Anda di halaman 1dari 18

ISCHIALGIA

Di Susun Oleh : B2

1. Wulan Octari 1910301079


2. Hinda Annida Khoirina 1910301081
3. Asma Nadia Azzahra 1910301083
4. Dina Musyarof 1910301086
5. Nurfatin Aliyani 1910301087

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatuh
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan
BUKU ini guna memenuhi tugas akhir untuk Modul
Susunan Saraf Tepi dengan judul “ISCHIALGIA”

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalam dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami
berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia Kesehatan.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

Yogyakarta, 15 JULI 2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Ischialgia


2. Anggota Penelitian : Wulan Octari
Hinda Annida Khoirina
Asma Nadia Azzahra
Dina Musyarof
Nurfatin Aliyani

Yogyakarta, 15 Juli 2022

Ketua Kelompok Penanggungjawab Modul

Nurfatin Aliyani Dika Rizky Imania, SSt.Ft.,M.Fis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................ iv
PENDAHULUAN ................................................................. 1
METODE PENELITIAN ..................................................... 3
1. Pemeriksaan Subyektif ................................................ 3
2. Pemeriksaan Obyektif ................................................. 3
3. Pemeriksaan Fisik ....................................................... 3
4. Pemeriksaan Spesifik .................................................. 5
5. Diagnosa Fisioterapi ................................................... 8
6. Tujuan Jangka Panjang dan Pendek ............................ 8
7. Intervensi Fisioterapi................................................... 8
PEMBAHASAN .................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................... 12
1. Kesimpulan ............................................................... 12
2. Saran ......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 13

iv
PENDAHULUAN

Ischialgia adalah kelainan yang ditandai dengan


memancarnya rasa nyeri kaki yang mengikuti pola
dermatomal, kadang disertai dengan gejala sensoris
(Emary, 2015). Ischialgia juga mengacu pada rasa sakit
yang memancar ke samping pada jalur saraf skiatik yang
bercabang dari punggung bawah melalui pinggul dan
bokong dan turun ke setiap kaki (Venugopal et al., 2014).

Permasalahan yang sering terjadi pada penderita


ischialgia yaitu nyeri menjalar dari pinggang ke tungkai
hingga telapak kaki. Penurunan lingkup gerak sendi juga
merupakan keadaan yang dialami penderita ischialgia.
Dimana nyeri menjalar tersebut mengganggu gerakan
ekstremitas bawah karena mempunyai fungsi yang sangat
penting pada tubuh manusia, diantaranya membuat tubuh
berdiri tegak, berjalan, dan melindungi beberapa organ
penting.

Prevalensi secara independen ischialgia pada populasi


dewasa lebih besar dari 5% dan prevalensi waktu
hidupnya tinggi sebesar 40% (Elahi et al., 2014).
Prevalensi ischialgia yang dilaporkan dalam beberapa
literatur mulai dari 1,6% pada populasi umum dan 43%
pada populasi pekerja (Venugopal et al., 2014). Kejadian
ischialgia di Belanda adalah 9,4 kasus per 1000 orang
dewasa (Meulen et al., 2017).

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang


ditujukan kepada individu, dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
pelatihan fungsi dan komunikasi.

‫ض ْعفٍ قُ َّوة ً ث ُ َّم ٰج ٰع ٰل مِ ْۢ ْن ٰب ْع ِد قُ َّو ٍة‬ ٰ ‫ض ْعفٍ ث ُ َّم ٰج ٰع ٰل ِم ْۢ ْن ٰب ْع ِد‬ ْ ‫ّللَاُ الَّ ِذ‬
ٰ ‫ي ٰخلٰقٰكُ ْم ِم ْن‬ ‫ٰه‬
‫ش ْيبٰةً ۗيٰ ْخلُقُ ٰما يٰش ٰۤا ُۚ ُء ٰوه ُٰو ا ْلعٰ ِل ْي ُم ا ْلقٰ ِدي ُْر‬
ٰ ‫ض ْعفًا َّو‬
ٰ

“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,


kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah
itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha
Mengetahui, Mahakuasa.” ( Q.S ar-Rum: 54 ).

2
METODE PENELITIAN

Studi ini menggunakan pendekatan studi kasus


dengan case report yang dilaksanakan pada 2 pasien laki-
laki dengan diagnosis ischialgia et causa comression
fractures.

1. Pemeriksaan Subyektif
- Anamnesis
- Keluhan Utama
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Penyakit Terdahulu

2. Pemeriksaan Obyektif
- IPPA
- Lingkup Gerak Sendi
- Muscle Test
- Neurological Tets
- Kemampuan Fungsional

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode
tertentu dan secara berurutan. Pemeriksaan fisik
menggunakan alat ukur berupa :

3
- VAS (Visual Analog Scale) untuk derajat nyeri
yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

- Kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle


Testing) yang dapat dilihat berdasarkan keterangan
di bawah ini :
o Nilai 0 : sedikit kontraksi (penglihatan dan
palpasi),
o Nilai 1 : sedikit kontraksi, tidak ada gerakan,
Nilai 2 : gerakan full ROM, posisi eliminasi
gravitasi,
o Nilai 3 : gerakan full ROM, posisi melawan
gravitasi,
o Nilai 4 : gerakan full ROM, posisi melawan
gravitasi dengan resisten moderat,
o Nilai 5 : gerakan full ROM, posisi melawan
gravitasi dengan resisten maksimum
- Pemeriksaan Range of Motion (ROM) digunakan
untuk mengevaluasi lingkup gerak sendi.

4
4. Pemeriksaan Spesifik
Selain pemeriksaan gerak diperlukan juga
pemeriksaan spesifik untuk lebih memperjelas
permasalahan yang dihadapi. Untuk kasus ini
pemeriksaan spesifik yang dilaksanakan berupa :
- Straight Leg Rissing Test
✓ Posisi awal : telentang, hip adduksi dan
endorotasi, knee lurus. Gerakan terapis
mengangkat tungkai pasien, bila pasien
mengeluh nyeri pada pantat/ paha belakang
untuk lebih meyakinkan bahwa yang
terprovokasi adalah syaraf ischiadicus, sedikit
turunkan tungkai kemudian lakukan gerakan
dorsi fleksi ankle kemudian lepaskan dan pasien
diminta mengangkat kepalanya (fleksi leher).
✓ Interpretasi : bila nyeri pertama terasa di pantat
penekanan syaraf yang sifatnya central atau
karena herniaasi discus.
- Tes patrick dan anti-patrick
✓ Fleksi-abduksi-eksternal rotation ekstensi sendi
panggul.

5
✓ Positif jika digerakkan diluar kemauan terbatas,
sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada
penyakit sendi panggul, negative pada
ischialgia.
- Tes lasegue
✓ Posis awal mengangkat tungkai dalam keadaan
ekstensi.
✓ Positif bila pasien tidak dapat mengangkat
tungkai 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan
sering menyertai radikulopati, terutama pada
herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
- Test slump
✓ Posisi awal : Duduk tegak, gerakan terapis
mempertahankan kepala pasien pada posisi
netral, pasien diminta mengendorkan
punggungnya (fleksi lumbal), kemudian beri
tekanan (kompresi) pada bahu kanan kiri untuk
memertahankan posisi fleksi lumbal,
selanjutnya pasien diminta menggerakkan fleksi
lehen dan kepala sejauh mungkin, kemudian
terapis mempertahankan posisi maksimal fleksi

6
vertebrae tersebut dengan memberi tekanan
pada kepala bagian belakang, terapis menahan
kaki pasien pada maksimal dorsi fleksi, pasien
diminta meluruskan (ekstensi) lututnya, jika
pasien tidak mampu meluruskan lututnya
(karena nyeri), tekanan pada kepala dipindah ke
bahu kanan kiri.
✓ Interpretasi : bila saat tekanan pad kepala
dipindah ke bahu pasien, mampu menambah
gerakan ekstensi lutut atau nyeri berkurang,
berarti test positif.
- Test Brudzinski
✓ Posisi awal : telentang dengan kedua tangan di
belakang kepala gerakan aktif fleksi leher diikuti
dengan fleksi hip (dengan knee lurus) kemudian
memfleksikan lututnya.
✓ Interpretasi : bila saat hip di fleksikan (dengan
lutut lurus) nyeri terasa kemudian saat lutut
difleksikan nyeri hilang berarti test positif.

7
5. Diagnosa Fisioterapi
- Impairtment : Nyeri menjalar dari pinggang ke
kedua tungkai kanan dan kiri, penurunan kekuatan
otot fleksor trunk, penurunan ROM fleksi trunk.
- Functional Limitation : Adanya keterbatasan
dalam berjalan, aktivitas mengangkat, berdiri
dengan waktu yang lama.
- Participant Rectriction : Adanya keterbatasan
dalam kehidupan sosial.

6. Tujuan Jangka Panjang dan Pendek


- Jangka Pendek : mengurangi nyeri, menambah
kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak
sendi.
- Jangka Panjang : mengembalikan aktivitas sehari-
hari seperti mengangkat berdiri dengan waktu
yang lama, berjalan, dan mengembalikan ADL
nya.

7. Intervensi Fisioterapi
- Infrared Dilakukan 3x seminggu selama waktu 5-
20 menit, dengan temperatur 42ᵒ celcius (Ervolino
& ronald, 2016).

8
- TENS (Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation) Dilakukan 2x/minggu, dengan
frekuensi 100 Hz, pulse width: 200 us, selama 30
menit.
- Neural Mobilization Dilakukan Passive straight
leg raise dengan posisi ankle dorsi fleksi, ditahan
30 detik dengan 10x pengulangan, dilakukan 3x
per hari.

9
PEMBAHASAN

Nyeri pada punggung bawah berasal dari proses


degeneratif sendi dimana terdapat perubahan struktur
tulang dan ligamen yang bisa membuat lesi pada nervus
ischiadicus, mekanisme nyeri pada nervus ischiadicus
ialah nyeri yang menjalar ke seluruh ekstremitas bawah
sesuai jalur pendistribusian nervus ischiadicus,
parethesia, rasa nyeri yang menusuk, keterbatasan gerak
dan penurunan reflek. Hal ini membuat adanya
keterbatasan saat melakukan aktivitas fungsional seperti
berjalan, duduk, gerakan merukuk ataupun menjalankan
hobi dan olahraga (Ui et al., 2016).

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah


intervensi tambahan berupa neural mobilization untuk
nervus ishiadicus dapat memberikan efek positif yaitu
perbaikan dari saraf yang cedera dan mengurangi nyeri
punggung bawah akibat cedera saraf. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa indikator kesehatan seperti fungsi
fisik, kondisi kesehatan umum dan mental sangat
mempengaruhi hasil akhir dari individu dengan ischialgia
yang diberikan intervensi neural mobilization.

10
Neural mobilization dapat mengurangi transmisi
nyeri akibat peradangan pada jaringan saraf. Kemudian,
mampu meningkatkan adaptasi saraf perifer akibat
cedera saraf dan menurunkan tekanan pada saraf.
Peningkatan kemampuan adaptasi saraf tepi
menyebabkan penurunan reaksi hipoksia oleh edema di
dalam saraf dan mengurangi kompresi pada jaringan
saraf sehingga nyeri berkurang.

Setelah dilakukan terapi sebanyak 2 kali kepada


pasien 1 dan 2 dengan perlakuan IR, TENS, dan Neural
mobilization menunjukkan adanya penurunan nyeri,
adanya perubahan kekuatan otot dan peningkatan ROM
trunk.

11
PENUTUP

1. Kesimpulan
Adanya pengaruh dari pemberian modalitas
intervensi fisioterapi berupa IR, TENS dan Neural
Mobilization kepada pasien low back pain yaitu
ischialgia yang dilakukan sebanyak 2 kali terapi
adanya menunjukkan perubahan pada persepsi nyeri,
perubahan pada kekuatan otot dan ROM trunk pada
kasus ischialgia.

2. Saran
Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan
sehingga mendapatkan hasil yang lebih efektif dari
sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Emary, P. C. (2015). Evidence-based prognostication in


a case of sciatica. The Journal of the Canadian
Chiropractic Association, 59(1), 24–29. Retrieved 9
fromhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25729082%0A
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?art
id=PMC4319450
Venugopal, Jyothi, Sireesha, & Venkatsubbaiah. (2014).
Scholars Journal of Medical Case Reports ISSN 2347-
9507 (Print) Sciatica Reporting in Patients with Low
Back Pain: A Rare Case Report in Tertiary Care
Teaching Hospital. Scholars Journal of Medical Case
Reports, 2(3), 176–178.
Elahi, F., Hitchon, P., & Reddy, C. G. (2014). Acute
Sciatic Neuritis following Lumbar Laminectomy.
Hindawi, 2014, 1–3.
https://doi.org/10.1155/2014/404386

Meulen, B. C. T., Vyas, A., Van Der Vegt, M., De


Priester, K., De Boer, M. R., Van Tulder, M. W., …
Ostelo, R. W. J. G. (2017). Treatment of acute sciatica
with transforaminal epidural corticosteroids and local
13
anesthetic: Design of a randomized controlled trial.
BMC Musculoskeletal Disorders, 18(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12891-017-1571-8

2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 10


Nomor 3, Agustus 2020 p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-
5970

Ervolino, F., & Gazze, R. (2016). Far infrared


wavelength treatment for low back pain: Evaluation of a
non-invasive device. Work, 53(1), 157–162.
https://doi.org/10.3233/WOR 152152.

Ui, C., Cheol, YK., Young, HP., Gak, HB., and Chan,
WN. (2016) „The effects of self-mobilization techniques
for the sciatic nerves on physical functions and health of
low back painpatients with lower limb radiating pain‟,
the journal of physical therapy science, pp. 46–50

14

Anda mungkin juga menyukai