Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana proses
berfikir secara rasional dan masuk akal dalam memproleh konsep (Nasution
dalam Isrok’atun, 2018). Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu
manusia dalam menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam
Isrok’atun, 2018). Oleh karena itu, matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum
SMP dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
mendapatkan beberapa hal sebagai berikut. (1) memahami konsep matematika; (2)
menggunakan pola sebagai dalam penyelesaian masalah; (3) menggunakan
penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika dalam penyelesaian
masalah; (4) mengomunikasikan gagasan, penalaran, serta mampu menyusun
bukti matematika dengan lengkap; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan; (6) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya; (7) melakukan kegiatan-
kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika; dan (8)
menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan
kegiatan-kegiatan matematika (Permendikbud No. 58 Tahun2018).
Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika terlihat pada akhir kegiatan
belajar yang mengacu pada hasil belajar matematika peserta didik. Hasil belajar
matematika peserta didik yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai
ketuntasan belajar matematika. Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016
dikatakan bahwa ketuntasan hasil belajar merupakan tingkat minimal pencapaian

1
2

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang meliputi ketuntasan


penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar
(Permendikbud No.22, 2016). Dalam Permendikbud No. 23 tahun 2016
dinyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi
dasar lulusan dengan mempertimbangkan karakteristik pada peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Ketuntasan tersebut
dapat dilihat dari skor hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, setiap peserta
didik pada jenjang pendidikannya harus mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui ketercapaian KKM hasil belajar matematika peserta
didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru, maka peneliti melakukan
wawancara dengan guru bidang studi matematika. Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa masih terdapat peserta didik yang belum mencapai
KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika kelas VII Hang
Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru yakni 82. Guru mengatakan bahwa hasil belajar
matematika peserta didik pada materi pokok Persamaan Linear Satu Variabel
yang terdiri dari 31 peserta didik hanya 8 peserta didik yang mencapai KKM
dengan peserta didik yang berkemampuan heterogen. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi kesenjangan antara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil belajar yang
telah dicapai peserta didik. Guru juga telah melakukan usaha untuk memperbaiki
proses pembelajaran diantaranya yaitu dengan memberikan tugas kelompok
didalam kelas dengan harapan peserta didik akan saling berbagi pengetahuan
masing-masing dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Akan tetapi usaha ini
tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan, peserta didik yang
berkemampuan tinggi yang menyelesaikan tugas dan peserta didik lainnya hanya
melihat pekerjaan temannya dan bercerita, maka tidak terjadi interaksi antar
kelompok dalam menyelesaikan masalah.
Untuk melihat proses pembelajaran, peneliti melakukan observasi proses
pembelajaran matematika kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru. Terlihat
pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru matematika kelas VII Hang Jebat
SMP Negeri 1 Pekanbaru guru belum melakukan apersepsi guna mengaitkan
3

pengetahuan peserta didik sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,


sehigga peserta didik tidak tahu keterkaitan materi sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari. Guru juga belum memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik, terlihat peserta didik tidak tahu untuk apa
materi tersebut dipelajari dan apa kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Dari
kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru, terdapat pembelajaran yang tidak
dilakukan guru sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi yang dipelajari yaitu materi
Perbandingan. Kegiatan inti yang dilakukan guru terlihat kegiatan pembelajaran
masih berpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan contoh soal dan kemudian
meminta peserta didik untuk mencatat dibuku mereka. Selanjutnya guru
memberikan soal latihan dan guru meminta peserta didik untuk menuliskan
jawaban dari soal latihan tersebut dipapan tulis. Kemudian, jika peserta didik
diberi kesempatan untuk menjawab soal didepan kelas, hanya didominasi oleh
peserta didik yang berkemampuan tinggi sedangkan peserta didik yang
berkemampuan sedang dan rendah tidak merespon untuk maju kedepan kelas
guna menjawab soal yang telah diberikan guru. Sehingga tidak ada pemerataan
pembelajaran terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada kegiatan penutup guru menyimpulkan pembelajaran dengan sendiri
tanpa mengajak peserta didik untuk merefleksi kegiatan pembelajaran hari itu,
Selanjutnya guru belum terlihat memberikan tes formatif yang bertujuan untuk
melihat tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu materi. Disini terlihat
pembelajaran tidak terlaksana sesuai dengan Permendikbud No 22 tahun 2016.
Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan tiga orang peserta didik
Kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru. Berdasarkan hasil wawancara
kepada salah satu peserta didik ditanya mengapa tidak mau maju kedepan, peserta
didik menjawab tidak percaya diri akan jawaban yang dikerjakan sendiri, tidak
berani untuk maju kedepan kelas alasannya jawabannya takut salah.
Berdasarkan permasalahan diatas peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru yang hanya sepertiga mencapai KKM, maka peneliti
4

melakukan suatu perbaikan proses pembelajaran yang dapat mengoptimalkan


proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural Numbered Heads Together (NHT) peserta didik diharapkan sudah siap
sedia dan aktif untuk tampil mengomunikasikan hasil jawaban yang diperoleh
dalam kelompoknya dan mempresentasikan di depan kelas, percaya diri,
bertanggung jawab, karena pada pembelajaran kooperatif pendekatan struktural
NHT ini mempunyai keunggulan dimana guru memanggil nomor peserta didik
secara acak tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa diantara mereka yang akan
dipilih untuk mempresentasikan jawaban ke depan kelas, sehingga setiap peserta
didik harus mempersiapkan diri apabila namanya dipanggil baik itu peserta didik
yang berkemampuan tinggi maupun peserta didik yang berkemampuan rendah
dan sedang.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Numbered
Heads Together untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru
semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pokok Aritmatika Sosial.
Materi ini memuat Kompetensi Dasar (3.9) Mengenal dan menganalisis berbagai
situasi terkait aritmatika sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan,
kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto, neto,tara) (4.9) Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan aritmatika sosial (penjualan, pembelian, potongan,
keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto, neto,tara).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural Numbered Heads Together dapat memperbaiki
proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru pada materi pokok Aritmatika
Sosial semester genap tahun pelajaran 2019/2020
5

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan


meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru semester genap tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pokok
Aritmatika Sosial melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural Numbered Heads Together (NHT).

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru, dapat
meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran,
percaya diri, bekerja sama, saling berbagi dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang telah diberikan, serta pada akhirnya bermuara pada
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII Hang Jebat SMP
Negeri 1 Pekanbaru.
2. Bagi guru matematika SMP Negeri 1 Pekanbaru, dapat dijadikan salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika
SMP Negeri 1 Pekanbaru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran dikelas.
3. Bagi SMP Negeri 1 Pekanbaru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran
matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik SMP
Negeri 1 Pekanbaru.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang model pendekatan struktural NHT serta dapat dijadikan
landasan untuk melanjutkan suatu penelitian dalam ruang lingkup yang lebih
luas.
6

E. DEFENISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran terhadap


variabel yang digunakan, maka defenisi operasional yang perlu dijelaskan adalah:

1. Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Numbered Heads Together


Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para
peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam memecahkan suatu masalah, mempunyai anggota
kelompok 4-5 orang peserta didik. Pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural NHT adalah pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat 4
tahapan pelaksanaan yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir
bersama dan menjawab.
2. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik
kelas VII Hang Jebat SMP Negeri 1 Pekanbaru semester genap 2019/2020
yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka, diperoleh dari kompetensi
pengetahuan dan keterampilan peserta didik melalui tes tertulis (Ulangan
Harian) setelah mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan model
Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Numbered Heads Together
pada materi pokok Aritmatika Sosial.

Anda mungkin juga menyukai