Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabakan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,

bahan kimia, listrik dan radiasi ( Moenandjat, 2001).

Kerusakan pada kulit akibat luika bakar sering kali

digambarkan pada kedalaman cedera dan didefinisikan dalam istilah

cedera ketebalan parsial ( yang mengenai lapisan epidermis atau lapisan

dedermis ) dan cedera ketebalan penuh ( mengenai lapisan epidermia,

dedermis dan lapisan lemak ) ( Hudak &Gallo, 1994 )

Luka bakar adalah luak yang disebabkan oleh kontak dengan

suhu tinggi seperti api, air panas, listrik dan bahan kimia & radiasi.

Juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah ( ferostbite ). Luka bakar

ini dapat mengakibatkan kematian atau akibat lain yang berkaitan

dengan problem fungsi maupun estetik ( Mansjoer, 2000 ).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan

sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan jarinagn yang

mengenailapisan epidermis dan, dedermis dam lemak.

7
B. Etiologi

Penyebab dari luka bakar tersebut :

1. Thermal

Merupakan penyebab yang paling sering memindahkan kekuatan

dari sumber panas kepada tubuh ( lidah api, permikaan yang panas,

logam yang panas dan lelehan- lelehan yang panas ).

2. Bahan kimia

Di industri : Asam kuat atau basa kuat diantaranya asam

hidrokloride atau alkali.

Di rumah tangga : Drainase alat pembersih ( terkena secara

tidak sengaja ) pembersih cat, desinfektan.

3. Listrik

Disebabkan oleh percikan atau busur atau oleh arus listrik yang

menyalur ke tubuh ( ( Long, 1996 )

4. Luka bakar karena radiasi

5. Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bife) ( Moenandjat, 2001 )

C. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang terdapat pada luka bakar dipengaruhi

oleh berbagai faktor, menurut kedalamannya dibagi dengan 4 derajat.

1. Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering

hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai bula nyeri karena ujung-

8
ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara

spontan dalam waktu 5- 10 hari.

2. Luka bakar derajat II dangkal

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis organ – organ

kulit seperti polikel rambut, kelenjar, keringat, kelenjar sebasea

masih utuh, dijumpai bula- nyeri karena ujung- ujung syaraf

sensorik teriritasi, dasar luka berwarna merah atau pucat, sering

terletak lebih tinggi diatas kulit normal. Penyembuhannya terjadi

secara spontan dan dalam waktu 10-14 hari.

3. Luka bakar derajat III dalam

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis organ-

organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar

sebasea sebagian masih utuh , dijumpai bula. Nyeri karena ujung –

ujung syaraf sensorik teriritasi, dasar luka berwarna merah atau

pucat. Penyembuhannya lebih lama, tergantung sel epitel yang

tersisa. Penyembuhannya lebih dari satu bulan.

4. Luka bakar derajat IV

Kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yang telah dalam,

organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan

kelenjar sebasea mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit

yang terbakar berwarna abu- abu dan pucat, terletak lebih rendah

dibanding kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidermis

dan dermis yang dikenal eskar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang

9
sensori karena ujung- ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan

dan kematian. Penyembhannya terjadi lebih lama karena ada proses

epitelisasi spontan dari dasar luka ( moenandjat, 2001 ).

Menurut keparahan, luka bakar dapat dibedakan menjadi 3 :

1. Cedera luka bakar minor

Luka bakar dengan LPTT ( Luas Permukaan Total Tubuh ) < 15%

pada orang dewasa usia < 40 tahun. Luka bakar dengan LPTT <

10% pada orang dewasa > 40 tahun. Luka bakar dengan LPTT 10%

pada anak - anak usia < 10 tahun dengan luka bakar ketebalan,

dengan LPTT < 2% dan tidak ada resiko kosmetik aau fungsi pada

wajah, mata, telinga, tangan atau kaki atau perineum.

2. Luka bakar cedera sedang

Luka bakar dengan LPTT < !5%- 25% pada orang dewasa usia < 40

tahun, luka bakar dengan LPTT < 10% - 20% pada anak- anak usia

<10 tahun, dengan luka bakar LPTT 10%- 20% pada anak- anak

usia < 10 tahun dengan luka bakar ketebalan penuh dengan LPPT

10% dan tidak ada resiko kosmetik atau fungsi pada wajah , mata,

telinga, tangan atau kaki atau perineum.

3. Cedera luka bakar mayor

Luka bakar dengan LPTT < 25% pada orang dewasa usia <40 tahun,

luka bakar dengan LPTT < 20% pada orang dewasa usia > 40 tahun

luka bakar dengan LPPT < 20% pada anak- anak usia < 10 tahun

dengan luka bakar ketebalan penuh dengan LPPT 20% dan tidak

10
ada resiko kosmetik atau fungsi pad wajah, mata, tangan, telinga

atau kaki dan perineum ( Chistantie, 1990 ).

D. Patofisiologi dan Pathways

1. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari

sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan

melalui konduksi atau radiasi kulit dengan luka bakar akan

mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan

subcutan,. Tergantung faktor penyebab dan lamanya kuliat kontak

dengan sumber panas (Effendi, 1999).

Cidera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ.

Besarnya respon patofisiologis ini adalah berkaitan erat dengan

luasnya luka bakar dan mencapai massa stabil ketika terjadi luka

bakar kira – kira 60 % seluruh luas permukaan tubuh (Hudak &

Gallo, 1996).

Tingkat keperawatan perubahan tergantung kepada luas dan

kedalaman luka bakar yang menimbulkan kerusakan dimulai dari

terjadinya luka bakar dan berlangsung sampai 48 – 72 jam pertama.

Kondisi ditandai dengan pergeseran cairan dari komponen vaskuler

ke ruang interstitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi

meningkatkan permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan

permeabilitas sel pada yang luka bakar dan di sekitarnya.

Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel,

11
sodium chloride dan protein lewat melalui daerah yang terbakar dan

membentuk gelembung – gelembung dan oedema atau keluar

melalui luka terbuka. Akibat adanya oedema luka bakar lingkungan

kulit mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi

sebagai mekanisme pertahanan diri yang penting, dari organisme

yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan

memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan

menyebabkan infeksi luka yang dapat memperlambat proses

penyembuhan luka. Dengan adanya oedem juga berpengaruh

terhadap peningkatan peregangan pembuluh darah dan syarat yang

dapat menimbulkan rasa nyeri juga dapat mengganggu mobilitas

pasien.

Dengan kehilangan cairan dari sistem vaskuler, terjadi

homo konsentrasi dan hematokrit naik, cairan darah menjadi kurang

lancar pada daerah luka bakar dan nutrisi kurang. Adanya cedera

luka bakar menyebabkan tahanan vaskuler perifer meningkat

sebagai akibat respon stres neurohormonal. Hal ini meningkatkan

afterlut jantung dan mengakibatkan penurunan curah jantung lebih

lanjut. Akibat penurunan curah jantung, menyebabkan metabolisme

anaerob dan hasil akhir produk asam ditahan karena rusaknya

fungsi ginjal. Selanjutnya timbul asidosis metabolik yang

menyebabkan perfusi jaringan terjadi tidak sempurna.

12
Mengikuti periode pergeseran cairan, pasien tetap dalam

kondisi sakit akut. Periode ini ditandai dengan anemi dan

malnutrisi. Anemi berkembang akibat banyak kehilangan eritrosit.

Keseimbangan nitrogen negatif mulai terjadi pada waktu terjadi

luka bakar dan disebabkan kerusakan jaringan kehilangan protein,

dan akibat respon stres. Ini terus berlangsung selama periode akut

karena terus menerus kehilangan protein melalui luka.

Gangguan respiratori timbul karena obstruksi saluran nafas

bagian atas atau karena efek shock hipovolemik. Obstruksi saluran

nafas bagian atas disebabkan karena inhalasi bahan yang merugikan

atau udara yang terlalu panas, menimbulkan iritasi kepada saluran

nafas, oedema laring dan obstruksi potensial.

13
Arus listrik, lidah api, bahan kimia, air
2. Patway panas, benda panas, radiasi
dan lain – lain

Cedera Inhalasi / udara yang Laju metabolik meningkat


LUKA BAKAR
terlalu panas Kerusakan
Kapiler
Perubahan mukosa saluran Mengenai kulit Peningkatan keluarnya
pernafasan (Epidermis, demis) Permeabilitas Kapiler protein
meningkat
Iritasi saluran nafas Escar / Keropeng Hipoproteinemia
Kehilangan cairan plasma,
protein, elektrolit kedalam
Edema mukosa saluran Kerusakan spasium interstisial Perubahan nutrisi
nafas atas / laring lingkungan kulit

Hemokonsentrasi, Resiko perubahan nutrisi


Obstruksi lumen / saluran Gangguan Hipovolemia, Hipokalemia kurang dari
bagian atas integritas kulit 7
kebutuhan tubuh
Resiko kekurangan Volume
Resiko tinggi terhadap cairan dan elektrolit 4
bersihan jalan 3 Pemejanan Ujung kulit Fungsi kulit normal hilang

14
nafas tidak efektif 1

Menekan ujung-ujung syaraf Hilang daya lindung


perifer terhadap infeksi

Nyeri 2 Resiko
terhadap Infeksi
Effendi, 1999
Gerak << 6 Hudak & Gallo, 1994

Gangguan mobilitas

Kerusakan mobilitas fisik 5

14
E. Penatalaksanaan

Pengobatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan

keparahan luka bakar serta pertimbangan penyebabnya. Resusitasi

cairan penting dalam menangani kehilangan cairan intravaskuler.

Oksigen diberikan melalui masker ventilasi arti visial. Luka bakar

dapat obat tropikal dan dibiarkan terbuka terpajan udara atau ditutupi

dengan kasa, luka bakar berat memerlukan debridemen luka atau

transplantasi.

Anak yang menderita luka bakar mendapatkan analgetik atau

narkotik untuk mengurangi nyerinya, pada luka bakar berat kebutuhan

nutrisi dipenuhi dengan memberikan diit tinggi kalori dan protein atau

dukungan nutrisi melalui intra vena.

F. Diagnosa dan intervensi keperawatan

1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilanga

cairan melalui rute abnormal ( luka )

Tujuan : setelah dilakkukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam volume cairan dan elektrolit dalam

batas normal.

Kriteria hasil : menunjukan perbaikan keseimbangan cairan

dibuktikan oleh pengeluaran individu adekuat,

tanda – tanda vital stabl membran mukosa

lembab.

15
Intervensi :

a. observasi tanda vital.

b. Observasi keadaan kulit, warna, kelembaban,turgor.

c. Timbang berat badan tiap hari, kolaborasi pemberian cairan

intravena.

d. Berikan obat sesuai indikasi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri ( akut ) berhubungan dengan

kerusakan kulit atau jaringan, pembentukan oedema, manipulasi

jaringan cidera ( Doengoes, 2000 ).

Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol dan menunjukan

ekspresi wajah atau postur tubuh rileks.

Kriteria hasil : Melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol,

menunjukan ekspresi wajah atau postur tubuh

rileks. Berpartisipasi dalam aktifitas dan tidur

atau istirahat dengan tepat.

Intervensi :

a. Tutupluka dengan segera mungkin kecuali luka bakar metode

pemajanan pada udara terbuka.

b. Tindakan ekstremitas luka bakar, secara periodik.

c. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat,

penutup tubuh hangat.

d. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas (

skala 0- 10 ).

16
e. Lakukan penggantian balutan dan debridemen setelah pasien

diberi obat dan atau pada hidroterapi.

f. Berikan tindakan kenyamanandasar contoh pijatan pada area yang

tidak sakit, perubahan posisi dengan sering.

g. Dorong menggunakan tekhnik manajemen stres, contoh ; relaksasi

progresif, nafas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi.

h. Tinggiksn peripde tidur tanpa gangguan.

i. Kolaboasi pemberian analgetik ( narkotik dan non narkotik )

sesuai indikasi.

3. Resiko tinggi terhadap kebersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan trauma : cidera jalan nafas atas langsung oleh

api, pemanasan, udara panas, dan kimia atau gas (Doenges, 2000)

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pada jalan nafas

Kriteria hasil : Frekuensi pernafasan dalam rentang normal,

menunjukkan bunyi nafas jelas, bebas dispneu

atau sianosis.

Intervensi :

a. Ambil riwayat cidera

b. Kaji reflek menelan

c. Awasi frekuensi, irama, kedalam pernafasan

d. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi, penurunan bunyi

nafas, batuk rejan.

17
e. Tinggikan kepala tempat tidur, hindari penggunaan bantal di

bawah kepala, sesuai indikasi.

f. Dorong batuk atau latihan nafas dalam dan perubahan posisi

sering.

g. Awasi 24 jam keseimbangan jalan, perhatikan perubahan

h. Kolaborasi pemberian pelembab O 2 melalui cara yang tepat

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

cidera termal.

Tujuan : pasien memperoleh kembali berat badan yang

hilang.

Pasien berpartisipasi dalam memilih makanan.

Kriteria hasil : Menunjukkan pemasukkan nutrisi adekuat untuk

memenuhi kebutuhan metabolik

Intervensi :

a. Pertahankan hidrasi, nutrisi adekuat

b. Berikan diit tinggi protein dan kalori

c. Berikan makanan dalam jumlah kecil tapi sering

d. Bantu dalam pemberian makanan

e. Timbang berat badan tiap hari (Tucker, 1998)

18
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penuruhan kekuatan

dan tahanan

Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas dan terapi

yang ditentukan.

Mempertahankan posisi garis tubuh yang benar

dan dapat mendemonstrasikan kemampuan

menyeimbangkan istirahat dan aktivitas.

Kriteria hasil : menyatakan dan menunjukkan keinginan

berpartisipasi dalam aktivitas, mempertahankan

fungsi dibuktikan oleh adanya kontraktur dan

menunjukkan teknik atau perilaku yang

memampukan melakukan aktivitas

Intervensi :

a. Pertahankan istirahat di tempat tidur dalam posisi yang

ditentukan.

b. Ajarkan latihan rentang gerak aktif dan posisi pada ekstremitas

yang sakit.

c. Ubah posisi sesering mungkin untuk mencegah kelelahan

d. Rujuk pasien ke fisioterapi atau hidroterapi sesuai indikasi

(Doenges, 1999).

19
6. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak kuatnya pertahanan

perifer, trauma.

Tujuan : Luka tidak terinfeksi oleh mikroba, suhu tubuh

normal, tidak ada bengkak, kemerahan atau

purulen.

Kriteria hasil : infeksi dapat terkontrol, suhu tubuh normal

Intervensi :

a. Pantau tanda – tanda vital dan tanda – tanda infeksi.

b. Pertahankan tindakan pencegahan isolasi dan aseptik.

c. Batasi pengunjung khususnya orang dengan infeksi pernafasan

bagian atas.

d. Pantau adanya sepsis, demam, takipneu, perubahan sensori,

penurunan trombosit dan hiperglikemi.

e. Berikan antibiotik topikal, sistemik sesuai indikasi

f. Bersihkan luka bakar dengan NaCl

7. Kerusakan ; integritas kulit (Graft) berhubungan dengan trauma ;

kerusakan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial atau luka

bakar dalam) (Doenges, 2000).

Tujuan : Mempercepat penyembuhan dan meminimalkan

bekas luka

Kriteria hasil : penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.

Intervensi :

20
a. Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan

jaringan nekrotik

b. Beri perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol

infeksi

c. Tinggikan area graft bila mungkin / tepat

d. Pertahankan posisi yang diinginkan dan immobilisasi area bila

diindikasikan

e. Pertahankan balutan di atas area graft baru.

f. Evaluasi warna sisi graft dan donor, perhatikan ada atau tidaknya

penyembuhan.

g. Cuci sisi dengan sabun ringan, dan minyaki dengan cream.

h. Kolaborasi ; siapkan atau bantu prosedur bedah biologis

(Alograft)

21

Anda mungkin juga menyukai