Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN


“PRAKTIK KEPERAWATAN KOMPLEMENTER”

Dosen Pembimbing : Bapak Heru Wiratmoko,M.Kep


Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Ines Yulianti ( 17250201002 )
2. Dita Amalia Yulianti ( 17250201008 )
3. Ayuni Khoirunnisa Rahmi ( 17250201013 )
4. AnisaWidiastuti ( 17250201014 )
5. Nabila Sukmanadewi ( 17250201015 )
6. Septidina ( 17250201020 )
7. Faridha ( 17250201023 )
8. Putri Nur Hidayatul Ilmi ( 17250201024 )
9. Ferra Risa Auliya Zulfa (17250203028 )
10. Nabella Syifa Elvareta (17250203030 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS VI PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas segala
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini daam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca mengenai mengenai “Praktik Keperawatan Komplementer”.
Salawat beserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW. yang
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
sekarang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami harapkan para pembaca memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan paper ini.

Ponorogo, 07 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................I
KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................1

A. Latar Belakang...................................................................1
B. Perumusan Masalah...........................................................2
C. Tujuan.................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................4

A. Definisi Terapi Komplementer...........................................4


B. Jenis - jenis Terapi Komplementer....................................5
C. Teknik Terapi Komplementer…………………………….5
D. Dasar hukum terapi komplementer....................................6
E. Syarat terapi komplementer……………………………….7
F. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer......................7

BAB III PENUTUP................................................................9

A. Kesimpulan.........................................................................9
B. Saran...................................................................................10

Daftar Pustaka........................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan,
dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan Negara lainnya (Snyder &Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternative dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder &Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat.
Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004).
Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada
dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh
yaitu American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional Associates

1
(NHPA) (Hitchcock et al.,1999). Ada pula National Center for Complementary/Alternative
Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap
terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan
masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif
yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu
dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat.
Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternative pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004).
Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak pada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari terapi komplementer?
2. Apa saja jenis-jenis terapi komplementer?
3. Apa saja teknik terapi komplementer?
4. Bagaimana mengenai dasar hukum terapi komplementer?
5. Bagaimana mengenai syarat terapi komplementer?
6. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?

C. Tujuan
 Tujuan umum
Mengetahui dan memahami terapi komplementer
 Tujuan khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer.
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer.
3. Mengetahui dan memahami teknik terapi komplementer.

2
4. Mengetahui dan memahami fokus terapi komplementer.
5. Mengetahui dan memahami peran perawat dalam terapi komplementer.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai acuan dalam pembelajaran dan pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang upaya
yang dapat dilakukan dalam pencegahan kejadian nyaris cidera
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi dan informasi guna pembelajaran di
Kampus VI Polkesma

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Komplementer


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan,
dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder &Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang
didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi
kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil
terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah
disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Prinsip holistic pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai
berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari
praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat

4
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energy misalnya tai chi,
chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya
mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam
catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekan kanpentingnya
mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti music dalam
proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat
dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder &Lindquis, 2002).

B. Jenis – Jenis Terapi Komplementer


1. Praktek-praktek penyembuhan tradisonal seperti ayurweda dan akupuntur
2. Terapi fisik seperti chiropatic, pijat dan yoga
3. Homeopati atau jamu-jamuan
4. Pemanfaatan energy seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral
C. Teknik Terapi Komplementer
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medik
Yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri).
Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh. Terapi akupuntur berfungsi
memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi kosntipasi
dan diare, meningkatkan nafsu makan, serta menghilangkan atau mengurangi efek
samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri seperti mual dan
muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati

5
2. Terapi hiperbarik
Yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan
yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer
normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi,
pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga
akibat tingginya tekanan udara. Terapi hiperbarik umumnya digunakan untuk pasie-
pasien dengan gangrene supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh.
3. Terapi herbal medik
Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar
dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar
yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektifitasnya. Terapi herbal berfungsi dalam
meningkatkan daya tahan tubuh.
D. Dasar Hukum
1. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007
tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan
secara sinergi,terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu
harus aman,bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan
ketentuan berlaku.
2. Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatanakupunktur
pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwapengobatan
tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memilikikeahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah
memperolehpendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan pelatihan
akupunkturdilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
3. Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur tentangpenyelenggaraan
Pengobatan Tradisional

6
E. Syarat terapi komplementer
Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan tindakan komplementer medis di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut meliputi:
1. Mempunyai ijazah pendidikan tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, dll)
2. Mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi
3. Mempunyai sertifikat dan dinyatakan lulus uji kompetensi keahlian tertentu di bidang
pengobatan kompelmenter
4. Mempunyai SBR-TPKA (Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer-
Alternatif)
5. Mempunyai ST-TPKA (Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer-Alternatif
6. Mempunyai SIK-TPKA (Surat Ijin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer-
Alternatif)

G. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer


1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran sebagai edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
3. Peran sebagai konselor
Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
4. Peran sebagai advokat (pembela) klien

7
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan dengan
terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji
klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Penerapan terapi komplementer pada
keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan
terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekan kanpentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti music dalam proses penyembuhan. Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin
yang banyak berperan pada sistem tubuh. Yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar
daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni
(100%). Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar
dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu
herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap
keamanan maupun efektifitasnya. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

9
B. Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam
terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran
perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi. Kenyataan yang ada, buku-
buku keperawatan membahas terapi komplementer sebagai isu praktik keperawatan abad ke
21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan,
dan riset. Apabila isu ini berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang
mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara
bersama-sama dapat meningkat (HH, TH)

10
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s handbook
of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.

Widyatuti, W. 2008.Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. jki.ui.ac.id/index.php /


jki/articledownload /200/pdf_65.

Zulfa Rufaida, S.Keb. Bd, M.Sc. Sri Wardini Puji Lestari, S.ST, SKM, M.Kes Dyah Permata
Sari, S.ST, SKM, MM. 2018.Terapi Komplementer. Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.

https://www.academia.edu/38011147/BENTUK_TERAPI_KOMPLEMENTER_MEDITASI_D
AN_IMAGERY

https://www.scribd.com/doc/87053238/keperawatan-komplementer

Abidin Zaenal. 2019. Buku Ajar Keperawatan Komplementer “Terapi Komplementer Solusi
Cerdas Optimalkan Kesehatan.” Jember : Universitas Jember.

11

Anda mungkin juga menyukai