Anda di halaman 1dari 24

RUMUS UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)

HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)

1. Pengertian Harga Pokok Penjualan.


Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual.

Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan.


1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga
pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari
harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.

2. Rumus Menghitung Penjualan Bersih.


Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai salah satu unsur dari pendapatan Perusahaan.
Unsur-unsur dalam penjualan bersih terdiri dari:
- penjualan kotor;
- retur penjualan;
- potongan penjualan;
- penjualan bersih.

Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:


Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – potongan penjualan.

Contoh:
Diketahui penjualan Rp. 25.000.000,-
Retur penjualan Rp. 125.000,-
Potongan penjualan Rp. 150.000,-
Hitunglah penjualan bersih!
Penjulan bersih = Rp. 25.000.000,- – Rp. 125.000,- – Rp. 150.000,- = Rp. 24.725.000,-

3. Rumus Menghitung Pembelian Bersih.


Pembelian bersih adalah sebagai salah satu unsur dalam menghitung harga pokok penjualan.
Unsur-unsur untuk menghitung pembelian bersih terdiri dari:
- pembelian kotor;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- retur pembelian;
- potongan pembelian.
Untuk menghitung pembelian bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembelian bersih = pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan
pembelian.

4. Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan.


Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur yang
berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Unsur-unsur itu antara lain:
- persediaan awal barang dagangan;
- pembelian;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- potongan pembelian

Rumus harga pokok penjualan:


HPP = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih – persediaan akhir
HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir

Keterangan :
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan
pembelian.
Atau
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut
Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian

5. Pengertian Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan sumber pendapatan dan beban suatu
perusahaan (dagang) selama periode akuntansi.
Untuk Menghitung laba rugi perusahaan adalah:
Laba bersih = laba kotor – beban usaha.
Beban uasaha dalam perusahaan dagang ada dua kelompok.
1. Beban penjualan ialah biaya yang langsung dengan penjualan.
2. Beban administrasi/umum ialah biaya-biaya yang tidak langsung dengan penjualan.
Untuk menghitung laba kotor adalah:
Laba kotor = penjualan bersih – harga pokok penjualan.
Sedangkan untuk menghitung penjualan bersih adalah :
Penjualan bersih = penjualan – retur penjualan dan pengurangan harga – potongan penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP)
Posted by yonne_chapy on Februari 24, 2012

Posted in: acced. 6 komentar

Selamat siang semuaa..


lagi menggalau d perpus niih, nunggu jemputan

daripada gag ngapa2in,, mending berbagi ilmu..

hahaha…

selamat membaca dan selamat belajar )

Harga Pokok Penjualan

Laporan keuangan perusahaan dagang berbeda dengan laporan keuangan perusahaan jasa.
Misalnya dalam hal sumber pendapatan. Dalam hal sumber pendapatan pendapat perusahaan jasa
adalah pemberian jasa dari konsumen. Sumber pendapatan perusahaan dagang berasal dari
penjualan barang dagang. Seperti yang telah kita bahas, perbedaan pendapatan tercermin pada
pencatatan akuntansinya. Kita akan mulai pembahasan kita dengan menghitung harga pokok
penjualan.

Untuk menghitung laba kotor, terlebih dahuli kita menghitung harga pokok penjualan.

Unsur utama dari harga pokok penjualan yaitu pembelian bersih.Setelah menghitung pembelian
bersih, kita juga perlu menghitung jumlah barang yang tersdia untuk dijual merupakan unsure
utama dari harga pokok penjualan. Perhitungan harga pokok penjualan dapat dilakukan hanya
setelah nilai barang yang tersedia untuk dijual diketahui.

Penghitungan Pembelian Bersih

Pembelian barang dagang bersih :

Pembelian barang dagang kredit Rp  xx  

Pembelian barang dagang tunai Rp  xx  

    Rp  xx

Beban angkut pembelian   Rp  xx


    Rp  xx

Dikurangi dengan :    

      Retur pembelian Rp  xx  

      Potongan pembelian Rp  xx  

    (Rp  xx)

Pembelianbersih   Rp  xx

Penghitungan Jumlah barang yang tersedia untuk dijual:

Persediaan barang dagang awal     Rp  xx

      Pembelian barang dagang Rp  xx    

      Beban angkut pembelian Rp  xx    

    Rp  xx  

      Retur pembelian Rp  xx    

      Potongan pembelian Rp  xx    

    Rp xx  

Pembelian bersih     Rp  xx

Barang yang tersedia untuk dijual     Rp  xx

Setelah mengetahui jumlah barang untuk dijual, kita selanjutnya dapat menghitung harga pokok
penjualan (HPP).

Unsur-unsur HPP :

-          Persediaan barang dagang awal

-          Pembelian (kredit+tunai)


-          Beban angkut pembelian

-          Retur pembelian dan pengurangan harga

-          Potongan pembelian

-          Persediaan barang dagang (akhir)

Perhitungan HPP

Persediaan barang dagang (awal)     Rp  xx

       Pembelian (kredit+tunai) Rp  xx    

       Beban angkut pembelian Rp  xx    

    Rp  xx  

       Retur pembelian dan potongan harga Rp  xx    

       Potongan pembelian Rp  xx    

    (Rp  xx)  

Pembelian bersih     Rp  xx

Barang tersedia untuk dijual     Rp  xx

Persediaan barang dagang (akhir)     (Rp  xx)

Harga Pokok penjualan     Rp  xx

SOAL :

1. Apasajakah unsure-unsur  Harga pokok penjualan?


2. Perhatikan akun-akun berikut :

Pembelian kredit                     Rp 1.500.000,00

Pembelian Tunai                      Rp   800.000,00

Retur pembelian dan ph          Rp   200.000,00


Potongan pembelian                Rp   150.000,00

Beban angkut penjualan          Rp   400.000,00

Beban angkut pembelian         Rp   300.000,00

Berapakah Jumlah pembelian bersihnya?

1.

PD SUKSES ABADI

Neraca saldo

Per 31 Desember 2010

No.
Nama Akun Debet Kredit
Akun
103 Persediaan barang dagang Rp 1.500.000,00

501 Pembelian Rp 7.500.000,00

502 Beban angkut pembelian Rp    600.000,00

503 Retur pembelian dan potongan harga Rp      900.000,00

504 Potongan pembelian Rp      400.000,00

401 Penjualan Rp 18.100.000,00

402 Retur Penjualan dan potongan harga Rp 1.300.000,00

403 Potongan Penjualan Rp    250.000,00

Jika persediaan barang dagang per 31 Desember 2010 Rp 1.900.000,00. Berapa Harga Pokok
Penjualannya?

JAWAB :

1. Unsur-unsur HPP meliputi :


1. Persediaan barang dagang awal
2. Pembelian (kredit-tunai)
3. Beban angkut pembelian
4. Retur pembelian dan pengurangan harga
5. Potongan pembelian
6. Persediaan barang dagang (akhir)
2. Perhitungan pembelian bersih
3. 3.      Pembelian barang dagang bersih :

Pembelian barang dagang kredit Rp  1.500.000,00  

Pembelian barang dagang tunai Rp     800.000,00  

    Rp  2.300.000,00

Beban angkut pembelian   Rp     300.000,00

    Rp  2.600.000,00

Dikurangi dengan :    

      Retur pembelian Rp     200.000,00  

      Potongan pembelian Rp     150.000,00  

    (Rp     350.000,00)

Pembelianbersih   Rp  2.250.000,00

1. Perhitungan HPP :

Persediaan barang dagang (awal) Rp  1.500.000,00

       Pembelian (kredit+tunai) Rp  7.500.000,00

       Beban angkut pembelian Rp     600.000,00

  Rp   8.100.000,00

       Retur pembelian dan potongan harga Rp     900.000,00

       Potongan pembelian Rp     400.000,00

  (Rp  1.300.000,00)

Pembelian bersih Rp   6.800.000,00

Barang tersedia untuk dijual Rp   8.300.000,00

Persediaan barang dagang (akhir) (Rp  1.900.000,00)

Harga Pokok penjualan Rp   6.400.000,00


ACCOUNTING, FINANCE & TAXATION

Articles & Tips : Accounting, Financial & Taxation

 Home
Update dan postingan baru dari blog ini bisa anda temukan di website accounting yang baru
(Accounting, Financial & Tax). Di situs yang baru ini makin banyak topik di bahas, berbagai accounting
standard, concept dan contoh kasus yang bervariasi. Dengn ciri khas yang sama: detail, mendalam,
dan practical. Diupdate setiap hari, termasuk perkembangan terkini dari international accounting
standard [IAS], International Financial Reporting Standard [IFRS], GAAP Codification [ASC], Auditing
Standard, dll. Dan, semuanya disajikan dengan interface yang lebih user friendly, clear navigation
yang mengkaitkan antara satu topic dengan topic lain, dengan tingkat accuracy yang selalu dievaluasi
dari waktu ke waktu.

"Accounting theories and concept" adalah penting, akan tetapi apalah artinya concept dan theory jika
tidak diwujudkan dalam tingkatan implementasi.

Per 2011, saya juga aktif menulis di JurnalAkuntansiKeuangan.com (JAK) yang di launch baru-baru ini.

Salam, Lie Dharma Putra

Apr 8, 2008

HARGA POKOK PENJUALAN (COGS) – Usaha Dagang (Trading)

Sekarang kita memasuki Harga Pokok Penjulana (COGS) untuk Usaha Dagang (Trading). Di artikel ini
akan dibahas mengenai alur, jurnal, perhitungan, dan pelaporan Harga Pokok Penjualan (COGS).
Inventory Valuation akan menjadi salah satu topic penting. Kajian perpajakan terkait dengan COGS akan
menjadi penutup artikel ini.

Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya: Harga Pokok Penjualan (COGS) – Basic, bahwa untuk
usah dagang (trading), entah itu wholesaler maupun retailer, perhitungan harga pokok penjualannya
lebih sederhana dibandingkan dengan usaha manufaktur (Industry), namun demikian usaha dagang
memiliki characteristic yang khas, antara lain :

[-]. Tidak menggunakan mesin produksi, oleh karenanya tidak akan ada depreciation cost atas mesin.
Mungkin ada depreciation cost atas peralatan. Misal : peralatan vacuum untuk packing.

[-]. Tidak ada Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), jikapun ada tenaga kerja yang terlibat dalam
membawa barang tersebut menjadi siap untuk dijual, cost-nya sulit untuk dialokasikan sebagai Upah
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), oleh karenanya upah tenaga kerja seperti ini biasanya
dibebankan sebagai bagian dari “Overhead Cost” i.e.: Ongkos packing.
[-]. Cost perusahaan dagang siklusnya lebih pendek.

[-]. Menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan dagang yang menjual barang yang relative sama dalam
jenis, ukuran dan kwalitas, oleh karenanya diperlukan penerapan methode tertentu untuk menilai
barang persediaannya (Inventory Valuation) yang tentunya juga akan berpengaruh langsung terhadap
pembebanan inventory cost-nya.

Struktur Harga Pokok Penjualan (COGS) Usaha Dagang

Harga Pokok Penjualan usaha dagang terdiri dari 2 kelompok besar yaitu: Persediaan Barang (Inventory )
dan Overhead saja.

A. Inventory :

Adalah persediaan barang dagangan yang diperoleh dari sisa persediaan periode sebelumnya yang
dalam akuntansi kita sebut sebagai saldo awal persediaan (opening balance) ditambah dengan
pembelian pada periode yang sama, dikurangi dengan sisa persediaan di akhir periode (Saldo Akhir =
Closing Balance), itulah inventory Cost yang dibebankan sebagai Harga Pokok Penjualan.

Jika kita konstruksi,maka struktur lengkap inventory-nya akan seperti dibawah ini:

A.1. Opening Balance

A.2. Purchase:
A.2.a. Purchase
A.2.b. Freight In
A.2.c. Discount
A.2.d. Return

A.3. Sales

A.4. Closing Balance

B. Overhead:

Elemen HPP (COGS) usaha dagang yang kedua adalah overhead, yaitu cost yang berpengaruh secara
tidak langsung terhadap harga pokok penjualan, berikut adalah overhead cost yang biasa muncul pada
usaha dagang:
B.1. Packing
B.2. Warehousing
B.3. Freight Out

Akumulasi semua element cost diatas itulah Total Harga Pokok Penjualan usaha dagang.

Detail dari masing-masing elemen di atas akan kita bahas pada sub-topic berikut ini.

Alur, Siklus Transaksi dan Jurnalnya

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa elemen COGS perusahaan dagang terdiri dari kelompok
besar yaitu: Inventory dan Overhead Cost.

Alur dan siklus Transaksi Inventory Cost:

Setiap proses akuntansi yang terkait dengan Neraca selalu berawal dari: Neraca berupa saldo awal
(Opening Balance), dilanjutkan dengan Current Activities (Transaksi Debit [minus] Transaksi Credit), yang
pada akhirnya akan bermuara ke Neraca kembali berupa saldo akhir (Closing Balance).

Demikian halnya dengan Inventory, Inventory adalah bagian dari Neraca. Maka alur inventory juga
berawal dari saldo awal inventory, selanjutnya:

Jika terjadi pembelian barang dagangan, maka saldo inventory akan bertambah juga.

Jurnalnya:

[Debit]. Inventory à Menambah saldo inventory di Neraca


[Credit]. Cash / Utang à Mengurangi saldo Kas di Neraca

Dan jika terjadi penjualan barang dagangan , maka saldo inventory akan berkurang. Pada saat terjadi
penjualan inilah Inventory Cost diakui:

Jurnalnya:

[Debit]. Cost of Goods Sold à Menambah Saldo COGS di Laba Rugi


[Credit]. Inventory à Mengurangi saldo Inventory di Neraca

Catatan: COGS adalah cost yang akan menjadi faktor pengurang Laba, seperti kita ketahui Laba adalah
element Neraca. Berkurangnya inventory pada aktiva di seimbangkan oleh berkurangnya laba pada
pasiva. Sehingga Neraca akan tetap dalam kondisi balance.
Karena ini transaksi penjualan, maka penjualan diakui di saat yang sama

Jurnalnya:

[Debit]. Cash/Piutang à Menambah Saldo Cash atau Piutang di Neraca


[Credit]. Sales à Menambah saldo penjualan di Laba Rugi

Catatan: Sales adalah revenue yang akan menjadi faktor penambah Laba, Laba adalah element Neraca.
Berkurangnya Cash/Piutang pada aktiva di seimbangkan oleh bertambahnya laba pada pasiva.

Jika kita gambarkan dalam bentuk diagram, maka alur transaksi harga pokok penjualan akan menjadi
seperti dibawah ini:

Perhitungan COGS Usaha Dagang


Perhitungan Harga Pokok Penjualan usaha dagang sederhana saja :

HPP (COGS) = Inventory Cost + Overhead

Inventory Cost :

Opening Balance + Purchase - Closing Balance

Purchase:
Purchase + Freight In – Discount - Return

Case:

UD. Sinar Kasih, pedagang kain di Pasar Tanah Abang , pada tanggal 01 Maret memiliki
persediaan kain dengan nilai Rp 1,000,000,- Selama bulan Maret UD. Sinar Kasih, untuk bisa
melayani semua pesanan dan penjualan, UD Sinar Kasih membeli kain dari Bandung senilai Rp
48,000,000 ditambah ongkos kirim sebanyak Rp 1,000,000. Selama bulan Maret UD Sinar kasih
berhasil melakukan penjualan sebesar Rp 65,000,000. pada tanggal 31 Maret UD. Sinar Kasih
membayar Listrik Rp 350,000, PAM Rp 50,000, Sewa toko Rp 10,000,000, Gaji pegawai toko
Rp 800,000 dan ongkos kirim barang ke pelanggan sebesar Rp 500,000. Setelah dihitung fisik
kainnya, diketahui saldo akhir persediaan kain adalah Rp 300,000 saja.

Problems:

[1]. Berapa Harga Pokok Penjualan UD Sinar Kasih untuk periode Maret?
[2]. Berapa Laba Kotor UD. Sinar Kasih untuk Maret?

Solving:

[1]. Harga Pokok Penjualan:

HPP = Inventory Cost + Overhead

Inventory Cost = Opening Balance + Purchase – Closing Balance


Inventory Cost = 1,000,000 + (48,000,000+1,000,000) – 300,000
Inventory Cost = 49,700,000

Overhead Cost :
Apakah listrik termasuk? Tidak karena berapapun jumlah transaksi biaya listrik tetap
Apakah PAM termasuk? Tidak
Sewa Toko termasuk? Tidak
Gaji pegawai toko termasuk? Tidak
Ongkos kirim kain ke pelanggan? Termasuk, Rp 500,000

Overhead Cost = Rp 500,000

Harga Pokok Penjualan = Rp 49,700,000 + 500,000 = Rp 50,200,000

[2]. Laba Kotor : Sales – Harga Pokok Penjualan

Laba Kotor = Rp 65,000,000 – 50,200,000 = Rp 14,800,000,-

Mudah bukan?
Begitulah typically contoh kasus yang biasa kita jumpai, semudah itu.

Pernahkah berpikir: Darimana Saldo Akhir persediaan sebesar Rp 300,000 ribu di atas
diperoleh?. Ini kuncinya!

Inventory Valuation & Penentuan COGS


Menilai persediaan barang gampang-gampang susah.

Gampangnya?

Kalau barang tersebut sifatnya unique (berbeda antara barang yang satu dengan yang lainnya,
dari: harganya, ukuran, kwalitas, warna, unit price) tentu mudah untuk kita manage, apalagi jika
barangnya sedikit. Tinggal pasang sticker/hanging tag pada masing-masing barang (per batch),
isi specification & unit price di masing-masing sticker. Trus di akhir periode lakukan
PHYSICAL COUNT…. Bang ! dapat sudah. Itu namanya menggunakan PHYSICAL COUNT
METHOD.

Susahnya?

Bagaimana jika barangnya tunggal, dan tidak unique, fisiknya semua sama, warna sama, bentuk
sama, ukuran sama, kwalitas juga sama atau relative sama, yang dijual barang itu-itu saja dari
periode ke periode, tetapi harga belinya variatif, beda-beda, harga jualpun beda-beda tentunya.
Bagaimana menghitungnya? Begaimana menentukan Inventory-nya, Bagaimana menentukan
Inventory Cost-nya?. Bukankah harga beli diketahui, seharusnya bisa menentukan berapa
inventory costnya. Tetapi kadang-kadang sisa barang 2 hari yang lalu harganya Rp 5/biji
sebanyak 5 biji, trus tadi beli sebanyak 10 biji harganya Rp 6, sementara tadi laku 11 biji. Trus
harga pokoknya dihitung berapa? Rp 5/biji atau Rp 6 per biji?.

Okay, kita punya 3 pilihan methode untuk menentukan Harga Pokok sekaligus nilai
persediaan di akhir periode nanti, yaitu:

[1]. Average Method


[2]. FIFO Method
[3]. LIFO Method

Case:

UD. Cahaya Murni adalah toko yang menjual gula tebu. Pada tanggal 01 Maret diketahui Jumlah
persediaan sebanyak 100 Kg, dengan nilai Rp 300,000. Dan dari buku catatan nampak transaksi
seperti dibawah ini:
Jika kita summarize maka menjadi:

Problem:

Berapa Inventory Cost UD. Cahaya Murni di akhir periode Maret?


Berapa Nilai Persediaan UD. Cahaya Murni di akhir periode Maret?
Berapa Laba Kotor UD. Cahaya Murni jika tidak ada Overhead Cost?

Seperti saya sebutkan di atas, bahwa persediaan type ini dapat kita ukur hitung dengan menggunakan 3
methode. Kita akan coba hitung dengan menggunakan masing-masing methode di atas:

[1]. Metode Rata-rata (Average Method)

Harga Pokok (Inventory Cost) Barang yang terjual per unit-nya ditentukan dengan menjumlahkan saldo
awal dengan nilai pembelian, lalu dibagi dengan Quantity saldo akhir ditambah dengan Quantity barang
yang dibeli. Formulasinya:

HPP/Unit = (Rp Saldo awal + Rp Pembelian) : (Qty Saldo Awal + Qty pembelian)

Total HPP terjual = HPP/Unit x Qty terjual

Saldo Akhir = Saldo Awal + Pembelian - Penjualan

Pada contoh kasus di atas:

HPP/Unit penjualan 01-Mar:

HPP/Unit = (Rp 300,000+0) : (100+0)


HPP/Unit = Rp 300,000 : 100 = Rp 3,000,-
Total HPP terjual = Rp 3,000 x 40 = Rp 120,000

Saldo Akhir = Rp 300,000 + 0 – 120,000 = Rp 180,000

Demikian setrusnya hingga akhir periode.

Jika saya teruskan semua transaksi maka tabelnya akan seperti dibawah ini:

Catatan : Perhatikan summary


COGS = Rp 396,565
Closing Balance = Rp 206,435

Kita uji dengan rumus:


Closing Balance = Opening Balance + Purchase - COGS
Closing Balance = 300,000 + 303,000 - 396,565
Closing Balance = Rp 206,435,-

[2]. FIFO Method

FIFO acronym dari “First In First Out” maksudnya, barang yang masuk duluanlah yang dijual terlebih
dahulu.

Transaksi 1 Maret:
Karena barang yang ada hanya saldo awal 100 kg, maka yang dijual sebanyak 40 kg menggunakan unit
cost saldo awalnya = 300,000 : 100 = Rp 3,000
Total HPP 1 Maret = Rp 3,000 x 40 kg = Rp 120,000
Closing Balance = Rp 300,000 – 120,000 = Rp 180,000

Transaksi 10 Mar:
Pembelian 30 kg seharga Rp 3,100/kg, total pembelian = Rp 93,000,-
Terjual 65 kg, menggunakan unit cost yang mana?
Karena tanggal 1 Mar sudah laku 40 kg, maka sisa barang yang menggunakan unit price sebelumnya
tinggal 60 kg, tidak cukup untuk menutup penjualan yang 65 kg, maka:
60 kg menggunakan unit price Rp 3,000
5 kg menggunakan unit price Rp 3,100

Total HPP 10 Maret:


60 x 3,000 = 180,000
5 x 3,100 = 15,500
----------------------- (+)
Total HPP = 195,500,-

Jika dimasukkan ke dalam table maka akan menjadi seperti dibawah ini:

Catatan : Perhatikan juga summary


Jika mau uji, silahkan gunakan formula COGS seperti yang saya lakukan di average method.

[3]. LIFO Method


LIFO stand for “Last In First Out”. Maksudnya “Barang yang masuk belakangan dijual terlebih
dahulu”. Kedengarannya aneh. Memang aneh karena cara ini akan membuat HPP menjadi tidak
realistic. Pikirkan, cost yang dibebankan menggunakan cost dari pembelian terakhir, tanpa
memperhitungkan adanya kemungkinan barang yang terjual tercampur antara persediaan yang
menggunakan harga lama ditambah dengan barang baru dengan harga baru. Di negara luar
(misalnya USA) methode ini sangat tidak dianjurkan, bahkan dianggap praktek illegal, jikapun
ada yang mengguanakan methode ini, maka akan diawasi sangat ketat oleh pemerintahnya.

Ok, kita coba hitung dengan methode ini seperti apa hasilnya?

Transaksi tanggal 01 maret bisa kita ketahui hasilnya akan sama dengan methode yang lainnya,
so tidak perlu kita coba.

Langsung ke transaksi tanggal 10 Maret:

Saldo awal 60 kg dengan unit cost 3,000


Pembelian 30 kg seharga Rp 3,100/kg, total pembelian = Rp 93,000,-
Terjual 65 kg, menggunakan unit cost yang mana?

Sesuai konsepnya: Last In First Out, maka:


30 kg x Rp 3,100 = 93,000
35 kg x Rp 3,000 = 105,000
---------------------------- (+)
Total HPP = 198,000,-

Tabelnya menjadi seperti ini:


Catatan: Perhatikan juga summary-nya

Kesimpulan :

Menggunakan masing-masing method di atas hasilnya (perhatikan summary di masing-masing


tabel):

Opening Balance tetap sama :


Qty = 100 kg, Rp 300,000

Purchase tetap sama :


Qty = 95 kg, Rp 303,000

COGS quantity sama 135 kg, tapi value-nya berbeda:


Average = 396,565
FIFO = 393,000
LIFO = 398,000

Closing Balance, Qty sama 65 kg, tetapi value berbeda-beda:


Average = 206,435
FIFO = 210,000
LIFO = 205,000

Kajian Perpajakan
COGS atau Harga Pokok Penjualan adalah vital dalam perhitungan pajak, tinggi rendahnya PPh
sangat dipengaruhi oleh Harga Pokok Penjualan. Untuk nilai penjualan yang sama, semakin
tinggi Harga Pokok Penjualannya, maka semakin rendahlah labanya, sudah tentu pajaknya juga
akan makin rendah, and vice versa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

[1]. Freight: freight adalah elemen COGS, pengakuan biaya freight harus sesuai.

[2]. Discount & Return atas pembelian :

Perhitungkanlah discount dengan semestinya. Lupa memperhitungkan discount akan


mengakibatkan pembebanan COGS menjadi lebih besar dari yang seharusnya, jika tidak
ketahuan oleh Ditjend pajak, tentu itu bagus, artinya COGS lebih tinggi, artinya laba lebih
rendah, pajak lebih rendah. Tetapi jika ketahuan, maka ini akan menjadi koreksi saat
pemeriksaan.

[3]. Metode Penentuan HPP & Inventory Valuation.


Jika kita perhatikan dari kesimpulan di atas, jelas bisa kita lihat bahwa menggunakan LIFO
method akan menghasilkan COGS paling tinggi. Mengapa? Karena trend harga pembelian
terus meningkat. Ingat konsep LIFO, unit cost yang dipakai sebagai dasar penghitung HPP
adalah harga pembelian yang the most recent (terkini?). Kita tahu di negara kita tercinta ini
Inflasi cenderung meningkat dari bulan ke bulan and tahun ke tahun. Kejadian harga turun
adalah langka. Menggunakan LIFO method akan menghasilkan PPh paling rendah!

COGS tertinggi berikutnya adalah “Average Method”, hampir mendekati LIFO, hanya saja
value yang diambil adalah nilai tengahnya.

FIFO, adalah yang paling rendah COGS-nya. Sekaligus yang paling realistic.

Apakah anda akan beralih ke LIFO?

Apapun methode yang anda gunakan boleh saja, sepanjang anda terapkan secara CONSITANT.

Apakah masih mau memakai LIFO? Untuk mengurangi PPh? Mau?.

Reveal this (anggap ini PR)!!!:

Menggunakan LIFO, disatu sisi COGS anda saat ini akan menjadi tinggi, so anggaplah PPH
menjadi lebih rendah dibandingkan 2 method lainnya. Ingat formula COGS?

COGS = Saldo Awal + Purchase – Saldo Akhir

Saldo Akhir periode lalu adalah saldo awal periode sekarang, so….?
Saldo Akhir periode sekarang adalah saldo awal periode yang akan datang bukan?.

Jika COGS periode sekarang lebih tinggi, maka saldo akhir akan menjadi lebih rendah bukan?,
then? Artinya saldo awal periode yang akan datang menjadi lebih rendah dari yang seharusnya
bukan?. Untuk purchase yang sama, COGS yang sama, tetapi saldo awalnya lebih rendah dari
yang seharusnya, apakah yang akan terjadi?, COGS jadi lebih rendah juga!. So? COGS sekarang
memang lebih tinggi, tetapi tahun depan?. Lebih rendah dari yang seharusnya bukan? Bukan?
Perlu pengujian yang lebih jauh dan detail. Ada yang berminat untuk mengotak-atiknya selepas
kerja? Daripada nonton sinetron… :P
Rumus Menghitung Harga Pokok Pejualan

Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur
yang berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Unsur-unsur itu antara lain:
- persediaan awal barang dagangan;
- pembelian;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- potongan pembelian

Rumus harga pokok penjualan:

Keterangan

Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian
– potongan pembelian

Atau

Barang yang dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut Pembelian – retur
pembelian – potongan pembelian

Persediaan akhir barang yang tersedia (dikuasai) pada akhir periode akuntansi.
Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan.
Perhatikan bagan di bawah ini.

Perhatikan contoh soal berikut ini!


Diketahui:

Persediaan awal Rp.   4.600.000,-


Pembelian Rp. 12.000.000,-
Beban angkut pembelian Rp.      100.000,-
Retur pembelian Rp.      275.000,-
Potongan pembelian Rp.      125.000,-
Persediaan akhir Rp.   3.400.000,-

Hitunglah harga pokok penjualan!

Contoh dengan angka:


Soal Essay.

1. Apa yang dimaksud dengan harga pokok penjualan?


2. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan pembelian bersih?
3. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan barang yang tersedia untuk dijual?
4. Jelaskan, dengan tepat apa yang dimaksud dengan persediaan akhir?
5. Sebutkan dua manfaat harga pokok penjualan!
6. Diketahui data dalam kertas kerja adalah sebagai berikut:

Persediaan 1 Januari 2000 Rp. 250.000,-


Persediaan 31 Januari 2000 Rp. 275.000,-
Penjualan Rp. 510.000,-
Retur penjualan dan pengurangan harga Rp. 140.000,-
 
Pembelian Rp. 400.000,-
Retur pembelian dan pengurangan harga Rp. 150.000,-
Potongan pembelian Rp. 120.000,-

Hitunglah harga pokok penjualan!

Anda mungkin juga menyukai