Anda di halaman 1dari 15

PERUMUSAN MASALAH KEPERAWATAN PADA LANSIA

DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen : Prinawati, S.Kep.,M.Kes

Kelompok 3 :

Depranata 2017.C.09a.0832
Fitri 2017.C.09a.0840
Indah Permata Sari 2017.C.09a.0844
Jefri Gustinus 2017.C.09a.0849
Yevin Adytia P 2017.C.09a.0852

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Perumusan
Masalah Keperawatan Pada LansiaDan Diagnosa Keperawatan Pada Lansia.
Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangkaraya, November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantari

Daftar Isiii

BAB 1 PENDAHULUAN1

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA3

2.1 Konsep Pengkajian Keperawatan Pada Lansia 3

2.1.1 Definisi Pengkaian Keperawatan Lansia 5

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengkajian Pada Lansia 7


2.1.3 data Perubahan Fisik, Psikologis & Psikososial8

2.1.4 Pengkajian Khusus Lansia 9

2.2 Konsep Diagnosa Keperawatan Pada Lansia3

2.2.1 Pengertian Diagnosa Keperawatan Pada Lansia5

2.2.2 Kategori Diagnosa Keperawatan Pada Lansia 7

2.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan Pada Lansia5

2.3.1 Diagnosa Keperawatan Gerontik Untuk Lansia Sebagai Individu 5

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Gerontik Untuk Lansia Sebagai Anggota Keluarga 7

2.3.3 Diagnosa Keperawatan Gerontik Untuk Lansia Sebagai Anggota Kelompok 8

BAB 3 PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan 13

3.2 Saran13

DAFTAR PUSTAKA14
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien (UU Kesehatan No.36 tahun 2009). Perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus mampu menggunakan metode ilmiah yaitu
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan metode bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, sehingga seorang perawat harus
mampu menerapkan proses keperawatan dengan benar, keberhasilan dalam
menerapkan proses keperawatan yaitu dalam analisis data dan merumuskan diagnosa
keperawatan (Sumijatun, 2010). Proses menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat berwenang untuk menegakkan diagnosis keperawatan (Pasal 30
UU No.38 tahun 2014).
Kegiatan analisis data dalam perumusan diagnosa keperawatan merupakan
kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang
dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki seorang perawat.
Analisis data dalam perumusan diagnosa keperawatan dimulai dengan
pengelompokan data yang diperoleh dari anamnesa, pengamatan dan pemeriksaan
fisik lalu hasil yang didapat dibandingkan dengan standar (kondisi normal), sehingga
dapat diketahui permasalahan kesehatan yang dialami pasien dan dapat dirumuskan
masalah kesehatan. Saat melakukan analisis data untuk perumusan diagnosa
keperawatan kemampuan seorang perawat sangat diperlukan untuk mengkaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori, sehingga perawat mampu
merumuskan diagnosa keperawatan dengan tepat (Dermawan, 2012).
Diagnosa keperawatan adalah analisis data subjektif dan objektif yang
didapatkan pada tahap pengkajian untuk ditegakkan diagnosis keperawatan. PPNI
(2010) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), etiologi atau
penyebab (E) dan gejala atau tanda (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab
(PE). Perawat tidak merumuskan diagnosa keperawatan aktual sebesar 48,75% dan
resiko sebesar 35,0% (Mira, 2014). Data lain menunjukkan bahwa perawat tidak
merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan problem, etiologi, dan symptom
sebesar 89,6% dan tidak dirumuskan diagnosa keperawatan aktual/resiko sebesar
51,0% (Yanti, 2013).
Ketidaktepatan dalam merumuskan diagnosa keperawatan akan berdampak
pada rencana keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien, sehingga masalah
yang dialami tidak terselesaikan dan pasien tidak mencapai kesehatan yang optimal.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut dikarenakan perawat dalam
menganalisa data dan mengidentifikasi masalah pasien tidak tepat, sehingga akan
mempengaruhi dalam perumusan diagnosa keperawatan (Deswani, 2009). Perawat
tidak mencatat diagnosa keperawatan yang mencerminkan PE/PES dan tidak
merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial sebesar 72,2% (Berthiana, 2013).
Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi perawat dalam menganalisis data dan
perumusan diagnosa keperawatan akan mempengaruhi dalam penyelesaian masalah
kesehatan yang dialami pasien (Setiadi, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas bahwa saat melakukan analisis data
kompetensi perawat sangat diperlukan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep teori sehingga perawat mampu merumuskan diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dan berpengaruh terhadap
penyelesaian masalah kesehatan yang dialami pasien.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana melakukan perumusan masalah keperawatan


pada lansian dan diagnosa keperawatan pada lansia secara teori.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengkajian Keperawatan Pada Lansia


Pengkajian keperawatan pada lansia adalah tahap pertama dari proses
keperawatan. Tahap ini adalah tahap penting dalam rangkaian proses keperawatan.
Pada tahap pengkajian akan didapatkan berbagai informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam menentukan masalah keperawatan pada lansia. Keberhasilan
dalam melakukan pengkajian keperawatan merupakan hal penting untuk tahapan
proses keperawatan selanjutnya.
2.1.1. Definisi Pengkaian Keperawatan Lansia
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi
lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit,
diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan
lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif
meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan
masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga
dan lingkungan yang ada.
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengkajian Pada Lansia
1. Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial: terjadi
penurunan kemampuan mekanisme terhadap stres, masalah psikis meningkat
dan terjadi perubahan pada fisik lansia.
2. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang adekuat,
kebisingan minimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya langsung, posisi
duduk yang nyaman, dekat dengan kamar mandi, privasi yang mutlak,
bersikap sabar, relaks, tidak tergesagesa, beri kesempatan pada lansia untuk
berpikir, waspada tanda-tanda keletihan.
2.1.3 Data Perubahan Fisik, Psikologis Dan Psikososial
1. Perubahan Fisik,
1.1 Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
1.2 Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
1.3 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
1.4 Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
1.5 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
1.6 Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
1.7 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
1.8 Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1. Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat
kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah,
2. Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak.
Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses
pemenuaan,
3. Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar,
tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4. Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah
ada keluhan pusing, edema.
5. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual,
muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada
pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan
inkontinensia alvi.
6. Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air
kecil, kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya
kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
7. Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),
keutuhan luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya
jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-
gangguan umum.
8. Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya
tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan
melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.

2. Perubahan psikologis, data yang dikaji:


2.1. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
2.2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,
2.3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
2.4. Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
2.5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri,
2.6. Apakah lansia sering mengalami kegagalan,
2.7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
2.8. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

3. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:


3.1 Darimana sumber keuangan lansia,
3.2 Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3.3 Dengan siapa dia tinggal,
3.4 Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
3.5 Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
3.6 Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,
3.7 Siapa saja yang bisa mengunjungi,
3.8 Seberapa besar ketergantungannya,
3.9 Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.

4. Perubahan spiritual, data yang dikaji


4.1 Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
4.2 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
4.3 misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
4.4 Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa,
4.5 Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.

2.1.4 Pengkajian Khusus Pada Lansia : Pengkajian Status Fungsional, Pengkajian


Status Kognitif
1. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
2. Pengkajian status kognitif

2.2 Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik


Diagnosis Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpukan tentang lansia, yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan
masalah lansia, dan penarikan kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat. Diagnosis
keperawatan adalah tahap kedua dari proses keperawatan setelah dilakukannya
pengakajian keperawatan.
2.2.1 Pengertian Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada
respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan (vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas (NANDA, 2015-2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan
gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap
kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu,
lansia di keluarga maupun lansia dalam kelompoknya.

2.2.2 Katagori Diagnosis Keperawatan


Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko,
kemungkinan, sehat dan sejahtera (welfare),dan sindrom.
1. Diagnosis keperawatan aktual
Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual) adalah clinical judgment
yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan baik pada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik kelompok data yang
saling berhubungan.
Contoh :
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) gangguan pola nafas,
3) gangguan pola tidur,
4) disfungsi proses keluarga,
5) ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
2. Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi
Adalah clinical judgment yang menggambarkan kerentanan lansia sebagai
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang memungkinkan
berkembangnya suatu respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan/proses kehidupannya. Setiap label dari diagnosis risiko diawali
dengan frase: “risiko” (NANDA, 2014). Contoh diagnosis risiko adalah:
1) Risiko kekurangan volume cairan,
2) Risiko terjadinya infeksi,
3) Risiko intoleran aktifitas,
4) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,
5) Risiko distress spiritual.
3. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
Adalah Clinical judgement yang menggambarkan motivasi dan keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan potensi
kesehatan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Respon
dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan yang spesifik
dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan. Setiap label diagnosis
promosi kesehatan diawali dengan frase: “Kesiapan meningkatkan”……
(NANDA, 2014).
Contoh :
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi,
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi,
3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan,
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan,
5) Kesiapan meningkatkan religiusitas.
4. Diagnosis keperawatan sindrom
Adalah clinical judgement yang menggambarkan suatu kelompok diagnosis
keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah secara bersama dan
melalui intervensi yang sama. Sebagai contoh adalah sindrom nyeri kronik
menggambarkan sindrom diagnosis nyeri kronik yang berdampak keluhan
lainnya pada respon klien, keluhan tersebut biasanya diagnosis gangguan pola
tidur, isolasi sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Kategori
diagnosis sindrom dapat berupa risiko atau masalah.
Contoh:
1) Sindrom kelelahan lansia,
2) Sindrom tidak berguna,
3) Sindrom post trauma,
4) Sindrom kekerasan.
2.3 Rumusan Diagnosis Keperawatan Pada Lansia
2.3.1. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai individu
1. Katagori aktual, contoh :
a) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
b) gangguan pola nafas,
c) gangguan pola tidur,
2. Katagori risiko, contoh :
a) Risiko kekurangan volume cairan
b) Risiko terjadinya infeksi
c) Risiko intoleran aktifitas
3. Promosi kesehatan, contoh :
a) Kesiapan meningkatkan nutrisi
b) Kesiapan meningkatkan komunikasi
c) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan
4. Sindrom
a) Sindrom kelelahan lansia
b) Sindrom tidak berguna

2.3.2. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai anggota keluarga


1. Katagori aktual, contoh :
a) Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga pada Bp.P
b) Gangguan proses keluarga Bp. S
2. Katagori risiko, contoh :
a) Risiko terjadinya disfungsi keluarga Bp. S keluarga Bp. S
b) Risiko penurunan koping keluarga Bp. D
3. Promosi kesehatan, contoh :
a) Kesiapan meningkatkan komunikasi keluarga Bp. S
b) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan keluarga Bp. A
2.3.3. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia dalam kelompok
1. Katagori aktual
Gangguan aktivitas fisik pada kelompok lansia di Panti Werdha
2. Katagori risiko
Risiko trauma fisik pada lansia pada kelompok lansia di RT 2
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik adala kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu, yang diberikan oleh perawat. Pengkajian adalah langkah awal dalam
proses keperawatan, yang meliputi pengumpulan data, sehingga menghasilkan
diagnosa keperawatan. Adpun tujuan pengkajian menentukan kemampuan pasien
untuk memelihara dirinya melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu,
memberi waktu kepada pasien untuk menjawab.
Diagnosa keperawatan merupakan satu kesatuan dari sebuah proses
keperawatan yang menjadikan landasan untuk memberikan tindakan yang
dibutuhkan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi
data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang ilmu kerawatan gerontik selanjutya. Sehingga dapat diterapkan pada
penerapan asuhan keperawatann Gerontik
DAFTAR PUSTAKA

Nur K, Siti. 2016. Modul Baan Ajar Cetak Keprawatan : Keperawatan Gerontik.
Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan, Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Skenario Supervisi Kelompok 7 Depranata: Kepala Ruangan (Karu)
    Skenario Supervisi Kelompok 7 Depranata: Kepala Ruangan (Karu)
    Dokumen4 halaman
    Skenario Supervisi Kelompok 7 Depranata: Kepala Ruangan (Karu)
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • VBBBJJ
    VBBBJJ
    Dokumen6 halaman
    VBBBJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • BBNNNNNN
    BBNNNNNN
    Dokumen17 halaman
    BBNNNNNN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Belum Jadiiuu
    Belum Jadiiuu
    Dokumen103 halaman
    Belum Jadiiuu
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • MMMMKM
    MMMMKM
    Dokumen13 halaman
    MMMMKM
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Akaksj
    Akaksj
    Dokumen5 halaman
    Akaksj
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NDNDJ
    NDNDJ
    Dokumen8 halaman
    NDNDJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • GJJJ
    GJJJ
    Dokumen11 halaman
    GJJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Akaksj
    Akaksj
    Dokumen5 halaman
    Akaksj
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Nsjjsaj
    Nsjjsaj
    Dokumen49 halaman
    Nsjjsaj
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • GJJJ
    GJJJ
    Dokumen11 halaman
    GJJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Dokumen 4
    Dokumen 4
    Dokumen3 halaman
    Dokumen 4
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • GJJJ
    GJJJ
    Dokumen11 halaman
    GJJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • INDAH
    INDAH
    Dokumen11 halaman
    INDAH
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • A SMSNNDND
    A SMSNNDND
    Dokumen12 halaman
    A SMSNNDND
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NNMK
    NNMK
    Dokumen5 halaman
    NNMK
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Hhhyykhr
    Hhhyykhr
    Dokumen6 halaman
    Hhhyykhr
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Supervisi Keperawatan
    Supervisi Keperawatan
    Dokumen5 halaman
    Supervisi Keperawatan
    adam.abdurochim
    100% (1)
  • Hhhyykhr
    Hhhyykhr
    Dokumen6 halaman
    Hhhyykhr
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen37 halaman
    NNNN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • BBBBN
    BBBBN
    Dokumen7 halaman
    BBBBN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • BBBHHHH
    BBBHHHH
    Dokumen4 halaman
    BBBHHHH
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Ksjananbaba
    Ksjananbaba
    Dokumen6 halaman
    Ksjananbaba
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • A SMSNNDND
    A SMSNNDND
    Dokumen12 halaman
    A SMSNNDND
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SOP Pemberian Irigasi Telinga
    SOP Pemberian Irigasi Telinga
    Dokumen5 halaman
    SOP Pemberian Irigasi Telinga
    Yuda Suprianto
    Belum ada peringkat
  • SJFJJFJ
    SJFJJFJ
    Dokumen4 halaman
    SJFJJFJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SMSMMSM
    SMSMMSM
    Dokumen2 halaman
    SMSMMSM
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tilik Suction
    Daftar Tilik Suction
    Dokumen7 halaman
    Daftar Tilik Suction
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • SOP - Batuk Efektif 2018
    SOP - Batuk Efektif 2018
    Dokumen4 halaman
    SOP - Batuk Efektif 2018
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat