Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GIZI&DIET

KEBUTUHAN NUTRISI PADA IBU DENGAN GANGGUAN


ANEMIA

Disusun Oleh :
M UWAIS AL QARANY
AHMAD HANAFI HS
AHMAD SAYYIDI
AQILLATUL HUSNA
ARIEF RAMADHAN
GINA HIDAYATI
KHUSNUL KHOTIMAH
M DURUN NAFIS AL BANJARI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN JARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah ‘Gizi&Diet’ dengan Judul ‘Kebutuhan Nutrisi pada
Ibu dengan Gangguan Anemia’.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Gizi&Diet yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Diakhir kami berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
memvaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Banjarmasin, 19 Maret 2019


2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
A. Pengertian Anemia..................................................................................................................5
B. Dapatkah Anemia Diwariskan?.................................................................................................6
C. Jenis-jenis Anemia......................................................................................................................6
D. Penyebab Anemia.......................................................................................................................7
E. Beberapa dampak anemia pada kehamilan adalah sebagai berikut :.......................................8
F. Pencegahan dan Terapi Anemia................................................................................................8
G. Derajat Anemia...........................................................................................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................................10
Daftar Pustaka...................................................................................................................................11

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suau kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laku dan
perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari
13,5 g/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 g/100ml.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah
merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke
jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencegah anemia
membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal
atau sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah
dan funsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anemia?
2. Apa saja jenis-jenis Anemia?
3. Apa saja penyebab Anemia?
4. Bagaimana dampak Anemia pada Kehamilan?
5. Bagaimana pencegahan dan terapi Anemia?
6. Bagaimana derajat Anemia?

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
Anemia merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) seseorang kurang dari 10
g/dL, sedangkan angka idealnya untuk ibu dewasa berdasarkan standar WHO adalah 12 g/dL.
Artinya , seorang ibu yang sedang hamil maupun tidak akan didiagnosis mengalami anemia
jika kadar Hb-nya di bawah 12 g/dL. Akan tetapi, munculnya gejala bersifat individual, bisa
jadi orang yang memiliki Hb 10 g/dL masih dapat beraktivitas secara normal dan energik,
sedangkan yang lain tampak letih dan lesu.
Hemoglobin merupakan zat warna yang terdapat dalam sel darah merah dan berguna
untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Hemoglobin adalah ikatan
antara protein, garam besi, dan zat warna. Sebagian besar ibu hamil akan mengalami
beberapa tingkat anemia karena zat besi dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah
pada janin. Anemia bisa muncul selama kehamilan karena kekurangan asam folat. Saat
kehamilan, anemia dapat dicegah atau diobati dengan menggunakan zat besi dan suplemen
asam folat.
Namun demikian, jika anemia menjadi parah dan berlangsung lama, maka jumlah darah
untuk membawa oksigen menurun. Akibatnya, janin tidak bisa mendapatkan cukup oksigen
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, khususnya pada otak. Ibu hamil yang
mengalami anemia berat akan timbul gejala seperti rasa lelah yang berlebihan, napas
tersengal-sengal, nyeri kepala, dan mata berkunang-kunang. Risiko persalinan meningkat.

TABEL : Batas Normal Kadar Hemoglobin


Kelompok Usia Hemoglobin (g/dL)
Anak 6 bulan-6 tahun 11
6 tahun-14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Perempuan 12
Ibu hamil 11

Saat persalinan, jumlah perdarahan yang lebih dari normal (>500 mL) dapat
menyebabkan anemia yang sangat membahayakan pada ibu. Ibu dengan anemia lebih
mungkin mengalami infeksi setelah melahirkan. Jika asam folat berkurang, maka risiko
memiliki bayi dengan cacat lahir pada otak dan tulang belakang menjadi meningkat, seperti
spina bifida.
Saat trimester kedua dan seterusnya, kebutuhan zat pembentuk darah terutama zat besi
meningkat tajam hingga dua kali lipat dibandingkan saat tidak hamil. Kondisi ini disebabkan
oleh volume darah ibu yang meningkat karena kebutuhan janin terhadap oksigen dan zat gizi
yang dibawa oleh sel darah merah. Kemudian, saat melahirkan akan terjadi perdarahan yang
memerlukan penggantian darah secepatnya.

HASIL PENELITIAN

Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia
pada ibu hamil masih cukup tinggi, yaitu sebesar 40,1%. Pada Riskesdas tahun 2010, tidak5
tersedia data anemia pada ibu hamil. Penelitian di Semarang pada tahun 2010 menemukan
48,7% ibu hamil mengalami anemia (Setyaningsih, Fathonah, dan Kuswardinah,2010).
Sebesar 61,8% ibu hamil di Demak mengalami anemia dengan Hb <11mg/dL
Dalam masyarakat yang pola makan sehari-harinya sebagian besar dari sumber nabati,
adanya penyakit infeksi maupun investasi parasit sangat berperan terhadap anemia besi.
Rendahnya kadar zat besi dalam pola makan sehar-hari maupun kurangnya tingkat absorpsi
zat besi yang terkandung dalam sumber nabati hanya merupakan sebagian dari alasan
tingginya angka prevalensi anemia gizi besi di Indonesia. Investasi cacing dalam usus,
terutama cacing tambang dan penyakit infeksi yang lain banyak dijumpai dan menambah
timbulnya anemia.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anemia antara lain kehilangan darah karena
pendarahan akut/kronis (seperti riwayat persalinan dan haid), kerusakan sel darah merah,
produksi sel darah merah yang tidak cukup banyak, kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi
dalam pola makan, gangguan penyerapan (malabsorpsi), serta penyakit-penyakit kronis,
seperti TB paru, cacing usus dan malaria.
Asupan zat besi diperlukan setiap hari untuk mengganti zat besi yang hilang melalui
feses, urin, dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 µg/kg atau BB/hari atau hampir sama
dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa dan 0,8 mg bagi perempuan dewasa. Zat besi
dalam makanan dapat berbentuk heme dan nonheme. Zat besi heme adalah zat besi yang
berikatan dengan protein, banyakterdapat dalam bahan makanan hewani seperti daging,
unggas, dan ikan. Zat besi nonheme adalah senyawa besi anorganik yang kompleks. Zat besi
nonheme ini umumnya terdapat dalam tumbuh-tumbuhan (nabati) seperti sereal, kacang-
kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Zat besi heme dapat terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan (nabati) seperti sereal, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Zat besi
heme dapat diabsorpsi sebanyak 20-30%. Sebaliknya, zat besi nonheme hanya diabsorpsi
sebanyak 1-6%.

B. Dapatkah Anemia Diwariskan?


Anemia dapat diwariskan secara genetik. Gangguan herediter dapat mempersingkat
masa pakai sel darah merah dan menyebabkan anemia (misalnya, anemia sel sabit).
Gangguan herediter juga dapat menyebabkan anemia dengan merusak produksi hemoglobin
(misalnya, talasemia alfa dan thalassemia beta). Tergantung pada derajat kelainan genetik ,
anemia yang diwariskan dapat menyebabkan anemia ringan, sedang, atau berat. Bahkan,
beberapa pasien dapat menunjukkan gangguan anemia yang sangat berat sehingga tidak dapat
beradaptasi dengan kehidupan dan dapat mengakibatkan kematian janin (bayi yang belum
lahir). Di sisi lain, beberapa anemia begitu ringan sehingga mereka tidak terlihat dan
kebetulan baru terlihat selama kerja darah secara rutin.

C. Jenis-jenis Anemia
Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan menurut ukuran sel darah
merah :
a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia mikrositik.
Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (besi tingkat rendah) anemia dan
thalassemia (kelainan bawaan hemoglobin).

6
b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam jumlah), ini
disebut anemia normositik, seperti anemia yang menyertai penyakit kronis atau anemi
yang berhubungan dengan penyakit ginjal.
c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia makrositik.
Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa dan anemia yang
berhubungan dengan alkoholisme.
D. Penyebab Anemia
Orang anemia tidak memiliki cukup hemoglobin. Anemia dapat disebabkan oleh
banyak hal, tetapi tiga mekanisme utama tubuh yang menyebabkan adalah :
1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
2. Kehilangan darah
3. Penurunan produksi

1. Penghancuran Sel Darah Merah yang Berlebihan


Sel-sel darah merah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui
darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis , sel darah yang belum matur (muda) dapat juga
disekresi ke dalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah/lisis
sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah yang berlebihan dapat disebabkan oleh :
1. Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukimia, atau multiple myeloma.
2. Masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan kerusakan sel-sel darah
(anemia hemolitik)
3. Kemoterapi
4. Penyakit kronis : AIDS
Anemia Disebabkan oleh Penghancuran sel darah merah
1. Anemia Hemolitik terjadi ketika sel-sel darah merah telah dihancurkan sebelum
waktunya. Umur normal sel darah merah adalah 120 hari, pada anemia hemolitik,
umur sel jauh lebih pendek. Sumsum tulang (jaringan lunak spons dalam tulang yang
membuat sel darah baru) tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru.
Hal ini terjadi karena berbagai alasan-seperti antibiotik atau obat anti kejang. Pada
anemia hemolitik autoimun , sistem kesalahan sel darah merah menyerbu kekebalan
tubuh dan mulai menghancurkannya. Anak-anak lain mewarisi cacat pada sel-sel
darah merah yang menyebabkan anemia; bentuk umum dari anemia hemolitik warisan
termasuk anemia sel sabit, talasemia, kekurangan glukosa-6-fosfat dehidrogenase
(G6PD),dan spherocytosis turun temurun.
2. Anemia sel sabit adalah bentuk berat dari anemia yang ditemukan paling sering pada
orang-orang keturunan Afrika, meskipun dapat mempengaruhi orang-orang Kaukasia,
Arab, Saudi, India, dan keturunan Mediterania. Dalam kondisi ini, hemoglobin
berbentuk batang yang lama ketika melepas oksigen,sel-sel darah merah abnormal
menjadi berbentuk bulan sabit. Hal ini menyebabkan kerusakan dini sel darah merah,
rendahnya tingkat hemoglobin, dan episode rasa sakit berulang, serta masalah yang
dapat mempengaruhi hampir setiap sistem organ lain di dalam tubuh. Sekitar 1 dari
setiap 625 anak-anak Afrika-Amerika lahir dengan berbagai bentuk anemia.
3. Thalassemia , yang biasanya mempengaruhi orang Mediterania, Afrika, dan
keturunan Asia Tenggara, yang ditandai dengan sel darah merah abnormal berumur
pendek. Talasemia mayor,juga disebut anemia Cooley, adalah benyuk parah anemia
dimana sel darah merah dengan cepat dihancurkan dan besi disimpan dalam kulit dan
7
organ-organ vital. Thalassemia minor hanya melibatkan anemia ringan dan perubahan
sel darah merah yang minimal.
4. Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) kekurangan yang paling sering
mempengaruhi laki-laki dari warisan Afrika, meskipun telah ditemukan di kelompok
banyak orang lainnya. Dengan kondisi ini sel darah merah tidak membuat cukup
enzim G6PD atau enzim yang dihasilakan tidak normal dan tidak bekerja dengan
baik. Ketika seseorang lahir dengan kekurangan ini dan memiliki infeksi, mengambil
obat-obatan tertentu, atau terkena zat-zat tertentu , maka sel darah merah tubuh akan
menderrita stres tambahan. Tanpa G6PD memadai untuk melindungi mereka,banyak
sel darah yang hancur sebelum waktunya.
5. Spherocytosis herediter adalah kelainan genetik membran sel darah merah yang
dapat menyebabkan anemia, penyakit kuning (kulit kunign-biruang), dan pembesaran
limpa/. Sel darah merah memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari sel darah
merah bianysa , yang dapat menyebabkan sel darah merah mudah untuk patah.
Sebuah sejarah keluarga meningkatkan risiko gangguan ini, yang paling umum pada
orang keturunan Eropa utara tetapi dapat mempengaruhi semua ras.

2. Kehilangan Darah
Kehilangan darah dapat disebabkan oleh :
1. Perdarahan : menstruasi , persalinan
2. Penyakit : Malaria
3. Penyakit kronis seperti kanker, krolitis ulserativa, atau rheumatoid arthritis
4. Kehilangan darah(misalnya, dari periode menstruasi berat atau borok
lambung)
3. Penurunan produksi sel darah merah
Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada
daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia. Penurunan
produksi sel darah dapat terjadi akibat :
1. Obat-obatan/racun (obat penekan sumsum tulang kortikosteroid, alcohol)
2. Diet yang rendah, vegetarian ketat
3. Gagal gnjal
4. Genetik – beberapa bentuk anemia, seperti talasemia
5. Kehamilan
6. Operasi untuk lambung atau usus yang mengurangi penyerapan zat besi,
vitamin B12, atau asam folat.
E. Beberapa dampak anemia pada kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim,
perdarahan postpartum, rentan infeksi, rawan dekompensasi kordis pada penderita
dengan Hb kurang dari 4g%.
2. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kemudian ibu saat
persalinan,meskipun tidak disertai pendarahan
3. Kematian bayi dalam kandungsn, kematian bayi pada usia sangat muda, serta cacat
bawaan.
F. Pencegahan dan Terapi Anemia
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging , ikan, ayam , hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau
tua , kacang-kacangan, tempe). Makan sayur-sayuran dan buah-buhan yang banyak

8
mengandung vitamin C(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan
nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2. Menambah pemaskan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD)
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperbetat anemia seperti
kecacingan,malaria, dan penyakit TBC.
Tablet Tambah Darah
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg
Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita mengalami
menstruasi sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. Wanita
yang sedang hamil atau menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu
dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 tablet tambah darah
seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil,
minumlah 1 tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan
dan 40 hari setelah melahirkan.
Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram. Pada tubuh, zat besi merupakan bagian dari
hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemoglobin berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin
akan menurun.
Beberapa akibat dari kekurangan zat besi pada kehamilan adalahhambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak,kematian janin, abortus, cacat bawaan,
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur,
perdarahan dan rentan infeksi.

G. Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3kategori, yaitu normal
(≥11 gr/dl) , anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan
hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar
11,28mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 14,00 mg/dl.

Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamil.


Zat Gizi Tidak Hamil Hamil
Energi (Kal) 1900 ±285
Protein (g) 44 ±12
Vitamin A (RE) 500 ±200
Vitamin C (mg) 30 ±10
Asam Folat (mcg) 150 ±50
Niasin (mg) 4 ±1,3
Riboflavin (mg) 1,0 ±0,2
Tiamin (mg) 0,9 ±0,2
Vitamin B12 (mcg) 1,0 ±0,3
Kalsium 600 ±400
Fosfor 450 ±200

9
Iodium 150 ±25
Besi 25 ±20
Zinc 15 ±5

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) seseorang kurang dari 10
g/dL, sedangkan angka idealnya untuk ibu dewasa berdasarkan standar WHO adalah 12 g/dL.
Artinya , seorang ibu yang sedang hamil maupun tidak akan didiagnosis mengalami anemia
jika kadar Hb-nya di bawah 12 g/dL. Akan tetapi, munculnya gejala bersifat individual, bisa
jadi orang yang memiliki Hb 10 g/dL masih dapat beraktivitas secara normal dan energik,
sedangkan yang lain tampak letih dan lesu.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3kategori, yaitu normal
(≥11 gr/dl) , anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan
hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar
11,28mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 14,00 mg/dl.

B. Saran
Menyadari bahwa kami jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan
lebih details dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

11
Daftar Pustaka
Fathonah, Siti.2016.Gizi&Kesehatan untuk Ibu Hamil.Penerbit Erlangga
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk.20190.Asuhan Kebidanan 4 (Patologi).Jakarta:TIM
Proverawati, Atikah.2011.Anemia dan Anemia Kehamilan.Yogyakarta:Nuha Medika

12

Anda mungkin juga menyukai