Contoh:
Diketahui penjualan Rp. 25.000.000,-
Retur penjualan Rp. 125.000,-
Potongan penjualan Rp. 150.000,-
Hitunglah penjualan bersih!
Penjulan bersih = Rp. 25.000.000,- – Rp. 125.000,- – Rp. 150.000,- = Rp. 24.725.000,-
Keterangan :
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan
pembelian.
Atau
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut
Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian
hahaha…
Laporan keuangan perusahaan dagang berbeda dengan laporan keuangan perusahaan jasa.
Misalnya dalam hal sumber pendapatan. Dalam hal sumber pendapatan pendapat perusahaan jasa
adalah pemberian jasa dari konsumen. Sumber pendapatan perusahaan dagang berasal dari
penjualan barang dagang. Seperti yang telah kita bahas, perbedaan pendapatan tercermin pada
pencatatan akuntansinya. Kita akan mulai pembahasan kita dengan menghitung harga pokok
penjualan.
Untuk menghitung laba kotor, terlebih dahuli kita menghitung harga pokok penjualan.
Unsur utama dari harga pokok penjualan yaitu pembelian bersih.Setelah menghitung pembelian
bersih, kita juga perlu menghitung jumlah barang yang tersdia untuk dijual merupakan unsure
utama dari harga pokok penjualan. Perhitungan harga pokok penjualan dapat dilakukan hanya
setelah nilai barang yang tersedia untuk dijual diketahui.
Rp xx
Dikurangi dengan :
(Rp xx)
Pembelianbersih Rp xx
Rp xx
Rp xx
Setelah mengetahui jumlah barang untuk dijual, kita selanjutnya dapat menghitung harga pokok
penjualan (HPP).
Unsur-unsur HPP :
Perhitungan HPP
Rp xx
(Rp xx)
SOAL :
1.
PD SUKSES ABADI
Neraca saldo
No.
Nama Akun Debet Kredit
Akun
103 Persediaan barang dagang Rp 1.500.000,00
Jika persediaan barang dagang per 31 Desember 2010 Rp 1.900.000,00. Berapa Harga Pokok
Penjualannya?
JAWAB :
Rp 2.300.000,00
Rp 2.600.000,00
Dikurangi dengan :
(Rp 350.000,00)
1. Perhitungan HPP :
Rp 8.100.000,00
(Rp 1.300.000,00)
Home
Update dan postingan baru dari blog ini bisa anda temukan di website accounting yang baru
(Accounting, Financial & Tax). Di situs yang baru ini makin banyak topik di bahas, berbagai accounting
standard, concept dan contoh kasus yang bervariasi. Dengn ciri khas yang sama: detail, mendalam,
dan practical. Diupdate setiap hari, termasuk perkembangan terkini dari international accounting
standard [IAS], International Financial Reporting Standard [IFRS], GAAP Codification [ASC], Auditing
Standard, dll. Dan, semuanya disajikan dengan interface yang lebih user friendly, clear navigation
yang mengkaitkan antara satu topic dengan topic lain, dengan tingkat accuracy yang selalu dievaluasi
dari waktu ke waktu.
"Accounting theories and concept" adalah penting, akan tetapi apalah artinya concept dan theory jika
tidak diwujudkan dalam tingkatan implementasi.
Per 2011, saya juga aktif menulis di JurnalAkuntansiKeuangan.com (JAK) yang di launch baru-baru ini.
Apr 8, 2008
Sekarang kita memasuki Harga Pokok Penjulana (COGS) untuk Usaha Dagang (Trading). Di artikel ini
akan dibahas mengenai alur, jurnal, perhitungan, dan pelaporan Harga Pokok Penjualan (COGS).
Inventory Valuation akan menjadi salah satu topic penting. Kajian perpajakan terkait dengan COGS akan
menjadi penutup artikel ini.
Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya: Harga Pokok Penjualan (COGS) – Basic, bahwa untuk
usah dagang (trading), entah itu wholesaler maupun retailer, perhitungan harga pokok penjualannya
lebih sederhana dibandingkan dengan usaha manufaktur (Industry), namun demikian usaha dagang
memiliki characteristic yang khas, antara lain :
[-]. Tidak menggunakan mesin produksi, oleh karenanya tidak akan ada depreciation cost atas mesin.
Mungkin ada depreciation cost atas peralatan. Misal : peralatan vacuum untuk packing.
[-]. Tidak ada Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), jikapun ada tenaga kerja yang terlibat dalam
membawa barang tersebut menjadi siap untuk dijual, cost-nya sulit untuk dialokasikan sebagai Upah
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), oleh karenanya upah tenaga kerja seperti ini biasanya
dibebankan sebagai bagian dari “Overhead Cost” i.e.: Ongkos packing.
[-]. Cost perusahaan dagang siklusnya lebih pendek.
[-]. Menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan dagang yang menjual barang yang relative sama dalam
jenis, ukuran dan kwalitas, oleh karenanya diperlukan penerapan methode tertentu untuk menilai
barang persediaannya (Inventory Valuation) yang tentunya juga akan berpengaruh langsung terhadap
pembebanan inventory cost-nya.
Harga Pokok Penjualan usaha dagang terdiri dari 2 kelompok besar yaitu: Persediaan Barang (Inventory )
dan Overhead saja.
A. Inventory :
Adalah persediaan barang dagangan yang diperoleh dari sisa persediaan periode sebelumnya yang
dalam akuntansi kita sebut sebagai saldo awal persediaan (opening balance) ditambah dengan
pembelian pada periode yang sama, dikurangi dengan sisa persediaan di akhir periode (Saldo Akhir =
Closing Balance), itulah inventory Cost yang dibebankan sebagai Harga Pokok Penjualan.
Jika kita konstruksi,maka struktur lengkap inventory-nya akan seperti dibawah ini:
A.2. Purchase:
A.2.a. Purchase
A.2.b. Freight In
A.2.c. Discount
A.2.d. Return
A.3. Sales
B. Overhead:
Elemen HPP (COGS) usaha dagang yang kedua adalah overhead, yaitu cost yang berpengaruh secara
tidak langsung terhadap harga pokok penjualan, berikut adalah overhead cost yang biasa muncul pada
usaha dagang:
B.1. Packing
B.2. Warehousing
B.3. Freight Out
Akumulasi semua element cost diatas itulah Total Harga Pokok Penjualan usaha dagang.
Detail dari masing-masing elemen di atas akan kita bahas pada sub-topic berikut ini.
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa elemen COGS perusahaan dagang terdiri dari kelompok
besar yaitu: Inventory dan Overhead Cost.
Setiap proses akuntansi yang terkait dengan Neraca selalu berawal dari: Neraca berupa saldo awal
(Opening Balance), dilanjutkan dengan Current Activities (Transaksi Debit [minus] Transaksi Credit), yang
pada akhirnya akan bermuara ke Neraca kembali berupa saldo akhir (Closing Balance).
Demikian halnya dengan Inventory, Inventory adalah bagian dari Neraca. Maka alur inventory juga
berawal dari saldo awal inventory, selanjutnya:
Jika terjadi pembelian barang dagangan, maka saldo inventory akan bertambah juga.
Jurnalnya:
Dan jika terjadi penjualan barang dagangan , maka saldo inventory akan berkurang. Pada saat terjadi
penjualan inilah Inventory Cost diakui:
Jurnalnya:
Catatan: COGS adalah cost yang akan menjadi faktor pengurang Laba, seperti kita ketahui Laba adalah
element Neraca. Berkurangnya inventory pada aktiva di seimbangkan oleh berkurangnya laba pada
pasiva. Sehingga Neraca akan tetap dalam kondisi balance.
Karena ini transaksi penjualan, maka penjualan diakui di saat yang sama
Jurnalnya:
Catatan: Sales adalah revenue yang akan menjadi faktor penambah Laba, Laba adalah element Neraca.
Berkurangnya Cash/Piutang pada aktiva di seimbangkan oleh bertambahnya laba pada pasiva.
Jika kita gambarkan dalam bentuk diagram, maka alur transaksi harga pokok penjualan akan menjadi
seperti dibawah ini:
Inventory Cost :
Purchase:
Purchase + Freight In – Discount - Return
Case:
UD. Sinar Kasih, pedagang kain di Pasar Tanah Abang , pada tanggal 01 Maret memiliki
persediaan kain dengan nilai Rp 1,000,000,- Selama bulan Maret UD. Sinar Kasih, untuk bisa
melayani semua pesanan dan penjualan, UD Sinar Kasih membeli kain dari Bandung senilai Rp
48,000,000 ditambah ongkos kirim sebanyak Rp 1,000,000. Selama bulan Maret UD Sinar kasih
berhasil melakukan penjualan sebesar Rp 65,000,000. pada tanggal 31 Maret UD. Sinar Kasih
membayar Listrik Rp 350,000, PAM Rp 50,000, Sewa toko Rp 10,000,000, Gaji pegawai toko
Rp 800,000 dan ongkos kirim barang ke pelanggan sebesar Rp 500,000. Setelah dihitung fisik
kainnya, diketahui saldo akhir persediaan kain adalah Rp 300,000 saja.
Problems:
[1]. Berapa Harga Pokok Penjualan UD Sinar Kasih untuk periode Maret?
[2]. Berapa Laba Kotor UD. Sinar Kasih untuk Maret?
Solving:
Overhead Cost :
Apakah listrik termasuk? Tidak karena berapapun jumlah transaksi biaya listrik tetap
Apakah PAM termasuk? Tidak
Sewa Toko termasuk? Tidak
Gaji pegawai toko termasuk? Tidak
Ongkos kirim kain ke pelanggan? Termasuk, Rp 500,000
Mudah bukan?
Begitulah typically contoh kasus yang biasa kita jumpai, semudah itu.
Pernahkah berpikir: Darimana Saldo Akhir persediaan sebesar Rp 300,000 ribu di atas
diperoleh?. Ini kuncinya!
Gampangnya?
Kalau barang tersebut sifatnya unique (berbeda antara barang yang satu dengan yang lainnya,
dari: harganya, ukuran, kwalitas, warna, unit price) tentu mudah untuk kita manage, apalagi jika
barangnya sedikit. Tinggal pasang sticker/hanging tag pada masing-masing barang (per batch),
isi specification & unit price di masing-masing sticker. Trus di akhir periode lakukan
PHYSICAL COUNT…. Bang ! dapat sudah. Itu namanya menggunakan PHYSICAL COUNT
METHOD.
Susahnya?
Bagaimana jika barangnya tunggal, dan tidak unique, fisiknya semua sama, warna sama, bentuk
sama, ukuran sama, kwalitas juga sama atau relative sama, yang dijual barang itu-itu saja dari
periode ke periode, tetapi harga belinya variatif, beda-beda, harga jualpun beda-beda tentunya.
Bagaimana menghitungnya? Begaimana menentukan Inventory-nya, Bagaimana menentukan
Inventory Cost-nya?. Bukankah harga beli diketahui, seharusnya bisa menentukan berapa
inventory costnya. Tetapi kadang-kadang sisa barang 2 hari yang lalu harganya Rp 5/biji
sebanyak 5 biji, trus tadi beli sebanyak 10 biji harganya Rp 6, sementara tadi laku 11 biji. Trus
harga pokoknya dihitung berapa? Rp 5/biji atau Rp 6 per biji?.
Okay, kita punya 3 pilihan methode untuk menentukan Harga Pokok sekaligus nilai
persediaan di akhir periode nanti, yaitu:
Case:
UD. Cahaya Murni adalah toko yang menjual gula tebu. Pada tanggal 01 Maret diketahui Jumlah
persediaan sebanyak 100 Kg, dengan nilai Rp 300,000. Dan dari buku catatan nampak transaksi
seperti dibawah ini:
Jika kita summarize maka menjadi:
Problem:
Seperti saya sebutkan di atas, bahwa persediaan type ini dapat kita ukur hitung dengan menggunakan 3
methode. Kita akan coba hitung dengan menggunakan masing-masing methode di atas:
Harga Pokok (Inventory Cost) Barang yang terjual per unit-nya ditentukan dengan menjumlahkan saldo
awal dengan nilai pembelian, lalu dibagi dengan Quantity saldo akhir ditambah dengan Quantity barang
yang dibeli. Formulasinya:
HPP/Unit = (Rp Saldo awal + Rp Pembelian) : (Qty Saldo Awal + Qty pembelian)
Jika saya teruskan semua transaksi maka tabelnya akan seperti dibawah ini:
FIFO acronym dari “First In First Out” maksudnya, barang yang masuk duluanlah yang dijual terlebih
dahulu.
Transaksi 1 Maret:
Karena barang yang ada hanya saldo awal 100 kg, maka yang dijual sebanyak 40 kg menggunakan unit
cost saldo awalnya = 300,000 : 100 = Rp 3,000
Total HPP 1 Maret = Rp 3,000 x 40 kg = Rp 120,000
Closing Balance = Rp 300,000 – 120,000 = Rp 180,000
Transaksi 10 Mar:
Pembelian 30 kg seharga Rp 3,100/kg, total pembelian = Rp 93,000,-
Terjual 65 kg, menggunakan unit cost yang mana?
Karena tanggal 1 Mar sudah laku 40 kg, maka sisa barang yang menggunakan unit price sebelumnya
tinggal 60 kg, tidak cukup untuk menutup penjualan yang 65 kg, maka:
60 kg menggunakan unit price Rp 3,000
5 kg menggunakan unit price Rp 3,100
Jika dimasukkan ke dalam table maka akan menjadi seperti dibawah ini:
Ok, kita coba hitung dengan methode ini seperti apa hasilnya?
Transaksi tanggal 01 maret bisa kita ketahui hasilnya akan sama dengan methode yang lainnya,
so tidak perlu kita coba.
Kesimpulan :
Kajian Perpajakan
COGS atau Harga Pokok Penjualan adalah vital dalam perhitungan pajak, tinggi rendahnya PPh
sangat dipengaruhi oleh Harga Pokok Penjualan. Untuk nilai penjualan yang sama, semakin
tinggi Harga Pokok Penjualannya, maka semakin rendahlah labanya, sudah tentu pajaknya juga
akan makin rendah, and vice versa.
[1]. Freight: freight adalah elemen COGS, pengakuan biaya freight harus sesuai.
COGS tertinggi berikutnya adalah “Average Method”, hampir mendekati LIFO, hanya saja
value yang diambil adalah nilai tengahnya.
FIFO, adalah yang paling rendah COGS-nya. Sekaligus yang paling realistic.
Apapun methode yang anda gunakan boleh saja, sepanjang anda terapkan secara CONSITANT.
Menggunakan LIFO, disatu sisi COGS anda saat ini akan menjadi tinggi, so anggaplah PPH
menjadi lebih rendah dibandingkan 2 method lainnya. Ingat formula COGS?
Saldo Akhir periode lalu adalah saldo awal periode sekarang, so….?
Saldo Akhir periode sekarang adalah saldo awal periode yang akan datang bukan?.
Jika COGS periode sekarang lebih tinggi, maka saldo akhir akan menjadi lebih rendah bukan?,
then? Artinya saldo awal periode yang akan datang menjadi lebih rendah dari yang seharusnya
bukan?. Untuk purchase yang sama, COGS yang sama, tetapi saldo awalnya lebih rendah dari
yang seharusnya, apakah yang akan terjadi?, COGS jadi lebih rendah juga!. So? COGS sekarang
memang lebih tinggi, tetapi tahun depan?. Lebih rendah dari yang seharusnya bukan? Bukan?
Perlu pengujian yang lebih jauh dan detail. Ada yang berminat untuk mengotak-atiknya selepas
kerja? Daripada nonton sinetron… :P
Rumus Menghitung Harga Pokok Pejualan
Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur
yang berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Unsur-unsur itu antara lain:
- persediaan awal barang dagangan;
- pembelian;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- potongan pembelian
Keterangan
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian
– potongan pembelian
Atau
Barang yang dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut Pembelian – retur
pembelian – potongan pembelian
Persediaan akhir barang yang tersedia (dikuasai) pada akhir periode akuntansi.
Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan.
Perhatikan bagan di bawah ini.