LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2017.C.09a.0844
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Stroke Hemoragik
Pada Ny. S Di Kasus Keperawatan Kritis, dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Meningitis
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan penyakit ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh
sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah
tabung yang mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.
1.1 Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
1.2 Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
1.3 Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
2. Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
2.1 Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
2.2 Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh
korako-oksipitalis.
2.3 Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di
depan lobus oksipitalis.
2.4 Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
3. Korteks
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:
3.1 Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di
samping itu juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian
tubuh bilateral lebih dominan.
3.2 Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
daya yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan
dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3.3 Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral
3.4 Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
mental dan kepribadian.
4. Batang otak
Batang otak terdiri dari:
4.1 Diensefalon, ialah bagian otak yang paling rostral, dan tertanam di antara
ke-dua belahan otak besar (haemispherium cerebri). Diantara diensefalon
dan mesencephalon, batang otak membengkok hampir sembilah puluh
derajat kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian
depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap
kesamping. Fungsi dari diensefalon:
4.1.1 Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
4.1.2 Respiratori, membantu proses persarafan.
4.1.3 Mengontrol kegiatan refleks.
4.1.4 Membantu kerja jantung.
4.2 Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua di sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior.
Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di bagian medial. Serat
nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi
lain. Fungsinya:
4.2.1 Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
4.2.2 Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
4.2.3 Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak
tengah dan medula oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur
gerakan pernapasan dan refleks. Fungsinya:
1. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara
medula oblongata dengan serebelum atau otak besar.
2. Pusat saraf nervus trigeminus.
4.2.4 Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah
medula oblongata merupakan persambungan medula spinalis ke atas,
bagian atas medula oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di
daerah tengah bagian ventral medula oblongata. Fungsi medula oblongata:
1. Mengontrol kerja jantung.
2. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
3. Pusat pernapasan.
4. Mengontrol kegiatan refleks
5. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli
dan di atas medula oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi)
permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi lipatannya
lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum
1.1.3 Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan
intracranial dengan gejala peningkatan tekana darah systole > 200 mmHg pada
hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan,
sianosis, dan pernafasan mengorok (Chris, 2014) :
Penyebab stroke hemoragik, yaitu :
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
2 Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
1.1.4 Klasifikasi
Secara hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA), Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
1.1 Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND), Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam
waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
1.2 Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation), Gejala
neurologik makin lama makin berat.
1.3 Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke), Kelainan
neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
2.1 Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2.2 Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
1.1.5 Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan
tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan
diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam
parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya
bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intracranial (Kowalak,
2011).
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri
di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan
sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan
mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami
nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga
terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan
diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi (Kowalak, 2011).
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
aneurisma.Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi.Hipertensi atau
gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering
terdapat lebih dari satu aneurisma.Gangguan neurologis tergantung letak dan
beratnya perdarahan.Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula
interna.Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan
konstan, berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari (Chris,
2014).
WOC Stroke Hemoragik
Penurunan Kapasitas
Adaptif Intrakranial
1.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.Gejala
stroke hemoragik bisa meliputi (Chris, 2014) :
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Gangguan otak yang berat.
1.1.7.2 Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau
kardiovaskular.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.1.8.1 Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal,
analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.
1.1.8.2 CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
1.1.8.3 Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah
sistem arteri karotis ) .
1.1.8.4 Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
1.1.8.5 MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik ).
1.1.8.6 EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
1.1.8.7 Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosit serebral ; klasifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subarachnoid.
1.1.9.9 Hidrosefalus
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi
(atau drainase eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya
dapat terjadi perdarahan ulang dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara
temporer atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.2 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Riwayat psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah
ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecemasan, rasa cemas, rasa tidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep
diri menunjukkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan stres, klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spritual karena
tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.
Hipertermi berhubungan dengan proses Termoregulasi (L.14134, hal 129) Manajeman Hipertermia (I.15506, hal: 181)
infeksi ditandai dengan suhu tubuh di Setelah diberikan askep selama 3x24 jam Observasi :
atas normal, kulit merah, kejang, diharapkan pengaturan suhu tubuh tetap 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
berada pada rentang normal. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
takikardi, takipnea, kulit terasa hangat (D
Kriteria hasil: penggunaan incubator)
0130, hal: 284). 1. Menggigil menurun (skor 5) 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun (skor 5) 3. Monitor kadar elektrolit
3. Kejang menurun (skor 5) 4. Monitor haluaran urine
4. Takikardia menurun (skor 5) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
5. Bradikardia menurun (skor 5) Teraupetik:
6. Takipnea menurun (skor 5) 1. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Suhu tubuh membaik (skor 5) 2. Longgarkan ataua lepaskan pakaian
8. Suhu kulit membaik (skor 5) 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Edema menurun (skor 5) 4. Berikan cairan oral
10. Pengisian kapiler membaik (skor 5) 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
11. Tekanan darah membaik (skor 5) jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut hipotermia atau kompres dingin
paada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirinBerikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Mobilitas Fisik SLKI ( L.05042 hal 65 ) Dukungan Mobilisasi ( I.05162 hal 30 )
dengan kerusakan neuromuscular Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pbservasi
selama1 x 7 jam maka Mobilitas Fisik 1. Identifikasi adanya nyei atau keluhan
(D.0054.halaman 124) fisik lainnya
meningkat dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi toleransi aktivitas fisik
a. Pergerakan Ekstremitas meningkat melakukan pergerakan
skor 5 3. Monitor frekuensi jantung dan
b. Kekuatan otot meningkat skor 5 tekanan darah sebelum memulai
c. Gerakan Terbatas Menurun skor 5 mobilisasi
d. Kelamahan Fisik Menurun skor 5 4. Monitor Kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Revolusi
Tgl MRS : 05 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Stroke Hemaragik
2.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan “pasien mengeluh sakit kepala,mual dan muntah dan
pasien tidak sadarkan diri”
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RS Mas Amsyar Kasongan dengan
keluhan pusing, tekanan darah meningkat dan batuk berdahak sudah
kurang lebih 3 hari. Tiba-tiba dirumah pasien sudah tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya dan sudah tidak terlalu lancar untuk
berbicara. Keluarga membawa pasien ke RS Mas Amsyar Kasongan, dan
di RS Mas Amsyar Kasongan tersebut pasien sempat di rawat kurang
lebih 5 hari. Di RS tersebut pasien dilakukan CT Scan, dari hasil CT
Scan tersebut diketahui bawha ada hematoma di kepala pasien. Karena
dokter yang bisa menangani penyakit pasien tersebut tidak ada dan di RS
tersebut keterbatasan alat maka RS Mas Amsyar Kasongan merujuk
pasien ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya. Pada tanggal 05
Oktober 2020 keluarga membawa pasien ke RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya. Diperjalanan menuju Palangka Raya pasien mengalami
penurunan kesadaran. Pasien masuk IGD, pasien kurang lebih 3 jam di
IGD rumah sakit dr. Doris Sylvanus. Di IGD pasien diberikan tindakan
pemasangan infus Nacl 20 tpm Inj. Phenitoin 6 amp dalam Nacl 0,9 %
100 cc, Inj. Kalnex 500 mg, inj. Antrain 1 gr, inj. Ondansentron 8 mg,
inj. Mecobalamin 1 A, Inj. Nb 1 A.Kemudian hasil TTV: TD:170/110
mmHg, Nadi: 75 x/menit, Pernafasan: 21 x/menit, Suhu: 36,60C, SPO2:
70%. Kemudian pasien di bawa ke ruang ICU ( Intensif Care
Unit ) untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Keluarga mengatakan pasien pernah menjalani operasi sebelumnya dan
ada riwayat penyakit hipertensi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit
keluarga seperti hipertensi
2.1.3 Genogram
Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien tampak sakit berat, Kesadaran sopor, penampilan pasien
terbaring diatas tempat tidur terpasang inf. Nacl 0,9 % di kaki sebelah
kanan dan inf. Widi KN2 di kaki sebelah kiri, warna kulit pada tubuh
pasien tampak berwarna kecoklatan, terpasang terpasang oksigen 10
NRM lpmn,, terpasang selang kateter,bedside monitor, terpasang NGT
tertutup, ETT dan ADL dibantu oleh keluarga.
2) Status Mental
Tingkat kesadaran sopor, ekspresi wajah pasien tampak tenang, bentuk
badan normal, cara berbaring/bergerak terbatas, berbicara (-), suasana
hati tidak diketahui, penampilan rapi. Pasien tidak mengetahui sekarang
Sore, Ny. S tidak mengenal perawat dan keluarga, pasien tidak sadar
berada di rumah sakit. Insight tidak baik, mekanisme pertahanan diri
maladaptif.
3) Tanda-tandaVital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 160/70
5) Cardiovasculer(Bleeding)
Pasien tidak diketahui mengalami nyeri dada atau tidak, capillary refill
¿2 detik. Ictus cordis terlihat, suara jantung normal S1 dan S2 lub dup.
Masalah keperawatan :
6) Persyarafan(Brain)
Nilai GCS E : 2 (tidak dapat membuka mata spontan), V : 1
(Tidak ada suara tanpa rangsangan apapun), M : 2 (timbul ektensi bila
dirangsang) Total Nilai GCS : tidak normal (4), kesadaran: Sopor,
Pupil:isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pasien
tidak mampu membedakan aroma kopi dan teh. Saraf kranial II
(Optikus): pasien tidak mampu membaca. Saraf kranial III
(Okulomotor): pasientidak dapat mengangkat kelopak matanya dengan
baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasientidak dapat menggerakkan
bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V
(Trigeminalis): pasien tidak mampu makan. Saraf kranial VI
(Abdusen): pasientidak mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien tidak dapat membedakan
rasa manis dan asin.Saraf kranial VIII (Auditorius): pasientidak dapat
menjawab dengan benar. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien
tidakdapat merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus): pada saat
makan pasien tidakdapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI
(Assesorius): pasien tidakdapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf
kranial XII (Hipoglosus): pasien tidakmampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan
positif; pasien tiddakdapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep
dan trisep kanan dan kiri postif dengan skala 2, refleks brakioradialis
kanan dan kiri positif dengan skala 2, refleks patela kanan dan kiri
positif dengan skala 2, refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan
skala 2, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 2. Uji
sensasi pasien di sentuhtidak bisamerespon.
Keluhan lainnya : Kaku kuduk, tandakernig (+), brudzinki I (+),otot
tegang
Masalah keperawatan : Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial
7) Eliminasi Ui(Bladder)
Produksi Urine : 900 ml/ 24 jam, warna kuning jernih, bau pesing,
terpasang keteter, tidak ada masalah/lancar, menggunakan kateter.
8) Eliminasi Alvi(Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Ada
yang tanggal di atas sebelah kanan, tidak ada carries, gusi terlihat tidak
ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak
ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada
peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat
menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan
pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari
warna kuning dan lunak konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
9) Tulang-Otot-Integumen(Bone)
Kemampuan pergerakan sendi tidak bebas, ukuran otot simetris, uji
kekuatan otot ekstrimitas atas 0/0ekstrimitas bawah 0/0, tulang
belakang normal.
Masalah keperawatan :
10) Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan, alergi kosmetik. Suhu kulit Ny. S hangat , warna kulit normal
tidak ada kelainan, turgor kulit kurang, tidak ada peradangan, jaringan
parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata,rambut
tampak berminyak dan kusam, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan
tidak ada masalah keperawatan.
11) Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata
kanan dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening.
Pasien tidak memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata.
Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak
ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
12) Leher Dan KelenjarLimfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak
terbatas.
13) Sistem Reproduksi
Tidakadakemerahan, tidakadagatal-gatal, tidakadakeluhanlainnya.
Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.5 Pola FungsiKesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Keluarga pasien mengatakan sakit yang diderita pasien bisa
sembuhasalkan mendengar apa yang dikatakan dokter dan teratur minum
obat.
2) Nutrisi danMetabolisme
Tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 64 kg, berat badan saat
sakit 62 kg. Diet nasi lembek, diet jantung rendah garam,mualmuntah,
kesukaran menelan.
BB 62 62
= = =24,21
TB(m) ² (1,6)² 2,56
24 = BB sedang 18-25
CairanMasuk: CairanKeluar:
Infus = 500cc NGT = 500 cc
Sonde = 300 cc Urin = 800 cc
Terapi = 1010 cc BAB = 100 cc
Total = 1810 cc Muntah = 200 cc
SubTotal = 1600 cc
.
2.1.6 Sosial-Spritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien tidak mampu berkomunikasi dengan kata- kata yang jelas.
2. Bahasa sehari-hari
Keluarga pasien mengatakan pasien menggunakan bahasa dayak dalam
bahasa sehari-harinya.
3. Hubungan dengan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dan keluarga baik, tidak
ada masalah.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan pasien dengan teman dan petugas seperti perawat, dokter,
serta orang lain baik.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat bagi pasien adalah keluarganya yang meliputi istri,
anak, cucu, menantunya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit kebiasaan pasien dalam meluangkan waktu berkumpul
bersama keluarganya, saat sakit pasien lebih banyak istirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit pasien selalu aktif beribadah di Gereja, selama sakit
pasien hanya berdoa ditempat tidur.
2.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
1. Tabel Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 11,24x10^3/ul 4.00-10.00 10^3/uL
HGB 15,6 g/dl 12.0-16.0 g/dl
RBC 4,24x10^6/ul 4.00-5.50x10^6/ul
PLT 146x10^3/ul 150-400 10^3/uL
HCT 43.5% 41-50%
Glukosasewaktu 137 mg/dl <200 mg/dl
Ureum 35 mg/dl 21-53 mg/dl
Kreatinin 0,44 mg/dl 0,17-1,5 mg/dl
Asamurat 3,7 mg/dl 2,4-5,0 mg/dl
SGOT 29 u/l 0,35 u/l
SGPT 17 u/l 0-45u/l
Trigliserida 120 mg/dl <165 mg/dl
Kalium (K+) 3,6 mmol/L 3,5-5,3mmol/L
Calcium (Ca) 1.22 mmol/L 0.98-1,2mmol/L
Natrium (Na) 135 mmol/L 136-145 mmol/L
2. Hasil pemeriksaanCt-Scan
ANALISIS DATA
KEMUNGKINAN
DATA SUBYEKTIF DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
DS : Suplai darah ke otak Penurunan Kapasitas
- Keluargaklienmengatakan “pasien menurun adaptif intracranial
mengeluh sakit kepala,mual dan muntah ↓
dan pasien tidak sadarkan diri” Perfusi selebral tidak
DO : adekuat
1. Pasien tidak sadarkan diri ↓
2. Tampak sakit berat iskemik, infark jaringan
3. Terpasang alat bedside monitor, Kateter serebral
tertutup, ETT dan NGT. ↓
4. Penurunan kesadaran GCS 4 E2 V1M2, Bradikardia
kesadaran spoor ↓
5. Terpasang Oksigen NRM 10 Lpm/menit Penurunan Kapasitas
6. Mual, muntah adaptif intracranial
7. Orientasi waktu pasien tidak dapat
membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orang pasien tidak dapat
mengenali keluarga maupun petugas
kesehatan, orientasi tempat pasien tidak
mengetahui bahwa sedang berada di
rumah sakit
8. Kaku kuduk
9. Hasil Ct :
10.Brudzinki I (+)
11.Pupil isokor
12.TTV :
TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
DS : Keluarga pasien mengatakan “ ibu nya Stroke Hemoragik Bersihan Jalan Nafas
masih batuk berdahak ↓
Tidak Efektif
DO: Defisit motorik
1. Bunyi ronchi basah pada saluran nafas ↓
2. Pasien batuk berdahak Peningkatan produksi
3. Terdapat secret/sputum berwarna putih sputum
4. Terpasang oksigen masker Oksigen NRM ↓
10 Lpm/menit Refleks batuk menurun
5. TTV : ↓
TD : 160 / 80 mmHg Sesak
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
DS : Keluarga pasien mengatakan klien Kehilangan cairan Hipovolemia
mual dan muntah secara aktif
DO: ↓
Kekurangan intake
- tampak terpasang kateter cairan
- tampak terpasang ngt
- Intake : 10ccx50 = 500 ↓
Output : 15ccx50kg/24 = 31,25 Kegagalan mekanisme
+ 1831 = 5150cc- 1831cc = 319cc regulasi
- TTV
↓
TD : 160 / 80 mmHg
Hipovolemia
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
1. Penurunan kapasitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK 1. Untuk mengetahui keadaan umum
adaptif kranial keperawatan 2x7 jam (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema pasien sebagai standar dalam
berhubungan dengan Penurunan kapasitas serebral) menentukan intervensi yang tepat
edema serebral dan
Adaptif Intrakranial bisa 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK 2. Untuk mengetahui tingkat
penurunankesadaran
(D.0066.149) teratasi dengan kriteria hasil : (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan kesadaran dan potensial
nadi melebar, bradikardia, pola napas peningkatan tekanan intracranial
1. Fungsi kognitif ireguler, kesadaran menurun) 3. Untuk mengetahui gelombang TIK
Meningkat (5) 3. Minimalkan stimulus dengan menunjukan amplitude yang tinggi
2. Tekanan Darah menyediakan lingkungan yang tenang 4. Untuk mengetahu pelebaran
meningkat (5) 4. Berikan posisi semi fowler tekanan darah pasien
3. Respon Pupil 5. Pertahankan suhu tubuh normal 5. Untuk mempertahankan posisi
meningkat (5) 6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi kepala dan leher pasien
4. Tekanan Intrakranial 6. Menjelaskan tindakan yang di
meningkat (5) lakukan
5. Reflek Neourologis
meningkat (5)
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor posisi selang endotrakeal (ETT), 1. Untuk mengetahui pola napas
napas tidakefektif keperawatan 2x7 jam terutama setelah mengubah posisi pasien
yang Bersihan jalan nafas tidak 2. Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 2. Untuk mengetahui frekuensi napas
berhubungan jam
dengan efektif bisa teratasi dengan 3. Monitor area stoma trakeostomi (mis. pasien
penumpukan kriteria hasil : Kemerahan, drainase, perdarahan) 3. Untuk mengetahui mekonium
sputum, 1. Tidak ada Batuk 4. Cegah ETT terlipat (kinking) pasien
peningkatan 5. Berikan pre-oksigenasi 100% selama 30
Meningkat (5) 4. Untuk mengetahui pemberiam
sekresi sekret, detik (3-6 kali ventilasi) sebelum dan
dan penurunan 2. Frekuensi napas teratur setelah pengisapan oksigen pada pasien
kemampuan Meningkat (5) 6. Berikan volume pre-oksigenasi 5. Untuk memeriksa adanya
batuk 3. Mekonium Meningkat (bagging atau ventilasi mekanik) 1,5 kemerahan, atau pendarahan
(ketidakmampuan (5) kali volume tidal pada trakea
batuk/batuk 4. Pola napas teratur 7. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 6. Pemberian oksigen 100%
efektif). (D.0001 Meningkat (5) 15 detik jika diperlukan (bukan secara membantu pasien sebelum dan
Hal. 18) berkala/rutin)
setelah pengisapan lendir
8. Ubah posisi ETT secara bergantian (kiri
dan kanan) setiap 24 Jam 7. Pemberian volume oksigenasi
9. Lakukan perawatan mulut(mis, dengan 8. merangsang kemampuan
sikat gigi,kasa,pelembab bibir) pernafasan pasien
10. Jelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan
dan prosedur pemasangan jalan nafas
buatan
11. Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk
mocus plug yang tidak dapat di lakukan
pengisapan
3. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
keperawatan 2x7 jam 2. Monitor intake dan output cairan hipovolemia
berhubungan
Risiko Hipovolemia bisa 3. Hitung kebutuhan cairan 2. Untuk mengetahui intake dan output
kehilangan cairan 4. Berikan asupan cairan oral
teratasi dengan kriteria hasil : cairan
5. Anjurkan memperbanyak cairan oral
secara aktif di tandai 1. Asupan cairan terpenuhi 3. Untuk mengetahui kekurangan
6. Kolaborasi pemeberian cairan intravena
dengan penyakit. Meningkat (5) (cairan isotonis, hipotonis, dan koloid) intake cairan
2. keluaran urin lancar 4. Untuk mengetahui asupan cairan
(D.0023 halaman 64
Meningkat(5) oral
) 3. Kelembaban membrane 5. Untuk mengetahui pemberian cairan
mukosa Meningkat (5) isotonis
4. Membran mukosa tidak 6. Untuk mengetahui pemeberian
kering Meningkat(5) cairan intravena (cairan isotonis,
hipotonis, dan koloid)
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi kebiasaan perawatan diri 1. Mengetahui keadaa kebersihan tubuh
3. Idenfikasi kebutuhan alat bantu kebersihan klien
berhubungan dengan keperawatan 2x7 jam
perawatan diri pasien diri, berpakaian,berhias,makan 2. Untuk mengetahui kebutuhan alat
penurunan status 4. Monitor tingkat kemandirian bantu kebersihan diri pasien
meningkat teratasi dengan
5. Monitor kebersihan tubuh klien ,berpakaian,berhias,makan
kesehatan(D.0109, hal: kriteria hasil :
6. Monitor integritas kulit pasien 3. Untuk mengetahui tingkat
240). 1. Mempertahakan 7. Sediakan lingkungan yang terapeutik kemandirian pasien
kebersihan diri cukup 8. Damping dalam melakukan perawatan diri 4. Untuk mengetahui kebersihan tubuh
meningkat skor 5 9. Jadwalkan rutinitas perwatan diri pasien
5. Untuk mengetahui apakah ada tanda
dan gejala decubitus akibat tirah
baring yang lama
6. Untuk menyediakan lingkungan
yang terapeutik
7. Mememenuhi kebutuhan nutrisi dan
cairan klien
8. Untuk memenuhi kebutuhan BAK
pasien
Risiko defisitnutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 6. Mengetahui status gizi dan
2. Identifikasi alergi dan intoleransi mencegah defisit nutrisi
berhubungan dengan keperawatan 2x7 jam
perawatan diri pasien makanan 7. Mencegah terjadinya alergi yang
kesulitan menelan dan 3. Monitor berat badan dapat memperparah kondisi pasien
meningkat teratasi dengan
4. Monitor hasil pemerksaan laboratorium 8. Mengecek indeks massa tubuh
muntah (D.0032.81) kriteria hasil : 5. Lakukan oral hygiene sebelum makan, pasien dan mengetahui jika
1. Mempertahakan kebersihan jika perlu terjadindefisist nutrisis
diri cukup meningkat skor 5 6. Ajarkan diet yang diprogramkan 9. Mengetahui jika ada penurunan Hb
1. 10.Menjaga kesehatan gigi dan mulut
Ko pasien
11.Mencukupi kebutuhan nutrisi pasien
Agar nutrisi pasien terpenuhi dan
mempercapat pemulihan
Senin, 05 Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak sesak
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah nafas
Oktober 2020
mengubah posisi O:
13.42 WIB 2. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 1. Pasien tampak lemas
3. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 2. Pasien tampak pucat
3. Capilary refill > 2 detik Indah
perdarahan)
4. Pasien tidak mampu batuk efektif Permata Sari
4. Mencegah ETT terlipat (kinking)
5. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali 5. Terdengar bunyi nafas tambahan creckle
ventilasi) sebelum dan setelah pengisapan 6. Nafas takipnea
6. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi 7. Terdapat sputum pada jalan nafas
mekanik) 1,5 kali volume tidal 8. Pola nafas tidak teratur
7. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika 9. TTV:
diperlukan (bukan secara berkala/rutin) TD : 160 / 80 mmHg
8. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap N : 82 x/menit
24 Jam S : 36.8 0C
9. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat
RR : 30 x/menit
gigi,kasa,pelembab bibir)
10. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur A: Masalah belum teratasi
pemasangan jalan nafas buatan P: Lanjutkan intervensi
11. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug
yang tidak dapat di lakukan pengisapan
Senin, 05 Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien
Oktober 2020 tandai dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) masih mual dan muntah ”
P : Lanjutkan intervensi
CATATAN PERKEMPANGAN I
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Keperawatan kritis
Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda
tangan dan
Tanggal
Nama
Jam
Perawat
Senin, 05 Penurunan kapasitas adaptif kranial berhubungan dengan edema S:
serebral dan penurunan kesadaran. - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak
Oktober
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan sadarkan diri”
2020 O:
metabolisme, edema serebral)
1. Penyebab peningkatan TIK
13.31 I 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
adanya edema serebal
B meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, 2. Penurunan kesadaran GCS 4 Indah
kesadaran menurun) E2 V1M1, kesadaran masih sopor. Permata
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang 3. Posisi klien semi fowler Sari
4. Memberikan posisi semi fowler 4. Memberikan lingkungan
5. Mencegah terjadinya kejang yang tenang dan membatasi pengujung
6. Mempertahankan suhu tubuh normal untuk menjeguk pasien
5. TTV :
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Senin, 05 Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah sesak nafas
Oktober
mengubah posisi O:
2020 2. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 1.
3. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 2.
13.42 WIB
perdarahan) 3.
4. Mencegah ETT terlipat (kinking) 4. Indah
5. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali ventilasi) 5. Permata
sebelum dan setelah pengisapan 6. Sari
6. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi mekanik) nafas
1,5 kali volume tidal 7.
7. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika diperlukan 8.
(bukan secara berkala/rutin) TD : 160 / 80 mmHg
8. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap 24 Jam N : 82 x/menit
9. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat gigi,kasa,pelembab S : 36.8 0C
bibir)
RR : 30 x/menit
10. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur
pemasangan jalan nafas buatan A: Masalah belum teratasi
11. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang tidak P: Lanjutkan intervensi
dapat di lakukan pengisapan
Senin, 05 Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien
dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) masih mual dan muntah ”
Oktober
1. Meriksa tanda dan gejala hipovolemia
2020 2. Memonitor intake dan output cairan O:
3. Mengitung kebutuhan cairan
13.54 WIB - Asupan cairan intake ouput cairan pasien 319 Indah
4. Memberikan asupan cairan oral
cc
5. Menganjurkan memperbanyak cairan oral Permata
- Kelembaban membrane mukosa pasien
6. Mengkolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan isotonis,
tampak kering Sari
hipotonis, dan koloid)
- warna kulit pada tubuh pasien tampak
berwarna kecoklatan
- kulit tampak kering
- Turgor kulit kurang
- Intake : 10ccx50 = 500
- Output : 15ccx50kg/24 = 31,25
+ 1831 = 5150cc- 1831cc =
319cc
CATATAN PERKEMPANGAN II
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Keperawatan kritis
Tanda
Hari /
tangan dan
Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Jam
Perawat
Selasa, 06 Penurunan kapasitas adaptif kranial berhubungan dengan edema S:
serebral dan penurunan kesadaran. - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak
Oktober
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan sadarkan diri”
2020 O:
metabolisme, edema serebral)
a. Penyebab peningkatan TIK adanya
10.00 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
edema serebal
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, b. Penurunan kesadaran GCS 4 E2 V1M1, Indah
kesadaran menurun) kesadaran masih sopor. Permata
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang c. Posisi klien semi fowler Sari
tenang d. Memberikan lingkungan yang tenang
4. Memberikan posisi semi fowler dan membatasi pengujung untuk
5. Mencegah terjadinya kejang menjeguk pasien
e. TTV :
6. Mempertahankan suhu tubuh normal TD : 160 / 80 mmHg
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Selasa, 06 Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak
12. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah sesak nafas
Oktober
mengubah posisi O:
2020 13. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 1.Pasien tampak lemas
14. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 2.Pasien tampak pucat
10.00
perdarahan) 3.Capilary refill > 2 detik
15. Mencegah ETT terlipat (kinking) 4.Pasien tidak mampu batuk efektif Indah
16. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali ventilasi) 5.Terdengar bunyi nafas tambahan creckle Permata
sebelum dan setelah pengisapan 6.Nafas takipnea Sari
17. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi mekanik) 7.Terdapat sputum pada jalan nafas
1,5 kali volume tidal 8.Pola nafas tidak teratur
18. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika diperlukan 9.TTV:
(bukan secara berkala/rutin) TD : 160 / 80 mmHg
19. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap 24 N : 82 x/menit
Jam S : 36.8 0C
20. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat gigi,kasa,pelembab
RR : 30 x/menit
bibir)
21. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur A: Masalah belum teratasi
pemasangan jalan nafas buatan P: Lanjutkan intervensi
22. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang tidak
dapat di lakukan pengisapan
Selasa, 06 Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien
Oktober dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) masih mual dan muntah ”
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak sesak nafas
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah O:
07
mengubah posisi 1. Pasien tampak lemas
Oktob 2. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 2. Pasien tampak pucat
3. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 3. Capilary refill > 2 detik
er
perdarahan) 4. Pasien tidak mampu batuk efektif
2020 4. Mencegah ETT terlipat (kinking) 5. Terdengar bunyi nafas tambahan creckle Indah
5. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali 6. Nafas takipnea Permat
10.00
ventilasi) sebelum dan setelah pengisapan 7. Terdapat sputum pada jalan nafas a Sari
6. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi 8. Pola nafas tidak teratur
mekanik) 1,5 kali volume tidal 9. TTV:
7. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika TD : 160 / 80 mmHg
diperlukan (bukan secara berkala/rutin) N : 82 x/menit
8. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap S : 36.8 0C
24 Jam RR : 30 x/menit
9. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat
gigi,kasa,pelembab bibir) A: Masalah belum teratasi
10. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur P: Lanjutkan intervensi
pemasangan jalan nafas buatan
11. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang
tidak dapat di lakukan pengisapan
Rabu, Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien masih mual dan
07 dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) muntah ”
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah pukulan yang disebabkan karena
sumbatan pada arteri sehingga suplai darah dan oksigen berkurang dan
terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai. Menurut WHO
Stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat oleh gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala yang terjadi selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa menyebabkan lain yang jelas
selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2010).
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2010) biasanya di akibatkan
dari salah satu tempat kejadian, yaitu Trombosis (Bekuan darah di dalam
pembuluh darah otak atau leher), Embolisme serebral (Bekuan darah atau
materi lain yang dibawa otak dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C
Diane.dkk,2010) : Kehilangan motorik, Disfungsi motorik paling umum
adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis
(kelemahan salah satu sisi) dan disfagia. Kehilangan komunikasi,
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara )
atau afasia (kehilangan berbicara).
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami
komplikasi, Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri
pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis, paralisis : nyeri pada
daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatun, kerusakan
otak : epilepsi dan sakit kepala.
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan mempertahankan saluran nafas yang paten
yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu
lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. Mengendalikan tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi
dan hipertensi. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap Stroke hemoragik. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
Indah
Permata
Sari
3. Rabu 1. Pre comference askep
07.10.2020
Indah
Permata
Sari
4 Kamis 1. Pre comference askep
08.10.2020
Indah
Permata
Sari
5 Sabtu 1. Pre comference askep
10.10.2020 2. Perbaiki pengkajian
3. Tambahkan data sesuai
dianosa
4. Tambahkan SAP, Leaflet,
dan Catatan perkembanan 2 Indah
hari Permata
Sari
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PERAWATAN PASIEN STROKE
Kelompok 1 :
2.1 Metode
2.1.1 Penyampaian materi denganc eramah
2.2 Media
2.2.1 Menggunakan Leaflet
pasien stroke
Menyebutkan tentang
pencegahan stroke
Menyebutkan tentang
rehabilitasi pasca stroke
Penutup Menanyakan pada audience Menjawab Tanya
(10 menit) tentang materi yang telah pertanyaan Jawab &
diberikan dan reinforcement Leaflet
kepada audience yang telah
menjawab pertanyaan
Memberi kesimpulan,
terimakasih atas peran serta
audience
Mengucapkan salam
Penutup
6. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Pengajar mempersiapkan metode, media yang akan dipakai
3. Peserta dan pemateri datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
4. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
5. Evaluasi Proses
6. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
7. Peserta didik mampu menjelaskan kembali:
8. Pengertian stroke
9. Penyebab stroke
10. Factor resiko stroke
11. Tanda dan gejala stroke
12. Penatalaksanaan stroke
13. Cara perawatan pasien stroke
14. Pencegahan stroke
15. Rehabilitasi pasca stroke
16. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan
benar
17. Peserta mengikuti acara dengan antusias.
18. Evaluasi Hasil
19. Penyuluhan dikatakan berhasil jika:
Lebih dari 75% peserta didik mampu menjawab pertanyaan dari
penyuluh
2.3.5 Kepanitiaan
Perceptor Akademik : Nia Pristina S.Kep., Ns
Ketua Pelaksana : Indah Permata Sari
Sekertaris : Indah Permata Sari
Bendahara : Indah Permata Sari
Seksi Acara : Indah Permata Sari
Seksi Dokumentasi : Indah Permata Sari
2.3.6 Petugas-petugas Acara
Moderator : Indah Permata Sari
Penyaji : Indah Permata Sari
Observer : Indah Permata Sari
Fasilitator : Indah Permata Sari
Dokumentasi : Indah Permata Sari
2.3.7 TugasPerorganisasian
Moderator :
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan perkenalan nama
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Mengaturj alannya acara
Penyaji :
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Observer :
1. Mengobservasi jalannya acara
2. Mengatur ketepatan waktu
Fasilitator :
Mendampingi peserta penyuluhan saat kegiatan berlangsung
Dokumentasi :
Mendokumentasi kegiatan.
BAB 2
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.1 Pengertian
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau sering disebut stroke merupakan
kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian.
1.2 Penyebab
a. Perdarahan Intraserebral
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, hal ini terjadi karena
aterosklerosis, aneurisma, dan hipertensi. Keadaan ini pada umumnya
terjadi pada usia di atas 50 tahun akibat pecahnya pembuluh darah arteri
otak.
b. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan
karena adanya:
Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah
Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah cerebral
Arteritis: radang pada arteri
c. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
e. Penyakit jantung reumatik
f. Infark miokardium
g. Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
h. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium
1.3 Faktor resiko
Faktor Resiko yang Dapat Faktor Resiko yang Tidak Dapat
dimodifikasi dimodifikasi
- Tekanan darah tinggi - Usia tua
- Merokok - Jenis kelamin (banyak terjadi
- Diabetes Mellitus pada laki-laki)
- Aterosklerosis - Herediter/genetik
- Atrial fibrilasi - Riwayat stroke atau serangan
- Penyakit jantung lain jantung sebelumnya
- Transient ischemic attack
- Anemia bulan sabit
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Intake alkohol yang tinggi
- Penggunaan obat-obatan ilegal
1.5 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan stroke :
8. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten
2. Kontrol tekanan darah
3. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
4. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
9. Terapi Konservatif
2.2.1 Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
2.2.2 Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
2.2.3 Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler
2.2.4 Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1. Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg
2. Osmoterapi antara lain :
4. Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam
waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari.
5. Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
3. Posisi kepala head of bed elevation(15-30⁰)
4. Menghindari mengejan pada BAB
5. Hindari batuk
6. Meminimalkan lingkungan yang panas
Keterangan:
: Peserta
:Fasilitator
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRACK
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral atau
perdarahan subarakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu,
sehingga darah memenuhi jaringan otak. Pemilihan dan penggunaan obat harus secara
rasional, sehingga pengobatan dapat mencapai terapi yang maksimal dengan efek
samping minimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan pola
penggunaan obat pada pasien stroke hemoragik di RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain
penelitian retrospektif. Sampel penelitian ini sebanyak 83 pasien, diantaranya terdapat
70 pasien stroke hemoragik intraserebral dan 13 pasien stroke hemoragik
subarakhnoid. Karakteristik pasien sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 46 pasien
(55,42%) dan perempuan sebanyak 37 pasien (44,58%). Rentang usia pasien stroke
hemoragik terbesar pada usia 55-64 tahun sebanyak 27 pasien (32,52%). Lama
perawatan dengan prevalensi paling banyak, yaitu 1 – 5 hari pada 37 pasien (44,57%).
Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang paling banyak diderita sebesar 60
pasien (40,27%), dan kolestrol sebanyak 15 pasien (10,06). Pola penggunaan obat
berdasarkan evaluasi tepat indikasi sebanyak 83 pasien (100%), tepat pasien sebanyak
83 pasien (100%), tepat obat sebanyak 82 pasien (98,8%), dan tepat dosis sebanyak
73 pasien (87,95%).
METODOLOGIPENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif
dengan desain penelitian
retrospektif di RSUP. Prof. Dr. R.D.
Kandou manado, dimana data
penelitian menggunakan data
sekunder yaitu dengan melihat hasil
rekam medis pasien berupa data
karakteristik pasien, obat-obatan yang
digunakan, pemeriksaan fisik dan hasil
laboratorium.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini
adalah semua pasien rawat inap dengan
diagnosa stroke hemoragik di RSUP.
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada
periode bulan Januari 2018 – Desember
2018 yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
4. Kriteriainklusi: 1. Pasien dengan usia ≥
15 tahun (Kemenkes
RI,2013)
a. Pasien dengan diagnosa stroke Analisis Data
hemoragik yang tertera dalam Data yang telah
rekam medik yang dikumpulkan di Lembar
mendapatkan terapiobat. Pengumpulan Data (LPD)
b. Pasien stroke hemoragik dilakukan analisis deskriptif,
dengan mengidentifikasi karateristik
dengan atau tanpa
pasien, serta menggambarkan
penyakitpenyerta.
ketepatan penggunaan obat pada
5. Kriteria eksklusi: pasien stroke hemoragik di instalasi
1. Data rekam medis tidak lengkap, rawat inap RSUP. Prof. Dr. R.D.
misalnya tidak tercatat nama, Kandou Manado yang terdiri dari
jenis kelamin, usia, diagnosa. tepat indikasi, tepat obat,tepat dosis
dan tepat pasien.
HASIL
Dari hasil penelitian, didapatkan
- Tepatobat
Ketepatan pemilihan obat merupakan
keputusan untuk melakukan upaya terapi
yang diambil setelah diagnosis ditegakkan
dengan benar. Dengan demikian, obat
yang dipilih harus yang memiliki efek
terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
Hal ini berarti bahwa pemilihan obat
harus berdasarkan jenis penyakit yang
telah didiagnosa secara medis (Kemenkes
RI, 2011). Berdasarkan hasil penelitian
kategori ketepatan penggunaan obat
dalam penelitian ini diperoleh sebesar 82
pasien (98,8%). Hal ini disebabkan karena
adanya ketidaktepatan pemberian
kombinasi obat nikardipin dan nimodipin,
tepat dosis karena menurut JNC 7
dosis lazim dari penggunaan obat
- TepatDosis furosemid 20-80 mg/hari tiap 12
Ketepatan dosis diartikan jam. Pada sebanyak 8 kasus terdapat
bahwa dosis, cara dan lama pemberian ketidaktepatan dosis penggunaan
obat sangat berpengaruh terhadap efek obat nikardipin 10 mg tiap 24 jam
terapi obat. Pemberian dosis yang per hari, sedangkan menurut JNC 7
berlebihan, khususnya untuk obat dengan penggunaan dosis lazim dari obat
rentang terapi yang sempit akan sangat nikardipin yaitu 30-90 mg/hari tiap
beresiko timbulnya efek samping. 24jam.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak
akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan (Kemenkes RI,2011). KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Dari hasil penelitian
terhadap ketepatan dosis diperoleh diperoleh kesimpulan sebagai
sebanyak 73 pasien (87,95%). Hal ini berikut, yaitu :
disebabkan, karena adanya
ketidaktepatan dosis pada pemberian
Pada penelitian ini
terapi antihipertensi. Pada nomor pasien
diperoleh jumlah sampel sebanyak
19, penggunaan obat amlodopin 60 mg
83 pasien stroke hemoragik yang
tiap 24 jam per hari.Berdasarkan JNC 7
rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D.
dosis lazim amlodipin yaitu 2,5-
Kandou Manado pada periode
10mg/hari tiap 24 jam. Pada nomor kasus
Januari – Desember 2018, terdiri
34, penggunaan obat furosemid 10 mg
dari 70 pasien (84,34%) mengalami
tiap 8 jam per hari, hal dinyatakan tidak
stroke
hemoragik intraserebral dan 13 pasien penggunaan obat pada pasien stroke
(15,66 %) mengalami stroke hemoragik hemoragik yang rawat inap di RSUP
subarakhnoid. Karakteristik pasien Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
sebagian besar adalah laki-laki sebanyak dengan evaluasi tepat indikasi
46 pasien (55,42%) dan sebanyak 82 pasien (98,8%), tepat
perempuansebanyak pasien sebanyak 82 pasien (98,8%),
tepat obat sebanyak 83 pasien (100%)
37 pasien (44,58%). Rentang usia pasien
dan tepat dosis sebanyak 73
stroke hemoragik terbesar pada usia 55-64
pasien(87,95%).
tahun sebanyak 27 pasien (32,52%). Lama
perawatan dengan prevalensi paling
banyak, yaitu 1 – 5 hari pada 37 pasien
(44,57%). Hipertensi merupakan penyakit
penyerta yang paling banyak diderita SARAN
sebesar 60 pasien (40,27%), dan kolestrol Penelitian selanjutnya
sebanyak 15 pasien (10,06). Pola diharapkan dapat melakukan
penelitian secara prospektif dengan Adams H.P.,et al.,2003.
melihat keadaan pasien selama dirawat di
Guidelines for The Early
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Management of Patients
with Ischemic. Journal of
The American Heart
DAFTAR PUSTAKA
Abraham NS, Hatky MA, Antman EM et Association. 34:1056-83
al. 2010. A Foccused Updated of The
ACCF/ACG/AHA 2008 Expert
Consensus Document on Reducing Andrew ,M. Purnomo, Lidwina, S.
The Gastrointestinal Risk of Sangkey et al. 2016. Angka
Antiplatelet Therapy and NSAID use: Kejadian Afasia Pada Stroke
A Report of The American College of di Instalasi Rehabilitasi Medik
Cardiology Foundation Task Force on RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Expert Consensus Document, Manado Tahun 2015. Jurnal
Circulation, 122:2619-2633 e-Clinic (2):2