, hanya didominasi oleh
peserta didik yang berkemampuan tinggi sedangkan peserta didik yang
berkemampuan sedang dan rendah tidak mempunyai keberanian untuk maju
kedepan kelas guna menjawab soal yang telah diberikan guru karena kurangnya
minat peserta didik dalam belajar matematika dan peserta didik malu untuk
bertanya kepada guru. Sehingga tidak ada pemerataan pembelajaran terhadap
peserta didik dalam proses pembelajaran. Kelemahan dari kegiatan inti dalam
pembelajaran ini adalah peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
Pada kegiatan penutup guru menyimpulkan pembelajaran dengan sendiri
tanpa mengajak peserta didik untuk merefleksi kegiatan pembelajaran hari itu,
sehingga peserta tidak tampak telah menguasai pembelajaran yang telah
dipelajari. Selanjutnya guru belum terlihat memberikan tes formatif yang
bertujuan untuk melihat tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu materi.
Disini terlihat pembelajaran tidak terlaksana sesuai dengan Permendikbud No 22
tahun 2016.
4
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENELITIAN
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru, dapat
meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran,
percaya diri, bekerja sama, saling berbagi dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang telah diberikan, serta pada akhirnya bermuara pada
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru.
2. Bagi guru matematika SMP Negeri 1 Pekanbaru, dapat dijadikan salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika SMP Negeri 1 Pekanbaru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran dikelas.
6
3. Bagi SMP Negeri 1 Pekanbaru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran
matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik SMP
Negeri 1 Pekanbaru.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang model pendekatan struktural NHT serta dapat dijadikan
landasan untuk melanjutkan suatu penelitian dalam ruang lingkup yang lebih
luas.
F. DEFENISI OPERASIONAL
G. KAJIAN TEORITIS
1. Belajar dan Hasil Belajar Matematika
Menurut Surya (dalam Rusman, 2017) Belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memproleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman,
menuju kearah yang lebih baik dan dapat diukur (Maulana dalam Isrok’atun
2018).
Menurut James (dalam Rusman, 2017) Belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Kata
“diubah” merupakan kata kunci pendapatnya James, sehingga dari kata
tersebut mengandung makna bahwa belajar adalah adalah suatu perubahan
yang direncanakan secara sadar melalui suatu program yang disusun untuk
menghasilkan perubahan perilaku positif. Berdasarkan defenisi para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terjadinya suatu
pengalaman pada diri seorang sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku kearah yang lebih baik dari pada diri orang tersebut.
Setelah terjadi proses belajar, maka perwujudan nilai yang diperoleh
melalui proses pembelajaran dinyatakan sebagai hasil belajar. Oemar
Hamalik (dalam Rusman 2017) menyatakan bahwa hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang
dapat diamati dan diukur. Tolok ukur peserta didik biasanya berupa nilai
yang diprolehnya. Nilai itu diproleh setelah peserta didik mengikuti tes
akhir. Kemudian dari tes itulah guru menentukan prestasi belajar peserta
didik. Dimyati dan Mudjiono (2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes
hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran.
Setelah memahami hasil belajar, perlu dipahami juga mengenai hasil
belajar matematika. Hasil belajar matematika diartikan Gagne (dalam Jamil,
2016) sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
8
kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk
mencapai satu penghargaan bersama. Ketergantungan antar peserta didik
disini yakni adanya ketergantungan peserta didik pada saat menyelesaikan
tugas dalam sebuah kelompok. Tugas setiap peserta didik akan
berpengaruh pada tugas peserta didik lain dalam satu kelompok. Dengan
demikian, tugas peserta didik harus bisa dipertanggung jawabkan
(Isrok’atun, 2018)
Menurut Ibrahim,dkk (dalam Rusman, 2018), pada pembelajaran
kooperatif menggunakan pola belajar perserta didik berkelompok untuk
menjalin kerja sama dan saling ketergantunan dalam struktur tugas, tujuan,
dan hadiah. Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik belajar bersama dalam kelompok untuk
mencapai tujuan bersama guna memahami pelajaran yang diberikan guru
dan meraih suatu penghargaan bersama.
Terkait dengan pembelajaran kooperatif, Ibrahim dkk (dalam
Rusman, 2018) menyebutkan 6 langkah dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu:
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
memotivasi peserta didik yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi peserta didik belajar
Fase-2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan peserta Guru menjelaskan kepada peserta didik
didik kedalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
kelompok belajar agar melakukan transisi secara efesien
Fase-4
Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
10
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing- masing
kelompok mempresentasikan hasil belajarnya
Fase-6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
individu terdahulu dengan skor tes akhir. Dengan cara ini setiap anggota
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan skor maksimum bagi
kelompoknya. Nilai perkembangan individu dalam pembelajaran
kooperatif mengacu pada kriteria yang dikembangkan oleh Slavin (dalam
Rusman, 2018) yaitu yang terlihat pada tabel 2 berikut:
Hasil sempurna 30
15 Baik
20 Hebat
25 Super
13
1) Langkah 1 : Penomoran
Dalam langkah ini ini, guru membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota
kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2) Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan
dapat amat spesifik dan dalam betuk kalimat tanya.
3) Langkah 3 : Berpikir Bersama
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim.
4) Langkah 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didik yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
4. Pendekatan Saintifik
Rusman (2017) mengatakan bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik
15
c) Tahap Evaluasi
Ulangan harian dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah
ditentukan guru. Ulangan harian dilaksanakan setelah siklus I dan siklus II
yang mencakup semua materi yang telah dibahas melalui model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural NHT. Peserta didik secara mandiri tidak
21
boleh saling membantu. Pada saat evaluasi berlangsung peserta didik harus
menunjukkan apa yang telah dipelajari saat bekerja dalam kelompoknya. Skor
yang diproleh peserta didik dalam UH selanjutnya diproses untuk menentukan
nilai perkembangan individu dapat dilihat pada tabel 2.
Adapun ciri khas dari NHT adalah guru menunjuk seorang peserta
didik secara acak, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompoknya. Dengan cara tersebut semua kelompok akan
memastikan teman sekelompoknya memahami materi yang diberikan dalam
lembar kerja, sehingga peserta didik yang terpilih sudah siap untuk
menjelaskan hasil kerja kelompoknya. Hal ini merupakan upaya yang sangat
baik untuk meninggkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok, sehingga dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural NHT tanggung jawab peserta didik dalam belajar akan semakin
bertambah dan berdampak baik pada hasil belajar matematika peserta. Selain
itu, adanya penghargaan yang diberikan kepada kelompok akan membuat
peserta didik termotivasi untuk memajukan kelompoknya dan bersaing secara
sehat dengan kelompok lain. Dengan penghargaan yang diberikan akan
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap kelompok, sehingga
semua peserta didik akan aktif dalam diskusi kelompok.
Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilaksanakan Rofi Hidayati
(2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Tapung Hulu terbukti
pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa peserta didik mengalami
peningkatan hasil belajar matematika. Eliswatus Solekhah (2015) dengan
Judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural NHT
dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII.1 SMP
Negeri 15 Palu terbukti pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa peserta
didik mengalami peningkatan hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil
penelitan tersebut dapat diprediksi bahwa model pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru
H. HIPOTESIS TINDAKAN
23
I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1
Pekanbaru pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020.
2. Rancangan Penelitian
PTK adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari
perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan
diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan
sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. (Suharsimi Arikunto, 2017).
Menurut Wina Sanjaya (2013) konsep Penelitian Tidakan Kelas adalah
Pertama, PTK adalah rangkaian kegiatan mulai dari menyadari adanya masalah,
kemudian tindakan untuk memecahkan masalah dan refleksi terhadap tindakan
yang telah dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah
pembelajaran yang terjadi didalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada
masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik dan guru didalam kelas. Ketiga, PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan
refleksi diri artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri adalah guru. Guru
merupakan peran utama dalam PTK. Keempat, PTK dilakukan berbagai tindakan,
artinya PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi adanya
aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima, PTK dilakukan dalam situasi
nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksankan dalam setting pembelajaran
yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah
direncanakan.
24
dan satu kali pertemuan untuk tes akan dilaksanakan pada siklus I, dan tiga RPP
serta satu kali pertemuan untuk tes akan dilaksanakan pada siklus II. Tindakan
dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Pekanbaru. Pelaksanaan tindakan yang
dilakukan sesuai dengan langkah-langkah model pendekatan struktural NHT.
3) Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini, yang bertindak sebagai pengamat adalah guru. Pengamatan
dilakukan terhadap aktivitas dan interaksi belajar peserta didik selama
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan pada setiap pertemuan, dengan tujuan untuk mengamati hal-hal yang
perlu diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan setelah tindakan tiap siklus berakhir yang merupakan
perenungan bagi peneliti atas dampak dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Hasil dari refleksi ini dapat dijadikan sebagai langkah untuk merencanakan
tindakan baru pada pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Tahap ini bertujuan
untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan. Kelemahan dan kekurangan pada siklus pertama akan diperbaiki pada
siklus kedua. Suharsimi Arikunto (2017) menggambarkan daur siklus PTK seperti
gambar 1.
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS PERTAMA Pelaksanaan
26
Pengamatan
Perencanaan
3. Subjek Penelitian
Subjek Refleksi
penelitian ini adalah SIKLUS
peserta KEDUA
didik kelas VII Pelaksanaan
Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru yang berjumlah 32 orang peserta didik dengan tingkat
kemampuan yang heterogen.
Pengamatan
a. Lembar Pengamatan
Masnur Muslich (2010) menyatakan bahwa pengamatam yang
dilakukan secara spesifik adalah pengamatan yang diarahkan kepada aspek
tertentu dalam tindakan guru atau aktivitas peserta didik dalam peroses
pembelajaran. Lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk isian tentang keterlaksanaan terhadap aktivitas guru dan peserta
didik selama proses pembelajaran. Lembar pengamatan ini adalah sebagai
bahan acuan untuk merefleksi pada tahap siklus kedua.
b. Lembar Penilaian
Menurut Permendikbud No.23 Tahun 2016 tentang penilaian hasil
belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah,
teknik, dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, keterampilan adalah sebagai berikut:
(1) Penilaian Pengetahuan
Pada penelitian ini, peneliti menilai pengetahuan melalui tes tertulis,
yaitu berupa soal uraian UH berdasarkan KKM 82. UH digunakan
untuk menentukan ketercapaian kompetensi pengetahuan peserta didik
dan keberhasilan tindakan yang disusun mengacu pada kisi-kisi tes
hasil belajar matematika dalam bentuk soal uraian objektif. Tes
diberikan pada UH I dan UH II. Pada UH I, tes hasil belajar
matematika dilakukan pada materi pokok persamaan linear satu
variabel dan penyelesaianya. Pada UH II, tes hasil belajar matematika
dilakukan pada materi pokok pertidaksamaan linear satu variabel dan
penyelesaianya.
(2) Penilaian Keterampilan
Peneliti menilai kompetensi keterampilan yang diamati adalah memilih
strategi yang efektif dan menyajikan model matematika dalam
memecahkan masalah nyata tentang persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel.
1) Teknik Pengamatan
Pengamatan merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan
alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti (Wina Sanjaya,2011).
Untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan peserta didik dilakukan
pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas peneliti sebagai guru
dan respon peserta didik selama proses pembelajaran sesuai dengan sintaks
pendekatan struktural Numbered Heads Together (NHT) menggunakan
lembar pengamatan. Teknik pengamatan ini digunakan untuk mengamati
sikap peserta didik dan juga keterampilan peserta didik yang dikerjakan
selama proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan setiap kali pertemuan
selama proses pembelajaran dengan mengisi lembar penilaian.
adanya tanpa bermaksud memberikan kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Adapun analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
SP
KI = ×100
SM
Keterangan : KI = Ketercapaian indikator
SP = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Analisis Ketercapaian KKM untuk setiap indikator yang dilakukan oleh
setiap peserta didik. Peserta didik dikatakan telah mencapai kriteria ketuntasan
untuk setiap indikator apabila peserta didik mencapai lebih dari atau sama dengan
KKM indikator yang telah ditentukan yaitu 82. Peserta didik yang belum
mencapai KKM indikator akan dilaksanakan remedial agar hasil belajar peserta
didik dapat menjadi lebih baik. Jika persentase jumlah peserta didik yang
mencapai KKM indikator pengetahuan meningkat dari skor dasar ke skor UH I
dan UH II maka dikatakan bahwa tindakan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik kompetensi pengetahuan.
2) Analisis ketercapaian KKM indikator keterampilan
32
Skor keterampilan peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1
Pekanbaru pada UH I dan UH II kemudian dianalisis berdasarkan ketercapaian
KKM setiap indikator. Jika persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM
meningkat dari skor UH I ke skor UH II maka dikatakan bahwa tindakan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada kompetensi
keterampilan.
3) Analisis ketercapaian KKM
Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan persentase
jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor dasar sebelum dilakukan
tindakan dan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor
hasil belajar setelah penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural
NHT yaitu skor UH I dan UH II. Peserta didik dikatakan mencapai KKM atau
tuntas apabila mencapai nilai minimal 82. Persentase jumlah peserta didik yang
mencapai KKM menurut Trianto (2011) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
c
q= ×100 %
d
Hasil belajar peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru
dikatakan meningkat apabila persentase jumlah peserta didik yang mencapai
KKM setelah penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural NHT
lebih tinggi dari sebelum melakukan tindakan.
82-91
92-100
Pada kolom interval nilai, salah satu kelas harus ada yang memuat
KKM sebagai batas bawah interval agar peneliti dapat membandingkan
jumlah peserta didik pada masing-masing interval nilai yang tidak mencapai
KKM. Skor UH I diproleh dari hasil belajar peserta didik pada siklus pertama,
sedangkan skor UH II diproleh dari skor hasil belajar peserta didik pada siklus
kedua. Setelah peneliti memasukkan data ke tabel distribusi frekuensi, peneliti
membandingkan jumlah peserta didik pada hasil belajar peserta didik tersebut.
Jika pada tabel distribusi frekuensi terlihat bahwa frekuensi peserta didik pada
masing-masing interval yang mencapai KKM meningkat dari skor dasar ke
UH I dan UH II dan terjadi penurunan jumlah peserta didik pada masing-
masing interval yang tidak mencapai KKM maka terjadi peningkatan hasil
belajar matematika peserta didik.
J. DAFTAR PUSTAKA