Anda di halaman 1dari 49

BAB I

IMAN KEPADA RASUL

Iman kepada Rasul merupakan rukum iman yang ke 4. Nabi Muhammad SAW
merupakan nabi sekaligus rasul yang terakhir. Rasul adalah manusia pilihan Allah
yang diangkat sebagai utusan dengan tujuan menyampaikan firman-firman-Nya kepada
umat manusia untuk dijadikan pedoman hidup.
Sedangkan Nabi adalah Manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah Swt. untuk
dirinya sendiri tapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pada umatnya.
Iman Kepada Rasul menurut Bahasa Arab merupakan Percaya

Secara istilah atau luasnya, iman kepada rasul berarti meyakini dengan sepenuh
hati  bahwa Rasul itu benar-benar utusan Allah yang ditugaskan untuk membimbing
umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat. Ada juga sebutan Ulul
Azmi. Ulul Azmi adalah utusan Allah yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang
tinggi dalam menyampaikan risalah pada umatnya.

Ada 5 Nabi Ulul Azmi :


1. Nabi Nuh As.

2. Nabi Ibrahim As.

3. Nabi Musa As.

4. Nabi Isa As.

5. Nabi Muhammad Saw.

Dengan mengimani Rasul Allah SWT. adalah kewajiban semua umat Islam karena
merupakan rukun Iman yang ke 4. Hal ini diperkuat dalam dalil Naqli pada Al-Quran.

1
Dalil Naqli Iman Kepada Rasul
1. Surah Al-An’am Ayat 48

Quran Surah Al-An’am ayat 48


Artinya :

“Dan kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan
memberi peringatan.Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka
tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al
An’am 6 : 48).

2. Surah An-Nisaa Ayat 136

Quran Surah An-Nisaa Ayat 136

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta
kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh,
orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An-Nisa/4: 136) .

2
 

Fungsi Iman Kepada Rasul Allah

Ada banyak fungsi beriman kepada Rasul Allah, diantaranya yaitu :

1. Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul benar-
benar manusia pilihan Allah

2. Mau mengamalkan apa yang disampaikan para rasul

3. Mempercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya

4. Lebih mencintai dan menghormati rasul atas perjuangannya

5. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup

6. Mendapat rahmat Allah

7. Mengerti tatacara bertauhid, beriman / ber’aqidah dan beribadah yang benar

8. Tuntunan menuju jalan yang benar untuk keselamatdunia akhirat

9. Sebagai perantara mengenal Allah dengan segala sifat sempurna-Nya

10. Dapat membedakan antara yang benar (baik) dan yang salah (buruk)

3
Kompetensi
Pilihlah slah satu jawaban yang kamu anggap benar!
1. Rasul yang wajib kita ketahui dan imani berjumlah...
a. 25 orang
b. 30 orang
c. 35 orang
d. 40 orang
2. Rasul ke-1 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Adam A.S
b. Nabi Idris A.S
c. Nabi Nuh A.S
d. Nabi Hud A.S
3. Rasul ke-2 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Adam A.S
b. Nabi Idris A.S
c. Nabi Nuh A.S
d. Nabi Hud A.S
4. Rasul ke-3 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Adam A.S
b. Nabi Idris A.S
c. Nabi Nuh A.S
d. Nabi Hud A.S
5. Rasul ke-4 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Adam A.S
b. Nabi Idris A.S
c. Nabi Nuh A.S
d. Nabi Hud A.S
6. Rasul ke-5 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Sholeh A.S
b. Nabi Ibrahim A.S
c. Nabi Luth A.S
d. Nabi Ismail A.S 
7. Rasul ke-6 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Sholeh A.S

4
b. Nabi Ibrahim A.S
c. Nabi Luth A.S
d. Nabi Ismail A.S 
8. Rasul ke-7 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Sholeh A.S
b. Nabi Ibrahim A.S
c. Nabi Luth A.S
d. Nabi Ismail A.S 
9. Rasul ke-8 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Sholeh A.S
b. Nabi Ibrahim A.S
c. Nabi Luth A.S
d. Nabi Ismail A.S 
10. Rasul ke-9 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Ishak A.S
b. Nabi Yaqub A.S
c. Nabi Yusuf A.S
d. Nabi Ayub A.S
11. Rasul ke-10 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Ishak A.S
b. Nabi Yaqub A.S
c. Nabi Yusuf A.S
d. Nabi Ayub A.S
12. Rasul ke-11 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Ishak A.S
b. Nabi Yaqub A.S
c. Nabi Yusuf A.S
d. Nabi Ayub A.S
13. Rasul ke-12 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Ishak A.S
b. Nabi Yaqub A.S
c. Nabi Yusuf A.S
d. Nabi Ayub A.S
14. Rasul ke-13 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...

5
a. Nabi Syu’aib A.S
b. Nabi Musa A.S
c. Nabi Harun A.S
d. Nabi Dzulkifli A.S
15. Rasul ke-14 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Syu’aib A.S
b. Nabi Musa A.S
c. Nabi Harun A.S
d. Nabi Dzulkifli A.S
16. Rasul ke-15 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Syu’aib A.S
b. Nabi Musa A.S
c. Nabi Harun A.S
d. Nabi Dzulkifli A.S
17. Rasul ke-16 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Syu’aib A.S
b. Nabi Musa A.S
c. Nabi Harun A.S
d. Nabi Dzulkifli A.S
18. Rasul ke-17 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Daud A.S
b. Nabi Sulaiman A.S
c. Nabi Ilyas A.S
d. Nabi Ilyasa A.S
19. Rasul ke-18 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Daud A.S
b. Nabi Sulaiman A.S
c. Nabi Ilyas A.S
d. Nabi Ilyasa A.S
20. Rasul ke-19 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Daud A.S
b. Nabi Sulaiman A.S
c. Nabi Ilyas A.S
d. Nabi Ilyasa A.S

6
21. Rasul ke-20 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Daud A.S
b. Nabi Sulaiman A.S
c. Nabi Ilyas A.S
d. Nabi Ilyasa A.S
22. Rasul ke-21 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Yunus A.S
b. Nabi Dzakaria A.S
c. Nabi Yahya A.S
d. Nabi Isa A.S
23. Rasul ke-22 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Yunus A.S
b. Nabi Dzakaria A.S
c. Nabi Yahya A.S
d. Nabi Isa A.S
24. Rasul ke-23 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Yunus A.S
b. Nabi Dzakaria A.S
c. Nabi Yahya A.S
d. Nabi Isa A.S
25. Rasul ke-24 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Yunus A.S
b. Nabi Dzakaria A.S
c. Nabi Yahya A.S
d. Nabi Isa A.S
26. Rasul ke-25 yang tercantum dalam Al Quran, yaitu...
a. Nabi Muhammad S.A.W
b. Nabi Dzakaria A.S
c. Nabi Yahya A.S
d. Nabi Isa A.S
27. Tanda-anda orang yang beriman kepada rasul Allah swt., sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an ‘’wayukimunas salata’’ maksudnya ialah…
a. Selalu mengerjakan salat 
b. Hatinya selalu optimis 

7
c. Hatinya tulus dan tanggung jawab 
d. Hatinya yakin adanya yang gaib 
28. Nabi Muhammad adalah orang yang terjaga dan terpelihara dari segala
sifat kesalahan. Hal itu disebut dengan… 
a. Maksum 
b. Syafaat 
c. Taufik 
d. Hidayah 
29. Iman kepada rasul termasuk rukun iman ke…
a. 5 
b. 3 
c. 4 
d. 2 
30. Rasul yang rajin bersyukur di antara para rasul adalah… 
a. Nuh a. s. 
b. Zakaria a. s. 
c. Daud as. 
d. Ismail as. 
31. Para nabi dan rasul memiliki tugas… 
a. Kholilullah 
b. Khalifah Allah 
c. Khodimullah 
d. Khodimunnas  
32. Berikut merupakan rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, kecuali
a. Nuh A.S, Ibrahim A.S
b. Musa A.S, Isa A.S
c. Muhammad S.A.W, Isa A.S
d. Yusuf A.S, Aiyub, A.S
33. Nabi Musa as. diutus Allah swt. Untuk membimbing untuk beribadah dan
meluruskan… 
a. Budaya 
b. Bahasa 
c. Akidah 
d. Adat 

8
34. Semua rasul Allah swt. diutus menjadi ‘’rahmatan lil’alamiina’’
maksudnya… 
a. Menjadi khalifah di bumi 
b. Menjadi sumber teladan bagi umatnya 
c. Menjadi rahmat bagi alam semesta 
d. Menjadi juru selamat bagi manusia 
35. Nabi dan rasul memiliki sifat tabligh yang artinya… 
a. Menyampaikan 
b. Jujur 
c. Amanah 
d. Dapat dipercaya 
36. Salah satu fungsi rasul adalah memberikan peringatan yang jelas. Hal
tersebut dijelaskan dalam Q.S. … 
a. Al-Ahqaf ayat 9 
b. Al-Mukmin : 81 
c. An-Naml: 43 
d. An-Naml : 40 
37. Kitab Taurat diturunkan Allah swt. kepada Nabi… 
a. Musa as. 
b. Ibrahim as. 
c. Idris as. 
d. Isa as. 
38. Nabi yang memiliki mukjizat dapat berbicara dengan hewan adalah… 
a. Yusuf as. 
b. Yunus as. 
c. Zulkifli as. 
d. Sulaiman as.  
39. Kejadian luar biasa yang diterima seorang nabi dan rasul disebut… 
a. Karomah 
b. Mukjizat 
c. Barakah 
d. Wahyu 
40. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah… 
a. Al-Baqarah : 2-4 

9
b. Al-Baqarah : 5-6 
c. Al-Baqarah : 7-8 
d. Al-Baqarah : 190-191 

Kunci Jawaban:

1. a. 25 orang
2. a. Nabi Adam A.S
3. b. Nabi Idris A.S
4. c. Nabi Nuh A.S
5. d. Nabi Hud A.S
6. a. Nabi Sholeh A.S
7. b. Nabi Ibrahim A.S
8. c. Nabi Luth A.S
9. d. Nabi Ismail A.S 
10. a. Nabi Ishak A.S
11. b. Nabi Yaqub A.S
12. c. Nabi Yusuf A.S
13. d. Nabi Ayub A.S
14. a. Nabi Syu’aib A.S
15. b. Nabi Musa A.S
16. c. Nabi Harun A.S
17. d. Nabi Dzulkifli A.S
18. a. Nabi Daud A.S
19. b. Nabi Sulaiman A.S
20. c. Nabi Ilyas A.S
21. d. Nabi Ilyasa A.S
22. a. Nabi Yunus A.S
23. b. Nabi Dzakaria A.S
24. c. Nabi Yahya A.S
25. d. Nabi Isa A.S
26. a. Nabi Muhammad S.A.W
27. a. Selalu mengerjakan salat 
28. a. Maksum 

10
29. b. 3
30. a. Nuh a. s. 
31. b. Khalifah Allah
32. d. Yusuf A.S, Aiyub, A.S
33. c. Akidah 
34. c. Menjadi rahmat bagi alam semesta
35. a. Menyampaikan
36. a. Al-Ahqaf ayat 9 
37. a. Musa as. 
38. d. Sulaiman as.  
39. b. Mukjizat 
40. a. Al-Baqarah : 2-4 

11
BAB II
MU’JIZAT DAN KEJADIAN LUAR BIASA

A. Mukjizat
Mukjizat berasal dari bahasa Arab ‫معج@@زة‬ yang artinya melemahkan, yaitu
membuat sesuatu menjadi tidak mampu. Mukjizat merupakan sesuatu yang luar biasa
sehingga manusia tidak mampu mendatangkan hal yang serupa. Menurut istilah,
mu’jizat berarti sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam diri nabi atau rasul Allah
SWT. Mukjizat bertujuan untuk membuktikan kenabian atau kerasulan seorang nabi
atau rasul Allah SWT yang tidak dapat ditiru oleh siapa pun dan untuk melemahkan
segala macam usaha dan alasan orang kafir dan menentang islam, dan menyeru kepada
umat agar percaya akan keesaan Allah.
Unsur yang harus ada dalam mukjizat, antara lain:
1)      Kejadian luar biasa
2)      Tampak pada diri seorang nabi
3)      Ada tantangan dari kaum yang menyangsikan kedudukan seorang nabi
4)      Manusia tidak mampu menandingi hal yang luar biasa tersebut.
Lazimnya, nabi atau rasul menampakkan mukjizatnya hanya pada saat-saat yang sangat
dibutuhkan, misalnya untuk membela diri atau menjawab tantangan orang- orang kafir.
Dalam al-Qur’an, mukjizat biasanya disebutkan dengan kata-kata ayat atau burhan,yang
berarti bukti atau keterangan yang jelas.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Asy-Su’ara’: 4
ْ َّ‫إِ ْن نَ َشأْ نُن َِّزلْ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ ال َّس َما ِء آيَةً فَظَل‬
ِ ‫ت أَ ْعنَاقُهُ ْم لَهَا خَا‬
‫ض ِعين‬
“Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari
langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.”

Setiap muslim wajib memercayai mukjizat yang dimiliki nabi dan rasul. Mengingkari
mukjizat nabi dan rasul berarti mengingkari ayat-ayat yang ada dalam al-Qur’an itu
sendiri. Jadi, orang yang mengingkari mukjizat nabi dan rasul termasuk orang kafir.

Contoh Mukjizat yang Diberikan Kepada Rasul Allah


Mukjizat yang diberikan oleh Allah antara lain sebagai berikut:
1) Nabi Ibrahim a.s

12
Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. adalah tidak hangus ketika dibakar oleh Raja Namrud. Jika
orang biasa dibakar dalam kobaran api dalam suhu 1700 C, tentu hangus terbakar dalam
sekejap. Namun Nabi Ibrahim a.s. tidak terbakar sedikit pun, bahkan api terasa dingin
oleh beliau.
Allah berfirman dalam Q.S. al-Anbiya’:69.
‫قُ ْلنَا يَا نَا ُر ُكونِي بَرْ دًا َو َسال ًما َعلَى إِ ْب َرا ِهي َم‬
Kami berfirman, “Hai api, jadikanlah dingin dan menjadi keselamatan bagi
Ibrahim.”
2) Nabi Musa a.s
Nabi Musa a.s merupakan nabi yang diutus untuk menyeru Bani Israil agar beriman
kepada Allah. Dakwahnya ditentang oleh seorang raja yang kejam dan durhaka kepada
Allah yang bernama Fir’aun. Raja Fir’aun mengumpulkan para tukang sihir untuk
mengalahkan Nabi Musa a.s. Para tukang sihir tersebut melemparkan tongkat-tongkat
yang ada di tangan mereka dan menjelma menjadi ular-ular yang siap menyerang Nabi
Musa a.s.
Allah memerintahkan Nabi Musa a.s. melemparkan tongkat yang biasanya digunakan
untuk menggembala kambingnya. Tongkat itu berubah menjadi ular besar dan menelan
habis semua ular para tukang sihir tersebut. Kisah ini termaktub dalam al-Qur’an Surah
Toha ayat 19-21.
3) Nabi Muhammad saw.
Mukjizat Nabi Muhammad saw. adalah sebagai berikut.
a)      Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar.
b)      Celah-celah jari beliau dapat memancarkan air yang diminum para sahabatnya.
c)      Mi’raj ke Sidratul Muntaha dalam waktu yang singkat.
4)        Nabi saleh a.s
Nabi Saleh dapat mengeluarkan unta besar dari lubang batu yang sangat kecil.
5) Nabi Sulaiman a.s.
Kisah kehebatan Nabi Sulaiman a.s. dapat kita baca dalam surah Saba’ dan surah An-
Nahl. Ia seorang nabi yang dapat berbicara dengan semua jenis binatang, termasuk
dengan bangsa jin, contohnya Ifrid. Ia juga dapat mengendalikan angin. Ia juga seorang
raja bagi manusia dan hewan dan berhasil mengislamkan ratu Bulqis yang sebelumnya
menyembah berhala.

13
6) Nabi Isa a.s.
Mukjizat Nabi Isa a.s. adalah sebagai berikut.
a)      Membuat burung dari tanah dan benar-benar hidup atas izin Allah.
b)      Menyembuhkan orang yang buta sehingga dapat melihat lagi.
c)      Menyembuhkan orang yang sakit lepra.
d)     Menghidupkan orang yang sudah meninggal dengan izin Allah.

B. KARAMAH
Karamah berasal dari bahasa arab ‫ك@@رم‬ berarti kemuliaan, keluhuran, dan
anugerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan karomah
dengan keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan
manusia biasa karena ketaqwaanya kepada Tuhan.
Menurut ulama sufi, karamah berarti keadaan luar biasa yang diberikan Allah
SWT kepada para wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan beramal
shaleh kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yunus: 62-64,
‫ف َعلَ ْي ِه ْم َوال هُ ْميَحْ َزنُ@@ونَ ۞ الَّ ِذينَ آ َمنُ@@وا َو َك@@انُوا يَتَّقُ@@ونَ ۞ لَهُ ُم ْالب ُْش@ َرى فِي‬
ٌ ْ‫أَال إِ َّن أَوْ لِيَا َء هَّللا ِ ال َخ@@و‬
ِ ‫…… ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوفِي‬
‫اآلخ َر ِة‬
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka,
dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan bertakwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat….”

Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan, misalnya


kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia umumnya. Allah
SWT dapat memberi karamah kepada orang beriman, takwa, dan beramal shaleh
menurut kehendaknya.
1)      Kejadian yang Dialami Seorang Ahli Ilmu pada masa Nabi Sulaiman a.s.
Ketika Nabi Sulaiman a.s. sedang duduk di hadapan dengan para tentaranya yang terdiri
atas manusia, hewan, dan jin, beliau meminta kepada mereka mendatangkan singgasana
Ratu Bulqis. Ada seorang yang berilmu berkata kepada Nabi Sulaiman a.s. menurut
sebuah keterangan, orang yang berilmu itu bernama Asif. Perkataan orang berilmu
tersebut diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya Q.S. an-Naml: 40,

14
‫ال هَ@ َذا ِم ْن‬ َ ‫ك بِ ِه قَب َْل أَ ْن يَرْ تَ َّد إِلَ ْي‬
َ ُ‫ك طَرْ ف‬
َ َ‫@ًًّرا ِع ْن َدهُ ق‬Š ِ‫ك فَلَ َّما َرآهُ ُم ْستَق‬ َ ‫ب أَنَا آتِي‬
ِ ‫قَا َل الَّ ِذي ِع ْن َدهُ ِع ْل ٌم ِمنَ ْال ِكتَا‬
‫فَضْ ِل َربِّي لِيَ ْبلُ َونِي أَأَ ْش ُك ُر أَ ْم أَ ْكفُ ُر َو َم ْن َش َك َر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فَإِ َّن َربِّي َغنِ ٌّي َك ِري ٌم‬    
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

2)      Kejadian yang Dialami Maryam binti Imran


Nabi Zakaria a.s. menemukan makanan setiap hadir di mihrab Maryam binti Imran.
                               Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 37,
َ ‫فَتَقَبَّلَهَا َربُّهَا بِقَبُو ٍل َح َس ٍن َوأَ ْنبَتَهَ@ا@ نَبَاتً@ا َح َس@نًا َو َكفَّلَهَ@ا َز َك ِريَّا ُكلَّ َم@ا دَخَ@ َل َعلَ ْيهَ@ا َز َك ِريَّا@ ْال ِمحْ@ َر‬
‫اب َو َج@ َد‬
ٍ ‫ق َم ْن يَ َشا ُء بِ َغي ِْر ِح َسا‬
‫ب‬ ُ ‫ت ه َُو ِم ْن ِع ْن ِد هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يَرْ ُز‬ ِ َ‫ِع ْن َدهَا ِر ْزقًا قَا َل يَا َمرْ يَ ُم أَنَّى ل‬
ْ َ‫ك هَ َذا قَال‬
 “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik,
dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria
pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia
dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah".
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab.”
Peristiwa yang disaksikan Nabi Zakaria a.s. merupakan karamah yang dianugerahkan
Allah SWT kepada maryam binti Imran. Allah SWT mentakdirkan bahwa pengasuh
Maryam adalah pamannya sendiri, yakni Nabi Zakaria a.s.

C. MA’UNAH
Ma’unah berarti pertolongan. Ma’unah adalah pertolongan yang diberikan oleh Allah
SWT kepada orang mukmin untuk mengatasi kesulitan yang menurut akal sehat
melebihi kemampuannya. Ma’unah terjadi pada orang yang biasa berkat pertolongan
Allah. Misalnya, orang yang terjebak dalam kobaran api yang sangat hebat, namun
berkat ma’unah/pertolongan Allah, ia selamat.

15
D. IRHAS
Irhas adalah kejadian luar biasa atau hal-hal yang istimewa pada diri calon nabi atau
Rasul ketika masih kecil. Contohnya, Muhammad saw. Selalu dinaungi awan sehingga
kepanasan saat melakukan perjalanan dagang ke negeri Syam. Peristiwa yang terjadi
pada diri Nabi Isa a.s. ketika beliau masih bayi dalam buaian ibunya, Maryam. Pada saat
masih bayi, Nabi isa dapat berbicara kepada orang-orang yang melecehkan ibunya.
Pembicaraan Nabi Isa a.s. ketika masih bayi itu disebutkan dalam firman Allah, Q.S.
Maryam: 29-33.
َ @َ‫@ال إِنِّي َع ْب@ ُد هَّللا ِ آتَ@@انِ َي ْال ِكت‬
‫@اب َو َج َعلَنِي‬ َ @َ‫@ًّا۞ ق‬Š‫ص@بًِي‬َ ‫ت إِلَ ْي ِه قَ@@الُوا@ َك ْي@@فَ نُ َكلِّ ُم َم ْن َك@@انَ فِي ْال َم ْه@ ِد‬ َ ‫فَأ َ َش‬
ْ ‫ار‬
ُ‫ار ًكا أَ ْينَ َما ُك ْنت‬
َ َ‫@ًّا۞ َو َج َعلَنِي ُمب‬Š‫@ًًّرا بِ َوالِ@ َدتِي@ َولَ ْمنَبًِي‬Š @َ‫@ًّا۞ َوب‬Š‫ت َحًي‬
ُ ‫الص@ال ِة َوال َّز َك@@ا ِة َم@@ا ُد ْم‬
َّ ِ‫ص@انِي ب‬ َ ْ‫َوأَو‬
ُ ‫وت َويَوْ َم أُ ْب َع‬
‫@ًّا‬Š‫ث َحًي‬ ُ ‫ت َويَوْ َم أَ ُم‬ َّ َ‫@ًّا۞ َوالسَّال ُم َعل‬Š‫۞يَجْ َع ْلنِي َجبَّارًا َشقًِي‬
ُ ‫ي يَوْ َم ُولِ ْد‬
“Maka dia (Maryam) menunjuk kepada anaknya, mereka berkata “Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Dia (Isa)
berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku kitab Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi
di mana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat selama hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari
aku dibangkitkan hidup kembali.”

MACAM-MACAM MUKJIZAT
Menurut sifatnya, mukjizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu mukjizat
hisyiah/kauniyah dan mukjizat maknawiyah/aqliyah.
1) Mukjizat hisyiah/kauniyah ialah mukjizat yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan
dipegang. Mukjizat hisyiah ditujukan kepada orang biasa, yang kurang mampu
menggunakan akal pikirannya secara baik. Contohnya, mukjizat Nabi Nuh a.s. beliau
membuat perahu untuk menghadapi banjir yang pada waktu itu tidak pernah dilakukan
orang dan mustahil dapat dilakukan oleh orang biasa. Setelah perahu selesai dibuat,
banjir datang dan sumber airnya datang dari tiap-tiap rumah penduduk yang kafir.

16
Akhirnya, semua penduduk kafir tenggelam sedangkan Nabi Nuh a.s. dan para
pengikutnya selamat.
2) Mukjizat maknawiyah ialah mukjizat yang tidak dapat dilihat, didengar, dirasakan,
dicium, dan dipegang. Mukjizat maknawiyah hanya dapat dimengerti dan dikenal oleh
orang-orang yang berpikir sehat, berbudi luhur, dan berperasaan halus. Contohnya
mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad saw. berupa al-Qur’an. Tidak semua orang
mau menerima petunjuk al-Qur’an. Hanya orang yang sehat, berbudi luhur, dan
berperasaan halus yang sanggup menerima al-Qur’an dengan senang hati. Al-Qur’an
memiliki keistimewaan yang luar biasa, salah satunya adalah dalam hal balaghah
(sastra). Tidak ada seorang pun yang mampu menyusun atau merangkai kata-kata
sebagaimana al-Qur’an meskipun hanya satu ayat

PERBEDAAN ANTARA MUKJIZAT, KARAMAH, MA’UNAH, DAN IRHAS


Pada dasarnya mukjizat, karamah, ma’unah, dan irhas adalah sama, yaitu
anugerah Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya. Perbedaannya terletak pada
siapa yang menerimanya.
Perbedaan antara mukjizat, karamah, ma’unah, dan irhas adalah sebagai berikut.
a. Mukjizat diberikan kepada para nabi dan rasul.
b. Karamah dianugerahkan kepada wali.
c. Ma’unah diberikan kepada orang mukmin.
d. Irhas dianugerahkan kepada calon nabi atau rasul Allah SWT (sebelum diangkat
menjadi nabi dan rasul)
Persamaan antara mukjizat, karomah, ma’unah dan irhas adalah sama-sama
datangnya dari Allah SWT. Orang yang diberikan mukjizat, karamah, ma’unah, dan
irhas pantas diteladani hidupnya, karena mukjizat, karamah, ma’unah, dan irhas hanya
diberikan kepada hamba-hamba Allah SWT yang bertakwa dan beramal shaleh.
Hikmah Mukjizat
Hikmah adanya mukjizat adalah sebagai berikut.
a.       Melemahkan dan mengalahkan alasan,usaha,dan tipu daya orang-orang yang
menentang dakwah rasul allah.
b.      Bagi yang telah percaya kepada kenabian maka mukjizat akan berfungsi untuk
memperkuat iman serta menambah keyakinan akan kekuasaan Allah SWT.

17
c.       Membuktikan kebenaran rasul yang diutus Allah dan ajaran – ajarannya.
Hikmah Karamah, Ma’unah, dan Irhash
Hikmah adanya karamah, ma’unah, dan irhas adalah sebagai berikut.
a. Mempertebal iman kepada Allah SWT.
b. Mendekatkan diri kepada Allah.
c. Tidak takut akan kesulitan, karena yakin Allah selalu memberikan pertolongan
kepada hambanya yang beriman dan bertakwa.

Tugas
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Setiap Rasul adalah Nabi, tetapi setiap Nabi belum tentu Rasul. Jelaskan perbedaan
Nabi dan Rasul?
2. Mukjizat tidak dapat dipelajari, mukjizat datang seketika, tidak direncanakan. Apa
yang dimaksud dengan mukjizat?
3. Tingkat para Rasul itu tidak sama. Sebutkan 5 orang Rasul yang memiliki
keistimewaan!
4.  Allah SWT telah memilih dan mengutus beberapa orang pilihan sebagai Rasul.
Sebutkan hikmah beriman kepada Rasul!
5. Seorang Rasul wajib bersifat cerdas. Mengapa seorang Rasul wajib memiliki
kecerdasan?
6.  Mukjizat adalah kejadian luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada para Rasul-
Nya. Apa tujuan Allah SWT memberikan mukjizat kepada para Rasul-Nya?
7. Selain mukjizat ada pula kejadian luar biasa lainnya yaitu karamah, ma’unah dan
irhas. Apa perbedaan antara mukjizat, karamah, ma’unah dan irhas ?
8. Ada banyak contoh ma’unah dalam kehidupan sehari-hari. Berikan contoh ma’unah
yang pernah kamu dengar !
9. Allah menurunkan mukjizat kepada Nabi Isa as. Sebutkan mukjizat yang diberikan
kepada Nabi Isa as!
10.  Dengan adanya mukjizat dan kejadian luar biasa lainnya membawa hikmah bagi
kehidupan kita. Sebutkan hikmah adanya mukjizat dan kejadian luar biasa lainnya
(karamah, ma’unah dan irhas) yang kalian ketahui !  

18
BAB III
Husnuzan, Tawadhu’, TASAMUH, DAN TA’WUN
A. Husnuzan
   Kata husnuzan berasal dari lafal "Husnun" (baik) dan "Adzannu" (prasangka).
Dengan demikian husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Maksudnya
berpandangan yang mulia terhadap apa yang ada dipikiran atau berprasangka baik
terhadap apa yang menimpa dirinya meskinpun apa yang menimpanya itu sangat
membebaninya.
   Dalam kehidupan bermasyarakat, mutlak memerlukan hubungan baik dengan
sesama baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat, karena dengan
hubungan yang baik dengan lingkungan keluarga dan masyarakat adalah syarat
terwujudnya gotong royong sehingga dengan hidup gotong royong tersebut dapat
memenuhi kebutuhan masing-masing pihak.Salah satu cara untuk menjalin hubungan
baik dengan sesama anggota masyarakat adalah husnuzan (selalu berprasangka yang
baik). Adapun lawan kata dari husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk
terhadap seseorang yang dapat berakibat buruk terhadap hubungan persaudaraan dalam
masyarakat.
Hukum Husnuzan 

Hukum husnuzan terbagi atas dua yaitu:


1. Husnuzan terhadap Allah dan Rasulnya

Adapun hukum dari husnuzan terhadapa Allah dan Rasulnya adalah hukumnya
wajib. Artinya setiap muslim dan muslimat wajib memiliki husnuzan (prasangka baik)
kepada Allah dan Rasulnya dengan cara:
1. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasulnya (perintah
agama) adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri.

2. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua yang dilarang oleh agama pasti
berakibat buruk jika dilanggar

3. Meyakini bahwa apapun cobaan yang diberikan Allah kepada manusia ada
hikmahnya dan manusia harus ikhlas menerima, karena disaat manusia diberikan
cobaan itu artinya Allah masih memperhatikan kita.

19
2. Husnuzan kepada sesama manusia
Adapun husnuzan kepada sesama manusia hukumnya adalah mubah atau jaiz
(boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan atau
mengira bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan, dan menaruh kepercayaan terhadapa
orang lain serta selalu mengembangkan sikap baik dalam lingkungan, baik dalam
lingkungan keluarga sendiri maupun dalam lingkungan dimana kita berada dan
sekitarnya sehingga terjalin hidup yang nyaman. Oleh sebab itu, husnuzan berdampak
positif, baik kepada pelakunya maupun pihak lain. Sebaliknya suuzan berarti menaruh
kecurigaan yang tidak baik terhadap pihak lain, sehingga suuzan kepada siapapun
hukumnya haram.

Kewajiban Bersikap hati-hati Terhadap Zan (Prasangka)


Islam mendidik umatnya agar selalu bersikap hati-hati terhadap sikap zan,
karena dalam Al-Qur'an Allah swt memperingatkan kepada hambanya untuk
menjauhinya sebagaimana firman-Nya sebagai berikut :

ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬


‫ض ُكم بَ ْعضًا‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِّمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬
 ‫أَيُ ِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ تَ َّوابٌ َّر ِحي ٌم‬
Arinya :

"Wahai orang yang beriman!jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian


prasangka itu dosa.Dan janganlah mengunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya.Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.Al-hujurat ayat 12)

Dampak Positif Husnuzan


   Setiap akhlak terpuji pasti berdampak positif, terutama bagi pelakunya sendiri
dan terkadang juga bagi orang lain, sesuai dengan firman Allah sebagai berikut :

Artinya :

"Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri" (QS.Al-Isra'
ayat 7)

Adapun dampak positif dari prilaku husnuzan, antara lain :

20
 Semakin dekat hubungan batin antara pelaku dengan pihak lain yang diduga
berbuat kebaikaan
 memperoleh kepercayaan diri orang yang menduga dirinya telah berbuat baik
 memperkuat hubungan persaudaraan antara  keduanya (yang menduga dan yang
diduga)

Membiasakan Berprilaku Husnuzan

 tidak mudah menerima suatu berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya
 berusaha untuk sering bertemu dengan sesama teman atau anggota masyarakat
 dengan sering bertemu, maka dapat mengantisipasi munculnya gosip yang sering
merusak hubungan persaudaraan

Larangan Suuzan
Dalam agama Suuzan sangat dilarang karena hukumnya haram, karena dapat
meretakkan hubungan keharmonisan, baik kepada kerabat, temana, sahabat atau dalam
lingkungan masyarakat. Buruk sangka adalah sifat yang dapat membuat seseorang
menjadi curiga terhadap seseorang yang pada akhirnya dirinya menjadi tidak nyaman
pada seseorang.

Orang yang mempunyai sifat tersebut selalu merasa dirinya terancam oleh
sebuah bahaya, yang sebenarnya tidak akan terjadi. Dengan dihantuinya fikiran seperti
itu maka selalu dipenuhi oleh hal-hal yang mencurigakan terhadap seseorang akhirnya
perasaannya tidak akan pernah merasa tenang.

Beberapa hadits dari Rasulullah tentang buruk sangka tersebut diantaranya sebagai
berikut:

ُ‫ إِيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَاِ َّن الظَّ َّن اَ ْك َذب‬: ‫صلَّى اللهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ع َْن اَبِى ه َُري َْرةَ ق‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
)‫ْال َح ِديث(متفق عليه‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasululloh.” Jauhkanlah
dirikamu daripada sangka (jahat) karena sangka (jahat) itu sedusta-dusta omongan,
(hati)”. (HR. Muttafaq Alaih)

21
@‫ َوالَتَ َح َّسسُوا َوآلت ََج َّسسُوْ ا@ َوآلت ََحا َسدُوا@ َوآلتَدَابَرُوا َوآلتَبَا َغضُوا‬، ‫إِيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَاِ َّن الظَّ َّن اَ ْك َذبُ ْال َح ِديث‬
)‫َو ُكوْ نُوْ ا ِعبَا َد هللاِ إِ ْخ َوانًا (رواه البخارى‬
Artinya: “Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalahsedusta-
dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai,janganlah
kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi danjanganlah
kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba
Allahbersaudara.” (HR. Bukhori)

B. Tawadhu

Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari


yang sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan
melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang
semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu
rendah sehingga sampai pada pelecehan hak.

Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada
orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’
adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Keutamaan sifat Tawadhu


1. Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
َ ‫ًزا َو َما ت ََو‬Šًّ@ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َما ٍل َو َما زَا َد هَّللا ُ َع ْبدًا بِ َع ْف ٍو إِالَّ ِع‬
ُ ‫اض َع أَ َح ٌد هَّلِل ِ إِالَّ َرفَ َعهُ هَّللا‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang


hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah
seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan
meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan
meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan
menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia,
dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan
memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia
(Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

22
Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa
salaam. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu
memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang
ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja
keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’
Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,

‫ًّا‬Š@‫@ًًّرا بِ َوالِ َدتِي@ َولَ ْم يَجْ َع ْلنِي َجبَّارًا َشقًِي‬Š َ‫َوب‬

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat
tawadhu’, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.
2. Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.
Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak
menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‫اضعُوا@ َحتَّى الَ يَ ْفخ ََر أَ َح ٌد َعلَى أَ َح ٍد َوالَ يَب ِْغى أَ َح ٌد َعلَى أَ َح ٍد‬
َ ‫ى أَ ْن ت ََو‬
َّ َ‫َوإِ َّن هَّللا َ أَوْ َحى إِل‬

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’.


Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas 
pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).

Manfaat sifat Tawadhu

1. Mendapat simpatik dari bayak orang


2. Mempunyai banyak teman
3. Dihormati orang
4. Hatinya Selalu tentram dan tenang
5. Terhindar dari sifat sombong atau takabur
C. Tasamuh 
Tasamuh merupakan sikap terpuji untuk saling berperilaku baik, lemah lembut,
toleransi, dan saling memaafkan didalam pergaulan agar terciptanya hubungan yang
saling menghargai antar sesamamanusia.
Dalilnya :

23
ِ ِ‫َواَل يَأْتَ ِل أُولُو ْالفَضْ ِل ِم ْن ُك ْم َوال َّس َع ِة أَ ْن ي ُْؤتُواأُولِي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْال َم َس@ا ِكينَ َو ْال ُمهَ@@ا ِج ِرينَ فِي َس@ب‬
a.   ۖ ِ ‫يل هَّللا‬

‫َو ْليَ ْعفُوا َو ْليَصْ فَحُوا ۗ أَاَل تُ ِحبُّونَ أَ ْن يَ ْغفِ َر هَّللا ُ لَ ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ َغفُور ٌَر ِحي ٌ@م‬

Dan janganlahorang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu


bersumpahbahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya),orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwaAllah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, (QSAn-Nur : 22)

b.   “Tidak halal apabila seorang Muslim menjauhi kawannya lebih daritiga hari.
Apabila telah lewat waktu tiga hari tersebut maka berbicaralahdengannya dan beri
salam. Jika ia menjawab salam maka keduanya akan mendapatpahala dan jika ia tidak
membalasnya maka sungguhlah dia kembali dengan membawadosanya, sementara
orang yang memberi salah akan keluar dari dosa.” (HR.Muslim)

D. Ta’awun 

Ta’awun merupakan sikap terpuji untuk saling berperilaku tolong menolong


dalam hal kebaikan tanpa mengharapkanimbalan atas apa yang telah diperbuat.

ِ ‫َوتَ َع@@ا َونُوا َعلَى ْالبِ @ ِّر َوالتَّ ْق @ َو ٰى َواَل تَ َع@@ا َونُوا َعلَى @اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع@ ْد َوا ِن َواتَّقُ@@وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش @ ِدي ُد ْال ِعقَ@@ا‬
a.   ‫ب‬
٢:‫﴾﴿المائدة‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan


jangantolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepadaAllah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qs Al-Maidah : 2)

b.   ‫ظالِ ًما قَا َل تَأْ ُخ ُذ فَوْ قَيَ َد ْي ِه‬ ْ ‫ص ً@ًُُرهُ َم‬


ُ ‫ظلُو ًما فَ َك ْيفَ نَ ْن‬
َ ُ‫ص ُره‬ ُ ‫ك ظَالِ ًما أَوْ َمظلُو ًما قَالُوا يَا َرسُو َل اللَّ ِههَ َذا نَن‬
َ ‫ا ْنصُر أَخَا‬

Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zhalimatau sedang teraniaya.
Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, kami akan menolongorang yang teraniaya.
Bagaimana menolong orang yang sedang berbuat zhalim?”Beliau menjawab: “Dengan
menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah bentukbantuanmu kepadanya.” (HR. Al-
Bukhari).

24
Kerjakan latihan berikut!
1. Jelaskan yang dimaksud dengan Husnuzan? Berikan contoh husnuzan tersebut!

2. Sebutkan dampak Positif dari Husnuzan!


3. Bagaimana cara Husnuzan terhadap Allah dan Rasulnya?
4. Sebutkan manfaat sifat Tawadhu!
5. Sebutkan keutamaan sifat Tawadhu!
6. Jelaskan yang dimaksud dengan tasamuh?
7. Sebutkan dalil hubungan saling menghargai antar sesama manusia!
8. Jelaskan yang dimaksud denagn Ta’awun!
9. Tulis ayat yang ada disurat Al-Maidah ayat 2!
10. Jelaskan isi yang terkandung dalam surat Al-Maidah ayat 2!

25
BAB IV
HASAD, DENDAM, GHIBAH, FITNAH, DAN NAMIMAH

A. Hasad
Hasad berasal dari bahasa arab yaitu  ‫ح َس َد يَحْ ِس ُد َويَحْ ُس ُد‬ 
َ (hasad-yahsudu/yahsidu)
yang artinya iri, dengki. Hasad merupakan suatu sikap seseorang yang tidak senang
terhadap orang yang memperoleh keberuntungan, kenikmatan atau karunia dari Allah
swt. Sifat ini dapat timbul kepada seseorang apabila ia merasa tidak senang terhadap
keberhasilan orang lain.

Larangan Sifat Hasad

Larangan sifat hasad disebutkan dalam Hadist Abu Daud :

َ َ‫ت َك َما تَأْ ُك ُل النَّ ُر ْال َحط‬


‫ب‬ ِ ‫إِيَّا ُك ْم َو ْال َح َس َد فَإِ َّن ْال َح َس َد يَأْ ُك ُل ْال َح َسنَا‬.
Artinya
Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan.
Sebagaimana api memakan kayu bakar (HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)

Faktor Yang Menyebabkan Sifat Hasad


Terdapat beberapa faktor yang membawa kepada sifat hasad atau dengki diantaranya :

 Permusuhan

 Sifat berbanggga diri


 Lebih mencintai hal yang sifatnya duniawi
 Cintakan pangkat dan kedudukan
 Jiwa yang kotor
 Sikap saling membenci
Macam-Macam Hasad
Meski sebagian besar sifat hasad merupakan tindakan yang tercela namun terdapat sifat
hasad yang terpuji. Karenanya Hasad dibedakan menjadi dua macam  yakni :
1. Hasad Tercela
Dalam Hasad yang sifatnya tercela ini biasanya seseorang yang berangan-angan
hilangnya nikmat dari saudaranya, dan hukumnya adalah haram.

26
2. Hasad yang terpuji (Ghibthoh)
Hasad yang terpuji dapat berupa keinginan yang serupa dengan saudaranya dalam hal
kebaikan dan tidak berharap nikmat atas saudaranya hilang.

Tanda-Tanda Orang Yang  Memiliki Sifat Hasad


Beberapa tanda seseorang yang memiliki sifat hasad yakni :

 Mengungkit dan mengumumkan kekeliruan saudara atau saingannya


 Merasa puas jika saingannya dicela orang lain.
 Merasa dan sesak dadanya apabila saingannya dipuji orang lain
 Berusaha mencari-cari kesalahan orang yang ia benci.
 Merasa tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain.

Akibat Sifat Hasad


Sifat hasad memiliki akibat yang buruk dalam kehidupan. Berikut adalah beberapa
akibat yang akan timbul akibat sifat hasad.

 Dibenci oleh Allah SWT.


 Dibenci dalam lingkungan masyarakat.
 Menghilangkan kebaikan yang ada pada dirinya.
 Merusak tali silaturahmi.
 Menghancurkan persaudaraan yang telah terbangun.
 Hidupnya tidak tenang.

B. Dendam
Ketika kita merasa terusik, di mana seseorang mulai meremehkan dan menggap
lemah diri kita, tentu ada rasa sakit yang terbenam dalam hati. Hati terasa terluka
dengan perkataan atau pun perbuatan yang menyinggung perasaan kita. Maka, di situlah
seringkali, banyak orang yang menyimpan amarah dan menimbulkan rasa dendam.
Seseorang yang menyimpan dendam terhadap orang lain biasanya menginginkan orang
lain merasakan seperti apa yang ia rasakan. Jelas, Islam tidak menganjurkan umatnya

27
untuk mempunyai sifat pedendam. Cara terbaik balas dendam dalam Islam adalah
dengan menjadi jiwa yang pemaaf.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Tidaklah seseorang memaafkan kedzaliman


(terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliaannya,” (HR. Ahmad, Muslim
dan Tirmidzi).

Lalu, bolehkah kita membela diri saat didzalimi? Allah SWT berfirman, “Dan bagi
orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dzalim mereka membela diri.
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa yang
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah, sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim.
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri setelah teraniaya tidak ada
satupun dosa atas mereka, sesungguhnya dosa itu atas orang yang berbuat dzalim
kepada manusia dan melampaui batas di muka tanpa hak. Mereka mendapat adzab yang
pedih. Tetapi orang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang amat utama,” (QS. Asy Syuro: 39-43)

C. Ghibah
Menurut bahasa, ghibah artinya menggunjing. Menurut istilah, ghibah berarti
membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan
kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak.
Menurut Wikipedia. Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri
seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal
jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan
sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib,
menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan
maksud mengolok-ngolok.
Menurut seorang cendikiawan muslim Dr. Yusuf alQardawi mengatakan,
“Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, keinginan menodai harga diri,
kehormtan, kemuliaan orang lain, sedangkan mereka tidak ada di hadapannya, hal ini
menunjukan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang serta
pengumpatan ini berarti melawan orang yang tidak berdaya”.

28
Pengecualian Ghibah

Para ulama telah memberikan pengecualian pada beberapa kasus yang dibolehkan untuk
ghibah didalamnya, dengan menyimpulkan pada enam keadaan, sebagaimana dijelaskan
oleh Imam Nawawi, yaitu:

1. Mengadukan kelaliman (ketidak adilan). Maka dibolehkan bagi orang yang


dizalimi untuk mengadu pada penguasa atau hakim atau selain keduanya, yang
mempunyai kekuasaan serta dikiranya mampu untuk menolong serta menghukum
orang yang menzaliminya. Yaitu dengan mengatakan pada mereka: "Orang itu telah
berbuat zalim padaku pada perkara ini..".

2. Meminta bantuan untuk merubah kemungkaran dan menuntun pelaku maksiat


agar kembali kejalan yang benar.

3. Memohon fatwa yaitu dengan mengatakan kepada pemberi fatwa: "Ayahku atau
saudaraku atau suamiku telah berbuat lalim padaku, apakah boleh aku menuntutnya?
Apa solusiku agar bisa lepas darinya dan memperoleh hakku serta mencegah
kelalimannya? Atau ucapan yang semisal ini.
 Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang.
 Orang yang terang-terangan berbuat maksiat atau bid'ah. Seperti halnya,
orang yang terang - terang minum khamr, pemungut atau penarik pajak. Maka
dalam hal ini, kita sebutkan keburukannya saja, tanpa menyebutkan kekurangan
yang lainnya.
 Pengenalan. Maksudnya, jika ada orang yang memang dikenal dengan
julukan 'si tuli' atau 'si buta' atau 'si pincang' atau 'si rabun'. Dan sebagainya,
maka boleh menyebut mereka dengan julukan-julukan tersebut.

Hukum Ghibah
Hukum ghibah itu diharamkan berdasarkan kata sepakat ulama. Ghibah
termasuk dosa besar. Masalah ghibah kelihatannya adalah masalah yang sepele dan
ringan, akan tetapi sebenarnya masalah ini adalah masalah yang sangat berat karena
menyangkut kehormatan sese orang. Apalagi kalau yang dighibahkan adalah saudara
Muslim kamu sendiri yang mana kehormatan seseorang muslim sangat dijaga. 

29
Akibat Ghibah

1. Orang yang melakukan ghibah akan mengalami kerugian, karena pahala amal
kebaikannya dia berikan kepada orang yang menjadi sasaran ghibahnya ;

2. Mengakibatkan putusnya ukhuwah, rusaknya kasih saying, timbulnya


permusuhan, tersebarnya aib, lahirnya kehinaan dan timbulnya keinginan untuk
menyebarkan berita keburukan orang lain;

3. Mendapat azab Allah SWT yang sangat pedih


Contoh Perilaku Ghibah

1. Membicarakan keburukan orang lain melalui lisan ;

2. Membicarakan keburukan orang lain melalui isyarat ;

3. Membicarakan keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan maksud


mengolok-olok;

4. Membicarakan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud
untuk kebaikan.

Cara Mencegah dan Menghindari Ghibah

1. Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan


kemurkaan Allah SWT;

2. Usahakan menggunakan mulut dan lidah dengan berhati hati;

3. Jika ingin membicarakan kejelekan orang maka ingatlah kebaikannya;

4. Membiasakan bergaul dengan orang ¬orang yang berprilaku baik (akhlakul


karimah);

5. Membiasakan diri dalam keadaan suci dengan berwudlu;

6. Hendaknya orang yang melakukan ghibah mengingat dulu aib dirinya sendiri
dan segera berusaha memperbaikinya, dengan demikian akan timbul perasaan
malu pada diri sendiri bila membuka aib orang lain;

7. Hukumnya wajib mengingatkan orang yang sedang melakukan ghibah bahwa


perbuatan tersebut hukumnya haram

30
D. Fitnah

Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan
suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut
tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan. Maka perilaku tersebut disebut
memfitnah. Tapi apakah makna ‘fitnah’ yang dimaksud di dalam Al Qur’an itu seperti
yang disebutkan itu?

Di dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh (2) ayat 191 tercantum kalimat “Wal
fitnatu asyaddu minal qotli….” yang artinya:

“Dan fitnah itu lebih sangat (dosanya) daripada pembunuhan..”.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Imam Abul ‘Aliyah, Mujahid, Said bin
Jubair, Ikrimah, Al Hasan, Qotadah, Ad Dhohak, dan Rabi’ ibn Anas mengartikan
“Fitnah” ini dengan makna “Syirik”. Jadi Syirik itu lebih besar dosanya daripada
pembunuhan.

Ayat tersebut turun berkaitan dengan haramnya membunuh di Masjidil Haram, namun
hal tersebut diijinkan bagi Rasulullah saw manakala beliau memerangi kemusyrikan
yang ada di sana. Sebagaimana diketahui, di Baitullah saat Rasulullah saw diutus
terdapat ratusan berhala besar dan kecil. Rasulullah diutus untuk menghancurkan
semuanya itu. Puncaknya adalah saat Fathu Makkah, dimana Rasulullah saw
mengerahkan seluruh pasukan muslimin untuk memerangi orang-orang musyrik yang
ada di Makkah.

Kemudian juga di surat Al Baqoroh (2) ayat 217, disebutkan “Wal fitnatu akbaru minal
qotli…” yang artinya:

“Fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan..”.

Ayat ini turun ketika ada seorang musyrik yang dibunuh oleh muslimin di bulan
haram, yakni Rajab. Muslimin menyangka saat itu masih bulan Jumadil Akhir.
Sebagaimana diketahui, adalah haram atau dilarang seseorang itu membunuh dan
berperang di bulan haram, yakni bulan Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram.

Melihat salah seorang kawan mereka dibunuh, kaum musyrikin memprotes dan
mendakwakan bahwa Muhammad telah menodai bulan haram. Maka turunlah ayat yang
menjelaskan bahwa kemusyrikan dan kekafiran penduduk Makkah yang menyebabkan

31
mereka mengusir muslimin dan menghalangi muslimin untuk beribadah di Baitullah itu
lebih besar dosanya daripada pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang beriman.

Tak ada satupun ayat di dalam Al Qur’an yang mengartikan kata “fitnah”
dengan arti sebagaimana yang dipahami oleh orang Indonesia, yakni menuduhkan satu
perbuatan yang tidak dilakukan oleh orang yang dituduh. Kata ‘fitnah’ di dalam Al
Qur’an memang mengandung makna yang beragam sesuai konteks kalimatnya. Ada
yang bermakna bala bencana, ujian, cobaan, musibah, kemusyrikan, kekafiran, dan lain
sebagainya. Maka memaknai kata ‘fitnah’ haruslah dipahami secara keseluruhan dari
latar belakang turunnya ayat dan konteks kalimat , dengan memperhatikan pemahaman
ulama tafsir terhadap kata tersebut.

Memaknai kata-kata di dalam Al Qur’an dengan memenggalnya menjadi


pengertian yang sepotong-sepotong serta meninggalkan makna keseluruhan ayat, hanya
akan menghasilkan pemahaman yang melenceng dan keliru akan isi Kitabullah. Dan
itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang hendak menyalahgunakan Kitabullah demi
mengesahkan segala perilakunya. Dan ini juga dilakukan oleh orang-orang yang hendak
menyelewengkan makna Al Qur’an dari pengertian yang sebenarnya.

Kalimah Fitnah ‫ الفتنة‬dalam bahasa arab bermaksud: Ujian dan cubaan. Imam
Ibnu Hajar berkata :

Asal kepada makna fitnah adalah ‫( اإلختبار‬ujian) dan ‫) اإلمتحان‬ujian)

Ibnu Manzur berkata: Al-Azhari dan lainnya berkata:“Asal makna fitnah adalah ‫اإلبتالء‬
(cubaan), ‫( اإلمتحان‬Ujian) dan ‫( اإلختبار‬ujian).”.”

Adapun dari segi istilah ulama adalah seperti yang didefinasikan oleh Jurjani:“Perkara
yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan atau keburukan sesuatu.”

FITNAH DALAM QURAN

Makna fitnah dalam Quran adalah berbeda:

1. Fitnah bermaksud Syirik.

Firman Allah :
“Syirik lebih dahsyat dosanya daripada membunuh.” (191 : al-Baqarah) 

32
“Dan perangilah mereka supaya tidak berlakunya syirik.” (193 : al-Baqarah) 
“dan Syirik lebih besar dosanya dari membunuh.” (217 : al-Baqarah)

2. Fitnah dengan makna ujian dan cobaan.


Firman Allah:
“Dan kami uji kamu (Nabi Musa) dengan pelbagai ujian yang besar.”(40 : Toha)
“Dan sesungguhnya kami telah menguji ummat yang terdahulu.” (3 : al-Ankabut)

3. Fitnah bermaksud seksa


Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyeksa orang-orang beriman lelaki dan perempuan


… “ 
Begitu juga makna fitnah pada ayat 10 surah al-Ankabut, ayat 14 surah az-Zariat dan
ayat 110 surah an-Nahl.

4. Fitnah bermaksud dosa.

Firman Allah:

“Dan sebahagian mereka ada yang berkata “izinkanlah aku untuk tidak berperang dan
janganlah menyebabkan aku berbuat dosa. Ketahuilah mereka telah terjebak dalam dosa
(dengan tidak mahu pergi berperang).” (49 : at-Taubah)

5. Fitnah bermaksud kekufuran.

Firman Allah:

“Sesungguhnya mereka inginkan kekufuran.” (48 : at-Taubah) 


Begitu juga fitnah dalam ayat 7 surah Ali imran.

6. Fitnah bermaksud pembunuhan dan kebinasaan.

Firman Allah:

“Sekiranya kamu takut orang-orang kafir membunuh kamu.” (101 : an-Nisa)


Begitu juga fitnah pada ayat 83 surah Yunus.

7. Fitnah bermaksud berpaling dari jalan yang benar.

Firman Allah:

33
“Dan berwaspadalah dari mereka yang hendak memesongkan kamu dari jalan
kebenaran.” (49 : Maidah) 
Begitu juga dalam ayat 73 surah al-Isra.

8. Fitnah bermaksud sesat.

Firman Allah :

“Dan sesiapa yang Allah hendak menyesatkannya.” (41 : al-Maidah)


Begitu juga fitnah dalam ayat 162 surah as-Soffat.

9. Fitnah bermaksud alasan.

Firman Allah :

“kemudian tidaklah ada alasan mereka melainkan mereka berkata “Demi Allah wahai
tuhan kami, kami bukannya orang-orang musyrikin.” (23 : al-An’am)

Sebahgian tafsir menyatakan fitnah disini bermaksud jawapan.

10. Fitnah bermaksud gila

“Maka kamu akan lihat hai Muhammad dan mereka akan lihat siapakah yang gila.” (6 :
al-Qalam)

FITNAH DALAM HADIS

1. Fitnah bermaksud perselisihan dan peperangan

Nabi saw bersabda:

“Akan berlaku perselisihan dan peperangan, orang yang melihatnya lebih baik dari
orang yang menyebabkannya ia berlaku.” (Hr Bukhari dan Muslim)

2. Fitnah bermaksud ujian dan cubaan

Nabi saw bersabda :

“Maka hendaklah kamu berwaspada terhadap dunia dan waspada terhadap wanita,
sesungguhnya fitnah yang mula2 menimpa bani Israel adalah wanita.” (Hr Muslim)

3. Fitnah bermaksud melalaikan dan melekakan.

Hadis Nabi saw:

34
“Sekiranya baginda mendengar tangisan bayi, baginda akan meringankan solatnya
kerana bimbang ibunya akan terleka dengan tangisan ibunya.” (Hr Bukhari)

4. Fitnah bermaksud penyeksaan dan pembunuhan

Nabi saw bersabda:

“Dahulu seorang lelaki di seksa kerana mempertahankan agamanya, samada orang-


orang kafir membunuhnya atau menyeksanya.” (Hr Bukhari)

5. Fitnah bermaksud berlaku kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi saw bersabda:

“Apabila datang seorang lelaki yang baik agama dan akhlaknya melamar anak mu maka
hendaklah kamu kahwininya dengan anak mu. Kalau tidak, akan berlaku kemungkaran
dan kerosakan yang besar di muka bumi.” (HR. Ibnu Majah)

6. Fitnah bermaksud memaksa untuk kembali kufur.

Nabi bersyair ketika menggali parit di peperangan khandak:

“Sesungguhnya musuh-musuh telah menganiaya kami. sekiranya mereka hendak


memaksa kami kembali kufur, kami enggan." (Hr Bukhari dan Muslim)

7. Fitnah bermaksud menjauhkan dari agama

Nabi saw bersabda kepada Muaz ra:

“Wahai Muaz adakah engkau hendak menyebabkan manusia lari dari ajaran
agamanya?” (Hr Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan: Fitnah mempunyai pelbagai makna dan maksud di dalam Quran dan hadis
Rasulullah saw. Orang melayu selalu menggunakan fitnah untuk makna tuduhan,
sehinggakan mentafsirkan kalimah fitnah ayat berikut dengan tuduhan palsu, sedangkan
maknanya adalah syirik:

“Syirik lebih dahsyat dosanya daripada membunuh.” (191 : al-Baqarah)

Banyak di kalangan orang melayu termasuk ustaz2 yang mentafsirkan fitnah kepada
tuduhan yang tidak benar. Sedangkan tidak ada fitnah yang bermaksud tuduhan dalam
Quran, hadis dan bahasa arab. Ini satu pentafsiran mengikut hawa nafsu. Nabi saw
bersabda:

35
“Sesiapa yang berkata tentang quran dengan akal fikirannya atau apa yang dia tidak
tahu ilmu tentangnya maka hendaklah menempati tempatnya di neraka.” (HR. Tirmizi)

Firman Allah swt:

“… Allah mengharamkan kamu bercakap tentang Allah apa yang kamu tidak tahu.”
(33 : al-Araf)

E. Namimah
Menurut bahasa kata namimah itu berasal dari bahasa Arab yang berarti "Adu
Domba". Sedangkan menurut istilah bahwa namimah adalah mengadukan suatu
perkataan atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang tidak disenangi.
Perkataan tersebut yang diadukan, adakalanya dengan bentuk cerita, tulisan, isyarat atau
dengan sindiran.
Dari defenisi tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa namimah adalah suatu
prilaku mengadu domba atau menyebarkan fitnah kepada  ornag lain dengan tujuan agar
diantara mereka saling bermusuhan. Prilaku namimah merupakan suatu dosa karena
dapat menyebabkan suatu perpecahan atau permusuhan kedua belah pihak, dan lebih
lanjut dapat menyebabkan konflik perkelahian, tauran yang menyebabkan terjadinya
pertumpahan darah dan terjadinya suatu kematian yang tidak diinginkan.

Dalil-dalil Tentang Larangan Perilaku Namimah


1.Dalil Al-Qur'an

Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

‫اء بِ َنمِيم‬
ٍ ‫ش‬َّ ‫از َم‬
ٍ ‫َه َّم‬
“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (Al-Qalam: 11)

Maksud dari ayat tersebut di atas bahwa orang-orang yang sering menghamburkan
kebencian dan fitnah adalah orang yang mepunyai hati yang busuk dan sifat iri dalam
hati.

Dan Allah berfirman:

ٌ ‫َما َي ْلفِ ُظ مِنْ َق ْو ٍل إِال لَدَ ْي ِه َرق‬


‫ِيب َعتِيد‬

36
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).

Harus disadari bahwasanya tidak ada ucapan atau kata-kata yang keluar dari mulut
seseorang kecuali dia harus pertanggung jawabkan, karena ada dua malaikat yang selalu
hadir disamping kiri kananya mencatat apa yang dia lontarkan, terlebih lagi jika mereka
menyebarkan suatu kebencian.

Juga Allah berfirman:

‫َو ْي ٌل لِ ُك ِّل ُه َم َز ٍة لُ َم َز ٍة‬


“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Al-Humazah: 1). 

Yang dimaksud di sini adalah nammam (yang melakukan adu domba).

Dalam surah Al-lahab ayat 4 juga Allah menjelaskan tentang perilaku orang yang
menyebarkan fitah dengan gambaran sebagai pembawa kayu bakar yang menyebarkan
api, sebagaimana halnya orang yang mengadu domba adalah gangguan yang ditujukan
untuk merusak hubungan kepada sesama manusia
Allah berfiman:
ِ َ‫َوا ْم َرأَتُهُ َح َّمالَةَ ا ْل َحط‬
‫ب‬
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” (Al-Lahab: 4). 
    Di ayat lain Allah berfirman :

‫احتَ َملُوا بُ ْهتَانًا َوإِ ْث ًما ُمبِينًا‬


ْ ‫سبُوا فَقَ ِد‬ ِ ‫َوالَّ ِذينَ يُؤْ ُذونَ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ َوا ْل ُمؤْ ِمنَا‬
َ َ‫ت بِ َغ ْي ِر َما ا ْكت‬
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan
yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.” (Al-Ahzab: 58).
2. Dalil Hadits
Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang hukum namimah di antaranya :
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda:
)‫ (متفق عليه‬.‫اَ َيدْ ُخل ُ ا ْل َج َّن َة َن َّما ٌم‬
“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).

37
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa orang
yang suka mengadu domba tidak akan masuk Surga, jika ia tidak masuk Surga maka
tidak ada tempat baginya di akhirat kecuali di Neraka, sebab di akhirat kelak hanya ada
Surga dan Neraka, maka jika ditetapkan bahwa ia tidak masuk Surga berarti tempatnya
adalah Neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫ ا ْل ُم ْف‬،‫ ا ْل َمشَّاؤ ُْونَ بِالنَّ ِم ْي َم ِة‬:‫ قَا َل‬،‫ بَلَى‬:‫َأالَ أُ ْخبِ ُر ُك ْم بِش ََرا ِر ُك ْم؟ قَالُ ْوا‬
‫ َّرا ِء‬q َ‫ ا ْلبَا ُغ ْونَ لِ ْلب‬،‫سد ُْونَ بَيْنَ ْاألَ ِحبَّ ِة‬
.‫ا ْل َع ْي َب‬
“Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang-orang yang jahat di antara
kalian?” Para sahabat menjawab: “Tentu”. Beliau bersabda: “(Yaitu) orang-orang
yang ke sana dan ke mari menghamburkan fitnah, orang-orang yang merusak
hubungan antar orang yang berkasih sayang, dan orang-orang yang mencari aib pada
diri orang-orang yang baik.”

Mari kita renungkan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:

ْ ‫َمنْ أَشَا َع َعلَى ُم‬


ِ ُ‫سلِ ٍم َكلِ َمةً ي‬
.‫ شَانَهُ هللاُ بِ َها فِي النَّا ِر يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة‬،ٍّ‫ش ْينُهُ بِ َها بِ َغ ْي ِر َحق‬
“Barangsiapa menyiarkan berita buruk seorang Muslim untuk memburukkannya
dengan berita itu secara tidak haq, maka dengan itu Allah akan memburukkannya di
dalam api Neraka pada hari Kiamat.”

Adapun ganjaran yang harus ia terima sebelum dikumpulkan di padang mahsyar di hari
Kiamat ia akan menerima siksaan di alam kubur. 
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berjalan melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:

َ ‫ ِة َوأَ َّما ْا‬q‫ ْي بِالنَّ ِم ْي َم‬q‫ش‬


‫ ُر‬q‫آلخ‬ ِ ‫انَ يَ ْم‬qq‫ ُد ُه َما فَ َك‬q‫ أَ َّما أَ َح‬،‫ ٌر‬q‫ بَلَى إِنَّهُ َكبِ ْي‬،‫ ٍر‬q‫ان فِ ْي َكبِ ْي‬
ِ َ‫ذب‬qَّ q‫ان َو َما يُ َع‬
ِ َ‫ِإنَّ ُه َما لَيُ َع َّذب‬
ْ َ‫فَ َكانَ الَ ي‬
.‫ستَتِ ُر ِمنْ بَ ْولِ ِه‬
“Sesungguhnya kedua penghuni kubur itu sedang disiksa, keduanya tidak disiksa
karena dosa besar, namun sesungguhnya itu adalah dosa besar, salah satu di antara
keduanya disiksa karena ia berjalan kesana dan kemari untuk menebar fitnah,
sedangkan yang kedua disiksa karena tidak sempurna bersuci saat buang air kecil”.

Para ulama berkata tentang makna: “Keduanya tidak disiksa karena dosa


besar”,maksudnya adalah: bahwa kedua penghuni kubur itu tidak menyangka bahwa
perbuatannya itu termasuk yang berdosa besar. Disebutkan pula bahwa sepertiga dari
siksaan di dalam kubur adalah karena perbuatan adu domba.
Allah Subhaanahu Wata’aala telah mengharamkan perbuatan menyebarkan fitnah
(mengadu domba) karena dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
manusia, tidak ada kelonggaran dalam ini, lain halnya berbohong yang mana dalam hal

38
ini Allah telah memberikan keringanan jika itu dapat mendatangkan kebaikan dan
kemaslahatan di antara manusia,

Sebab-sebab Timbulnya Sifat Namimah


Dari uraian pengertian dan dalil-dalil yang menyebutkan tentang namimah, maka ada
beberapa sebab sehingga timbulnya sifat namimah diantaranya 

 Adanya perasaan tidak senang kepada orang di bicarakan atau yang diceritakan 
 Timbulnya dalam hati sifat dengki dan iri hati kepada orang lain karena tidak
senang melihat orang lain mendapat kesuksesan atau kebahagiaan
 Mencari-cari muka kepada orang agar dirinya bisa mendapat simpati dari orang
lain
 Gemar bicara berlebihan, omong kosong, dan benbicara tentang hal-hal yang
tidak benar dan disebarkan kepada orang lain

Contoh Perilaku Namimah


Namimah adalah mengadukan perkataan seseorang kepada orang lain yang akhirnya
membawa malapetaka atau keributan kedua belah pihak, sedangkan berita atau
perkataan yang diadukan itu yang biasanya rahasia orang, sehingga dengan menebarkan
rahasia tersebut membuar orang merasa malu. Umpamanya : "Si A membicarakan
sesuatu kepada Si B yang pembicaraan tersebut tidak bisa diketahui oleh orang lain,
karena si A dan Si B sahabat yang akrab, Namun ketika si B punya kepentingan kepada
orang lain atau musuh dari Si A, maka apa yang menjadi rahasia mereka bahkan tidak
sungkan-sungkan menambah cerita sehingga orang lain dapat mempercayainya,
akhirnya si B yang punya rasa benci dan dendam akhirnya dia menebarkan cerita dari
rahasia sahabatnya, kepada lawan atau musuh dari Si.A, akhirnya timbul pertikaian,
bahkan tidak jarang timbul perkelahian yang mengakibatkan pertumpahan darah.

Oleh karenanya orang yang gemar bersifat namimah adalah orang yang mempunyai
maksud yang tidak baik kepada orang yang diadu, menjadi provokator, menfitnah,
sehingga pada akhirnya menjadi orang munafik

Akibat Perilaku Namimah

 Namimah merupakan suatu perbuatan yang tercelah yang dosanya sangat besar
dan sangat dibenci oleh Allah
 Namimah adalah suatu sifat yang digolongkan sebagai orang munafiq, karena
mereka bermuka dua. karen menfitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan

39
 Salah satu akibat dari namimah adalah dapat memutuskan tali silaturrahim atau
hubungan persaudaraan 
 Bahwa orang yang berbuat namimah hidupnya tidak akan tenang akibat dari
kebohongan-kebohongannya dan diakhirat kelak semua orang yang sudah dia
fitnah, dia adu domba akan datang menghadap kepada Allah meminta
pertanggung jawaban dari orang yang mengadunya.

Cara Perilaku Menghindari Namimah

 Menyadari akan bahaya yang ditimbulkan sifat namimah


 Menyadari bahwa namimah adalah suatu perbuatan yang dosanya sangat besar
 Hasul pandai-pandai menyikapi dan meneliti kebenaran dari informasi yang
didengar
 Sadar diri bahwasanya diri kita juga tidak menyukai apabila ada orang lain yang
mengadu domba dan begitu pula yang dirasakan orang apabila di adu domba
 Selalu menjalin dan mempererat tali ukhuwah 
 Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah 

Latihan
1. Berikut yang benar untuk pengertian ananiah adalah
A. Egois

B. Pemarah

C. Gosip

D. Fitnah

2. Selalu tidak senang jika orang lain memperoleh kebahagiaan merupakan sikap ....
A. Gibah

B. Namimah

C. Hasad

D. Ananiah

3. Perilaku yang tidak dapat mengendalikan emosi disebut....


A. Ananiah

B. Gadab

C. Gibah

40
D. Namimah

4. Orang yang suka menggunjing diumpamakan sebagai ....


A. Orang yang memakan daging babi

B. Orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri

C. Orang yang menghina sesamanya

D. Orang yang mendapatkan siksa di neraka

5. Perilaku senang menceritakan kesalahan orang lain adalah ....


A. Gibah

B. Namimah

C. Hasad

D. Ananiah

6. Berikut pengertian yang tepat untuk orang yang memiliki sifat namimah adalah ....
A. Orang yang senang menggunjing orang lain

B. Orang yang merasa iri kepada kebaikan orang lain

C. Sikap senang menggosip kesalahan orang lain

D. Orang yang memfitnah sesamanya

7. Al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 134 menjelaskan tentang larangan memiliki sikap .... 
A. Ananiah

B. Gadab

C. Namimah

D. Hasad

8. Sifat hasad akan merusak amal sebagaimana ....


A. Api memakan kayu bakar

B. Orang yang memakan bangkai

C. Daun dimakan ulat

D. Buih di lautan yang sangat banyak

41
9. Politik adu domba Kolonial Belanda di Indonesia merupakan salah satu bentuk
perilaku tercela ....
A. Gibah

B. Hasad

C. Namimah

D. Gadab

10. Apabila kita mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya, sikap yang
perlu kita lakukan adalah .... 
A. Menerima informasi tersebut apa adanya

B. Segera menyebarkan informasi tersebut

C. Melakukan klarifikasi terlebih dahulu

D. Mempublikasikan informasi tersebut kepada orang lain

42
BAB V
ADAB BERGAUL DENGAN SAUDARA DAN TEMAN

Allah swt memerintahkan kepada kita hendaknya pandai- pandai memilih teman
bergaul dalam kehidupan di dunia dimana hidup tak terulang dan hanya sekali,  karena
pengaruh baik dan buruk tergantung dari teman-teman dan sahabatnya, bahkan tidak
jarang kita terbawa dan terpengaruh oleh kebiasaan baik maupun kebiasaan buruk
Mereka. Memilih teman yang baik bisa menghasilkan syurga tetapi bergaul dengan
yang buruk menyeret kita ke Neraka.
Lihat sabda Rasulullah:
 ‫ أَ َح ُد ُك ْم َم ْن‬  ْ‫ين خَ لِيلِ ِه فَ ْـليَ ْنظُر‬
ِ ‫ ال َّر ُج ُل َعلَى ِد‬ :‫ قَا َل‬  ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َّ ِ‫ع َْن أَبِي ه َُر ْي َر ةَ أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
‫يُخَالِ ُل‬.
Artinya: "Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda:"Seseorangitu (sangat)
tergantung dengan agama temannya, maka hendaklah seseorang (diantaramu) melihat
siapa yang menjadi temannya."

Dari pembukaan di atas maka adab atau etika bergaul yang benar-benar harus
kita perhatikan adalah sebagai berikut 
1. Memilih teman bergaul dan bersahabat harus dengan orang yang baik akhlaknya
2. Hal ini mempertegas pernyataan Rasulullah saw, bahwa kita harus pandai  memilih
dan memilah teman bergaul untuk kepentingan dunia dan akhirat kita, terkadang adat-
istiadat, budaya dan prilaku seseorang itu saling mempengaruhi.
Abu Said AlKhudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw  bersabda :  "Janganlah
kalian berkawan kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan sampai memakan
makananmu kecuali orang yang bertakwa."
Larangan pertemanan ini mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan
orang yang suka berbuat dosa, karena mereka melakukan apa yang Allah haramkan.
Kepada Allah saja dia berani maksiat dan melawan apalagi kepada makhluk. 
Kepada  Allah saja yang memberikan segala kebaikan dan kenikmatan dia ingkar
apalagi kepada manusia, Kepada Allah saja tidak amanah apalagi kepada teman-
temannya. Berteman dengan mereka akan mendatangkan kemudharatan pada agama
kita. 

43
Terlebih lagi larangan bersahabat dengan orang-orang kafir dan munafik, maka larangan
ini  lebih diutamakan. Kita bergaul dengan mereka dalam rangka amar ma’ruf dan nahi
munkar itu hal yang diperbolehkan, dan amar ma’ruf serta nahi munkar kita jika
mendatangkan kemaslahatan maka lanjutkan, akan tetapi jika tak mendatangkan
perubahan apapun pada mereka, meninggalkannya adalah lebih lebih baik lagi. 

َ ‫ "( لا َ يَأْ ُكلْ طَ َعا َم‬jangan sampai memakan


ٌّ ِ‫ك إِالَّ تَق‬
Adapun sabda Rasulullah saw  ‫ي‬
makananmu kecuali  orang yang bertakwa."). Al Khatabi berkata, “Larangan ini berlaku
pada makanan undangan, bukan makanan kebutuhan, karena Allah berfirman : َ‫ُط ِع ُمون‬ ْ ‫َو ي‬
8/‫ يَتِي ًما َو أَ ِسيرًا (اإلنسان‬ ‫ َو‬ ‫ ِم ْس ِكينًا‬ ‫الطَّ َعا َم َعلَى ُحبِّ ِه‬Dan mereka memberikan makanan yang
disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”.  

Dari firman tersebut membantu manusia yang tertawan oleh kita dari segi makanan
pokoknya dan kebutuhan hidup sehari-harinya adalah wajib, tetangga non muslim yang
kekurangan bahan pokok demi kemanusiaan harus kita  bantu, bahkan harus
menunjukkan bahwa kita ini berdakwah ikhlas kepada sesame makhluk dan mencontoh
Rasulullah saw sebagai Rahmatan lil  ‘alamiin.

Adapun hadits yang lain mempertegas lagi adalah sebagai berikut :

ِ ‫ب ْال ِمس‬
  ‫ْك‬ ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ِ ِ‫ح َو ْال َجل‬
َ ‫يس ال َّسوْ ِء َك َمثَ ِل‬ ِ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ) َمثَ ُل ْال َجل‬
ِ ِ‫يس الصَّال‬ َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ُ ‫ ْال َح َّداد ِ يُحْ ِر‬ ‫يحهُ َو ِكي ُر‬
‫ بَ َد‬ ‫ق‬ َ ‫ تَ ِج ُد ِر‬  ْ‫ أَو‬ ‫ إِ َّما تَ ْشت َِري ِه‬ ‫ك‬
ِ ‫ب ْال ِم ْس‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ يَ ْع َد ُم‬ َ‫ير ْال َح َّدا ِد ال‬
َ ‫ ِم ْن‬ ‫ك‬ ِ ‫َو ِك‬
ً‫ ت َِج ُد ِم ْنهُ ِريحًا َخبِيثَة‬  ْ‫ أَو‬  َ‫ ثَوْ بَك‬  ْ‫ أَو‬ ‫ك‬
َ َ‫ن‬
Nabi bersabda: “Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan
penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan
menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan
bau wanginya, sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan
mendapatkan bau tidak sedapnya”. 

Jelaslah kehati-hatian kita memilih sebuah komunitas pergaulan sangat diperlukan


bukan hanya mengatakan saya fleksibel bergaul dengan siapa saja, tetapi berlaku
cerdaslah untuk kepentingan diri kita sendiri agar dunia dan akhirat berhasil.

44
Bahkan faktor memilih pasangan pun sangat tergantung dari teman  yang menjadi teman
pergaulannya,  karena biasanya sifat mereka tak  jauh berbeda dengan teman-temannya.
 ُ‫ اَ ْل َمرْ أَة‬:‫ال‬
َ َ‫رسول هللاِ َو َما خَضْ َر ا ُء ال ِّد َم ِن؟ ق‬
َ ‫ يا‬:‫ قِ ْي َل‬ ،‫ ال ِّد َم ِن‬ ‫ َوخَضْ َر ا َء‬ ‫ إِ يَا ُك ْم‬ :‫قال النبي‬
ِ َ‫ ْال َم ْنب‬ ‫في‬
)‫ (رواهالدارقطني‬.‫ت الـسُوْ ِء‬ ِ  ‫ْال َح َسنَا ُء‬
Artinya: "Jauhilah olehmu si cantik yang beracun!".Lalu seorang sahabat bertanya:
"Wahai Rasulullah, siapakah si cantik yang beracun itu?". Rasulullah saw  
menjawab : "Perempuan yang cantik, tetapi hidup dan bergaul dengan temannya
dalam lingkungan yang jahat ".

Dari hadits tersebut bisa kita simpulkan bahwa lingkungan yang tidak baik, besar
kemungkinan dipenuhi oleh kebiasaan, tradisi, dan perilaku yang bertentangan dengan
syariat Islam. 

Lingkungan masyarakat yang mempunyai tradisi berjudi, membuka praktik pelacuran,


gemar minuman keras, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya, merupakan contoh
lingkungan yang tidak  baik. 

Latihan
1. Sebutkan etika bergaul yang benar!
2. Tulislah beberapa hadist yang berhubungan dengan etika bergaul yang
baik!
3. Tulis beberapa paragraf yang menceritakan adab bergaul yang benar!
4. Jelaskan maksud dari sabda rasul berikut!
Artinya: "Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda:"Seseorangitu
(sangat) tergantung dengan agama temannya, maka hendaklah
seseorang (diantaramu) melihat siapa yang menjadi temannya."

5. Sebutkan arti dari hadist berikut!


َ َ‫ يا رسو َل هللاِ َو َما خَضْ َر ا ُء ال ِّد َم ِن؟ ق‬:‫ قِ ْي َل‬ ،‫ ال ِّد َم ِن‬ ‫ َوخَضْ َر ا َء‬ ‫ إِ يَا ُك ْم‬ :‫قال النبي‬
:‫ال‬
)‫ (رواهالدارقطني‬.‫ت الـسُوْ ِء‬ ِ َ‫ ْال َم ْنب‬ ‫في‬
ِ  ‫ ْال َح َسنَا ُء‬ ُ‫اَ ْل َمرْ أَة‬

BAB VI
KETEGUHAN IMAN SAHABAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

45
Nama  Abu Bakar As-Siddiq R.A. adalah tidak asing lagi bagi sekalian ummat
Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling teragung
dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah S.A.W. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan
hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam
menyelesaikan masalah ummat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran,
kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik
adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat
terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah S.A.W. Karena
besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah S.A.W. pernah mengatakan bahwa
“Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan  Abu Bakar R.A.”

Beberapa keistimewaan beliau adalah :


Saiyidina Abu Bakar Al-Siddiq R.A. adalah seorang sahabat yang terkenal
karena keteguhan imannya. Rasulullah S.A.W. pernah menyanjungi sahabatnya itu
dengan sabdanya, “Jika ditimbang iman Abu Bakar Al-Siddiq dengan iman sekalian
ummat maka lebih berat  iman Abu Bakar“.
Dalam Perang Tabuk  Rasulullah S.A.W. telah meminta kepada sekalian kaum
Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu
Bakar R.A. membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua
tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar
R.A., bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah S.A.W. menjadi terkejut lalu berkata
kepadanya:
“Hal sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa
lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?”
Pertanyaan Rasulullah S.A.W. itu dijawab oleh Abu Bakar Al-Siddiq dengan tenang
sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.”  Hal
seperti ini juga disebutkan Allah dalam Quran (surat Al-Lail).
Tatkala Nabi Muhammad selesai melakukan Isra’ dan Mikraj segolongan orang yang
kurang mempercayai apa yang telah dikhabarkan Rasulullah S.A.W. telah pergi
menemui Abu Bakan R.A. untuk mendengarkan apa pendapatnya tentang cerita
Muhammad S.A.W.  itu. Tujuan kedatangan mereka mendapatkan Abu Bakar R.A.

46
tidak lain dengan prasangka tentunya Abu Bakar R.A. kali ini akan mendustakan kisah
yang tidak masuk akal pada fikiran mereka itu. Setelah pertanyaan itu disampaikan
kepada Abu Bakar R.A. lalu beliau pun berkata, “Adakah Muhammad berkata begitu? ”
Sahut mereka, “Benar!”
Maka ujar  Abu Bakar R.A. “Jika Muhammad berkata begitu maka sungguh benarlah
apa yang diceritakan itu”. Lalu mereka pun terus menyambung, “Engkau percaya hai
Abu Bakar bahawa Muhammad sampai ke tanah Syam lebih sebulan perjalanan
pulang, di malam semalam tadi?”
Maka sahut Abu Bakar sungguh-sungguh, “Benar! Aku percaya! Malah lebih dari itu
aku percaya kepadanya. Aku percaya akan berita dari langit  yg diberitakannya baik
pada waktu siang maupun di waktu malam!”

Demikian hebatnya sambutan sahabat yang paling utama itu. Karena tegas dan
teguhnya iman beliau terhadap agama yang dibawa oleh Muhammad dan terhadap apa
yang dikhabarkan oleh baginda maka beliau telah diberi oleh Rasulullah S.A.W. dengan
gelaran Al-Siddiq, artinya yang benar.
Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-
Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)`Aisyah,
Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah
yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas
pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia
yang  paling engkau cintai?” beliau bersabda :”Aisyah” aku berkata : “kalau dari
lelaki?” beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau
menjawab: “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan
Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia
menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku
sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai  kekasih.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

47
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian semua.
Namun kalian malah berkata `kamu adalah pendusta’. Sedangkan Abu Bakar
membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah
kalian akan meninggalkan aku (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah
mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh
seorangpun dari kaum muslimin). (HR. Bukhari)
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa
ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau
yang berada di daerah Sunh.(hadis panjang) … Abu Bakar berkata : “Amma bad`du,
barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya
Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah
Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman “Muhammad itu tidak
lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa
yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak
mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar
membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun
diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”

DAFTAR PUSTAKA

Hamid farida. Kamus ilmiah popular lengkap. Surabaya: Apollo lestari.

48
Khalil Al-Qattan Manna’. 2010. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: PT. Mitra Kerjaya.
Shihab Quraish. 1999. Mu’jizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
Nabhani Idris. Rekam Jejak Para Khalifah (terjemahan) Jakarta Timur: Prima Pustaka.
Ibrahim, Mahyudin.1992. Seratus Delapan Puluh Sifat Tercela dan Terpuji. Jakarta:
Haji Mas Agung.

Nashih Ulwan, Abdullah. 1995. Pendidikan Anak dan Islam. Jakarta: Pustaka Amani.
Sahli, Mahfud. 1984. Uswatun Hasanah. Semarang: CV Kusnadi.
Syakir, M.1990. Selamatkan Akhlakmu. Jakarta: Gema Insani Press.
Umam, Chotibul.1989. Aqidah Akhlak. Kudus: Menara Kudus.

49

Anda mungkin juga menyukai