Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN CHF
(CONGESTIVE HEART FAILURE) DI RUANG ANAGATA 2 RSU
KUMALA SIWI KUDUS

DISUSUN OLEH :

1. Cika Niken Ayu A.Z


2. Nadia Eka Oktaviana Putri
3. Wachidah Maya Khuluqin Nisa
4. Supriyanto
5. F.Prasetyo M
6. Putri Agustina
7. Hiqmahtul Kharomah
8. Nanang Nurul Huda

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
CHF ( Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan
dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat.

Menurut data WHO (World Health Organization ) pada tahun 2014


diperkirakan lebih dari 17,5 juta orang meninggal dunia karena serangan jantung
pada tahun 2012dan diperkirakan tahun 2030 lebih dari23,3 juta orang yang
meninggal.Menurut penjelasan Dipiro (2015) CHF atau gagal jantung kongestif
adalah sindrom klinis yang diakibatkan karena ketidakmampuan memompa darah
oleh jantung guna memenuhi kebutuhan metabolisme pada tubuh.CHF atau
Congestive Heart Failure merupakan salah satu penyakit jantung yang terus
meningkat prevelensinya setiap tahun, berkisar antara 5-10% per tahun resiko
kematian akibat penyakit CHF ringan dan sekitar 30-40% mengalami peningkatan
pada penyakit CHF berat.

Menurut data American Health Association (2012), prevelensi penyakit CHF


pada tahun 2010 di Amerika sekitar 6,6 juta jiwa.DiAsia penyakit jantung
menempati urutan tertinggi kematian, yaitusekitar 712.000 orang, sedangkanAsia
tenggara sendiri angka kematian akibat jantung tertinggi terdapat diPhilipina,
sedangkan Indonesia menempati urutan ke duadengan jumlah 229.696.
Di Indonesia penyakit jantung menempati nomer 1 penyebab kematian dan
memiliki angka yang cukup tinggi berdasarkan data yang dilakukan oleh kemenkes
(2014) prevelensi penyakit gagal jantung sendiri diperkirakan sekitar 229.696 atau
sebesar 0,13% dan sekitar 0,3 atau 530.068 orang dengan gejala atau diagnosis
tersebut oleh dokter pada tahun 2013. Berdasarkan diagnosis atau gejala, estimasi
jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat
sebanyak 96.487 orang (0,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit
ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu sebanyak 945 orang
(0,1%).Untuk Jawa Tengah sendiri jumlah penderita gagal jantung sebanyak 72.268
orang.Biasanya penderita CHF mengeluh adanya keterbatasan dalam melakukan
aktifitas fisik sehingga penderita CHF takut untuk melakukan aktifitas yang pada
akhirnya memperberat kondisinya (Karyono, 2009). Pasien CHF sering mengalami
kekambuhan dan kembali dirawat di rumah sakit, hal ini disebabkan karena pasien
tidak mampu melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan
diet, kurangnya kepatuhan tindak lanjut medis, berlebihan dalam melakukan
aktivitas fisik dan gejala kekambuhan yang tidak dapat di kenali (Smeltzer & Bare,
2010).
Pada pasien CHF (Congestive Heart Failure) untuk menurunkan prevelensi
dan menekan tinginya rehospitalis salah satunya dengan merubah gaya hidup dan
melakukan aktivitas fisik (rehabilitasi) yaitu dengan mobilisasi (Arovah,
2010).Menurut American Heart Assosiation(2012) bahwa hampir 50% dari angka
kejadian rehospitalis terjadi dari total gagal jantung kongestif yang menjalani
hospitalisasi sebelumnya yaitu sebanyak 1.094.000 pasien.Program rehabilitasi
jantung merupakan penatalaksanaan medis yang dianjurkan setelah penyakit jantung
kondisi akut teratasi dan status hemodinamik stabil.
Menurut Roveny (2017) program rehabilitasi jantung didalamnya terdiri dari
proses edukasi, latihan, modifikasi faktor resiko dan menjadi konseling. Program ini
ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, masalah psikologis pasien
akan berkurang, fungsi jantung bisa optimal (Arovah, 2012)Kepatuhan pasien dalam
melaksanakan program rehabilitasi jantung masih tergolong rendah (Craciun, 2009).
Diperkirakan sebanyak 24-50% pasien menarik diri dari program rehabilitasi
jantung dan hanya 39% pasien yang patuh terhadap latihan aktivitas fisik yang telah
direkomendasikan (Van der Wal, 2006).Ketidakpatuhan pasien dapat berakibat
buruk pada penyakit, kematian, dan meningkatkan biaya pengobatan (Jimmy &
Jose, 2011). Lee (2013) mengidentifikasi beberapa alasan utama pasien tidak
melaksanakan program rehabilitasi jantung yaitu hambatan fisik (kurangnya
transportasi dan jarak yang terlalu jauh dari pusat rehabilitasijantung, dan biaya
rehabilitasi yang tinggi), hambatan personal (malu berpartisipasi, rendahnya
pengetahuan mengenai tujuan program) dan kurangnya rekomendasi dari tim
kesehatan.
Menurut Wartini (2011) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan pasien
dalam melaksanakan program rehabilitasi jantung di RS Sangrah Bali menjelaskan
bahwa ketidakpatuhan pasien relatif tinggi yaitu 58%. Hal ini disebabkan karena
pasien belum memahami tentang tahapan aktivitas yang seharusnya dilakukan
penderita CHF sangat memerlukan program rehabilitatif yang komprehensif
untukmengembalikan kemampuan fisik paska serangan serta mencegah terjadinya
serangan ulang.Latihan fisik pada penderita CHF bertujuan untuk mengoptimalkan
kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam
mencegah perburukan dan membantupasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik
seperti sebelum mengalami CHF (Arovah, 2010).Secara umum program rehabilitasi
dibagi menjadi beberapa fase, menurut Lubis (2010) ada 4 fase yang dilakukan
dalam program rehabilitasi jantung, fase 1 merupakan fase yang dilakukan selama
pasien masih dirawat di rumah sakit, fase 2 merupakan program yang diberikan
setelah pasien keluar dari rumah sakit yang dilakukan selama beberapa minggu,
sedangkan fase 3 dan 4 merupakan fase pemeliharaan untuk mencapai kondisi yang
optimal.
Pada fase IV sendiri merupakan fase yang tidak memerlukan pengawasan
tim rehabilitasi. Tujuan dari fase tersebut adalah mencapai kondisi pasien secara
optimal. Pada fase IV ini berfokus untuk menjaga gaya hidup agar tetap sehat,
menghindari dari menurunnya target yang telah dicapai seperti tingkat kesegaran
fisik terjaga, berat badan bisa dipertahankan dan tidak melakukan lagi kebiasaan
merokok (lubis, 2009).Program latihan pada fase ini pada dasarnya dengan orang
normal sama hanya terdapat penekanan pada latihan jenis aerobik. Frekuensi latihan
sebaiknya dilakukan dalam seminggu sekitar 3 sampai 4 kali. Untuk durasi latihan
dimulai dari 10 menit kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap sampai dengan
60 menit. (arovah, 2010).
Fase IV merupakan fase dimana pasien lepas atau tidak dilakukan
pengawasan yang intensiv. Hal ini mempunyai resiko yang berhubungan tingkat
kepatuhan pasien untuk melakukan rehabilitasi.Pasien yang sudah dilakukan
rehabilitasi jantung pada perubahan pola hidup seperti merokok masih ditemukan
sekitar 41,8 % belum bisa berhenti untuk melakukan kebiasaan tidak merokok,
untuk program diiet yang dilakukan pasien masih ditemukan pasien yang masih
belum bisa mengontrol kebiasan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak lemak yaitu sekitar 49,1% , untuk pengontrolan berat badan
juga masihbelum optimal dilakuakan untuk IMT (indeks massa tubuh) lebih dari
normal, sedangkan untuk aktivitas fisik pasien rehabilitasi jantung masih tergolong
sangat rendah sekitar 78,2% tidak melakukan olahraga dirumah secara rutin.
(handayani, 2015).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran dan penerapan Asuhan Keperawatan pada
pada Tn.T dengan CHF (Congestive Heart Failure) di Ruang Anagata 2 RSU
Kumala Siwi Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data pada pasien Tn.T dengan CHF (Congestive
Heart Failure)
b. Penulis mampu mempelajari cara mengidentifikasi diagnose atau
masalah potensial pada pasien pasien Tn.T dengan CHF (Congestive
Heart Failure)
c. Penulis mampu mempelajari cara menentukan intervensi secara
menyeluruh pada pasien pasien Tn.T dengan CHF (Congestive Heart
Failure)
d. Penulis mampu mempelajari cara pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien Tn.T dengan CHF (Congestive Heart Failure)
e. Penulis mampu mempelajari cara mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan pada pasien Tn.T dengan CHF (Congestive Heart Failure)
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk
waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginja l sering merespons dengan
menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan
dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010). 

Gagal jantung dapatdidefinisikan sebagai abnormalitas dari fungsi struktural


jantung atau sebagai kegagalan jantung dalam mendistribusikan oksigen sesuai
dengan yang dibutuhkan pada metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian
normal atau adanya peningkatan tekanan pengisian(Mc Murray et al., 2012).

Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis progresif yang disebabkan


oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Dipiro et al., 2015)

Kesimpulan bahwa gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan


dimana jantung tidak mampu untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien karena terjadinya gagal jantung sisi kanan
atau gagal jantung sisi kiri.
B. Etiologi 

MenurutWajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung


kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun
interna, yaitu:

1. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensirenal, hipertiroid, dan


anemia kronis/berat.

2. Faktor interna (dari dalam jantung)

a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum


Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.

b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.

c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.

d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut.

C. Tanda Gejala

Menurut Niken Jayanthi (2010), manifestasi klinik dari gagal jantung kongestif
(CHF) adalah :
a) Peningkatan volume intravaskular.
b) Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
c) Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan
dengan batuk dan nafas pendek.
d) Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan
vena sistemik.
e) Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap
latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari
jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
f) Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin
ginjal).
D. Patofisiologi 

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan


kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di
mana curah jantung (CO: Cardiac output ) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume). Frekuensi
jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas
(mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole). Jika terjadi gagal jantung, tubuh
mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung dan secara
sistemik.Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat.
Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik
dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada
saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium,
sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru
atau edema sistemik. Penurunan cardiac output,  terutama jika berkaitan
dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,frekuensi denyut
jantung dan vena yang akan meningkatkan volume darah sentral yang
selanjutnya meningkatkan preload.  Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output , adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas
miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit
arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk
kongesti pulmoner. Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan
resistensi perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke
organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan
cardiac output  adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan
cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi,
menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan
penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi
cairan.Pada gagal  jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial
akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi
resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
E. Patways

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Sumber :
(Putra ,Dwi Yoedas.2010)
F. Pemeriksaan Penunjang 

a)  Hitung sel darah lengkap :anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemiavera

b) Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain

c) Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan


keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik.
d)  Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusijaringan
e)  Serumkatekolamin:Pemeriksaanuntukmengesampingkanpe
nyakitadrenal
f) Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasiakut.
g)  Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF
terhadap fungsi hepar atau ginjal
h)  Tiroid: menilai peningkatan aktivitastiroid
i)  Echocardiogram:menilai senosis/inkompetensi,pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
j)  Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
k)  Rontgen toraks:untuk menilai pembesaran jantung
dan edema paru.
l) Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksiventrikel.
m)  EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
B. Asuhan Keperawatan
1. PengkajianPrimer
 Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
 Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
 Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
 Dissability
a. TD meningkat / menurun
b.  Edema
c.  Gelisah
d.  Akral dingin
e.  Kulit pucat, sianosis
f. Output urine menurun
 

2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1. Keadaan umum : Lemah.
2. Kesadaran : Somnolent, GCS : E : 3, M : 3, V : 1
3. TTV : TD : 150/90 mmHg, S : 37 C, RR : 22x/menit, N : 89x/menit
4. Kepala : Bentuk Mesocephal
5. Rambut : Ada Uban
6. Bentuk Rambut : Gelombang
7. Kondisi Rambut : kotor
8. Wajah : Pucat
9. Mata : Anemis
10. Hidung : Simetris
11. Mulut : gigi tidak berlubang
12. Telinga : Simetris
13. Leher : Tidak ada pembesaran kelenar tiroid.
14. Dada :
Paru : I : Simetris Kanan dan Kiri.

P : simetris, ada otot bantu pernafasan

P : Sonor Kanan dan Kiri.

A : Ronchi.

Jantung : I : Ictus Cordis terlihat.

P : Ictus Cordis Teraba, letaknya ICS 5.

P : Pekak pelan.

A : Suara jantung reguler.

Abdomen :

I : Datar.

A : Bising usus normal.

P : Lemas, ada nyeri tekan.

P : Tidak Kembung.

15. Genetalia : Terpasang Kateter.


16. Ekstremitas : Tangan kanan terpasang Infus.
b. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d Hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efekif b/d penumpukan sputum
3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d Kurang Pengetahuan
4. Kelebihan volume cairan b.d asupan cairan berlebih
5. Intoleransi aktivitas b.d kelamahan fisik/kelelahan,tirah Baring atau
imobilisasi
c. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan

1 Pola Nafas tidak NOC : NIC :


efektif - Posisikan pasien untuk
- Respiratory status :
memaksimalkan
Definisi : Ventilation. (Domain-
ventilasi
Pertukaran udara Kesehatan Fisiologis (II),
-Pasang mayo bila perlu
inspirasi dan/atau Kelas-Jantung Paru (E)
-Lakukan fisioterapi dada
ekspirasi tidak
- Respiratory status : Airway jika perlu
adekuat
patency. (Domain- -Keluarkan sekret dengan
Faktor yang Kesehatan Fisiologis (II), batuk atau suction
berhubungan: Kelas-Jantung Paru (F) -Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
- Hiperventilasi - Vital sign Status. (Domain-
tambahan
Kesehatan Fisiologis (II),
-Berikan bronkodilator
Kelas-Regulasi Metabolik
-Berikan pelembab udara
(I)
Kassa basah NaCl
Setelah dilakukan tindakan Lembab
keperawatan selama…. Pasien -Atur intake untuk cairan
menunjukan keefektifan pola mengoptimalkan
napas, dibuktikan dengan keseimbangan
Kriteria Hasil :
-Monitor respirasi dan
- Mendemonstrasikan batuk status O2
efektif dan suara nafas -Bersihkan mulut, hidung
yang bersih, tidak ada dan secret trakea
sianosis dan dyspneu - Pertahankan jalan nafas
(mampu mengeluarkan yang paten
sputum, mampu bernafas -Observasi adanya tanda
dengan mudah, tidak ada tanda hipoventilasi
pursed lips) -Monitor adanya
kecemasan pasien
- Menunjukkan jalan nafas
terhadap oksigenasi
yang paten (klien tidak
-Monitor vital sign
merasa tercekik, irama
-Informasikan pada
nafas, frekuensi pernafasan
pasien dan keluarga
dalam rentang normal,
tentang teknik relaksasi
tidak ada suara nafas
untuk memperbaiki pola
abnormal)
nafas
- Tanda Tanda vital dalam -Ajarkan bagaimana
rentang normal (tekanan batuk secara efektif
darah, nadi, pernafasan) -Monitor pola nafas

2. Bersihan jalan NOC : NIC :


nafas berhubungan 1. monitor tanda tanda
Respiristory status:
dengan vital dan suara nafas
Ventilation
penumpukan 2. posisikan pasien untuk
sputum Respiratory status : memasimilkan ventilasi
2. anjurkan pasien untuk
Airway Pateny
istirahat dan nafas dalam
- Mendemonstrasikan 3. ajarkan batuk efektif
batuk efektif 4. kaloborasi dengan tim
- Saturasi 02 dalam medis .
batas normal
- Menunjukkan jalan
nafas yang paten

3 Perfusi jaringan NOC : NIC :


Perifer tidak
- Circulation status. Peripheral Sensation
efektif b/d Kurang
(Domain-Kesehatan Management
Pengetahuan
Fisiologis (II), Kelas- (Manajemen sensasi
Jantung Paru (E) perifer)

- Tissue Prefusion : cerebral. - Monitor adanya daerah


tertentu yang hanya
Kriteria Hasil
peka terhadap
a. Mendemonstrasikan status panas/dingin/tajam/tum
sirkulasi pul

-Tekanan systole dan - Monitor adanya


diastole dalam rentang paretese
yang diharapkan
- Instruksikan keluarga
- Tidak ada untuk mengobservasi
ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau
laserasi
-Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan - Gunakan sarun tangan
intrakranial (tidak lebih untuk proteksi
dari 15 mmHg)
- Batasi gerakan pada
b. Mendemonstrasikan kepala, leher dan
kemampuan kognitif yang punggung
ditandai dengan :
- Monitor kemampuan
- berkomunikasi dengan jelas BAB
dan sesuai dengan
- Kolaborasi pemberian
kemampuan analgetik

- menunjukkan perhatian, - Monitor adanya


konsentrasi dan orientasi tromboplebitis

- memproses informasi - Diskusikan menganai


penyebab perubahan
- membuat keputusan dengan
sensasi
benar

c. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial yang
utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter

4 Kelebihan Volume NOC : NIC :


cairan
❖    -Electrolit and acid 1. Pertahankan catatan
b.d:Mekanisme
base balance intake dan output yang
pengaturan
akurat
melemah, Asupan ❖    -Fluidbalance
cairan berlebihan 2.      Pasang urin kateter
❖    -Hydration
jika diperlukan
Setelah dilakukan tindakan
3.   Monitor hasil lab yang
keperawatan selama
sesuai dengan retensi
….Kelebihan volume cairan
cairan (BUN , Hmt ,
teratasi dengan kriteria: osmolalitas urin)

❖Terbebas dari 4.    Monitor vital sign


edema, efusi, anaskara
5.   Monitor indikasi
❖Bunyi nafas bersih, retensi / kelebihan cairan
tidak ada (cracles, CVP , edema,
dyspneu/ortopneu distensi vena leher,asites)

❖   Terbebas dari 6.    Kaji lokasi dan luas


distensi vena jugularis, edema

❖Memelihara tekanan 7.    Monitor masukan


vena sentral, tekanan makanan /cairan
kapiler paru, output
8.   Monitor status
jantung dan vital sign
nutrisi
DBN
9.      Berikan diuretik
❖    Terbebas dari kelelahan,
sesuai interuksi
kecemasan atau bingung
10.   Kolaborasi
pemberian obat

11.   Monitor berat


badan

12.   Monitor
elektrolit

13.   Monitor tanda dan


gejala dari odema

14. batasi masukan


cairan ,ajarkan kepada
keluarga dalam membatasi
minum

5. Intoleransi NOC : NIC


aktivitas b.d
-Self Care : ADLs Activity therapy
d. tirah Baring
-Toleransi aktivitas 1. Bantu klien untuk
atau imobilisasi
mengidentifikasi
e. Kelelahan -Konservasi energi
aktivitas yang mampu
menyeluruh
Tujuan : setelah dilakukan
f. Ketidakseimbanga
dilakuka tindakan 2. Monitor aktivitas klien
n antara suplei
keperawatan selama 3. Monitor respon fisik,
oksigen dengan
…X 24 jam emosi, social, dan
kebutuhan Gaya
diharapkan klien spiritual
hidup yang
dapat melakukan 4. Anjurkan keluarga
dipertahankan
aktivitas secara klien untuk selalu
mandiri. Dengan didekat klien
kriteria hasil : 5. Ajarkan klien untuk
melakukan aktivitas
1. Mampu melakukan
yang ringan terlebih
aktivitas secara mandiri
dahulu
2. TTV dalam batas
6. Kolaborasikan
normal
dengan tenaga
3. Mampu berpindah :
Rehabilitasi Medik
dengan atau tanpa alat
dalam
bantuan
merencanakan
4. Status sirkulasi baik
program terapi yang
5. Status respirasi :
tepat
pertukaran gas dan ventilasi
7. Bantu untuk
adekuat
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan social
8. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
9. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
10.Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
11.Bantu pasien /
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
aktivitas
12.Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN T DENGAN CHF DI RUANG


ANAGATA 2 RSU KUMALA SIWI KUDUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DENGAN PENDEKATAN POLA KEBUTUHAN VIRGINIA HANDERSON
DEPARTEMEN KMB STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
Identitas Pasien Status Perkawinan : Gadis/Perjaka Menikah
Nama :Tn . T Janda/Duda
Umur : 63 tahun Ruang Rawat :Anagata 2
Pendidikan : SD SLTP SLTA No. RM :0508xxx
Sarjana Tgl/jam masuk :12/12/2020
Agama : Islam Kristen Katolik Tgl/jam pengkajian : 14/12/20
Budha Diagnosa :
Hindu Konghucu - Chf (Congestive Heart Failure)

Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : sesak nafas
Tgl/jam masuk RSU : 12/12/2020 08.00
Tgl/jam pengkajian : 14/12/2020 08.00
Riwayat Penyakit Sekarang : ( Automase)
Pasien datang ke IGD RSU Kumalasiwi pada tanggal 12-12-2020, jam 08.00 dengan keluhan
sesak nafas disertai lemas hampir pingsan di jalan , sesak ngos-ngosan , pusing dan bengkak
pada kaki kanan dan panas. Di igd dilakukan pemeriksaan 156/90 mmhg, Nadi :
102x/permenit, rr : 26 x/menit,SPO2 : 95%, gds :152 mg/dl ,dan mendapatkan terapi medis :
infus RL 20 Tpm, dan injeksi furosemide 40 mg dan terpasang nasal kanul 3 liter SPO2 :
98% . kemudian jam 11.00 pasien di opname di anagata 2 untuk pemeriksaaan lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi
Stroke (tidak ada) Stroke (tidak ada)
PPOK TB Asma Asma TBC
Sejak (tidak ada) Penyakit tersebut dialami
Diobatkan ke: Tidak ada Sejak : tidak ada
Obat yang masih dikonsumsi saat ini:tidak ada

Keadaan umum : lemah


Nilai GCS : E4 M5 V6 . Skor total :15 . Kesadaran :composmetis
PENGKAJIAN POLA KEBUTUHUAN
Pernafasan dan Oksigenasi : Frekwensi : 26 x/menit. Teratur/tidak teratur. Jenis pernafasan :
Suara pernafasan : Vesikuler Ronkhi Wheezing. Keluhan : Dipnea Ortopnea.
Saturasi oksigen : 98 % dengan O2 3lpm. AGD : - .
Foto thoraks : kesimpulan kondisi Pulmo dalam batas normal. Kardiomegali. (LVH)
Keluhan yang dirasakan pasien : sesak nafas
Status oksigenasi sentral : Hasil pemeriksaan CT scan : tidak ada
Nyeri dada : tidak ada nyeri dada . Timbul saat : tidak ada .
Pemeriksaan jantung : suara jantung mur-mur gallop. Hasil pemeriksaan foto thoraks
jantung -
TD 170/100 mmhg
Hasil pemeriksaan ECG :sinus Takikardi
Status oksigen perifer : akral kaki teraba hangat CRT < 2 detik.
Nutrisi : Jenis diet nasi . Menu yang disajikan :-
TB 155 cm, BB 80 kg, Hb 13.2 gr/dl, kolesterol - . GDS 145 mg/dl
Keluhan : Mual Muntah Tidak nafsu makan. Sejak :
Frekwensi muntah : - . Jumlah muntah : - cc.
Gerak dan Keseimbangan : postur tubuh simetris tidak simetris . Kemampuan mobilisasi saat
ini :
bedrest total miring kanan kiri dengan bantuan duduk secara mandiri duduk dengan bantuan
berdiri secara mandiri berdiri dengan bantuan berjalan mandiri berjalan dengan bantuan.
Keluhan pada saat aktifitas : tidak ada . Nadi : 110 x/menit.
Keluhan sendi : nyeri kaku pada sendi
Kelumpuhan/kelemahan anggota gerak : ya tidak, pada bagian : kaki
Kebutuhan Eliminasi : BAB. Frekwensi 1 x/hari. Konsistensi : lembek keras cair
Peristaltik usus 12 x/menit. Hasil USG abdomen : -
Alat bantu BAB : -obat pencahar, berupa huknah.
Keluhan BAB : tidak ada . Hasil laborat tinja :-
BAK. Frekwensi 5 x/hari. Volum1500cc/24 jam. Warna urin : kuning jernih kuning keruh
merah bernanah. Alat bantu pengeluaran urin : kateter permanen kateter sementara.
Hasil USG (ginjal, kandung kemih) :tidak ada
Laboratorium urin : tidak ada
Balance cairan tanggal 14-12-2020
Input : makan :75cc
Minum :600cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1185 cc
Output : urin :500cc
Feses :20cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
:500+20+50
:570cc
Balance cairan :Input-Ouput
:1185-570
: +615

Balance cairan tgl 15-12-2020


Input : makan :75cc
Minum :750cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1335 cc
Output : urin :600cc
Feses :30cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
:600+30+50
:680cc
Balance cairan :Input-Ouput
:1335-680
: +655
Balance cairan tgl 16-12-2020
Input : makan :75cc
Minum :500cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1085 cc
Output : urin :550cc
Feses :40cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
:550+40+50
:640cc
Balance cairan :Input-Ouput
:1085-640
: +445

Istirahat tidur : lama tidur malam 6 jam. Lama tidur siang 2 jam. Jam tidur malam 22 s/d 05
pagi
Kebiasaan selama tidur : tidak ada . Kebiasaan sebelum tidur tidak ada
Kondisi setelah bangun tidur : ngantuk lelah segar terasa pegal semua.
Keluhan yang berhubungan dengan tidur :
Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh : suhu36,5oC. Keluhan yang dirasakan saat ini : badan
panas
Badan dingin menggigil. Perabaan pada punggung tangan : panas dingin hangat.
Kebiasaan khusus untuk menjaga suhu tubuh : tidak ada memakai jaket memakai kaos dalam
saja
Menjaga kebersihan : tampilan tubuh terkesan : bersih kotor. Aroma tubuh tercium wangi
tidak sedap. Tampilan rambut bersih kotor tidak beraturan rapi aroma berbau
aroma wangi
Kebersihan gigi bersih kotor gigi berlubang. Kebersihan kulit bersih kotor lembab
kering pecah-pecah adanya luka, di bagian , bentuk , panjang cm, dalamcm.
Kondisi luka bersih kotor kering berair bengkak merah berbau pucat
kehitaman.
Kebutuhan bekerja : pekerjaan saat ini sebagai tidak bekerja Jenis pekerjaan menurut pasien
tergolong ringan berat. Resiko pekerjaan patah tulang memar otot gangguan tulang
belakang
Pasien istirahat dari bekerja selama 7 hari. Support dari tempat kerja saat ini support biaya
support psikologi support doa bersikap cuek tempat bekerja tidak ada yang tahu.
Tingkat kekhawatiran terhadap resiko tidak bisa bekerja setelah sakit tinggi rendah tidak
merasa
Kebutuhan beribadah : ibadah yang dijalankan saat sakit sholat berdoa puji-pujian
semedi
Kebutuhan berpakaian : pakaian saat ini bersih kotor rapi acak-acakan. Bahan pakaian
yang nyaman menurut pasien tebal tipis ketat longgar. Frekwensi ganti pakaian : 2x sehari
Menghindari bahaya lingkungan (aman & nyaman) : kondisi yang mengancam saat ini
Ketidaknyamanan yang dirasakan :
Gatal, lokasi , lama gatal menit. Resiko jatuh tinggi rendah.
Alat pengaman di tempat tidur tidak ada manual program elektrik
Kebutuhan belajar : informasi tentang penyakit yang didapatkan pengertian penyebab tanda
gejala pengobatan perawatan resiko penyakit perawatan di rumah diet aktifitas
Pemahaman pasien tentan istilah medis mudah sulit
Rekreasi : rekreasi yang sering dilakukan pasien tidak ada,
Kegiatan yang saat ini ingin dilakukan : tidak ada
Kebutuhan komunikasi : bahasa yang digunakan :
Intonasi suara : keras lembut lirih
Sikap komunikasi : mudah tersinggung terbuka dengan berbagai pendapat cuek
Obat-obatan pasien :

- Injeksi Mersibion 1x 1 ampul


- Injeksi ranitidine 2x50 mg
- Injeksi keterolak 3x30mg
- Injeksi methlyprednisolone 2x 62,5 mg
- Injeksi furosemide 1x 40mg
Oral : Cac03 3x1 tablet

Data Penunjang :
HB 10,5 gr%
Leucocyt 18.500 mm3
MCV 87,8 PM
Trombocyt 186. 000 mm3
Hematrokit 31.0%
Eritrosit 3.53 %
RDW 12,4 %
MPV 9,6 pm
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 158 mg/dl
Asam urat 5.17
IgG -/Non reaktif
IgM -/Non reaktif

INDEKS BARTHEL(14-16 Desember 2020)

no Fungsi sko keterangan hasil


r
1 Mengendalikan rangsang 0 Tidak terkendali /takteratur (perlu 2
BAB pencahar )
1 Kadang- kadang tak terkendali
(1x/minggu)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai kateter 2
BAK 1 Kadang-kadang tak terkendali
(hanya 1x24jam)
2 Mandiri
3 Mebersihkan diri (mencuci 0 Butuh pertolongan orang lain 0
wajah, menyikat 1 Mandiri
rambut,mencukur kumis,
sikat gigi )
4 Penggunaan WC (keluar 0 Tergantung pertolongan orang lain 1
masuk wc,melepas/memakai 1 Perlu pertolongan pada beberapa
celana, cebok,menyiram) kegiatan tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan yang lain
2 Mandiri
5 Makan minum ( jika makan 0 Tidak mampu 1
harus berupa 1 Perlu ditolong memotong makanan
potongan,dianggap dibantu) 2 Mandiri
6 Bergerak dari kursi roda 0 Tidak mampu 2
ketempat tidur dan 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk (2 orang )
2 Bantuan minimal 1 orang
sebaliknya (termasuk duduk
3 Mandiri
di tempat tidur )
7 Berjalan di tempat rata ( atau 0 Tidak mampu 2
jika tidak bisa berjalan 1 Bisa (pindah ) dengan kursi roda
,menjalankan kursi roda) 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
8 Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain 0
memasang tali 1 Sebagian dibantu (mis : mengancing
sepatu,mengencangkan baju)
sabuk) 2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain 0
1 Mandiri

Skor total 11

Skor modifikasi barthe lindeks (nilai AKS)

20 : mandiri

12-19 :ketergantungan ringan (B)

9-11 : ketergantungan sedang (B)

5-8 : ketergantungan berat (C)

0-4 : ketergantungan total (C)

A. ANALISA DATA
No Hari / Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
.
1 Senin , 14- 12 Ds :pasien mengatakan sesak Pola Nafas tidak Hiperventilasi
-2020 nafas, ngos-ngosan efektif
Jam 08.00 Do : - Pasien tampak susah
bernafas.
- Terpasang nasal kanul 3
liter
TD: 170//100 mmHg
RR: 26x/m
S : 36 ᵒ C
N :110 x/m
SPO2: 98x/menit

2 Senin , 14- 12 DS :pasien mengatakan kaki Kelebihan Asupan


-2020 terasa tebal volume cairan cairan
Jam 08.00 DO : kaki kanan bengkak berlebih
TD : 150/100mmHg
N : 90x/menit
RR :26x/menit
S :36,4 C
Input : makan :75cc
Minum :600cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1185 cc
Output : urin :500cc
Feses :20cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
:500+20+50
:570cc
Balance cairan :Input-Ouput
:1185-570
:+615

3 Senin , 14- 12 Ds : Pasien mengatakan tidak Intoleransi Kelemahan


-2020 bisa beraktifitas, badan aktifitas fisik
Jam 08.00 lemas
Do : pasien tampak lemas dan
hanya berbaring ditempat
tidur , pasien tampak pucat
TD: 190/100 mmHg
RR: 22x/m
S : 36 ᵒ C
SPO2:98%
N :98 x/m
IndeksBathel : skor 11
(9-11 : ketergantungan sedang
(B) )

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Asupan cairan berlebih
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan fisik

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Pola Nafas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda tanda vital Berikan
Tidak Efektif tindakan keperawatan terapi relaksasi nafas dalam
b.d 3x24 jam pola nafas 2. Berikan oksigen nasal kanul
Hperventilasi tidak efektif dapat 3. Posisikan pasien semiflower
berkurang dengan kh: 4. Kolaborasi dengan tim medis
- Menunjukkan jalan dalam pemberian obat
nafas yang paten
- Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan
2. Kelebihan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
volume cairan tindakan keperawatan vital
berhubungan selama 3x 24 jam 2. Kaji lokasi dan luas
dengan asupan Kelebihan volume edema
cairan berlebih cairan teratasi dengan 3. Pertahankan catatan
kriteria: intake dan output yang akurat
-Terbebas dari 4. Ajarkan keluarga dalam
edema, efusi, membantu membatasi minum
anaskara 5. Kolaborasi dengan tim
-Memelihara medis
tekanan vena
sentral,
tekanan kapiler
paru, output
jantung dan
vital sign DBN
-  Terbebas dari
kelelahan,kecemasan
atau bingung

3 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Monitoring kondisi fisik klien dan


aktifitas tindakan keperawatan tanda tanda vital
dengan 3x24 jam pasien bisa 2. Dorong keluarga untuk perawatan
Kelemahan beraktifitas seperti diri ADL kepada pasien
fisik biasanya dengan kh : 3. Ajarkan klien untuk melakukan
- Mampu melakukan aktivitas yang ringan terlebih
aktivitas secara dahulu (melatih duduk )
mandiri
- TTV dalam batas
normal
- Mampu berpindah
dengan atau tanpa alat
bantuan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/J D
No Implementasi Keperawatan Respon TTd
am x
1 Senin , 14- 12 1 1. Memonitori Ds : pasien
-2020 ng tanda tanda vital, mengatakan bersedia di
Jam 08.00 pola nafas . ttv dan sesak
Do : Pasien tampak
lemas
TD: 170/100 mmHg
HR : 110 x/mnt
RR: 26x/mnt
Spo2 : 98 %
suhu ; 36.5ºc

Jam. 08.15 Wib Ds : pasien


2. Memposisik mengatakan bersedia di
an pasien semiflower posisikan
Do : pasien tampak
nyaman ,
memposisikan semi
flower

Jam .08.30 Wib Ds : pasien


3. Memberika mengatakan bersedia di
n oksigen nasal kanul pasang oksigen
Do :pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3
lpm

Jam . 09.00 wib Ds : pasien bersedia di


4. Mengkolabo injeksi atau di berikan
rasi dengan tim medis obat
dalam pemberian obat. Do : obat masuk
mellaui iv dan oral.
- Injeksi
furosemide 40
mg
- Oral : Cac03
1tablet

Jam 09.15 Wib 2 DS :pasien bersedia


1. Memonitor tanda- dilakukan pemeriksaan
tanda vital DO :
TD : 150/100mmHg
N : 90x/menit
RR :26x/menit
S :36,5º C

Jam. 09.30 Wib DS : pasien


2. Mengkaji lokasi dan mengatakan kaki
luas edema bengkak
DO: kaki kanan
bengkak dari ujung jari
kaki sampai lutut.luas
± 30 cm. adanya pitting
edema

Jam. 10.00 Wib Ds :pasien mengatakan


3. Mempertahankan habis makan dan
catatan intake dan minum
output yang akurat Do :
Balance cairan :
Input-Ouput :
1185 - 570 = +615

Jam .10.15 Wib Ds :kelarga pasien


4. Mengajarkan keluarga mengatakan pasien
dalam membantu minm
membatasi minum Do : minum 600 cc

Jam 10.20 wib DS : pasien bersedia


5. Mengkolaborasi diberi obat
dengan tim medis DO : furosemide 40mg

Jam 10.25 wib 3 Ds : pasien


1. Memonitoring kondisi mengatakan lemasdan
fisik klien dan tanda tidak bisa beraktivitas
tanda vital Do : pasien terbaring di
tempat tidur.
TD:140 /100 mmhg,
RR; 26
Nadi ; 92x/menit Suhu:
36,5 spo2: 98 %
Indeks bathel : skor
11(ketergantungan
sedang)

Jam 10.30 wib Ds : keluarga pasien


2. Mendorong keluarga bersedia membantu
untuk perawatan diri Do:
ADL kepada pasien Keluarga tampak
membantu pasien
melakukan bak, bab,
dan makan dan minum

Jam 10.35 Wib Ds : pasien


3. Mengajarkan klien mengatakan bersedia
untuk melakukan diajarkan
aktivitas yang ringan Do : pasien pasien
terlebih dahulu(duduk) dilatih untuk duduk

2 Selasa ,15 1 - Memonitoring tanda Ds : pasien


Oktober 2020 tanda vital, pola nafas . mengatakan bersedia di
Jam 08.00 Wib ttv dan sesak
Do : Pasien tampak
lemas
TD: 150/90
mmHg
RR: 26x/permenit
Spo : 98 % suhu ;
36.5 C

Jam 08.15 Wib - Memberikan oksigen Ds : pasien


nasal kanul mengatakan masih
sesek
Do :pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3
liter

Jam 08.30 Wib - Memposisikan pasien Ds : pasien


semiflower mengatakan bersedia
masih sesek
Do : pasien tampak
nyaman ,
memposisikan semi
flower 45 derajat.

Jam 09.00 Wib - Mengkolaborasi dengan Ds : pasien bersedia di


tim medis dalam injeksi atau di berikan
pemberian obat. obat
Do : obat masuk
melelalui iv dan oral.
- Injeksi furosemide
40mg
- Oral : Cac03 1
tablet
09.15 Wib 2 - Monitor tanda - tanda DS : pasien bersedia
vital dilakukan pemeriksaan
DO :
TD : 150/100mmHg
N : 90x/menit
RR :26x/menit
S :36,5º C

Jam 09.30 Wib - Kaji lokasi dan luas DS : pasien


edema mengatakan kaki
bengkak
DO: kaki kanan
bengkak dari ujung jari
kaki sampai lutut
luasnya ± 30cm

10.00 Wib - Mempertahankan Ds : pasien


catatan intake dan mengatakan habis
output yang akurat makan dan minum
Do :
Balance cairan : Input-
Ouput
1335 - 680 : +655

10.15 Wib - Mengajarkan keluarga Ds : kelarga pasien


dalam membantu mengatakan pasien
membatasi minum minm
Do : minum 750 cc

Jam 10,20 wib - Mengkengolaborasi DS : pasien bersedia


dengan tim medis diberi obat
DO : furosemide 40mg

Jam 10.25 wib 3 - Memonitoring kondisi Ds : pasien


fisik klien dan tanda mengatakan masih
tanda vital lemas dan tidak bisa
beraktivitas , dan sesek
Do : pasien terbaring di
tempat tidur.
TD:150 /90 mmhg,
RR; 26 Nadi ;
92x/permenitSuhu:
36,5ºc spo2: 98 %
Indeks bathel : skor
11(ketergantungan
sedang)

Jam 10.30 wib - Mendorong keluarga Ds : keluraga pasien


untuk perawatan diri mengatakan bersedia
ADL kepada pasien membantu pasien.
Do:
Keluarga tampak
membantu pasien
melakukan bak, bab,
dan makan dan minum

Jam 10.35 wib - Mengajarkan klien Ds : pasien


untuk melakukan mengatakan masih
aktivitas yang ringan bersedia diajarin
terlebih dahulu(duduk) Do : pasien mencoba
untuk duduk

No Hari,Tanggal/Jam Dx Implementesi Respon Ttd


3 Rabu, 16/12/2020 1 1. Memonitoring Ds : pasien mengatakan
Jam 08.00 tanda tanda vital, bersedia di ttv dan sesak
pola nafas . Do : Pasien tampak
lemas
TD: 150/90 mmHg
RR: 26x/permenit
Spo : 98 % suhu ;
36.6º C
Jam 08.15 Wib 2. Memberikan Ds : pasien mengatakan
oksigen nasal masih sesek
kanul Do :pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3
liter

Jam 08.30 Wib 3. Memposisikan Ds : pasien mengatakan


pasien semiflower bersedia masih sesek
Do : pasien tampak
nyaman , memposisikan
semi flower 45 derajat.

Jam09.00 Wib 4. Mengkolaborasi Ds : pasien bersedia di


dengan tim medis injeksi atau di berikan
dalam pemberian obat
obat. Do : obat masuk
melelalui iv dan oral.
- Injeksi
furosemide 40mg
- Oral : Cac03 1
tablet
Jam 10.00 Wib 2 1. Memonitor tanda- DS :pasien bersedia
tandaa vital dilakukan pemeriksaan
DO :TD : 150/100mmHg
N : 90x/menit
RR :26x/menit
S :36,6 C

10.15 Wib 2. Mengkaji lokasi DS : pasien mengatakan


dan luas edema kaki bengkak
DO: kaki kanan bengkak
dari ujung jari kaki
sampai lutut luasnya ±
30cm

10.30 Wib 3. Mempertahankan Ds : Pasien mengatakan


catatan intake dan habis makan dan minum
output yang akurat Do : Balance cairan :
Input - Ouput :
1085 – 640 = +445

11.30 wib 4. Mengajarkan Ds :kelarga pasien


keluarga dalam mengatakan pasien
membantu minm
membatasi minum Do : minum 500 cc

Jam 11.35 wib 5. Mengkolaborasi DS : pasien bersedia


dengan tim medis diberi obat
DO : furosemide 40mg

Jam 11.40 wib 3 1. Memonitoring Ds : pasien mengatakan


kondisi fisik klien masih lemas dan tidak
dan tanda-tanda bisa beraktivitas , dan
vital sesek
Do : pasien terbaring di
tempat tidur.
TD:150 /90 mmhg, RR;
26 Nadi ; 92x/permenit
Suhu: 36,6ºc
Spo2: 98 %
Indeks bathel : skor
11(ketergantungan
sedang)

Jam 11.45 wib 2. Mendorong Ds : keluraga pasien


keluarga untuk mengatakan sudah di
perawatan diri samping pasien terus
ADL kepada Do:
pasien Keluarga pasien selalu
membantu pasien
melakukan bak, bab, dan
makan dan minum

Jam 11.50 wib 3. Mengajarkan klien Ds : pasien mengatakan


untuk melakukan masih bersedia diajarin
aktivitas yang Do : pasien mencoba
ringan terlebih untuk duduk tanpa
dahulu (duduk ) bantuan orang lain

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda
No Hari/tanggal Dx Evaluasi
tangan
1 Senin, 14-12- 1 S:pasien mengatakan masih sesak
2012 O : - Pasien tampak lemas, ngos ngosan
13.00 - Terpasang nasal kanul 3 lpm
TD: 140//100 mmHg
RR: 26x/m
S : 36,5 ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)

2 S :pasien mengatakan kaki terasa tebal


O : kaki kanan bengkak
- TD : 140/100mmHg
- N : 90x/menit
- RR :26x/menit
- S :36,5 C
Input : makan :75cc
Minum :600cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1185 cc
Output : urin :500cc
Feses :20cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
:500+20+50
:570cc
Balance cairan :Input-Ouput
:+615
A : Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1,2,3)
3 S: Pasien mengatakan tidak bisa beraktifitas,
badan lemas
O : pasien tampak lemas dan hanya berbaring
ditempat tidur ,pasien sesek.
TD: 140/100 mmHg
RR: 26x/m
S : 36,5 ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
Indeks Barthel : skor 11
(9-11 : ketergantungansedang (B) )

A : Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,)

2 Selasa, 15 1 S:pasien mengatakan masih sesak nafas,


Desember 2020 ngos-ngosan
Jam 13.00 O : - Pasien tampak lemas.
- Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm
TD: 150/90 mmHg
RR: 24x/menit
S : 36,5 ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)

2 S :pasien mengatakan kaki terasa tebal


O : kaki kanan massih bengkak
- TD : 150/90mmHg
- N : 90x/menit
- RR :24x/menit
- S :36,5 C
Balance cairan tgl 15-12-2020
Input : makan :75cc
Minum :750cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1335 cc
Output : urin :600cc
Feses :30cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
: 600+30+50
: 680cc
Balance cairan : Input-Ouput
:1335-680
: +655
A : Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1,2,3)

3 S: Pasien mengatakan masih tidak bisa


beraktifitas, badan lemas
O : pasien tampak lemas dan hanya berbaring
ditempat tidur ,pasien sesek.
TD: 150/90 mmHg
RR: 24x/m
S : 36,5 ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
IndeksBathel : skor 11
(9-11 : ketergantungansedang (B) )

A : Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3)

3 Rabu, 16-12- 1 S:pasien mengatakan masih sesak nafas,


2020 ngos-ngosan
Jam 13.00 O : - Pasien tampak lemas.
- Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm
TD: 130/90 mmHg
RR: 24x/menit
S : 36,6 ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)

2 S :pasien mengatakan kaki terasa tebal


O : kaki kanan massih bengkak
- TD : 130/90mmHg
- N : 90x/menit
- RR :24x/menit
- S :36,6C

Balance cairan tgl 16-12-2020


Input : makan :75cc
Minum :500cc
Infuse :500cc
Injeksi obat :10cc
Input total :1085 cc
Output : urin :550cc
Feses :40cc
IWL : 15xBB/24jam
:15x80/24
:50
Ouput total : urin +feses+IWL
: 550+40+50
: 640cc
Balance cairan :Input-Ouput
:1085-640
: +445
A : Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1,2,3)

3 S: Pasien mengatakan masih sesek , jika buat


beraktivitas tambah sesek ,badan masih
lemas
O : pasien tampak lemas dan hanya berbaring
ditempat tidur ,pasien sesek.
TD: 150/90 mmHg
RR: 24x/m
S : 36,6ᵒ C
N :90 x/m
Spo: 98x/permenit
IndeksBathel : skor 11
(9-11 : ketergantungansedang (B) )
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi (1,2,3)

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan
keperawatan pada Tn. T dengan kasus Congestive Heart Failure (CHF) yang
dilaksanakan selama 3 hari mulai 14 Desember 2020 sampai 16 Desember 2020
di ruang Anagata 2 RSU Kumalasiwi Kudus. Pembahasan berikut ini akan
diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pad Tn. T dengan Congestive Heart
Failure (CHF) sesuai fase dalam proses asuhan keperawatan yaitu meliputi:
pengkajian, pengangkatan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data
dari pasien yang akurat sehingga akan di ketahui masalah yang ada pada pasien. Tahap
pengkajian keperawatan meliputi pengumpulan data, validasi data, dan identifikasi pola
masalah (Hidayat 2008).

Pada saat melakukan pengkajian tidak mengalami hambatan


dalammemperoleh data–datayang dibutuhkan, keluarga pasien sangat
kooperatifdan komunikatif. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14
Desember 2020 pukul 08.00 WIB ditemukan data pasien datang ke igd
kumalasiwi pada tanggal 14-12-2020, jam 08.00 dengankeluhan sesak nafas
disertai lemas hampir pingsan di jalan , sesak ngos-ngosan , pusing dan
bengkak pada kaki kanan dan panas. Di igd dilakukan pemeriksaan 156/90
mmhg, Nadi : 102x/permenit, rr : 26 x/permenit, gds :152 mg/dl ,dan
mendapatkan terapi medis : infus RL 20 Tpm, dan injeksi furosemide 1 ampul
dan terpasang nasal kanul 3 liter . kemudian jam 11.00 pasien di opname di
anagata 2 untuk pemeriksaaan lanjut.
Pada tinjauan teori pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
secara teoritis manifestasi klinis yang dapat ditemukan yaitu pusing, sesak saat
beraktifitas maupun saat istirahat, kelelahan, edema, jantung berdebar-debar dan
oliguria. Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak napas,
nyeri, kelelahan, atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari irama
jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius. Rasa sesak saat
beraktifitas maupun saat istirahat, kelelahan dan jantung berdebar-debar
merupakan gejala utama pada pasien CHF dimana adanya gangguan pengisian
ventrikel (stenosis katup atrioventrikularis), serta adanya gangguan pada
pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstruktif dantemponade jantung).
Karena pada gagal ventrikel kiri menyebabkan kongesti pulmonal dan gangguan
mekanisme pengendalian pernapasan. Masalah ini akhirnya akan menyebabkan
distress pernapasan. Ketika peningkatan beban jantung dan kerja ekstrem
pernapasan akan meningkatkan kebutuhan metabolik tubuh.

B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan adalah proses menganalisis subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan (Deswani, 2009). Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medis,
dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Bedasarkan hasil pengkajian pada Tn. T dengan Congestive Heart
Failure (CHF) dapat ditetapkan dua diagnosa prioritas yaitu “pola nafas tidak
efektif, Kelebihan volume cairan dan intoleransi aktifitas”. Diagnosa ini muncul
karena pada saat pengkajian kepada pasien Tn.T penulis mendapatkan data-data
yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa pola nafas tidak efektif. Pada saat
perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn.T pasien
mengatakan jika aktivitas mudah lelah dan diperoleh TD 156/90 mmHg.
Diagnosa “pola nafas tidak efektif” ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian
yang dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan pasien mengatakan sesak dan
berdasarkan data objektif ditemukan nafas ngos-ngosan, RR 26 x/menit.
Diagnosa kelebihan volume cairan ditegakkan berdasarkan data objektif
ditemukan kaki kanan bengkak dari ujung jari kaki sampai lutut dengan luas ±
30 cm, adanya pitting edema.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis, tetapi tidak
muncul pada kasus adalah :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah


jantung. Alasan penulis tidak menegakkan diagnosa ini dikarenakan pasien
tidak ada tanda dan gejala seperti perubahan fungsi motorik, perubahan
karakteristik kulit, waktu pengisian kapiler >3 detik, dan edema.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cairan di alveoli. Alasan penulis
tidak menegakkan diagnosa ini pada pasien Tn.T dikarenakan tidak adanya
tanda dan gejala yang memperkuat ditegakkannya diagnosa ini seperti warna
kulit pucat, sianosis, napas cuping hidung, takikardia, keringat yang berlebih
(diaforesis). Tidak dilakukannya pemeriksaan penunjang analisa gas darah
untuk mendukung penulis tidak menegakkan diagnosa ini.
C. Intervensi Keperawatan

Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas


masalah. Prioritas masalah mengacu pada hierarki “Maslow” serta yang
mengancam kehidupan pasien. Lalu membuat intervensi atau perencanaan
keperawatan, adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012). Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama, dan
memelihara continuitas asuhan keperawatan klien bagi seluruh anggota tim.
Sesuai dengan pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat
perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria hasil yang diperkirakan
atau diharapkan dalam intervensi keperawatan (Setiadi, 2012).
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART (Spesifik,
Measurable, Achieveble, Reasonable dan Time). Spesifik adalah berfokus pada
klien. Measurable adalah dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan dan dibau.
Achieveble adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable merupakan tujuan
yang harus dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Time adalah batasan
pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya
(Dermawan, 2012).
Pada tahap intervensi di tetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan
dicapai selama melakukan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan disusun
berdasarkan diagnosa keperwatan yang telah ditetapkan dari hasil pengkajian
keperawatan pada Tn.T dengan Congestive Heart Failure (CHF).

1. Pola nafas tidak efektif dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.T
selama 3x24 jam yang bertujuan agar pola nafas kembali efektif. Dan
perencanaan yang dilakukan adalah tindakan mandiri berupa mengobservasi
tanda-tanda vital, memonitor status respirasi : jenis, frekuensi, suara nafas dan
irama, memberikan posisi semi fowler, mengajarkan nafas dalam dan
memberikan oksigen. Mengauskultasi suara nafas bertujuan untuk mengetahui
jenis,frekuensi suara nafas mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan
intervensi lebih lanjut. dengan pantau tanda-tanda vital dapat mengetahui
takikardia dan perubahan tekanan darah dapat terjadikarena nyeri, ansietas,
hipoksemia, dan hormon stres yang bersirkulasi. Tindakan memonitor status
respirasi bertujuan untuk mengetahui keadaan perkembangan pasien sebelumnya
dan saat ini, sehingga jika terdapat gejala yang abnormal dapat segera diberi
tindak lanjut. Dengan memberikan posisi kepala dielevasikan dengan tempat
tidur kurang lebih 45 derajat akan mempertahankan curah jantung, sehingga
sesak nafas berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur.
Diberikan terapi oksigen nasal kanul 3 lpm bertujuan untuk menurunkan kerja
pernafasan, dan menurunkan kerja otot jantung.
2. Kelebihan volume cairan dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.T
selama 3x24 jam yang bertujuan terbebas dari edema. Pada perencanaan yang
dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji lokasi dan luas
edema, mempertahankan catatan intake dan output yang akurat,mengajarkan
keluarga dalam membantu membatasi minum. Penulis berasumsi bahwa edema
pada pasien muncul dari penumpukan cairan akibat dari terganggunya
mekanisme keseimbangan cairan sebagai tanda dari gagal ventrikel kanan
memompa sehingga semua darah yang kembali dari vena tidak dapat
terakomodasi. Ini sesuai dengan teori (Aspiani,2016) bahwa gagal jantung akan
menimbulkan gejala edema.
3. Intoleransi aktivitas dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.T selama
3x 24 jam yang bertujuan toleransi terhadap aktivitas/ aktivitas meningkat. Pada
perencanaan yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, membantu klien untuk
mengubah posisi sesuai toleransi secara berkala (miring kanan, miring kiri),
anjurkan bedrest dan memberikan terapi obat diuretik (furosemid 20mg). Catat
respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (takikardia, disrirmia, dispnea,
berkeringat dan pucat) yang bertujuan untuk penurunan atau ketidakmampuan
miokardium dalam meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat
meyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,
juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. Tujuan dalam mengubah posisi
sesuai toleransi secara berkala adalah untuk mengurangi masalah integritas kulit.
Menganjurkan bedrest pada klien karena istirahat fisik harus dipertahankan
untuk meningkatkan efisiensi kontraksi jantung dan untuk menurunkan
konsumsi oksigen miokardium dan beban jantung, sementara bedrest dengan
posisi semi fowler bertujuan untuk mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan
kardiovaskuler dengan berbaring terlentang dapat meningkatkan filtrasi
glomerulus dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan
diuresis.Mengubah posisi secara sering dapat mempengaruhi integritas kulit
sehingga memerlukan supervisi ketat dan intervensi preventif. Dan dalam
pemberian terapi obat tidur tujuannya supaya pasien memiliki waktu untuk
istirahat lebih banyak dari aktivitasnya. Pemberian terapi obat diuretik bersama
dengan pembatasan diet natrium dan cairan, secara umum tipe dan dosis diuretik
bergantung pada penyebab dan derajat gagal jantung serta status fungsi ginjal.
Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung dan haluaran ginjal,
mengurangi volume sirkulasi (preload dan afterload) sehingga mengurangi
beban kerja ventrikel. dan antikoagulan digunakan sebagai obat untuk mencegah
pembentukan trombus dan embolus dalam kondisi yang memiliki faktor resiko,
seperti tirah baring yang diharuskan, disritmia jantung, dan riwayat episode
trombolik sebelumnya.
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi


keperawatan yang telah disusun dengan menggambarkan pencapaian tujuan dan
semua tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan meliputi : tindakan mandiri
keperawatan, tindakan observasi keperawatan, tindakan yang bersifat edukatif
dan kolaboratif.

Tindakan keparawatan yang telah dilakukan pada pasien Tn.T adalah


mengkaji keluhan pasien, pemeriksaan fisik pada pasien, memonitor tanda-
tanda vital, observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas,
membantu klien untuk mengubah posisi sesuai toleransi secara berkala (miring
kanan, miring kiri), anjurkan bedrest memberikan obat sesuai dengan program.
Pada penatalaksanaan medis pasien mendapatkan terapi obat Injeksi
Mersibion 1x 1 ampul, Injeksi ranitidine 2x50 mg , Injeksi keterolak 3x30mg,
Injeksi methlyprednisolone 2x 62,5 mg, Injeksi furosemide 1x 1 ampul, PO.
Cac03 3x1.Terapi obat Nitrokaf termasuk golongan obat vasodilator yang sangat
penting bagi penderita gagal jantung yang berfungsi untuk memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan. Klien juga mendapatkan terapi obat
Lasix. Lasix merupakan obat yang mengandung furosemid, golongan diuretik
yang dapat mencegah tubuh dari menyerap terlalu banyak garam. Furosemid
diberikan untuk membantu mengobati retensi cairan (edema) dan pembengkakan
yang disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif, penyakit ginjal, atau kondisi
medis lainnya. Obat ini bekerja dengan bertindak pada ginjal untuk
meningkatkan aliran urin.
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan.


Melalui evaluasi keperawatan perawat dapat memberikan pendapat pada
kuantitas dan kualitas yang diberikan. Evaluasi pada aktivitas terus menerus
yang memainkan peran penting dalam seluruh fase proses keperawatan.
Evaluasi adalah salah satu cara menilai apakah asuhan keperwatan yang
diberikan telah tercapai sesuai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada
intervensi keperawatan.
Pada tahap evaluasi pada pasien Tn.T dengan diagnosa keperawatan
“pola nafas tidak efektif dan intoleransi aktivitas” tidak semua masalah
teratasi. Hal ini disebabkan penanganan kasus yang membutuhkan waktu yang
lama dan tindakan kolaborasi dengan tenaga ahli lainnya sedangkan waktu
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.T hanya berlangsung tiga hari saja.
Pada diagnosa keperawatan yang belum teratasi intervensi dilanjutkan
oleh TIM perawatan diruangan, penulis mengkomunikasikan kepada TIM
keperawatan melalui pembimbing ruangan terkait masalah yang belum teratasi
mengenai intervensi kolaborasi pemberian laxatif jika tidak diatasi dengan
makanan berserat.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan observasi partisipasif dalam melakukan Asuhan
Keperawatan pada Tn. T dengan Congestive Heart Failure (CHF) di ruang Anagata
2 RSU Kumalasiwi Kudus, maka dalam BAB ini penulis mencoba menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dari pengkajian yang telah dilakukan, diperoleh data antara lain sesak nafas
disertai lemas hampir pingsan di jalan , sesak ngos-ngosan , pusing dan
bengkak pada kaki kanan dan panas. Di igd dilakukan pemeriksaan 156/90
mmhg, Nadi : 102x/permenit, rr : 26 x/permenit, gds :152 mg/dl ,dan
mendapatkan terapi medis : infus RL 20 Tpm, dan injeksi furosemide 1 ampul
dan terpasang nasal kanul 3 liter .
2. Diagnosa yang muncul
Berdasarkan Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan: definisi &
klasifikasi (2015-2017) diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam teori
terdapat 5 diagnosa keperawatan untuk CHF namun dalam kasus pada Tn.T
dapat ditegakkan 2 masalah yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Asupan cairan berlebih
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan fisik
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawtan telah disusun sesuai dengan diagnose keperawatan yang
muncul. Sesuai dengan teori implementasi dilaksanakan 3x24 jam, karena
keterbatasan waktu dan jadwal yang telah ditetapkan dari pihak rumah sakit,
penulis hanya melaksanakan 3x1 sift (± 6 jam sift) tetapi dalam pengelolaan
pasien melaksanakan 3x24 jam dengan bantuan TIM. Dari semua masalah yang
dihadapi oleh pasien perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan yang muncul.
Intervensi keperawatan telah disusun sesuai dengan teori asuhan keperawatan
pada pasien dengan CHF diambil dalam NIC-NOC edisi ke-6 tahun 2013,
penulis hanya menuliskan intervensi yang dibutuhkan pasien dan sesuai kondisi
pasien.
4. Implementasi
Pada saat implementasi, penulis mengikut sertakan pasien, keluarga, perawat
ruangan dan petugas kesehatan lain. Seluruh rencana tindakan keperawatan
yang telah direncanakan penulis dilaksanakan. Selama dilakukan tindakan
keperawatan, pasien bersikap kooperatif sehingga mempermudah kinerja
penulis serta perkembangan kondisi pasien.
5. Evaluasi
Dalam rangkaian asuhan keperawatan pada Tn.T dengan CHF yang telah
dilaksanakan penulis selama 3 hari, peenulis mampu melakukan asuhan
keperawatan dengan masalah keperawatan pertama yaitu ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan hiperventilasibelum teratasi, masalah yang kedua
yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik belum dapat
teratasi.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam proses belajar mengajar
khususnya tentang asuhan keperawatan CHF sehingga mahasiswa mampu
menerapkan dalam praktik di masyarakat.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan pelayanan kesehatan mampu meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat khususnya bagi pasien CHF maupun keluarga yang lebih maksimal
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terutama dengan pendidikan
kesehatan tentang bagaimana memberikan tindakan kepada keluarga dengan
masalah penyakit CHF.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis Dan


Nanda Nic-Noc.Edisi revisi jilid 2.MediaAction:Jogjakarta.

Hardhi,amin (2013) Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &


NANDA,NIC,NOC, : Yogyakarta :Media Action

Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., Iet all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Jayanti,N.2010.Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/
(diakses pada tanggal 14 november 2015, pukul 20.00 wib)
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-gagal-
jantung.html#.ViuSjj8tz54 (diakses pada tanggal 14 november 2015 pukul 20.
30 wib)

Anda mungkin juga menyukai