Anda di halaman 1dari 69

Analisis tingkat kebangkrutan dengan menggunakan

metode altman Z-score, Springate dan Zmijewski pada


perusahaan sektor pulp and paper yang tercatat di BEI
periode 2013-2019

SKRIPSI

Oleh :
Monica Valentine
201710325130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Proposal : Analisis tingkat kebangkrutan dengan


menggunakan metode altman Z-score,
Springate, dan Zmijewski pada
perusahaan sektor pulp and paper yang
tercatat di BEI periode 2013-2019

Nama Mahasiswa : Monica Valentine

Nomor Pokok Mahasiswa : 201710325130

Program Studi/Fakultas : Manajemen/Ekonomi dan

Bisnis Tanggal Lulus Ujian Proposal : -

Jakarta, 8 November 2020

MENYETUJUI,

Pembimbing I

Adi Wibowo Noor Fikri, S.Kom., MBA


NIDN 0325027901
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
Nama Mahasiswa : Monica Valentine
Nomor Pokok Mahasiswa : 20171032130
Fakultas/Program studi : Ekonomi/Manajemen (keuangan)
Dengan ini saya menyatakan bahwa
Skripsi yang berjudul : Analisis tingkat kebangkrutan dengan menggunakan
metode altman Z-score, Springate dan Zmijewski pada
perusahaan sektor pulp and paper yang tercatat di BEI
periode 2013-2019
Ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung
materi yang ditulis orang lain kecuali pengutipan sebagai referensi yang sumbernya
telah dituliskan secara jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya
bersedia menerima sanksi dari Universitas Bhayangkhara Jakarta Raya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Saya mengijinkan skripsi ini dipinjam dan digandakan melalui perpustakaan
Universitas Bhayangkhara Jakarta Raya
Saya member izin kepada Perpustakaan Universitas Bhayangkhara Jakarta Raya
untuk menyimpan skripsi ini dalam bentuk digital dan mempublikasikannya melalui
internet selama publikasi tersebut melalui portal Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya .

Bekasi, 2021
Yang membuat pernyataan

Monica Valentine
201710325130
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara
model kebangkrutan Altman, Springate, dan Zmijewski dalam memprediksi
kebangkrutan. Serta untuk mengetahui model prediksi yang paling tinggi
keakuratannya dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor pulp and
paper yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perbandingan ketiga model prediksi
dilihat dari tingkat akurasi pada setiap model.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan


perusahaan pulp and paper yang di publikasikan di website Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2013-2019. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
purposive sampling sehingga didapat 5 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.
Teknik analisis data menggunakan uji statistik parametris yaitu uji Paired Sample t-
test dan uji keakuratan model prediksi dengan syarat data harus berdistribusi normal.

Penelitian ini membandingkan score empat model prediksi financial distress


dengan menggunakan teknik statistik deskriptif, uji normalitas, dan dipasangkan
analisis uji teknik sample t-test dengan bantuan program SPSS. Kesimpulan dari
penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara model Altman,
Springate, Grover, dan Zmijewski dalam memprediksi financial distress, dan tingkat
akurasi tertinggi dicapai model Zmijewski dengan tingkat akurasi sebesar 57,14%.
Abstract
This study aims to determine whether there is a difference between the
Altman, Springate, and Zmijewski bankruptcy models in predicting bankruptcy. As
well as to know the prediction model with the highest accuracy in predicting
bankruptcy in pulp and paper sector companies listed on the Indonesia Stock
Exchange. The comparison of the three prediction models is seen from the level of
accuracy in each model.

         The data used in this study are the financial statements of pulp and paper
companies published on the Indonesia Stock Exchange (BEI) website for the period
2013-2019. The sampling technique used purposive sampling in order to obtain 5
companies that were used as research samples. The data analysis technique used
parametric statistical tests, namely the Paired Sample t-test and the accuracy of the
prediction model with the condition that the data must be normally distributed.

This study compares the scores of four financial distress prediction models
using descriptive statistical techniques, normality tests, and paired analysis with the
sample t-test technique with the help of the SPSS program. The conclusion of this
study shows a significant difference between the Altman, Springate, Grover, and
Zmijewski models in predicting financial distress, and the highest level of accuracy is
achieved by the Zmijewski model with an accuracy rate of 57.14%.
Kata Pengantar
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
hidayah ridlo serta karunian-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat disesesaikan.
Skripsi yang berjudul: “Analisis tingkat kebangkrutan dengan menggunakan metode
altman Z-score, Springate dan Zmijewski pada perusahaan sektor pulp and paper
yang tercatat di BEI periode 2013-2019” dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
syarat penyelesaian study SI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhayangkhara
Jakarta Raya, untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen (SM.).

Penyelesaian tugas akhir ini berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai
pihak Oleh karena itu pada kesempatan kali ini disampaikan ucapan terimakasih
kepada yang terhormat:

1. Bapak Ir jen Pol. (Purn) Dr. Drs. H. Bambang Karsono, S.H., M.M, selaku
Rektor Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

2. Ibu Dr. Istianingsih, M.S.Ak., CA., CSRA., CMA., CBV, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

3. Bapak M. FadhliNursal, S.E., M.M, selaku Kepala Program Studi


Manajemen.

4. Dr. Ir. Raden Achmad Harianto, M.M, selaku Dosen Pembimbing Akademik
Kelas 7A3 Manajemen Universitas Bhayangkhara Jakarta Raya

5. Adi Wibowo Noor Fikri, S.Kom., MBA dosen pembimbing yang dengan
sabar meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penyusunan tugas akhir.

6. Kedua Orang Tua penulis yang telah memberikan dukungan doa, semangat,
dan kasih sayang yang selalu dipanjatkan kepada penulis

7. Teman Teman kelaa 7A3 Manajemen serta sahabat sahabat SMK-ku yang
selalu memberikan dukungan dan semangat yang tiada hentinya.
8. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Bekasi, 10 Januari 2021

Penulis

Monica Valentine
Daftar Isi
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................2
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................3
LEMBAR PERNYATAANAbstrak..............................................................................4
Abstrak...........................................................................................................................5
Abstract..........................................................................................................................6
Kata Pengantar...............................................................................................................7
Daftar Isi........................................................................................................................9
Daftar Tabel.................................................................................................................11
Daftar Gambar.............................................................................................................12
Bab I............................................................................................................................13
Pendahuluan.................................................................................................................13
1.1 latar belakang.....................................................................................................13
1.2 Rumusan permasalahan.....................................................................................21
1.3 Tujuan penelitian...............................................................................................21
1.4 Manfaat penelitian.............................................................................................22
1.5 Batasan masalah.................................................................................................23
1.6 Sistematika penulisan.........................................................................................23
Bab II...........................................................................................................................24
Tinjauan Pustaka..........................................................................................................24
2.1 Landasan Teori...................................................................................................24
2.1.1 Analisis laporan keuangan..........................................................................24
2.1.2 Kebangkrutan.........................................................................................35
2.2 Penelitian Terdahulu..........................................................................................39
2.3 Hipotesis............................................................................................................41
2.4 Model konseptual...............................................................................................42
Bab III..........................................................................................................................43
Metodologi penelitian..................................................................................................43
3.1 Desain penelitian................................................................................................43
3.2 Tahapan penelitian.............................................................................................44
3.3 Model konseptual...............................................................................................45
3.4 Operasional variabel....................................................................................45
3.4.1 Variabel Dependen......................................................................................45
3.4.2 Variabel Independen...................................................................................46
3.4 Waktu dan tempat..............................................................................................48
3. 5 Metode pengambilan sampel............................................................................48
3. 6 Metode analisis data..........................................................................................49
Bab IV..........................................................................................................................52
Analisis dan Pembahasan............................................................................................52
4.1 Deskripsi Data....................................................................................................52
4.2 Statistik Deskriptif.............................................................................................53
4.3 Uji Normalitas....................................................................................................53
4.4 Uji Hipotesis................................................................................................54
Bab V...........................................................................................................................60
Kesimpulan dan Saran.................................................................................................60
5.1 Kesimpulan............................................................................................................60
5.2 Saran......................................................................................................................61
Daftar Pustaka..............................................................................................................63
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I
Pendahuluan
1.1 latar belakang
Informasi merupakan suatu hal yang penting bagi setiap masyarakat.
Informasi dapat diperoleh dengan berbagai cara, biasanya sejumlah media dipakai
sebagai sumber dari informasi, contoh dari salah satunya adalah surat kabar atau
Koran. Namun saat ini media cetak seperti koran, majalah, buku, dll mulai redup
karena mulai berkembang pesatnya teknologi yang membuat persaingan media massa
menjadi lebih ketat. Perkembangan teknologi seperti internet yang mulai melonjak di
tahun 2015 yang pengguna internetnya mencapai 110.2 juta pengguna atau 42,5%
merupakan titik awal dari terancamnya eksistensi media cetak. Masyarakat yang telah
memasuki era digital membuat mereka menggunakan kebudayaan baru sehingga
mengubah mereka dalam cara berkomunikasi dan mendapatkan informasi.

Jumlah oplah media cetak

500
400
300
200
100
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

surat kabar harian surat kabar mingguan majalah tabloid

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Gambar 1.1 : Grafik jumlah media cetak 2008 – 2015

Dari data diatas kita bisa melihat bahwa setiap tahun jumlah oplah media
cetak naik turun. Dari tahun 2008 samapi 2014, jumlah oplah media cetak
menunjukkan kecondongan naik walaupun jumlah opah media cetaknya naik-turun.
Di tahun 2008 total oplah media cetak mencapai 7,49 juta. Kemudian di tahun
berikutnya, jumlah oplah media cetak cenderung naik. Di tahun 2014 total oplah
media cetak mencapai 9,65 juta. Tetapi, kenaikan tersebut berhenti di tahun 2014.
Ditahun 2015 jumlah oplah media cetak merosot, total oplah media cetak tahun 2015
hanya 8,79 juta, turun 8,9% dari tahun 2014. Jumlah ini justru lebih kecil jika
dibandingkan dengan jumlah oplah media cetak tahun 2011 (https://tirto.id/).
Menurunnya jumlah oplah media cetak di tahun 2015 mengakibatkan banyak
perusahaan media cetak yang cukup ternama mengalami kebangkrutan. Perusahaan
tersebut seperti Indonesia Finance Today, Majalah Bloomberg, Tabloid Bola, Koran
sinar Harapan, Majalah Fortune dari Kompas group, dan perusahaan-perusahaan
media cetak lainnya yang memilih beralih dari media cetak menjadi media online
seperti Harian The Jakarta Globe dari Lippo Group.

0.00%
-1.00%
-2.00%
-3.00%
-4.00%

-5.00%
2015 2016 2017 2018 2019 2020

global newspaper revenue year-on-year growth

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Gambar 1.2: Grafik Global newspaper revenue year-on-year growth 201 5 – 2020

Kemudian berdasarkan market outlook yang dirilis oleh PwC, segmen surat
kabar dan majalah masih akan menunjukan penurunan di beberapa tahun ke depan.
Walaupun pernurunan pendapatan akan perlahan membaik namun year-on-year
growth masih akan menunjukan angka negatif. Melihat proyeksi ke depan dari
industri yang tidak menunjukan sinyal positif, tidak dapat dihindari beberapa
perusahaan media cetak memutuskan untuk menutup usahanya untuk menghindari
kerugian yang lebih jauh. Yang terbaru di bulan lalu McClatchy perusahaan surat
kabar terbesar kedua di Amerika Serikat mengumumkan kebangkrutannya. Bukan
tanpa alasan, kebangkrutan yang dialami media cetak disebabkan menurun secara
drastisnya pendapatan dari iklan yang merupakan penghasilan utama dari media cetak
selain dari penjualan media cetak itu sendiri (https://yonulis.com/2020/).
Dari grafik-grafik yang telah ditampilkan diatas kita bisa melihat bahwa
terdapat penurunan yang cukup merosot dalam industri media cetak. Penurunan
tersebut terjadi karena serangan digital yang terus berkembang pesat bedasarkan
survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia di tahun
2015 jumlah pengguna internet 110,2 juta jiwa jumlah tersebut merupakan 42,5%
dari total penduduk di Indonesia yang mencapai 258,4 juta jiwa.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, telah menimbulkan
sarana-sarana baru seperti, internet, smartphone, tablet, sampai alat e-reading.
Sarana-sarana ini mempermudah masyarakat dalam mencari dan mengetahui berbagai
informasi. Perkembangan teknologi ini tidak dapat dihindari dan harus di ikuti oleh
masyarakat. Karena perkembangan teknologi dirasa dapat menjadi jalan keluar dari
berbagai persoalan yang ada di masyarakat saat ini. Sebagaimana yang kita ketahui di
era modern ini, dalam melakukan segala aktivitas seperti, bekerja, belajar dan lain
sebagainya masyarakat selalu membutuhkan teknologi informasi. Teknologi
informasi dibutuhkan masyarakat agar dalam melakukan segala aktivitasnya menjadi
lebih mudah, cepat, praktis, dan menghemat waktu.
Kemudian selain munculnya sarana-sarana baru perkembangan teknologi di
era digitalisasi ini menyebabkan banyak muncul produk digital baru seperti buku,
majalah, surat kabar, majalah dsb dikemas dalam bentuk e-book. Jika e-book di
bandingkan dengan buku cetak, e-book lebih unggul karena e-book lebih ramah
lingkungan dan e-book jauh lebih awet karena tidak mengalami kerusakan seperti
buku cetak. Perkembangan-perkembangan teknologi informasi menimbulkan produk
dan sarana baru yang dapat memudahkan masyarakat menyebabkan penurunan
penggunaan kertas dalam kehidupan masyarakat.
250.0
200.0
150.0
100.0
50.0
0.0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019-
2020 Q 2

Jumlah pengguna internet

Sumber data : Data Sekunder Diolah, 2020.


Gambar 1.3: Grafik Pengguna Internet di Indonesia tahun 2013 – 2018

Berdasarkan laporan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara


Jasa Internet Indonesia pengguna internet tahun 2013 mencapai 71,9 juta jiwa jumlah
tersebut merupakan 28% dari total penduduk di Indonesia yang mencapai 248 juta
jiwa. Pada tahun 2014 berdasarkan laporan hasil survey yang dilakukan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pengguna internet mencapai 88,1 juta
jiwa jumlah tersebut merupakan 34,9% dari total penduduk di Indonesia yang
mencapai 252,4 juta jiwa. Pada tahun 2015 berdasarkan laporan hasil survey yang
dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pengguna internet
mencapai 110,2 juta jiwa jumlah tersebut merupakan 42,5% dari total penduduk di
Indonesia yang mencapai 258,4 juta jiwa. Pada 2016 berdasarkan laporan hasil survey
yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pengguna
internet mencapai 132,7 juta jiwa jumlah tersebut merupakan 51,8% dari total
penduduk di Indonesia yang mencapai 256,2 juta jiwa. Pada tahun 2017 berdasarkan
laporan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia pengguna internet mencapai 143,26 juta jiwa jumlah tersebut merupakan
54,68% dari dari total penduduk di Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa. Pada
tahun 2018 berdasarkan laporan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pengguna internet mencapai 171,17 juta jiwa
jumlah tersebut merupakan 64,8% dari dari total penduduk di Indonesia yang
mencapai 264,16 juta jiwa (https://apjii.or.id/survei).
Dari data yang telah di tampilkan terlihat bahwa dari tahun ke tahun pengguna
internet selalu meningkat. Peningkatan penggunaan internet yang sangat tinggi terjadi
dari tahun ke tahun terus meningkat, Salah satu alasan yang terjadi saat ini karena
pandemic virus corona. Kebijakan yang di terapkan oleh pemerintah seperti bekerja
dari rumah, belajar dari rumah, beribadah, dan kegiatan lainnya yang harus dilakukan
dirumah membuat masyarakat banyak menghabiskan waktu dirumah. Menurut
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan ada
kenaikan jumlah pengguna internet Indonesia saat pandemi virus corona ini karena
hampir seluruh kegiatan dilakuakn di rumah
(https://inet.detik.com/telecommunication). Kemudian imbas lainnya Menurut CEO
Alvara Hasanuddin Ali sebelum pandemic virus corona terjadi rata-rata penggunaan
internet hanya 4-6 jam perhari namun setelah pandemic virus corona rata-rata
penggunaan internet menjadi 7-10 jam perhari
(https://nasional.sindonews.com/humaniora).
Saat ini hampir semua Negara sedang mengalami masa yang sulit karena
dilanda virus yang berasal dari wilayah Wuhan, China yaitu Corona Virus Disease
atau biasa di sebut sebagai Covid-19. Covid-19 telah merambat hampir ke seluruh
negara tidak terkecuali Indonesia. Jika dilihat dari awal masuknya virus Covid-19
hingga saat ini Indonesia dapat dikatakan dalam keadaan yang kurang baik. Tidak
bisa dipungkiri wabah virus Corona telah mengubah tatanan kehidupan manusia.
Mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, hingga penggunaan internet dan
teknologi. Dan hal ini tentu sangat mempengaruhi ekonomi Indonesia.
Dampak yang sangat dahsyat dari pandemi virus corona ini yaitu pandemic
virus corona ini telah melumpuhkan hampir setiap bisnis atau proyek para pengusaha
industri dalam segala sektor sehingga menyebabkan defisit yang cukup besar.
Akibatnya banyak perusahaan yang terpaksa memberikan karyawannya setengah gaji
dari gaji biasanya, bahkan banyak perusahaan yang terpaksa melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) pada para karyawannya. Tidak hanya berakibat pada PHK dan
pemotongan gaji, jika pandemi ini terus menjalar luas, maka pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dapat terhalangi.
Salah satu industri yang terdampak pandemi virus corona ini adalah industri
pulp and paper. Industri pulp and paper saat ini memiliki pertumbuhan yang lambat
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mendata industri kertas dan barang dari kertas
tumbuh 12,49 persen pada kuartal II/2019 (https://ekonomi.bisnis.com/manufaktur).
kemudian hanya mampu tumbuh 1,1 persen pada kuartal II/2020 hal ini disebabkan
pandemi virus corona yang membuat banyak masyarakat terpaksa melakukan segala
aktivitas di rumah sehingga yang umumnya permintaan kertas yang digunakan di
sektor perkantoran maupun pendidikan turun sejak kuartal II/2020. Penurunan
permintaan kertas yang digunakan di kantor maupun di sektor pendidikan disebabkan
pandemi virus corona dan karena perkembangan teknologi informasi yang semakin
cepat. Akibat lainnya dari pandemi Covid-19 yaitu memicu industri media cetak
semakin merosot. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang hampir menyentuh
Rp17.000 secara spontan telah menaikkan harga kertas koran. Situasi ini makin
memicu lemahnya daya beli masyarakat pada surat kabar dan majalah
(https://waspada.co.id/2020) .
Walaupum industri pulp and paper saat ini memiliki pertumbuhan yang
lambat, tetapi secara umum terjadi peningkatan terhadap produk kertas tisu. Hal ini
terjadi karena saat dipandemi Covid-19 mengharuskan semua orang untuk terus
menjaga kebersihan diamanpun dan kapanpun. Karna hal ini banyak industry yang
mulai menjadikan produk kertas tisu menjadi produk alternative ditengah merosotnya
media cetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya.
Di Indonesia industri sektor pulp and paper adalah salah satu industri yang
memiliki peran yang penting dalam membantu perekonomian Indonesia. Salah satu
alasannya karena industri sektor pulp and paper menyumbang penyerapan tenaga
kerja dalam jumlah yang besar. Industri pulp and paper mampu menampung sebesar
260 ribu tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung
(https://www.liputan6.com/bisnis). Selain itu produk industri pulp and paper tidak
hanya sebagai penyedia lapangan pekerjaan tetapi juga sebagai penyokong
kontributor PDB Negara yang cukup penting. Konstribusi sektor industri manufaktur
terhadap pdb tahun lalu tercatat sebesar 19,62% (https://katadata.co.id/finansial).
Kertas merupakan satu dari beberapa produk Industri yang sangat dibutuhkan
oleh banyak orang. Kertas mempunyai peran penting dalam memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat di dunia maupun di Indonesia secara luas seperti, sebagai alat tulis,
sebagai wadah pembungkus makanan, sebagai bahan media cetak, sebagai bahan
utama produk kertas, sebagai bahan pembuatan karya seni, sebagai bahan pelindung
untuk pengiriman barang-barang, dan sebagainya.
Kebangkrutan ialah persoalan yang terjadi saat sebuah perusahaan mengelami
ketidaksanggupan dalam membayarkan kewajibannya yang menyebabkan perusahaan
tidak dapat menjalankan usahanya. Kebangkrutan disebabkan oleh 2 faktor yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan
seperti manajemen perusahaan yang kurang baik. Kemudian faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti krisis, kondisi politik
yang tidak stabil, adanya wabah dsb. Faktor eksternal dan perusahaan tersebut itulah
yang menjadi acuan perusahaan dalam mengukur kelangsungan hidup perusahaan.
(Fadrul & Ridawati, 2020)
Alasan peneliti memilih objek penelitian perusahaan pulp and paper karena
penelitian yang dilakuakan di sektor pulp and paper masih sangat jarang dilakukan,
padahal dalam sektor ini rentan terhadap perkembangan teknologi yang berkembang
cukup pesat saat ini, kemudian adanya pandemi virus corona, persaingan yang ketat
dan lain sebagainya. Selain itu di sektor pulp and paper ini juga mudah diterpa oleh
isu tentang pemanasan global.
Dalam analisis kebangkrutan biasanya ada tiga metode analisis yang sering
digunakan yaitu Z-Score Metode Altman, Metode Springate dan Metode Zmijewski.
Metode Altman Z-Score memiliki keunggulan karena menggabungkan beragam rasio
yang dibutuhkan untuk mengukur likuidasi, profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas
Endang Susilawati (2019). Dari rasio tersebut sudah mencakup penilaian eksternal
dan internal perusahaan. Keunggulan metode Springate adalah model rasio yang
menggunakan MDA untuk memilih 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populer
dalam literatur-literatur, yang mampu membedakan secara terbaik antara sound
business yang pailit dan tidak pailit Rita Purnama Sari (2018). Sedangkan metode
Zmijewski memakai analisis rasio keuangan yang mengukur kinerja, leverage dan
likuiditas perusahaan. Sedangkan metode Springate menggunakan rasio modal kerja
dengan total asset, rasio laba sebelum bunga dengan pajak terhadap total asset, rasio
laba sebelum pajak dengan liabilitas lancar dan rasio total penjualan dengan total
asset.
Penelitian yang dilakukan oleh Ria Effendi (2018) menyimpulkan bahwa
analisis Springate memiliki tingkat keakuratan lebih tinggi karena metode Springate
lebih fokus pada nilai hutang lancar suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Rita Purnama Sari (2018) menyatakan Metode Altman memiliki tingkat akurasi
perhitungan potensi kebangkrutan paling tinggi yaitu 92% dibandingkan dengan
metode Springate dan Zmijewski yang masing-masing memiliki akurasi 77% dan
85%. Penelitian yang dilakukan oleh Listyarini, Rambe, & Kusasi, (2016)
menyatakan bahwa metode Zmijewski memiliki tingkat akurat yang lebih tinggi yaitu
100% sedangkan metode Altman 75% dan 89,29% untuk metode Springate.
Penelitian yang dilakukan oleh Devy Nilasari dan Mulyo Haryanto (2018) hasil
penelitian menunjukan jika metode dengan tingkat akurasi tertinggi untuk
memprediksi financial distress yaitu metode Zmijewski. Kemudian penelitian yang
dilakukan oleh Dimas Priambodo (2018) mengatakan bahwa Metode Springate
merupakan metode prediksi dengan tingkat akurasi tertinggi yaitu 84.21% jika
dibandingkan dengan motode Altaman 76.31% Grover 78.94% dan Zmijewski
67.10%.
Dari permasalahan diatas penulis mendapatkan inspirasi untuk melakukan
penelitian ini. Penelitian ini merupakan simulasi dari penelitian Endang Susilawati
(2019) yang berjudul “Analisis prediksi kebangkrutan dengan metode Altman Z-score
pada perusahaan semen yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2018”.
Terdapat perbedaan dan persamaan dalam penelitian ini dengan Endang Susilawati
(2019). Perbedaan dari penelitian ini adalah dalam penelitian ini menggunakan sektor
pulp and paper, periode penelitian yang dilakukan penelitian ini 2013-2019.
Kemudian persamaan dalam penelitian ini dengan Endang Susilawati (2019) yaitu
sama-sama menggunakan metode Altman Z-score. Metode dalam penelitian ini
ditambahkan metode Zmijewski yang mengacu pada penelitian Fanita Dahni (2019).
Penambahan metode ini untuk melengkapi keterbatasan penelitian Endang Susilawati
(2019). Metode dipenelitian ini juga menambahkan metode Springate yang mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Rangga Putra Ananto (2020). Penambahan
metode ini untuk melengkapi keterbatasan penelitian Endang Susilawati (2019) dan
penelitian Fanita Dahni (2019).
Bedasarkan penjelasan diatas, penelitian ini diberi judul “Analisis tingkat
kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score, Springate dan
Zmijewski pada perusahaan sektor Pulp And Paper yang tercatat di BEI Periode
2013-2019”

1.2 Rumusan permasalahan


Bedasarkan latar belakang yang ada, maka penulis mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut:
a) Apakah terdapat perbedaan antara metode Altman (Z-Score) dengan metode
Springate (S-Score) dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan sektor
pulp and paper terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2019 ?
b) Apakah terdapat perbedaan antara metode Altman (Z-Score) dengan metode
Zmijewski (X-Score) dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan sektor
pulp and paper terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2019 ?
c) Apakah terdapat perbedaan antara metode Springate (S-Score) dan metode
Zmijewski (X-Score) dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan sektor
pulp and paper terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2019 ?
d) Bagaimana perbandingan hasil antara metode Zmijweski, metode Springate,
dengan metode Altman Z-Score dalam memprediksi tingkat kebangkrutan
perusahaan pulp and paper yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengukur, menghitung, menguraikan dan memberikan ulasan tingkat
kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score pada perusahaan
sektor pulp and paper yang tercatat di BEI periode 2013-2019.
2. Untuk mengukur, menghitung, menguraikan dan memberikan ulasan tingkat
kebangkrutan dengan menggunakan metode Springate (S-Score) pada
perusahaan sektor pulp and paper yang tercatat di BEI periode 2013-2019.
3. Untuk mengukur, menghitung, menguraikan dan memberikan ulasan tingkat
kebangkrutan dengan menggunakan metode Zmijewski (X-Score) pada
perusahaan sektor pulp and paper yang tercatat di BEI periode 2013-2019.
4. Untuk membandingkan hasil antara metode Altman Z-Score, metode
Springate, dan metode Zmijewski (X-Score) dalam memprediksi tingkat
kebangkrutan perusahaan pulp and paper yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian


Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi manfaat :
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dari penelitian ini dapat mempersembahkan konstribusi bagi
perusahaan agar mengetahui dan memahami pentingnya untuk meramalkan
kebangkrutan yang bisa jadi terjadi, sehingga perusahaan bisa melaksanakan
pencegahan.
2. Bagi akademisi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Diharapkan dari penelitian ini dapat memperkaya referensi kepustakaan
Universitas Bhayangkhara Jakarta Raya dan menjadi bahan pembelajaran bagi
para akademisi Universitas Bhayangkhara Jakarta Raya.
3. Bagi investor dan calon investor
Diharapkan dari penelitian inidapat digunakan oleh investor untuk memberikan
gambaran tentang informasi mengenai kebangkrutan di masa yang akan datang
sehingga diharapkan dapat membantu investor dan calon investor dapat menilai
dan mengambil keputusan.
1.5 Batasan masalah
1. Penelitian ini dilakukan sebatas hanya pada perusahaan sektor pulp and paper
yang terdaftar di BEI.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Altman Z-score,
Springate, dan Zmijewski.
3. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2013-2019.
4. Penelitian ini menggunakan laporan neraca dan laporan laba rugi.

1.6 Sistematika penulisan


Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian,
Manfaat penelitian, Batasan masalah dan Sistematika penulisan
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang
dilakukan
Bab III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tahapan penelitian, desain penelitian,operasional variabel,
model konseptual penelitian,waktu dan tempat penelitian, metode analisis data dan
metode pengambilan sampel.
Bab IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan profil organisasi/perusahaan, hasil analisis data, dan
pembahasan hasil penelitian
Bab V : PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian
yang dilakukan dan saran yang diberikan penulis bagi perbaikan kondisi perusahaan.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Analisis laporan keuangan

A. Definisi Laporan keuangan


Laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari proses pengikhtisaran dan
pencatatan yang mendeskripsikan keadaan keuangan suatu perusahaan, dan
hasil akhir tersebut dijadikan sebagai perkiraan kinerja keuangan suatu
perusahaan.
Laporan keuangan Menurut Farid dan Siswanto adalah informasi yang
nantinya diperlukan utnuk memberikan bantuan kepada semua pihak yang
menggunakannya untuk membentuk keputusan ekonomi yang bersifat
finansial.
Sedangkan menurut Munawir mengatakan "Laporan keuangan adalah media
yang penting untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan analisis
keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan."
Kemudian Sofyan Assauri menambahkan "Laporan keuangan adalah laporan
yang mengandung tanggung jawab manajemen sumber daya yang
diamanatkan kepadanya."

B. Definisi analisis laporan keuangan


Analisis laporan keuangan merupakan proses merinci, memahami, dan
mengevaluasi hasil akhir dari proses pengikhtisaran dan pencatatan yang
mendeskripsikan keadaan keuangan suatu perusahaan. analisis laporan
keuangan Menurut Kasmir (2013:66) analisis laporan keuangan adalah
aktivitas yang dijalankan ketika laporan keuangan telah dirangkai sesuai
dengan data yang relevan, serta dilakukan dengan menggunakan mekanisme
akuntansi dan evaluasi yang benar, akan terungkap kondisi keuangan
perusahaan yang sebenarnya.
Sedangkan menurut Melissa Olivia Tanor, Harijanto Sabijono, dan Stanley
Kho Walandouw (2015), Analisis laporan keuangan merupakan salah satu
bentuk yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan apakah
perusahaan dalam kondisi yang baik atau tidak. Kemudian Candri J.
Tambuwun dan Jullie J. Sondakh menambahkan bahwa analisis laporan
keuangan dapat disimpulkan sebagai suatu proses pemilahan laporan
keuangan ke dalam komponen-komponennya.

C. Tujuan Laporan keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi kepada orang -
orang yang memerlukan informasi tentang keadaan suatu perusahaan dari segi
angka dalam ukuran finansial.
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia dalam Irham Fahmi
(2016:24), Tujuan laporan keuangan adalah untuk menampilkan informasi
tentang kinerja perubahan ekuitas, arus kas, posisi keuangan, dan informasi
yang lainnya yang berguna bagi orang – orang yang memerlukan laporan
dalam pembuatan pertimbangan ekonomi serta memperlihatkan tanggung
jawab dari manajemen atas pemakaian sumber daya yang diamanatkan kepada
mereka.

D. Jenis Laporan keuangan pokok


Menurut Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A. dan Prof. Dr.Abdul Halim,
M.B.A.,Akt. (2018:12) Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi
yang disampaikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
perusahaan adalah satu dari beberapa sumber informasi yang sangat penting di
samping informasi lain seperti kondisi perekonomian, informasi industri,
kualitas manajemen, pangsa pasar perusahaan, dan lainnya. Terdapat tiga jenis
laporan keuangan pokok, yaitu :

a) Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang digunakan untuk mencerminkan
kondisi keuangan suatu pensahaan. Neraca juga dapat digambarkan seperti
potret keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu jangka tertentu
(snapshot keuangan perusahaan), yang mencakup aset (sumber daya atau
resources) perusahaan dan klaim atas aset tersebut (mencakup utang dan
saham sendiri). Aset perusahaan memperlihatkan keputusan pemakain dana
atau keputusan investasi di masa lahu, sedangkan klaim perusahaan
memperlihatkan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan di masa lalu.
Dana didapatkan dari pinjaman (utang) dan dari keterlibatan pemilik
perusahaan (modal). Neraca memiliki persamaan ditunjukkan sebagai berikut
ini:

Aset = Utang + Modal Pemilik

Persamaan Neraca di atas dapat dibaca sebagai berikut ini: asset dalam
perusahaan sama dengan utang ditambah modal (atau klaim terhadap aset
tersebut oleh kreditor dan pemilik perusahaan). Aset/ aktiva menunjukkan
daftar spesifik tentang kekayaan perusahaan (kas, piutang, persediaan, aktiva
tetap), sedangkan dalam segi pasiva menunjukkan daftar spesifik orang atau
badan (entity) yang menyerahkan dana untuk memperoleh aset tersebut (dan
dengan seperti itu klaim terhadap aset tersebut), seperti supplier, pemerintah,
bank, pemegang saham. Dengan demikian neraca menunjukkan keserasian
atau keselarasan antara keputusan investasi dengan keputusan pendanaan.

b) Laporan Laba Rugi

Laporan laba-rugi adalah suatu laporan peforma perusahaan dalam jangka


waktu tertentu. Jika neraca merupakan snapshot, berbeda dengan laporan laba-
rugi yang meliputi suatu periode tertentu. Laporan laba-rugi umumnya ditulis
dengan judul sebagai berikut: Laporan Laba Rugi untuk tahun yang berakhir
dengan 31 Desember 2019. Dengan jangka waktu tertentu, total aset
perusahaan dapat berubah karena adanya kegiatan investasi, pendanaan, dan
kegiatan operasional. Aset dapat bertambah jika perusahaan membeli pabrik
baru atau mendirikan bangunan baru. Utang akan bertambah jika perusahaan
meminjam sejumlah uang ke bank untuk membeli pabrik atau yang lainnya.
Utang juga dapat bertambah jika perusahaan mengadakan obligasi untuk
mendanai pendirian bangunan. Dengan demikian struktur modal akan
berubah. Dalam kegiatan perusahaan sehari-hari umumnya memproduksi
suatu barang, kemudian menjual barang tersebut. Penjualan tentu akan
menghasilkan kas, dan menghasilkan profit atau laba yang umumnya ditahan
ataupun dibagikan sebagai deviden. Struktur aset dapat berubah jika terjadi
kegiatan operasional. Laba bersih adalah perbedaan antara total pendapatan
dikurangi dengan total biaya. Penghasilan suatu perusahaan memperkirakan
arus masuk aset bersih selepas dikurangi utang dari penjualan barang atau
jasa. Biaya memperkirakan aliran keluar aset bersih sebab dipakai atau
digunakan untuk mendapatkan pendapatan. Pendapatan umunya dibagi
menjadi beberapa bagian pendapatan operasional yaitu pendapatan yang
didapatkan dari kegiatan pokok perusahaan, dan pendapatan non-operasional
atau pendapatan lain-lain yang didapatkan dari kegiatan sampingan
perusahaan. Jika penjualan pada bidang bisnis makanan, sebagai contoh, maka
pendapatan yang didapatkan dari penjualan makanan adalah pendapatan
operasional. Dalam kegiatan bisnis pada umumnya, terkadang perusahaan
menjual separuh asetnya. Penjualan asset dalam kasus ini bukanlah kegiatan
pokok perusahaan walaupun ada keterkaitannya dengan operasi bisnis yang
normal. Jika menghasilkan profit penjualan aset ini digolongkan ke dalam
pendapatan lain-lain.

c) Laporan Aliran kas.

Jenis laporan keuangan yang ketiga perupakan laporan Aliran Kas atau
Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Dalam laporan ini menyediakan
informasi aliran kas masuk dan keluar bersih pada suatu periode, hasil dari
tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan.
Laporan aliran kas memiliki tujuan untuk memperkirakan efek kas dari
kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi. Aktívitas operasi mencakup semua
transaksi dan peristiwa lain yang bukan merupakan kegiatan investasi atau
pendanaan. Ini tergolong transaksi yang menyangkut penjualan, produksi,
penyerahan barang, atau penyerahan jasa. Kegiatan investasi mencakup
pemberian kredit, pembelian atau penjualan investasi jangka panjang seperti
pabrik dan peralatan. Kegiatan pendanaan mencakup transaksi untuk
mendapatkan dana dan distribusi return ke pemberi dana dan pelunasan utang.
Aliran kas dibutuhkan terutama untuk membaca kemampuan perusahaan yang
sebetulnya dalam membayar kewajiban-kewajibannya. Ada sejumlah kasus
ketika perusahaan tersebt terus mengalami keuntungan atau profit tetapi tidak
bisa membayar kewajibannya supplier, karyawan, dan kreditur-kreditur
lainnya. Biasanya kejadian ini terjadi pada perusahaan yang sedang tumbuh
menguntungkan tetapi tidak mempunyai kas yang cukup.

E. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah salah satu informasi yang sangat penting yang dapat
bermanfaat dan sangat dibutuhkan oleh beberapa pihak dalam dunia bisnis.
Data laporan keuangan dapat memberikan profit, jika dapat membaca laporan
keuangan dengan benar.
Menurut Irham Fahmi (2016:34) pihak-pihak yang memiliki kepentingan
terhadap Laporan Keuangan, sebagai berikut :
1. Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberi utang/kredit biasanya dalam bentuk
uang (money), barang (goods) ataupun dalam bentuk jasa (service). Contoh
kreditur yang memberi pinjaman dalam bentuk uang adalah perbankan /
leasing. Ketika pihak debitur memberikan pengajuan untuk meminjam
sejumlah uang kepada pihak kreditur , saat itulah pihak kreditur melakukan
sejmlah pengecekkan laporan keuangan pihak debitur. Dengan melihat dan
meneliti laporan keuangan pihak debitur, pihak kreditu dapat memberikan
saran kepada pihak debitur apakah pengajuan untuk pinjaman tersebut layak
untuk diberikan. Hal ini dilakukan pihak kreditur agar pihak kreditur dapat
mengetahui kemampuan dari phak debitur apakah mampu untuk
mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya. Karena jika pembayaran
pinjeman mengalami kemacetan maka akan memicu kesulitan tersendiri bagi
pihak kreditur. Kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran cicilan
dapat dilihat dari laporan keuangan masa lalu yang menggambarkan kinerja
debitur tersebut.
2. Investor
Investor dalam hal ini merupakan pihak yang membeli saham atau bisa saja
komisaris perusahaan. Seorang investor memiliki kewajiban untuk memahami
secara serius tentang keadaan perusahaan tempat dimana seorang investor
akan berinvestasi, karena dengan memahami secara serius laporan keuangan
perusahaan artinya seorang investor akan memahami segala jenis informasi
keuangan perusahaan. Pihak investor selalu ingin mengetahui dana yang telah
diinvestasikannya terus berkembang dan berada dalam keadaan yang aman.
Karena ketika terjadi kondisi sebaliknya, ketika perusahaan tersebut
menunjukkan tanda tanda suatu masalah, maka lebih aman jika pihak investor
tersebut memindahkan dananya atau menjual saham yang dimilikinya. Tetapi
dalam kausu yang lebih seirus sering terjadi ketika pihak manajemen
perusahaan mengubah data atau laporan keuangan agar memperbesar
keuntungan, ketika data atau laporan keuangan dirubah maka investor akan
percaya terhhadap perusahaan tersebut dan berani mananamkan modalnya.
Atau bias juga sebaliknya dengan memperkecil keuntungan perusahaan agar
pembagian deviden menjadi lebih kecil, sedangkan separuh keuntungan telah
diambil oleh pihak manajemen perusahaan. Hal yang dijelaskan tadi
merupakan konflik antara manajemen perusahaan dengan permik perusahaan
dan ini lebih dikenal dengan agency theory.
3. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan pihak yang diberi tugas untuk melangsungkan
audit pada suatu perusahaan. Dalam hal ini yang menjadi target audit seorang
akuntan publik adalah laporan keuangan perusahaan, yang kemudian hasil
audit akan memberikan laporan dan memberikan penilaian dalam wujud
rekomendasi. Untuk semua perusahaan yang akan segera go public auditor
memiliki tanggung jawab yang lebih berat karena, apa yang akan seorang
akuntan nilai tentang sebuah perusahaan yang akan go public dapat
menentukan layak atau tidaknya laporan keuangan yang dimiliki perusahaan
tersebut memenuhi syarat untuk go public. Dalam konteks ini reputasi
seorang auditor dipertaruhkan.
4. Karyawan Perusahaan
Karyawan adalah salah satu pihak yang memiliki peran serta secara penuh di
dalam suatu perusahaan. Kemudian dari sisi secara ekonomi karyawan
mempunyai ketergantungan yang cukup besar yaitu pekerjaan dan
penghasilan yang masuk dari perusahaan tempat bekerja telah begitu memiliki
peran dalam mendukung kehidupannya, apalagi jika karyawan tersebut sudah
berkeluarga. Dengan demikian kedudukan perusahaan yang tercerminkan
dalam laporan keuangan merupakan bahan tinjauan bagi para karyawan dalam
menempatkan keputusan ke depan nantinya. Contohnya ketika perusahaan
telah menunjukkan sedang beada dalam keadaan tanda-tanda financial distress
(kesulitan keuangan) dan bahkan mengarah pailit atau bangkrut maka sudah
harus bersiap melakukan tindakan antisipasi dengan pindah atau siap-siap
untuk mencari pekerjaan ditempat lain merupakan salah satu solusi yang
berguna yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu, ketika seorang karyawan yang
biasanya hanya menuntaskan pekerjaannya mereka juga harus memperhatikan
bagaimana keadaan keuangan perusahaan tersebut.
5. Bapepam
Bapepam merupakan singkatan dari Badan Pengawas Pasar Modal. Jika ada
suatu perusahaan yang akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban
untuk menunjukan laporan keuangannya kepada Bapepam dalam hal ini RT
Bursa Efek Indonesia. Bapepam memiliki tugas untuk mencermati dan
memantau setiap keadaan perusahaan yang go publik tersebut, termasuk
memiliki kewajiban untuk tidak menerima atau mengeluarkan perusahaan
yang ditafsir sudah tidak layak lagi untuk go public. Go public memiliki arti
perusahaan tersebut telah mengambil keputusan untuk menjual sahamnya
kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara langsung, Ketika
pertama sekali perusahaan go public ada istilah yang sering disebut dengan
IPO (initial public offering).
6. Underwriter
Underwriter merupakan orang yang menjamin emisi untuk setiap perusahaan
yang akan mempublikasikan sahamnya di pasar modal. Misalnya pada saat PT
A akan go public maka PT B akan menjadi penjamin emisinya bahwa PT A
layak untuk go public. Yang menjadi salah satu perhitungan underwriter pada
sebuah perusahaan yang akan go public adalah kondisi laporan keuangan yang
mereka miliki. Dalam hal ini reputasi underwriter sangat penting dalam
mengusulkan sebuah perusahaan tersebut layak atau tidak untuk dijamin go
public. Ketika suatu perusahaan tidak layak untuk go public tetapi dinyatakan
layak untuk go public, saat perusahaan yang dinyatakan layak namun tidak
layak ini bermasalah maka pihak underwriter yang harus menanggung
akibatnya yaitu lebih jauhnya menurunnya reputasi di mata publik.
7. Konsumen
Konsumen merupakan pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan
oleh sebuah perusahaan. Dalam pemasaran konsumen terdapat dua yaitu
konsumen actual dan kansumen potential. Konsumen actual merupakan
konsumen yang loyal terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan. Dan konsumen potensial merupakan konsumen yang berpotensi
untuk menjadi konsumen actual. Sehingga konsumen atau publik yang
menjadi loyal terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan adalah memiliki ketergantungan yang tinggi pada perusahaan
tersebut.
8. Pemasok
Pemasok (supplier) adalah pihak yang menerima order untuk menyuplai setiap
keperluan perusahaan mulai dari hal-hal kecil sampai yang besar dan semua
itu dihitung dengan skala finansial. Tentunya dari setiap barang yang disuplai
tersebut ada yang membayar dimuka dan pelunasannya dilakukan dalam
kurun jangka waktu yang telah di sepakati bersama umumnya dilakukan
setiap persemester atau juga setiap akhir tahun. Karena pelunasanya dilakukan
dalam jangka waktu yang seperti yang telah dijelaskan di atas oleh karena itu,
pihak supplier harus bias melakukan tindakan analisis yang benar-benar
mendalam dan penuh dengan kehati-hatian. Terutama jika berkaitan dengan
kondisi keuangan perusahaan yang tidak bisa diperkirakan, dan biasanya
masalah keuangan perusahaan penuh dengan kerahasiaan. Sehingga dengan
begitu membawa dampak bagi pihak supplier sangat penting untuk dapat
menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut untuk memprediksi akan
kelancaran pembayaran yang akan dilakukan di kemudian hari.
9. Lembaga Penilai
Lembaga penilai dalam hal ini berasal dari berbagai latar belakang seperti
GCG (Good Corporate Governance), WALHI (wahana lingkungan hidup),
Majalah, Televisi, Tabloid, Surat Kabar, dan lainnya yang secara periodik
membentuk rangking perusahaan yang didasari klasifikasi masing-masing
perusahaan. Misalnya seperti 10 perbankan terbaik versi majalah Warta
Ekonomi. Dimana data-data yang berasal dari laporan keuangan tersebut
dijadikan rujukan untuk penilaian.
10. Asosiasi perdagangan
Asosiasi perdagangan ini meliputi mulai dari KADIN (kamar dagang dan
industri), HiIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), IKAPI (ikatan
penerbit Indonesla), asoslasi pertekstilan Indonesia, dan lain- nya. Dimana
organisasi tersebut menaungi berbagai perusahaan yang menjadi anggotanya
maka ada waktunya dilakukan rapat tahunan atau pertemuan lainnya yang
mendiskusikan berbagai hal yang merupakan halangan dalam aktivitas bisnis
yang dijalankan dan tidak terkecuali seperti terjadinya penurunan angka
penjualan.
11. Pengadilan
Laporan keuangan yang dihasilkan dan disahkan oleh pihak perusahaan dapat
menjadi barang bukti pertanggungjawaban kinerja keuangan, dan
pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan tersebut nantinya akan
menjadi subjek pertanyaan dalam peradilan. Contoh bukti didapati melakukan
manipulasi pada pengerjaan laporan keuangan yang telah mengakibatkan
kerugian bagi pihak tertentu dan semua kejadian itu dikarenakan yang
dilaporkan tidak sama dengan yang terjadi dilapangan.
12. Akademis dan Peneliti
Pihak akademis dan peneliti merupakan pihak yang mengerjakan penelitian
atau research tentang sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu keperluan
tentang informasi sebuah laporan keuangan yang bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan adalah mutlak, bahkan ketika nantinya pihak peneliti
atau akademis telah mempublikasikan penelitian tersebut ke berbagai jurnal
dan masmedia baik nasional dan internasional. Contoh peneliti dari LIPI
(Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia), Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat dari sebuah Universitas, dan lain sebagainya.
13. Pemda
Pemerintah Daerah atau local government merupakan pihak yang memiliki
hubungan kuat dengan tinjauan seperti ketika hadirnya suatu perda (peraturan
daerah) yang berhubungan dengan berbagai macam aspek, seperti aspek
lingkungan. Aspek lingkungan ketika pihak pemda melakukan penyelidikan
ulang tentang saran akan dibangunnya sebuah industri pada kawasan yang
dilarang atau tidak diperbolehkan. Misalnya larangan akan pembuangan
limbah pabrik yang sudah merusak dan mencemari lingkungan pada
masyarakat sekitar sedangkan dalam laporan keuangan tercantum dengan jelas
tentang alokasi biaya yang digunakan untuk pengolahan biaya limbah
tersebut. Dari satu sisi adanya suatu perusahaan di suatu daerah akan
mendorog kenaikan pendapatan daerah dari hasil pajak, tertampungnya tenaga
kerja atau berkurangnya angka pengangguran, naiknya income perkapita
masyarakat sekeliling perusahaan, dan lainnya. Berhubungan dengan itu
pemerintah daerah (locol government) akan melaksanakan analisis berbagai
macam segi termasuk kebijakan perusahaan dalam menaati aturan yang
berlaku di daerah tempat perusahaan beroperasi. Apalagi dalam era otonomi
daerah sekarang ini daerah mempunyai kekuasaan yang lebih besar dalam
mengatur dan mengelola daerahnya. Sehingga dalam situasi ini seharusnya
pihak perusahaan menaati kewajiban yang ada dengan memberikan informasi
secara akurat mengenai kondisi perusahaan terutama laporan keuangan
kepada pihak pemerintah daerah. Seperti pemberian kompensasi dan pesangon
bagi karyawan apakah sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Karena
dampak dari tidak baiknya kinerja perusahaan akan berpengaruh pada
timbulnya dampak sosial misalnya moral hazard.
14. Pemerintah pusat
Pemerintah pusat merupakan pihak dengan seluruh perangkat yang mereka
punya telah menjadikan laporan keuangan perusahaan menjadi data
fundamental acuan untuk memprediksi perkembangan pada berbagai sektor
bisnis. Terbentuknya angka dalam laporan keuangan tidak bisa dipungkiri dari
regulasi dan deregulasi yang telah digulirkan.
15. Pemerintah asing
Pemerintah asing adalah pihak yang mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di suatu negara, Contohnya ketika
Negara tersebut saling mempunyai ketergantungan dalam bentuk perjanjian
dagang (trade contract) yang meliputi dalam berbagai macam bidang usaha.
Kedekatan hubungan bilateral dan multilateral antar negara mengakibatkan
krisis ekonomi yang berlangsung di suatu negara akan memberikan imbas
pada negara lain baik secara langsung (berdasarkan pada penurunan
pertumbuhan ekonomi) ataupun tidak langsung (secara psikologis publik),
seperti krisis ekonomi yang menerjang pada beberapa negara kawasan Asia
tahun 1997 yang telah membawa imbas kuat pada negara Indonesia.
16. Organisasi Internasional
Organisasi internasional dalam hal ini seperti IMF (international monetary
fund), WB (World Bank), ADB (Asian development bank), ASEAN, PBB,
dan lainnya. Mereka adalah pihak yang turut andil dalam usaha membangun
terbentuknya tatanan dunia baru. Bantuan baik financial maupun non financial
yang diberikan merupakan ukuran kinerja dari lembaga tersebut, seperti
bantuan dana yang diberikan oleh IMF dan WB pada beberapa negara. Ketika
dana tersebut akan dikelola demi menggerakan pertumbuhan ekonomi
termasuk dana tersebut dialirkan bagi tumbuh dan berkembangnya privot
sektor.

2.1.2 Kebangkrutan

A. Definisi kebangkrutan
Kebangkrutan merupakan persoalan yang terjadi saat sebuah perusahaan
mengelami ketidaksanggupan dalam membayarkan kewajibannya yang
menyebabkan perusahaan tidak dapat menjalankan usahanya. Kebangkrutan
Menurut Undang-undang N0.4 tahun 1998 tentang kepailitan, menyatakan
bahwa kebangkrutan sebagai suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh
keputusan pengadilan. Sedangkan menurut Rita Purnama Sari (2018)
Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus
diwaspadai oleh perusahaan, karena jika perusahaan telah terkena bangkrut,
maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha.

Kemudian Dr. Nilam Panchal (2017) menambahkan Kebangkrutan adalah


situasi dimana total kewajiban perusahaan melebihi total aset. Oleh karena itu,
kekayaan bersih riil perusahaan adalah negatif.

B. Faktor penyebab kebangkrutan


Menurut Fadrul & Ridawati (2020) Kebangkrutan disebabkan oleh 2 faktor
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang menyebabkan
kebangkrutan seperti manajemen perusahaan yang kurang baik sehingga
perusahaan tidak bias mendapatkan laba untuk melangsungkan bisnisnya.
Kemudian faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
perusahaan seperti krisis, kondisi politik yang tidak stabil, adanya wabah dsb.
Faktor eksternal dalam perusahaan tersebut yang menjadi acuan perusahaan
dalam mengukur kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Gunardiansya (2009) dalam Murviana Koto, Delyana Rahmawany
Pulungan, dan Tri Hartini (2018), ada beberapa penyebab kebangkrutan,
diantaranya:
1. Kegagalan ekonomi(EconomicFailure). Kegagalan ini terjadi karena
biaya operasional perusahaan lebih besar dari pendapatannya.
2. Kegagalan keuangan(FinancialDistressed). Perusahaan yang
dinyatakan mengalami kegagalan keuangan, baik dalam pengertian kas
atau dalam pengertian modal kerja.
3. Insolvensi teknis(TecnhcalInsolvency). Insolvensi teknis adalah
kegagalan perusahaan dalam menjalani teknis/ketentuan kewajiban
yang berlaku. Perusahaandianggap gagal jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo,walaupun perusahaan
memiliki total aset yang melebihi total utang.
4. Insolvensi kebangkrutan. Kondisi dimana nilai sekarang dari arus kas
yang diharapkan lebih rendah dari liabilitas yang dimiliki
5. Legal Bankruptcy. Perusahaan dinyatakan bangkrut secara hukum, dan
dinyatakan secara resmi oleh undang-undang dan peradilan

C. Metode prediksi kebangkrutan

Model Altman
Pada tahun 1968 Altman melakukan penelitian dengam menggunakan metode
Multivariate Discriminant Analysis (MDA) dengan teknik pair matching
dalam pemilihan sampelnya. Dalam teknik Pair matching yang digunakan
dalam penelitian Altman mempunyai 2 standar, yaitu harus dari industri yang
sama dan total asset yang dimiliki perusahaan sama besar. Dalam
penelitiannya Altman menggunakan 66 sampel perusahaan di Amerika yang
terdiri dari 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1946-1965
dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Altman membentuk 22 rasio
keuangan yang dinilai paling memungkinkan kemudian menggolongkannya
dalam 5 kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, leverage dan
kinerja. Kemudian dengan menggunakan teknik MDA, Altman memperoleh 5
rasio keuangan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan. Kemudian Altman
melakukan revisi terhadap model Z-Score dengan melakukan beberapa
penyelarasan. Altman melakukan revisi agar model yang di ciptakannya dapat
dimanfaatkan untuk semua perusahaan private maupun go public. Setelah di
revisi Al tman menampilkan 2 model baru yang dapat dipakai untuk
perusahaan private dan untuk perusahaan sektor non-manufaktur Altman
(2000) dalam Fitri Listyarini, Prima Aprilyani Rambe & Firmansyah Kusasi
(2016). Berikut persamaan model Altman yang digunakan untuk
memprediksi:
Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 0.999X5
Keterangan :
X1= Working capital/total assets
X2= Retained earnings/total assets
X3= Earnings before interest and taxes/total assets
X4= Market value of equity/book value of total debt
X5= Sales/total assets
Setelah diketahui hasil skor berdasarkan perhitungan, selanjutnya Altman
menggunakan nilai cutoff 2,675 dan 1,81 dengan kriteria sebagai berikut:
1) Perusahaan yang memperoleh skor Z>2,675 diprediksi tidak akan
mengalami kebangkrutan dimasa depan.
2) Perusahaan yang memperoleh skor Z<1,81 diprediksi akan mengalami
kebangkrutan dimasa depan.
3) Perusahaan yang memperoleh skor 1,81< Z <2,675 diklasifikasikan sebagai
perusahaan pada grey area.
Model Springate
Model Springate merupakan model revolusi dari model Altman yang
dikembangkan dengan menggunakan teknik Multivariate Discriminants
Analysis (MDA). Model Springate mempunyai empat rasio selepas
menyelusuri beraneka macam pengujian yang dilakukan untuk menetapkan
perusahaan yang dikatakan sehat atau berpotensi mengalami kebangkrutan
Springate (1978) dalam Fitri Listyarini, Prima Aprilyani Rambe &
Firmansyah Kusasi (2016). Berikut ini merupakan persamaan model
Springate yang dipakai untuk memprediksi kebangkrutan:
Keterangan:
S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D
A = Working capital/total assets
B = Earning before interest and taxes/total assets
C = Earning before taxes/current liabilities
D = Sales/total assets
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan kebangkrutan
perusahaan dengan metode Springate ini adalah :
a. Jika skor S yang didapat > 0,862, maka perusahaan diklasifikasikan sehat
b. Jika skor S yang didapat < 0,862, maka perusahaan diklasifikasikan
mengalami kebangkrutan.

Model Zmijewski
Dalam model Zmijewski memiliki perbedaan dengan model yang lainnya.
Karena dalam model Zmijewski menggunakan teknik random sampling.
Zmijewski memenfaatkan analisis rasio yang dipakai untuk mengukur kinerja,
leverage¸ dan likuiditas suatu perusahaan. Selain itu metode statistik yang
dipakai yaitu regresi logistik Zmijeski (1984) dalam Fitri Listyarini, Prima
Aprilyani Rambe & Firmansyah Kusasi (2016). Berikut ini merupakan
persamaan model Zmijewski:
X = -4.3 - 4.5X1 + 5.7X2 - 0.004X3
Keterangan:
X1 = ROA (NITA)
X2 = Debt Ratio (TLTA)
X3 = Current Ratio (CACL)
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan kebangkrutan
perusahaan dengan model Zmijewski ini adalah :
a. Jika skor X > 0. Hal ini berarti, perusahaan yang skor X nya lebih besar
atau sama dengan 0 dianalisis akan mengalami kebangkrutan dimasa depan.
b. Jika perusahaan yang skor X < 0 dianalisis tidak akan mengalami
kebangkrutan.

2.2 Penelitian Terdahulu


Judul Author Isi / Kesimpulan Metode Analisis
Analisis Dimas Terdapat perbedaan score antara Uji normalitas, Uji
perbandingan Priambodo ketiga model dalam memprediksi Paired Sample T-
model (2018) financial distress pada perusahaan test, Uji
Altman, pertambangan yang terdaftar di Keakuratan Model
Springate, Bursa Efek Indonesia periode Prediksi
zmijewski, 2012-2015.
dan Grover Model Springate dengan tingkat
dalam akurasi sebesar 84,21 %,
memprediksi selanjutnya model Grover dengan
financial tingkat akurasi sebesar
distress 78,94%, dilanjutkan dengan
( studi model prediksi Altman dengan
empiris pada tingkat akurasi
perusahaan sebesar 76,31 %, dan model
sektor Zmijewski dengan tingkat akurasi
pertambanga 67,10 %. Model Springate
n yang merupakan model prediksi
terdaftar di dengan tingkat akurasi tertinggi
bursa efek sehingga sesuai diterapkan pada
Indonesia perusahaan pertambangan yang
periode terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2012-2015). periode 2012- 2015.
Analisis Fitri Penelitian yang dilakukan mereka uji Mann Whitney
perbandingan Listyarini, bertujuan untuk menemukan
prediksi Prima bukti empiris terkait model
kondisi Aprilyani prediksi yang paling akurat untuk
financial Rambe & memprediksi kondisi financial
distress Firmansyah distress di perusahaan manufaktur
dengan Kusasi yang terdaftar di Bursa Efek
menggunaka (2016) Indonesia pada periode 2011-
n model 2014. Hasilnya tingkat akurasi
Altman. masing-masing model prediksi
Springate, adalah 75% untuk model Altman,
dan 89,29% untuk model Springate
Zmijewski dan 100% untuk model
pada Zmijewski. Bedasarkan tingkat
perusahaan akurasi tertinggi, model yang
manufaktur paling akurat dalam memprediksi
yang kondisi financial distress di
terdaftar di perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia adalah model
Indonesia Zmijewski dengan tingkat akurasi
2011-2014. 100%.
Memprediksi Devy penelitian yang dilakukan oleh Analisis regresi
perusahaan Nilasari, mereka membahas megenai logistic : Overall
yang dan Mulyo kesesuaian serta tingkat akurasi Model Fit,
berpotensi Haryanto model-model dalam memprediksi Goodness Of Fit,
mengalami (2018) financial distress terdapat tiga Nagelkerke R
masalah model prediksi financial distress Square, Omnibus
keuangan dalam penelitian mereka. Hasil Test, Partial Test
dengan penelitian menunjukan bahwa
model terdapat satu model dengan
Altman, tingkat akurasi tertinggi yaitu
Springate, Model Zmijewski dengan tingkat
dan akurasi sebesar 97,9%, kemudian
Zmijewski pada urutan kedua ditempati oleh
(Studi pada Model Altman dengan tingkat
Perusahaan akurasi sebesar 88,1% dan model
Ritel yang dengan tingkat akurasi terendah
Terdaftar di yaitu Model Springate sebesar
BEI Periode 87,9%.
Tahun 2012-
2016).
Analisis Rita berdasarkan Hasil pengujian One Uji normalitas,
perbandingan Purnama Way Anova Kruskal-Wallis Test Uji Homogenitas,
model Sari (2018) dan Uji Mann-Whitney Test Uji One Way
Altman, terdapat perbedaan yang AnovaKruskal
Springate, signifikan dari hasil metode Test–
dan Altman, Springate, dan Wallis Test, Uji
Zmijewski Zmijewski dalam memprediksi Mann-Whitney
dalam kebangkrutan. Metode Altman Test
memprediksi memiliki tingkat akurasi
kebangkrutan perhitungan potensi kebangkrutan
. paling tinggi yaitu 92%
dibandingkan dengan metode
Springate dan Zmijewski yang
masing-masing memiliki akurasi
77% dan 85%. Sehingga metode
Altman merupakan metode yang
paling efektif digunakan untuk
memprediksi potensi
kebangkrutan pada perusahaan
Food and Beverages.
Analisis Diyah Model Springate adalah model Uji Normalitas
perbandingan Santi yang paling tepat untuk dengan
model altman Hariyani memprediksi bank syariah di Kolmogorov
, model dan Indonesia dengan akurasi 38,00 Smirnov Test, Uji
springate, Agung %, kemudian Model Zmijewski Homogenitas
dan model Sujianto dengan tingkat akurasi 28,00 % dengan Levene
zmijewski (2017) dan Altman dengan akurasi 0,00 Test, Uji One Way
dalam %. ANOVA, Multiple
memprediksi Comparisons One
kebangkrutan Way ANOVA
bank syariah Test,
di indonesia
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.
Tabel 2.1 : Penelitian terdahulu

2.3 Hipotesis
H1: Terdapat perbedaan antara model Altman dengan model Springate dalam
memprediksi kondisi Kebangkrutan pada perusahaan sektor pulp and paper.
H2 : Terdapat perbedaan antara model Altman dengan model Zmijewski dalam
memprediksi kondisi Kebangkrutan pada perusahaan sektor pulp and paper.
H3 : Terdapat perbedaan antara model Springate dengan model Zmijewski dalam
memprediksi kondisi Kebangkrutan pada perusahaan sektor pulp and paper.
H4: Terdapat satu model dengan tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kondisi
Kebangkrutan pada perusahaan sektor pulp and paper.

2.4 Model konseptual


Perusahaan sektor
pulp and paper
Analisis Laporan
keuangan

Analisis kebangkrutan
perusahaan sektor Pulp
and paper

Model Altaman Model Springate Model Zmijewski


(Z-score) (S-score) (X-score)

Nilai Z-score,
S-score, dan X-score

Membandingkan
hasil ketiga model

Bab III
Metodologi penelitian
3.1 Desain penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menjabarkan
fenomena, kejadian, dan kasus yang terjadi secara nyata, akurat dan sistematis.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bersifat komparatif atau
membandingkan, dalam teknis analisis ini menggunakan statistik. Jenis penelitian
deskriptif kuantitatif memiliki tujuan untuk menjabarkan suatu fenomena dengan
mengaplikasikan angka yang menguraikan keunikan subjek yang diteliti.

3.2 Tahapan penelitian


Mulai

Survey literatur
Identifikasi masalah

Studi pustaka
Hipotesis
Mencari variabel Sumber data
a. Altman a. Populasi
b. Springate b. Sampel
c. Zmijewski c. Pengembilan sampel
d. Subjek penelitian

Data sekunder

Data Statistik Altman


SPSS 2.4 Springate
Zmijewski

Pengolahan data

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

3.3 Model konseptual

Perusahaan sektor
pulp and paper

Analisis Laporan
keuangan
Analisis kebangkrutan
perusahaan sektor Pulp
and paper

Model Altaman Model Springate Model Zmijewski


(Z-score) (S-score) (X-score)

Nilai Z-score,
S-score, dan X-score

Membandingkan
hasil ketiga model

3.4 Operasional variabel

3.4.1 Variabel Dependen


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebangkrutan yang di ukur dengan
variabel dummy, Angka 1 untuk perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan
Angka 0 untuk perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian
ini terdapat criteria khusus yang digunakan untuk menentukan perusahaan
mengalami kebangkrutan atau tidak. Perusahaan dikatakan mengalami
kebangkrutan jika :
1. Perusahaan tersebut memiliki laporan laba rugi dengan net income yang
bernilai negatif selama beberapa tahun.
2. Perusahaan tidak membagikan deviden selama lebih dari 1 tahun.

3.4.2 Variabel Independen


Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketiga model kebangkrutan yaitu
model Altman (Z-score), model Springate (S-score), dan model Zmijewski (X-
score). Berikut perhitungan setiap metode analisis financial distress beserta rasio-
rasio keuangan yang digunakan.
1. Metode Altman Z-score
a. Working capital/total assets (X1)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya.
Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva.
Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan
kewajiban lancar.
b. Retained earnings/total assets (X2)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak
dibagikan kepada para pemegang saham. Semakin besar rasio ini,
menunjukkan semakin besarnya peranan laba ditahan dalam membentuk dana
perusahaan. Semakin kecil rasio ini menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan yang tidak sehat. Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.
c. Earnings before interest and taxes/total assets (X3)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola total aktiva
untuk mendapatkan keuntungan sebelum bunga dan pajak. Laba sebelum
bunga dan pajak diperoleh dari laporan laba rugi, dan total aset diperoleh dari
neraca perusahaan
d. Market value of equity/book value of total debt (X4)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban dari nilai buku ekuitas. Nilai buku ekuitas diperoleh dari seluruh
jumlah ekuitas. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban
lancar dengan kewajiban jangka panjang.
e. Sales/total assets (X5)
Rasio ini mampu menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan
aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin
besar nilai pada rasio ini maka efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
didalam menghasilkan penjualan semakin terjaga. Semakin rendah rasio ini
menunjukkan semakin rendah tingkat pendapatan perusahaan, sehingga
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Nilai penjualan
diperoleh dari laporan laba rugi, dan nilai total aset didapat dari neraca
perusahaan.
2. Metode Springate :
a. Working capital / Total asset (A)
Rasio ini sama dengan pembahasan pada metode Altman Z-Score. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Sumber data
yang diperoleh dari neraca perusahaan.
b. Net profit before interest and taxes / Total asset (B)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan
pajak terhadap total aktivanya. Laba bersih sebelum bunga dan pajak
diperoleh dari laporan laba rugi, dan total aset diperoleh dari neraca
perusahaan.
c. Net profit before taxes / Current liabilities (C)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan sebelum pajak dengan hutang lancar/kewajiban lancarnya. Laba
bersih sebelum pajak diperoleh dari laporan laba rugi, dan kewajiban lancar
diperoleh dari neraca perusahaan.
d. Sales / Total asset (D)
Rasio ini merupakan perbandingan penjualan dengan total aset. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui sebesar besar kontribusi penjualan terhadap
aktiva dalam satu periode waktu tertentu. Nilai penjualan diperoleh dari
laporan laba rugi, dan nilai total aset didapat dari neraca perusahaan.
3. Model Zmijewski (X-score)
a. Laba Setelah Pajak / Total Aset (X1)
ROA merupakan rasio yang membandingkan laba setelah pajak dengan total
asetnya. Rasio ini menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan aset
yang diinvestasikan untuk dibagikan dengan laba yang dihasilkan. Laba
setelah pajak diperoleh dari laporan laba rugi, dan total aset diperoleh dari
neraca.
b. Total Hutang / Total Aset (X2)
Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan antara total hutang dengan
total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan secara
total. Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.
c. Aset Lancar / Kewajiban Lancar (X3)
Rasio ini diukur dengan membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar. Rasio ini untuk mengukur likuiditas perusahaan, namun difokuskan
dalam jangka pendek. Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.

3.4 Waktu dan tempat


Dalam penelitian ini menggunakan data yang diambil di website resmi Bursa Efek
Indonesia dengan menarik data perusahaan sektor pulp and paper yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penarikan data dilakukan dari tahun 2015-2020 kurtal II.
Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2020 – Januari 2021

3. 5 Metode pengambilan sampel


Sampel merupakan bagian daripada populasi yang akan diteliti, dipandang
sebagai suatu dugaan terhadap populasi. Sampel biasnya dianggap sebagai
perwakilah dari populasi yang hasilnya menggantikan keseluruhan gejala yang
diamati. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini merupakan non-probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Non-probability sampling merupakan
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih sampel. Purposive sampling
merupakan teknik dalam menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan karakteristik yang digunakan dalam pengambilan sampel antara lain :.
Keterangan ALDO FASW INKP INRU KBRI SPMA SWAT TKIM
Terdaftar di
Bursa Efek        
Indonesia.
Merilis laporan
keuangan pada
periode 2013        
hingga 2019.
Mencantumka
n data
variabel-        
variabel yang
dibutuhkan
dalam
penelitian.
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.
Tabel 3.1 : Kriteria pengambilan sampel

Berdasarkan hasil dari tabel diatas maka, perusahaan sektor pulp and paper yang
memenuhi karakteristik untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini terdapat
4 perusahaan yaitu, FASW, INKP, INRU, SPMA, dan TKIM.

3. 6 Metode analisis data


Analisis data dalam penelitian ini data diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 24.
alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan dengan
beberapa tahapan sebagaimana yang dijelaskan berikut.
1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data dari masing-
masing variabel dalam penelitian (Ghozali, 2011:19). Deskripsi tersebut dapat
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimun, minimum, sum, dan range.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel pengganggu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:160). Dalam
penelitian ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika
signifikansi lebih besar dari 0,05.
3. Uji Hipotesis
Uji Paired Sample T-test
Pengujian terhadap setiap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistic
yang sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah ditentukan pada bab
sebelumnya. Apabila data terdistribusi secara normal, maka pengujian hipotesis
penelitian ini menggunakan teknik analisis perbandingan paired sample t-test.
Uji ini merupakan salah satu jenis pengujian beda rata-rata, yaitu menguji
apakah ada perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel. Pengambilan
keputusan dalam uji ini adalah berdasarkan perbandingan nilai probabilitas (Sig.
2-tailed). Jika probabilitas (dalam hal ini nilai Sig. 2-tailed) > 0,05, maka tidak
terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara dua kelompok sampel.
Namun bila probabilitas (dalam hal ini nilai Sig. 2-tailed) < 0,05, maka terdapat
perbedaan rata-rata yang signifikan antara dua kelompok sampel. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%).
4. Uji Keakuratan Model Prediksi
Pengujian ini digunakan untuk menghitung estimasi yang benar dan estimasi
yang salah atau untuk menguji tingkat keakuratan pengelompokkan dari variabel
dependen yaitu kelompok perusahaan yang mengalami kondisi financial distress
dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress.
Selanjutnya adalah membandingkan antara hasil prediksi dan kategori sampel
pada seluruh sampel yang ada. Tingkat akurasi menunjukkan berapa persen
model memprediksi dengan benar dari keseluruhan sampel yang ada. Tingkat
akurasi tiap model dihitung dengan cara sebagai berikut:
Tingkat Akurasi = (Jumlah prediksi benar / Jumlah Sampel) x 100%.
Selain akurasi tiap model, yang juga menjadi pertimbangan adalah tingkat error-
nya. Error dibagi dua jenis, yaitu Type I dan Type II. Type I error adalah
kesalahan yang terjadi jika model memprediksi sampel tidak akan mengalami
distress padahal kenyataannya mengalami distress. Type II error adalah
kesalahan yang terjadi jika model memprediksi sampel mengalami distress
padahal kenyataannya tidak mengalami distress. Tingkat error dihitung dengan
cara sebagai berikut:
Type I Error = (Jumlah kesalahan Type I / Jumlah Sampel) x 100%.
Type II Error = (Jumlah kesalahan Type II / Jumlah Sampel) x 100%.
Bab IV
Analisis dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Data
Data yang di gunakan merupakan data sekunder berupa Laporan keuangan tahunan
perusahaan sektor pulp and paper yang terdaftar di bei periode 2013-2019.
Berdasarkan kriteria dalam pengambilan sampel yang telah di sampaikan
sebelumnya, terdapat 5 perusahaan sektor pulp & paper yang di tetapkan sebagai
sampel. Dalam proses pengambilan sampel dapat diamati pada tabel 3 dan daftar
nama perusahaan yang terpilih dalam tabel 4

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 8


Perusahaan yang tidak merilis laporan keuangan pada periode 3
2013 hingga 2019
Mencantumkan data variabel-variabel yang dibutuhkan dalam 0
penelitian
Jumlah sampel 5

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Tabel 4.1 : Kriteria pengambilan sampel
Perusahaan
Bangkrut Tidak bangkrut
Toba Pulp Lestari Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk.
Suparma Tbk. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.
Tabel 4.2 : Daftar Perusahaan Sampel

4.2 Statistik Deskriptif


Berdasarkan data sampel yang didapatkan, kemudian melakukan analisis statistic
deskriptif untuk mengetahui nilai minimum, maksimum, dan rata-rata tiap variabel.
Berikut merupakan tabel statistic deskriptif

Altman Springate Zmijewski


Mean 0.92243 0.56717 0.520238
Std. Deviation 1.283583 0.417368 -1.03546
Minimum -1.791 -0.276 -2.165
Maximum 2.694 1.493 0.031
N 35 35 35
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.
Tabel 4.3 : Statistik Deskriptif

Dari tabel diatas dapat diketahui score model Altman mempunyai nilai minimum
sebesar -1.791 kemudian nilai maksimum sebesar 2.694 kemudian nilai mean sebesar
0.92243 dan yang terakhir nilai standar deviasi sebesar 1.283583. Selanjutnya score
Springate mempunyai nilai minimum sebesar -0.276 kemudian nilai maksimum
sebesar 1.493 kemudian nilai mean sebesar 0.56717 dan yang terakhir nilai standar
deviasi sebesar 0.417368. Kemudian score model Zmijewski mempunyai nilai
minimum sebesar -2.165 kemudian nilai maksimum sebesar 0.031 kemudian nilai
mean sebesar -1.03546 dan yang terakhir nilai standar deviasi sebesar 0.520238.

4.3 Uji Normalitas


Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval ataupun
rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas
harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak
berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau
ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. Dalam
pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika
signifikansi lebih besar dari 0,05. Berikut ini hasil uji normalitas :

N Sig A Keterangan
33 0,068 0,05 Data Normal
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.
Tabel 4.4 : Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas pada tabel 4.4 memperlihatkan bahwa hasil nilai signifikansi
berada diatas 0,05 yang berarti data berdistribusi normal.
4.4 Uji Hipotesis
A. Uji Paired Sampel T-test

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara
dua sampel dependen berpasangan, yakni apakah terdapat perbedaan signifikan dalam
memprediksi Kebangkrutan antara score model prediksi Altman, Springate, dan
Zmijewski. Cara pengambilan keputusannya adalah berdasarkan pada nilai Asymp.
Sig. (2- tailed). Jika probabilitas (dalam hal ini nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05,
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sampel. Namun
bila probabilitas < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
kelompok sampel. Berikut adalah hasil output SPSS terhadap pengujian hipotesis
paired sample t test.
Sig Alpha (a) Keterangan
Altman – 0.0043 0.05 H0 H1
Springate Di tolak Di terima
Altman – 0.000 0.05 H0 H1
Zmijewski Di tolak Di terima
Springate - 0.000 0.05 H0 H1
Zmijewski Di tolak Di terima
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.
Tabel 4.5 : Uji Paired Sampel T-Test

1. Pengujian Hipotesis Pertama


Hasil pada tabel 4.5 menunjukan nilai Sig. (2-tailed) pada pair 1 yakni antara
score model Altman dan Springate adalah sebesar 0,043. Hasil tersebut
menunjukan probabilitas <0,05, yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara
dua kelompok sampel. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H1 diterima,
yakni terdapat perbedaan score dalam memprediksi financial distress antara
model Altman dengan model Springate dengan tingkat keyakinan 95%.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hasil pada tabel 4.5 menunjukan nilai Sig. (2-tailed) pada pair 2 yakni antara
score model Altman dan Springate adalah sebesar 0,000. Hasil tersebut
menunjukan probabilitas <0,05, yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara
dua kelompok sampel. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H2 diterima,
yakni terdapat perbedaan score dalam memprediksi financial distress antara
model Altman dengan model Zmijewski dengan tingkat keyakinan 95%.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hasil pada tabel 4.5 menunjukan nilai Sig. (2-tailed) pada pair 3 yakni antara
score model Springate dan Zmijewski adalah sebesar 0,000. Hasil tersebut
menunjukan probabilitas <0,05, yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara
dua kelompok sampel. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H3 diterima,
yakni terdapat perbedaan score dalam memprediksi financial distress antara
model Springate dengan model Zmijewski dengan tingkat keyakinan 95%.
B. Uji Keakuratan Model Prediksi

Pengujian hipotesis yang terakhir adalah melakukan uji keakuratan model prediksi.
Langkah ini dilakukan untuk memperoleh model prediksi yang memiliki tingkat
keakuratan paling tinggi serta tingkat error yang dihasilkan pada setiap model
prediksi. Tingkat akurasi tiap model dihitung dengan cara sebagai berikut: Tingkat
Akurasi = (Jumlah prediksi benar / Jumlah Sampel) x 100%. Selain akurasi tiap
model, yang juga menjadi pertimbangan adalah tingkat error-nya. Error dibagi dua
jenis, yaitu Type I dan Type II. Type I error adalah kesalahan yang terjadi jika model
memprediksi sampel tidak akan mengalami distress padahal kenyataannya mengalami
distress. Type II error adalah kesalahan yang terjadi jika model memprediksi sampel
mengalami distress padahal kenyataannya tidak mengalami distress. Tingkat error
dihitung dengan cara sebagai berikut:

Type I Error = (Jumlah kesalahan Type I / Jumlah Sampel) x 100%

Type II Error = (Jumlah kesalahan Type II / Jumlah Sampel) x 100%

Selanjutnya, hasil pengujian terhadap ketepatan prediksi akan dibahas satu per satu
dan disajikan dalam tabel. Berikut adalah tabel dan penjelasan untuk pengujian
keakuratan dan tipe error model Altman, Springate, dan Zmijewski.

1. Model Altman
Tahun Prediksi Benar Sampel
2013 2 5
2014 2 5
2015 2 5
2016 2 5
2017 2 5
2018 2 5
2019 1 5
Jumlah 13 35
Tingkat Akurasi 37,14%
Error Type I Error Type II
Jumlah 1 21
Jumlah sampel 35 35
Tingkat error 2,85% 60,00%

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Tabel 4.6 : Tabel Tingkat Akurasi Altman
Tabel 4.6 menggambarkan perhitungan secara keseluruhan untuk 35 sampel, Model
Altman memprediksi benar sebanyak 13 perusahaan dari 35 sampel. Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa model Altman menghasilkan tingkat akurasi sebesar 37,14%.
Dengan tingkat Error pada masing-masing kategori yaitu Error Type I untuk model
Altman yaitu sebesar 2,85% dan Error Type II sebesar 60,00%. Hal tersebut
menunjukan tingkat kesalahan prediksi yang yang dihasilkan oleh model Altman.

2. Model Springate

Tahun Prediksi Benar Sampel


2013 2 5
2014 1 5
2015 2 5
2016 2 5
2017 2 5
2018 4 5
2019 1 5
Jumlah 14 35
Tingkat Akurasi 40,00%
Error Type I Error Type II
Jumlah 4 17
Jumlah sampel 35 35
Tingkat error 11,42% 48,57%

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Tabel 4.7 : Tabel Tingkat Akurasi Springate
Tabel 4.7 menggambarkan perhitungan secara keseluruhan untuk 35 sampel, Model
Springate memprediksi benar sebanyak 14 perusahaan dari 35 sampel. Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa model Springate menghasilkan tingkat akurasi sebesar
40,00%. Dengan tingkat Error pada masing-masing kategori yaitu Error Type I untuk
model Springate yaitu sebesar 11,42% dan Error Type II sebesar 48,57%. Hal tersebut
menunjukan tingkat kesalahan prediksi yang yang dihasilkan oleh model Springate.

3. Model Zmijewski

Tahun Prediksi Benar Sampel


2013 2 5
2014 3 5
2015 3 5
2016 3 5
2017 3 5
2018 3 5
2019 3 5
Jumlah 20 35
Tingkat Akurasi 57,14%
Error Type I Error Type II
Jumlah 14 1
Jumlah sampel 35 35
Tingkat error 40,00% 2,85%

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Tabel 4.8 : Tabel Tingkat Akurasi Springate.
Tabel 4.8 menggambarkan perhitungan secara keseluruhan untuk 35 sampel. Model
Zmijewski memprediksi benar sebanyak 20 perusahaan dari 35 sampel. Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa model Zmijewski menghasilkan tingkat akurasi sebesar
57,14%. Dengan tingkat Error pada masing-masing kategori yaitu Error Type I untuk
model Zmijewski yaitu sebesar 40,00% dan Error Type II sebesar 2,85%. Hal tersebut
menunjukan tingkat kesalahan prediksi yang yang dihasilkan oleh model Zmijewski.

4. Hasil Perhitungan Keakuratan Model Prediksi

Perhitungan keakuratan model prediksi dilakukan secara parsial, dimana setiap model
prediksi diuji tingkat akurasinya seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, berikut
ini rekapitulasi data perhitungan keakuratan setiap model prediksi:

Model Prediksi Tingkat Akurasi


Altman 37,14%

Springate 40,00%

Zmijewski 57,14%

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2020.


Tabel 4.9 : Rekapitulasi Keakuratan Model Prediksi
Berdasarkan tabel diatas, tingkat akurasi model prediksi tertinggi di awali dengan
model Zmijewski dengan tingkat akurasi sebesar 57,14%, selanjutnya model
Springate dengan tingkat akurasi sebesar 40,00% dan model Altman dengan tingkat
akurasi sebesar 37,14%. Hasil sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devy
Nilasari dan Mulyo Haryanto (2018), dan Listyarini, Rambe, & Kusasi, 2016 yang
menyatakan model Zmijewski merupakan model paling tinggi akurasinya.
Bab V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan dari ketiga model
prediksi yaitu Altman Z-Score, Springate S-Score, dan Zmijewski X-Score dalam
memprediksi kebangkrutan, serta untuk mengetahui model mana yang paling tinggi
ke akuratannya dalam memprediksi kondisi kebangkrutan pada perusahaan pulp and
paper yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, kemudian didapatkan 5 perusahaan dengan
jumlah sampel keseluruhan 35 sampel. Dalam penelitian ini menggunakan program
analisis SPSS 24 dan memiliki 4 hipotesis yang akan dijelaskan berikut

1. Terdapat perbedaan antara model Altman dengan model Springate dalam


memprediksi kebangkrutan pada perusahaan pulp and paper yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2019. Kondisi ini didukung dengan hasil
uji paired sampel t-test antara model Altman dengan model Springate yang
menunjukkan nilai sig.(2 tailed) sebesar 0,043 < 0,05 yang artinya terdapat
perbedaan score dalam memprediksi kebangkrutan antara model Altman
dengan model Springate dengan tingkat keyakinan 95%

2. Terdapat perbedaan antara model Altman dengan model Zmijewski dalam


memprediksi kebangkrutan pada perusahaan pulp and paper yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2019. Kondisi ini didukung dengan hasil
uji paired sampel t-test antara model Altman dengan model Zmijewski yang
menunjukkan nilai sig.(2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat
perbedaan score dalam memprediksi kebangkrutan antara model Altman
dengan model Zmijewski dengan tingkat keyakinan 95%

3. Terdapat perbedaan antara model Springate dengan model Zmijewski dalam


memprediksi kebangkrutan pada perusahaan pulp and paper yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2019. Kondisi ini didukung dengan hasil
uji paired sampel t-test antara model Springate dengan model Zmijewski yang
menunjukkan nilai sig.(2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat
perbedaan score dalam memprediksi kebangkrutan antara model Springate
dengan model Zmijewski dengan tingkat keyakinan 95%

4. Model Zmijewski merupakan model prediksi yang paling sesuai diterapkan


pada perusahaan pulp and paper yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Berdasarkan hasil uji keakuratan model prediksi model Zmijewski
memiliki tingkat keakuratan paling tinggi dibandingkan dengan model
prediksi Altman dan Springate. Model Zmijewski memiliki tingkat akurasi
57,14%, sedangkan model Altman memiliki tingkat akurasi 37,14% dan model
Springate memiliki tingkat akurasi 40,00%

5.2 Saran
Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan – keterbatasan yang membatasi ruang
likup penelitian. Diharapkan penelitian yang akan datang dapat melepaskan
keterbatasan – keterbatasan yang ada. Adapun saran yang mungkin bisa digunakan
untuk menyempurnakan penelitian, antara lain:

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan model-model


prediksi lain yang ada seperti Fuzzy, Beaver, Zavgren atau lain sebagainya,
kemudian jumlah sampel dan periode sebaiknya ada penambahan atau jenis
perusahaan yang berbeda sehingga hasilnya lebih representatif terhadap
keadaan yang sebenarnya dalam menilai kebangkrutan perbankan.

2. Bagi Manajemen Perusahaan

Dari hasil penelitian, maka diajukan beberapa saran serta masukan bagi
perusahaan pulp and paper yang terdaftar di BEI untuk dapat mengantisipasi
kebangkrutan yaitu berdasarkan hasil penelitian menunjukan jika model
dengan tingkat akurasi tertinggi untuk memprediksi kebangkrutan yaitu model
Zmijewski. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Devy Nilasari dan Mulyo
Haryanto (2018), dan Listyarini, Rambe, & Kusasi, 2016 menyatakan bahwa
dari ketiga model prediksi Altman, Springate, dan Zmijewski yang memiliki
tingkat akurasi tertinggi untuk dilakukan prediksi terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan ritel dan perusahaan manufaktur yaitu model
Zmijewski.
Daftar Pustaka
Ananto, R. P. (2020). Penggunaan Model Springate Untuk Mendeteksi Penurunan
Kinerja Keuangan ( Financial Distress ) Sektor Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia. Politeknik Caltex Riau, 13(1), 61–70.
Dahni, F. (2019). Altman Z-Score Vs Zmijewski X-Score Dalam Memprediksi
Kebangkrutan Perusahaan (Studi Kasus PT Tiga Pilar Sejahtera (AISA) Tahun
2015-2017). Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2), 65.
https://doi.org/10.14710/jab.v8i2.25433
Effendi, R. (2018). Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman,
Springate, Zmijewski, Foster, Dan Grover Pada Emiten Jasa Transportasi.
Jurnal Akuntansi, Manajemen Dan Bisnis (PARSIMONIA), 4(3), 307–319.
Retrieved from
https://jurnal.machung.ac.id/index.php/parsimonia/article/view/75
Fadrul, F., & Ridawati, R. (2020). Analysis of Method Used to Predict Financial
Distress Potential in Pulp and Paper Companies of Indonesia. International
Journal of Economics Development Research (IJEDR), 1(1), 57–69.
https://doi.org/10.37385/ijedr.v1i1.29
Listyarini, F., Rambe, P. A., & Kusasi, F. (2016). Analisis Perbandingan Prediksi
Kondisi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Altman, Springate Dan
Zmijewski Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia 2011-2014. Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, 1–
17.
Priambodo, D., & Pustikaningsih, A. (2018). Analisis Perbandingan Model Altman,
Springate, Grover, Dan Zmijewski Dalam Memprediksi Financial Distress
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2012-2015). Jurnal Pendidikan Akuntansi, 6(4), 1–10.
Sari, R. P. (2016). Analisis Perbandingan Model Altman, Springate Dan Zmijewski
Dalam Memprediksi Kebangkrutan. Jurnal of Accounting and Financial, 33–41.
Susilawati, E. (2019). Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Alman Z-Score
Pada Perusahaan Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
2018. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 1–12. Retrieved from
https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue/article/view/59
Fahmi, irham. 2016. analisis laporan keuangan. bandung: alfabeta.
https://tirto.id/pertumbuhan-oplah-koran-melambat-melambat-menurun-ciy7 di akses
tanggal 20 Oktober 2020 pukul 14.20
https://yonulis.com/2020/03/22/surat-kabar-sampai-kapan-akan-bertahan/ di akses
tanggal 20 Oktober 2020 pukul 14.40
https://inet.detik.com/telecommunication/d-5194182/apjii-sebut-jumlah-pengguna-
internet-di-indonesia-naik-saat-pandemi di akses tanggal 22 Oktober 2020 pukul
10.00
https://nasional.sindonews.com/read/98534/15/pandemi-corona-penggunaan-internet-
masyarakat-melonjak-1594555669?showpage=all di akses tanggal 22 Oktober 2020
Pukul 11.12
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200813/257/1279076/konsumsi-tisu-meningkat-
industri-kertas-tumbuh-1249-persen di akses tanggal 23 Oktober 2020 Pukul 09.00
https://waspada.co.id/2020/04/imbas-pandemi-corona-media-cetak-terancam-
bangkrut/ di akses tanggal 23 Oktober 2020 pukul 11.17
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2842006/industri-kertas-mampu-serap-tenaga-
kerja-hingga-11-juta-orang di akses tanggal 23 Oktober 2020 pukul 20.00
https://katadata.co.id/happyfajrian/finansial/5e9a4c3ba18f4/jadi-tumpuan-ekonomi-
ri-sektor-manufaktur-2019-tumbuh melambat#:~:text=Kontribusi%20sektor
%20manufaktur%20terhadap%20PDB,tercatat%20sebesar%2019%2C62%25. Di
akses tanggal 24 Oktober 2020 pukul 17.37
https://www.apjii.or.id/survei di akses tanggal 17 November 2020 pukul 17.10
Lampiran
Lampiran 1 Data Mentah Perusahaan
Lampiran 2 Data mentah perusahaan
Lampiran 3 Data Olah
Lampiran 4 Statistik deskriptif
Statistics
ALTMAN SPRINGATE ZMIJEWSKI
N Valid 35 35 35
Missing 0 0 0
Mean .92243 .56717 -1.03546
Std. Deviation 1.283583 .417368 .520238
Minimum -1.791 -.276 -2.165
Maximum 2.694 1.493 .031
Sum 32.285 19.851 -36.241

Lampiran 5 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 33
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. .35923211
Deviation
Most Extreme Absolute .147
Differences Positive .147
Negative -.099
Test Statistic .147
Asymp. Sig. (2-tailed) .068c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran 6 Uji Paired Sample T-test
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair 1 altman - .355257 .999034 .168868 .012077 .698437 2.104 34 .043
springate
Pair 2 altman - 1.95788 1.537746 .259926 1.429652 2.486120 7.532 34 .000
zmijeski 6
Pair 3 springate - 1.60262 .799601 .135157 1.327956 1.877301 11.858 34 .000
zmijeski 9

Anda mungkin juga menyukai