Anda di halaman 1dari 103

Oleh:

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Indah Permata Sari

NIM : 2017.C.09a.0844

Program Studi : Sarjana Keperawatan


Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Medis Stroke hemoragik Pada Ny. S Di Kasus
Keperawatan Kritis

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Ketua Program Studi S1 Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Nia Pristina, S.Kep., Ners

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Stroke Hemoragik
Pada Ny. S Di Kasus Keperawatan Kritis, dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Meningitis
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan penyakit ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh
sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan

Palangka raya, 06 Oktober 2020

Indah Permata Sari

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskemik dan hipoksia. Penyebab stroke hemoragik
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Chris, 2014).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular (Chris, 2014).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbulkarena terjadi gangguan
perdarahan di otak yang menyebabkan terjadinyakematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderitakelumpuhan atau kematian.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di
dalam otak pecah.Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat
terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan
otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa
yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan
menekan tulang tengkorak.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


1. Susunan Saraf pusat :
1.1 Medula Spinalis
1.2 Otak besar
1.3 Otak kecil
1.4 Otak
1.5 Batang otak
2. Susunan saraf perifer
Susunan saraf somatic, susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik
untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang.
3. Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai peranan penting memengaruhi pekerjaan
otot involunter (otot polos) seperti jantung, hati, pancreas, jalan
pencernaan, kelenjar dan lain-lain.
4. Susunan saraf simpatis
4.1 Susunan saraf parasimpatis

1. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah
tabung yang mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.
1.1 Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
1.2 Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
1.3 Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
2. Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
2.1 Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
2.2 Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh
korako-oksipitalis.
2.3 Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di
depan lobus oksipitalis.
2.4 Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.

3. Korteks
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:
3.1 Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di
samping itu juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian
tubuh bilateral lebih dominan.
3.2 Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
daya yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan
dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3.3 Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral
3.4 Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
mental dan kepribadian.

4. Batang otak
Batang otak terdiri dari:
4.1 Diensefalon, ialah bagian otak yang paling rostral, dan tertanam di antara
ke-dua belahan otak besar (haemispherium cerebri). Diantara diensefalon
dan mesencephalon, batang otak membengkok hampir sembilah puluh
derajat kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian
depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap
kesamping. Fungsi dari diensefalon:
4.1.1 Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
4.1.2 Respiratori, membantu proses persarafan.
4.1.3 Mengontrol kegiatan refleks.
4.1.4 Membantu kerja jantung.
4.2 Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua di sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior.
Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di bagian medial. Serat
nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi
lain. Fungsinya:
4.2.1 Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
4.2.2 Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
4.2.3 Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak
tengah dan medula oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur
gerakan pernapasan dan refleks. Fungsinya:
1. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara
medula oblongata dengan serebelum atau otak besar.
2. Pusat saraf nervus trigeminus.
4.2.4 Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah
medula oblongata merupakan persambungan medula spinalis ke atas,
bagian atas medula oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di
daerah tengah bagian ventral medula oblongata. Fungsi medula oblongata:
1. Mengontrol kerja jantung.
2. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
3. Pusat pernapasan.
4. Mengontrol kegiatan refleks

5. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli
dan di atas medula oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi)
permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi lipatannya
lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum

1.1.3 Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan
intracranial dengan gejala peningkatan tekana darah systole > 200 mmHg pada
hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan,
sianosis, dan pernafasan mengorok (Chris, 2014) :
Penyebab stroke hemoragik, yaitu :
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
2 Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.

1.1.4 Klasifikasi
Secara hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA), Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
1.1 Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND), Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam
waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
1.2 Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation), Gejala
neurologik makin lama makin berat.
1.3 Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke), Kelainan
neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

2. Berdasarkan kausal
2.1 Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2.2 Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

1.1.5 Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan
tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan
diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam
parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya
bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intracranial (Kowalak,
2011).
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri
di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan
sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan
mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami
nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga
terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan
diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi (Kowalak, 2011).
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
aneurisma.Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi.Hipertensi atau
gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering
terdapat lebih dari satu aneurisma.Gangguan neurologis tergantung letak dan
beratnya perdarahan.Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula
interna.Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan
konstan, berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari (Chris,
2014).
WOC Stroke Hemoragik

Penyebab: Stroke Hemoragik adalah perdarahan Pemeriksaan Penunjang : 


- Kecelak yang terjadi pada jaringan otak
- C
aan yang menyebabkan trauma biasanya akibat ekstravasasi darah T Scan
kepala - P
- Jatuh atau pendarahan otak
hoto thorak
- Kecelak
aankendaraanbermotor
- Hiperten
Stroke Hemoragik

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Peningkatan tekana Perubahan fisiologi Edema Serebral Fungsi otak menurun


Defisit neorologis Nyeri
sistemik intrakanial

Peningkatan produksi Dinamika Intrakranial Difungsi kandung Mual Muntah


Infark jaringan
sputum Peningkatan kerja Terganggu kemih
thermostat
Kerusakan pusat gerakan
Reflek batuk Tekanan Nadi Tidak Nafsu Makan
Peningkatan suhu Penurunan produksi motorik dilobus frontalis
menurun Melebar
tubuh urin
Bradikardia Konstipasi
Bersihan Jalan Kelemahan otot
Hipertemia Gangguan
Nafas Tidak Kapasitas Intrakranial
Eliminasi Urin
Efektif Menurun
Gangguan
Penurunan Kesadaran
mobilita fisik

Penurunan Kapasitas
Adaptif Intrakranial
1.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.Gejala
stroke hemoragik bisa meliputi (Chris, 2014) :
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Gangguan otak yang berat.
1.1.7.2 Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau
kardiovaskular.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.1.8.1 Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal,
analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.
1.1.8.2 CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
1.1.8.3 Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah
sistem arteri karotis ) .
1.1.8.4 Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
1.1.8.5 MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik ).
1.1.8.6 EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
1.1.8.7 Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosit serebral ; klasifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subarachnoid.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


1.1.9.1 Terapi medik pada PIS akut:
1.1.9.2 Terapi hemostatik
a. Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat
haemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten
terhadap pengobatan faktor VIII replacement dan juga bermanfaat
untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang normal.
b. Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efek menguntungkan.
c. Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-
significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah
lebih dari 3 jam.
1.1.9.3 Reversal of anticoagulation
a. Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan
fresh frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan
vitaminK.
b. Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K
dependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR
lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah
sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
c. Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90µg/kg pada pasien PIS yang
memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit.
Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan coagulation-factor
replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
d. Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer
weight heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan
trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan
dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet, atau keduanya.
e. Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka
pemberian obat dapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya
perdarahan.
1.1.9.4 Tindakan bedah pada PIS berdasarkan EBM
a. Keputusan mengenai apakah dioperasi dan kapan dioperasi masih
tetap kontroversial.
b. Pasien dengan perdarahan kecil (<10cm3) atau defisit neurologis
minimal.
c. Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan
intraserebral disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life
saving.
d. Pasien dengan perdarahan serebelar >3cm dengan perburukan klinis
atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel
harus secepatnya dibedah.
1.1.9.5 Tatalaksana pencegahan vasospasme
1. Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke-3
atau secara oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari. Pemakaian nimodipin
oral terbukti memperbaiki deficit neurologi yang ditimbulkan oleh
vasospasme. Calcium antagonist lainnya yang diberikan secara oral atau
intravena tidak bermakna.
2. Pengobatan dengan hyperdinamic therapy yang dikenal dengan triple H
yaitu hypervolemic-hypertensive-hemodilution, dengan tujuan
mempertahankan “cerebral perfusion pressure” sehingga dapat mengurangi
terjadinya iskemia serebral akibat vasospasme. Hati-hati terhadap
kemungkinan terjadinya perdarahan ulang pada pasien yang tidak
dilakukan embolisasi atau clipping.
3. Fibrinolitik intracisternal, antioksidan, dan anti-inflamasi tidak begitu
bermakna.
4. Angioplasty transluminal dianjurkan untuk pengobatan vasospasme pada
pasien-pasien yang gagal dengan terapi konvensional.
5. Cara lain untuk manajemen vasospasme adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan vasospasme:
- Nimodipine 60 mg per oral 4 kali sehari.
- 3% NaCl IV 50 mL 3 kali sehari.
- Jaga keseimbangan cairan.
b. Delayed vasospasm:
- Stop Nimodipine, antihipertensi, dan diuretika.
- Berikan 5% Albumin 250 mL IV.
- Pasang Swan-Ganz (bila memungkinkan), usahakan wedge pressure
12-14 mmHg.
- Jaga cardiac index sekitar 4 L/menit/m2.
- Berikan Dobutamine 2-15 µg/kg/menit
d. PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AV atau angioma
cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome yang baik dan lesi
strukturnya terjangkau.
1.1.9.6 Antifibrinolitik
1.1.9.7 Obat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obat-obat
yang sering dipakai adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis 36
g/hari atau tranexamid acid dengan dosis 6-12 g/hari.1
1.1.9.8 Antihipertensi
- Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah
sistolik (TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90
mmHg (sebelum tindakan operasi aneurisma clipping).
- Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan
TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
- Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2
mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse
dosisnya 50-200 mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan
karena menyebabkan vasodilatasi dan memberikan efek takikardi.
- Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat
diberikan vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik
penumbra yang mungkin terjadi akibat vasospasme.
- Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang
memburuk.
- Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia muda
dengan perdarahan lobar yang luas (>50cm3) masih menguntungkan.

1.1.9.9 Hidrosefalus
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi
(atau drainase eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya
dapat terjadi perdarahan ulang dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara
temporer atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.2 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Riwayat psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah
ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecemasan, rasa cemas, rasa tidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep
diri menunjukkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan stres, klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spritual karena
tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.

1.2.3 Pengkajian Primer


1.1 Airway
1.2 Mengkaji ada tidaknya obstruksi jalan nafas atau penumpukan secret pada
pasien.
a. Breathing
- Look : ekspansi dada, rr
- Listen : auskultasi suara nafas
- Feel : ada tidaknya hembusan nafas
b. Circulation
Mengkaji tentang nadi (lemah/kuat), irama jantung, tekanan darah,
suhu, rr, nyeri, crt, akral, membrane mukosa.
c. Disability
Mengkaji tentang penilaian kesadaran melalui GCS. Biasanya pasien
meningitis rata-rata mengalami penurunan kesadaran.

1.2.4 Pemeriksaan fisik


1.1 Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda–tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
1.1.1 B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan inspeksi
pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
1.1.2 B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg.
1.1.3 B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian
B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
1.1.4 B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten dengan teknik steril. Inkontinesia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
1.1.5 B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
1.1.6 B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi,
serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
2. Pengkajian tingkat kesadaran
Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar
pada tingkat latergi, stupor, dan semikomantosa.
2.1 Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
2.2 Pengkajian saraf kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2.3 Pengkajian sistem motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
2.4 Pengkajian refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologi akan muncul kembali di dahului dengan
refleks patologis.
2.5 Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.

1.2.5 Pengkajian Keperawatan Kritis


1.1 Pre Arrival ( Pengkajian Sebelum Pasien Datang) sebelum masuk di ICU
dilakukan pengkajian meliputi identitas pasien,diagnosa,tanda vital, alat
bantu invasif mekanik yang sedang dipakai bila pasien mengunakan
ventilator.
1.2 Quick Assesment ( Pengkajian Segera ) pengkajian segera setelah pasien
tiba di ICU meliputi ABCDE yaitu Airway,Breathing,Circulation,Drugs
(obat-obatan yang saat ini dipakai termasuk apakah pasien ada alergi
terhadap obat-obat tertentu).dan Equiopment ( adakah alat yang terpasang
pada pasien). Perawat yang menerima pasien di ICU segera menilai dan
melakukan kajian kondisi pasien.
1.3 Comprehensive Assesment ( Pengkajian Lengkap ) pengkajian riwayat
kesehatan lalu, riwayat sosial,riwayat psikososial dan spiritual serta
pengkajian fisik dari setiap sistem tubuh (sistem
kardiovaskuler,respirasi,neurologi, renal,gastrointestinal,endokrin dan
immunologi serta integumen).
1.4 On Going Assesment (Pengkajian berkelanjutan) kontinuitas monitoring
kondisi pasien setiap 1-2 jam pada saat kritis, kondisi pasien yang perlu
dikaji tanda-tanda vital,hemodinamik, alat-alat yang terpakai oleh pasien
saat masuk ICU
1.2.5 Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran (L.
01004, hal 95)
2. Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial berhubungan dengan Lesi
menempati ruang di tandai dengan tingkat kesadaran menurun
(D.0066.halaman 149)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses stroke ditandai dengan suhu tubuh
di atas normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat
(D 0130, hal: 284).
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
(D.0054.halaman 124)
1.2.6 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Pola napas tidak efektif berhubungan Pola Napas Tidak Efektif (L. 01004, hal 95) Manajemen Jalan Napas (I 01011, hal 186)
dengan penurunan kesadaran (L. 01004, Setelah diberikan askep selama 3x24 jam Observasi:
hal 95) diharapkan inspirasi dan/atau ekspirasi 1. Monitor pola napas (frekuensi,
yang memberikan ventilasi adekuat. kedalaman, usaha napas)
Kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahn 9mis.
a. Ventilasi semenit meningkat (skor 5) Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
b. Dipsnea menurun (skor 5) kering)
c. Frekuensi napas membaik (skor 5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Kedalaman napas membaik (skor 5) Terapeutik:
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head.till dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
9. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial 1. Indentifikasi penyebab peningkatan
hal.35 tekanan intraknial
berhubungan dengan Lesi menempati
2. Monitor Peningkatan tekanan darah
ruang di tandai dengan tingkat kesadaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2x7 jam Penurunan kapasitas 3. Monitor Pelebaran tekanan darah
menurun (D.0066.halaman 149)
Adaptif Intrakranial bisa teratasi dengan 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
kriteria hasil : 5. Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
1. Fungsi kognitif  (5) 6. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Tekanan Darah (5)
3. Respon Pupil (5)
4. Tekanan Intrakranial (5)
5. Reflek Neourologis (5)

Hipertermi berhubungan dengan proses Termoregulasi (L.14134, hal 129) Manajeman Hipertermia (I.15506, hal: 181)
infeksi ditandai dengan suhu tubuh di Setelah diberikan askep selama 3x24 jam Observasi :
atas normal, kulit merah, kejang, diharapkan pengaturan suhu tubuh tetap 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
berada pada rentang normal. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
takikardi, takipnea, kulit terasa hangat (D
Kriteria hasil: penggunaan incubator)
0130, hal: 284). 1. Menggigil menurun (skor 5) 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun (skor 5) 3. Monitor kadar elektrolit
3. Kejang menurun (skor 5) 4. Monitor haluaran urine
4. Takikardia menurun (skor 5) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
5. Bradikardia menurun (skor 5) Teraupetik:
6. Takipnea menurun (skor 5) 1. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Suhu tubuh membaik (skor 5) 2. Longgarkan ataua lepaskan pakaian
8. Suhu kulit membaik (skor 5) 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Edema menurun (skor 5) 4. Berikan cairan oral
10. Pengisian kapiler membaik (skor 5) 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
11. Tekanan darah membaik (skor 5) jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut hipotermia atau kompres dingin
paada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirinBerikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Mobilitas Fisik SLKI ( L.05042 hal 65 ) Dukungan Mobilisasi ( I.05162 hal 30 )
dengan kerusakan neuromuscular Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pbservasi
selama1 x 7 jam maka Mobilitas Fisik 1. Identifikasi adanya nyei atau keluhan
(D.0054.halaman 124) fisik lainnya
meningkat dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi toleransi aktivitas fisik
a. Pergerakan Ekstremitas meningkat melakukan pergerakan
skor 5 3. Monitor frekuensi jantung dan
b. Kekuatan otot meningkat skor 5 tekanan darah sebelum memulai
c. Gerakan Terbatas Menurun skor 5 mobilisasi
d. Kelamahan Fisik Menurun skor 5 4. Monitor Kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik

a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan


alat bantu ( mis. Pagar tempat tidur)
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan ( mis.duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur pindah dari tempat tidur ke kursi
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Pelaksanaan tindakan kepewaratan pada klien STEMI dilakukan sesuai
dengan perencanaan keperawatan yang letah ditentukan, dengan tujuan unutk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses asuhan keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya yang berhasil dicapai. Meskipun evaluasi diletakkan pada akhir
asuhan keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap asuhan
keperawatan .
Setelah data dikumpulkan tentang status keadaan klien maka perawat
membandingkan data dengan outcomes. Tahap selanjutnya adalah membuat
keputusan tentang pencapaian klien outcomes, ada 3 kemungkinan keputusan
tahap ini :
1. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2. Klien masih dalam catatan hasil yang ditentukan
3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan
BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Revolusi
Tgl MRS : 05 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Stroke Hemaragik
2.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan “pasien mengeluh sakit kepala,mual dan muntah dan
pasien tidak sadarkan diri”
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RS Mas Amsyar Kasongan dengan
keluhan pusing, tekanan darah meningkat dan batuk berdahak sudah
kurang lebih 3 hari. Tiba-tiba dirumah pasien sudah tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya dan sudah tidak terlalu lancar untuk
berbicara. Keluarga membawa pasien ke RS Mas Amsyar Kasongan, dan
di RS Mas Amsyar Kasongan tersebut pasien sempat di rawat kurang
lebih 5 hari. Di RS tersebut pasien dilakukan CT Scan, dari hasil CT
Scan tersebut diketahui bawha ada hematoma di kepala pasien. Karena
dokter yang bisa menangani penyakit pasien tersebut tidak ada dan di RS
tersebut keterbatasan alat maka RS Mas Amsyar Kasongan merujuk
pasien ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya. Pada tanggal 05
Oktober 2020 keluarga membawa pasien ke RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya. Diperjalanan menuju Palangka Raya pasien mengalami
penurunan kesadaran. Pasien masuk IGD, pasien kurang lebih 3 jam di
IGD rumah sakit dr. Doris Sylvanus. Di IGD pasien diberikan tindakan
pemasangan infus Nacl 20 tpm Inj. Phenitoin 6 amp dalam Nacl 0,9 %
100 cc, Inj. Kalnex 500 mg, inj. Antrain 1 gr, inj. Ondansentron 8 mg,
inj. Mecobalamin 1 A, Inj. Nb 1 A.Kemudian hasil TTV: TD:170/110
mmHg, Nadi: 75 x/menit, Pernafasan: 21 x/menit, Suhu: 36,60C, SPO2:
70%. Kemudian pasien di bawa ke ruang ICU ( Intensif Care
Unit ) untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Keluarga mengatakan pasien pernah menjalani operasi sebelumnya dan
ada riwayat penyakit hipertensi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit
keluarga seperti hipertensi

2.1.3 Genogram

Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien tampak sakit berat, Kesadaran sopor, penampilan pasien
terbaring diatas tempat tidur terpasang inf. Nacl 0,9 % di kaki sebelah
kanan dan inf. Widi KN2 di kaki sebelah kiri, warna kulit pada tubuh
pasien tampak berwarna kecoklatan, terpasang terpasang oksigen 10
NRM lpmn,, terpasang selang kateter,bedside monitor, terpasang NGT
tertutup, ETT dan ADL dibantu oleh keluarga.
2) Status Mental
Tingkat kesadaran sopor, ekspresi wajah pasien tampak tenang, bentuk
badan normal, cara berbaring/bergerak terbatas, berbicara (-), suasana
hati tidak diketahui, penampilan rapi. Pasien tidak mengetahui sekarang
Sore, Ny. S tidak mengenal perawat dan keluarga, pasien tidak sadar
berada di rumah sakit. Insight tidak baik, mekanisme pertahanan diri
maladaptif.
3) Tanda-tandaVital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 160/70

mmHg,Nadi 82 x/menit, pernapasan 30 x/menit dan suhu 38,7oC .


Masalah keperawatan :
4) Pernapasan(Breathing)
Bentuk dada simetris, ada kebiasaan merokok, batuk terdapat sputum,
tidak ada sianosis, tidak diketahui ada atau tidak nyeri dada, sesak
nafas, tipe pernapasan dada dan perut, irama pernapasan tidak teratur,
suara nafas bronchovesukuler, suara nafas ronchi basah tambahan .
Masalah keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

5) Cardiovasculer(Bleeding)
Pasien tidak diketahui mengalami nyeri dada atau tidak, capillary refill
¿2 detik. Ictus cordis terlihat, suara jantung normal S1 dan S2 lub dup.
Masalah keperawatan :
6) Persyarafan(Brain)
Nilai GCS E : 2 (tidak dapat membuka mata spontan), V : 1
(Tidak ada suara tanpa rangsangan apapun), M : 2 (timbul ektensi bila
dirangsang) Total Nilai GCS : tidak normal (4), kesadaran: Sopor,
Pupil:isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pasien
tidak mampu membedakan aroma kopi dan teh. Saraf kranial II
(Optikus): pasien tidak mampu membaca. Saraf kranial III
(Okulomotor): pasientidak dapat mengangkat kelopak matanya dengan
baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasientidak dapat menggerakkan
bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V
(Trigeminalis): pasien tidak mampu makan. Saraf kranial VI
(Abdusen): pasientidak mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien tidak dapat membedakan
rasa manis dan asin.Saraf kranial VIII (Auditorius): pasientidak dapat
menjawab dengan benar. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien
tidakdapat merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus): pada saat
makan pasien tidakdapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI
(Assesorius): pasien tidakdapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf
kranial XII (Hipoglosus): pasien tidakmampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan
positif; pasien tiddakdapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep
dan trisep kanan dan kiri postif dengan skala 2, refleks brakioradialis
kanan dan kiri positif dengan skala 2, refleks patela kanan dan kiri
positif dengan skala 2, refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan
skala 2, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 2. Uji
sensasi pasien di sentuhtidak bisamerespon.
Keluhan lainnya : Kaku kuduk, tandakernig (+), brudzinki I (+),otot
tegang
Masalah keperawatan : Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial
7) Eliminasi Ui(Bladder)
Produksi Urine : 900 ml/ 24 jam, warna kuning jernih, bau pesing,
terpasang keteter, tidak ada masalah/lancar, menggunakan kateter.
8) Eliminasi Alvi(Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Ada
yang tanggal di atas sebelah kanan, tidak ada carries, gusi terlihat tidak
ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak
ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada
peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat
menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan
pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari
warna kuning dan lunak konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
9) Tulang-Otot-Integumen(Bone)
Kemampuan pergerakan sendi tidak bebas, ukuran otot simetris, uji
kekuatan otot ekstrimitas atas 0/0ekstrimitas bawah 0/0, tulang
belakang normal.
Masalah keperawatan :
10) Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan, alergi kosmetik. Suhu kulit Ny. S hangat , warna kulit normal
tidak ada kelainan, turgor kulit kurang, tidak ada peradangan, jaringan
parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata,rambut
tampak berminyak dan kusam, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan
tidak ada masalah keperawatan.
11) Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata
kanan dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening.
Pasien tidak memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata.
Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak
ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
12) Leher Dan KelenjarLimfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak
terbatas.
13) Sistem Reproduksi
Tidakadakemerahan, tidakadagatal-gatal, tidakadakeluhanlainnya.
Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.5 Pola FungsiKesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Keluarga pasien mengatakan sakit yang diderita pasien bisa
sembuhasalkan mendengar apa yang dikatakan dokter dan teratur minum
obat.
2) Nutrisi danMetabolisme
Tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 64 kg, berat badan saat
sakit 62 kg. Diet nasi lembek, diet jantung rendah garam,mualmuntah,
kesukaran menelan.

BB 62 62
= = =24,21
TB(m) ² (1,6)² 2,56

24 = BB sedang 18-25

Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Tn.G

CairanMasuk: CairanKeluar:
Infus = 500cc NGT = 500 cc
Sonde = 300 cc Urin = 800 cc
Terapi = 1010 cc BAB = 100 cc
Total = 1810 cc Muntah = 200 cc
SubTotal = 1600 cc

Tabel 2.2Balance cairan Ny. S


IWL : 10 cc x 62 kg 24 jam = 620 cc
CK : 1600 cc + 650 cc = 2250 cc
Balance Cairan:
BC = 1810 - 1600
BC = 210 cc/24 jam

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3 x/hari 3x/hari
Porsi 1 gelas (100cc) 1 porsi
Nafsu makan KurangBaik Baik
Jenis Makanan Susu (sonde) Nasi,sayur, dan ikan
Jenis Minuman Air Putih Air Putih
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 300 cc/24 jam ± 1800 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah
Terpasang NGT Tidak ada
Masalah Keperawatan: Resiko Defisit Nutrisi
3) Pola istirahat dantidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 7-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien istirahat karena
pasien tidak sadarkan diri atau penurunan kesadaran.
Tidak ada masalah keperawatan.
4) Kognitif
Sebelum sakit pasien dapat berkomunikasi dengan keluarganya, dapat
mendengarkan mengerti dengan baik apa yang di bicarakan, dapat
berespon dengan baik dengan orang – orang sekitar. Setelah sakit
pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, tidak dapat mengerti apa
yang di bicarakan, dantidakdapatmerespon dengan baik.
5) Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri:
pasien ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas
diri: pasien seorang Istri dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien
sangat di perhatikan oleh keluarga, Suami dan merasa di hargai, Peran:
pasien adalah sebagai Istri sekaligus Ibu untuk anaknya.
Tidak ada masalah keperawatan.
6) AktivitasSehari-hari
Sebelum dibawa ke RS klien mengatakan aktivitas sehari-hari yang
dilakukan adalah bekerja sebagai petani. Setelah sakit pasien
tidaksadarkandiri , hanya berbaring ditempat tidur, ADL pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
7) Koping –Toleransi terhadapStress
Sebelum sakit pasien jika ada masalah pasien selalu membicarakannya
dengan keluarga untuk mendapat jalan keluar yang baik. Sesudah sakit
keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu membicarakan dengan
keluarganya.
Tidak ada masalah keperawatan.
8) Nilai-PolaKeyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yangdianut.
Tidak ada masalah keperawatan.

.
2.1.6 Sosial-Spritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien tidak mampu berkomunikasi dengan kata- kata yang jelas.
2. Bahasa sehari-hari
Keluarga pasien mengatakan pasien menggunakan bahasa dayak dalam
bahasa sehari-harinya.
3. Hubungan dengan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dan keluarga baik, tidak
ada masalah.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan pasien dengan teman dan petugas seperti perawat, dokter,
serta orang lain baik.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat bagi pasien adalah keluarganya yang meliputi istri,
anak, cucu, menantunya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit kebiasaan pasien dalam meluangkan waktu berkumpul
bersama keluarganya, saat sakit pasien lebih banyak istirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit pasien selalu aktif beribadah di Gereja, selama sakit
pasien hanya berdoa ditempat tidur.
2.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
1. Tabel Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 11,24x10^3/ul 4.00-10.00 10^3/uL
HGB 15,6 g/dl 12.0-16.0 g/dl
RBC 4,24x10^6/ul 4.00-5.50x10^6/ul
PLT 146x10^3/ul 150-400 10^3/uL
HCT 43.5% 41-50%
Glukosasewaktu 137 mg/dl <200 mg/dl
Ureum 35 mg/dl 21-53 mg/dl
Kreatinin 0,44 mg/dl 0,17-1,5 mg/dl
Asamurat 3,7 mg/dl 2,4-5,0 mg/dl
SGOT 29 u/l 0,35 u/l
SGPT 17 u/l 0-45u/l
Trigliserida 120 mg/dl <165 mg/dl
Kalium (K+) 3,6 mmol/L 3,5-5,3mmol/L
Calcium (Ca) 1.22 mmol/L 0.98-1,2mmol/L
Natrium (Na) 135 mmol/L 136-145 mmol/L

2. Hasil pemeriksaanCt-Scan

Hasil Pemeriksaan CT Scan :


- Tampak lesi hypodents batas tegas cortex subcortex lobusntempora
occipitalis dextra dan capsula externa dextra-sinistra sulci dan gyri
normal.
- Deffrensiasi whiten gray matter tegas. System ventrikel dan sisterna
normal.
- Tidak tampak deviai midline.
- Tidak tampak klasifikasi abnormal
- Cerebellum pons dan mensephalon normal
- Sinus-sinus paranasalis, mastoid dan orbita kanan dan kiri dalam batas
normali
- Calvaria infact.
- Kesimpulan :
Infark sub akut cortex lobus tempora occipitalis dextra dan capsula
externa. Dextra-sinistra
2.2 Penatalaksanaan Medis
Obat Dosis Rute Indikasi
Manitol 100 ml IV obat diuretik yang digunakan untuk
( 20 mengurangi tekanan dalam kepala
tpm) (intrakranial) akibat pembengkakan otak serta
24 jam menurunkan tekanan bola mata
akibat glaukoma
Citicolin 2 x 500 IV Mengobati luka dikepala
g
Mecobelamin 2x IV Obat untuk pembentukan sel saraf
1mg
Neurobion 1x1 IV Obat untuk gangguan saraf dan lainnya yang
mg terkait dengan gangguan fungsi metabolik,
yang dipengaruhi oleh kekurangan vitamin B
kompleks, termasuk polineuropati diabetes,
neuritis perifer alkoholik dan neuropati pasca
influenzal
Ondansentron IV Obat yang digunakan untuk mencegah serta
mengobati mual dan muntah yang disebabkan
oleh efek samping kemoterapi, radioterapi,
atau operasi.
Paracetamol 3 x 750 IV obat yang digunakan sebagai analgetik
mg (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun
panas/demam)

Palangka Raya, 05 ktober 2020


Mahasiswa,

Indah Permata Sari

ANALISIS DATA
KEMUNGKINAN
DATA SUBYEKTIF DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
DS : Suplai darah ke otak Penurunan Kapasitas
- Keluargaklienmengatakan “pasien menurun adaptif intracranial
mengeluh sakit kepala,mual dan muntah ↓
dan pasien tidak sadarkan diri” Perfusi selebral tidak
DO : adekuat
1. Pasien tidak sadarkan diri ↓
2. Tampak sakit berat iskemik, infark jaringan
3. Terpasang alat bedside monitor, Kateter serebral
tertutup, ETT dan NGT. ↓
4. Penurunan kesadaran GCS 4 E2 V1M2, Bradikardia
kesadaran spoor ↓
5. Terpasang Oksigen NRM 10 Lpm/menit Penurunan Kapasitas
6. Mual, muntah adaptif intracranial
7. Orientasi waktu pasien tidak dapat
membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orang pasien tidak dapat
mengenali keluarga maupun petugas
kesehatan, orientasi tempat pasien tidak
mengetahui bahwa sedang berada di
rumah sakit
8. Kaku kuduk
9. Hasil Ct :
10.Brudzinki I (+)
11.Pupil isokor
12.TTV :
TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
DS : Keluarga pasien mengatakan “ ibu nya Stroke Hemoragik Bersihan Jalan Nafas
masih batuk berdahak ↓
Tidak Efektif
DO: Defisit motorik
1. Bunyi ronchi basah pada saluran nafas ↓
2. Pasien batuk berdahak Peningkatan produksi
3. Terdapat secret/sputum berwarna putih sputum
4. Terpasang oksigen masker Oksigen NRM ↓
10 Lpm/menit Refleks batuk menurun
5. TTV : ↓
TD : 160 / 80 mmHg Sesak
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
DS : Keluarga pasien mengatakan klien Kehilangan cairan Hipovolemia
mual dan muntah secara aktif
DO: ↓
Kekurangan intake
- tampak terpasang kateter cairan
- tampak terpasang ngt
- Intake : 10ccx50 = 500 ↓
Output : 15ccx50kg/24 = 31,25 Kegagalan mekanisme
+ 1831 = 5150cc- 1831cc = 319cc regulasi
- TTV

TD : 160 / 80 mmHg
Hipovolemia
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit

DS : Status kesehatan Defisit perawatan diri


- Keluarga pasien mengatakan menurun
“bahwaklienbelum pernah di seka selama ↓
di rawat di ruang ICU” kelemahan

DO : Menghambat
- Kesadaran sopor kemampuan individu
- Pasien tampak kurang rapi melakukan perawatan
- Keadaan kulit tampak kusam diri
- Kulit rambut tampak berminyak ↓
- Pasien terrpasang kateter Tubuh atau kulit
- Terpasangett dan Ngt menjadi kotor
- ADL pasien di bantu oleh perawat dan
keluarga

DS : Ketidakmampuan Resiko Defisit Nutrisi


- Keluarga klien mengatakan “klien tidak menelan makanan
ada kemampuan menelan makanan” ↓
DO : Kekuatan otot menelan
1. A (Antropometri) : lemah
Badan klien tampak sedang kurus ↓
BB sebelum sakit : 70 kg Bising usus hiperaktif
BB sesudahsakit :50 kg ↓
IMT: 16,9 (BB kurang 18-25) Resiko Defisit Nutrisi
2. B ( Biokimia) :
HGB: 15,6 g/dl
HCT : 43.5%%
3. C (Clinis) :
Berat badan menurun, dehidrasi akibat
mual muntah
4. D ( Diet) :
- Porsimakan berkurang,½porsi
- Nafsu makan tidakada
- Terpasan NGT
- Diet cair frekuensi 3x sehari 200 cc susu
sonde
- Porsimakan 1 gelas 100 cc susu sonde
PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial berhubungan dengan Edema
Serebral di tandai dengan tingkat kesadaran menurun Pasien mengalami
Hematoma kepala , GSC = E4 M2 V1, Tingkat kesadaran : Somnolent,
TTV : TD : 160 / 80 mmHg, N : 82 x/menit, S : 36.8 0C dan RR : 30
x/menit
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Peningkatan
produksi sputum, ditandai dengan : Bunyi ronchi basah pada saluran nafas,
Pasien batuk berdahak, Terpasang oksigen Oksigen NRM 10 Lpm/menit,
RR : 22 x / menit
3. Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai dengan
Kelembaban membrane mukosa pasien tampak kering , Asupan cairan
intake ouput cairan pasien 319 cc, kulit terlihat kering, turgo kulit kurang
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan status kesehatan
ditandai dengan tingkat kesadaran pasien sopor ,Pasien tampak lemah,
Pasien tampak kurang rapi,Pasien terrpasang kateter ,ADL pasien di bantu
oleh perawat dan keluarga
5. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan dan muntah
ditandai dengan badan klien tampak sedang kurus, bb sebelum sakit : 64
kg, bb sesudah sakit :62 kg, imt: 24,21 (bb sedang 18-25), b ( biokimia)
:hgb: 15,6 g/dl, hct : 43.5 %, c (clinis) : berat badan menurun,
dehidrasiakibatmual, muntah, d ( diet) :porsi makan berkurang,1/2 porsi
nafsu makan tidak ada, terpasang ngt, diet cair frekuensi 3x sehari 200 cc
susu sonde, porsi makan 1 gelas 100 cc susu sonde.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S


Ruang Rawat : Keperawatan Kritis
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1. Penurunan kapasitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK 1. Untuk mengetahui keadaan umum
adaptif kranial keperawatan 2x7 jam (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema pasien sebagai standar dalam
berhubungan dengan Penurunan kapasitas serebral) menentukan intervensi yang tepat
edema serebral dan
Adaptif Intrakranial bisa 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK 2. Untuk mengetahui tingkat
penurunankesadaran
(D.0066.149) teratasi dengan kriteria hasil : (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan kesadaran dan potensial
nadi melebar, bradikardia, pola napas peningkatan tekanan intracranial
1. Fungsi kognitif ireguler, kesadaran menurun) 3. Untuk mengetahui gelombang TIK
Meningkat  (5) 3. Minimalkan stimulus dengan menunjukan amplitude yang tinggi
2. Tekanan Darah menyediakan lingkungan yang tenang 4. Untuk mengetahu pelebaran
meningkat (5) 4. Berikan posisi semi fowler tekanan darah pasien
3. Respon Pupil 5. Pertahankan suhu tubuh normal 5. Untuk mempertahankan posisi
meningkat (5) 6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi kepala dan leher pasien
4. Tekanan Intrakranial 6. Menjelaskan tindakan yang di
meningkat (5) lakukan
5. Reflek Neourologis
meningkat (5)

2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor posisi selang endotrakeal (ETT), 1. Untuk mengetahui pola napas
napas tidakefektif keperawatan 2x7 jam terutama setelah mengubah posisi pasien
yang Bersihan jalan nafas tidak 2. Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 2. Untuk mengetahui frekuensi napas
berhubungan jam
dengan efektif bisa teratasi dengan 3. Monitor area stoma trakeostomi (mis. pasien
penumpukan kriteria hasil : Kemerahan, drainase, perdarahan) 3. Untuk mengetahui mekonium
sputum, 1. Tidak ada Batuk 4. Cegah ETT terlipat (kinking) pasien
peningkatan 5. Berikan pre-oksigenasi 100% selama 30
Meningkat (5) 4. Untuk mengetahui pemberiam
sekresi sekret, detik (3-6 kali ventilasi) sebelum dan
dan penurunan 2. Frekuensi napas teratur setelah pengisapan oksigen pada pasien
kemampuan Meningkat (5) 6. Berikan volume pre-oksigenasi 5. Untuk memeriksa adanya
batuk 3. Mekonium Meningkat (bagging atau ventilasi mekanik) 1,5 kemerahan, atau pendarahan
(ketidakmampuan (5) kali volume tidal pada trakea
batuk/batuk 4. Pola napas teratur 7. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 6. Pemberian oksigen 100%
efektif). (D.0001 Meningkat (5) 15 detik jika diperlukan (bukan secara membantu pasien sebelum dan
Hal. 18) berkala/rutin)
setelah pengisapan lendir
8. Ubah posisi ETT secara bergantian (kiri
dan kanan) setiap 24 Jam 7. Pemberian volume oksigenasi
9. Lakukan perawatan mulut(mis, dengan 8. merangsang kemampuan
sikat gigi,kasa,pelembab bibir) pernafasan pasien
10. Jelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan
dan prosedur pemasangan jalan nafas
buatan
11. Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk
mocus plug yang tidak dapat di lakukan
pengisapan
3. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
keperawatan 2x7 jam 2. Monitor intake dan output cairan hipovolemia
berhubungan
Risiko Hipovolemia bisa 3. Hitung kebutuhan cairan 2. Untuk mengetahui intake dan output
kehilangan cairan 4. Berikan asupan cairan oral
teratasi dengan kriteria hasil : cairan
5. Anjurkan memperbanyak cairan oral
secara aktif di tandai 1. Asupan cairan terpenuhi 3. Untuk mengetahui kekurangan
6. Kolaborasi pemeberian cairan intravena
dengan penyakit. Meningkat (5) (cairan isotonis, hipotonis, dan koloid) intake cairan
2. keluaran urin lancar 4. Untuk mengetahui asupan cairan
(D.0023 halaman 64
Meningkat(5) oral
) 3. Kelembaban membrane 5. Untuk mengetahui pemberian cairan
mukosa Meningkat (5) isotonis
4. Membran mukosa tidak 6. Untuk mengetahui pemeberian
kering Meningkat(5) cairan intravena (cairan isotonis,
hipotonis, dan koloid)

Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi kebiasaan perawatan diri 1. Mengetahui keadaa kebersihan tubuh
3. Idenfikasi kebutuhan alat bantu kebersihan klien
berhubungan dengan keperawatan 2x7 jam
perawatan diri pasien diri, berpakaian,berhias,makan 2. Untuk mengetahui kebutuhan alat
penurunan status 4. Monitor tingkat kemandirian bantu kebersihan diri pasien
meningkat teratasi dengan
5. Monitor kebersihan tubuh klien ,berpakaian,berhias,makan
kesehatan(D.0109, hal: kriteria hasil :
6. Monitor integritas kulit pasien 3. Untuk mengetahui tingkat
240). 1. Mempertahakan 7. Sediakan lingkungan yang terapeutik kemandirian pasien
kebersihan diri cukup 8. Damping dalam melakukan perawatan diri 4. Untuk mengetahui kebersihan tubuh
meningkat skor 5 9. Jadwalkan rutinitas perwatan diri pasien
5. Untuk mengetahui apakah ada tanda
dan gejala decubitus akibat tirah
baring yang lama
6. Untuk menyediakan lingkungan
yang terapeutik
7. Mememenuhi kebutuhan nutrisi dan
cairan klien
8. Untuk memenuhi kebutuhan BAK
pasien

Risiko defisitnutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 6. Mengetahui status gizi dan
2. Identifikasi alergi dan intoleransi mencegah defisit nutrisi
berhubungan dengan keperawatan 2x7 jam
perawatan diri pasien makanan 7. Mencegah terjadinya alergi yang
kesulitan menelan dan 3. Monitor berat badan dapat memperparah kondisi pasien
meningkat teratasi dengan
4. Monitor hasil pemerksaan laboratorium 8. Mengecek indeks massa tubuh
muntah (D.0032.81) kriteria hasil : 5. Lakukan oral hygiene sebelum makan, pasien dan mengetahui jika
1. Mempertahakan kebersihan jika perlu terjadindefisist nutrisis
diri cukup meningkat skor 5 6. Ajarkan diet yang diprogramkan 9. Mengetahui jika ada penurunan Hb
1. 10.Menjaga kesehatan gigi dan mulut
Ko pasien
11.Mencukupi kebutuhan nutrisi pasien
Agar nutrisi pasien terpenuhi dan
mempercapat pemulihan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Keperawatan kritis
Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda
Tanggal Jam tangan dan
Nama
Perawat
Senin, 05 Penurunan kapasitas adaptif kranial berhubungan dengan S:
Oktober 2020 edema serebral dan penurunan kesadaran. - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, sadarkan diri”
13.30 IB O:
gangguan metabolisme, edema serebral)
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah 1. Penyebab peningkatan TIK adanya edema
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas serebal
Indah
ireguler, kesadaran menurun) 2. Penurunan kesadaran GCS 4 E2 V1M1, kesadaran
Permata Sari
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang masih sopor.
tenang 3. Posisi klien semi fowler
4. Memberikan posisi semi fowler 4. Memberikan lingkungan yang tenang dan
5. Mencegah terjadinya kejang membatasi pengujung untuk menjeguk pasien
6. Mempertahankan suhu tubuh normal 5. TTV :
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi

Senin, 05 Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak sesak
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah nafas
Oktober 2020
mengubah posisi O:
13.42 WIB 2. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 1. Pasien tampak lemas
3. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 2. Pasien tampak pucat
3. Capilary refill > 2 detik Indah
perdarahan)
4. Pasien tidak mampu batuk efektif Permata Sari
4. Mencegah ETT terlipat (kinking)
5. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali 5. Terdengar bunyi nafas tambahan creckle
ventilasi) sebelum dan setelah pengisapan 6. Nafas takipnea
6. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi 7. Terdapat sputum pada jalan nafas
mekanik) 1,5 kali volume tidal 8. Pola nafas tidak teratur
7. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika 9. TTV:
diperlukan (bukan secara berkala/rutin) TD : 160 / 80 mmHg
8. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap N : 82 x/menit
24 Jam S : 36.8 0C
9. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat
RR : 30 x/menit
gigi,kasa,pelembab bibir)
10. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur A: Masalah belum teratasi
pemasangan jalan nafas buatan P: Lanjutkan intervensi
11. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug
yang tidak dapat di lakukan pengisapan
Senin, 05 Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien
Oktober 2020 tandai dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) masih mual dan muntah ”

13.54 WIB 1. Meriksa tanda dan gejala hipovolemia O:


2. Memonitor intake dan output cairan
3. Mengitung kebutuhan cairan - Asupan cairan intake ouput cairan pasien 319 cc Indah
4. Memberikan asupan cairan oral - Kelembaban membrane mukosa pasien tampak Permata Sari
5. Menganjurkan memperbanyak cairan oral kering
6. Mengkolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan isotonis, - warna kulit pada tubuh pasien tampak berwarna
hipotonis, dan koloid) kecoklatan
- kulit tampak kering
- Turgor kulit kurang
- Intake : 10ccx50 = 500
- Output : 15ccx50kg/24 = 31,25
+ 1831 = 5150cc- 1831cc = 319cc

- tampak terpasang kateter


- tampak terpasang ngt
- Diet cair
- TTV :
TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Senin, 05 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan status S:


kesehatan(D.0109, hal: 240). - Keluarga klien mengatakan bahwa “pasien sudah
Oktober 2020
1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai di seka/ atau di mandikan”
14.21 WIB usia O:
2. Memonitor tingkat kemandirian 1. Klien masih dalam kesadaran sopor
3. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana 2. Tingkat kemandirian klien belum meningkat Indah
hangat, rileks, privasi) 3. Kemampuan mandi dan mengunakan pakaian Permata Sari
4. Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi dan belum meningkat
sabun). 4. Kemampuan BAK dan BAB belum meningkat
5. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai 5. Pasien tampak lebih rapi dan bersih setelah
mandiri perawat menyeka dan mengganti baju pasien
6. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu A : Sebagian masalah teratasi
melakukan perawatan diri P : Masalah sebagian teratasi
7. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Senin, 05 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan S:
dan muntah (D.0032.81) - Keluarga klien mengatakan “klien masih tidak ada
Oktober 2020
1. Mengidentifikasi status nutrisi kemampuan menelan makanan”
14.35 WIB O:
2. Memonitorasupanmakanan
1.Status nutrisi pasien terpenuhi Sebagian
3. Melakukan oral hygiene sebelummakan, jikaperlu Indah
1. Diberikan susu sonde 1 gelas 100cc 3xsehari
4. Memfasilitasimenentukanpedoman diet (mis. 2. Diet cair Permata Sari
Piramidamakanan) 3. Tetapmelanjutkanasupannutrisimelaluingt
5. Menghentikanpemberianmakanmelaluiselangnasigas 4. Diberikan diet cair susu sonde 1 gelas 100 cc
trikjikaasupan oral dapatditoleransi 5. Kekuatanototmasihlemah
Berkolaborasidenganahligiziuntukmenentukanjumlahkalori dan A: Masalah sebagianteratasi
jenis nutrient yang dibutuhkan, jikaperlu. P: Lanjutkan intervensi

CATATAN PERKEMPANGAN I
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Keperawatan kritis
Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda
tangan dan
Tanggal
Nama
Jam
Perawat
Senin, 05 Penurunan kapasitas adaptif kranial berhubungan dengan edema S:
serebral dan penurunan kesadaran. - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak
Oktober
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan sadarkan diri”
2020 O:
metabolisme, edema serebral)
1. Penyebab peningkatan TIK
13.31 I 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
adanya edema serebal
B meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, 2. Penurunan kesadaran GCS 4 Indah
kesadaran menurun) E2 V1M1, kesadaran masih sopor. Permata
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang 3. Posisi klien semi fowler Sari
4. Memberikan posisi semi fowler 4. Memberikan lingkungan
5. Mencegah terjadinya kejang yang tenang dan membatasi pengujung
6. Mempertahankan suhu tubuh normal untuk menjeguk pasien
5. TTV :
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Senin, 05 Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah sesak nafas
Oktober
mengubah posisi O:
2020 2. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 1.
3. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 2.
13.42 WIB
perdarahan) 3.
4. Mencegah ETT terlipat (kinking) 4. Indah
5. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali ventilasi) 5. Permata
sebelum dan setelah pengisapan 6. Sari
6. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi mekanik) nafas
1,5 kali volume tidal 7.
7. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika diperlukan 8.
(bukan secara berkala/rutin) TD : 160 / 80 mmHg
8. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap 24 Jam N : 82 x/menit
9. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat gigi,kasa,pelembab S : 36.8 0C
bibir)
RR : 30 x/menit
10. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur
pemasangan jalan nafas buatan A: Masalah belum teratasi
11. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang tidak P: Lanjutkan intervensi
dapat di lakukan pengisapan
Senin, 05 Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien
dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) masih mual dan muntah ”
Oktober
1. Meriksa tanda dan gejala hipovolemia
2020 2. Memonitor intake dan output cairan O:
3. Mengitung kebutuhan cairan
13.54 WIB - Asupan cairan intake ouput cairan pasien 319 Indah
4. Memberikan asupan cairan oral
cc
5. Menganjurkan memperbanyak cairan oral Permata
- Kelembaban membrane mukosa pasien
6. Mengkolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan isotonis,
tampak kering Sari
hipotonis, dan koloid)
- warna kulit pada tubuh pasien tampak
berwarna kecoklatan
- kulit tampak kering
- Turgor kulit kurang
- Intake : 10ccx50 = 500
- Output : 15ccx50kg/24 = 31,25
+ 1831 = 5150cc- 1831cc =
319cc

- tampak terpasang kateter


- tampak terpasang ngt
- Diet cair
- TTV :
TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit

A: Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi

Senin, 05 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan status S:


kesehatan(D.0109, hal: 240). - Keluarga klien mengatakan bahwa “pasien
Oktober
1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia sudah di seka/ atau di mandikan”
2020 2. Memonitor tingkat kemandirian O:
3. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, 1. Klien masih dalam kesadaran spoor
14.21 WIB Indah
rileks, privasi) 2. Tingkat kemandirian klien belum
4. Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi dan sabun). meningkat Permata
5. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri 3. Kemampuan mandi dan mengunakan
6. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan pakaian belum meningkat Sari
perawatan diri 4. Kemampuan BAK dan BAB belum
7. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai meningkat
kemampuan 5. Pasien tampak lebih rapi dan bersih
setelah perawat menyeka dan mengganti
baju pasien
A : Sebagian masalah teratasi
P : Masalah sebagian teratasi

Senin, 05 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan dan S :


muntah (D.0032.81) - Keluarga klien mengatakan “klien masih tidak
Oktober
1. Mengidentifikasi status nutrisi ada kemampuan menelan makanan”
2020 O:
2. Memonitor asupan makanan
1. Status nutrisi pasien terpenuhi
14.35 WIB 3. Melakukan oral hygiene sebelummakan, jikaperlu Sebagian Indah
4. Memfasilitasimenentukanpedoman diet (mis. Piramidamakanan) 2. Diberikan susu sonde 1 gelas
Permata
5. Menghentikanpemberianmakanmelaluiselangnasigastrikjikaasupan 100cc 3xsehari
3. Diet cair Sari
oral dapatditoleransi
4. Tetapmelanjutkanasupannutrisime
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan laluingt
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu. 5. Diberikan diet cair susu sonde 1
gelas 100 cc
6. Kekuatanototmasihlemah
A: Masalah sebagianteratasi
P: Lanjutkan intervensi

CATATAN PERKEMPANGAN II
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Keperawatan kritis
Tanda
Hari /
tangan dan
Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Jam
Perawat
Selasa, 06 Penurunan kapasitas adaptif kranial berhubungan dengan edema S:
serebral dan penurunan kesadaran. - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak
Oktober
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan sadarkan diri”
2020 O:
metabolisme, edema serebral)
a. Penyebab peningkatan TIK adanya
10.00 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
edema serebal
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, b. Penurunan kesadaran GCS 4 E2 V1M1, Indah
kesadaran menurun) kesadaran masih sopor. Permata
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang c. Posisi klien semi fowler Sari
tenang d. Memberikan lingkungan yang tenang
4. Memberikan posisi semi fowler dan membatasi pengujung untuk
5. Mencegah terjadinya kejang menjeguk pasien
e. TTV :
6. Mempertahankan suhu tubuh normal TD : 160 / 80 mmHg
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Selasa, 06 Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak
12. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah sesak nafas
Oktober
mengubah posisi O:
2020 13. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 1.Pasien tampak lemas
14. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 2.Pasien tampak pucat
10.00
perdarahan) 3.Capilary refill > 2 detik
15. Mencegah ETT terlipat (kinking) 4.Pasien tidak mampu batuk efektif Indah
16. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali ventilasi) 5.Terdengar bunyi nafas tambahan creckle Permata
sebelum dan setelah pengisapan 6.Nafas takipnea Sari
17. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi mekanik) 7.Terdapat sputum pada jalan nafas
1,5 kali volume tidal 8.Pola nafas tidak teratur
18. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika diperlukan 9.TTV:
(bukan secara berkala/rutin) TD : 160 / 80 mmHg
19. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap 24 N : 82 x/menit
Jam S : 36.8 0C
20. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat gigi,kasa,pelembab
RR : 30 x/menit
bibir)
21. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur A: Masalah belum teratasi
pemasangan jalan nafas buatan P: Lanjutkan intervensi
22. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang tidak
dapat di lakukan pengisapan
Selasa, 06 Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien
Oktober dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) masih mual dan muntah ”

2020 f. Meriksa tanda dan gejala hipovolemia O:


g. Memonitor intake dan output cairan
10.00 - Asupan cairan intake ouput cairan pasien 319 Indah
h. Mengitung kebutuhan cairan
i. Memberikan asupan cairan oral cc Permata
j. Menganjurkan memperbanyak cairan oral - Kelembaban membrane mukosa pasien
k. Mengkolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan isotonis, tampak kering Sari
hipotonis, dan koloid) - warna kulit pada tubuh pasien tampak
berwarna kecoklatan
- kulit tampak kering
- Turgor kulit kurang
- Intake : 10ccx50 = 500
- Output : 15ccx50kg/24 = 31,25
+ 1831 = 5150cc- 1831cc =
319cc

- tampak terpasang kateter


- tampak terpasang ngt
- Diet cair
- TTV :
TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Senin, 06 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan status S:


kesehatan(D.0109, hal: 240). - Keluarga klien mengatakan bahwa “pasien
Oktober
1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia sudah di seka/ atau di mandikan”
2020 2. Memonitor tingkat kemandirian O:
3. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, 1. Klien masih dalam kesadaran
10.00 Indah
privasi) spoor
4. Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi dan sabun). 2. Tingkat kemandirian klien belum Permata
5. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri meningkat
6. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan 3. Kemampuan mandi dan Sari
perawatan diri mengunakan pakaian belum meningkat
7. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai 4. Kemampuan BAK dan BAB
kemampuan belum meningkat
5. Pasien tampak lebih rapi dan
bersih setelah perawat menyeka dan
mengganti baju pasien
A : Sebagian masalah teratasi
P : Masalah sebagian teratasi

Selasa, 06 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan dan S:


muntah (D.0032.81) - Keluarga klien mengatakan “klien masih tidak
Oktober
2. Mengidentifikasi status nutrisi ada kemampuan menelan makanan”
2020 O:
3. Memonitor asupan makanan
1. Status nutrisi pasien terpenuhi
10.00 4. Melakukan oral hygiene sebelummakan, jikaperlu Indah
Sebagian
5. Memfasilitasimenentukanpedoman diet (mis. Piramidamakanan) 2. Diberikan susu sonde 1 gelas Permata
6. Menghentikanpemberianmakanmelaluiselangnasigastrikjikaasupan 100cc 3xsehari
oral dapatditoleransi 3. Diet cair Sari
7. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan 4. Tetapmelanjutkanasupannutrisime
jenis nutrient yang dibutuhkan, jikaperlu. laluingt
5. Diberikan diet cair susu sonde 1
gelas 100 cc
6. Kekuatanototmasihlemah
A: Masalah sebagianteratasi
P: Lanjutkan intervensi
CATATAN PERKEMPANGAN III
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Keperawatan kritis
Tanda
Hari / tangan
Tangg dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
al Nama
Jam Peraw
at
Rabu, Penurunan kapasitas adaptif kranial berhubungan dengan edema S :
serebral dan penurunan kesadaran. - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak sadarkan diri”
07
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, O :
Oktob 1. Penye
gangguan metabolisme, edema serebral)
bab peningkatan TIK adanya edema serebal
er 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
2. Penur
2020 meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas unan kesadaran GCS 4 E2 V1M1, kesadaran masih Indah
ireguler, kesadaran menurun) sopor. Permat
10.00
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang 3. Posisi a Sari
tenang klien semi fowler
4. Memberikan posisi semi fowler 4. Mem
5. Mencegah terjadinya kejang berikan lingkungan yang tenang dan membatasi
pengujung untuk menjeguk pasien
6. Mempertahankan suhu tubuh normal 5. TTV :
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Rabu, Bersihan Jalan Napas Tidakefektif S: Keluarga pasien mengatakan pasien tampak sesak nafas
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah O:
07
mengubah posisi 1. Pasien tampak lemas
Oktob 2. Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam 2. Pasien tampak pucat
3. Memonitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan, drainase, 3. Capilary refill > 2 detik
er
perdarahan) 4. Pasien tidak mampu batuk efektif
2020 4. Mencegah ETT terlipat (kinking) 5. Terdengar bunyi nafas tambahan creckle Indah
5. Memberikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali 6. Nafas takipnea Permat
10.00
ventilasi) sebelum dan setelah pengisapan 7. Terdapat sputum pada jalan nafas a Sari
6. Memberikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi 8. Pola nafas tidak teratur
mekanik) 1,5 kali volume tidal 9. TTV:
7. Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika TD : 160 / 80 mmHg
diperlukan (bukan secara berkala/rutin) N : 82 x/menit
8. Mengubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap S : 36.8 0C
24 Jam RR : 30 x/menit
9. Melakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat
gigi,kasa,pelembab bibir) A: Masalah belum teratasi
10. Menjelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur P: Lanjutkan intervensi
pemasangan jalan nafas buatan
11. Berkolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang
tidak dapat di lakukan pengisapan
Rabu, Hipovolemia berhubungan kehilangan cairan secara aktif di tandai S: Keluarga pasien mengatakan: ” pasien masih mual dan
07 dengan penyakit.(D.0023 halaman 64 ) muntah ”

Oktob 1. Meriksa tanda dan gejala hipovolemia O:


2. Memonitor intake dan output cairan
er - Asupan cairan intake ouput cairan pasien 319 cc Indah
3. Mengitung kebutuhan cairan
2020 4. Memberikan asupan cairan oral - Kelembaban membrane mukosa pasien tampak kering
10.00 5. Menganjurkan memperbanyak cairan oral - warna kulit pada tubuh pasien tampak berwarna kecoklatan Permat
6. Mengkolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan isotonis, - kulit tampak kering
a Sari
hipotonis, dan koloid) - Turgor kulit kurang
- Intake : 10ccx50 = 500
- Output : 15ccx50kg/24 = 31,25
+ 1831 = 5150cc- 1831cc = 319cc

- tampak terpasang kateter


- tampak terpasang ngt
- Diet cair
- TTV :
TD : 160 / 80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 30 x/menit

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Rabu, Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan status S:


kesehatan(D.0109, hal: 240). - Keluarga klien mengatakan bahwa “pasien sudah di seka/
07
6. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia atau di mandikan”
Oktob 7. Memonitor tingkat kemandirian O:
8. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, 1. Klien masih dalam kesadaran spoor
er Indah
rileks, privasi) 2. Tingkat kemandirian klien belum meningkat
2020 9. Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi dan 3. Kemampuan mandi dan mengunakan pakaian belum Permat
sabun). meningkat
10.00 a Sari
10. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri 4. Kemampuan BAK dan BAB belum meningkat
11. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan 5. Pasien tampak lebih rapi dan bersih setelah perawat
perawatan diri menyeka dan mengganti baju pasien
12. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara A : Sebagian masalah teratasi
konsisten sesuai kemampuan P : Masalah sebagian teratasi

Rabu, Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan dan S:


muntah (D.0032.81) - Keluarga klien mengatakan “klien masih tidak ada
07
1. Mengidentifikasi status nutrisi kemampuan menelan makanan”
Oktob O:
2. Memonitor asupan makanan
1. Status nutrisi pasien terpenuhi Sebagian
er 3. Melakukan oral hygiene sebelummakan, jikaperlu Indah
2. Diberikan susu sonde 1 gelas 100cc
2020 4. Memfasilitasimenentukanpedoman diet (mis. Piramidamakanan) 3. Diet cair Permat
5. Menghentikanpemberianmakanmelaluiselangnasigastrikjikaasup 4. Tetapmelanjutkanasupannutrisimelaluingt
10.00 a Sari
an oral dapatditoleransi 5. Diberikan diet cair susu sonde 1 gelas 100 cc
6. Berkolaborasidenganahligiziuntukmenentukanjumlahkalori dan 6. Kekuatanototmasihlemah
jenis nutrient yang dibutuhkan, jikaperlu. A: Masalah sebagianteratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah pukulan yang disebabkan karena
sumbatan pada arteri sehingga suplai darah dan oksigen berkurang dan
terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai. Menurut WHO
Stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat oleh gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala yang terjadi selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa menyebabkan lain yang jelas
selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2010).
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2010) biasanya di akibatkan
dari salah satu tempat kejadian, yaitu Trombosis (Bekuan darah di dalam
pembuluh darah otak atau leher), Embolisme serebral (Bekuan darah atau
materi lain yang dibawa otak dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C
Diane.dkk,2010) : Kehilangan motorik, Disfungsi motorik paling umum
adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis
(kelemahan salah satu sisi) dan disfagia. Kehilangan komunikasi,
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara )
atau afasia (kehilangan berbicara).
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami
komplikasi, Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri
pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis, paralisis : nyeri pada
daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatun, kerusakan
otak : epilepsi dan sakit kepala.
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan mempertahankan saluran nafas yang paten
yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu
lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. Mengendalikan tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi
dan hipertensi. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap Stroke hemoragik. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Tanto, Chris. 2014, Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media


Aeskulapius
Kowalak, J, dkk. 2011.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. EGC.
Muttaqin, A. 2014.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Heriana, P. 2014, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Bina Rupa Aksara,
Jakarta.
A Potter, & Perry, A. G. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
IndonesiaDefinisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
IndonesiaDefinisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax (0535) 3327707

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Amelia Fransisca


Program Studi : S1 Keperawatan
NIM : 2017. C.09a.0824
Tingkat/Prodi : IV.A/ S1 Keperawatan
Pembimbing Akademik : Nia PristinaS.Kep., Ns

Hari/Tgl/Wakt CatatanPembimbing Tanda Tangan


No u
. Pembimbin Mahasisw
g a
1. Senin, 1. Perbaikipenulisansesuaimasukk
05.10.2020 an
2. Tambahkanpengkajiankritis
3. Sesuaikan diagnose
denganbuku SIKI, SDKI, SLKI
Indah
Permata
Sari
2 Selasa a. Pre comference kasuskep.kritis
06.10.2020

Indah
Permata
Sari
3. Rabu 1. Pre comference askep
07.10.2020

Indah
Permata
Sari
4 Kamis 1. Pre comference askep
08.10.2020

Indah
Permata
Sari
5 Sabtu 1. Pre comference askep
10.10.2020 2. Perbaiki pengkajian
3. Tambahkan data sesuai
dianosa
4. Tambahkan SAP, Leaflet,
dan Catatan perkembanan 2 Indah
hari Permata
Sari
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PERAWATAN PASIEN STROKE

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik Keperawatan IV


Tingkat IV-A Di Ruang Intensif Care Unit (ICU)
Dosen Pembimbing : Nia Pristina S.Kep., Ns

Kelompok 1 :

Nama : Indah Permata Sari


Nim : 2017.C.09a.0844
Tingkat : IV A

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
BAB 1
METODE DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

2.1 Metode
2.1.1 Penyampaian materi denganc eramah

2.2 Media
2.2.1 Menggunakan Leaflet

2.3 Satuan Acara Penyuluhan


2.3.1 Topik
Perawatan pasien stroke
2.3.2 Sasaran
Pasien yang menderita penyakit stroke
2.3.3 Tujuan :
o Tujuan Umum
1. Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien mampu
memahami tentang perawatan stroke.
o Tujuan Khusus
1. Menyebutkan tentang pengertian stroke
2. Menyebutkan tentangpenyebab stroke
3. Menyebutkan tentang factor resiko terjadinya stroke
4. Menyebutkan tentang tanda dan gejala stroke
5. Menyebutkan tentang penatalaksanaan stroke
6. Menyebutkan cara perawatan pasien stroke
7. Menyebutkan tentang pencegahan stroke
8. Menyebutkan tentang rehabilitasi pasca stroke
2.3.4 Waktu :
Hari/Tanggal : Senin, 05 Oktober 2020
Pukul : 08.00 WIB – selesai
Alokasi Waktu : ± 30menit
Lokasi : Ruang Intensif Care Unit (ICU)
5. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan perawat Kegiatan audience Media


kegiatan
Pembukaa  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam Ceramah
n (5 mengucap salam  Mendengarkan
menit)  Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dan
manfaat dari penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan
diberikan
Penyajian  Menyebutkan tentang  Memperhatikan Ceramah
(15 pengertian stroke dan dan
menit )  Menyebutkan tentangpenyebab mendengarkan Powerpoin
stroke  Memberi t
 Menyebutkan tentang factor pertanyaan
resiko terjadinya stroke tentang hal-hal
 Menyebutkan tentang tanda dan yang belum
gejala stroke dimengerti yang
 Menyebutkan tentang berhubungan
penatalaksanaan stroke dengan materi

 Menyebutkan cara perawatan yang disampaikan

pasien stroke
 Menyebutkan tentang
pencegahan stroke
 Menyebutkan tentang
rehabilitasi pasca stroke
Penutup  Menanyakan pada audience  Menjawab Tanya
(10 menit) tentang materi yang telah pertanyaan Jawab &
diberikan dan reinforcement Leaflet
kepada audience yang telah
menjawab pertanyaan
 Memberi kesimpulan,
terimakasih atas peran serta
audience
 Mengucapkan salam
 Penutup

6. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Pengajar mempersiapkan metode, media yang akan dipakai
3. Peserta dan pemateri datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
4. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
5. Evaluasi Proses
6. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
7. Peserta didik mampu menjelaskan kembali:
8. Pengertian stroke
9. Penyebab stroke
10. Factor resiko stroke
11. Tanda dan gejala stroke
12. Penatalaksanaan stroke
13. Cara perawatan pasien stroke
14. Pencegahan stroke
15. Rehabilitasi pasca stroke
16. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan
benar
17. Peserta mengikuti acara dengan antusias.
18. Evaluasi Hasil
19. Penyuluhan dikatakan berhasil jika:
Lebih dari 75% peserta didik mampu menjawab pertanyaan dari
penyuluh

2.3.5 Kepanitiaan
Perceptor Akademik : Nia Pristina S.Kep., Ns
Ketua Pelaksana : Indah Permata Sari
Sekertaris : Indah Permata Sari
Bendahara : Indah Permata Sari
Seksi Acara : Indah Permata Sari
Seksi Dokumentasi : Indah Permata Sari
2.3.6 Petugas-petugas Acara
Moderator : Indah Permata Sari
Penyaji : Indah Permata Sari
Observer : Indah Permata Sari
Fasilitator : Indah Permata Sari
Dokumentasi : Indah Permata Sari
2.3.7 TugasPerorganisasian
Moderator :
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan perkenalan nama
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Mengaturj alannya acara

Penyaji :
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup

Observer :
1. Mengobservasi jalannya acara
2. Mengatur ketepatan waktu

Fasilitator :
Mendampingi peserta penyuluhan saat kegiatan berlangsung

Dokumentasi :
Mendokumentasi kegiatan.

BAB 2
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

1.1 Pengertian
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau sering disebut stroke merupakan
kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian.

1.2   Penyebab
a. Perdarahan Intraserebral
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, hal ini terjadi karena
aterosklerosis, aneurisma, dan hipertensi. Keadaan ini pada umumnya
terjadi pada usia di atas 50 tahun akibat pecahnya pembuluh darah arteri
otak.
b. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan
karena adanya:
 Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah
 Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah cerebral
 Arteritis: radang pada arteri
c. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
e. Penyakit jantung reumatik
f. Infark miokardium
g. Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
h. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium
1.3 Faktor resiko
Faktor Resiko yang Dapat Faktor Resiko yang Tidak Dapat
dimodifikasi dimodifikasi
- Tekanan darah tinggi - Usia tua
- Merokok - Jenis kelamin (banyak terjadi
- Diabetes Mellitus pada laki-laki)
- Aterosklerosis - Herediter/genetik
- Atrial fibrilasi - Riwayat stroke atau serangan
- Penyakit jantung lain jantung sebelumnya
- Transient ischemic attack
- Anemia bulan sabit
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Intake alkohol yang tinggi
- Penggunaan obat-obatan ilegal

1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatan Kritis
1. Lobus Frontal
a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat,
peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak
mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.
b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot
bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
c. Deficit aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi
terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan
mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.
2. Lobus Parietal
1. Dominan :
5. Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong
sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap
sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin),
hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi
bagian tubuh).
6. Defisit bahasa/komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola
bicara yang dapat dipahami)
 Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
 Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
 Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
 Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide
dalam tulisan).
2. Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:
1) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise)
2) Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
3) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak
dengan tepat)
4) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui
indra)
5) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
6) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
7) Disorientasi kanan kiri
3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman
penglihatan, diplopia (penglihatan ganda), buta.
4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh.

1.5 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan stroke :
8. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten
2. Kontrol tekanan darah
3. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
4. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
9. Terapi Konservatif
2.2.1 Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
2.2.2 Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
2.2.3 Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler
2.2.4 Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1. Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg
2. Osmoterapi antara lain :
4. Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam
waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari.
5. Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
3. Posisi kepala head of bed elevation(15-30⁰)
4. Menghindari mengejan pada BAB
5. Hindari batuk
6. Meminimalkan lingkungan yang panas

1.6 Cara Perawatan pada Pasien Stroke


Penatalaksanaan perawatan pasien stroke ada 2, yaitu :
1. Penatalaksanaan Awal Selama Fase Akut
Fase akut dimulai dari periode pasien masuk sampai dengan stabil ( 24 jam
sampai 48 jam bisa menjadi lebih lama pada situasi tertentu). Poin utama dari
aktifitas keperawatan adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas
,monitoring TTV, monitoring status neurologis.. Kwalitas penatalaksanaan
keperawatan saat awal akan sangat mempengaruhi komplikasi dan kecacatan
permanen
Intervensi keperawatan
2.8.1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas, memberikan oksigen
sesuai program, atur posisi pasien pada salah satu sisi
2.8.2. Mengeluarkan sekresi dari jalan nafas, perhatikan dan hindari
suction yang terlalu lama
2.8.3. Monitor fungsi nafas
2.8.4. Observasi TTV sesering mungkin
2.8.5. Observasi tanda-tanda neurologis
2.8.6. Monitor fungsi perkemehan
2.8.7. Evaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit
2.8.8. Review pemeriksaan yang lain (EKG, AGD, glukosa)
2.8.9. observasi kejang bila ada
2.8.10. Penuhi kebutuhan nutrisi
2.8.11. Jika klien tidak sadar berikan intervensi sesuai strandart
2.8.12. KIE keluarga
2.8.13. Koloborasi pemberian terapi
2. FASE POST AKUT
Mempertahankan fungsi tubuh (menurunkan kerusakan sistemik,
mengendalikan hipertensi dan peningkatan tekanan intra kranial, terapi
farmakologi) dan menghindari komplikasi yang kemungkinan besar terjadi
Intervensi keperawatan
 Memberikan perawatan kesehatan rutin
 Monitor rutin TTV dan neurologis
 Memberikan ROM pasif
 Mengatur posisi dan ganti posisi
 Tinggikan kepala 30 derajad
 Mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekresi
 Mulai untuk program BAB
 Mempertahankan input dan output
 Lakukan perawatan kateter, infus, NGT
 Jika klien sadar evaluasi reflek menelan
 Evaluasi sistem komonikasi
 Memberikan orientasi
 Mengevaluasi gangguan penglihatan
 Memberikan perawatan mata
 Meningkatkan peningkatan body image
 Memberikan kebutuhan nutrisi
 Observasi klien untuk mencegah komplikasi
 Observasi hasil-hasil lab
 Sertakan keluarga dalam perawatan klien

12. Pencegahan Stroke


a. Kontrol tekanan darah secara teratur
b. Menghentikan merokok
c. Mengurangi konsumsi kolesterol
d. Mempertahankan kadar gula normal
e. Latihan fisik (senam) secara teratur

13. Rehabilitasi Pasca Stroke


Rehabilitasi sebenarnya dimulai di rumah sakit sesegera mungkin setelah
stroke.Pada pasien yang stabil, rehabilitasi dapat dimulai dalam waktu dua hari
setelah stroke telah terjadi, dan harus dilanjutkan sebagai diperlukan setelah
keluar dari rumah sakit.Lamanya rehabilitasi stroke tergantung pada tingkat
keparahan dan komplikasi stroke.Sementara beberapa penderita stroke dapat cepat
sembuh, sedangkan ada beberapa penderita stroke yang membutuhkan waktu
jangka panjang untuk rehabilitasi stroke, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-
tahun, setelah mendapat serangan stroke.Menurut WHO, tujuan Rehabilitasi
penderita stroke adalah:
2.6.1. Memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang
terganggu.
2.6.2. Readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan
interpesonal dan aktivitas sosial.
2.6.3. Dapat melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pemilihan jenis terapi yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi pasien dan
apa yang dibutuhkan supaya pasien dapat mandiri. Rehabilitasi tidak dapat
menyembuhkan efek-efek yang ditimbulkan akibat serangan stroke, namun dapat
membantu penderita untuk mengoptimalkan fungsi tubuhnya.
Tim rehabilitasi medis, yang terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medis,
perawat, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, dokter spesialis gizi dan
psikiater, akan melakukan pengkajian dan menentukan perencanaan terapi yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien.
Terapi dimulai secara bertahap, yaitu berlatih mulai dari duduk, berdiri, dan
berjalan sendiri.Pasien juga dilatih melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
makan, buang air, berpakaian dan berdandan.
Beberapa latihan yang dapat diberikan kepada pasien stroke sebagai
berikut:
1. Program latihan di tempat tidur
2. Program latihan duduk
3. Program latihan berdiri dan berjalan
4. Program latihan keseimbangan dan berdiri 
5. Terapi Wicara
Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai
berikut:
2. Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang
ditimbulkan akibat tirah baring (bedrest ) lama, seperti :
a. Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat
yang selalu mendapat tekanan saat tidur)
b. Mencegah penumpukan sputum (dahak) untuk mencegah infeksi
saluran pernapasan
c. Mencegah kekakuan sendi
d. Mencegah atrofi otot (pengecilan massa otot)
e. Mencegah hipotensi ortostatik, osteoporosis dll.
3. Pada fase lanjut (rehabilitasi)
a. Meminimalkan gejala sisa (sequelae) dan kecacatan akibat stroke
b. Memaksimalkan kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas
sehari-hari
c. Kembali ke pekerjaan (back to work) sehingga diharapkan dapat
berperan aktif dalam kehidupan seperti sedia kala
BAB 3
LAPORAN HASIL KEGIATAN

3.1 Tahap Persiapan


Adapun tugas yang dilakukan oleh Mahasiswa (i) dalam tahap persiapan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi:
1) Melakukan persiapan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan dua
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
2) Melakukan persiapan media yang akan digunakan dalam penyuluhan 2
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
3) Melakukan role play mandiri 1 hari sebelum dilaksanakan kegiatan
penyuluhan.

3.2 Tahap Pelaksanaan


Adapun tugas yang dilakukan oleh tim dosen dalam tahap pelaksanan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi;
1) Penyuluhan dilakukan pada pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai di
dalam Ruangan Intensif Care Unit (ICU)
2) Peserta yang hadir adalahpasien dan pihak keluarga pasien yang dirawat di
dalam Ruangan Intensif Care Unit (ICU)
3) Setting tempat sesuai dengan rencana yang dilakukan di dalam Ruangan
Intensif Care Unit (ICU)
4) Peran mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang sudah ditetapkan pada
kegiatan penyuluhan.
SETTING TEMPAT

Keterangan:

: Moderator dan Leader

: Peserta

:Fasilitator
DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI.2015.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
KeperawatanEdisi 4. Salemba Medika: Jakarta.
Nurarif, & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2.
Jakarta:EGC.
Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Aesculapius.
Kowalak P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN STROKE
HEMORAGIK DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU
MANADO PERIODE JANUARI- DESEMBER 2018

Nony L. Poana1), Weny I. Wiyono1), Deby A. Mpila1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACK

Hemorrhagic stroke is a stroke caused by intracerebral hemorrhage or subarachniod


hemorrhage due to rupture of cerebral blood vessels in certain areas, so that blood
fills the brain tissue. The selection and use of drugs must be rational, so that
treatment can achieve maximum therapy with minimal side effects. The purpose of
this study was to determine the characteristics and patterns of drug use in
hemorrhagic stroke patients at Prof. RSUP Dr. R.D. Kandou Manado. This study
uses a descriptive method with a retrospective research design. The sample of this
study were 83 patients, including 70 intracerebral hemorrhagic stroke patients and
13 subarachnoid hemorrhagic stroke patients. Patient characteristics were mostly
male as many as 46 patients (55.42%) and female as many as 37 patients (44.58%).
The largest age range of hemorrhagic stroke patients at the age of 55- 64 years was
27 patients (32.52%). The duration of treatment with the highest prevalence was 1-
5days in 37 patients (44.57%). Hypertension is the most common comorbid disease of
60 patients (40.27%), and cholesterol of 15 patients (10.06). The pattern of drug use
based on the evaluation of the right indication as many as 83 patients (100%), the
right patients as many as 83 patients (100%), the right drugs as many as 82 patients
(98.8%), and the right dosage of 73 patients(87.95%).

Keywords: Hemorrhagic stroke, drug use


ABSTRAK

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral atau
perdarahan subarakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu,
sehingga darah memenuhi jaringan otak. Pemilihan dan penggunaan obat harus secara
rasional, sehingga pengobatan dapat mencapai terapi yang maksimal dengan efek
samping minimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan pola
penggunaan obat pada pasien stroke hemoragik di RSUP Prof. Dr.

R.D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain
penelitian retrospektif. Sampel penelitian ini sebanyak 83 pasien, diantaranya terdapat
70 pasien stroke hemoragik intraserebral dan 13 pasien stroke hemoragik
subarakhnoid. Karakteristik pasien sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 46 pasien
(55,42%) dan perempuan sebanyak 37 pasien (44,58%). Rentang usia pasien stroke
hemoragik terbesar pada usia 55-64 tahun sebanyak 27 pasien (32,52%). Lama
perawatan dengan prevalensi paling banyak, yaitu 1 – 5 hari pada 37 pasien (44,57%).
Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang paling banyak diderita sebesar 60
pasien (40,27%), dan kolestrol sebanyak 15 pasien (10,06). Pola penggunaan obat
berdasarkan evaluasi tepat indikasi sebanyak 83 pasien (100%), tepat pasien sebanyak
83 pasien (100%), tepat obat sebanyak 82 pasien (98,8%), dan tepat dosis sebanyak
73 pasien (87,95%).

Kata kunci : stroke hemoragik, pola penggunaan obat

PENDAHULUAN terdiagnosis oleh tenaga kesehatan


Secara global, hampir yakni sebesar 10,8 kasus per mil.
80%kejadian stroke banyak dijumpai di Prevalensi tertinggi kedua dari
Negara miskin dan berkembang, yang Yogyakarta (10,3 per mil), diikuti
mengancam kehidupan, kesehatan dan Bangka Belitung (9,7 per mil), DKI
kualitas hidup. Stroke sebagai masalah Jakarta (9,7 per mil) dan Kalimantan
utama bagi kesehatan masyarakat karena Selatan (9,2 per mil) (Pokdi
menjadi penyebab dari banyak penyakit, Stroke,2011;Depkes,2013).Dalamdat
kecacatan dan kematian (WHO, 2016). a
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun statistik pasien tahun 2012, dari 10
terdapat 500.000 penduduk terkena penyakit terbanyak di Instalasi
serangan stroke, sekitar 2,5% atau Rehabilitas Medik RSUP Prof. Dr.
125.000 orang meninggal, dan sisanya R. D. Kandou Manado, stroke
cacat ringat maupun berat. Provinsi menempati posisi kedua dengan
Sulawesi Utara menempati urutan teratas persentase 24% (Andrew dkk, 2016).
dalam hal prevalensi stroke yang
Secara umum, tujuan terapi antikoagulan,antifibrinolitik,
farmakologis pada pasien stroke adalah antihipertensi dan antidisiplidemia
untuk mengurangi cedera neuologis dan (Jagtap P.N, 2013).
penurunan angka kematian, serta
kecacatan jangka panjang (Perdossi, Pemilihan dan
2011). Manajemen stroke hemoragik penggunaan obat harus secara
dapat dilihat dari penyebab perdarahan rasional, sehingga pengobatan dapat
yang terjadi, seperti hipertensi, mencapai terapi yang maksimal
penggunaan obat-obat antikoagulan, dengan efek samping minimal.
trauma kepala, serta malformasi Penggunaan obat yang tidak
pembuluh darah (Louis R.C dkk, 2015). rasional akan memberikan dampak
Perawatan medis yang dapat dilakukan yang merugikan bagi instansi
secara farmakologis pada pasien stroke pelayanan kesehatan, pasien dan
hemoragik adalah dengan terapi masyarakat (Munaf, 2004).
neuroprotektan, diuretikosmotik, Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti menganggap bah
penelitian tentang “Pola
Penggunaan Obat Pada Pasien
Stroke Hemoragik di RSUP
Prof.Dr.R.D.Kandou Periode
Januari – Desember 2018”
perludilakukan.

METODOLOGIPENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan


dilakukan di bagian Instalasi Rekam
Medik RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado pada bulan Juni
- Agustus 2019.

Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif
dengan desain penelitian
retrospektif di RSUP. Prof. Dr. R.D.
Kandou manado, dimana data
penelitian menggunakan data
sekunder yaitu dengan melihat hasil
rekam medis pasien berupa data
karakteristik pasien, obat-obatan yang
digunakan, pemeriksaan fisik dan hasil
laboratorium.

Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini
adalah semua pasien rawat inap dengan
diagnosa stroke hemoragik di RSUP.
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada
periode bulan Januari 2018 – Desember
2018 yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
4. Kriteriainklusi: 1. Pasien dengan usia ≥
15 tahun (Kemenkes
RI,2013)
a. Pasien dengan diagnosa stroke Analisis Data
hemoragik yang tertera dalam Data yang telah
rekam medik yang dikumpulkan di Lembar
mendapatkan terapiobat. Pengumpulan Data (LPD)
b. Pasien stroke hemoragik dilakukan analisis deskriptif,
dengan mengidentifikasi karateristik
dengan atau tanpa
pasien, serta menggambarkan
penyakitpenyerta.
ketepatan penggunaan obat pada
5. Kriteria eksklusi: pasien stroke hemoragik di instalasi
1. Data rekam medis tidak lengkap, rawat inap RSUP. Prof. Dr. R.D.
misalnya tidak tercatat nama, Kandou Manado yang terdiri dari
jenis kelamin, usia, diagnosa. tepat indikasi, tepat obat,tepat dosis
dan tepat pasien.

HASIL
Dari hasil penelitian, didapatkan

data karakteristik pasien,

gambaran penggunaan obat

dan kriteria ketepatan

penggunaan obat pada pasien

stroke hemoragik di instalasi

rawat inap RSUP Prof. Dr. R.


D. Kandou Manado dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.


PEMBAHASAN Karakteristik Pasien
Karakteristik Pasien Berdasarkan Berdasarkan Usia
Jenis Kelamin Berdasarkan data yang
diperoleh pada penelitian ini yang
Berdasarkan tabel 1, dapat tertera pada tabel 1, pasien berumur
dilihat bahwa pasien dengan diagnosis 45-64 tahun memiliki persentase
stroke hemoragik lebih banyak terjadi paling tinggi(63,85%)
pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak
46 pasien (55,43%) dibandingkan dengan
perempuan sebanyak 37 pasien (44,57%).
Jumlah pasien perempuan yang menderita
stroke hemoragik ini lebih sedikit
dibandingkan laki-laki dikarenakan
adanya pengaruh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan High
Density Lipoprotein (HDL). Kolestrol
HDL dalam kadar yang tinggi dapat
menjadi faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses
aterosklerosis.

Terjadinya aterosklerosis dalam jangka


waktu yang panjang akan menyebabkan
penebalan serta pengerasan arteri.
Sumbaran pada pembuluh darah ini dapat
pecah secara mendadak sehingga
menyebabkan darah membeku di daerah
sekitar pembuluh darah arteri yang pecah.
Apabila hal ini terjadi di otak, maka dapat
menyebabkan stroke. Efek perlindungan
estrogen ini dianggap sebagai penjelasan
mengenai adanya imunitas perempuan
pada rentang usia pre- menopause (Kumar
dkk, 2005). Lebih tingginya risiko terkena
stroke pada laki- laki sebagian besar
dipengaruhi oleh gaya hidup laki-laki
seperti merokok, kurang aktivitas fisik,
dan minuman alkohol (Ghani,2016).
70 pasien (84,34%), Sedangkan,
prevalensi stroke hemoragik
kemudian diikuti oleh pasien yang berusia
subarakhnoid sebanyak 13 pasien
>65 tahun (26,51%) dan persentase (15,66%). Hal ini disebabkan
paling rendah yaitu pada usia <45 tahun karena banyaknya jumlah pasien
(9,64%). Hasil ini mendekati dengan stroke dengan penyakit penyerta
hasil penelitian profil stroke di Indonesia tekanan darah tinggi (hipertensi)
yang dilakukan oleh survey ASNA yang menyebabkan tingginya
(Asean Neurologic Association) di 28 tekanan di dinding arteri sehingga
rumah sakit diseluruh Indonesia pada bisa menyebabkan bocornya arteri
penderita stroke akut yang dirawat di otak, bahkan ruptur pada arteri otak
rumah sakit, hasil penelitian yangakan mengakibatkan terjadinya
menunjukkan bahwa penderita laki-laki stroke hemoragik (Silva dkk,2014).
lebih banyak dari perempuan dan profil
usia dibawah 45 tahun cukup banyak
yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah Karakteristik pasien
54,7% dan diatas usia 65 tahun sebanyak
Berdasarkan Penyakit Penyerta
33,5% (Misbach,2001).
Berdasarkan Tabel 1,
didapatkan bahwa mayoritas
responden mempunyai penyakit
Karakteristik Pasien Berdasarkan penyerta hipertensi. Hal ini
JenisStroke Hemoragik disebabkan karena, stroke
Berdasarkan hasil penelitian merupakan penyakit yang
yang tertera pada tabel 1, prevalensi berhubungan dengan sirkulasi darah,
stroke hemoragik intraserebral sebanyak khususnya sirkulasidarah
di otak. Dalam patofisiologi stroke adanya kolestrol total yang rendah akan
embolus, trombus, dan perdarahan menyebabkan endotel
merupakan faktor penyebab terjadinya serebrovaskuler menjadi rapuh,
stroke. Jika ketiga hal tersebut dapat sehingga lebih rentan terhadap
diatasi, maka akan memberikan hasil terjadinya mikroaneurisma yang
terapi yang baik yang ditandai dengan merupakan temuan patologis utama
tingginya angka kesembuhan pada pasien pada perdarahan intraserebral (ICH)
(Meita Krismayanti,2007). (Wang et al, 2013).
Berdasarkan penelitian dari
Khan et al (2014), stroke dapat
disebabkan oleh kolestrol yang Karakteristik Pasien
merupakan jumlah lipid yang abnormal di Berdasarkan Lama Rawat Inap
dalam darah, seperti adanya peningkatan Lama perawatan pasien
kadar kolestrol total, peningkatan stroke dalam penelitian ini dihitung
trigliserida, ataupun penurunan kadar dalam jumlah hari, berdasarkan saat
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar pasien mulai terdaftar sebagai pasien
rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Penggunaan Obat
pada tabel 1, diperoleh hasil lama rawat
1. Obat analgesik, antipiretik,
inap <5 hari sebanyak 44,58% (37
AINS, antipirai
pasien), 6-10hari
Berdasarkan Tabel 2,
sebanyak 28,91% (24 pasien ), 11-15 hari pasien stroke hemoragik yang
sebanyak 18,08% (15 pasien) dan >15 dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D.
hari sebanyak 8,43% (7 pasien ). Lama Kandou Manado yang menerima
rawat inap berhubungan juga dengan terapi obat analgesik non narkotik
adanya komplikasi medis pada pasien sebanyak 71 obat (11,81%). Dengan
stroke selama masa perawatan yang akan pilihan obat paracetamol yang paling
mempengaruhi kecepatan perbaikan banyak digunakan. Penggunaan
kondisi klinis pasien dan berdampak pada paracetamol ini disebabkan karena
lama rawat inap pasien (Johnsen dkk, pasien stroke juga disertai demam
2012). (hipertemi) yang ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh mencapai
37,5oC setelah 48 jam onset stroke.
Hipertemi diatasi dengan pemberian
antipiretik, dosis yang diberikan
adalah 500 mg hingga 4 kali sehari
bila perlu. Penggunaan bila perlu
dimaksudkan hanya pada saat suhu
tubuh naik, jika suhu tubuh pasien
kembali normal penggunaan
antipiretik dihentikan. Penggunaan
paracetamol yang melebihi dosis
yang dianjurkan dalam jangka waktu
lam dapat menyebabkan kerusakan
hati sehingga penggunaannya perlu
dikontrol ( Adams dkk,2003).

2. Anti alergi dan


obatuntukanafilaksisBerdasarka
n Tabel 2,pasienyangmenerima
terapi obat anti
alergidanobatuntuk anafilaksis
sebanyak 4 pasien
(0,67%), dengan pilihan
obat dexamethasone yang
digunakan
untukmenghambat
pembentukanedemaakibat cedera
kepala padaperdarahanserebralyang
diantaranya subdural, 3. Antiepilepsi danantikonvulsi
Berdasarkan Tabel 2,
epidural, intraserebral, dan batang
pasien yang menerima terapi obat
otak(Doenges,
antiepilepsi dan antikonvulsi
2000).
sebanyak 18 pasien (3%),
dengan pilihan obat fenitoin yang paling mempengaruhi koagulasi sebanyak
banyak digunakan untuk hampir semua 48 pasien (7,92%), dengan pilihan
jenis epilepsi atau kejang, kecuali obat asam traneksamat yang
bangkitan lena. Kejang merupakan gejala digunakan untuk mencegah terjadinya
neurologis paling umum terjadi pada perdarahan ulang pasca serangan
penderita stroke usia lanjut. Hal ini sering stroke perdarahan. Perdarahan ulang
terjadi pada pasien dengan malformasi ini berdampak buruk karena dapat
arteriovenosa, stroke batang otak, mengakibatkan penurunan kesadaran
perdarahan subarakhnoid atau riwayat bahkan kematian (Christianus, 2014).
kejang atau epilepsi (Bladin CF,
Alexandrov AV, et al,2000).
6. Diuretik
Berdasakan Tabel 2, pasien
4. Antiinfeksi yang menerima terapi obat diuretik
Berdasarkan Tabel 2, pasien sebanyak 44
yang menerima terapi obat antibakteri
sebanyak
46 pasien (7,65%), dengan pilihan obat
ceftriaxone yang paling banyak digunakan
dibandingkan antibakteri lain. Obat ini
sekarang merupakan pilihan utama untuk
uretritis oleh gonokokus tanpa komplikasi
(Gunawan, 2009). Antiinfeksi yang
digunakan pada kasus penelitian ini
umumnya diberikan untuk mencegah atau
mengobati kejadian infeksi saluran kemih,
pneumonia dan infeksi nosokomial dari
pasien rawat inap, yang memiliki resiko
sangat besar untuk terinfeksi.

5. Obat yang mempengaruhidarah


Berdasarkan Tabel 2, pasien
yang menerima terapi obat yang
pasien (7,32%), dengan pilihan obat yang penting dalam penatalaksanaan
manitol yang paling banyak digunakan stroke. Kadar gula darah diusahakan
untuk menurunkan tekanan intrakranial secepat mungkin dikontrol dalam
pada otak. Manitol diperkirakan rentang 100-150 mgl/dL. Sedangkan
menurunkan TIK dengan cara untuk penderita diabetes melitus,
mengurangi kadar air keseluruhan dan disarankan target gula darah antara
volume cairan serebrospinal serta dengan 100-200 mg/dL (Deibert &
mengurangi volume darah melalui Diringer,1999).
vasokonstriksi. Manitol juga dapat
meningkatkan perfusi otak dengan
mengurangi viskositas (Bereczki 8. Obatkardiovaskular
dkk,2000). Berdasarkan Tabel 2,
pasien yang menerima terapi obat
kardiovaskular sebanyak 102 pasien
7. Antidiabetesparenteral (17%), dengan pilihan obat
Berdasarkan Tabel 2, pasien amlodipin paling banyak digunakan
yang menerima terapi obat antidiabetes untuk menurunkan tekanan darah
parenteral sebanyak 3 pasien (0,5%). pada pasien stroke hemoragik.
Novorapid merupakan insulin yang Pemantauan tekanan darah pasien
memiliki waktu kerja sangat cepat sekitar sangat diperlukan untuk membantu
3-5 jam yang digunakan untuk pasien pengambilan keputusan bagi para
stroke hemoragik dengan penyakit klinis untuk memberikan terapi
diabetes melitus tipe 2. Mempertahankan antihipertensi (Rincon & Mayer,
kondisi normoglikemia menjadi bagian 2005).
9. Larutan elektrolit, nutrisi, dan pilihan terapi obat risperidone yang
lain- lain digunakan untuk psikotik akut karena
Berdasarkan Tabel 2, pasien mempunyai efektivitas yang baik,
yang menerima terapi larutan elektrolit, efek samping minimal, dan relatif
nutrisi, dan lain-lain sebanyak 87 pasien aman dapat ditoleransi dengan baik
(14,5%), dengan pilihan larutan elektrolit (Waney AT, 2005).
NaCL yang paling banyak digunakan
sebagai penanganan pertama pada pasien
stroke hemoragik untuk menghindari 11. Obat salurancerna
terjadinya dehidrasi yang akan Berdasarkan Tabel 5, pasien
meningkatkan viskositasdarah. yang menerima terapi obat saluran
cerna sebanyak 190 pasien (25,63%),
dengan pilihan obat ranitidine yang
10. Antipsikosis paling banyak digunakan. Karena,
Berdasarkan Tabel 2, pasien pasien stroke hemoragik ada yang
yang menerima terapi antipsikosis memiliki masalah pada lambung.
sebanyak 1 pasien (0,17%), Dengan Selain itu juga, untuk mencegah
terjadinya stress ulcer, serta mengatasi menerima terapi ekspetoran
obat-obat yang berefek samping pada sebanyak 9 pasien (0,15%), dengan
lambung, akibat pemakaian antiplatelet pilihan obat N.Asetil Sistein yang
dan obat non steroid (NSAID) (Abraham digunakan untuk mengurangi dahak
dkk,2010). yang menghalangi saluran
pernapasan.

12. Obat salurannapas


Berdasarkan Tabel 5, pasien 13. Vitamin dan mineral
yang menerima tepai obat saluran napas Berdasarkan Tabel 5,
sebanyak 14 pasien (2,33%). Dengan pasien yang menerima terapi vitamin
pilihan terapi combivent yang diberikan dan mineral sebanyak 9 pasien
pada pasien yang memiliki keluhan sesak (0,15%), dengan pilihan utama
napas. Selain itu,adapun pasienyang vitamin C. Karena penggunaan
vitamin pada pasien stroke
berhubungan dengan kadar
homosistein dalam darah.
Homosistein merupakan salah satu
faktor risiko stroke yang apabila
kadarnya didalam darah tinggi maka
risiko stroke akan meningkat. Kadar
homosistein yang tinggi akan
bersifat aterogenik dan protrombus.
Kadar homosistein dalam darah
ditentukan oleh asam amino esensial
metionin yang dihasilkan oleh faktor
genetik, konsumsi vitamin dan asam
folat. Dengan konsumsi vitamin dan
asam folat tersebut akan mengurangi
kadar homosistein dalamdarah.

4.2.2 Evaluasi Pola Penggunaan


Obat
Evaluasi pola penggunaan
obatdilakukan terhadap 83 data
rekam medik pasien stroke
hemoragik rawat inap di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. Evaluasi
pola penggunaan obat yang
dilakukan meliputi beberapa kriteria
yaitu, tepat indikasi, tepat pasien,
tepat obat, dan tepat dosis, sebagai yangspesifik. Antibiotik, misalnya
berikut. diindikasikan untuk infeksi bakteri.
Dengan demikian, pemberian obat
ini hanya dianjurkan untuk pasien
- Tepatindikasi yang memberi gejala adanya infeksi.
Menurut Kemenkes RI (2011),
setiap obat memiliki spektrum terapi
Dari hasil penelitian, kategori tepat sebagai antihipertensi pada nomor
indikasi sebanyak 83 pasien (100%). rekam medik 2 dengan diagnosa
stroke hemoragik intraserebral.
Sedangkan, menurut penelitian yang
- Tepatpasien dilakukan oleh Wibowo dan Gofir
Menurut Depkes RI (2006) (2001), kombinasi nikardipin dan
pemberian obat dikatakan tepat pasien nimodipin berfungsi sebagai
bila dalam pemberiannya dihubungkan profilaksis untuk mencegah
dengan ketepatan dalam menilai kondisi vasopasme dan terbukti bermanfaar
pasien, dalam hal ini pemberian obat harus selama pengobatan akut perdarahan
sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian subarakhnoid. Penggunaan obat ini
obat harus mempertimbangkan tidak dianjurkan untuk perdarahan
perbandingan efek terapi dan resiko. intraserebral.
Berdasarkan hasil penelitian ketepatan
pasien dalam penelitian ini diperoleh
sebesar 83 pasien (100%) tepatpasien.

- Tepatobat
Ketepatan pemilihan obat merupakan
keputusan untuk melakukan upaya terapi
yang diambil setelah diagnosis ditegakkan
dengan benar. Dengan demikian, obat
yang dipilih harus yang memiliki efek
terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
Hal ini berarti bahwa pemilihan obat
harus berdasarkan jenis penyakit yang
telah didiagnosa secara medis (Kemenkes
RI, 2011). Berdasarkan hasil penelitian
kategori ketepatan penggunaan obat
dalam penelitian ini diperoleh sebesar 82
pasien (98,8%). Hal ini disebabkan karena
adanya ketidaktepatan pemberian
kombinasi obat nikardipin dan nimodipin,
tepat dosis karena menurut JNC 7
dosis lazim dari penggunaan obat
- TepatDosis furosemid 20-80 mg/hari tiap 12
Ketepatan dosis diartikan jam. Pada sebanyak 8 kasus terdapat
bahwa dosis, cara dan lama pemberian ketidaktepatan dosis penggunaan
obat sangat berpengaruh terhadap efek obat nikardipin 10 mg tiap 24 jam
terapi obat. Pemberian dosis yang per hari, sedangkan menurut JNC 7
berlebihan, khususnya untuk obat dengan penggunaan dosis lazim dari obat
rentang terapi yang sempit akan sangat nikardipin yaitu 30-90 mg/hari tiap
beresiko timbulnya efek samping. 24jam.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak
akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan (Kemenkes RI,2011). KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Dari hasil penelitian
terhadap ketepatan dosis diperoleh diperoleh kesimpulan sebagai
sebanyak 73 pasien (87,95%). Hal ini berikut, yaitu :
disebabkan, karena adanya
ketidaktepatan dosis pada pemberian
Pada penelitian ini
terapi antihipertensi. Pada nomor pasien
diperoleh jumlah sampel sebanyak
19, penggunaan obat amlodopin 60 mg
83 pasien stroke hemoragik yang
tiap 24 jam per hari.Berdasarkan JNC 7
rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D.
dosis lazim amlodipin yaitu 2,5-
Kandou Manado pada periode
10mg/hari tiap 24 jam. Pada nomor kasus
Januari – Desember 2018, terdiri
34, penggunaan obat furosemid 10 mg
dari 70 pasien (84,34%) mengalami
tiap 8 jam per hari, hal dinyatakan tidak
stroke
hemoragik intraserebral dan 13 pasien penggunaan obat pada pasien stroke
(15,66 %) mengalami stroke hemoragik hemoragik yang rawat inap di RSUP
subarakhnoid. Karakteristik pasien Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
sebagian besar adalah laki-laki sebanyak dengan evaluasi tepat indikasi
46 pasien (55,42%) dan sebanyak 82 pasien (98,8%), tepat
perempuansebanyak pasien sebanyak 82 pasien (98,8%),
tepat obat sebanyak 83 pasien (100%)
37 pasien (44,58%). Rentang usia pasien
dan tepat dosis sebanyak 73
stroke hemoragik terbesar pada usia 55-64
pasien(87,95%).
tahun sebanyak 27 pasien (32,52%). Lama
perawatan dengan prevalensi paling
banyak, yaitu 1 – 5 hari pada 37 pasien
(44,57%). Hipertensi merupakan penyakit
penyerta yang paling banyak diderita SARAN
sebesar 60 pasien (40,27%), dan kolestrol Penelitian selanjutnya
sebanyak 15 pasien (10,06). Pola diharapkan dapat melakukan
penelitian secara prospektif dengan Adams H.P.,et al.,2003.
melihat keadaan pasien selama dirawat di
Guidelines for The Early
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Management of Patients
with Ischemic. Journal of
The American Heart
DAFTAR PUSTAKA
Abraham NS, Hatky MA, Antman EM et Association. 34:1056-83
al. 2010. A Foccused Updated of The
ACCF/ACG/AHA 2008 Expert
Consensus Document on Reducing Andrew ,M. Purnomo, Lidwina, S.
The Gastrointestinal Risk of Sangkey et al. 2016. Angka
Antiplatelet Therapy and NSAID use: Kejadian Afasia Pada Stroke
A Report of The American College of di Instalasi Rehabilitasi Medik
Cardiology Foundation Task Force on RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Expert Consensus Document, Manado Tahun 2015. Jurnal
Circulation, 122:2619-2633 e-Clinic (2):2

Bereczki, D.,Liu, M., Prado, G.F.,


Fekete,
I. 2000. Conchane
Report : A Systemic
Review of Mannitol
Therapy for Acute Ischemic
Stroke and Cerebral
Parenchymal Hemorrhage.
Stroke. 31:2719-2722

Bladin CF, Alexandrov AV,


Bellavance A, Bornstein N,
Chambers B, Cote R, et al.
Seizures after stroke: a
prospective multicenter study.
Arch Neurol.
2000;57(11):1617-22.

Deibert E, Diringer, M. N. 1999. The


Intensive Care Management of
Acute Stroke. The Neurologist.
5:313-25

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical


Care untuk Hipertensi.
Departemen Kesehatan RI,
Jakarta

Depkes RI. 2013. Badan Penelitian dan


Pengembangan

Kesehatan. Departemen Kesehatan


RI,Jakarta

Ghani. 2016. Faktor Risiko Dominan


Penderita Stroke Di Indonesia.
Buletin Penelitian Kesehatan.
Volume 44 (1) :49-58
Gunawan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi
dan Terapeutik akultas Kedokteran Universitas Indonesia
Johnsen SP, Svendsen ML, Ingeman A. 2012. Infection in Patients with Acute Stroke.
The Open Infection Disease Journal, 6 (Suppl 1:M3) : 40-5
JNC 7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committe On Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension,
42:1206-52
Kemenkes RI. 2011. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2005. Pathologic Basic of Disease. 7 thed.
Philadelphia: Elsavier Saunders, 270-5
Louis RC, Joseph PB, Ralph LS. 2015. American Heart Association An Updated
Definition of Stroke for the 21st Century: A Statement for Healthcare
Meita Krismayanti. 2007. Evaluasi DRP Pada Pengobatan Pasien Stroke Di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Misbach. 2001. Pandangan UmumMengenai Stroke. Jakarta : Balai Penerbit FK
Universitas Indonesia
Munaf. 2004. Pengantar Farmakologi. Kumpulan Kuliah FarmakologiEdisi
2. Jakarta : Penerbit Buku KedokteranEG
Jagtap P. N. 2013. Stroke: A Brain Attack.
IOSR J Pharm 3:1-23
PERDOSSI. 2011. Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta :PERDOSSI
Rincon and Mayer. 2005. Clinial Review: Critical Care Management of Spontaneous
Intracerebral Hemorrhage12:237
Silva, D. A. D, Narayanaswamy et al. 2014. Understanding Stroke A Guide for
Stroke Survivors and Their Families.
Wibowo dan Gofir. 2001. Farmakoterapi Dalam Neurologi. Jakarta : Salemba
Medika
WHO. 2016. Stroke. A Global Response is Needed

Anda mungkin juga menyukai

  • VBBBJJ
    VBBBJJ
    Dokumen6 halaman
    VBBBJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Akaksj
    Akaksj
    Dokumen5 halaman
    Akaksj
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • GJJJ
    GJJJ
    Dokumen11 halaman
    GJJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Lansia
    Pengkajian Lansia
    Dokumen15 halaman
    Pengkajian Lansia
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Syok Hemoragik
    Syok Hemoragik
    Dokumen13 halaman
    Syok Hemoragik
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • INDAH
    INDAH
    Dokumen11 halaman
    INDAH
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Akaksj
    Akaksj
    Dokumen5 halaman
    Akaksj
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • BBNNNNNN
    BBNNNNNN
    Dokumen17 halaman
    BBNNNNNN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Skenario Supervisi Kelompok 7 Depranata: Kepala Ruangan (Karu)
    Skenario Supervisi Kelompok 7 Depranata: Kepala Ruangan (Karu)
    Dokumen4 halaman
    Skenario Supervisi Kelompok 7 Depranata: Kepala Ruangan (Karu)
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • GJJJ
    GJJJ
    Dokumen11 halaman
    GJJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Nsjjsaj
    Nsjjsaj
    Dokumen49 halaman
    Nsjjsaj
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • GJJJ
    GJJJ
    Dokumen11 halaman
    GJJJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Hhhyykhr
    Hhhyykhr
    Dokumen6 halaman
    Hhhyykhr
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NDNDJ
    NDNDJ
    Dokumen8 halaman
    NDNDJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen37 halaman
    NNNN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
    KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
    Dokumen12 halaman
    KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Hhhyykhr
    Hhhyykhr
    Dokumen6 halaman
    Hhhyykhr
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NNMK
    NNMK
    Dokumen5 halaman
    NNMK
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Supervisi Keperawatan
    Supervisi Keperawatan
    Dokumen5 halaman
    Supervisi Keperawatan
    adam.abdurochim
    100% (1)
  • Ksjananbaba
    Ksjananbaba
    Dokumen6 halaman
    Ksjananbaba
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Dokumen 4
    Dokumen 4
    Dokumen3 halaman
    Dokumen 4
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
    KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
    Dokumen12 halaman
    KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SJFJJFJ
    SJFJJFJ
    Dokumen4 halaman
    SJFJJFJ
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • BBBBN
    BBBBN
    Dokumen7 halaman
    BBBBN
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SOP Pemberian Irigasi Telinga
    SOP Pemberian Irigasi Telinga
    Dokumen5 halaman
    SOP Pemberian Irigasi Telinga
    Yuda Suprianto
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR TILIK
    DAFTAR TILIK
    Dokumen7 halaman
    DAFTAR TILIK
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • BBBHHHH
    BBBHHHH
    Dokumen4 halaman
    BBBHHHH
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SMSMMSM
    SMSMMSM
    Dokumen2 halaman
    SMSMMSM
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SOP - Batuk Efektif 2018
    SOP - Batuk Efektif 2018
    Dokumen4 halaman
    SOP - Batuk Efektif 2018
    Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat