Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANALISIS PERGERAKAN YANG DISADARI PADA SUBYEK YANG

MENGALAMI GANGGUAN GERAK DAN FUNGSI TERKAIT KASUS


DEQUERVEIN SYNDROME

Disusun Oleh :
Akbar Fitriansyah
1910301084

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
(2020)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3
C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
ISI....................................................................................................................................................4
A. DEFINISI KASUS..............................................................................................................4
B. ANATOMI...........................................................................................................................5
C. PATOFISIOLOGI..............................................................................................................5
D. BIOMEKANIK...................................................................................................................6
E. INTERVENSI FISIOTERAPI..........................................................................................6
F. EDUKASI............................................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
KESIMPULAN...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada kasus de quervein syndrome biasanya banyak dijumpai sebuah aktivitas pergerakan
dari jari-jari tangan yang aktif dan cepat terutama pada ibu jari. Pergerakan yang cepat disertai
gerakan yang berulang menyebabkan overuse pada ibu jari sehingga memicu terjadinya
pergesekan antara tendon Abductor Pollicis Longus (APL) dan Ekstensor Pollicis Brevis (EPB)
yang akan memicu rangsangan nosiseptif untuk menimbulkan persepsi nyeri. Nyeri yang
ditimbulkan pada daerah ibu jari dapat disebut dengan de quervain’s syndrome.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian De Quervain Syndrome?
b. Apa patofisiologi dari De Quervain Syndrome?
c. Intervensi apa yang diberikan fisioterapis pada kasus De Quervain Syndrome?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari De Quervain Syndrome?
b. Untuk mengetahui patofisiologi dari De Quervain Syndrome?
c. Untuk mengetahui Intervensi yang diberikan fisioterapis pada kasus De Quervain Syndrome?
BAB II
ISI

A. DEFINISI KASUS
De Quervain Syndrome merupakan bentuk peradangan dari selaput tendon yang di sertai
rasa nyeri pada pangkal ibu jari meluas sampai ke lengan bagian bawah, adanya pembengkakan
tendon serta menyebabkan dan melibatkan ruang gerak tendon menjadi sempit (dikenal dengan
istilah tenosynovitis) yang berada di sarung synovial, yaitu yang menyelubungi otot abductor
pollicis longus dan extensor pollicis brevis.
De Quervain syndrome merupakan peradangan dengan gejala rasa sakit pada tendon ibu
jari sampai ke pergelangan tangan (dikenal dengan istilah tenosinovitis). Adanya pembengkakan
tendon serta selubung tendon akan menyebabkan ruang gerak dari tendon menjadi sempit dan
dapat menimbukan adanya gesekan yang dapat menimbulkan nyeri pada pangkal ibu jari dan
meluas sampai ke lengan bagian bawah.

Gambar 1: De Quervain Syndrome Sumber: Wheeless, 2007


De Quervain’s syndrome timbul akibat penggunaan berlebihan (overuse) menyebabkan
malfungsi pembungkus tendon, pembungkus tendonakan mengalami penurunan produksi dan
kualitas cairan synovial sehingga mengakibatkan gesekan antara otot dan pembungkus tendon.
Proses gesekan yang terus menerus akan mengakibatkan inflamasi pembungkustendon, diikuti
profilerasi jaringan ikat fibrosa. Proliferasi jaringan ikat fibrosaakan memenuhi hamper seluruh
pembungkus tendon menyebabkan pergerakan tendon terbatas. Penyempitan pembungkus tendon
tersebut akan mempengaruhi pergerakan otot-otot abductor policis longus dan extensorpolicis
brevis. Jika kasus tersebut tidak segera mendapatkan penangananlebih lanjut maka akan terjadi
perlengketan tendon dengan pembungkusnya.
De Quervain syndrome merupakan nyeri akibat pemakaian tangan dalam melakukan
pekerjaan yang berulang-ulang sehingga terjadi pembengkakan serta iritasi pada procesus
styloideus lateralis dan terjadi inflamasi. De Quervain terjadi karena adanya peradangan atau
Tendosynovitis dan adanya proses degenerasi myoxid yang konsisten dengan proses
degenerative yang kronik. Tendon yang mengalami peradangan adalah tendon otot extensor
pollicis brevis dan tendon otot abductor pollicis longus yang merupakan dua otot yang bekerja
saling berdampingan yang fungsinya hampir sama yaitu menggerakkan ibu jari menjauh dari
tangan.
B. ANATOMI
1. Tulang Pembentuk Tangan Tulang atau rangka terdiri dari tulang-tulang pergelangan tangan
(ossa carpi), tulang-tulang telapak tangan (ossa metacarpi) dan ruas-ruas jari tangan (phalangis
digitorum manus).
2. Sendi Pada Tangan
a. Articulatio Articulatio yang terdapat pada sendi wrist adalah articulatio radio carpalis dan
articulatio carpo metacarpea. Articulatio radio carpalis dibentuk oleh facies articularis carpea
radii dengan ossa scapoideum, lunatum, triquetrum dengan tipe sendi ellipsoidea. Pada
articulatio carpo metacarpea dibentuk oleh permukaan proximal dari os metacarpal dengan ossa
carpal bagian distal dengan tipe sendi saddle joint.
b. Ligament Pada sendi pergelangan tangan dan tangan terdapat ligament, yaitu :
1) Ligament radio carpea volare.
2) Ligament radio carpeum dorsal.
3) Ligament Collaterale carpi radiale.
4) Ligament collaterale carpi ulnare.
5) Ligament Carpometacarpea dorsale.
6) Ligament Carpometacarpea palmar.
3. Otot-otot Pada Tangan Gerakan jari tangan terdiri dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan oposisi. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan oleh otot-otot tangan :
a. Musculus flexor pollicis brevis.
b. Musculus extensor pollicis brevis.
c. Musculus abductor pollicis longus.
d. Musculus adductor pollicis longus.
4. Persyarafan Pada Tangan
a. Nervus radialis.
b. Nervus medianus.
c. Nervus ulnaris.

C. PATOFISIOLOGI
Patologi adalah ilmu yang mempelajari sifat dan perjalanan penyakit yang meliputi :
etiologi, perubahan patologi, tanda-tanda klinis, diagnose, komplikasi serta prognosis.
1. Etiologi Penyebab dari De Quervain Syndrome belum diketahui secara pasti. Tetapi ada
beberapa faktor yang 56 dianggap menjadi penyebab dari sindrom ini yaitu :
a. Overuse Gerakan yang berlebihan dan terlalu dibebani pada sendi carpometacarpal I
dapat menyebabkan rupture dan peradangan pada daerah tersebut sebagai akibat dari pergesekan,
tekanan, dan iskemia daerah persendian (Appley dan Solomon,1995).
b. Trauma Langsung Trauma langsung yang menyerang pada tendo M. abductor pollicis
longus dan M. extensor pollicis brevis dapat menyebabkan kerusakan jaringan serta peradangan
yang bisa menimbulkan reaksi nyeri.
c. Peradangan Sendi Kerusakan persendian akibat radang dapat mengakibatkan terjadinya
erosi tulang yang terjadi pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast. Dan pada tendon terjadi tenosinovitis yang disertai invasi kolagen yang dapat
menyebabkan rupture tendo baik total maupun parsial.
2. Patofisiologi Gerakan yang berlebihan serta pembebanan yang berlebih menimbulkan adanya
pergesekan, tekanan dan iskemia pada sekitar sendi carpometacarpal I dapat menyebabkan
terjadinya rupture otot serta peradangan yang akhirnya menimbulkan nyeri pada M.abductor
pollicis longus dan M. extensor pollicis brevis. Proses peradangan ini juga bisa mengakibatkan
timbulnya bengkak serta penurunan lingkup gerak sendi akibat nyeri (Clarke,2007). De Quervain
syndrome merupakan nyeri akibat pemakaian tangan dalam melakukan pekerjaan yang berulang-
ulang sehingga terjadi pembengkakan serta iritasi pada procesus styloideus lateralis dan terjadi
inflamasi. De Quervain terjadi karena adanya peradangan atau Tendosynovitis dan adanya proses
degenerasi myoxid yang konsisten dengan proses degenerative yang kronik. Tendon yang
mengalami peradangan adalah tendon otot extensor pollicis brevis dan tendon otot abductor
pollicis longus yang merupakan dua otot yang bekerja saling berdampingan yang fungsinya
hampir sama yaitu menggerakkan ibu jari menjauh dari tangan.

D. BIOMEKANIK
1. Gerakan Osteokinematika
Osteokinematik adalah pergerakan yang terjadi pada tulang. Osteokinematik pada sendi wrist
memiliki dua derajat kebebasan gerak yaitu flexi-extensi, abduksi-adduksi. Osteokinematik yang
terdapat pada ibu jari terdapat 3 sendi yang terdiri dari metacarpophalangeal joint dan
interphalangeal joint dan carpometacarpal.
2. Artrokinematika
Arthokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Gerak arthokinematik pada
radiocarpal joint adalah pada palmar flexi translasi distal radius ke dorsal, dorsal flexi translasi
distal radius ke arah palmar, ulnar deviation translasi ke arah radial. Radial deviation ke arah
ulnar, traksi ossa carpea ke arah distal searah axis os radii, sedikit serong ke palmar-ulnar.

E. INTERVENSI FISIOTERAPI
Salah satu penanganan untuk kondisi De Quervain Syndrome ini yakni melalui
fisioterapi, Peran fisioterapi pada kondisi De Quervain Syndrome sangat ditentukan oleh kondisi
yang problemnya diidentifikasi berdasarkan hasil fisioterapi yang meliputi assessment,
diagnosis, planning, intervention dan evaluasi. Intervensi fisioterapi berupa aspek
pronative,preventive, curative, rehabilitative dan maintenance dengan modalitas dasar fisioterapi.
Permasalahan yang timbul sebelum pasien melakukan program terapi adalah pasien
merasakam nyeri, oedem, spasme, keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), penurunan
kekuatan otot, penurunan kemampuan fungsional. Sebelumnya pasien menjalani pemeriksaan
fisioterapi diantaranya pemeriksaan nyeri dengan VAS (Visual Analogue Scale), pemeriksaan
spesifik, oedem. dengan antropometri, Spasme dengan palpasi, LGS dengan gonemeter,
kekuatan otot
dengan MMT (Manual Muscle Testing) dan kemampuan fungsional dengan indeks ADL
(Activity Daily Living). Dalam hal ini modalitas Ultrasound (US), Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan. Dengan pemberian tersebut diharapkan adanya
peningkatan pada kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
1. Visual analogue Scale (VAS)merupakan alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa
intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 0-10cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai
dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “ no pain” dan ujung kanan diberi tanda
“bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai
dengan level intesitas nyeri yang dirasakan pasien, kemudian jaraknya diukur dari batas kiri
sampai pada tanda yang diberikan pasien dan itulah skornya yang menujukkan level intensitas
nyeri.
2. Pemeriksaan spesifik atau khusus dilakukan untuk mendeteksi antara tendon Abductor Pollicis
Longus (APL) dan Ekstensor Pollicis Brevis (EPB), yaitu dengan prosedur tes dengan posisi
awal lengan bawah mid-posisi sementara jemari tangan lainya menggenggam ibu jari dalam
posisi tangan dikepal dan tersanggah secara comfortable di atas bad atau pillow dan selanjutnya
menggerakkan tangan pasien secara pasif kearah ulnar deviasi. Positif tes limitasi gerak dan
nyeri pada atas aspek radial wrist joint.

Gambar 2. Finklestain’s Test Sumber: Mujianto, 2013

3. Spasme dengan palpasi Spasme otot dilakukan dengan cara palpasi yaitu : dengan jalan
menekan dan memegang tubuh pasien untuk mengetahui kelenturan otot ibu jari, misal : terasa
kaku, tegang atau lunak. X Y Z Untuk kriteria penilaian sebagai berikut : Nilai 0 : tidak ada
spasme Nilai 1 : ada spasme
4. Oedem dengan antopometri Pada pemeriksaan antopometri alat yang digunakan adalah
meteran (midline). Dengan pengukuran menggunakan patokan-patokan tertentu dan dengan jarak
ukur yang konsisten dari patokan yang diambil. Misalnya dari epifisis distalis ulnare dengan
jarak (5 dan 10) dengan satuan centimeter.
5. Lingkup Gerak Sendi (LGS) Lingkup gerak sendi adalah lingkup gerak yang dapat dilakukan
oleh suatu sendi. Goniometer adalah alat untuk mengukur lingkup gerak sendi. Goniometer
digunakan sebagai alat evaluasi yang paling sering digunakan dalam praktek fisioterapi.
6. Kekuatan Otot Manual Mucle Testing (MMT) adalah suatu usaha untuk menentukan atau
mengetahui kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot atau group otot secara
voluntary. Untuk pemeriksaan MMT ini dengan sistem manual yaitu dengan cara terapis
memberikan tahanan kepada pasien dan pasien disuruh melawan tahanan terapis.
7. Kemampuan Fungsional dengan skala ADL (Activity Daily Living) Untuk mengetahui adanya
permasalahan tersebut dapat dilakukan pemeriksaan dengan mengguanakan “Indeks ADL”.
Dengan parameter: 1 = dapat melakukan, tanpa bantuan, 2 = dapat melakukan dengan bantuan, 3
= tak dapat melakukan.

F. EDUKASI
Edukasi dapat dilakukan dengan melakukan tindakan preventif adalah mengistirahatkan
pergelangan tangan ketika lelah. Apabila otot APL dan EPB digunakan secara terus menerus
tanpa adanya fase istirahat akan memicu terjadinya inflamasi pada tendon kedua otot tersebut.
Selain itu dapat memberikan sebuah edukasi kepada untuk dapat bekerja dengan postur kerja
tangan yang baik serta mengedukasi untuk pekerja untuk dapat melakukan peregangan otot,
khususnya pada bagian jari–jari tangan dan pergelangan tangan pekerja secara berkala.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kesimpulan yang saya dapatkan adalah De Quervain syndrome merupakan nyeri akibat
pemakaian tangan dalam melakukan pekerjaan yang berulang-ulang sehingga terjadi
pembengkakan serta iritasi dan terjadi inflamasi. Dapat diberikan intervensi berupa Ultrasound
(US), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan. Juga upaya
preventif yang dilakukan fisioterapis adalah dengan memberikan sebuah edukasi terkait kasus ini
seprti menganjurkan untuk mengistirahatkan pergelangan tangan ketika Lelah dan dapat
melakukan peregangan otot.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 8, Nomor 4, Juli2020
The 7th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin E-ISSN: 2614-7106 Vol.3 No.1, 2019
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol. 4, No. 1, Tahun 2020, ISSN 2548-8716

Anda mungkin juga menyukai