T DENGAN CHF
(CONGESTIVE HEART FAILURE) DI RUANG ANAGATA 2 RSU
KUMALA SIWI KUDUS
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
CHF ( Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan
dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran dan penerapan Asuhan Keperawatan pada
pada Tn.T dengan CHF (Congestive Heart Failure) di Ruang Anagata 2 RSU
Kumala Siwi Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data pada pasien Tn.T dengan CHF (Congestive
Heart Failure)
b. Penulis mampu mempelajari cara mengidentifikasi diagnose atau
masalah potensial pada pasien pasien Tn.T dengan CHF (Congestive
Heart Failure)
c. Penulis mampu mempelajari cara menentukan intervensi secara
menyeluruh pada pasien pasien Tn.T dengan CHF (Congestive Heart
Failure)
d. Penulis mampu mempelajari cara pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien Tn.T dengan CHF (Congestive Heart Failure)
e. Penulis mampu mempelajari cara mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan pada pasien Tn.T dengan CHF (Congestive Heart Failure)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk
waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginja l sering merespons dengan
menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan
dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
C. Tanda Gejala
Menurut Niken Jayanthi (2010), manifestasi klinik dari gagal jantung kongestif
(CHF) adalah :
a) Peningkatan volume intravaskular.
b) Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
c) Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan
dengan batuk dan nafas pendek.
d) Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan
vena sistemik.
e) Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap
latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari
jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
f) Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin
ginjal).
D. Patofisiologi
Sumber :
(Putra ,Dwi Yoedas.2010)
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Hitung sel darah lengkap :anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemiavera
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1. Keadaan umum : Lemah.
2. Kesadaran : Somnolent, GCS : E : 3, M : 3, V : 1
3. TTV : TD : 150/90 mmHg, S : 37 C, RR : 22x/menit, N : 89x/menit
4. Kepala : Bentuk Mesocephal
5. Rambut : Ada Uban
6. Bentuk Rambut : Gelombang
7. Kondisi Rambut : kotor
8. Wajah : Pucat
9. Mata : Anemis
10. Hidung : Simetris
11. Mulut : gigi tidak berlubang
12. Telinga : Simetris
13. Leher : Tidak ada pembesaran kelenar tiroid.
14. Dada :
Paru : I : Simetris Kanan dan Kiri.
A : Ronchi.
P : Pekak pelan.
Abdomen :
I : Datar.
P : Tidak Kembung.
c. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial yang
utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter
12. Monitor
elektrolit
BAB III
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : sesak nafas
Tgl/jam masuk RSU : 12/12/2020 08.00
Tgl/jam pengkajian : 14/12/2020 08.00
Riwayat Penyakit Sekarang : ( Automase)
Pasien datang ke IGD RSU Kumalasiwi pada tanggal 12-12-2020, jam 08.00 dengan keluhan
sesak nafas disertai lemas hampir pingsan di jalan , sesak ngos-ngosan , pusing dan bengkak
pada kaki kanan dan panas. Di igd dilakukan pemeriksaan 156/90 mmhg, Nadi :
102x/permenit, rr : 26 x/menit,SPO2 : 95%, gds :152 mg/dl ,dan mendapatkan terapi medis :
infus RL 20 Tpm, dan injeksi furosemide 40 mg dan terpasang nasal kanul 3 liter SPO2 :
98% . kemudian jam 11.00 pasien di opname di anagata 2 untuk pemeriksaaan lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi
Stroke (tidak ada) Stroke (tidak ada)
PPOK TB Asma Asma TBC
Sejak (tidak ada) Penyakit tersebut dialami
Diobatkan ke: Tidak ada Sejak : tidak ada
Obat yang masih dikonsumsi saat ini:tidak ada
Istirahat tidur : lama tidur malam 6 jam. Lama tidur siang 2 jam. Jam tidur malam 22 s/d 05
pagi
Kebiasaan selama tidur : tidak ada . Kebiasaan sebelum tidur tidak ada
Kondisi setelah bangun tidur : ngantuk lelah segar terasa pegal semua.
Keluhan yang berhubungan dengan tidur :
Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh : suhu36,5oC. Keluhan yang dirasakan saat ini : badan
panas
Badan dingin menggigil. Perabaan pada punggung tangan : panas dingin hangat.
Kebiasaan khusus untuk menjaga suhu tubuh : tidak ada memakai jaket memakai kaos dalam
saja
Menjaga kebersihan : tampilan tubuh terkesan : bersih kotor. Aroma tubuh tercium wangi
tidak sedap. Tampilan rambut bersih kotor tidak beraturan rapi aroma berbau
aroma wangi
Kebersihan gigi bersih kotor gigi berlubang. Kebersihan kulit bersih kotor lembab
kering pecah-pecah adanya luka, di bagian , bentuk , panjang cm, dalamcm.
Kondisi luka bersih kotor kering berair bengkak merah berbau pucat
kehitaman.
Kebutuhan bekerja : pekerjaan saat ini sebagai tidak bekerja Jenis pekerjaan menurut pasien
tergolong ringan berat. Resiko pekerjaan patah tulang memar otot gangguan tulang
belakang
Pasien istirahat dari bekerja selama 7 hari. Support dari tempat kerja saat ini support biaya
support psikologi support doa bersikap cuek tempat bekerja tidak ada yang tahu.
Tingkat kekhawatiran terhadap resiko tidak bisa bekerja setelah sakit tinggi rendah tidak
merasa
Kebutuhan beribadah : ibadah yang dijalankan saat sakit sholat berdoa puji-pujian
semedi
Kebutuhan berpakaian : pakaian saat ini bersih kotor rapi acak-acakan. Bahan pakaian
yang nyaman menurut pasien tebal tipis ketat longgar. Frekwensi ganti pakaian : 2x sehari
Menghindari bahaya lingkungan (aman & nyaman) : kondisi yang mengancam saat ini
Ketidaknyamanan yang dirasakan :
Gatal, lokasi , lama gatal menit. Resiko jatuh tinggi rendah.
Alat pengaman di tempat tidur tidak ada manual program elektrik
Kebutuhan belajar : informasi tentang penyakit yang didapatkan pengertian penyebab tanda
gejala pengobatan perawatan resiko penyakit perawatan di rumah diet aktifitas
Pemahaman pasien tentan istilah medis mudah sulit
Rekreasi : rekreasi yang sering dilakukan pasien tidak ada,
Kegiatan yang saat ini ingin dilakukan : tidak ada
Kebutuhan komunikasi : bahasa yang digunakan :
Intonasi suara : keras lembut lirih
Sikap komunikasi : mudah tersinggung terbuka dengan berbagai pendapat cuek
Obat-obatan pasien :
Data Penunjang :
HB 10,5 gr%
Leucocyt 18.500 mm3
MCV 87,8 PM
Trombocyt 186. 000 mm3
Hematrokit 31.0%
Eritrosit 3.53 %
RDW 12,4 %
MPV 9,6 pm
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 158 mg/dl
Asam urat 5.17
IgG -/Non reaktif
IgM -/Non reaktif
Skor total 11
20 : mandiri
A. ANALISA DATA
No Hari / Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
.
1 Senin , 14- 12 Ds :pasien mengatakan sesak Pola Nafas tidak Hiperventilasi
-2020 nafas, ngos-ngosan efektif
Jam 08.00 Do : - Pasien tampak susah
bernafas.
- Terpasang nasal kanul 3
liter
TD: 170//100 mmHg
RR: 26x/m
S : 36 ᵒ C
N :110 x/m
SPO2: 98x/menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Asupan cairan berlebih
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan fisik
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Pola Nafas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda tanda vital Berikan
Tidak Efektif tindakan keperawatan terapi relaksasi nafas dalam
b.d 3x24 jam pola nafas 2. Berikan oksigen nasal kanul
Hperventilasi tidak efektif dapat 3. Posisikan pasien semiflower
berkurang dengan kh: 4. Kolaborasi dengan tim medis
- Menunjukkan jalan dalam pemberian obat
nafas yang paten
- Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan
2. Kelebihan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
volume cairan tindakan keperawatan vital
berhubungan selama 3x 24 jam 2. Kaji lokasi dan luas
dengan asupan Kelebihan volume edema
cairan berlebih cairan teratasi dengan 3. Pertahankan catatan
kriteria: intake dan output yang akurat
-Terbebas dari 4. Ajarkan keluarga dalam
edema, efusi, membantu membatasi minum
anaskara 5. Kolaborasi dengan tim
-Memelihara medis
tekanan vena
sentral,
tekanan kapiler
paru, output
jantung dan
vital sign DBN
- Terbebas dari
kelelahan,kecemasan
atau bingung
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/J D
No Implementasi Keperawatan Respon TTd
am x
1 Senin , 14- 12 1 1. Memonitori Ds : pasien
-2020 ng tanda tanda vital, mengatakan bersedia di
Jam 08.00 pola nafas . ttv dan sesak
Do : Pasien tampak
lemas
TD: 170/100 mmHg
HR : 110 x/mnt
RR: 26x/mnt
Spo2 : 98 %
suhu ; 36.5ºc
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda
No Hari/tanggal Dx Evaluasi
tangan
1 Senin, 14-12- 1 S:pasien mengatakan masih sesak
2012 O : - Pasien tampak lemas, ngos ngosan
13.00 - Terpasang nasal kanul 3 lpm
TD: 140//100 mmHg
RR: 26x/m
S : 36,5 ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan
keperawatan pada Tn. T dengan kasus Congestive Heart Failure (CHF) yang
dilaksanakan selama 3 hari mulai 14 Desember 2020 sampai 16 Desember 2020
di ruang Anagata 2 RSU Kumalasiwi Kudus. Pembahasan berikut ini akan
diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pad Tn. T dengan Congestive Heart
Failure (CHF) sesuai fase dalam proses asuhan keperawatan yaitu meliputi:
pengkajian, pengangkatan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data
dari pasien yang akurat sehingga akan di ketahui masalah yang ada pada pasien. Tahap
pengkajian keperawatan meliputi pengumpulan data, validasi data, dan identifikasi pola
masalah (Hidayat 2008).
B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medis,
dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Bedasarkan hasil pengkajian pada Tn. T dengan Congestive Heart
Failure (CHF) dapat ditetapkan dua diagnosa prioritas yaitu “pola nafas tidak
efektif, Kelebihan volume cairan dan intoleransi aktifitas”. Diagnosa ini muncul
karena pada saat pengkajian kepada pasien Tn.T penulis mendapatkan data-data
yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa pola nafas tidak efektif. Pada saat
perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn.T pasien
mengatakan jika aktivitas mudah lelah dan diperoleh TD 156/90 mmHg.
Diagnosa “pola nafas tidak efektif” ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian
yang dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan pasien mengatakan sesak dan
berdasarkan data objektif ditemukan nafas ngos-ngosan, RR 26 x/menit.
Diagnosa kelebihan volume cairan ditegakkan berdasarkan data objektif
ditemukan kaki kanan bengkak dari ujung jari kaki sampai lutut dengan luas ±
30 cm, adanya pitting edema.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis, tetapi tidak
muncul pada kasus adalah :
1. Pola nafas tidak efektif dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.T
selama 3x24 jam yang bertujuan agar pola nafas kembali efektif. Dan
perencanaan yang dilakukan adalah tindakan mandiri berupa mengobservasi
tanda-tanda vital, memonitor status respirasi : jenis, frekuensi, suara nafas dan
irama, memberikan posisi semi fowler, mengajarkan nafas dalam dan
memberikan oksigen. Mengauskultasi suara nafas bertujuan untuk mengetahui
jenis,frekuensi suara nafas mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan
intervensi lebih lanjut. dengan pantau tanda-tanda vital dapat mengetahui
takikardia dan perubahan tekanan darah dapat terjadikarena nyeri, ansietas,
hipoksemia, dan hormon stres yang bersirkulasi. Tindakan memonitor status
respirasi bertujuan untuk mengetahui keadaan perkembangan pasien sebelumnya
dan saat ini, sehingga jika terdapat gejala yang abnormal dapat segera diberi
tindak lanjut. Dengan memberikan posisi kepala dielevasikan dengan tempat
tidur kurang lebih 45 derajat akan mempertahankan curah jantung, sehingga
sesak nafas berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur.
Diberikan terapi oksigen nasal kanul 3 lpm bertujuan untuk menurunkan kerja
pernafasan, dan menurunkan kerja otot jantung.
2. Kelebihan volume cairan dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.T
selama 3x24 jam yang bertujuan terbebas dari edema. Pada perencanaan yang
dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji lokasi dan luas
edema, mempertahankan catatan intake dan output yang akurat,mengajarkan
keluarga dalam membantu membatasi minum. Penulis berasumsi bahwa edema
pada pasien muncul dari penumpukan cairan akibat dari terganggunya
mekanisme keseimbangan cairan sebagai tanda dari gagal ventrikel kanan
memompa sehingga semua darah yang kembali dari vena tidak dapat
terakomodasi. Ini sesuai dengan teori (Aspiani,2016) bahwa gagal jantung akan
menimbulkan gejala edema.
3. Intoleransi aktivitas dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.T selama
3x 24 jam yang bertujuan toleransi terhadap aktivitas/ aktivitas meningkat. Pada
perencanaan yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, membantu klien untuk
mengubah posisi sesuai toleransi secara berkala (miring kanan, miring kiri),
anjurkan bedrest dan memberikan terapi obat diuretik (furosemid 20mg). Catat
respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (takikardia, disrirmia, dispnea,
berkeringat dan pucat) yang bertujuan untuk penurunan atau ketidakmampuan
miokardium dalam meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat
meyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,
juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. Tujuan dalam mengubah posisi
sesuai toleransi secara berkala adalah untuk mengurangi masalah integritas kulit.
Menganjurkan bedrest pada klien karena istirahat fisik harus dipertahankan
untuk meningkatkan efisiensi kontraksi jantung dan untuk menurunkan
konsumsi oksigen miokardium dan beban jantung, sementara bedrest dengan
posisi semi fowler bertujuan untuk mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan
kardiovaskuler dengan berbaring terlentang dapat meningkatkan filtrasi
glomerulus dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan
diuresis.Mengubah posisi secara sering dapat mempengaruhi integritas kulit
sehingga memerlukan supervisi ketat dan intervensi preventif. Dan dalam
pemberian terapi obat tidur tujuannya supaya pasien memiliki waktu untuk
istirahat lebih banyak dari aktivitasnya. Pemberian terapi obat diuretik bersama
dengan pembatasan diet natrium dan cairan, secara umum tipe dan dosis diuretik
bergantung pada penyebab dan derajat gagal jantung serta status fungsi ginjal.
Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung dan haluaran ginjal,
mengurangi volume sirkulasi (preload dan afterload) sehingga mengurangi
beban kerja ventrikel. dan antikoagulan digunakan sebagai obat untuk mencegah
pembentukan trombus dan embolus dalam kondisi yang memiliki faktor resiko,
seperti tirah baring yang diharuskan, disritmia jantung, dan riwayat episode
trombolik sebelumnya.
D. Implementasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan observasi partisipasif dalam melakukan Asuhan
Keperawatan pada Tn. T dengan Congestive Heart Failure (CHF) di ruang Anagata
2 RSU Kumalasiwi Kudus, maka dalam BAB ini penulis mencoba menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dari pengkajian yang telah dilakukan, diperoleh data antara lain sesak nafas
disertai lemas hampir pingsan di jalan , sesak ngos-ngosan , pusing dan
bengkak pada kaki kanan dan panas. Di igd dilakukan pemeriksaan 156/90
mmhg, Nadi : 102x/permenit, rr : 26 x/permenit, gds :152 mg/dl ,dan
mendapatkan terapi medis : infus RL 20 Tpm, dan injeksi furosemide 1 ampul
dan terpasang nasal kanul 3 liter .
2. Diagnosa yang muncul
Berdasarkan Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan: definisi &
klasifikasi (2015-2017) diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam teori
terdapat 5 diagnosa keperawatan untuk CHF namun dalam kasus pada Tn.T
dapat ditegakkan 2 masalah yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Asupan cairan berlebih
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan fisik
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawtan telah disusun sesuai dengan diagnose keperawatan yang
muncul. Sesuai dengan teori implementasi dilaksanakan 3x24 jam, karena
keterbatasan waktu dan jadwal yang telah ditetapkan dari pihak rumah sakit,
penulis hanya melaksanakan 3x1 sift (± 6 jam sift) tetapi dalam pengelolaan
pasien melaksanakan 3x24 jam dengan bantuan TIM. Dari semua masalah yang
dihadapi oleh pasien perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan yang muncul.
Intervensi keperawatan telah disusun sesuai dengan teori asuhan keperawatan
pada pasien dengan CHF diambil dalam NIC-NOC edisi ke-6 tahun 2013,
penulis hanya menuliskan intervensi yang dibutuhkan pasien dan sesuai kondisi
pasien.
4. Implementasi
Pada saat implementasi, penulis mengikut sertakan pasien, keluarga, perawat
ruangan dan petugas kesehatan lain. Seluruh rencana tindakan keperawatan
yang telah direncanakan penulis dilaksanakan. Selama dilakukan tindakan
keperawatan, pasien bersikap kooperatif sehingga mempermudah kinerja
penulis serta perkembangan kondisi pasien.
5. Evaluasi
Dalam rangkaian asuhan keperawatan pada Tn.T dengan CHF yang telah
dilaksanakan penulis selama 3 hari, peenulis mampu melakukan asuhan
keperawatan dengan masalah keperawatan pertama yaitu ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan hiperventilasibelum teratasi, masalah yang kedua
yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik belum dapat
teratasi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam proses belajar mengajar
khususnya tentang asuhan keperawatan CHF sehingga mahasiswa mampu
menerapkan dalam praktik di masyarakat.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan pelayanan kesehatan mampu meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat khususnya bagi pasien CHF maupun keluarga yang lebih maksimal
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terutama dengan pendidikan
kesehatan tentang bagaimana memberikan tindakan kepada keluarga dengan
masalah penyakit CHF.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., Iet all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Jayanti,N.2010.Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/
(diakses pada tanggal 14 november 2015, pukul 20.00 wib)
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-gagal-
jantung.html#.ViuSjj8tz54 (diakses pada tanggal 14 november 2015 pukul 20.
30 wib)