Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM ASURANSI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko Bisnis

Dosen Pengampu : Juwita, S. Pd., M. Pd.

Kelompok 9

Nama anggota :

1. Nikmatul Azizah (118020389)


2. Shela Khomsiah (118020412)

Fakultas Ekonomi

Prodi Manajemen

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
yang luar biasa kepada seluruh hamba-Nya, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliahManajemen Resiko Bisnis tentang “Hukum
Asuransi”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan segala pihak yang telah
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, baik itu penulisan ataupun isi dari
makalah tersebut.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Cirebon, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi......................................................................... 4
2.2 Dasar Hukum Asuransi.................................................................... 6
2.3 Jenis Penggolongan Asuransi........................................................... 9
2.4 Prinsip Dalam Asuransi.................................................................... 10
2.5 Tujuan Hukum Asuransi.................................................................. 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada
tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi,
pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara
penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis
yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk
mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi
juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah
satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat.Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi
masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang
telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat ini juga
menawarkan program asuransi syariah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari asuransi?
2. Apasaja dasar hukum yang ada pada asuransi?
3. Apasaja jenis-jenis penggolongan asuransi?
4. Apa saja prinsip dalam asuransi?
5. Apa manfaat dari hukum asuransi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian asuransi
2. Mengetahui dasar hukum asuransi
3. Mengetahui jenis penggolongan asuransi
4. Mengetahui prinsip asuransi
5. Mengetahui manfaat hukum asuransi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi

Dalam pasal 246 KUH Dagang, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tentu.Istilah asuransi dari bahasa inggris (Insurance) yaitu
pertanggungan. Jadi asuransi ini merupakan suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk
memberikan jaminan akan suatu hal yang dijanjikan. Secara simpel, asuransi ini dapat diartikan
seperti menyediakan payung sebelum hujan.Asuransi adalah sebuah perjanjian antara dua orang
atau lebih di mana pihak tertanggung membayarkan iuran/kontribusi/premi untuk mendapat
penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, atau kehilangan, yang dapat terjadi akibat peristiwa yang
tidak terduga.Istilah asuransi sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu “insurance” dan bahasa
Belanda, assurantie atau verzekering.

Asuransi tidak dapat menghilangkan risiko terjadinya peristiwa tidak terduga, tetapi


asuransi dapat mengurangi dampak kerugian yang muncul dari peristiwa tersebut, baik dalam
skala kecil ataupun besar.Kini asuransi pun sudah menjadi bagian perencanaan keuangan bagi
sebagian orang untuk jangka panjang.

Definisi Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung dan tertanggung dimana
penanggung memberikan ganti rugi terhadap tertanggung, sebaliknya tertanggung harus
membayar premi kepada penanggung.

2.2 Dasar Hukum Asuransi

      Asuransi diatur diberbagai peraturan perundangan/seperti: KUHDagang, Undang Undang


Nomor 40 tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian serta peraturan pelaksanaan lainnya.

1.  Dalam KUHDagang dimuat dalam :


     1. Buku I, Bab IX ( pasal 246-286 ) tentang asuransi pada umumnya.

2
     2. Buku I, Bab X (pasal 287-308 ) tentang asuransi kebakaran, asuransi     pertanian, asuransi
jiwa.
     3. Buku II, Bab IX (pasal 592-685) tentang asuransi bahaya laut dan bahaya  perbudakan.
     4. Buku II, Bab X ( pasal 686-695 ) tentang asuransi bahaya pengangkutan di daratan, di
sungai dan diperairan darat.
2. Undang-Undang nomor 40 tahun 2014 tentang usaha perasuransian, dengan peraturan
pelaksanaannya dan seterusnya.

3. Ketentuan Perjanjian dalam KUHPerdata juga dipakai dalam asuransi (termasuk ketentuan-
ketentuan lain,misalnya hukum benda dsb).

2.3  Penggolongan Asuransi

Secara konvensional asuransi awalnya digolongkan atau dikelompokkan dalam 2 (dua)


bagian besar, yaitu asuransi yang menjamin terhadap kepentingan Harta kekayaan manusia yang
disebut Asuransi Kerugian, dan asuransi yang menjamin kepentingan terhadap jiwa
manusia yang disebut Asuransi Jiwa (atau arusansi jumlah).

a. Asuransi Jiwa

HMN. Purwosutjipto memberikan definisi bahwa asuransi jiwa adalah perjanjian timbal


balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dimana penutup asuransi
mengikatkan diri sendiri selama jalannya pertanggungan dengan cara membayar premi kepada
penanggung, sebagai akibat langung dari meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan
atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditujuk oleh penutup asuransi sebagai penikmatnya.

Secara teoritis pada asuransi jiwa ada beberapa pihak yang terlibat dalam perjanjian asuransi itu
yaitu :

1. Penutup atau pengambil asuransi, adalah pihak dalam perjanjian   pertanggungan yang


mengikatkan diri untuk membayar premi dengan teratur kepada penanggung, akibatnya dia
memiliki polis.
2.Badan tertanggung, adalah orang yang jiwanya dipertanggungkan, mungkin si penutup
asuransi sendiri dan mungkin pula orang lain yang ditunjuk oleh si penutup asuransi.

3
3  Penikmat mungkin si penutup asuransi sendiri atau ahli warisnya dan mungkin pula orang lain
yang ditunjuk oleh si penutup asuransi.
4  Penanggung (perusahaan asuransi).
 b. Asuransi Kerugian
      Molengraaff memberi definisi asuransi kerugian adalah persetujuan dengan mana satu pihak,
penanggung mengikatkan diri terhadap yang lain, tertanggung untuk mengganti kerugian yang
dapat diderita oelh tertanggung,karena terjadinya suatu peristiwa yang telah ditunjuk yang belum
tentu serta kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji untuk membayar premi.
Adapun asuransi kerugian dapat digolongkan lagi ke dalam berbagai jenis yaitu :

a. Asuransi Kebakaran

Berdasarkan Pasal 290 KUHDagang, yang dimaksud dengan asuransi kebakaran adalah
pertanggungan yang menjamin kerugian atau kerusakan atas harta benda (harta tetap dan harta
bergerak) yang disebabkan oleh kebakaran yang terjadi karena api sendiri atau api dari luar,
karena udara jelek, kurang hati-hati, kesalahan atau perbuatan tidak pantas dari pelayanan
tertanggung, tetangga, musuh, perampok, dan apa saja, dan dengan cara bagaimanapun sebab
timbulnya kebakaran.

b. Asuransi Pengangkutan 

Asuransi Pengangkutan adalah jenis asuransi kerugian yang menjamin terhadap kemungkinan


terjadinya akibat perpindahan tempat yang dibawa oleh alat pengangkut.

Dikelompokkan atas :

a) Asuransi pengangkutan darat


b) Asuransi pengangkutan laut

c. Asuransi Aneka
Yang dimaksud asuransi “aneka” dalam praktik asuransi kerugian yang tidak termasuk dalam
asuransi kebakaran ataupun asuransi pengangkutan. Termasuk dalam kelompok asuransi aneka :
1. Asuransi Kecelakaan Buruh
2. Asuransi Tanggung Jawab Majikan

4
3. Asuransi Tanggung Jawab Umum
4. Asuransi Perekayasaan

2.4 PRINSIP PRINSIP DALAM ASURANSI


a. Prinsip Kepentingan (Insurable Interest)
Di dalam Pasal 250 KUHDagang disebutkan bahwa : Apabila seseorang yang telah
mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah
diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu
kepentingan terhadap barang yaang dipertanggungkan itu, maka si penanggung tidaklah
diwajibkan memberikan ganti rugi.Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang menutupi
asuransi harus mempunyai kepentingan (interest) atasbarang yang dipertanggungkan (insurable),
atau orang yang ditutup asuransi atas barangnya oleh orang lain (yang dikuasakannya), harus
mempunyai kepentingan atas barang itu.
b. Prinsip Itikad Baik
Maksud dari prinsip itikad baik bahwa tertanggung hendaknya memberikan data atau
informasiyang benar tentang barang atau diri yang dipertanggungkan. Dengan data atau
informasi yang benar itu akan menjadi bahan pertimbangan bagi penanggung  (perusahaan
Asuransi) untuk menerima atau menolak risiko dari tertanggung.
c. Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)
Pasal 253 KUHDagang mengatakan :
(1). Suatu pertanggungan yang melebihi jumlah harga atau kepentingan yang sesungguhnya,
hanyalah sah sampai jumlah tersebut.
(2).  Apabila harga penuh sesuatu barang yang tidak dipergunakan, maka apabila   timbul
kerugian, si penanggung hanyalah diwajibkan menggantinya menurut imbangan daripada
bagiaan yang dipertanggungkan terhadap bagian yang tidak dipertanggungkan.
(3).  Namun demikian bolehlah para pihak memperjanjikan dengan tegas, bahwa dengan tak
mengingat harga lebihnya barang yang dipertanggungkan, kerugian yang menimpa barang itu
akan diganti sepenuhnya sampai jumlah yang dipertanggungkan.
      Ini adalah prinsip ganti rugi yang seimbang dimana seorang tertanggung tidak boleh
menerima ganti rugi melebihi daripada kerugian yang nyata yang dideritanya dari terjadinya
peristiwa yang dijamin dalam polis asuransi.

5
Dengan kata lain bahwa asuransi adalah bertujuan memberi ganti rugi sesuai dengan apa yang
diderita tertanggung dan bukan memberikan keuntungan, sebab hal ini menyalahi keadilan.

d. Prinsip Subrogasi

Prinsip ini bertujuan agar seseorang tidak memperoleh keuntungan dari terjadinya kerugian,
yang apabila tertanggung telah menerima ganti rugi dari penanggung, maka hak menuntut ganti
rugi pada pihak lain yang dianggap menimbulkan kerugian tersebut akan jatuh atau berpindah
pada penanggung, demikian pula bila tertanggung telah menerima ganti rugi dari pihak
penanggung.

e. Prinsip Kausa Proximal

Suatu penyebab utama aktif dan efisien yang menimbulkan suatu kerugian dalam sebuah


rangkaian kejadian. ketentuan klaim dalam prinsip asuransi ini adalah apabila objek yang
diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama yang kali harus dan akan
dilakukan pihak perusahaan asuransi adalah mencari penyebab utama aktif dan efisien yang
dapat menggerakan suatu rangkaian perustiwa tanpa terputus yang mana akhirnya menimbulkan
kecelakaan tersebut. Dari pertimbangan tersebut baru dapat ditentukan jumlah klaim yang
diterima oleh pemegang polis.

f. Prinsip Kontribusi

Ia mirip dengan prinsip subrogasi, hanya dalam prinsip kontribusi ini timbul suatu kerugian
terhadap obyek yang diasuransikan kepada lebih dari satu penanggung (perusahaan asuransi)
maka terhadap kekurangpenuhan dapat meminta pembayaran pada perusahaan lainnya.

2.5 Tujuan Hukum Asuransi / Pertanggungan

1. Asuransi sebagai Pengalihan Risiko


Ini merupakan tujuan utama dari asuransi, di mana pengalihan risiko dilakukan oleh
tertanggung kepada pihak penanggung.Hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran dan
pemahaman yang baik dari tertanggung mengenai kemungkinan ancaman bahaya atau kerugian
terhadap harta bendanya atau keselamatan jiwanya.

6
2. Asuransi Sebagai Ganti Rugi
Asuransi juga memiliki tujuan sebagai ganti rugi, di mana hal ini akan dilakukan oleh
pihak penanggung jika sewaktu-waktu tertanggung mengalami sejumlah kerugian yang mungkin
saja terjadi menimpa diri tertanggung. Pada dasarnya kemungkinan bahaya atau kerugian
tersebut tidaklah selalu terjadi dan menimpa tertanggung, atau sering kali kerugian yang terjadi
juga hanya bersifat sebagian dan bukan merupakan kerugian total bagi tertanggung, maka pihak
penanggung akan membayarkan sejumlah ganti rugi sesuai dengan jumlah asuransinya.
3. Asuransi Sebagai Pembayar Santunan
Pada dasarnya asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas
(sukarela) yang terjadi di antara penanggung dan tertanggung. Namun di dalam prakteknya,
perjanjian ini kemudian diatur berdasarkan undang-undang yang berlaku, sehingga pada
akhirnya asuransi ini bersifat wajib, di mana tertanggung akan terikat dengan penanggung akibat
adanya perintah undang-undang dan bukan karena perjanjian semata.  
4. Asuransi untuk Kesejahteraan Anggotanya
Tujuan asuransi yang terakhir yaitu untuk kesejahteraan anggotanya.Apabila beberapa
orang berhimpun dalam suatu perkumpulan, maka perkumpulan tersebut berkedudukan sebagai
si penanggung, sedangkan anggota perkumpulanlah yang berkedudukan tertanggung.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pasal 246 KUH Dagang, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tentu. Penggolongan asuransi yaitu
A. Asuransi jiwa
B. Asuransi kerugian
Adapun asuransi kerugian dapat digolongkan lagi ke dalam berbagai jenis yaitu :
1. Asuransi kebakaran
2. Asuransi pengangkutan
3. Asuransi aneka
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain
dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan
dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan
kegiatan usaha.

3.2 Saran
Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program ini memiliki banyak
manfaat bagi pihak tertanggung, seperti yang telah kami uraikan dalam materi makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :
Salemba Empat.
https://www.pfimegalife.co.id/literasi-keuangan/proteksi/read/pengertian-asuransi-dan-istilah-
istilahnya
https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/careinsurance/6-prinsip-asuransi-yang-perlu-kita-
ketahui

Anda mungkin juga menyukai