Anda di halaman 1dari 14

MODIFIKASI DIET RENDAH PROTEIN DAN RENDAH

KALORI

Zahra Cantika Marwa

(20190302095)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

________________________________________________________

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein berperan sebagai komponen utama yang terdapat dalam
jaringan tubuh manusia dan hewan. Protein merupakan zat gizi esensial
dalam menunjang pertumbuhan yang optimal, perkembangan, manajemen
berat badan, dan kesehatan manusia. Bahan makanan yang kaya akan
protein hewani adalah daging, ikan, telur, unggas, serta produk susu dan
olahannya. Kekurangan zat gizi yang bersumber dari protein menyebabkan
stunting, anemia, kelemahan fisik, edema, disfungsi vaskuler, dan
gangguan imunitas.
Bahan penyusun diet rendah protein terdiri dari tebu, tepung terigu,
tepung maizena, minyak sayur, dan air. Komposisi bahan berbeda-beda
pada setiap jenis diet rendah protein namun tetap dibuat isokalori dengan
diet normal artinya kandungan energi pada setiap jenis diet rendah protein
adalah setara dengan diet normal, hanya berbeda kandungan proteinnya
saja. Jumlah zat gizi makro lain.
Kalori adalah istilah umum dari satuan energi sistem metric. Tubuh
kita memerlukan kalori dari makanan yang kita makan sebagai sumber
energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Tanpa kalori yang cukup,
kita pasti merasa lemas seperti mobil tanpa bensin (Kurniali & Abikusno,
2007).

Diet rendah kalori dapat dijadikan sebagai salah satu cara diet
alami dalam menurunkan berat bedan berlebih. Bebarapa penelitian
menjelaskan bahwasanya diet rendah kalori dengan membatasi karbohidrat
dan juga aktifitas fisik terbukti dapat membantu dalam mengontrol berat
badan menjadi normal secara perlahan. Menurut penelitian Dewi dan
Dieny (2012),  remaja yang mengkonsumsi lebih banyak makanan
berdensitas energi rendah (buah dan sayur) kualitas dietnya lebih baik dan
IMT nya lebih normal daripada remaja yang mengkonsumsi makanan
berdensitas energi tinggi (sumber lemak).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca serta menambah wawasan mengenai Diet
Rendah Protein dan Diet Rendah Kalori

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diet Protein Rendah


Diet rendah protein artinya diet yang diberikan memiliki energi
yang sama seperti biasa, tetapi total protein rendah yaitu kurang dari 50 %
kebutuhan biasanya. Secara umum diet rendah protein, jumlah protein
yang diizinkan berkisar antara 20-30 g per hari dan 2/3 protein tersebut
sebaiknya berasal dari protein hewani atau protein yang mempunyai nilai
biologis tinggi. Karbohidrat dan lemak sebaiknya cukup sehingga tidak
mengganggu pemenuhan kebutuhan protein. Kalium dan natrium
sebaiknya dipantau apakah perlu dibatasi atau tidak.

2.2 Diet Protein Rendah pada Penyakit Ginjal Kronis (PGK)


Peningkatan asupan protein telah terbukti dapat mempengaruhi
hemodinamik ginjal dan berperan terhadap kerusakan fungsi dan jaringan
ginjal. Diet rendah protein memiliki peran penting dalam terapi penyakit
ginjal kronik (PGK), terutama gagal ginjal kronik. Terapi Low Protein
Diet (LPD) telah dikenal sejak lama.

Terapi LPD pada PGK telah diketahui memberi manfaat


menurunkan akumulasi toksin uremik sehingga mengurangi gejala.
uremia, menurunkan proteinuria, dan memperlambat inisiasi TPG.
Modifikasi diet protein pada pasien PGK dapat dibagi menjadi :

1) Protein sangat rendah, kurang dari 0,3 g/kg BB.


2) Diet protein rendah, 0,6-0,8 g/kg BB.
3) Diet protein normal, 1-1,2 g/kg BB.

3
2.3 Implikasi Klinis Diet Rendah Protein
Penelitian mengenai implikasi diet rendah protein pada pasien
PGK telah banyak dilakukan. Di bawah ini adalah beberapa penelitian
mengenai diet rendah protein:

1) Hansen HP et al pada tahun 2004 melaporkan penelitian


mengenai efek diet dengan restriksi protein terhadap
prognosis pada pasien dengan nefropati diabetes. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa penurunan intake protein
sebesar 0,2 g/kgbb/hari secara efektif dapat memperbaiki
gangguan metabolic pada kondisi uremia, asidosis
metabolic dan hiperfospatemia pada pasien PGK.
2) Bellizi dkk melaporkan bahwa pembatasan intake protein
yang lebih besar pada PGK dapat memperbaiki profil lipid
dengan menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, Apo A1
dan rasio APO A1:Apo-B.
3) Cianciaruso dkk melaporkan bahwa diet protein 0,6
gr/kgbb/hari menunjukkan control asidosis metabolic dan
hiperparathiroidisme yang lebih baik dibandingkan dengan
diet protein 0,8 gr/kgbb/hari.
4) Diet sangat rendah protein juga dapat memperbaiki
beberapa factor risiko kardiovaskuler yang berhubungan
dengan keadaan uremia, memperbaiki kondisi anemia dan
dapat mengontrol TD pada PGK.

2.4 Peranan Asam Keto pada Diet Rendah Protein


Dengan penerapan diet rendah protein, terutama diet sangat rendah
protein, disarankan untuk menambahkan penderita dengan α-ketoacid atau
asam amino esensial untuk menghindari malnutrisi. Suplemen α-ketoacid
lebih efektif daripada asam amino esensial dalam memperlambat
perjalanan gangguan ginjal.

4
Asam keto adalah asam amino yang mengalami deaminasi dengan
rantai karbon yang tidak mengandung gugus amino. Asam keto tidak
mengandung nitrogen dan tidak menghasilkan nitrogen sehingga tidak
membebani ginjal. Asam keto digunakan sebagai pengganti asam amino
yang tidak mengandung nitrogen pada berbagai kelainan yang menyangkut
retensi nitrogen atau intoleransi protein. Transaminasi dari sebagian besar
asam amino menjadi analog ketonya bersifat reversible. Keadaan ini
menyebabkan dimungkinkannya penggunaan α–keto analogues of branch-
chainamino acids atau branched-chain keto acids (BCKA) sebagai
pengganti diet asam amino pada pasien uremia. Dalam klinik bahan
campuran tersebut diberikan bersama-sama dengan pembatasan diet
protein untuk memperbaiki compliance pasien serta meningkatkan asupan
asam amino essensial. Jadi analog bebas nitrogen dari beberapa asam
amino essensial tersebut dapat secara penuh menggantikan asam aminonya
dalam diet dan mampu memelihara nutrisi bila diberikan dengan diet yang
mengandung protein amat rendah dalam jangka panjang.

Tabel 3 dibawah ini menunjukkan efek dari diet rendah protein dan
suplementasi asam keto terhadap kadar kolesterol serum.

Tabel 3. The decrease in mean cholesterol levels (mg/dl; n = 7)


when using ketoanalogues and a low-protein diet.

Stage Serum Cholestrol


Low-protein diet (0.5 g/kg) 210 ± 54
Very-low-protein diet with ketoanalogues 159 ± 27
Low-protein diet after withdrawing ketoanalogues 210 ± 50

Penelitian terbaru dari Teplan dkk menyimpulkan bahwa


penggunaan jangka panjang dari asam keto/amino pada pasien yang
mendapat terapi diet rendah protein dan r EPO signifikan memperbaiki
tidak hanya metabolisme protein tetapi juga metabolism lipid, menurunkan
proteinuria dan dan juga dapat memperlambat penurunan LFG pada pasien

5
PGK. Walaupun mekanismenya belum jelas, peneliti menyarankan terapi
diet rendah protein, EPO dan tambahan asam keto dapat dipakai dalam
terapi konservatif PGK.

Dengan penerapan diet rendah protein, terutama diet sangat rendah


protein, disarankan untuk menambahkan penderita dengan α-ketoacid atau
asam amino esensial untuk menghindari malnutrisi. Suplemen α-ketoacid
lebih efektif daripada asam amino esensial dalam memperlambat
perjalanan gangguan ginjal. Manfaat diet rendah protein dengan terapi α-
ketoacid : memperbaiki azotemia dan asidosis metabolik, menyediakan
asam amino esensial dan memperbaiki metabolisme protein, mengurangi
resistensi insulin dan memperbaiki metabolisme karbohidrat,
meningkatkan aktivitas lipase dan memperbaiki metabolisme lemak,
menurunkan kadar fosfor serta meningkatkan kadar kalsium, mengurangi
gejala hiperparatiroid sekunder, dan menurunkan ekskresi protein urine
dan menghambat perjalanan PGK

Berikut ini adalah manfaat diet rendah protein dengan suplementasi


terapi asam keto:

- memperbaiki azotemia dan asidosis metabolik


- menyediakan asam amino esensial dan memperbaiki metabolisme
protein
- mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki metabolisme
karbohidrat
- meningkatkan aktivitas lipase dan memperbaiki metabolisme lemak
- menurunkan kadar fosfor serta meningkatkan kadar kalsium,
mengurangi gejala hiperparatiroid sekunder
- menurunkan ekskresi protein urine dan menghambat perjalanan PGK

2.5 Prinsip Diet Rendah Protein


1) Energi cukup, 35 kkal/kg berat badan (usia 60 tahun) dan 30
kkal/kg berat badan (usia 60 tahun keatas)

6
2) Protein 0,6-0,8 gr/kg BB. 50 % kebutuhan protein yang nilai
biologi tinggi
3) Lemak diberikan 25-30 % dari total energi. Pembatasan lemak
jenuh sebesar <10 %. jika ada dislipidemia, anjuran kolesterol
dalam makanan sebesar <300 mg/hari
4) Karbohidrat cukup, sisa dari perhitungan protein dan lemak
5) Natrium <2000 mg/hari
6) Kalium 39 mg/kg/hari, disesuaikan dengan nilai laboratorium
7) Kalsium 1200 mg/hari
8) Fosfor 800-1000 mg/hari apabila kadar fosfor darah tinggi, bahan
makanan yang tinggi kandungan fosfor adalah cokelat, kacang
kering, buah kering, ikan kaleng, susu, dan ahsil olahannya, jeroan
serta selai kacang tanah.
9) Cairan dibatasi, yaitu sejumlah urine selama 24 jam ditambah 500-
750 ml
10) Tidak dianjurkan memberikan suplemen vitamin larut lemak
seperti vitamin A dan mineral, karena fungsi ginjal menurun yang
berakibat vitamin menumpuk dalam darah.

2.6 Contoh Menu Diet Rendah Protein


Makan pagi Selingan pagi Makan siang Selingan sore Makan malam
Nasi Kue semprit Nasi Kue cantik Nasi
Telur ceplok sagu Ayam goreng manis Bistik
Cah brokoli Madu Tempe Madu Tumis buncis
Teh manis mendoan Wortel
Sayur asem Pir
Pepaya

2.7 Bahan Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan


Sumb Bahan Makanan Bahan Makanan
er yang Dianjurkan yang Tidak

7
Dianjurkan
Karbo Nasi, bihun, -
hidrat jagung, mi,
makaroni, roti,
tepung-tepung,
ubi, selai, madu,
permen,gula
Protei Kacang-kacangan
n dan hasil
olahannya, seperti
Telur, ayam, tempe dan tahu,
daging, ikan, susu ikan asin
Lema Minyak kepala Santan, kelapa,
k sawit, minyak minyak kelapa,
jagung, minyak mentega dan
kacang tanah, margarine biasa,
minyak kedelai, ayam dengan kulit
margarine/menteg
a, rendah garam
Sayur Sayuran tinggi
an Semua sayuran, kalium untuk
kecuali kondisi kondisi
hiperkalemia hiperkalemia
dianjurkan seperti bayam,
memilih sayuran daun singkong,
rendah kalium asparagus,
seperti wortel, kembang kol,
labu siam,buncis kangkung
Buah Semua buah, Buah tinggi kalium
kecuali kondisi untuk kondisi
hiperkalemia hiperkalemia
dianjurkan seperti pisang,
memilih buah belimbing, bit,
rendah kalium alpukat,mangga,
seperti papaya, semangka, melon
pir, apel

8
2.8 Diet Rendah Kalori
Pada dasarnya arti diet yang sebenarnya adalah pengaturan pola
makan. Diet tidak selalu identik dengan pembatasan makanan. Tujuan diet
bisa untuk menurunkan berat badan, bagi yang kelebihan berat badan,
untuk meningkatkan berat badan bagi yang kekurangan berat badan, atau
untuk mengendalikan suatu gangguan penyakit agar tidak semakin parah
serta untuk membantu penyembuhan suatu penyakit.

Diet rendah kalori merupakan modifikasi diet biasa dengan


mengurangi energi dibawah kebutuhan, asupan protein, vitamin dan
mineral dipertahankan sesuai kebutuhan, lemak dan gula dibatasi diganti
dengan makanan yang mengandung energy rendah dengan nilai gizi yang
setara. Selama proses penurunan berat badan secara alami ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yakni :

 Pengaturan makan
 Aktifitas Fisik
 Terapi Perubahan perilaku
 Selalu konsisten

2.9 Syarat dan Prinsip Diet Rendah Kalori


1) Kebutuhan Energi
Faktor penting dalam penurunan berat badan adalah
keseimbangan energy negatif yaitu dengan pengurangan energy
500-1000 kalori per hari dapat menurunkan BB 0,5-I kg BB per
minggu. Selain Diet dengan 1200 kkal per hari untuk perempuan 
dan 1400-1500 kkal per hari untuk laki-laki merupakan anjuran
diet yang dapat diterima dan aman untuk diaplikasikan dengan
penurunan BB 1-2 kg per bulan, jika disertai dengan peningkatan
aktifitas fisik dapat menurunkan BB 2-4 kg per bulan.
2) Kebutuhan Protein

9
Kebutuhan protein tinggi 0,8-1,2 g per kg BB per hari yaitu
berkisar 72-80 gram per hari  dengan sumber protein berkualitas
tinggi. Asupan protein <40 gram per hari akan beresiko aritmia
ventikular.
3) Kebutuhan Lemak
Diberikan sekitar 20-30 % dari total energi, lemak jenuh
dibatasi yaitu sekitar 6-8% dari total energy lemak
4) Kebutuhan Karbohidrat dan Serat
Diberikan 50-60 % dari total energy total, untuuk
mencegah terjadinya ketosisis pemberian karbohidrat tidak boleh
kurang dari 100 g per hari. Adapun serat yang dianjurkan 20-35 g
perhari. Sumber bahan makanan mengandung serat tinggi ada pada
buah dan sayur.
Selain mengontrol pemenuhan kebutuhan zat gizi yang
seimbang perlu juga untuk mengontrol besar porsi setiap makan
dengan menggunakan alat makan (piring) lebih kecil, mengunyah
makanan lebih lama, aktivitas makan tidak bersamaan dengan
menonton TV dan menggunakan gawai. Kesuksesan dalam
menurunkan berat badan juga sangat ditunjang dengan
adanya Aktivitas Fisik. Aktifitas fisik adalah salah satu cara diet
alami yang dapat menghasilkan penurunan berat badan lebih cepat,
mengurangi lemak abdominal dan memperthankan berat badan.
adapun Rekomendasi saat ini untuk penurunan berat badan, yaitu :
- Melakukan aktifitas fisik 150-420 menit per
minggu bergantung pada intensitas, kecuali jika
ada kontrindikasi medis.
- Melakukan aktifitas fisik selama 200-300 menit
per minggu (bergantung pada intensitas)
diperlukan untuk mempertahankan penurunan
berat badan kecuali jika ada kontraindikasi
medis.

10
2.10 Bahan Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
Sumber Bahan Makanan yang Dianjurkan Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan
Karbohidrat Karbohidrat kompleks seperti nasi, gula pasir, gula merah, sirup, Kue yang
jagung, ubi, singkong, talas, kentang, manis dan gurih
sereal
Protein Protein Hewani: Protein Hewani:
Daging yang tidak berlemak, ikan, Daging berlemak, daging kambing,
telur, ayam tanpa kulit, keju dan susu Daging yang diolah dengan santan
rendah tanpa lemak kental, Digoreng, jeroan, susu full
Protein Nabati: cream, Susu kental manis
Kacang hijau, kacang merah direbus, Protein Nabati:
tempe, tahu, oncom, ditumis, dikukus, Kacang-kacangan yang diolah dengan
dipanggang, susu kedelai cara menggoreng atau dengan santan
kental
Lemak Minyak tidak jenuh tunggal atau ganda Minyak kelapa, kelapa dan santan
seperti minyak kedelai, minyak
jagung, minyak zaitun yang tidak
digunakan untuk menggoreng
Sayuran Sayuran tinggi serat, kol, sawi, lobak, Sayuran yang sedikit mengandung serat
genjer, kapri, daun singkong, nangka, dan yang dimasak dengan santan kental
kluwih, melinjo, pare, bayam,
kangkung, kacang panjang, buncis,
oyong, labu siam, labu kuning, labu
air, tomat, kembang kol, ketimun
Buah Buah segar : pisang, papaya, jeruk, Durian, alpokat, manisan buah-buahan,
mangga, sawo, alpukat, sirsak, jambu buah yang diolah dengan gula dan susu
full cream atau susu kental manis

2.11 Modifikasi Resep Rendah Kalori


a) Ikan goreng ikan pepes (mengurangi minyak)
b) Semur ayam semur ayam (ayam tidak digoreng)
c) Pisang goreng pisang kukus
d) Tahu goreng perkedel tahu panggang

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diet Rendah Protein dan Diet Rendah Kalori merupakan diet yang
dilakukan untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit tertentu.
Adapun tujuan diet bagi seseorang yakni bisa untuk menurunkan berat
badan bagi yang kelebihan berat badan, untuk meningkatkan berat badan
bagi yang kekurangan berat badan, atau untuk mengendalikan suatu
gangguan penyakit agar tidak semakin parah serta untuk membantu
penyembuhan suatu penyakit

12
Daftar Pustaka
https://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/view/160/166

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/c79f978ea9cf8074706ebd62
37fae79d.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/6363/4/TF306198.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048525/pendidikan/PRAKTEK+DIIT-
DIIT+RENDAH+KALORI.pdf

Putri Ronita, SKM., M.Si., RD. 2020. ‘Modifikasi Makanan Diet Rendah Protein
dan Rendah Kalori’

http://ictjogja.net/kesehatan

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-paper-6637-MODIF%20R
%20%20KAL%20T%208.pdf

http://gizi.unida.gontor.ac.id/2020/03/22/cara-diet-alami/

13
Dewi, U. P. and Dieny, F. F. (2012) ‘Hubungan Antara Densitas Energi dan
Kualitas Diet Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Remaja’, Journal Of
Nutrition College, 1, pp. 127–133

Persagi and ASDI (2019) Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai