Anda di halaman 1dari 111

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK

PEMERINTAH (BUMN) DENGAN BANK UMUM SWASTA


YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2016-2021

SKRIPSI

Dibuat oleh :
Muhammad Prasetyawan
0211 16 035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PAKUAN

FEBRUARI 2023
© Hak Cipta milik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan, tahun
2023
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan.

Dilarang mengumumkan dan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan.

2023.

v
ABSTRAK

MUHAMMAD PRASETYAWAN. 021116035. Analisis Perbandingan Kinerja


Keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020. Skripsi Prodi Manajemen
konsentrasi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan
Bogor. Di bawah bimbingan ketua komisi PATAR SIMAMORA dan anggota komisi
pembimbing ZUL AZHAR. 2023.
Industri perbankan saat ini merupakan salah satu industri yang menunjukan
persaingan yang begitu ketat. Persaingan yang ketat dapat dilihat dari banyaknya
jumlah bank yang beroperasi di Indonesia. Kinerja keuangan yang sehat merupakan
suatu kondisi dimana bank dapat mengelola keuangan dengan baik dan dapat
mendayagunakan semua aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara efisien.
Menilai kinerja keuangan perusahaan perbankan dapat diukur dengan rasio keuangan
CAMEL, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur penampilan perbankan yang
meliputi Capital (permodalan), Asset Quality (Kualitas Aset), Management
(Manajemen), Earnings (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2021 dan Bank Umum Swasta
Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2021. Dan untuk
mengetahui terdapat perbedaan antara Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2021.
Jenis penilitian yang digunakan yaitu verifikatif dengan metode Explanatory
Survey. Penelitian ini menggunakan data kuantitaif dengan metode penarikan sampel
yang digunakan yaitu purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis rasio CAMEL, dan Uji beda dua rata-rata (Independent Sample T-test).
Hasil penelitian menunjukan bahwa Bank Pemerintah memiliki kinerja yang
sehat. Bank Umum Swasta Nasional memiliki kinerja yang sehat. dari kelima rasio
yang sudah diuji dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuanan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2021.

Kata kunci: Industri perbankan, kinerja keuangan, CAMEL, Bank Pemerintah (BUMN), dan
Bank Umum Swasta Nasional.

vi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan Rahmat, Taufik,
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
PEMERINTAH (BUMN) DENGAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL
YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016-2020”
Penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, doa, dukungan
serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang Tua saya Bapak Udjang Oman dan Ibu Jumsih yang senantiasa
selalu memberikan do’a, kasih sayang, serta dukungannya baik moral
maupun material sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Prof. Dr. rer. pol. Ir. H. Didik Notosudjono, M.Sc. selaku Rektor
Universitas Pakuan
3. Bapak Dr. Hendro Sasongko, Ak., MM., CA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan.
4. Bapak Prof. Dr. Yohanes Indrayono, AK.,MM.,CA Selaku Ketua Prodi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.
5. (Alm) Bapak Dr. Chaidir, SE., MM selaku dosen yang telah menjadi Ketua
Komisi Pembimbing saya.
6. Bapak Patar Simamora, SE., MSi. Selaku Ketua Komisi Pembimbing.
7. Bapak Zul Azhar, Ir., MM., Anggota Komisi Pembimbing.
8. Seluruh Dosen, Staff Tata Usaha dan Karyawan Perpustakaan di Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan.
9. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Sarjana Manajemen Universitas
Pakuan.
10. Kelas A Manajemen 2016 yang telah menemani dan memberikan warna
warni kehidupan perkuliahan dari semester 1 hingga semester 8.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2016 Manajemen yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas semangatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap agar Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatu.
Universitas Pakuan
Bogor, 13 Januari 2023

Muhammad Prasetyawan

vii
DAFTAR ISI
Hal
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK
PEMERINTAH (BUMN) DENGAN BANK UMUM SWASTA YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016-2021 .................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN DAN PERNYETAAN TELAH DISIDANGKAN ... iii
LEMBAR PERNYETAAN PELIMPAHAN HAK CIPTA .................................. iv
LEMBAR HAK CIPTA............................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
PRAKATA ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTRA TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ........................................................ 7
1.2.1. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
1.2.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian .................................................................. 8
1.3.1. Maksud Penelitian ......................................................................... 8
1.3.2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
1.4. Keguanaan Penelitian ................................................................................ 9
1.4.1. Kegunaan Praktis ........................................................................... 9
1.4.2. Kegunaan Akademis...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 11
2.1. Studi Pustaka ........................................................................................... 11
2.1.1. Pengertian Bank .......................................................................... 11
2.1.2. Pengertian Bank Menurut Para Ahli ........................................... 11
2.1.3. Asas, Tujuan, dan Fungsi Bank................................................... 12
2.1.4. Jenis Bank ................................................................................... 12
2.1.5. Pendirian Bank ............................................................................ 13
2.1.6. Kegiatan Usaha Bank .................................................................. 14
2.1.7. Produk-produk Bank ................................................................... 15
2.1.8. Kegiatan Bank Pemerintah dan Bank Swasta ............................. 16
2.1.9. Kinerja Keuangan........................................................................ 17
2.1.10. Pengertian Laporan Keuangan .................................................... 17
2.1.11. Sifat Laporan Keuangan .............................................................. 18
2.1.12. Jenis Laporan Keuangan ............................................................. 18
2.2. Rasio CAMEL ......................................................................................... 19
2.2.1. Definisi Rasio CAMEL ............................................................... 19
2.2.2. Jenis-jenis Rasio CAMEL ........................................................... 20
2.3. Penelitian Terdahulu dan Krangka Pemikiran ........................................ 24
2.3.1. Penelitian Terdahulu.................................................................... 24
2.3.2. Krangka Pemikiran...................................................................... 31
2.4. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 37

viii
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.2. Objek, Unit, dan Lokasi Penelitian ......................................................... 37
3.2.1. Objek Penelitian .......................................................................... 37
3.2.2. Unit Analisis ................................................................................ 37
3.2.3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 37
3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................................... 38
3.3.1. Jenis Data Penelitian.................................................................... 38
3.3.2. Sumber Data Penelitian ............................................................... 38
3.4. Operasional Variabel ............................................................................... 38
3.5. Metode Penarikan Sampel ....................................................................... 39
3.6. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 39
3.7. Metode Pengolahan/Analisis Data .......................................................... 39
3.7.1. CAMEL pada Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum
Swasta Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2016-2021 .......................................................................... 40
3.7.2. Uji Beda dua Rata-rata (Independent Sample t-Test) ................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 45
4.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 45
4.1.1. Bursa Efek Indonesia (IDX) ....................................................... 45
4.1.2. Bank Pemerintah (BUMN) ......................................................... 48
4.1.3. Bank Umum Swasta Nasional ..................................................... 55
4.2. Analisis Hasil Penelitian ......................................................................... 60
4.2.1. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2021......... 60
4.2.2. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2021......... 67
4.2.3. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 74
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................... 84
4.3.1. Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) Menggunakan
Metode CAMEL Tahun 2016-2021 ............................................ 84
4.3.2. Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Menggunakan
Metode CAMEL Tahun 2016-2021 ............................................ 85
4.3.3. Hasil Uji Independent Sample t-Test ........................................... 87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 91
5.1. Simpulan .................................................................................................. 91
5.2. Saran ........................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 95
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. 99
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 : Jumlah Bank di Indonesia .................................................................... 2
Tabel 1.2 : Pertumbuhan Laba Bank Pemerintah (BUMN) ..................................... 3
Tabel 1.3 : Pertumbuhan Laba Bank Umum Swasta Nasional ................................ 4
Tabel 1.4 : Jumlah Aset Bank Pemerintah (BUMN) Tahun 2019-2020 ................... 5
Tabel 1.5 : Jumlah Aset Bank Umum Swasta Nasional Tahun 2019-2020 .............. 5
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu .......................................................................... 24
Tabel 3.1 : Operasional Variabel ......................................................................... 38
Tabel 3.2 : Kriteria Penilaian Rasio Capital adequacy (CAR) .............................. 40
Tabel 3.3 : Kriteria Penilaian Rasio Non Performing Loan (NPL) ........................ 40
Tabel 3.4 : kriteria Penilaian Rasio Net Profit Margin (NPM) .............................. 41
Tabel 3.5 : Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) ............................................................................. 41
Tabel 3.6 : Kriteria Penilaian Loan to Deposit Ratio (LDR).................................. 42
Tabel 4.1 : Perkembangan Pasar Modal Indonesia ............................................... 45
Tabel 4.2 : Laporan keuangan Bank Pemerintah (BUMN) .................................... 60
Tabel 4.3 : Laporan Keuangan Bank Umum Swasta Nasional .............................. 67
Tabel 4.4 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rasio CAR ................................................................ 75
Tabel 4.5 : Uji Independent Sample t-Test Rasio CAR ......................................... 75
Tabel 4.6 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rasio NPL .................................................................. 76
Tabel 4.7 : Uji Independent t-Test Rasio NPL ...................................................... 77
Tabel 4.8 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rasio NPM ................................................................ 78
Tabel 4.9 :Uji Independent t-Test Rasio NPM ..................................................... 78
Tabel 4.10 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rasio BOPO .............................................................. 79
Tabel 4.11 : Uji Independent Sample t-Test Rasio BOPO ...................................... 80
Tabel 4.12 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rasio LDR ................................................................ 81
Tabel 4.13 : Uji Independent Sample t-Test Rasio LDR ......................................... 81
Tabel 4.14 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rata-rata keseluruhan Rasio ...................................... 82
Tabel 4.15 : Uji Independent Sample t-Test keseluruhan Rasio .............................. 83
Tabel 4.16 : Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) Metode CAMEL Tahun
2016-2020 ............................................................................................ 84
Tabel 4.17 : Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Metode CAMEL
Tahun 2016-2020.................................................................................. 85

x
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1: Market Share 4 Bank Pemerintah (BUMN) dan 4 Bank Umum Swasta
Nasional Tahun 2020 ..................................................................................... 2
Gambar 4.1: Rata-rata Bank Pemerintah (BUMN) .................................................. 61
Gambar 4.2: Rata-rata Bank Umum Swasta Nasional ............................................. 68

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 : Daftar Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ............ 99
Lampiran 2 : Market Share ................................................................................. 100
Lampiran 3 : Rata-rata Bank Pemerintah (BUMN) per Rasio ........................... 100
Lampiran 4 : Rata-rata Bank Umum Swasta Nasional per Rasio ........................ 101
Lampiran 5 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional Rasio CAR ................................................ 101
Lampiran 6 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional Rasio NPL ................................................. 101
Lampiran 7 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional Rasio NPM ............................................... 101
Lampiran 8 : Perbedaan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rasio BOPO ......................................................... 102
Lampiran 9 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional Rasio LDR ............................................... 102
Lampiran 10 : Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional Rata-rata keseleuruhan Rasio ................... 102
Lampiran 11 : Uji Independent Sample t-Test Rasio CAR ................................... 103
Lampiran 12 : Uji Idenpendent t-Test Rasio NPL ................................................ 103
Lampiran 13 : Uji Independent t-Test Rasio NPM ............................................... 104
Lampiran 14 : Uji Independent Sample t-Test Rasio BOPO ................................. 104
Lampiran 15 : Uji Independent Sample t-Test Rasio LDR .................................... 105
Lampiran 16 : Uji Independent Sample t-Test keseluruhan Rasio ........................ 105

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Perkembangan dunia perbankan semakin pesat. Dunia perbankan
semakin mendominasi perkembangan ekenomi dan bisnis suatu negara.
Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan
suatu negara. Pada hakikatnya bank adalah lembaga keuangan yang
merupakan lembaga intermediasi, insturmen keuangan seperti saham,
obligasi, surat berharga pasar uang, treasury note, dan pasar sebagai tempat
perdagangan instrumen keuangan seperti bursa saham dan pasar uang antar
bank.
Menurut Undang-undangan Nomor 10 Tahun 1998 tertuang Perbankan,
“bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dana tau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat kesimpulan bahwa bank berfungsi
sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of
funds), dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (lack of funds). Dengan
demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan pengkreditan, serta bank
juga melayani kebutuhan pembiyaan, melancarkan mekanisme sistem
pembayaran bagi semua sektor perekonomian dan peredaraan uang, selain itu
bank juga memberikan pelayanan kepada beberapa pihak yang mempunyai
kelebihan dana tersebut yang akan menyimpanan dananya dan melakukan
investasi di bank, baik Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional.
Industri perbankan saat ini merupakan salah satu industri yang
menunjukan persaingan yang begitu ketat. Persaingan yang ketat dapat dilihat
dari banyaknya jumlah bank yang beroperasi di Indonesia. Dari data Badan
Pusat Statistik (BPS) Februari 2022, jumlah bank umum yang beroperasi
sebanyak 107 bank yang terdiri dari 4 Bank Persero, 58 Bank Umum Swasta,
25 Bank Pembangunan Daerah, dan 8 Kantor Cabang Asing. Melihat banyak
jumlah bank umum yang beroperasi di Indonesia Bank Pemerintah (BUMN)
dan Bank Umum Swasta Nasional tampak jelas terjadi persaingan
dikarenakan jika dilihat dari total pangsa pasar bank Bank Pemerintah dan
Bank Umum Swasta Nasional kedua bank tersebut lebih mendominasi pada
pangsa pasar industri perbankan nasional.

1
2

Berikut adalah data Market Share dari 4 Bank Pemerintah (BUMN) dan
4 Swasta Nasional yang dipilih oleh peneliti, ditunjukan pada Gambar 1.1
dibawah ini:

Gambar 1.1 Market Share 4 Bank Pemerintah (BUMN) dan 4 Bank


Umum Swasta Nasional Tahun 2021
Dari Gambar 1.1 dapat kita ketahui bahwa bank yang memiliki Market
Share lebih besar atau diposisi pertama pada tahun 2021 adalah Bank Mandiri
yaitu sebesar 17,06%. Diposisi kedua diraih oleh Bank BRI yaitu sebesar
15,86%. Diposisi ketiga ada Bank BCA yaitu sebesar 12,50%. Diposisi
keempat ada Bank BNI yaitu sebesar 9,80%. Diposisi kelima ada Bank PAN
Indonesia yaitu sebesar 5,29%. Diposisi keenam ada Bank BTN yaitu sebesar
3,78%. Diposisi ketujuh ada Bank CIMB Niaga yaitu sebesar 3,13%. Dan
dposisi terakhir ada Bank OCBC NISP yaitu sebesar 2,20%.
Persaingan antara Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta
Nasional tidak hanya terjadi pada perebutan market share di industri
perbankan nasional, akan tetapi persaingan tersebut juga terjadi pada
perkembangan jaringan bisnis dari masing-masing kelompok bank. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 1.1 dibwah ini.
Tabel 1.1 Jumlah Bank di Indonesia
Bank-bank
2019 2020 2021
Umum/Commercial Banks
Bank Pemerintah
Jumlah Bank 4 4 4
Jumlah Kantor Bank 17.622 17.307 18.166
Bank Umum Swasta Nasional
Jumlah Bank 60 58 58
Jumlah Kantor Bank 7.352 7.144 7193
Sumber: Badan Pusat Statistik (2022)
3

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 Tanggal


27 Desember 2012 tentang kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasrkan
modal inti bank. SE ini mengatur bahwa pembukaan jaringan kantor bank
perlu didukung dengan kemampuan keuangan yang memadai, yang antara
lain tercermin pada ketersediaan alokasi modal inti sesuai lokasi dan jenis
kantor bank (Theoretial Capital). Selain itu, dalam rangka pertimbangan
penyebaran jaringan kantor, bank didorong untuk melakukan perluasan ke
wilayah yang kurang terlayani oleh jasa perbankan guna membangun
pembangunan nasional.
Ihsan (2019) meneliti hubungan ekspansi jaringan kantor dan kinerja
keuangan terhadap pertumbuhan aset bank syariah. Dalam penelitian ini
tersebut menunjukan bahwa strategi ekspansi jaringan kantor bank dan
pencapaian kinerja bank syariah akan berdampak pada pertumbuhan aset
yang dimiliki oleh bank.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
jumlah kantor bank akan mempengaruhi kinerja keuangan bank. Dengan
terjadinya penurunan jumlah kantor bank di Indonesia pada tahun 2020 maka
kinerja keuangan bank juga akan mengalami penurunan. Hal tersebut menjadi
salah satu pendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang kinerja
keuangan antara Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta
Nasional.
Laporan keuangan merupakan Bahasa bisnis. Di dalam laporan keuangan
berisi informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada pihak
pengguna. Dengan memahami laporan keuangan suatu perusahaan, maka
berbagai pihak yang berkepentingan dapat melihat kondisi kesehatan
keuangan suatu perusahaan. (Murhadi, 2019)
Berikut adalah data Pertumbuhan Laba Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional selama tahun 2020-2021:
Tabel 1.2 Pertumbuhan Laba Bank Pemerintah (BUMN)
Pertumbuhan Laba (Rp)
No. Bank
2020 2021
1 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk 21,15 Triliun 32,22 Triliun
2 PT. Bank Mandiri Tbk 17,1 Triliun 28,03 Triliun
3 PT. Bank Negara Indonesia Tbk 2,75 Triliun 10,89 Triliun
4 PT. Bank Tabungan Negara Tbk 1,6 Triliun 2,37 Triliun
Sumber: Data Otoritas Jasa Keuangan (2023)
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan laba pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp.
32,22 triliun pada tahun 2021 meningkat dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp. 21,15 triliun. Pertumbuhan laba pada PT. Bank
Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp. 28,03 triliun
meningkat pada tahun 2021 dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu
sebesar Rp. 17,1 triliun. Pertumbuhan laba pada PT. Bank negara Indonesia
Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih yaitu sebesar Rp. 10,89 triliun pada
4

tahun 2021 menigkat dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.
2,75 triliun. Pertumbuhan laba pada PT. Bank Tabungan Negara Tbk
mecatatkan laba bersih sebesar yaitu Rp. 2,37 triliun pada tahun 2021
meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,6 triliun.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Laba Bank Umum Swasta Nasional
Pertumbuhan Laba (Rp)
No. Bank
2020 2021
1 PT. Bank Central Asia Tbk 26,27 Triliun 31,4 Triliun
2 PT. Bank OCBC NISP Tbk 2,3 Triliun 2,5 Triliun
3 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 3,07 Triliun 2,29 Triliun
4 PT. Bank CIMB Niaga Tbk 2,01 Triliun 4,09 Triliun
Sumber: Data Otoritas Jasa Keuangan (2023)
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan laba pada PT.
Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan laba bersih Rp. 31,4
triliun pada tahun 2021 meningat dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu
sebesar Rp. 26,27 triliun. Pertumbuhan laba pada PT. Bank OCBC NISP Tbk
yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp. 2,5 triliun pada tahun 2021
meningkat pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 2,3 triliun. Pertumbuhan
laba pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk yang mencatatkan laba bersih sebesar
Rp. 2,29 triliun pada tahun 2021 lebih rendah dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp. 3,07 tiliun. Pertumbuhan laba pada PT. Bank
CIMB Niaga Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp. 4,09 triliun pada tahun
2021 meningkat pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 2,01 triliun.
Kinerja keuangan yang sehat merupakan suatu kondisi dimana bank
dapat mengelola keuangan dengan baik dan dapat mendayagunakan semua
aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara efesien.
Penilaian kinerja keuangan perbankan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan manajemen dalam mengelola suatu badan usaha. Kinerja
perbankan merupakan gamabaran prestasi yang dicapai bank dalam aspek
keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana dalam suatu
periode. Bank sebagai sebuah perusahaan wajib mempertahankan
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Kondisi
kinerja keuangan perbankan yang baik adalah suatu kondisi yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan, karena dapat memberikan rasa tenang bagi
para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi baik untuk
menanamkan modal atau menyimpan dananya pada bank tersebut.
5

Tabel 1.4 Jumlah Aset Bank Pemerintah (BUMN) Tahun 2020-2021


Jumlah Aset (dalam RP. Jutaan)
No. Nama Bank
2020 2021
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero),
1 1.421.785.007 1.572.761.035
Tbk
2 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk 1.209.045.441 1.355.555.571
PT Bank Negara Indonesia (Persero),
3 818.227.668 941.211.128
Tbk
PT Bank Tabungan Negara (Persero),
4 361.208.406 371.868.311
Tbk
Sumber: www.kinerjabank.com
Berdasarkan tabel 1.4 dapat kita ketahui bahwa bank yang memiliki
jumlah aset lebih banyak pada tahun 2020-2021 PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk (BBRI) yaitu sebesar Rp. 1,572 triliun pada tahun 2021 meningkat
dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 1,421 triliun.
Berikutnya diposisi kedua ada PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI) yaitu sebesar
Rp. 1,355 triliun pada tahun 2021 meningkat dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp. 1,209 triliun. Diposisi ketiga ada PT. Bank
Negara Indonesia Tbk (BBNI) yaitu sebesar Rp. 941 triliun pada tahun 2021
meningkat dibandingkan pada tahun sebeumnya yaitu sebesar Rp. 818 triliun.
Dan yang terakhir ada PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yatu sebesar
Rp. 371 triliun meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp. 361 triliun.
Tabel 1.5 Jumlah Aset Bank Umum Swasta Nasional Tahun 2020-2021
Jumlah Aset (dalam Rp. Jutaan)
No. Nama Bank
2020 2021
1 PT Bank Central Asia, Tbk 1.056.362.108 1.205.491.799
2 PT Bank CIMB Niaga, Tbk 278.674.061 307.243.611
3 PT Bank OCBC NISP, Tbk 206.340.908 214.436.988
4 PT PAN Indonesia Bank, Tbk 201.319.549 190.667.695
Sumber: www.kinerjabank.com
Berdasarkan tabel 1.5 dapat kita ketahui bahwa bank yang memiliki
jumlah aset lebih banyak pada tahun 2020-2021 PT. Bank Central Asia Tbk
(BBCA) yaitu sebesar Rp. 1,205 triliun pada tahun 2021 meningkat
dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 1,056 triliun.
Berikutnya diposisi kedua ada PT. Bank CIMB Niaga Tbk yaitu sebesar Rp.
307 trilun pada tahun 2021 meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya
yaitu sebesar Rp. 278 triliun. Diposisi ketiga ada PT. Bank OCBC NISP Tbk
yaitu sebesar 214 triliun pada tahun 2021 meningkat dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp. 206 triliun. Dan yang terakhir ada PT. PAN
Indonesia Tbk yaitu sebesar Rp. 190 triliun pada tahun 2021 lebih rendah
dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 201 triliun.
Dalam dunia perbankan Indonesia, alat analisis yang digunakan adalah
CAMEL. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004
Tanggal 12 April 2004 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum.
6

Berdasarkan peraturan tersebut, maka rasio-rasio yang dipergunakan sebagai


dasar penilaian kesehatan bank disebut dengan rasio CAMEL yang terdiri
dari rasio Permodalan (Capital), Kulitas Aktiva Produktif (Assets Quality),
Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), dan Likuiditas
(Liquidity). CAMEL tidak sekedar mengukur tingkat kesehatan bank, tapi
digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat dan memprediksi
kebangkitan bank.
Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi
tentang laporan keuangan dalam mengevaluasi dan menginterprestasikan data
laporan keuangan, salah satu caranya adalah dengan analisis rasio. Melalui
analisis rasio ini, investor ataupun kreditor dapat mengukur kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki oleh suatu perbankan. Hasil analisis laporan keuangan
dapat membantu dalam menginterpretasikan berbagai hubungan mengenai
potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang. Untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan perbankan dapat diukur dengan rasio keuangan
CAMEL, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur penampilan perbankan
yang meliputi Capital (Permodalan), Assets Quality (Kualitas Aset),
Management (Manajemen), Earnings (Rentabilitas), dan Liquidity
(Likuiditas).
Aspek permodalan (capital) yang menjadi fokus perhatian dalam
penelitian adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank mengandung risiko
(kredit, pernyertaan surat, berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiyai dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan
lain-lain. CAR adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu
bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari ancaman
terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan, dengan kata lain CAR adalah
rasio kinerja bank untuk mnegukur kecukupan modal yang dimiliki bank
dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya yang diberikan. (Mulyono, 2011)
Aspek Kualitas Aset (Assets Quality) yang menjadi fokus perhatian
dalam penilaian adalah Non Performing Loan (NPL). Menurut Dendawijaya
(2015) NPL adalah rasio yang menunjukan bahwa kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak
termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet.
Aspek Manajemen (Management) yang menjadi fokus perhatian dalam
penilaian adalah Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan rasio antara laba
bersih dengan pendapatan operasional NPM menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. semakin besar nilai NPM
semakin optimal bank dalam membentuk laba bersih. laba yang besar
menunjukan berasilnya operasional bank yaitu melalui pendapatan, baik yang
berasal dari kredit maupun dari kegiatan yang lain. Sehingga indikator NPM
ini berpengaruh signifikan terhadap proporsi penyaluran kredit. Rasio NPM
yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank
7

dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.


Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena semakin tinggi laba dari bank
tersebut. (Dendawijaya, 2015)
Aspek Rentabilitas (Earnings) yang menjadi fokus perhatian dalam
penilaian adalah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO). Rasio BOPO ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Beban operasional adalah semua beban yang
dikeluarkan oleh perusahaan selama kegiatan operasi perusahaan dalam
jangka waktu satu tahun periode akuntansi. Sedangkan pendapatan
operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari
kegiatan suatu perusahaan. Untuk mengetahui nilai rasio BOPO adalah
dengan membagi biaya operasional dan pendapatan operasional tersebut yang
nantinya dinyatakan dalam bentuk persentase.
Aspek Likuiditas (Liquidity) yang menjadi fokus perhatian dalam
penilaian adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio antara
seluruh jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima oleh bank.
Dana yang diterima bank meliputi giro, tabungan dan deposit. Rasio LDR
diperoleh dengan cara membagi kredit yang diberikan dengan dana yang
diterima (DPK).
Penelitian ini didasari atas penelitian terdahulu oleh Johanis R Wanma
dan Ghina Anggraini (2019) hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio NPM antara Bank Pemerintah dan Bank
Swasta. Sustari Alamsyah dan Sheily Dwi Meilyda (2020) hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CAR,
dan LDR antara Bank Syariah dengan Perbankan Konvesional. Sedangkan
menurut Tara O. Faroza dan Dessi Susanti (2021) hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPL
antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta. Dan sedangkan menurut Dea
Mutiasari (2018) hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada rasio BOPO antara Bank Pemerintah dengan Bank
Umum Swasta Nasional.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas peneliti merasa untuk
mengetahui lebih lanjut tentang masalah tersebut, sehingga peneliti akan
melakukan peneliti dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN
TINGKAT KESEHATAN BANK PEMERINTAH (BUMN) DENGAN
BANK UMUM SWASTA NASIONAL YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2016-2021”

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah


1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengindentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Dapat dilihat jumlah bank dan jumlah kantor bank dari Bank Pemerintah
(BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional terdapat perbedaan yang
8

signifikan dari jumlah bank pemerintah sebanyak 4 bank dan jumlah


bank swasta memiliki sebanyak 58 bank pada tahun 2021. Dan dari
jumlah kantor bank pemerintah memiliki sebanyak 18.166 kantor bank
sedangkan bank swasta memiliki sebanyak 7193 kantor bank.
2. Pertumbuhan laba tahun 2020-2021 pada Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
terdapat memiliki perbedaan yang signifikan, dimana 4 Bank Pemerintah
(BUMN) yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN
mengalami kenaikan pertumbuhan laba. Dan 3 Bank Umum Swasta
Nasional yaitu Bank BCA, Bank OCBC NISP, dan Bank CIMB Niaga
mengalami kenaikan pertumbuhan laba, sedangkan 1 Bank Umum
Swasta Nasional yaitu Bank PAN Indonesia mengalami penurunan
pertumbuhan laba.
3. Jumlah aset pada tahun 2020-2021 Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank
Umum Swasta Nasional dimana terdapat memiliki perbedaan yang
signifikan, dimana 4 Bank Pemerintah (BUMN) dan 3 Bank Umum
Swasta Nasional yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN,
Bank BCA, Bank CIMB Niaga, dan Bank OCBC NISP memiliki jumlah
aset pada tahun 2020 mengalami peningkat pada tahun 2021. Sedangkan
1 Bank Umum Swasta Nasional yaitu Bank PAN Indoensia memiliki
jumlah aset pada tahun 2020 mengalami penurunan pada tahun 2021.

1.2.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana tersebut diatas, maka
peneliti merumuskan , masalah sebagi berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020?
2. Bagaimana kinerja keuangan Bank Umum Swasta Nasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020?
3. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja Bank Pemerintah (BUMN)
dengan Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2016-2020?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang
akurat dan relevan agar dapat dipelajari dan diolah menjadi data yang akurat.
Selain itu peneliti berharap dengan penelitian ini dapat mengetahui
perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum
Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
9

1.3.2. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pokok permasalahan di
atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021.
2. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Umum Swasta Nasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021.
3. Untuk mengetahui terdapat perbedaan antara Bank Pemerintah (BUMN)
dengan Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2016-2021.

1.4. Kegunaan Penelitian


1.4.1. Kegunaan Praktis
a. Bagi Bank Mandiri, Bank Nasional Indonesia, Bank Rakyat Indonesia,
Bank Tabungan Negara, Bank Central Asia, Bank OCBC NISP, Bank
CIMB Niaga, dan Bank PAN Indonesia penelitian ini dapat dijadikan
catatan unutuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya serta
sebagai bahan koreksi untuk memperbaiki apabila terdapat kelemahan.
b. Membantu pemodal dalam mengambil keputusan dalam berinventasi pada
kedelapan bank tersebut.

1.4.2. Kegunaan Akademis


Bagi dunia pendidikan sebagai bahan diskusi mengenai karakteristik
instrument Bank Mandiri, Bank Nasional Indonesia, Bank Rakyat Indonesia,
Bank Tabungan Negara, Bank Central Asia, Bank OCBC NISP, Bank CIMB
Niaga, dan Bank PAN Indonesia serta masukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan sistem bank pemerintah dan bank umum swasta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Pustaka


2.1.1. Pengertian Bank
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, mendefinisikan: Perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Menurut UU Nomor 3 Tahun 2004, Bank Sentral adalah lembaga negara
yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah
dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi Lender of the Last Resort.
Sedangakan menurut PSAK Nomor 31, bank adalah suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-
pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihka-pihak yang
memerlukan dana (deficit unitI) serta sebagai lmbaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dari pernyataan di atas, bank merupakan suatu lembaga keuangan yang
mempunyai kewajiban untuk menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman modal kerja
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat umum.

2.1.2. Pengertian Bank Menurut Para Ahli


Menurut Arbi (2013) bank adalah lembaga keuangan yang usahanya
menyerap dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan
kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana
tersebut serta memenuhi persyaratan tertentu untuk diberkan dana tersebut.
Adapun menurut Stuart (2012) bank adalah suatu badan yang bertujuan
untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri
atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan
mengedarkan alat-alat baru berupauang giral.
Sedangkan menurut Abdurrachman (2014) bank adalah suatu jenis
lembaga keuangan yang menjalankan berbagai macam jasa, seperti
memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata

11
12

uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,


membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya.

2.1.3. Asas, Tujuan, dan Fungsi Bank


Asas yang melandasi bank melakukan kegiatannya dijeslaskan dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah perbankan dalam melakukan
usahanya berasakan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-
hatian. Tujuan dari kegiatan perbankan Indonesia dijelaskan dalam UU
Nomor 10 Tahun 1998, untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, kesejahteraan rakyat banyak. Fungsi
utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana dari
masyarakat. Menurut Rindjin (2012), fungsi bank dapat dikatagorikan
menjadi dua yaitu seperti berikut ini:
1. Fungsi perantara (intermediation role), adalah penyediaan kemudahan
untuk aliran dana dari mereka yang mempunyai dana ngaggur atau
keebihan dana selaku penabung (saver) atau pemberi pinjaman (lender)
kepada mereka yang memerlukan atau kekurangan dana untuk memenuhi
berbagai kepentingan selaku peminjam (borrower).
2. Fungsi transmisi (transmission role), berkaitan dengan peran bank dalam
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan
instrument keuangan.

2.1.4. Jenis Bank


Jenis bank dilihat dari fungsinya, ada lima macam (Arbi, 2013), yaitu
sebagai berikut:
1. Bank Sentral (Central Bank).
Bank Sentral adalah Bnak Indonesia, suatu bank yang
keberadaannya di Indonesia sebagia perwujudan dari UUD 1945 Pasal 23
ayat 3 dan 4, yang diatur dengan UU No. 13/1968, yang kemudian
diperbaharui dengan UU No. 23/1999.
2. Bank Umum (Commercial Bank).
Bank Umum adalah suatu bank bentuk simpanan berupa giro,
deposit, dan tabungan, kemudian menyalurkan dananya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau pinjaman yang dapat
dipersamakan dengan kredit, memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Prekreditan Rakyat adalah bank konvensional yang
melaksankan kegiatan menghimpun dana dan memberikan kredit. Tugas
Bank Perkreditan Rakyat hamper sama dengan bank umum, tapi
lingkupnya lebih sempit. Bank Perkreditan Rakyat tidak menerima
simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.
13

Jenis bank menurut kepemilikannya dibedakan menjadi empat, (Arbi,


2013), yaitu sebagai berikut:
1. Bank Milik Negara.
Bank milik negara adalah semua bank yang modal dari bank tersebut
merupakan pernyertaan modal negara.
2. Bank Milik Swasta.
Bank milik swasta adalah bank yang keseluruhan modalnya berasal
dari pemodal asing.
3. Bank Milik Pemerintah Daerah.
Bank pemerintah daerah adalah bank-bank milik pemerintah daerah
yang keberadaannya sesuai UU No. 13/1962.
4. Bank Koperasi
Bank koperasi adalah bank-bank yang didirikan dengan modal yang
dihimpun dari perkumpulan koperasi.
Jenis bank berdasarkan haknya untuk menciptakan tenaga beli baru
(Ridjin, 2012), yaitu sebagai berikut ini:
1. Bank Primer adalah bank yang berhak untuk menciptakan tenaga beli
baru, yaitu berupa uang kartal dan uang giral. Termasuk dalam golongan
bank ini adalah bank sentral, yang berhak untuk mengeluarkan uang
kartal, dan bank umum yang dapat menciptakan uang giral.
2. Bank Sekunder adalah bank yang tidak mempunyai kemampuan
menciptakan tenaga beli baru, melainkan hanya sebagai perantara kredit
atau perantara dalam lalu lintas modal. Termasuk dalam golongan ini
adalah bank pasar, bank tabungan, bank desa, dan lain-lain.
UU Nomor 10 tahun 1998 mengatur kelembagaan bank di tata dalam
struktur yang sederhana yang ditegaskan dalam pasal 5 UU Perbankan yang
telah diubah menjadi dua jenis bank saja, yaitu:
1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvesional dana tau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvesional dana tau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lntas pembayaran.

2.1.5. Pendirian Bank


Perizinan pendirian bank diatur dalam pasal 16 sampai dengan pasal 20
UU Perbankan Nomor 10 tahun 1998. Deisebutkan bahwa pada prinsipnya, di
Indonesia, setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin
usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan
Bank Indonesia. Kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri. Kewajiban untuk
14

memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat
dikarenakan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, pada dasarnya
merupakan kegiatan yag perlu diawasi karena kegiatan ini terkait dengan
kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya pada pihak lain.

2.1.6. Kegiatan Usaha Bank


Menurut Arbi (2013) Bank Umum bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka
usaha yang dilakukan meliputi sebagai berikut ini:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabah yaitu sebagai berikut ini:
a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud.
b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud.
c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
e. Obligasi.
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.
g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabah.
6. Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana
kepad abank lain, baik dengan mempergunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel untuk cek atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakuakan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
15

11. Melakukan kegiatan anjak piuntang, usaha kredit dan kegiatan wali
amanat.
12. Menyediakan pembiayaan dana tau melakuakan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan lain yang berlaku.
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
15. Melakukan kegiatan pernyertaan modal pada bank antara perusahaan lain
di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bnk Indonesia.
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaan dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
17. Bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana pension
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pension yang berlaku.
Selain usaha-usaha di atas ada beberapa usaha yang tidak diperkenankan
dijalankan oleh bank umum, yaitu sebagai berikut ini:
1. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana telah disebutkan di
atas.
2. Melakukan usaha perasurasian.

2.1.7. Produk-produk Bank


Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, produk-produk bank
terdiri dari:
1. Simpenan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro.
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan
persayaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
3. Simpanan Deposito (Time Deposit).
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
(jauh tempo). Penrikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.
Dalam praktinya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat
deposito, dan deposit on call.
16

4. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal.
5. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha.
6. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan
perdagangannya.
7. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau
perdagangan.
8. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misalnya
keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun papan.
9. Kredit Profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesinal seperti
dosen, dokter atau pengacara.

2.1.8. Kegiatan Bank Pemerintah dan Bank Swasta


Bank pemerintah dan bank swasta sebenarnya dalam hal menjalankan
usaha atau operasionalnya memilki kesamaan, seperti cara menghimpun dana,
menyalurkan pinjaman, dan jasa-jasa lainnya. Perbedaan antara bank
pemerintah dengan bank swasta hanya menyangkut aspek kepemilikan,
dimana yang dikatakan bank pemerintah adalah bank yang akte pendirianya
dimiliki oleh pemerintah pusat dan sahamnya baik seluruh atau sebagian
besar juga dimiliki oleh pemerintah pusat. Sedangkan yang yang dikatakan
bank swasta adalah bank yang akte pendiri maupun sahamnya baik seluruh
atau sebagian besar dimilki oleh pihak swasta.
Walaupun yang membedakan bank pemerintah dengan bank swasta
hanya berdasarkan kepemilikannya saja, ini sangat menentukan kinerja dari
bank tersebut ketika menjalankan usahanya, contohnya saja dalam hal
pemilihan direksi, akan ditunjuk berdasarkan rapat umum pemegang saham.
Direksi sama-sama ketahui adalah orang yang akan mengelola bank tersebut
nantinya,apakah akan semakin baik kinerja bank tersebut atau malah
sebaliknya. Dalam rapat umum pemegang saham, biasanya bank yang
sahamnya dominan dimiliki oleh suatu pihak inilah yang akan menetukan
diterima atau tidaknya calon direksi yang diajukan, dengan demkian dapat
dikatakan bank pemerintah yang sahamnya dominan dimiliki oleh pemerintah
secara otomatis kebijakan pemilihan ini tergantungpada pemerintah dan
swasta.
17

2.1.9. Kinerja Keuangan


Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para
anggotanya. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh
organisasi, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perushaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja
perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap
prestasi yang dapat dicapai oleh Bank.
Menurut Fahmi (2017) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk meluhat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan seara baik dan benar.
Sedangkan menurut Rudianto (2018) kinerja keuangan adalah hasil atau
prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam mengelola aset
perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat
dubutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat
keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah
dilaksanakan.
Sedangkan menurut Gibson (2013), kinerja (job performance) adalah
hasil pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan
keefektifan kinerja lainnya. Kinerja (performance) dapat diartikan juga
sebagai hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati dan dapat diukur.
Kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan, namun terlebih dahulu haruslah dilakukan analisa yang
mendalam untuk mengetahui maksud dari angka-angka yang terdapat dalam
laporan keuangan tersebut. Terdapat berbagai macam cara yang bisa
dilakukan untuk menilai kinerja keuangan, salah satunya adalah analisis rasio
terhadap laporan keuangan yang disajikan. Sepert yang penulis lakukan
dalam penelitian ini, dimana penulis menilai kinerja keuangan bank melalui
rasio keuangan likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, rentabilitas, dan
sensitivitas.
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran dari keadaan keuangan dan
merupakan hasil dari berbagai macam keputusan manajemen dalam
mengelola asset yang dipercayakan kepada mereka, dimana kinerja keuangan
tersebut dapat diketahui setelah adanya analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Dalam suatu perusahaan, penilaian, penilaian
kinerja keuangan sangat bermanfaat selain membatu manajemen dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut.

2.1.10. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuagan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya. (Standar Akuntansi Keuangan 2004)
Menurut Munawir (2014) laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
18

Sedangkan menurut Harahap (2018) laporan keuangan adalah lopran


yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan
pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Selanjutnya menurut Kasmir (2015) laporan keuangan merupakan
laporan yang menunjukan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan
terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
(untuk neraca) dan periode (untuk laporan laba rugi). Di samping itu, kita
akan mengetahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan
keuangan.

2.1.11. Sifat Laporan Kuangan


Menurut Kasmir (2015) laporan keuangan memiliki dua sifat yaitu:
1. Bersifat histori, artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari
data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya
laporan keuangan disusun berdasarkan data satu atau beberapa tahun ke
belakang (tahun atau periode sebelumnya)
2. Bersifat menyeluruh, artinya laporan keuangan disusun dengan standar
yang telah ditetapkan. Pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagian-
sebagian (tidak lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap
tentang keuangan suatu perusahaan.
Berdasarkan pendapat tersebut, sifat laporan keuangan disusun dari data
masa lalu yang pembuatan dan penyusunan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

2.1.12. Jenis Laporan Keuangan


Menurut Kasmir (2015) dalam praktinya, secara umum ada 5 macam
jenis laporan keuangan yang biasa disusun yatu:
1. Neraca
Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menunjukan posisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan
dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva
(kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (Income Statement) merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Di
dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-
sumber pendapatan yang dikeluarkan selama periode teretentu. Dari
jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut
laba atau rugi.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan
jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga
menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan
modal diperusahaan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan kas terdiri dari arus
19

kas masuk (Cash I) dan arus kas keluar (Cash Out) selama periode
tertentu. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk keperusahaan, seperti
hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar
merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya seperti
pembayaran biaya operasional perushaan.
5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan
penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam
laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga
jelas.
Sedangkan menurut prastowo (2015) jenis laporan keuangan ada dua
yaitu:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
posisi keuangan (aktiva, kewaijiban, ekuitas) perusahaan pada saat
tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adlaah laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba
(kinerja) selama periode tertentu.
Pada umumnya jenis laporan keuangan yang diuraikan oleh para ahli
yaitu neraca dan laporan laba rugi. Neraca dan laporan laba rugi ini
mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling terkait, serta merupakan
suatu silus.

2.2. Rasio CAMEL


2.2.1. Definisi Rasio CAMEL
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan. (Harahap, 2018). Rasio keuangan hanya
menyerderhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara dengan
pos tertentu dengan pos lainnya, sehingga dapat dengan cepat menilai
hubungan antara pos dan membandingkannya dan pada akhirnya didapatkan
sebuah infomasi.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Munawir (2015), dijelaskan
bahwa rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan
atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio
akan dapat menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa tentang
baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan. Terutama apabila
angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang
digambarkan standard.
Analisa rasio keuangan digunakan untuk melakukan perhitungan rasio-
rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio
keuangan dihitung berdasrkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja,
dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laba rugi. Setiap analisa
20

keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan


aspek tertentu.
Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai berkaitan dengan tujuan
analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai
akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal.
Perusahaan perbakan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
perusahaan lain sehingga rasio keuangan perusahaan juga berbeda dengan
perusahaan lainnya. Rasio-rasio keuangan perusahaan perbankan lebih
berkaitan dengan kesehatan bank, dimana perusahaan bank sengat terkait
dengan pemebentukan kepercayaan masyarakat dan melaksanakan prinsip
kehati-hatian. Oleh karena itu Pemerintah megeluarkan Peraturan untuk
menilai tingkat kesehatan bank yaitu Peraturan Bank Indonesia No.
6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan
Bank Umum.
Rasio CAMEL menurut Kamus Perbankan Bank Indonesia, yaitu aspek
yang paling berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank dan mempengaruhi
tingkat kesehatan bank, baik itu perbankan konvesional maupun perbankan
syariah (Syahputra, 2018). Rasio Camel nantinya akan mengambarkan suatu
hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain. Oleh karena itu, dengan analisis rasio nantinya dapat diperoleh
gambaran mengenai baik atau buruknya posisi keuangan suatu bank
(Paputungan, 2016).

2.2.2. Jenis-jenis Rasio CAMEL


1. Aspek Permodalan (Capital)
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank
di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat
bersumber dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang
jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk.
Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus
mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain
itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar
bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.
Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh
bank yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Aspek permodalan (capital) yang menjadi fokus perahatian dalam
penelitian adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jau seluruh aktiva bank mengandung risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiyai
dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang),
dana lain-lain. CAR adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki
oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari
ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan, dengan kata
lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya yang diberikan. (Mulyono, 2010)
21

Menurut Mulyono (2011) perhitungan CAR diperoleh dari


perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin besar persentase
CAR suatu bank menunjukan semakin besar daya tahan suatu bnak
dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena
adanya harta yang bermasalah. Berdasrkan Bank Indonesia, bank yang
dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling
sedikit sebesar 8%, hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan
oleh BIS (Bank for International Settlement). Sesuai dengan ketentuan
Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September
2008 tentang kewajiban modal minimum bank umum, rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:

2. Aspek Kualitas Aset (Asset Quality)


Menurut peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 Tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank umum menyebutkan pengertian Aktiva
produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan,
dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
tagihan akspetasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji
dijual kembali (reserve repurchase agreement), tagihan derivative,
penyertaan, transaksi rekening rekening administratif serta bentuk
penyediaan dana lainnya yang dana dipersamakan dengan itu.”
Menurut Dendawijaya (2015) mendefinisikan aktiva produktif atau
earning asset sebagai semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang
dimiliki bank maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya.
Dari definsi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas aktiva
produktif adalah tolak ukur untuk menilai tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif
berdasarkan kriteria tertentu.
Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis
aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan
peraturan oleh Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva
produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif, kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
diklasifikasikan. Sala satu jenis dari rasio kualitas aktiva produktif adalah
NPL (Non Performing Loan).
Menurut Dendawijaya (2015) NPL adalah rasio yang menunjukan
bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.
Kredit bermasalah adalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan
macet.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004 tentang penentuan tingkat kesehatan kualitas aktiva produktif
yang sehat menurut Bank Indonesia menyatakan bahwa semakin tinggi
22

NPL, maka akan semakin buruk kualitas kredit bank. Sehingga


kemungkinan bank mengalami financial distress semakin besar.
Rasio ini drumuskan sebagai berikut (PBI No. 17/11/PBI.2015
tanggal 25 Juni 2015):

3. Aspek Manajemen (Management)


Faktor ketiga dalam urutan rasio CAMEL adalah manajemen. Rasio
manajemen (Management) adalah rasio ini menunjukan besar
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. (Dendawijaya: 2015)
Management quality menunjukan kemampuan manajemen bank
untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-
risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya
untuk mencapai target. Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan
pada peniaian kualitatif terhadap manajemen yang mencakup beberapa
beberapa komponen. Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai
sehat apabila sekurang-kurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh
aspek tersebut. (karim, 2015)
Penggunaan Net Profit Margin (NPM) juga erat kaitnya dengan
aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum
maupun manajemen risiko, dimana net income dalam aspek manajemen
umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi yang dijalankan dan
dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan,
pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam
upaya memperoleh operating income yang optimum. Sedangkan net
income dalam manajemen risiko mencerminkan pengukuran terhadap
upaya mengeliminir risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional,
risiko hukum, dan risiko pemilik dari kegiatan operasional bank, untuk
memperoleh operating income yang optimum. Dapat juga dikatakan net
profit margin mancerminkan tingkat efektivitas yang dapat dicapai oleh
usaha operasional bank, yang terkait dengan hasil akhir dari berbagai
kebijaksanaan dan keputusan yang telah dilaksanakan oelh bank dalam
periode berjalan.
NPM merupakan rasio antara laba bersih dengan pendapatan
operasional NPM menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar nilai NPM semakin
optimal bank dalam membentuk laba bersih. Laba yang besar
menunjukan berasilnya operasinal bank yaitu melalui pendapatan, baik
yang berasal dari kredit maupun dari kegiatan yang lain. Sehingga
indicator NPM ini berpengaruh signifikan terhadap proporsi penyaluran
kredit. Rasio NPM yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang
diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari
kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena
semakin tinggi laba dari bank tersebut. (Dendawijaya, 2015)
Rumus untuk mencari Net Profit Margin adalah sebagai berikut:
23

4. Aspek Rentabilitas (Earnings)


Urutan keempat dari rasio keuangan model CAMEL adalah faktor
rentabilitas atau disebut juga aspek earning. Penilaian rentabilitas
(earning) didasarkan pada kemampuan bank dalam menciptakan laba.
Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap
rentabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang berbobot sama.
Dalam aspek ini yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Dendawijaya (2015), mengumakakan bahwa rasio beban operasional
adalah perbandingan antara beban operasional dan pendapatan
operasional. Rasio yang sering disebut rasio efesiensi ini digunakan
untuk untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Maka
beban dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan
hasil bunga. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004 sebagai berikut:

5. Aspek Likuiditas (Liquidity)


Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal
kerja merupakan rasio yang digunakan untuk meukur seberapa likuidnya
suatu perusahaan. Dengan kata lain, rasio likuiditas berguna untuk
mengetahui kemampuan perushaan dalam membiaya dan memenuhi
kewajiban/utang pada saat ditagih atau jatuh tempo. Bank bias dikatakan
likuid jika dapat membayar kembali semua depositnya, mampu melunasi
kewajiban utang-utangnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukannya tanpa terjadi penangguhan. Oleh sebab itu menurut Sawir,
bank dikatakan likuid apabila:
a. Bank tersebut memiliki asset kas sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
b. Bank tersebut memiliki asset kas yang lebih sedikit dari butir (a) di
atas, tetapi yang bersangkutan juga mempunyai asset lainnya
(khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-
waktu tanpa menglami penurunan nilai pasarnya.
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan asset kas
baru melalui berbagai bentuk uang.
Menurut Gill yang dikutip oleh Kasmir (2015) rasio likuiditas
mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
24

atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan


seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Loan
to Deposit Ratio (LDR). Menurut Kasmir (2015), Loan to Deposit Ratio
(LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Perhitungan likuiditas menggunakan Rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

2.3. Penelitian Terdahulu dan Krangka Pemikiran


2.3.1. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil rujukan dari
penelitian sebelumnya:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.
Nama Publika
No. Judul Variabel Indikator Hasil
Penulis si
1. Johanis R Analisis Independ 1. CAR= - Dilihat Jurusan
Wanma Perbanding en: Modal/ dari rata- Manaje
dan an Kinerja CAR, Aktiva rata Bank men,
Ghina Keuangan NPL, Tertimbang Pemerinta Fakultas
Anggarini Bank NPM, Menurut h dan Ekonom
(2019) Pemerintah ROA, dan Resiko x Bank i &
dan Swasta LDR 100% Swasta Bisnis,
yang 2. NPL= Kredit berdasrka Univers
Terdaftar yang n rasio itas
di Bursa Bermasalah/ CAR, Cendra
Efek (BEI) Kredit yang NPM, wasih.
Diberikan x ROA, Vol. 3
100% dam LDR No. 2
3. NPM= net kinerja 2019,
income/ Bank Hal. 46-
operating Pemerinta 66
income x h lebih ISSN
100% baik 2615-
4. ROA= EBIT/ dibanding 0425,
Total Assets kan Bank E-ISSN
x 100% Swasta. 2622-
5. LDR= Total Namun 7142
kredit/ Total jika
Dana Pihak dilihat
Ketiga + dari rata-
Ekuitas x rata Rasio
100% NPL
kinerja
25

Bank
Swasta
lebih baik
dengan
Bank
Pemerinta
h. Secara
keseluruh
an kinerja
Bank
Pemerinta
h lebih
baik
dibanding
kan Bnak
Swasta.
- Rasio
CAR,
NPL,
ROA,
LDR
tidak
terdapat
perbedaan
kinerja
keuangan
antara
bank
pemerinta
h dan
bank
swasta,
sedangka
n rasio
NPM
terdapat
perbedaan
kinerja
keuangan
antara
bank
pemerinta
h dan
bank
swasta
2. Sustari Analisis Independ 1. CAR= - Rasio Jurnal
Alamsyah Perbanding en: Modal/ CAR tidak Berkala
dan an Kinerja CAR, Aktiva terdapat Ilmiah
26

Sheily CAR, ROA, Tertimbang perbedaan Efisiens


Dwi ROA, NIM, Menurut yang i,
Meilyda NIM, BOPO, 2. ROA= EBIT/ signifikan Volume
(2020) BOPO, dan LDR Total Assets antara 16 No.
dan LDR x 100% kinerja 01
Perbankan 3. NIM= keuangan Tahun
Syariah Pendapatan perbankan 2016
dengan Bunga – syariah
Perbankan Beban dengan
Konvesion Bunga/ Rata- perbankan
al rata Aset konvesiona
Produktif x l
100% - Rasio
4. BOPO= ROA
Beban terdapat
Operasional/ perbedaan
Pendapatan yang
Operasional signifikan
x 100% antara
5. LDR= Total kinerja
kredit/ Total keuangan
Dana Pihak perbankan
Ketiga + syariah
Ekuitas x dengan
100% perbankan
konvesiona
l
- Rasio NIM
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
antara
kinerja
keuangan
pernbanka
n syariah
dengan
perbankan
konvesiona
l
- Rasio
BOPO
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
antara
27

kinerja
keuangan
pernbanka
n syariah
dengan
perbankan
konvesiona
l
- Rasio LDR
tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
antara
kinerja
keuangan
perbankan
syariah
dengan
perbankan
konvesiona
l
3. Tara O. Analisis Independ 1. CAR= - Rasio Jurnal
Faroza Perbanding en: CAR, Modal/ NPL, Ecogen,
dan Dessi an Kinerja NPL, Aktiva LDR, Vol. 4
Susanti Keangan LDR, Tertimbang GCG, No.3,
(2021) Bank GCG, Menurut ROA, 2021
Pemerintah ROA, dan 2. NPL= Kredit dan NIM ISSN
dan Bank NIM yang tidak 2654-
Swasta Bermasalah/ memiliki 8429
Nasional Kredit yang perbedaa
yang Diberikan x n yang
Terdaftar 100% signifika
di Bursa 3. LDR= Total n
Efek kredit/ Total - CAR
Indonesia Dana Pihak memiliki
Tahun Ketiga + perbedaa
2014-2019 Ekuitas x n yang
100% signifika
4. ROA= n
EBIT/ Total
Assets x
100%
5. NIM=
Pendapatan
Bunga –
Beban
28

Bunga/
Rata-rata
Aset
Produktif x
100%
4. Frida Analisis Independ 1. ROA= - Kinerja Skripsi
Fikra Perbanding en: ROA, EBIT/ Total keuangan Univers
Tania an Kinerja ROE, Assets x pada itas
(2021) Keuangan CAR, 100% Bank Islam
Bank NPF/NPL 2. ROE= Laba Konvesio Malang
Konvesion , Bersih nal dan 2021
al dan FDR/LD Setelah Bank
Bank R, dan Pajak/ Rata- Syariah
Syariah BOPO rata Modal dilihat
periode Disetor x dari nilai
2018-2019 100% kecukupa
3. NPL= Kredit n modal
Bermasalah/ selama
Total Kredit periode
x 100% 2018-
4. LDR= 2020
Kredit yang tidak
Diberikan/ terdapat
Total Dana perbedaa
Pihak Ketiga n yang
x 100% signifika
5. BOPO= n
Biaya - NPF/NP
Operasional/ L,
Pendapatan FDR/LD
Operasional R, ROE,
x 100% dan
BOPO
tidak
terdapat
perbedaa
n yang
signifika
n
5. Dea Analisis Independ 1. LDR= Tidak Jurnal
Mutiasari Perbanding en: LDR, Kredit yang terdapat Ekonom
(2018) an Kinerja CAR, Diberikan/ perbedaan i
Keuangan ROA, Total Dana LDR, CAR, Univers
Bank ROE, Pihak Ketiga ROA, ROE, itas
Pemerintah BOPO, x 100% BOPO, dan Ahmad
dan Bank dan NIM 2. CAR= NIM Dhani
Umum Modal/
Swasta Aktiva
29

Nasional Tertimbang
di Menurut
Indonesia 3. ROA=
Periode EBIT/ Total
2014-2018 Assets x
100%
4. ROE= Laba
Bersih
Setelah
Pajak/ Rata-
rata Modal
Disetor x
100%
5. BOPO=
Biaya
Operasional/
Pendapatan
Operasional
x 100%
6. NIM=
Pendapatan
Bunga –
Beban
Bunga/
Rata-rata
Aset
Produktif x
100%
6. Uthari Pengaruh Independ 1. CAR= - Terdapat Skripsi
Chasanda Perbanding en: CAR, Modal/ perbedaa Sekolah
Malise an Kinerja NPL, Aktiva n Tinggi
(2019) Keuangan ROA, Tertimbang signifika Ilmu
Bank LDR, dan Menurut n untuk Ekonom
(BUMN) BOPO 2. NPL= Kredit masing- i
dan Bank Bermasalah/ masing
Swasta Total Kredit rasio
Nasional x 100% keuangan
yang 3. ROA= Bank
Terdaftar EBIT/ Total Pemerint
di Bursa Assets x ah dan
Efek 100% Bank
Indonesia 4. LDR= Swasta
periode Kredit yang - CAR,
2015-2017 Diberikan/ NPL, dan
Total Dana ROA
Pihak Ketiga adanya
x 100% perbedaa
5. BOPO= n yang
30

Biaya signifika
Operasional/ n
Pendapatan - LDR dan
Operasional BOPO
x 100% tidak ada
perbedaa
n yang
signifika
n
- Berdasar
kan hasil
uji
normalita
s, Bank
Pemerint
ah lebih
baik
dibandin
gkan
Bank
Sasta
Nasional
7. Niken Perbanding Indpende 1. CAR= - Kinerja Jurnal
Probonda an Kinerja n: CAR, Modal/ keuangan Ilmiah
ni Astuti, Keuangan ROA, Aktiva Bank Ekonom
Rizal Perbankan BOPO, Tertimbang Swasta i,
Bakri, BUMN NIM, dan Menurut Lebih Manaje
dan dan NPL 2. ROA= EBIT/ baik men dan
Nurjakia Perbankan Total Assets dibanding Akunta
(2022) Swasta x 100% kan Bank nsi
3. BOPO= Swasta eISSN
Biaya - Pada 2684-
Operasional/ rasio 9313
Pendapatan CAR dan pISSN
4. NIM= NPL 2088-
Pendapatan terdapat 7485
Bunga – perbedaa
Beban n kinerja
Bunga/ Rata- keuangan
rata Aset antara
Produktif x Bank
100% BUMN
5. NPL= Kredit dan Bank
Bermasalah/ Swasta
Total Kredit periode
x 100% 2018-
2021.
Rasio
31

ROA,
BOPO,
dan NIM
tidak
terdapat
perbedaa
n kinerja
keuangan
antara
Bank
BUMN
dan Bank
Swasta
periode
2018-
2021.
Penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini ada dua yaitu,
yang pertama adalah penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Pemerintah dan Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek (BEI)”
oleh Johanis R Wanma dan Ghina Anggarini, mahasiswa Universitas
Cendrawasih pada tahun 2019. Persamaan penelitian di atas dengan dengan
penelitian ini adalah menggunakan rasio CAR, NPL, NPM, dan LDR.
Sehingga hasil penelitian di atas mampu memberikan sumbangsih ide bagi
peneliti dalam menggali informan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak
pada rasio ROA sedangakan unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini
tidak menggunakan rasio tersebut. Dan yang kedua adalah penelitian dengan
judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvesional dan Bank
Syariah periode 2018-2019” oleh Frida Fikra Tania, mahasiswa Universitas
Islam Malang tahun 2021. Persamaan penelitian di atas dengan dengan
penelitian ini adalah menggunakan rasio LDR, CAR, dan BOPO. Sehingga
hasil penelitian di atas mampu memberikan sumbangsih ide bagi peneliti
dalam menggali informan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada yang
diteliti yaitu bank syariah, dan rasio ROA, ROE, dan NIM sedangkan yang
diteliti dan rasio yang digunakan dalam penilitian ini tidak menggunkan.

2.3.2. Kerangka Pemikiran


Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan suatu bank yang
mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengelola usahanya. Penilaian
kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis, mandiri dan
objektif dengan berorientasi pada masa depan, atas kebijakan atau keputusan
manajemen dalam mengelola sumber daya dan dana yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka meningkatkan kemampuan pelaksanaan fungsi
manajemen yang lebih baik. Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai melalui
laporan keuangan yang disajikan secara teratur setiap periode. Fokus utama
laporan keuangan adalah laba, jadi informasi laporan keuangan seharusnya
mempunyai kemampuan untuk memprediksi laba dimasa depan Analisis
laporan keuangan yang dilakukan dapat berupa perhitungan dan intreprestasi
melalui rasio keuangan.
32

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April


2004 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum. Maka rasio-rasio
yang dipergunakan sebagai dasar penilaian kesahatan bank disebut dengan
rasio CAMEL yang terdiri dari rasio Capital (C), Assets Quality (A),
Management (M), Earnigns (E), dan Liquidity (L). Aspek Capital meliputi
CAR, aspek Assets Quality meliputi NPL, aspek Management meliputi NPM,
aspek Earnings meliputi BOPO, sedangkan aspek Liquidity meliputi LDR.
Lima aspek tersebut masing-masing Capital, Assets Quality, Management,
Earnings, dan Liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan.
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk
menganalisis laporan keuangan. Dengan menggunakan alat analisis berupa
rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Analisis rasio keuangan
adalah proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari
sebuah perusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jau seluruh aktiva bank mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiyai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang), dana lain-lain. CAR adalah jumlah modal
minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para
investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha
perbankan, dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya yang diberikan.
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian terdahulu yang menggunakan
Capital Adequacy Ratio (CAR) dimana penelitian, Johanis R Wanma dan
Ghina Anggarini (2019) menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank
swasta.
Menurut Peratuaran Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 Tentang
Penilaian Kualitas Asset Bank umum, Kualitas Aktiva Produktif merupkan
penilaian aktiva produktif yang didasarkan pada Kolektibilitasnya, yang ada
pada dasarnya didasarkan pada kontinuitas pembayaran kembali pokok dan
bunga serta kemampuan peminjaman yang ditinjau dari keadaan yang
berangkutan.
Menurut Dendawijaya (2015) NPL adalah rasio yang menunjukan bahwa
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian terdahulu yang menggunakan
Non Perfoming Loan (NPL) dimana peneliti, Tara O. Faroza dan Dessi
Susanti (2021) Non Perfoming Loan (NPL) tidak terdapat perbedaan yang
signifikan Kinerja Keangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional
yang Terdaftar di Bursa Efek.
NPM merupakan rasio antara laba bersih dengan pendapatan operasional
NPM menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
33

bersih. Semakin besar nilai NPM semakin optimal bank dalam membentuk
laba bersih. Laba yang besar menunjukan berasilnya operasinal bank yaitu
melalui pendapatan, baik yang berasal dari kredit maupun dari kegiatan yang
lain. Sehingga indicator NPM ini berpengaruh signifikan terhadap proporsi
penyaluran kredit. Rasio NPM yang menggambarkan tingkat keuntungan
(laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima
dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena
semakin tinggi laba dari bank tersebut. (Dendawijaya, 2015)
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian terdahulu yang menggunakan
Net Profit Margin (NPM) dimana penelitian, Johanis R Wanma dan Ghina
Anggarini (2019) menunjukan bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak
terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dan bank
swasta.
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
suatu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operassinya. Rasio ini merupakan
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian terdahulu yang menggunakan
BiayaOperasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dimana
penelitian, Dea Mutiasari (2018) menunjukan bahwa Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak terdapat perbedaan yang
signifikan kinerja keuangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional.
Dan Uthari Chasanda Malise (2019) menunjukan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Swasta Nasional.
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan
jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir. 2015)
Pernyataan di atas didukung oleh penelitian terdahulu yang
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) dimana peneltian, Tara O. Faroza
dan Dessi Susanti (2021) menunjukan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR)
tidak terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara Bank Pemerintah dan
Bank Swasta Nasional.
34

Bank

Bank Pemerintah Bank Umum Swasta


(BUMN) Nasional

Laporan Keuangan
Bank Pemerintah
(BUMN) dan Bank
Umum Swasta Nasional

CAMEL
Capital (CAR)
Asset Quality (NPL)
Management (NPM)
Earnings (BOPO)
Liquidity (LDR)
Kinerja
Keuangan

Uji Beda Dua Rata-rata (Independent


Sample t-Test)

2.1 Konstelasi Penelitian

2.4. Hipotesis Penelitian


Dalam industri perbankan alat analisis yang digunakan untuk menilai
kinerja sebuah bank menggunakan Rasio CAMEL, yaitu kumpulan indikator
yang berunsurkan variabel-variabel aspek Capital diproksikan dengan
Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek Asset Quality diproksikan dengan Non
Performing Loan (NPL), aspek Management yang diproksikan dengan Net
Profit Margin (NPM), aspek Earnings yang diproksikan dengan Biaya
35

Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), dan aspek Liquidity


yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Berasarkan aspek tersebut maka langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan pengujian hipotesis yang membandingkan kinerja keuangan Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional. Dalam hal ini
hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasioanl.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasioanl.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
verifikatif dengan metode Survei Eksplanasi (Explanatory Survey). Jenis dan
metode penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis antar variabel serta
menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Dalam penelitian
ini peneliti akan membandingkan kinerja keuangan antara bank pemerintah
(BUMN) dan bank umum swasta nasional periode 2016-2021. Bank yang akan
diteliti pada penelitian ini yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri yang
mewakili bank pemerintah (BUMN). Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB
Niaga, Bank OCBC NISP, dan Bank PAN Indonesia yang mewakili bank umum
swasta nasional.

3.2. Objek, Unit, dan Lokasi Penelitian


3.2.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini melibatkan 5 variabel bebas (Independent Variable).
Variabel bebas tersebut adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performoing
Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

3.2.2. Unit Analisis


Unit analisis adalah mengenai “siapa yang diteliti” yaitu individu
(perorangan), kolompok (gabungan perorangan), organisasi atau daerah/wilayah.
Pada penelitian ini unit analisis yang digunakan adalah organisasi karena
penelitian ini berhubungan dengan perusahaan Sub Sektor Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2.3. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang bersangkutan dengan
menggunakan akses internet ke website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
dan laman resmi perusahaan yang diteliti di unggah (download).

37
38

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian


3.3.1. Jenis Data Penelitian
Jenis data yang diteliti adalah data kuantitatif berupa data panel. Data
kuantitatif yaitu data mengenai angka-angka yang dapat dilihat dari neraca dan
laporan laba rugi perusahaan. Sedangkan data panel adalah gabungan data runtut
waktu (time series) dan data silang (cross section).

3.3.2. Sumber Data Penelitian


Sumber data yang diteliti adalah data sekunder yang diperoleh melalui
website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) laman resmi perusahaan
yang diteliti di unggah (download). Data yang diperoleh berupa laporan
keuangan perusahaan sub sektor perbankan. Data ini digunakan untuk
mengetahui Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net
Profit Margin (NPM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

3.4. Operasionalisasi Varibel


Tabel 3.1 Operasional Variabel
Varibel Indikator Ukuran Skala
Capital
Capital Adequacy Rasio
Ratio (CAR)
Non
Asset
Performing Rasio
Quality
Loan (NPL)
Net Profit
Management Margin Rasio
(NPM)
Biaya
Operasiona
terhadap
Earnings Rasio
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Loan to
Liquidity Deposit Rasio
Ratio (LDR)
Sumber : (Data Diolah, 2020)
39

3.5. Metode Penarikan Sampel


Penelitian ini menggunakan sampel data primer berupa laporan keuangan
yang diperoleh dari lokasi penelitian menggunakan metode penarikan sampel non
probalbility sampling dengan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2016) purposive sampling adalah teknik penentuan sample dengan
pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bank Umum Nasional yang ada di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Dessember 2016-2021 yang telah
diaudit.
3. Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional yang memiliki
total aset kurang dari 100 triliun per tahun 2021.
4. Tersedianya laporan keuangan tahunan selama 5 tahun berturut-turut.
5. Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional yang memiliki
data CAR, NPL, NPM, BOPO, dan LDR periode 2016-2021.

3.6. Metode Pengumpulan Data


Berdasarkan metode sampling diatas, maka data yang terpilih dikumpulkan
melalui metode data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
mendownload laporan keuangan yang berupa sumber data penelitian yang berasal
dari website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), dan website resmi
perusahaan yang diteliti, serta dari buku yang relevan dengan penelitian.

3.7. Metode Pengolahan/Analisis Data


Analisis merupakan tindakan mengolah data untuk meneliti suatu objek
tertentu secara sistematis untuk mendapatkan informasi mengenai objek tersebut.
Metode pengolahan data adalah suatu cara untuk mengolah data yang telah
dikumpulkan. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh kesimpulan berupa
perbandingan bank pemerintah dengan bank swasta nasional, dengan analisis
rasio CAMEL yang terdiri dari rasio Capital (C), Assets Quality (A),
Management (M), Earning (E), dan Liqudity (L). Analisis rasio keuangan yang
digunakan meliputi Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
40

3.7.1. Ananlisis Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMEL


pada Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2021
1. Capital (Permodalan)
Rasio yang digunakan dala perhitungan ini adalah Capital Adequacy
Ratio (CAR), yaitu merupakan perbandingan jumlah modal dengan jumlah
Aktiva Tertimbang Menurut Ratio (ATMR). Untuk menilai tingkat
Kesehatan pada rasio ini dapa dilihat tabel kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio Predikat
CAR ≥ 12% Sangat Sehat
9% ≤ CAR < 12% Cukup Sehat
8% ≤ CAR < 9% Sehat
6% < CAR < 8% Kurang Sehat
CAR ≤ 6% Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia

2. Asset Quality (Kualitas Aset)


Rasio yang digunakan dala perhitungan ini adalah Non Performing Loan
(NPL). Untuk menilai tingkat Kesehatan pada rasio ini dapa dilihat tabel
kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Rasio Non Performing Loan (NPL)
Rasio Pringkat
NPL ≤ 2% Sangat Sehat
2% < NPL ≤ 5% Sehat
5% < NPL ≤ 8% Cukup Sehat
8% < NPL ≤ 12% Kurang Sehat
NPL > 12% Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia

3. Management (Manajemen)
Rasio Manajemen diukur berdasarkan pertanyaan dan pernyataan yang
diajukan mengenai Manajemen Umum dan Manajemen Risiko. Manajemen
Umum berisi pernyataan mengenai strategi atau sasaran, struktur, sistem
sumber daya manusia, kepemimpinan dan budaya kerja sedangkan
Manajemen Risiko berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai risiko
likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional dan risiko hukum.
Pertanyaan dan pernyataan yang diajukan mempunyai perbandingan 40%
pertanyaan untuk Manajemen Umum dan 60% pertanyaan untuk Manajemen
Risiko.
41

Namun dalam penelitian ini, analisis rasio manajemen tidak dlakukan


karena adanya keterbatasan yang ada. Pembatasan ini diakukan mengingat
bahwa untuk dapat melakukan penilaian tingkat kesehatan suatu bank, tidak
cukup hanya mendasarkan pada analisis terhadap laporan keuangan yang
dipublikasikan saja, tetapi juga data-data pendukung lainnya yang bersifat
internal. Data yang berhubungan dengan aspek manajemen tidak dapat
diperoleh hanya dengan mengandalkan dari data publikasi bank, tetapi harus
melaui survei kuisioner dan wawancara. Di Indonesia Bank Indonesia dan
bank yang bersangkutan saja yang dapat mengetahuinya.
Oleh karena itu aspek manajemen pada penilaian kinerja bank dalam
penelitian ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan BI tetapi
dengan data yang tersedia diproyeksikan dengan Net Profit Margin (NPM) (I
Made Sudana, 2015). Untuk menilai tingkat Kesehatan pada rasio ini dapa
dilihat tabel kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Rasio Net Profit Margin (NPM)
Rasio Predikat
NPM ≥ 100% Sangat Sehat
81% ≤ NPM < 100% Sehat
66% ≤ NPM < 81% Cukup Sehat
51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
NPM < 51% Tidak Sehat
Sumber: SE BI No. 6/23/DNPN tahun 2004

4. Earning (Rentabilitas)
Perhitungan rentabilitas menggunakan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO). Untuk menilai tingkat Kesehatan pada
rasio ini dapa dilihat tabel kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Predikat
BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
94% < BOPO ≤ 95% Sehat
95% < BOPO ≤ 96% Cukup Sehat
96% < BOPO ≤ 97% Kurang Sehat
BOPO > 97% Tidak Sehat
Sumber: SE BI No. 6/23/DNPN tahun 2004
42

5. Liquidity (Likuiditas)
Perhitungan likuiditas menggunakan Rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR). Untuk menilai tingkat Kesehatan pada rasio ini dapa dilihat tabel
kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio Predikat
LDR ≤ 75% Sangat Sehat
75% < LDR ≤ 85% Sehat
85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat
100% < LDR ≤ 120% Kurang Sehat
LDR > 120% Tidak Sehat
Sumber: SE BI No. 6/23/DNPN tahun 2004

3.7.2. Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent Sample t-Test)


Independent Sample t-Test dilakukan untuk mengetahui perbedaan Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional. Uji Independent
Sample t-Test pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 26. Uji
Independent Sample t-Test ditentukan oleh taraf signifikan (sig.), jika nilai
signifikan (sig.) > 0,05 maka H0 diterima dan bila nilai signifikan (sig.) < 0,05
maka H1 ditolak. Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
H0: Tidak Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada
Rasio CAR Tahun 2016-2020.
H1: Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada Raiso
CAR Tahun 2016-2020.

2. Non Performing Loan (NPL)


H0: Tidak Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada
Rasio NPL Tahun 2016-2020.
H1: Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada Raiso
NPL Tahun 2016-2020.
3. Net Profit Margin (NPM)
H0: Tidak Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada
Rasio CAR Tahun 2016-2020.
43

H1: Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara Bank


Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada Raiso
CAR Tahun 2016-2020.
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
H0: Tidak Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada
Rasio CAR Tahun 2016-2020.
H1: Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada Raiso
CAR Tahun 2016-2020.
5. Loan to Deposit Ratio (LDR)
H0: Tidak Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada
Rasio CAR Tahun 2016-2020.
H1: Terdapat Perbedaan yang signifikan Kinerja Keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional pada Raiso
CAR Tahun 2016-2020.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1. Bursa Efek Indonesia (IDX)
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, dalam Bahasa inggris Indonesia
Stock Exchange (IDX)) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil
penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya
(BJS), dimana Bursa Efek Surabaya melebur dalam Bursa Efek Jakarta.
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman colonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau
VOC. Meskipun pasar modal tidak berjalan ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang
diharapkan, bahkan pada bebereapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oeh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Tahun Pristiwa
Desember Bursa Efek pertama di Indonesia dibentu di Batavia oleh
1912 Pemerintah Hindia Belanda

1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I


Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
1925-1942
di Semarang dan Surabaya
Awal Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan
1939 Surabaya ditutup
1942-1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
Program nasionalisasi perusahan Belanda. Bursa Efek semakin
1956
tidak aktif
1956-1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum

45
46

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ


10 Agustus dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
1977 Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go
public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama

Perdagangan di Bursa Efek sengat lesu. Jumalah emiten hingga


1977-1987 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
1987
penawaran Umum dan Investor asing menanamkan modal di
Indonesia
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
1988-1990
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningat

Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh


2 Juni
Perusahan perdangangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
1988
organisasinya terdiri dari broker dan dealer

Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang


Desember
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
1988
kebijakan lai yang positif bagi pertumbuhan pasar modal

16 Juni Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
1989 Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya

13 Juli Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas


1992 Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ

21
Desember Pendirian PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO)
1993

22 Mei Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem


1995 komputer JATS (Jakarta Automated Trading System)

10 Pemerintah mengeluarkan Undnag-undang No. 8 Tahun 1995


November tentang Pasar Modal. Undang-undang ini Mulai diberlakukan mulai
1995 Januari 1996

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya


47

6 Agustus
Pendirian Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
1996

23
Desember Pendirian Kostodian Sentra Efek Indonesia (KSEI)
1997

21 Juli Sistem Perdagangan Tanpa Warkit (scripless trading) mulai


2000 diaplikasikan di pasar modal Indonesia

28 Maret BEJ mulai mengapliasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote


2002 trading)

9
September Penyelesaian Transaksi T+4 menjadi T+3
2002

6 Oktober
Perilisan Stock Option
2004

30
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta)
November
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
2007

8 Oktober
Pemberlakukan Suspensi Perdagangan
2008

10 Agustus
Pendirian Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI)
2009
2 Maret Peluncuran Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:
2009 JATS-NextG
Agustus Pendirian PT Indonesia Capital Market Electronic Library
2011 (ICaMEL)
Januari
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
2012
Desember
Pembentukan Securities Investor Protection Found (SIPF)
2012

2012 Peluncuran Prinsip Syariah dan Mekanisme Perdagangan Syariah

2 Januari
Pembukaan Jam Perdagangan
2013

6 Januari
Penyesuaian kembali Lost Size dan Tick Price
2014
48

12
November Launching Kampanye Yuk Nabung Saham
2015
10
November TICMI bergabung dengan ICaMEL
2015
2015 Tahun diresmikan LQ-45 Index futures
Sumber: www.idx.co.id

4.1.2. Bank Pemerintah (BUMN)


1. PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
Bank Mandiri dibentuk pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian
dari program pemerintah yaitu restrukturisasi perbankan Indonesia. Pada
bulan juli 1999, empat bank BUMN: Bank Bumi Daya, Bank Dagang
Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia
digabung menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari empat bank legacy
memainkan peran integral dan penting dalam perkembangan ekonomi
Indonesia. Bank Mandiri sudah meneruskan tradisi lebih dari 140 tahun
dalam memberikan kontribusi bagi industri perbankan dan perekonomian
Indonesia.
Segera setelah merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses
konsolidasi. Di antaranya yaitu menutup 194 cabang yang berada di
dekat satu sama lain, dan untuk mengurangi jumlah karyawan Mandiri
dari 26.600 sampai 17.620. merek Bank Mandiri digulirkan di seluruh
jaringan melalui iklan dan kampanye promosi. Selain itu, Bank Mandiri
berhasil melaksanakan core banking system baru yang terintegrasi untuk
menggantikan sistem sistem core banking dari empat bank legacy.
Dari tahun 2000 sampai 2004, kinerja Bank Mandiri terus
menunjukan kemajuan, seperti yang ditunjukan oleh peningkatan laba
dari Rp 1,18 triliun di tahun 2000 menjadi Rp 5,3 triliun pada tahun
2004. Selain itu, Bank Mandiri juga ditandai tonggak penting pada 14
Juli 2003 dengan berhasil melakukan penawaran umum perdana dari
20% sahamnya (4 miliar saham).
Pada tahun 2005, Bank Mandiri mengalami sejumlah kemunduran
yang mengakibatkan penurunan profitabilitas. Salah satu kemunduran
tersebut adalah peningkatan kredit bermasalah, seperti yang ditunjukan
oleh peningkatan bersih konsolidasi Non Performing Loan (NPL) dari
1,60% pada 2004 menjadi 15,34% pada tahun 2005. Hal ini memiliki
dampak langsung dan dramatis pada bank profit, yang merosot 80% dari
Rp 5,3 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 603.000.000.000 pada tahun
49

2005. Sebagai tanggapan, harga saham bank meluncur dari Rp 2.050


pada bulan Januari 2005 menjadi Rp 1.110 pada bulan November 2005.
Dimulai dari sinilah Bank Mandiri mengalami tranformasi. Ada 2
tahap transformasi yang dialami oleh Bank Mandiri, yaitu:
A. Transformasi-Tahap I
Tahun 2005 merupakan titik balik bagi Bank Mandiri ketika
memutuskan untuk fokus pada menjadi Regional Champion Bank.
Untuk melakukannya, Bank merumuskan Program Transformasi
Komprehensif yang terdiri dari empat strategi utama, yaitu:
1) Penanaman budaya perusahan baru melalui restrukturisasi
berbasis kinerja organisasi, perbankan sistem evaluasi berbasis
kinerja yang ada, pengembangan kepemimpinan dan bakat, dan
pelatihan bagi staf untuk memenuhi kebutuhan strategis.
2) Penahanan agresif Non-Performing Loan, dengan penekanan
pada resolusi pinjaman beracun dan penguatan sistem
manajemen risiko.
3) Mempercepat ekspansi bisnis sehingga dapat melebihi
pertumbuhan rata-rata pasar melalui strategis khas dan proposisi
nilai di setiap segmen.
4) Mengembangkan aliansi antara direktorat dan unit bisnis
sehingga dapat mengoptimalkan layanan pelanggan, dan
mengeksplorasi semua peluang bisnis yang ada hubungannya
dengan pelanggan yang ada dan rantai nilai mereka.

Untuk mencapai tujuannya mejadi Regional Champion Bank,


Bank Mandiri melakukan Program Transformasi dalam tiga tahap,
yaitu:
1) “Kembali pada Track” (2006-2007): Selama fase ini, focus
ditempatkan pada restrukturisasi dan meletakan dasar bagi
pertumbuhan Bank Mandiri di masa depan.
2) “Outperform Pasar” (2008-2009): selama periode ini,
penekanannya adalah pada memperulas bisnis Bank untuk
memastikan pertumbuhan yang signifikan di semua segmen dan
tingkat profitabilitas yang melebihi rata-rata pasar.
3) “Membentuk Game End” (2010): Selama fase ini, Bank Mandiri
bertujuan untuk menjadi Regional Champion Bank, melalui
konsolidasi bisnis jasa keuangan dan penekanan pada peluang
pertumbuhan non-organik strategis. Ini termasuk penguatan
kinerja anak perusahaan dan akuisisi bank atau perusahaan
keuangan lainnya yang dapat membuat nilai tambah kepada
Bank Mandiri.
50

Perubahan yang dibawa oleh Program Transformasi antara tahun


2005 dan 2010 telah menghasilkan penguatan yang konsisten kinerja
Bank Mandiri, seperti yang tercemin dari berbagai parameter
keuangan. Kredit non performing turun secara signifikan, seperti
yang ditunjukan oleh penurunan rasio NPL bersih konsolidasi dari
15,34% pada tahun 2005 menjadi 0,62% pada tahun 2010,
sedangkan laba bersih Bank meningkat dari Rp 0,6 triliun pada tahun
2005 menjadi Rp 9,2 triliun pada tahun 2010.
Sejalan dengan trasnformasi bisnis, Bank Mandiri juga telah
mengalami transformasi budaya berdasarkan reformulasi dan
penyegaran kembali nilai-nilai budaya perusahaan inti, yang nyaman
disebut dengan akronim “TIPS”, yang merupakan singkatan dari
Tust, Integrity, Professionalism, Costomer Focus dan excellence.
Bank Mandiri secara signifikan meningkatan tingkat kualitas
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Selama enam
tahun berturut-turut pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 dan
2012. Bank Mandiri telah berhasil dalam layanan antara bank
domestic berdasarkan Marketing Research Indonesia (MRI) survei.
Selain itu, prestasi Bank dalam melembagakan tata kelola perusahan
yang baik juga telah diakui secara luas.
Bank Mandiri secara konsisten meningkatkan kinerja perbakna
yang menimbulkan espon positif dari investor, seperti yang
ditunjukkan oleh peningkatan yang signifikan dalam harga saham
Bank dari titik nadir dari Rp 1,110 pada tanggal 16 November 2005
menjadi Rp 7.850 pada tanggal 31 Desember 2013. Dalam waktu
kurang dari Sembilan tahun, kapitalisasi pasar Bank Mandiri
melonjak delapan kali lipat dari hanya RP 21,8 triliun menjadi Rp
183.200.000.000.000.
B. Transformasi-Tahap II
Bank Mandiri saat ini memulai tahap kedua dari proses
transformasi untuk periode 2010-2014, dalam kurun waktu tersebut
Bank telah direvitalisasi visi “Menjadi lembaga keuangan Indonesia
yang paling dikagumi dan selalu progresif.” Berdasarkan visi ini,
pada tahun 2014 Bank Mandiri berniat untuk mencapai kapitalisasi
pasar Rp 225 triliun, pendapatan pangsa pasar dari 16%, sebuah
ROA sekitar 2,5%, dan ROE sekitar 25%, sementara pada saat yang
mempertahankan aset yang sama kualitas yang tercermin dari rasio
NPL gross dibawah 4%. Pada akhir 2014, Bank Mandiri bertekad
untuk menjadi salah satu Top 5 bank di ASEAN, sedangkan pada
tahun 2020 Bank Mandiri mengharapkan untuk menjadi sala satu
Top 3 di ASEAN dalam hal ini kapitalisasi pasar, dan menjadi
pemain regional yang besar.
51

Dalam rangka mewujudkan visi ini, transformasi bisnis Bank


Mandiri selama periode 2010-2014 akan berfokus pada tiga bidang
usaha sebagai berikut:
1) Grosir Transaksi: Bank Mandiri mengkonsolidasikan posisi
kepemimpinan dengan menwarkan solusi transaksi keuangan
yang komprehnsif dan mengembangan pendekatan hubungan
holistic dalam melayani pelanggan korporosi dan komersial di
Indonesia.
2) Retail Deposit & Pembayaran: Bank Mandiri bertekad untuk
menjadi bank konsumen pilihan di pasar ritel deposit dengan
menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul.
3) Retail Financing: Tujuan Bank Mandiri adalah menjadi bank
nomor satu atau dua di segmen pembiyaan ritel dengan
memimpin dalam hipotek, pinjaman pribadi, dan pasar kartu
kredit, dan dengan menjadi pemain utama di segmen micro
banking.
Selain berfokus pada tiga bidang strategis ini, Bank Mandiri
juga memperkuat struktur dan infrastrutur organisasi (cabang, IT,
opreasi, manajemen risiko) untuk memberikan solusi layanan yang
lebih terintegrasi. Dalam upaya untuk mencapai tujuannya, Bank
Mandiri mendapatkan dukungan sumber daya manusia, teknologi,
manajemen risiko kehati-hatian, dan tata kelola perusahaan yang
baik.
Salah satu tonggak utama dalam mewujudkan visi Bank Mandiri
selama tahap dari proses transformasi adalah berhasil menyelesaikan
rights issue pada Februari 2011 untuk memperkuat basis modal. Dan
seperti pada tahun 2013, toral ekuitas Bank mencapai Rp
88.800.000.000 menjadi bank pertama di Indonesia untuk
memenangkan gelar Bank Internasional sesuai dengan kriteria
Arsitektur Perbankan Indonesia. Bank Mandiri adalah lembaga
keuangan terbesar di Indonesia dengan aset Rp
733.100.000.000.000, pemberi pinjaman terbesar dengan pinjaman
sebesar Rp 472.400.000.000.000, dan penyimpanan terbesar dengan
Rp 556.300.000.000.000 dana pihak ketiga. Bank Mandiri
mempertahankan kualitas aset yang kuat, seperti rasio NPL gross
dan net berdiri di 1,90% dan 0,58% masing-masing.
Seperti tahun penuh 2013, Bank Mandiri mempekerjakan 33.982
karyawan dan mengoperasikan 2.050 cabang di seluruh Indonesia
dan luar negeri 6 cabang/kantor perwakilan/anak perusahaan. Sselain
itu, Bank Mandiri memiliki jaringan lebih dari 230.000 unit
Electronic data capture serta bebagai dan komprehensif saluran
elektronik yang meliputi Mandiri Mobile, Internet Banking, SMS
52

Banking dan Call Center. Bank Mandiri juga didukung oleh 6 anak
perusahaan yang beroperasi di perbankan syariah, pasar modal,
pembiayaan, asuransi jiwa, serta bank niche focus di segmen kredit
mikro.
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat
Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei
Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank
der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum
Priyayi Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang melayani orang-
orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri
tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari
kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah
sebagai Bank Pemerintah pertama di Indonesia. Dalam masa perang
mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat
terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah
perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank
Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun
1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang
merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche
Maatschppij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden
(Panpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank
Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan
Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Panpres No. 17 tahun


1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara
Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi,
Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara
Indonesia unit II bidang Rular, sedangkan NHM menjadi Bank Negara
Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-
Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No. 13 tahun 1968
tentang Undang-Undang 2 Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit
II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi
dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Espor Impor Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 1968 menetapkan
kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
53

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7


tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih
100% milik negara Republi Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah
Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai saat ini.
3. PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
Bni merupakan Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama
yang menjadi perusahaan publik setelah mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996.
PT. Bank Negara Indonesia (persero). Tbk ( selanjutnya disebut
“BNI” atau “Bank”) pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai Bank
sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 17 Tahun 1968. BNI
ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya
menjadi Bank Umum Milik Negara. Selanjutnya, peran BNI sebagai
Bank yang diberi mandat untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan
berpartisipasi dalam pembangunan nasional dikukuhkan oleh UU No. 17
Tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946.
Berdasrkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1992, Tanggal 29
April 1992, telah dilakukan penyesuaian bentuk hukum BNI menjadi
Perusahaan Perseroan Terbatas (persero). Penyesuaian bentuk hukum
menjadi persero, dinyatakan dalam Akta No. 131, Tanggal 31 Juli 1992,
dibuat di hadapan Muhani salim, S.H., yang telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 73 Tanggal 11 September 1992
Tambahan No. 1A.

BNI merupakan Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama


yang menjadi perusahaan public setelah mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996. Untuk
memperkuat struktur keuangan dan daya saingnya di tengah industri
perbankan nasional, BNI melakukan sejumlah aksi korporasi, antara lain
proses rekapitalisasi oleh pemerintah di tahun 1999, divestasi saham
Pemerintah di tahun 2007, dan penawaran umum saham terbatas di tahun
2010.
Untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 16
Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggran Dasar BNI telah
dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut dinyatakan dalam Akta No.
46 tanggal 13 Juni 2008 yang dibuat di hadapan Fatiah Helmi, S.H.,
notaris di Jakarta, berdasarakan keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa tanggal 28 Mei 2008 dan telah mendapat persetujuan
54

dari Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dalam
Surat Keputusan No. AHU-AH.01.02-50609 tanggal 12 Agustus 2008
dan telah diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 103
tanggal 23 Desember 2008 Tambahan No. 29015.
Perubahan terakhir Anggaran Dasar BNI dilakukan antara lain
tentang penyusunan kembali seluruh Anggran Dasar sesuai dengan Ata
No. 35 Tanggal 17 Maret 2015 Notaris Fathiah Helmi, S.H., telah
mendapat persetujuan dari Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, dengan surat keputusan No. AHU-
AH.01.03.0776526 tanggal 14 April 2015.
Saat ini, 60% saham-saham BNI dimiliki oleh Pemerintah Republik
Indonesia, sedangkan 40% sisanya dimiliki oleh masyarakat, baik
individu maupun institusi, domestic dan asing. BNI kini tercatat sebagai
Bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia, dilihat dari total aset, total
kredit maupun total dana pihak ketiga. Dalam memberikan layanan
finansial secara terpadu, BNI didukung oleh sejumlah perusahaan anak,
yakni BNI Multifinance, BNI Sekuritas, BNI Life Insurance, dan BNI
Remittance.
BNI menawarkan layanan penyimpanan dana maupun fasilitas
pinjaman baik pada segmen korporasi, menegah, maupun kecil. Beberapa
produk dan layanan terbaik telah disesuaikan dengan kebutuhan nasabah
sejak kecil, remaja, dewasa, hingga pension.
4. PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
Bank BTN lahir pada masa penjajahan bangsa Belanda yaitu sekitar
tahun 1897, pada saat itu masih bernama postpaarbank yang
berkedudukan di Batavia (Jakarta). Bank BTN berkali-kali berganti nama
mulai dari postpaarbank, kemudian berganti menjadi Tyokin Kyoku yang
dikendalikan oleh pemerintahan Jepang. Kemudian berganti nama lagi
menjadi Kantor Tabungan Pos. Tidak lama kemudian berganti nama lagi
menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. Akhirnya pada 9
Februari 1950 Bank Tabungan Pos dibekukan dan dibentuklah Bank
BTN. Maka setiap tanggal 9 Februarui diperngati sebagai hari kelahiran
Bank BTN.
Bank BTN merupakan bank umum nasional yang berfous pada
pembiayaan perumahan, dengan penyediaan Kredit Pemilihan Rumah
(KPR) untuk kalangan masyarakat yang luas, baik KPR komersial untuk
segmen menengah ke bawah, maupun KPR komersial untuk segmen
menengah ke atas.
Bank BTN didirikan berdasarkan Undang-undang darurat No. 9
tahun 1950 pada tanggal 9 Februari 1950 dengan nama Bank Tabungan
Pos. Nama ini kemudian berubah menjadi Bank Tabungan Negara pada
tahun 1963 melalui Perpu No. 4 tahun 1963 dan UU No. 21 tahun 1964.
55

Seiring dengan dimulainya rencana pembangunan perumahan oleh


Pemerintah, pada tahun 1974, Bank BTN ditunjuk sebagai Lembaga
Pembiayaan kredit Perumahan, dengan realisasi KPR pertama pada
tanggal 10 Desember 1976.
Peran Bank BTN semakin nyata seiring dengan kebijakan
Pemerintah untuk memfasilitasi penyediaan rumah baru sebagai
kebutuhan utama penduduk, yang terus tumbuh sebesar 800.000 rumah
pertahun serta program Pemerintah untuk membangun 1000 tower rumah
susun untuk masyarakat.
Disamping fokus bisnis ini dibidang perumahan, Bank BTN juga
menyediakan layanan perbankan umum yang luas dengan portofolio
yang terus meningat, baik disektor pendanaan, kredit maupun layanan,
termasuk perbankan Syariah, untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang
beragam.

4.1.3. Bank Umum Swasta Nasional


1. PT Bank Central Asia, Tbk
Bank Central Asia adalah salah satu bank di Indonesia yang
mengutamakan kualitas peayanan dalam menjalankan kepuasan para
nasabah yang memiliki tujuan utama loyalitas nasabah. Bank Central
Asia (BCA) diawali dengan berdirinya NV Perseroan Dagang da
Industrie Semarang Knitting Factory pada 1955. Pada 21 Februarui 1957
BCA mulai beroperasi sebagai anak usaha Semarang Knitting Factory
yang bergerak di bidang perbankan. Kemudian BCA memperkuat
jaringan layanan cabang dan berkembang menjadi Bank Devisa pada
1997. Bank Devisa merupakan bank yang memperoleh surat penunjukan
dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan
dalam valuta asing. Pada 1980-an terdapat beberapa momen penting
dalam keberlangsungan BCA, yaitu BCA semakin mengembangkan
jaringan kantor cabang secara luas, mengembangkan berbagai produk
dan layanan maupun penerapan tenologi informasi, seperti menerapkan
online system untuk jaringan kantor cabang BCA, dan yang paling
penting adalah meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) yang
hingga saat ini masih salah satu produk simpanan unggulan BCA. Pada
1990-an BCA mulai menerapkan alternative jaringan layanan melalui
ATM BCA yang kemudian pada tanggal 1991 mulai ditempatkan 50 unit
ATM di berbagai tempat di Jakarta.
Sempat terjadi pergolakan di Bank Central Asia yaitu pada 1997-
1998, disaat Indonesia sedang mengalami krisis moneter dan sedang
marak terjadinya kerusuhan misal pada Mei 1998. Pada saat itu terjadi
rusuh terhadap beberapa kantor cabang BCA di Jakarta. Pada 1998
tersebut BCA menjadi BTO (Bank Taken Over) dan disertakan dalam
56

program rekapitalisasi dan structural yang dilaksanakan oleh BPPN


(Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Proses rekapitalisasi BCA
berjalan cukup cepat, yaitu berakhir pada 1999, dan sebagian besar kredit
yang diberikan BCA dipertukarkan dengan obligasi pemerintah.
Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN menguasai 92,8% saham
BCA. Pada 2002 Farindo Investments (Mauritus) Limited mengambil
alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private
placement. Pada 2010 BCA mulai mempercantik diri dengan
memperbaiki kualitas layanan dengan tema BCA “Enhanced
Relationship and Quality Growth” yang merupakan internal campaign
untuk meningkatan ralasi yang lebih baik antara BCA dengan customer.
Kemudian pada 2011, budaya SMART yang sudah dimiliki
ditingkatkan menjadi SMART SOLUTION yaitu budaya service +
Relationship.
2. PT Bank OCBC NISP, Tbk
Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan Bank NISP)
merupakan bank tertua kemepat di Indonesia, yang didirikan pada
tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV. Nederlansch
Indische Spaar en Deposito Bank (N. I. S. P). Bank OCBC NISP
kemudian berkembangan menjadi bank yang solid dan handal, terutama
melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Bank OCBC
NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada
tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 1994.
Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati
krisis keuangan Asia dan jatuhnya sector perbankan di Indonesia tanpa
dukungan obligasi rekapitalasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat
itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran
kreditnya segera setelah krisis. Inisiatif ini memungkinan Bank mencatat
pertumbuhan yang tinggi.

Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di indusrinya dan


pertumbuhannya yang menjajikan, telah menarik perhatian International
Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia, yang
kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001-2010. Sejak tahun
2004 OCBC Bank-Singapura menjadi pemegang saham pengendali
melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender. Nama baru “OCBC
NICP” efektif digunakan sejak 22 Desember 2008, diikuti dengan
transformasi besar diseluruh organisasi untuk menjadi “Your Partner for
Life” bagi para nasabahnya.
Pada tanggal 1 Januari 2011 Bank OCBC NISP resmi merger dengan
Bank OCBC Indonesia (99% sahamnya dimiliki oleh OCBC Bank-
57

Singapura) dan Bank OCBC NISP sebagai Bank yang menerima


penggabungan (The Surviving Entity). Penggabungan ini menadikan
kepemilikan saham OCBC Bank-Singapura di Bank OCBC NISP
meningkat menjadi 85,1%.
3. PT Bank CIMB Niaga, Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk (“CIMB Niaga” atau “Bank”) didirikan
pada tanggal 26 September 1955 berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan
No. 90 yang dibuat di hadapan Raden Meester Soewandi, Notaris di
Jakarta tanggal 26 September 1955 dengan nama PT Bank Niaga dan
diubah dengan akta dari Notaris yang sama yaitu Akta No. 9 tanggal 4
November 1955. Akta Pendirian Perusahaan tersebut mendapat
pengesahan dari Mentri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Mentri
Hukum dan Hak Asasi Manusia) dengan Surat Keputusan No.
J.A.5/110/15 tanggal 1 Desember 1955 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 71 tanggal 4 September 1956, Tambahan
berita Negara No. 729/1956.
Pada 11 November 1955, berdasarkan Surat Keputusan Mentri
keuangan Republik Indonesia No. 249544/U.M.II, Bank memperoleh izin
sebagai bank bank umum yang kemudian disusul dengan izin sebagai
bank devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
7/116/Kep/Dir/UD tanggal 22 November 1974. Bank kemudian dikenal
luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya.
Dalam perjalanan usahanya, CIMB Niaga telah mencatatkan sejumlah
prestasi dan turut menetukan arah pengembangan industri perbankan di
tanah air.
Di tahun 1987, CIMB Niaga menjadi bank local pertama yang
menawarkan layanan perbankan melalui mesin Automatic Teller Machine
(ATM) di Indonesia. Pencapaian ini dikeanl luas sebagai masuknya
Indonesia ke dalam dunia perbankan modern. Pada 29 November 1989,
Bank melanjutkan langkah menjadi perusahaan terbuka dengan
mencatatkan saham atas namanya pada PT Bursa Efek Indonesia (dahulu
PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya). Kepemimpinan dan
inovasi CIMB NIaga dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal
di tahun 1991 dengan menjadi bank pertama yang memberikan layanan
perbankan online.
Pada tanggal 16 September 2004 dengan visi yang jauh ke depan,
CIMB Niaga mulai menjalankan kegiatan usaha perbankan berdasarkan
prinsip syariah setelah memperoleh izin usaha tersebut melalui Surat
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 6/71/KEP.GBI.2004 dengan
mendirikan Unit Usaha Syariah.
Kepemilikan saham mayoritas Bank sempat beralih ke Pemerintah
Republik Indonesia mealui Badan Penyehatan Perbankan Nasional
58

(BPPN) akibat krisis keuangan Asia di tahun 1998. Kemudian, ditahun


2002, CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group) dahulu Commerce
Asset Holding Berhard, mengakuisisi saham mayoritas Bank dari BPPN.
Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham
mayoritas CIMB Group mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank
pada tanggal 30 September 2005.
Pada tahun 2007, seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke
CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk
mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan
platform universal banking.
Mayoritas saham Bank sebesar 92,5% dimiliki secara langsung dan
tidak langsung oleh CIMB Group Sdn. Bhd., yang merupakan grup
perbankan universal terbesar kelima di ASEAN dengan jaringan regional
yang laus antara lain di Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura,
Kamboja, Brunei Darusalam, Vietnam, Myanmar, Laos, dan Filipina.
Sebagai pemilik saham pengendali dari CIMB Niaga (melalui CIMB
Group) dan LippoBank sejak tahun 2007, Khazanah menempuh langkah
penggabungan (merger) untuk mematuhi kebijakan Single Presence
Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonsia. Marger ini
merupakan yang pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP.
Kemudian ditahun 2008, sebelum penggabungan usaha, nama PT
Bank Niaga Tbk berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk
(rebranding) berdasarkan Akta No. 38 tanggal 28 Mei 2008, yang dibuat
dihadapan Dr. Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M, Notaris di Jakarta
dan telah mendapat persetujuan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Repbulik Indonesia melalui suratnya No. AHU32968.AH.01.02. tahun
2008 tanggal 13 Juni 2008 dan Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia No. 10/56/KEP.GBI/2008 tanggal 22 Juli 2008.
Melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
10/66/KEP.GBI/2008 tanggal 15 Oktober 2008 tentang “Pemberian Izin
Pengenggabungan Usaha PT Bank Lippo Tbk ke dalam PT Bank CIMB
Niaga Tbk”, serta dengan diterimanya surat Mentri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHUAH.01.10-22669 tanggal 22
Oktober 2008 penggabungan usaha efektif tanggal 1 November 2008,
Bank melaksanakan penggabungan usaha Bank Lippo ke dalam CIMB
Niaga. Pernyataan penggabungan usaha ini memperoleh surat
pemberitahuan efektif dari Bapepam-LK melalui Surat No. S-
4217/BL/2008 tanggal 30 Juni 2008. Tanggal efektif penggabungan
usaha dengan LippoBank ditetapkan pada tanggal 1 November 2008
berdasarkan No. 9 tanggal 16 Oktober 2008 yang dibuat di hadapan
Notaris Dr. Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta.
59

Penggabungan ini menjadi lompatan besar di sector perbankan Asia


Tenggara, dan memberikan keuntungan berupa koneksi CIMB Niaga ke
dalam jaringan regional ASEAN melalui CIMB Group. CIMB Niaga
juga berhasil masuk ke dalam jajaran Bank Umum Kegiatan Usaha
(BUKU) 4 dengan modal inti minimum Rp 30 triliun.
CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya beragam produk dan
layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia melalui dari
perbankan consumer perbankan usaha kecil dan menengah (UKM),
perbankan kormesial, hingga perbankan korporasi, yang didukung
dengan kapabilitas tresuri serta transcation banking dan jaringan laku
pandai (branchless banking) yang mumpuni. CIMB Niaga juga memiliki
produk dan layanan kormesial dan syariah melalui Unit Usaha Syariah
CIMB Niaga Syariah. Salah satu keunggulan CIMB Niaga adalah dala,
hal transaction banking, yang menawarkan ragam produk dan layanan
serta solusi yang komprehensif bagi bank dalam mengelola operasional
keuangannya baik transaksi domestic maupun cross border. Solusi ini
mencakup pengelolaan produk cash management, remittance, trade
finance dan value chain.
4. PT PAN Indonesia Bank, Tbk
PT Bank Pan Indonesia Tbk, atau Panin Bank didirikan dari
penggabungan usaha Bank Kemakmuran, Bank Industri Djaja dan Bank
Industri dan Dagang Indonesia pada 1971 dengan Akte No. 85 dibuat
dihadapan Julian Nimrod Siregar gelar Mangaradja Namora S.H., Notaris
di Jakarta.
Selanjutnya, PaninBank melakukan penggabungan usaha dengan 4
bank swasta, yaitu PT Bank Lingga Harta, Bank Abadi Djaja, Bank
Pembangunan Ekonomi dan Bank Pembangunan Sulawesi. PaninBank
meningkatkan pengembangan usahanya dan melakukan kerja sama
dengan instuisi keuangan internasional Dai-Ichi Kangyo Bank, Jepang,
Kemudian Credit Lyonnais Prancis, Westpac Banking Corporation
Australia yang kemudian diambil oleh ANZ Banking Group.

Tahun 1982 merupakan tonggak penting dalam sejarah PaninBank


karena pada tahun itu, perusahaan melaukan penawaran saham perdana
di Bursa Efek Indonesia. Aksi korporasi itu menjadikan PaninBank
sebagai bank pertama Indonesia yang melatai di bursa saham dengan
kode PNBN. PaninBank dapat terus tumbuh dan memantapkan
operasionalnya meskipun diterpa oleh berbagai macam situasi
perekonomian, salah satunya ialah saat krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada 1988. PaninBank menjadi satu-satunya bank 10 besar
yang masuk ke dalam kategori “A” sehingga tidak wajib mengikuti
program rekapitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Pasca krisis
60

PaninBank memperoleh peringkat sebagai Bank terbaik di Industri


perbankan nasional dari Moody’s Investor Services pada 2001.
PaninBank meragukan budaya perusahaan dan nilai-nilai kerja yang
positif I CARE (Intergrity, Collaboration, Accountability, Respect dan
Excellence). Berlandaskan nilai-nilai tersebut, perusahaan berharap dapat
mencapai visi dan misi yang ditetapkan yaitu menjadi Bank Komersial
Terdepan dengan pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan.

4.2. Analisis Hasil Penelitian


4.2.1. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2021
Berikut adalah Rasio Keuangan Bank Pemerintah (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Laporan Keuangan Bank Pemerintah (BUMN)


Nama Rasio
Tahun
Perusahaan CAR NPL NPM BOPO LDR
2016 21,36% 3,96% 76,00% 80,94% 85,86%
2017 21,64% 3,45% 85,70% 71,17% 88,11%
BMRI (Bank 2018 20,96% 2,79% 98,18% 66,48% 96,74%
Mandiri) 2019 21,39% 2,39% 80,19% 67,44% 96,37%
2020 19,90% 3,29% 51,35% 80,03% 82,95%
2021 19,60% 2,81% 100,70% 67,26% 80,04%
Rata-Rata 20,81% 3,12% 82,02% 72,22% 88,35%
Sangat Sangat Cukup
Sehat Sehat
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat
2016 22,91% 2,03% 64,35% 68,93% 87,77%
2017 22,96% 2,10% 141,19% 69,14% 88,13%
BBRI (Bank 2018 21,21% 2,14% 153,23% 68,48% 89,57%
BRI) 2019 22,55% 2,62% 103,12% 70,10% 88,64%
2020 20,61% 2,94% 52,82% 81,22% 83,66%
2021 25,28% 3,08% 99,53% 74,30% 84.67%
Rata-Rata 22,59% 2,49% 102,37% 72,03% 87,55%
Sangat Sangat Sangat Cukup
Sehat
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat
2016 18,40% 3,00% 105,26% 73,60% 90,40%
2017 18,50% 2,30% 108,00% 71,00% 85,60%
BBNI (Bank 2018 18,51% 1,90% 137,32% 70,15% 88,76%
BNI) 2019 19,73% 2,27% 92,12% 73,16% 91,54%
2020 16,78% 4,25% 56,02% 93,31% 87,28%
2021 19,74% 3,70% 66,27% 81,18% 79,71%
Rata-Rata 18,61% 2,90% 94,17% 77,07% 87,22%
Tingkat Kesehatan Sangat Sehat Sehat Sangat Cukup
61

Sehat Sehat Sehat


2016 20,34% 2,84% 80,23% 82,48% 102,66%
2017 18,87% 2,66% 82,67% 82,06% 103,13%
BBTN (Bank 2018 18,21% 2,81% 83,23% 85,58% 103,49%
BTN) 2019 17,32% 4,78% 87,67% 98,13% 113,50%
2020 19,34% 4,37% 93,60% 91,61% 93,19%
2021 19,14% 3,70% 102,47% 89,28% 92,86%
Rata-Rata 18,87% 3,53% 88,31% 88,19% 101,47%
Sangat Sangat Kurang
Sehat Sehat
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat
Rata-rata Bank
20,22% 3,01% 91,72% 77,38% 91,15%
Pemerintah
Sumber: Data Diolah

Gambar 4.1 Rata-rata Bank Pemerintah (BUMN) per Rasio


Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 di atas, dapat dijelaskan selama
periode (2016-2021) yaitu 6 tahun dengan tingkat Rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio) paling tinggi setelah dirata-ratakan adalah Bank BRI yaitu
sebesar 22,59%, dan diperingkat kedua adalah Bank Mandiri yaitu sebesar
20,81%, dan diperingkat ketiga adalah Bank BTN yaitu sebesar 18,87%, dan
yang paling rendah nilai tingkat rasionya adalah Bank BNI yaitu sebesar
18,61%.
Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat Rasio NPL (Non
Performing Loan) yang memiliki nilai paling tinggi adalah Bank BTN yaitu
sebesar 3,53%, dan diperingkat kedua adalah ank Mandiri yaitu sebesar
3,12%, dan diperingkat ketiga adalah Bank BNI yaitu sebesar 2,90%, dan
nilai yang paling rendah nilai tingkat rasionya adalah Bank BRI yaitu sebesar
2,49%.
62

Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat Rasio NPM (Net
Profit Margin) yang memiliki nilai paling tinggi adalah Bank BRI yaitu
sebesar 102,37%, dan diperingkat kedua adalah Bank BNI yaitu sebesar
94,17%, dan diperingkat ketiga adalah Bank BTN yaitu sebesar 88,31%, dan
yang paling rendah nilai tingkat rasionya adalah Bank Mandiri yaitu sebesar
82,02%.
Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat Rasio BOPO
(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang memiliki nilai
paling tinggi adalah Bank BTN yaitu sebesar 88,19%, dan diperingkat kedua
adalah Bank BNI yaitu sebesar 77,07%, dan diperingkat ketiga adalah Bank
Mandiri yaitu sebesar 72,22%, dan yang paling rendah nilai tingkat rasionya
adalah Bank BRI yaitu sebesar 72,03%.
Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat Rasio LDR (Loan
to Deposit Ratio) yang memiliki nilai tinggi adalah Bank BTN yaitu sebesar
101,47%, dan pada peringkat kedua adalah Bank Mandiri yaitu sebesar
88,35%, dan diperingkat ketiga adalah Bank BRI yaitu sebesar 87,55%, dan
yang paling rendah nilai tignkat rasionya adalah Bank BNI yaitu sebesar
87,22%.
Jika dilihat dari Kriteria Penilaian masing-masing Rasio keempat Bank
Pemerintah (BUMN) selama periode 2016-2020 sebagai berikut:
1. Bank Mandiri
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek Capital) Bank Mandiri pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 21,36%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 21,64%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 20,96%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 21,39%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 19,90%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 19,60%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank Mandiri adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
sudah melewati yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah
peringkat satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank Mandiri pada
tahun 2016 memiiki nilai sebesar 3,96%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 3,45%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 2,79%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 2,39%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 3,29%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 2,81%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio NPL
Bank Mandiri adalah dalam kategori Sehat dikarenakan kurang dari
yang sudah ditentukan kirteria penilaian adalah peringkat dua yaitu
2% < NPL ≤ 5%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank Mandiri pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 76,00%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 85,70%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
63

98,18%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 80,19%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 51,35%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 100,70%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada
Rasio NPM Bank Mandiri pada tahun 2016 adalah Cukup Sehat
2017-2018 adalah Sehat, pada tahun 2019 adalah Cukup Sehat, pada
tahun 2020 adalah Kurang Sehat, dan pada tahun 2021 adalah Sangat
Sehat. kesimpulannya jika dilihat dari rata-rata kriteria penilaian
adalah dalam kategori Sehat dikarenakan kurang dari yang sudah
ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat dua yaitu 81% ≤ NPM
< 100%.
d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank Mandiri pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 80,94%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 71,17%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
66,48%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 67,44%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 80,03%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 67,26%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
BOPO Bank Mandiri adalah dalam kategori Sangat Sehat
dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat satu yaitu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank Mandiri pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 85,86%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 87,16%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
96,74%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 96,37%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 82,95%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 88,35%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
LDR Bank Mandiri pada tahun 2016-2019 adalah Cukup Sehat, dan
pada tahun 2020-2021 adalah Sehat. kesimpulannya jika dilihat rata-
rata kriteria penilaian adalah dalam kategori Cukup Sehat
dikarenakan Kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat tiga yaitu 85% < LDR ≤ 100%.
2. Bank BRI
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek Capital) Bank BRI pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 22,91%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 22,96%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 21,21%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 22,55%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 20,61%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 25,28%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank BRI adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank BRI pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 2,03%, pada tahun 2017 memiliki
64

nilai sebesar 2,10%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 2,14%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 2,62%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 2,94%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 3,08%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio NPL
Bank BRI adalah dalam kategori Sehat dikerenakan kurang dari yang
sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat dua yaitu 2% <
NPL ≤ 5%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank BRI pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 64,35%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 141,19%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
153,23%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 103,12%, pada
tahun 2020 memiliki nilai sebesar 52,82%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 99,53%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
pada Rasio NPM Bank BRI pada tahun 2016 adalah Cukup Sehat
2017-2019 adalah Sangat Sehat, pada tahun 2020 adalah Kurang
Sehat, dan pada tahun 2021 adalah Sehat. kesimpulannya jika dilihat
rata-rata kriteria penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat
dikarenakan lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat satu yaitu NPM ≥ 100%.
d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank BRI pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 68,93%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 69,14%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
68,48%, pada tahun memiliki nilai sebasar 70,10%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 81,22%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 74,30%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
BOPO Bank BRI adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
satu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank BRI pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 87,77%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 88,13%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 89,57%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 88,64%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 83,66%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 84,67%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
LDR Bank BRI pada tahun 2016-2019 adalah Cukup Sehat, dan pada
tahun 2020-2021 adalah Sehat. kesimpulannya jika dilihat dari rata-
rata kriteria penilaian adalah dalam kategori Cukup Sehat
dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat tiga yaitu 85% < LDR ≤ 100%.
3. Bank BNI
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek CAR) Bank BNI pada tahun 2016
memiliki nilai sebesar 18,40%, pada tahun 2017 memiliki nilai
65

sebesar 18,50%, pad atahun 2018 memiliki nilai sebesar 18,51%,


pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 19,73%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 16,78%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 19,74%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank BNI adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
lebih dari yang sudah ditentukan kriteria panilaian adalah peringkat
satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank BNI pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 3,00%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 2,30%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 1,90%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 2,27%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 4,25%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 3,705. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio NPL
Bank BNI pada tahun 2017 adalah Sangat Sehat, dan pada tahun
2018-2021 adalah Sehat. kesimpulannya jika dilihat dari rata-rata
kriteria penilaian adalah dalam kategori Sehat dikerenakan kurang
dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat dua
yaitu 2% < NPL ≤ 5%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank BNI pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 105,26%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 108,00%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 137,32%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 92,12%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 56,02%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 66,27%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
pada Rasio NPM Bank BNI pada tahun 2016-2018 adalah Sangat
Sehat, pada tahun 2019 adalah Sehat, pada tahun 2020 adalah Kurang
Sehat, dan pada tahun 2021 adalah Cukup Sehat. Kesimpulannya jika
dilihat rata-rata kriteria penilaian adalah dalam kategori Sehat
dikarenakan lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat dua yaitu 81% ≤ NPM < 100%.
d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank BNI pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 73,60%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 71,00%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
70,15%, pada tahun memiliki nilai sebasar 73,16%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 93,31%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 81,18%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
BOPO Bank BNI adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
satu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank BNI pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 90,40%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 85,60%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 88,76%,
66

pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 91,54%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 87,28%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 79,71%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
LDR Bank BNI pada tahun 2016-2020 adalah Cukup Sehat, dan pada
tahun 2021 adalah Sehat. Kesimpulannya jika dilihat rata-rata kriteria
penilaian adalah dalam kategori Cukup Sehat dikarenakan kurang
dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat tiga
yaitu 85% < LDR ≤ 100%.
4. Bank BTN
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek CAR) Bank BTN pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 20,34%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 18,87%, pad atahun 2018 memiliki nilai sebesar 18,21%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 17,32%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 16,78%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 19,14%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank BTN adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
lebih dari yang sudah ditentukan kriteria panilaian adalah peringkat
satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank BTN pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 2,84%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 2,66%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 2,81%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 4,78%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 4,37%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 3,70%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio NPL
Bank BTN adalah dalam kategori Sehat dikarenakan lebih dari yang
sudah ditentukan kriteria panilaian adalah peringkat satu yaitu 2% <
NPL ≤ 5%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank BTN pada
tahun 2016 mmiliki nilai sebesar 80,23%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 82,67%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
83,23%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 87,67%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 93,60%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 102,47%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada
Rasio NPM Bank BTN pada tahun 2016 adalah Cukup Sehat, pada
tahun 2017-2020 adalah Sehat, dan pada tahun 2021 adalah Sangat
Sehat. kesimpulannya jika dilihat rata-rata kriteria penilaian adalah
dalam kategori Sehat dikarenakan lebih dari yang sudah ditentukan
kriteria penilaian adalah peringkat dua yaitu 81% ≤ NPM < 100%.
d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank BTN pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 82,48%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 82,06%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 85,58%, pada tahun memiliki nilai sebasar 98,13%, pada
67

tahun 2020 memiliki nilai sebesar 91,61%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 89,28%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
pada Rasio BOPO Bank BTN pada tahun 2016-2018 adalah Sangat
Sehat, pada tahun 2019 adalah Tidak Sehat, dan pada tahun 2020-
2021 adalah Sangat Sehat. kesimpulannya jika dilihat dari rata-rata
kriteria penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
satu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank BTN pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 102,66%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 103,13%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
103,49%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 113,50%, pada
tahun 2020 memiliki nilai sebesar 93,19%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 92,86%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
pada Rasio LDR Bank BNI pada tahun 2016 adalah Kurang Sehat,
pada tahun 2017-2019 adalah Kurang Sehat, dan pada tahun 2020-
2021 adalah Cukup Sehat. kesimpulannya jika dilihat dari rata-rata
pertahun kriteria penilaian adalah dalam kategori Kurang Sehat
dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat 4 yaitu 100% < LDR ≤ 120%.

4.2.2. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional yang


Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2021
Berikut adalah Rasio Keuangan Bank Umum Swasta Nasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sebagai berikut:
Tabel 4.3 Laporan Keuangan Bank Umum Swasta Nasional
Nama Tahu Rasio
Perusahaan n CAR NPL NPM BOPO LDR
2016 21,90% 1,30% 150,60% 60,40% 77,10%
2017 23,10% 1,50% 153,89% 58,60% 78,20%
BBCA (Bank 2018 23,49% 1,41% 145,70% 58,24% 81,58%
BCA) 2019 23,80% 1,34% 135,11% 59,10% 80,47%
2020 25,83% 1,79% 129,24% 63,45% 65,77%
2021 25,66% 2,16% 153,18% 54,15% 61,96%
144,62
23,96% 1,58% 58,99% 74,18%
Rata-Rata %
Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
2016 18,28% 1,88% 126,45% 79,84% 89,86%
2017 17,51% 1,79% 143,85% 77,07% 93,42%
NISP (Bank
2018 17,63% 1,73% 187,00% 74,43% 93,51%
OCBC NISP)
2019 19,17% 1,72% 153,68% 74,77% 94,08%
2020 22,04% 1,93% 93,43% 81,13% 85,67%
68

2021 22,94% 2,36% 122,34% 76,49% 71,69%


137,79
19,60% 1,90% 77,29% 88,04%
Rata-Rata %
Sangat Sangat Sangat Sangat Cukup
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
2016 17,96% 3,89% 67,21% 90,07% 98,38%
2017 18,60% 3,75% 88,82% 83,48% 96,24%
BNGA (Bank 2018 19,66% 3,11% 91,25% 80,97% 97,18%
CIMB Niaga) 2019 21,47% 2,79% 91,91% 82,44% 97,64%
2020 21,92% 3,62% 51,73% 89,38% 94,37%
2021 22,29% 3,51% 91,20% 79,36% 72,80%
Rata-Rata 20,32% 3,45% 80,35% 84,28% 92,77%
Sangat Cukup Sangat Cukup
Sehat
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat
2016 20,49% 2,81% 194,44% 83,02% 94,37%
2017 21,99% 2,84% 129,89% 85,04% 96,28%
PNBN (Bank 2018 23,33% 3,04% 132,40% 78,27% 104,15%
Panin) 2019 23,41% 3,02% 182,95% 77,96% 107,92%
2020 29,58% 3,01% 95,33% 79,54% 83,26%
2021 29,66% 3,73% 95,40% 78,60% 88,05%
138,40
24,74% 3,08% 80,41% 95,67%
Rata-Rata %
Sangat Sangat Sangat Cukup
Sehat
Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat
Rata-rata Bank 125,29
22,15% 2,50% 75,24% 87,66%
Pemerintah %
Sumber: Data Diolah

Gambar 4.2 Rata-rata Bank Umum Swasta Nasional per Rasio


69

Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 di atas dapat dijelaskan selama
periode 2016-2021 yaitu 6 tahun dengan tingkat Rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio) paling tinggi setelah dirata-ratakan adalah Bank Panin yaitu
sebesar 24,47%, dan diperingkat kedua yang adalah Bank BCA yaitu sebesar
23,96%, dan diperingkat ketiga adalah Bank CIMB Niaga yaitu sebesar
20,32%, dan yang paling rendah adalah Bank OCBC NISP yaitu sebesar
19,60%.
Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat Rasio NPL
(Non Performing Loan) paling tinggi setelah dirata-ratakan adalah Bank
CIMB Niaga yaitu sebesar 3,45%, dan diperingkat kedua adalah Bank Panin
yaitu sebesar 3,08%, dan diperingkat ketiga adalah Bank COBC NISP yaitu
sebesar 1,90%, dan yang paling rendah adalah Bank BCA yaitu sebesar
1,58%.
Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 di atas dapat dilihta bahwa tingkat Rasio NPM
(Net Profit Margin) paling tinggi setelah dirata-ratakan adalah Bank BCA
yaitu sebesar 144,62%, dan diperingkat kedua adalah Bank Panin yaitu
sebesar 138,40%, dan diperingkat ketiga adalah Bank OCBC NISP yaitu
sebesar 137,79%, dan yang paling rendah adalah Bank CIMB Niaga yaitu
sebesar 80,35%.
Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat Rasio
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) paling tinggi
setelah dirata-ratakan adalah Bank CIMB Niaga yaitu sebesar 84,28%, dan
diperingkat kedua adalah Bank Panin yaitu sebesar 80,41%, dan diperingkat
ketiga adalah Bank OCBC NISP yaitu sebesar 77,29%, dan yang paling
rendah adalah Bank BCA yaitu sebesar 58,99%.
Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat Rasio LDR
(Loan to Deposit Ratio) paling tinggi setelah dirata-ratakan adalah Bank
Panin yaitu sebesar 95,67%, dan diperingkat kedua adalah Bank CIMB Niaga
yaitu sebesar 92,22%, dan diperingkat ketiga adalah Bank OCBC NISP yaitu
sebesar 88,04%, dan yang paling rendah adalah Bank BCA yaitu sebesar
74,18%.
Jika dilihat dari Kriteria Penilaian masing-masing Rasio keempat Bank
Umum Swasta Nasional selama periode 2017-2021 sebagai berikut:
1. Bank BCA
a. Jika dilhat dari Rasio CAR (Aspek Capital) Bank BCA pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 21,90%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 23,10%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 23,49%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 23,80%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 25,83%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 25,66%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank BCA adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
70

sudah melawati yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah


peringkat satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank BCA pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 1,30%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 1,50%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 1,41%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 1,34%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 1,79%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 2,16. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio NPL
Bank BCA pada tahun 2016-2020 adalah Sangat Sehat, dana pada
tahun 2021 adalah Sehat. Kesimpulannya jika dilihat dari rata-rata
kriteria penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
satu yaitu NPL ≤ 2%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank BCA pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 150,60%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 153,89%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 145,70%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 135,11%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 129,24%, dan pada tahun
2021 memiliki nilai sebesar 153,18%. Maka dapat dilihat kriteria
penilaian pada Rasio NPM Bank BCA adalah dalam kategori Sanagt
Sehat dikarenakan lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat satu yaitu NPM ≥ 100%.
d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank BCA pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 60,40%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 58,60%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
58,24%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 59,10%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 63,45%, dan ada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 54,15%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
BOPO Bank BCA adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan
kurang dari yang sudah ditenntukan kriteria penilaian adalah
peringkat satu yaitu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank BCA pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 77,10%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 78,20%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 81,58%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 80,47%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 65,77%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 61,96%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
LDR Bank BCA pada tahun 2016 adalah Sehat, pada tahun 2017
adalah Sangat Sehat, pada tahun 2018-2019 adalah Sehat, dan pada
tahun 2020 Sangat Sehat. kesimpulannya jika dilihat rata-rata kriteria
penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan lebih dari
71

yang sudah ditentukan krteria penilaian adalah peringkat dua yaitu


LDR ≤ 75%.
2. Bank OCBC NISP
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek Capital) Bank OCBC NISP pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 17,96%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 17,51%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
17,63%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 19,17%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 22,04%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 22,94%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank OCBC NISP adalah dalam kategori Sangat Sehat
dikarenakan sudah melewati yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank OCBC NISP
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 3,89%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 1,79%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
1,73%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 1,72%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 1,93%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 2,36%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
NPL Bank OCBC NISP pada tahun 2016-2020 adalah Sangat Sehat,
dan pada tahun 2021 adalah Sehat. Kesimpulannya jika dilihat dari
rata-rata kriteria penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat
dikarenakan lebih dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat satu yaitu NPL ≤ 2%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank OCBC pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 126,45%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 143,85%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 187,00%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 153,68%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 93,43%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 122,34%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
Rasio NPM Bank OCBC NISP pada tahun 2016-2019 adalah Sangat
Sehat, pada tahun 2020 adalah Sehat, dan pada tahun 2021 adalah
Sangat Sehat. kesimpalannya jika dilihat dari rata-rata kriteria
penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan lebih dari
yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat saru yaitu
NPM ≥ 100%.
d. Jika dilihat dapat dari Rasio BOPO Bank OCBC NISP pada tahun
2016 memiliki nilai sebesar 79,84%, pada tahun 2017 memiliki nilai
sebesar 77,07%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar 74,43%,
pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 74,77%, pada tahun 2020
memiliki nilai sebesar 81,13%, dan pada tahun 2021 memiliki nilai
sebesar 76,49%. Maka dilihat dari kriteria penilaian pada Rasio
BOPO Bank COBC NISP adalah dalam kategori Sangat Sehat
72

dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian


adalah peringkat satu yaitu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank OCBC NISP
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 89,86%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 93,42%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 93,51%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 94,08%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 85,67%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 71,69%. Maka dilihat dari kriteria penilaian
pada Rasio Bank OCBC NISP adalah dalam kategori Cukup Sehat
dikarenakan Kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat tiga yaitu 85% < LDR ≤ 100%.
3. Bank CIMB Niaga
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek Capital) Bank CIMB Niaga pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 17,96%, pada tahun 2017 memiliki
nilai sebesar 18,60%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
19,66%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 21,47%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 21,92%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 22,29%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
CAR Bank CIMB Niaga adalah dalam kategori Sangat Sehat
dikarenakan sudah melewati yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat satu yaitu CAR ≥ 12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kulitas Aset) Bank CIMB Niaga
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 3,89%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 3,75%, pada tahun 2018 memiliki nilai sebesar
3,11%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 2,79%, pada tahun
2020 memiliki nilai sebesar 3,62%, dan pada tahun 2021 memiliki
nilai sebesar 3,51%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian pada Rasio
NPL Bank CIMN Niaga adalah dalam kategori Sehat dikarenakan
kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
dua yaitu 2% < NPL ≤ 5%.
c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank CIMB Niaga
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 67,21%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 88,82%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 91,25%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 91,91%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 51,73%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 91,20%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
pada Rasio NPM Bank CIMB Niaga pada tahun 2016 adalah Cukup
Sehat 2017-2019 adalah Sehat, pada tahun 2020 adalah Kurang
Sehat, dan pada tahun 2021 adalah Sehat. kesimpulannya jika dilihat
dari rata-rata kriteria penilaian adalah dalam kategori Cukup Sehat
dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian
adalah peringkat tiga yaitu 66% ≤ NPM < 81%.
73

d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank CIMB Niaga
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 90,07%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 83,48%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 80,97%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 82,44%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 89,38%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 79,36%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
pada Rasio BOPO Bank CIMB Niaga adalah dalam kategori Sangat
Sehat dikarenakan kurang dari yang sudah dari ditentukan kriteria
penilaian adalah peringkat satu yaitu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank CIMN Niaga
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 98,38%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 96,24%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 97,18%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 97,64%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 94,37%, dan pada tahun 2021
memiliki nilai sebesar 72,80%. Maka dapat dilihat kriteria penilaian
dari Rasio LDR Bank CIMB Niaga pada tahun 2016-2020 adalah
Cukup Sehat, dan pada tahun 2021 adalah Sangat Sehat.
Kesimpulannya jika dilihat rata-rata kriteria penilaian adalah dalam
kategori Cukup Sehat dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan
kriteria penilaian adalah yaitu peringkat tiga yaitu 85% < LDR ≤
100%.
4. Bank Panin
a. Jika dilihat dari Rasio CAR (Aspek Capital) Bank Panin pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 20,49%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 18,60%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 19,66%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 21,47%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 21,92%, dan pada tahun
2021 memiliki nilai sebesar 29,66%. Maka dapat dilihat kriteria
penilaian dari Rasio CAR Bank Panin adalah dalam kategori
Sangat Sehat dikarenakan sudah melawati dari yang sudah
ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat satu yaitu CAR ≥
12%.
b. Jika dilihat dari Rasio NPL (Aspek Kualitas Aset) Bank Panin
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 2,81%, pada tahun 2017
memilik nilai sebesar 2,84%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 3,04%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 3,02%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 3,01%, dan pada tahun
2021 memiliki nilai sebesar 3,73%. Maka dapat dilihat kriteria
penilaian dari Rasio NPL Bank Panin adalah dalam kategori
Sehat dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria
penilaian adalah peringkat dua yaitu 2% < NPL ≤ 5%.
74

c. Jika dilihat dari Rasio NPM (Aspek Manajemen) Bank Panin


pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 194,44%, pada tahun
2017 memiliki nilai sebear 129,89%, pada tahun 2018 memiliki
nilai sebesar 132,40%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar
182,95%, pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 95,33%, dan
pada tahun 2021 memiliki nilai sebesar 95,40%. Maka dapat
dilihat kriteria penilaian dari Rasio NPM Bank Panin pada tahun
2016-2019 adalah Sangat Sehat, dan pada tahun 2020-2021
adalah Sehat. kesimpulannya jika dilihat dari rata-rata kriteria
penilaian adalah dalam kategori Sangat Sehat dikarenakan lebih
dari yang sudah ditentukan kriteria penilaian adalah peringkat
satu yaitu NPM ≥ 100%.
d. Jika dilihat dari Rasio BOPO (Aspek Rentabilitas) Bank Panin
pada tahun 2016 memiliki nilai sebesar 83,02%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 85,04%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 78,27%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar 77,96%,
pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 79,54%, dan pada tahun
2021 memiliki nilai sebesar 78,60%. Maka dapat dilihat kriteria
penilaian dari Rasio BOPO Bank Panin adalah dalam kategori
Sangat Sehat dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan
kriteria panilaian adalah peringkat satu yaitu BOPO ≤ 94%.
e. Jika dilihat dari Rasio LDR (Aspek Likuiditas) Bank Panin pada
tahun 2016 memiliki nilai sebesar 94,37%, pada tahun 2017
memiliki nilai sebesar 96,28%, pada tahun 2018 memiliki nilai
sebesar 104,15%, pada tahun 2019 memiliki nilai sebesar
107,92%, pada tahun 2020 memiliki nilai sebesar 83,26%, dan
pada tahun 2021 memiliki nilai sebesar 88,05%. Maka dapat
dilihat krtiteria penilaian dari Rasio LDR Bank Panin pada tahun
2016-2017 adalah Cukup Sehat, pada tahun 2018-2019 adalah
Kurang Sehat, pada tahun 2020 adalah Sehat, dan pada tahun
2021 adalah Cukup Sehat. keimpulannya jika dilihat rata-rata
kriteria penilaian adalah dalam kategori Cukup Sehat dikarenakan
kurang dari yang sudah ditentukan kriterian penialaian adalah
peringkat tiga yaitu 85% < LDR ≤ 100%.

4.2.3. Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji dan memberikan bukti yang
meyakinkan terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pengujian
hipotesis menggunakan alat uji hipotesis Independent Sample t-Test.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta
Nasional berdasarkan CAMEL tahun 2016-2021.
75

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)


Tabel 4.4 Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasional Rasio CAR

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
CAR BANK PEMERINTAH 24 20.2187 1.98203 .40458
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 22.1546 3.31045 .67574
Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa Bank Pemerintah
(BUMN) mempunyai rata-rata (mean) Rasio CAR sebesar 20,22% lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata (mean) Rasio CAR Bank Umum
Swasta Nasional sebesar 22.15%. Hal itu berarti bahwa periode 2016-
2021 Bank Umum Swasta Nasional lebih baik dari pada Bank
Pemerintah (BUMN) karena semakin tinggi nilai CAR maka akan
semakin baik kualitas permodalan bank tersebut. Standar deviasi Bank
Bank Pemerintah sebesar 1,98 menunjukan simpangan data yang relatif
kecil karena nialinya lebih kecil daripada nilai mean-nya 20,22%.
Standar deviasi Bank Umum Swasta Nasional sebesar 3,31 juga
menunjukan simpangan data relatif kecil daripada nilai mean-nya sebesar
22,15%. Dengan kecilnya simpangan data menunjukan bahwa Rasio
CAR cukup baik.
Tabel 4.5 Uji Independent Sample t-Test Rasio CAR
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differen Differe Difference
F Sig. t df tailed) ce nce Lower Upper
CAR Equal 3.079 .086 -2.458 46 .018 -1.93583 .78760 -3.52119 -.35048
variances
assumed
Equal -2.458 37.612 .019 -1.93583 .78760 -3.53079 -.34088
variances
not assumed
Dari taebel 4.5 di atas dapat terllihat Fhitung untuk CAR dengan Equal
Variances Assumed (diasumsikan kedua varians sama) adalah 3,079
dengan signifikan 0,086. karena signifikan data diatas lebih kecil dari
0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dikatakan bahwa terdapat
76

perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan pada Bank


Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional.
Bila kedua varians berbeda, maka dasar yang digunakan Equal
Varians not Assumsed (kedua varians berbeda). t hitung untuk CAR adalah
–2,458 dengan signifikan sebesar 0,018. Oleh karena itu nilai Signifikan
0,018 < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan
antara Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional
jika dari Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).
Pengujian hipotesis dengan Uji Idenpendent t-Test terhadap variabel
Capital yaitu CAR dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan kinerja
keuangan kedua bank ini, artinya H0 ditolak dan H1 diterima adanya
perbedaan yang signifikan ini menjelaskan baik Bank Pemerintah
(BUMN) maupun Bank Umum Swasta Nasional yang bank dalam
kategori Sangat Sehat, sama-sama memiliki kemampuan yang baik dalam
menanggung risiko (kredit, pasar, dan operasional) yang ada dengan tetap
menjaga kecukupan modal (CAR) pada tingkat yang sehat sesuai dengan
ketemtuan yang dibuat oleh Bank Indonesia. Hal ini juga dapat
dibuktikan berdasarkan rata-rata Rasio CAR periode 2016-2021. Bank
Pemerintah (BUMN) ada diperingkat Sangat Sehat dengan nilai sebesar
20,22%, dan Rasio Bank Umum Swasta Nasional ada diperingkat Sangat
Sehat dengan nilai sebesar 22,15%.
2. Non Performing Loan (NPL)
Tabel 4.6 Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasional Rasio NPL

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NPL BANK PEMERINTAH 24 3.0075 .78856 .16096
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 2.5012 .85465 .17445
Berdasarkan tabel 4.6 di atas terlihat bahwa Bank Pemerintah
(BUMN) mempunyai rata-rata (mean) Rasio NPL sebesar 3,08% lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata (mean) Rasio NPL Bank Umum
Swasta Nasional sebesar 2,50%. Hal itu berarti bahwa periode 2016-2021
Bank Pemerintah (BUMN) memiliki nilai NPL lebeh baik daripada Bank
Umum Swasta Nasional. Standar deviasi Bank Pemerintah (BUMN)
sebesar 0,79 menunjukan simpangan data yang relatif kecil daripada nilai
mean-nya 3,08%. Standar deviasi Bank Umum Swasta Nasional sebesar
0,85 menunjukan simpangan data relatif kecil karena nilainya lebih kecil
daripada nilai mean-nya 2,50% dengan kecilnya simpangan data
menunjukan bahwa Rasio NPL cukup baik.
77

Tabel 4.7 Uji Idenpendent t-Test Rasio NPL


Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differen Differen Difference
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
NPL Equal 1.234 .272 2.133 46 .038 .50625 .23737 .02845 .98405
variances
assumed
Equal 2.133 45.705 .038 .50625 .23737 .02837 .98413
variances
not
assumed
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat Fhitung untuk NPL dengan Equal
Varians Assumed (diasumsikan kedua varians sama) adalah 1,234 dengan
signifikan 0,272. Karena signifikan data diatas lebih besar dari 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat varians pada data perbandingan
kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional
untuk Rasio NPL.
Bila kedua varians sama, maka Equal Variances Assumed thitung
untuk NPL dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah 2,133
dengan signifikan 0,038. Dengan nilai Signifikan 0,056 < 0,05, maka
dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional jika dilihat
dari Rasio Non Performing Loan (NPL).
Pengujian hipotesis dengan Uji Idenoendent t-Test terhadap variabel
Asset Qualty yaitu NPL dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank
Umum Swasta Nasional periode 2016-2021, artinya H0 diterima dan H1
ditolak. Sama-sama memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola
dan menjaga kualitas aktiva aset. Berdasarkan rata-rata Rasio NPL
periode 2016-2021, Bank Umum Swasta Nasional berada diperngkat
Sehat yaitu sebesar 2,50% mengguli Bank Pemerintah (BUMN) berada
diperingkat Sehat yaitu sebesar 3,08%.
78

3. Net Profit Margin (NPM)


Tabel 4.8 Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasional Rasio NPM

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NPM BANK PEMERINTAH 24 91.7175 26.14677 5.33719
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 125.2917 37.45567 7.64561
Berdasarkan tabel 4.8 di atas terlihat bahwa Bank Pemerintah
(BUMN) mempunyai rata-rata (mean) Rasio NPM sebesar 91,72% lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata (mean) Rasio NPM Bank Umum
Swasta Nasional sebesar 125,29%. Hal itu berarti bahwa periode 2016-
2021 Bank Umum Swasta Nasional memiliki NPM lebih baik daripada
Bank Pemerintah (BUMN) karena semakin tinggi NPM maka akan
meningkat kualitas permodalan bank tersebut. Standar deviasi Bank
Pemerintah (BUMN) sebesar 26,15 menunjukan simpangan data yang
relatif kecil daripada nilai mean-nya 91,72%. Standar deviasi Bank
Umum Swasta Nasional sebesar 37,46 menunjukan simpangan data yang
relatif kecil karena nilainya lebih kecil dairpada nilai mean-nya 125,29%
dengan kecilnya simpangan data menunjukan bahwa Rasio NPM cukup
baik.
Tabel 4.9 Uji Independent t-Test Rasio NPM
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Error Interval of the
taile Mean Differe Difference
F Sig. t df d) Difference nce Lower Upper
NPM Equal 3.882 .055 -3.601 46 .001 -33.57417 9.3242 -52.34283 -14.80551
variances 1
assumed
Equal -3.601 41.114 .001 -33.57417 9.3242 -52.40320 -14.74514
variances not 1
assumed
Dari tabel 4.9 di atas dapat terlihat Fhitung untuk NPM dengan Equal
Variances Assumed (diasumsikan kedua varians sama) adalah 3,882
dengan signifikan 0,055. Karena signifikan data diatas lebih besar dari
0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada
79

data perbandingan kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank


Umum Swasta Nasional untuk Rasio NPM.
Bila kedua varians sama, maka Equal Variances Assumed thitung
untuk NPM dengan menggunakan Equal variances Assumed adalah -
3,601 dengan signifikan sebesar 0,001. Dengan nilai Signifikan 0,001 <
0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional
jika dilihat dari Rasio NPM.
Pengujian hipotesis dengan Uji Idenpendent t-Test terhadap variabel
Management yaitu NPM dinytakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum
Swasta Nasional periode 2016-2021, artinya H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan rata-rata NPM periode 2016-2021, Bank Umum Swasta
Nasional berada diperingkat Sangat Sehat yaitu sebesar 125,29%
mengguli Bank Pemerintah (BUMN) berada diperingkat Sehat sebesar
91,72%.
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Tabel 4.10 Perbedaan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasional Rasio BOPO

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
BOPO BANK PEMERINTAH 24 77.3763 9.22455 1.88295
(BUMN)
BANK UMUM SWASTA 24 75.2417 10.39312 2.12149
NASIONAL
Berdasarkan tabel 4.10 di atas terlihat bahwa Bank Umum Swasta
Nasional mempunyai rata-rata (mean) Rasio BOPO sebesar 75,24% lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata (mean) Rasio BOPO Bank
Pemerintah (BUMN) sebesar 77,37%. Hal ini berarti bahwa periode
2016-2021 Bank Pemerintah (BUMN) memiliki BOPO lebih baik
daripada Bank Umum Swasta Nasional karena semakin rendah nilai
BOPO maka akan meningkat efisiensi biaya operasional yang secara
otomatis meningkat kulaitas permodalan bank tersebut. Standar deviasi
Bank Pemerintah (BUMN) sebesar 9,22 menunjukan simpangan data
tang relatif kecil karena nilainya lebih kecil daripada mean-nya 77,337%.
Standar deviasi Bank Umum Swasta Nasional sebesar 10,39 juga
menunjukan simpangan data relatif daripada nilai mean-nya sebesar
75,24% dengan kecilnya smpangan data menunjukan bahwa Rasio
BOPO cukup baik.
80

Tabel 4.11 Uji Independent Sample t-Test Rasio BOPO


Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differenc Differen Difference
F Sig. t df tailed) e ce Lower Upper
BOPO Equal .049 .826 .753 46 .456 2.13458 2.83659 - 7.84433
variances 3.57517
assumed
Equal .753 45.36 .456 2.13458 2.83659 - 7.84651
variances not 1 3.57734
assumed
Dari tabel 4.11 di atas dapat terlihat Fhitung untuk BOPO dengan
Equal Variances assumed (diasumsikan kedua varians sama) adalah
0,049 dengan signifikan 0,826. Karena signifikan data diatas lebih besar
dari 0,05, maka dapat dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians
pada data perbandingan kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional untuk Rasio BOPO.
Bila kedua varians sama, maka dasar yang digunakan Equal
Variances Assumed (diasumsikan kedua varians sama). t hitung untuk
BOPO adalah 0,753 dengan signifikan sebesar 0,456. Dengan nilai
Signifikan 0,456 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifkan anatara Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasioanl jika dilihat dari Rasio BOPO.
Pengujian hipotesis dengan Uji Idenpendent sample t-Test terhadap
variabel Earnings yaitu BOPO dinyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara keuangan Bank Pemerintah (BUMN)
dan Bank Umum Swasta Nasional periode 2016-2021, artinya H0
diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan rata-rata BOPO periode 2016-2021,
Bank Pemerintah berada diperingkat Sangat Sehat 77,55% mengguli
Bank Umum Swasta Nasional yang berada diperingkat Sangat Sehat
74,62%.
81

5. Loan to Deposit (LDR)


Tabel 4.12 Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasional Rasio LDR
Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LDR BANK PEMERINTAH 24 91.0304 8.15715 1.66507
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 87.6646 11.91934 2.43302
Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat bahwa Bank Pemerintah
(BUMN) mempunyai rata-rata (mean) Rasio LDR sebesar 91,03% lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata (mean) Rasio LDR Bank Umum
Swasta Nasional sebesar 87,66%. Hal itu berarti bahwa periode 2016-
2021 Bank Pemerintah (BUMN) memiliki LDR lebih baik daripada Bank
Umum Swasta Nasional karena semakin tinggi nilai LDR maka akan
meningkat kulitas permodalan bank tersebut. Standar deviasi Bank
Pemerintah (BUMN) sebesar 8,16 menunjukan simpangan data yang
relatif kecil karena nilainya lebih kecil daripada nilai mean-nya 91,03%.
Satndar deviasi Bank Umum Swasta Nasional sebesar 11,92 juga
menunjukan simpangan data relatif daripada mean-nya 87,66% dengan
kecilnya simpangan data menunjukan bahwa Rasio LDR cukup baik.
Tabel 4.13 Uji Independent Sample t-Test Rasio LDR
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std.
Interval of the
Mean Error
Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
LDR Equal 4.763 .034 1.142 46 .260 3.3658 2.9482 - 9.30032
variances 3 3 2.5686
assumed 5
Equal 1.142 40.66 .260 3.3658 2.9482 - 9.32138
variances not 9 3 3 2.5897
assumed 2
Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat Fhitung untuk LDR dengan Equal
Variances Assumed (diasumsikan kedua varians sama) adalah 4,763
dengan signifikansi 0,034. Karena signifikansi data diatas lebih kecil dari
0,05 maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pada varians pada
82

data perbandingan kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank


Umum Swasta Nasional untuk Rasio LDR.
Bila kedua varians berbeda, maka Equal Variances not Assumed
thitung untuk LDR dengan menggunakan Equal Variances not Assumed
adalah 1,142 dengan signifikan 0,260. Dengan nilai Signifikan 0,260 >
0,05, maka dapat dikatakan bahwa jika diliat dari Rasio LDR Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan, dengan demikian tingkat likuiditas bank
berpengaruh terhadap kinerja keuangan suatu bank. Semakin optimal
tingkat likuiditas bank tersebut, maka dana pihak ketiga yang disalurkan
dalam bentuk kredit semakin besar. Dengan semakin besarnya kredit
yang diberikan, maka laba yang akan diperoleh juga semakin besar
sehingga keuangan akan meningkat.
Pengujian hipotesis Uji Idenpendent Sample t-Test terhadap variabel
Liquidity yaitu dengan indikator LDR dinyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Pemerintah
(BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional periode 2016-2021, artinya
H0 diterima dan H1 ditolak. Tidak ada perbedaan yang signifikan ini
menyatakan bahwa kedua bank ini adalah dapat mengatur dengan baik
antara pemberian kredit kepada nasabah dan pengembalian dana nasabah
saat akun ditagih. Artinya pemberian kredit ini dapat mengimbangi
kewajiban ank untuk segera memnuhi permintaan deposan yang ingn
menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit tanpa adanya penundaan. Hal ini juga dapat
dibuktikan berdasarkan rata-rata rasio LDR, dimana LDR Bank
Pemerintah (BUMN) ada diperingkat Cukup Sehat yaitu sebesar 91,03%
dan Bank Umum Swasta Nasional juga ada diperingkat Cukup Sehat
yaitu sebesar 87,66%.
6. Rata-rata dari keseluruhan Rasio kedua Bank
Tabel 4.14 Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan
Bank Umum Swasta Nasional Rata-rata keseleuruhan Rasio

Group Statistics
Std. Std. Error
BANK N Mean Deviation Mean
Rata-rata keseluruhan BANK PEMERINTAH 5 56.6960 41.99486 18.78067
Rasio (BUMN)
BANK SWASTA 5 62.5680 49.91497 22.32265
NASIONAL
Berdasarkan tabel 4.14 di atas terlihat bahwa Bank Pemerintah
(BUMN) mempunyai rata-rata (mean) dari keseluruhan Rasio sebesar
83

56,69% lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata (mean) keseluruhan


Rasio Bank Umum Swasta Nasional sebesar 62,59%. Hal itu berarti
bahwa periode 2016-2021 Bank Umum Swasta Nasional secara
keseluruhan Rasio lebih baik daripada Bank Pemerintah (BUMN).
Standar deviasi Bank Pemerintah (BUMN) sebesar 41,99 menunjukan
simpangan data yang relatif kecil karena nilainya lebih kecil daripada
nilai mean-nya 56,69%. Standar deviasi Bank Umum Swasta Nasional
sebesar 49,91 juga menunjukan simpangan data relatif daripada mean-
nya 62,59%.
Tabel 4.15 Uji Independent Sample t-Test keseluruhan Rasio
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Sig. Std. Confidence
(2- Mean Error Interval of the
taile Differen Differe Difference
F Sig. t df d) ce nce Lower Upper
Rata-rata Equal .140 .718 -.201 8 .845 - 29.172 - 61.399
keseluruhan variances 5.87200 15 73.143 10
Rasio assumed 10
Equal -.201 7.773 .846 - 29.172 - 61.743
variances not 5.87200 15 73.487 34
assumed 34
Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat Fhitung untuk keseluruhan Rasio
dengan Equal Variances Assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 0,140 dengan nilai signifikan 0,718. Karena signifikan data diatas
lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat varians
pada data perbandingan kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Swasta Nasional untuk Keseluruhan Rasio.
Bila kedua varians sama, maka Equal Variances Assumed thitung
untuk keseluruhan Rasio dengan menggunakan Equal Variances
Assumed adalah -0,201 dengan signifikan 0,845. Dengan nilai signifikan
0,845 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa keseluruhan Rasio Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Pegujian hipotesis Uji Independent t-Test terhadap keseluruhan
Rasio dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta
Nasional periode 2017-2021, artinya H0 diterima dan H1 ditolak,
84

dikarenakan nilai signifikan keseluruhan Rasio kedua bank adalah 0,868


lebih besar dibandingkan 0,05 (0,845 > 005).

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian


4.3.1. Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) Menggunakan Metode
CAMEL Tahun 2016-2021
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis sebelumnya, tingkat
kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) menggunakan metode CAMEL selama
periode 2016-2020 dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) Metode
CAMEL Tahun 2016-2021
Rasio Peringkat kriteria
CAR 1 Sangat Sehat
NPL 2 Sehat
NPM 2 Sehat
BOPO 1 Sangat Sehat
LDR 3 Cukup Sehat
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat disimpulkan kriteria penilaian dalam
metode CAMEL selama lima tahun yaitu 2016-2021 menunjukan Bank
Pemerintah (BUMN) memiliki kinerja yang Sehat. dengan Rasio pada
penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Pada pengamatan total rata-rata pada setiap rasio dan tata kelola bank,
Bank Pemerintah (BUMN) tahun 2016-2021 berada pada kondisi Sehat. Pada
faktanya Bank Pemerintah pada Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dari
tahun 2016-2021 berada pada kriteria Sangat Sehat, hal ini menunjukan
bahwa selama periode tersebut Bank Pemerintah memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam memenuhi kewajiban modal minimum sehingga dikatakan
bahwa Bank Pemerintah mampu mempertahankan aktiva yang memiliki
resiko.
Penilaian dalam segi Non Performing Loan (NPL) Bank Pemerintah pada
tahun 2016-2021 berada kriteria Sehat. Bank Pemerintah mampu mengatasi
dan mengelola kredit yang bermasalah atas jumlah kredit yang telah
dikucurkan ke nasabah.
Penilaian dalam segi Net Profit Margin (NPM) Bank Pemerintah pada
tahun 2017-2021 berada pada kriteria Sehat. Bank Pemerintah mampu
mengelola kegiatan operasional dengan sangat baik untuk meningkatkan
keuntungan dari pendapatan yang didapatkan.
Penilaian dalam segi Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) Bank Pemerintah pada tahun 2016-2021 berada pada
85

kriteria Sangat Sehat. Tidak mengalami perlambatan pertumbuhan


disebabkan karena tingkat konsumsi masyarakat tidak mengalami penurunan
sehingga hal ini tidak berdampak pada operasionalnya Bank Pemerintah baik
segi flunding maupun lending yang menyebabkan kemampuan perusahaan
untuk menutupi kegiatan operasional laba tinggi.
Penilaian dalam segi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Pemerintah
pada tahun 2016-2021 berada pada kriteria Cukup Sehat. Hal ini menunjukan
Bank Pemerintah memiliki kemampuan yang cukup dalam memnuhi
kewajiban jangka pendeknya. Sehingga Bank Pemerintah perlu menjaga
prinsip kehati-hatian pada tahun-tahun mendatang.
Hasil penilaian dari lima aspek CAMEL pada Bank Pemerintah (BUMN)
pada tahun 2017-2021 yaitu aspek permodalan (Capital) yang mendapatkan
predikat Sangat Sehat, aspek kualitas aset (Asset Quality) yang mendapatkan
predikat Sehat, aspek Manajemen (Management) yang mendapatkan predikat
Sehat, aspek rentabilitas (Earnings) yang mendapatkan predikat Sangat Sehat,
dan aspek Likuiditas (Liquidity) yang mendapatkan predikat Cukup Sehat.
Berdasarkan kriteria penilaian tersebut maka hasil penilaian tingkat kesehatan
Bank Pemerintah (BUMN) dengan menggunakan metode CAMEL dari tahun
2017-2021 mendapatkan predikat Sehat.

4.3.2. Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Menggunakan Metode


CAMEL Tahun 2016-2021
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis sebelumnya, tingkat keehatan
Bank Umum Swasta Nasional menggunakan metode CAMEL selama periode
2016-2020 dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.17 Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Metode


CAMEL Tahun 2016-2020
Rasio Peringkat kriteria
CAR 1 Sangat Sehat
NPL 2 Sehat
NPM 1 Sangat Sehat
BOPO 1 Sangat Sehat
LDR 3 Cukup Sehat
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat disimpulkan kriteria penilaian dalam
metode CAMEL selama lima tahun yaitu 2016-2021 menunjukan Bank
Umum Swasta Nasional memiliki kinerja yang Sehat. dengan Rasio pada
penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
86

Pada pengamatan total rata-rata pada setiap rasio dan tata kelola bank,
Bank Umum Swasta Nasional tahun 2016-2021 berada pada kondisi Sehat.
Pada faktanya Bank Swasta pada Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dari
tahun 2016-2020 berada pada kriteria Sangat Sehat, hal ini menunjukan
bahwa selama periode tersebut Bank Swasta memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam memenuhi kewajiban modal minimum sehingga dikatakan
bahwa Bank Pemerintah mampu mempertahankan aktiva yang memiliki
resiko.
Penilaian dalam segi Non Performing Loan (NPL) Bank Swasta pada
tahun 2016-2021 berada kriteria Sehat. Bank Swasta mampu mengatasi dan
mengelola kredit yang bermasalah atas jumlah kredit yang telah dikucurkan
ke nasabah.
Penilaian dalam segi Net Profit Margin (NPM) Bank Swasta pada tahun
2016-2021 berada pada kriteria Sangat Sehat. Bank Swasta mampu
mengelola kegiatan operasional dengan sangat baik untuk meningkatkan
keuntungan dari pendapatan yang didapatkan.
Penilaian dalam segi Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) Bank Swasta pada tahun 2016-2021 berada pada kriteria
Sangat Sehat. Tidak mengalami perlambatan pertumbuhan disebabkan karena
tingkat konsumsi masyarakat tidak mengalami penurunan sehingga hal ini
tidak berdampak pada operasionalnya Bank Swasta baik segi flunding
maupun lending yang menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menutupi
kegiatan operasional laba tinggi.
Penilaian dalam segi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Swasta pada
tahun 2016-2021 berada pada kriteria Cukup Sehat. Hal ini menunjukan Bank
Swasta memiliki kemampuan yang cukup dalam memnuhi kewajiban jangka
pendeknya. Sehingga Bank Pemerintah perlu menjaga prinsip kehati-hatian
pada tahun-tahun mendatang.
Hasil penilaian dari lima aspek CAMEL pada Bank Umum Swasta
Nasional pada tahun 2017-2021 yaitu aspek permodalan (Capital) yang
mendapatkan predikat Sangat Sehat, aspek kualitas aset (Asset Quality) yang
mendapatkan predikat Sehat, aspek Manajemen (Management) yang
mendapatkan predikat Sangat Sehat, aspek rentabilitas (Earnings) yang
mendapatkan predikat Sangat Sehat, dan aspek Likuiditas (Liquidity) yag
mendapatkan predikat Cukup Sehat. Berdasarkan kriteria penilaian tersebut
maka hasil penilaian tingkat kesehatan Bank Pemerintah (BUMN) dengan
menggunakan metode CAMEL dari tahun 2016-2017 mendapatkan predikat
Sehat.
87

4.3.3. Hasil Uji Independent Sample t-Test


1. Perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional berdasarkan Aspek Permodalan (Capital)
Berdasarakan hasil uji hipotesis pada Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional, setelah di uji dengan Independent Sample
t-Test didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
berdasarkan Aspek Permodalan (Capital) hal ini disebabkan kemampuan
bank dalam penyediaan modal minimum yang ditetapkan oleh bank
Indonesia kepada seluruh bank umum baik bank pemerintah maupun
bank swasta yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Menurut
Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 adanya kewajiban
penyediaan modal minimum menurut resiko masing-masing bank yang
telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada Aspek Permodalan (Capital).
Hasil penelitian sejalan dengan jurnal Tara O. Faroza dan Dessi
Susanti dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Pemerintah dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2019” dan jurnal Niken Probondani Astuti, Rizal Bakri, dan
Nurjakia dengan judul “Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
BUMN dan Perbankan Swasta”.
2. Perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional berdasarkan Aspek Kualitas Aset (Asset Quality)
Berdasarakan hasil uji hipotesis pada Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional, setelah di uji dengan Independent Sample
t-Test didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
berdasarkan Aspek Kualitas aset (Asset Quality) hal ini dikarenakan
kedua bank mampu melakukan perbaikan kualitas kredit meskipun pada
kondisi peningkatkan suku bunga pasar. Peningkatkan tersebut akan
bedampak dalam hal ekspansi bisnis dan pembatasan kapasitas
pemberian kredit. Sehingga kedua bank meakukan sistem pengawasan
yang ketat dan pengembangan sistem untuk perbaikan kualitas kredit
membentuk NPL agar lebih responsive atas kondisi cash flow debitur,
dan memperkuat pengelola risiko kredit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Skripsi Uthari Chasanda Malise
dengan judul “Pengaruh Perbandingan Kinerja Keuangan Bank (BUMN)
dan Bank Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017”. Dan jurnal Niken Probondani Astuti, Rizal Bakri,
dan Nurjakia dengan judul “Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
BUMN dan Perbankan Swasta”.
3. Perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional berdasarkan Aspek Manajemen (Management)
88

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada Bank Pemerintah (BUMN) dan


Bank Umum Swasta Nasional, setelah di uji dengan Independent Sample
t-Test didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan
berdasarkan Aspek Manajemen (Management) hal ini dikarenakan Bank
Umum Swasta Nasional memiliki nilai NPM lebih tinggi daripada Bank
Pemerintah, yang artinya kemampuan bank swasta dalam memperoleh
laba berdasarkan pendapatan operasi bank yang memiliki masih di bawah
bank pemerintah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan jurnal Johanis R Wanma dan
Ghina Anggraini dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Bank Pemerintah dan Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”.
4. Perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional berdasarkan Aspek Renatbilitas (Earnngs)
Berdasarakan hasil uji hipotesis pada Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional, setelah di uji dengan Independent Sample
t-Test didapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
berdasarkan Aspek Rentabilitas (Earnings) hal ini dikarenakan kedua
memiliki kemampuan dalam efisiensi biaya operasional dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Teknologi yang canggih
akan memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah dalam
melakukan transaksi. Dengan adanya efisiensi biaya yang dikeluarkan
untuk mebiayai operasional bank maka keuntungan yang diperoleh bank
akan semakin besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan jurnal Dea Mutiasari dengan judul
“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank
Umum Swasta Nasional di Indonesia periode 2014-2018”. Dan Skripsi
Uthari Chasanda Malise dengan judul “Pengaruh Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank (BUMN) dan Bank Swasta Nasional yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017”.
5. Perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional berdasarkan Aspek Likuiditas (Liquidity)
Berdasarakan hasil uji hipotesis pada Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional, setelah di uji dengan Independent Sample
t-Test didapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
berdasarkan Aspek Likuiditas (Liquidity) hal ini dikarenakan kedua bank
ini adalah dapat mengatur dengan baik antara pemberian kredit kepada
nasabah dan pengembalian dana nasabah saat akun ditagih. Artinya
pemberian kredit ini dapat mengimbangi kewajiban ank untuk segera
memnuhi permintaan deposan yang ingn menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit tanpa adanya
penundaan.
89

Hasil penelitian ini sejalan dengan Jurnal Johanis R Wanma dan


Ghina Anggarini (2019) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Pemerintah dan Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek
(BEI)”. Dan jurnal Tara O. Faroza dan Dessi Susanti (2021) dengan judul
“Analisis Perbandingan Kinerja Keangan Bank Pemerintah dan Bank
Swasta Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-
2019”.
6. Perbandingan kinerja keuangan Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank
Umum Swasta Nasional berdasarkan Rata-rata dari keseluruhan kedua
Bank
Berdasarakan hasil uji hipotesis pada Bank Pemerintah (BUMN) dan
Bank Umum Swasta Nasional, setelah di uji dengan Independent Sample
t-Test didapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
berdasarkan Rata-rata dari keseluruhan kedua Bank hal ini dikarenakan
kedua bank sama-sama melakukan kegiatan dengan seluruh aspek yang
ada dengan baik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai analisis CAMEL pada Bank
Pemerintah Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional
periode 2016-2020, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah (BUMN)
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) dari tahun 2016-2021 berada pada
kriteria Sangat Sehat, dengan nilai sebesar 20,22%. Dikarenakan
sudah melampaui yang sudah ditentukan kriteria penilaian yaitu
CAR ≥ 12%.
b. Non Performing Loan (NPL) dari tahun 2016-2021 berada pada
kriteria Sehat, dengan nilai 3,01%. Dikarenakan kurang dari kriteria
penilaian yaitu 2% < NPL ≤ 5%.
c. Net Profit Margin (NPM) dari tahun 2016-2021 berada pada kriteria
Sehat, dengan nilai 91,72%. Dikarenakan kurang dari kriteria
penilaian yaitu 81% ≤ NPM < 100%.
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dari
tahun 2017-2021 berada pada kriteria Sangat Sehat, dengan nilai
77,38%. Dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria
penilaian yaitu BOPO ≤ 94%.
e. Loan ro Deposit Ratio (LDR) dari tahun 2016-2021 berada pada
kriteria Cukup Sehat, dengan nilai 91,15%. Dikarenakan kurang dari
yang sudah ditentukan kriteria penialaian yaitu 85% < LDR ≤ 100%.
f. Jika dari keseluruhan Rasio maka Bank Pemerintah memiliki kinerja
yang Sehat.
2. Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) dari tahun 2016-2021 berada pada
kriteria Sangat Sehat, dengan nilai sebesar 22,15%. Dikarenakan
sudah melampaui yang sudah ditentukan kriteria penilaian yaitu
CAR ≥ 12%.
b. Non Performing Loan (NPL) dari tahun 2016-2021 berada pada
kriteria Sehat, dengan nilai 2,50%. Dikarenakan kurang dari kriteria
penilaian yaitu 2% < NPL ≤ 5%.
c. Net Profit Margin (NPM) dari tahun 2016-2021 berada pada kriteria
Sangat Sehat, dengan nilai 125,29%. Dikarenakan sudah melampaui
dari kriteria penilaian yaitu ≥ 100%.
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dari
tahun 2016-2021 berada pada kriteria Sangat Sehat, dengan nilai
75,24%. Dikarenakan kurang dari yang sudah ditentukan kriteria
penilaian yaitu BOPO ≤ 94%.

91
92

e. Loan ro Deposit Ratio (LDR) dari tahun 2016-2021 berada pada


kriteria Cukup Sehat, dengan nilai 87,66%. Dikarenakan kurang
dari yang sudah ditentukan kriteria penialaian yaitu 85% < LDR ≤
100%.
f. Jika dari keseluruhan Rasio maka Bank Umum Swasta Nasional
memiliki kinerja yang Sehat.
3. Berdasarkan analisis perbandingan kinerja keuangan pada Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Swasta Nasional diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional pada
periode 2016-2021 berdasarkan Rasio CAMEL (Capital) yang
diukur menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio).
b. Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional pada
periode 2016-2021 berdasarkan Rasio CAMEL (Asset Quality)
yang diukur dengan menggunakan NPL (Non Performing Loan).
c. Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara Bank
Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional pada
periode 2016-2021 bedasarkan Rasio CAMEL (Managemet) yang
diukur dengan menggunakan NPM (Net Profit Margin).
d. Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional pada
periode 2016-2021 berdasarkan Rasio CAMEL (Earnings) yang
diukur dengang menggunakan BOPO (Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional).
e. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara
Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Umum Swasta Nasional pada
periode 2016-2021 berdasarkan Rasio CAMEL (Liquidity) yang
diukur dengan menggunakan LDR (Loan to Deposit Ratio).
f. Secara keseluruhan dari kelima Rasio yang sudah diuji dinyatakan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum Swasta Nasional
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2021.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada peneliti mendatang
melalui hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat disajikan informasi tambahan dan pertimbangan
bagi perusahaan Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Swasta Nasional
93

di Indonesia dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan


kinerja keuangan.
2. Dengan mengetahui apa saja yang mempengaruhi kinerja keuangan,
berarti mengetahui tingkat keuntungan suatu bank, maka bagi
perusahaan perlu menganalisa apa saja yang dapat mempengaruhi
kinerja keuangan.
3. Penelitian kinerja keuangan pada Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank
Swasta Nasional di Indonesia dapat dijadikan sebagai tambahan bagi
penelitian selanjutnya. Dan melakukan penelitian lebih baik lagi serta
menambah jumlah variabel dan periode penelitian agar menghasilkan
data yang lebih baik lagi. Disamping itu, penelitian ini menjadi salah
satu bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
4. Meningkatkan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah (BUMN) yang
memiliki tingkat kesehatan yang Sehat menjadi tingkat kesehatan yang
Sangat Sehat.
5. Meningkatkan Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional yang
memiliki tingkat kesehatan yang Sehat menjadi tingkat kesehatan yang
Sangat Sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, A. (2014). Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdangangan. Jakarta:
PT. Prasnya Paramita
Arbi, Syarif. (2013). Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Djambatan.
Bank Indonesia, (2004). Peraturan Bank Inonesia No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12
April 2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta
Bank Indonesia. (2004). Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tanggal 31
Mei 2004, Perihal Pelaksanaan Good Corporate Gorvernance bagi Bank
Umum. Jakarta
Bank Indoneisa. (2008). Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 Tanggal 24
September 2008, Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum. Jakarta.
Bank Indonesia. (2012). Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 Tanggal 24
Oktober 2012. Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Jakarta.
Bank Indonesia. (2012). Peraturan Bank Indonesia No. 14/26/PBI/2012 Tanggal 27
Desember 2012 Tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan
Modal Inti Bank. Jakarta
Bank Indonesia. (2013). Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 Tanggal 12
Desember 2013 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum.
Dendawijaya, L. (2015). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indah
Fahmi, Irham. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Gibson. (2013). Penilaian Kinerja. Jakarta: Penerbit Erlangga
Gill, James. O. yang dikutip oleh Kasmir (2015). Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Harahap, Sofyan Syafri. (2018). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Ihsan, D.N. (2019). Hubungan Ekspansi Jaringan Kantor dan Kinerja Keuangan
Terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah. Akuntabilitas: Jurnal Ilmu
akuntansi, 12(01), 119-128.
Ikatan Akuntansi Publik Indonesia. (2004). PSAK Nomor 31 Tentang Akuntansi
Perbankan. Penerbit Dewaan Standar Akuntansi Keuangan: PT. Raja
Grafindo.
Karim, N.F. (2015). Anaisis kinerja keuangan dengan Menggunakan Metode
CAMEL pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyono, Teguh Pudjo. (2011). Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan.
Jakarta: Djambatan.
Munawir, S. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Riberty
Murhadi, W.R. (2019). Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.
Paputungan, Dwi Febriana. (2016). Penilaian Tingkat kesehatan Bank Menggunakan
Metode CAMEL pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Manado Periode
2010-2015. Jurnal EMBA, 4 (3) 733.

95
96

Prastowo, Dwi. (2015). Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi
ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Republik Indonesia. (1998). Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perubahan terhadap Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan. Jakarta.
Republik Indonesia. (2004). Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
perubahan terhadap Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia. Jakarta.
Rindjin, ketut. (2012). Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rudianto. (2017). Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga.
Stuart, Prof. G. M. Verryn, (2012). Bank Politic. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudana, I Made. (2015). Metode keuangan Perusahaan, edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Syahputra, Randi (2018). Analisis Tingakat Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL
pada PT. Bank Artos Indonesia Tbk Periode 2014-2017. Jurnal Akuntansi
dan Bisnis, 4 (1), 51.

Jurnal:
Alamsyah, Sustari. Dan Sheily Dwi Meilyda (2020). Analisis Perbandingan Kinerja
CAR, ROA, NIM, BOPO, dan LDR Perbankan Syariah dengan Perbankan
Knvesional. Jurnal Berkala Ilmiah efisiensi, Volume 16 No. 01 Tahun 2016.
Astuti, Niken Probondani, Rizal Bakri, dan Nurjakia (2022). Perbandingan Kinerja
Keuangan Perbankan Pemerintah dan Perbankan Swasta. Jurnal Ilmiah
Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, EISSN 2684-9313 PISSN 2088-7485.
Faroza, Tara. O. Dan Dessi Susanti. (2021). Analisis Perbandingkan Kinerja
Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2019. Jurnal Ecogen, Vol. 4 No. 3 Tahun
2021 ISSN 2654-8429.
Malise, Uthari. Chasamda. (2019). Pengaruh Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
(BUMN) dan Bank Swasta Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015-2017. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
Mutiasari, Dea. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah
dan Bank Umum Swasta Nasional di Indoneisa Periode 2014-2019. Jurnal
Ekonomi Universitas Ahmad Dhani.
Takira, Frida. Fikra. (2021). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Konvesional dan Bank Syariah Periode 2018-2019. Skrpsi Universitas Islam
Malang.
Wanma, Johanis R. Dan Ghina Anggraini. (2019). Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Pemerintah dan Swasta yang terdaftar di Bursa Efek (BEI).
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Cendrawasih.
Vol. 3 No. 2 2019, Hal. 46-66 ISSN 2615-0425, E-ISSN 2622-7142.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Prasetyawan


Alamat : Jalan Pangrango 2 Blok G2 No. 24, Rt. 03/Rw. 17,
Perum Gaperi 1, BDB 1, Kecamatan Bojonggede,
Kabuapaten Bogor, Jawa Barat Kode Pos: 16920
Tempat dan Tanggal Lahir : Kuningan, 12 Mei 1997
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan
 SD : SDN 06 Bojonggede
 SMP : SMP Negeri 155 Jakarta
 SMA : SMK Negerri 62 Jakarta
 Perguruan Tinggi : Universitas Pakuan

Bogor, Januari 2023


Peneliti,

(Muhammad Prasetyawan)

97
LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

No. Kode Nama


1. BBCA PT. Bank Central Asia Tbk
2. BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
3. BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk
4. BMRI PT. Bank Mandiri Tbk
5. BRIS PT. Bank Syariah Indonesia Tbk
6. BBTN PT. Bank Bank Tabungan Negara Tbk
7. BBKP PT. Bank KB Bukopin Tbk
8. AGRO PT. Bank Raya Indonesia Tbk
9. BJTM PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
10. BTPS PT. Bank BTPN Syariah Tbk
11. ARTO PT. Bank Jago Tbk
12. BJBR PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
13. BBYB PT. Bank Neo Commerce Tbk
14. BABP PT. Bank MNC Internasional Tbk
15. BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk
16. BANK PT. Bank Aladin Syariah Tbk
17. BACA PT. Bank Capital Indonesia
18. BDMN PT. Bank Danamon Tbk
19. BGTG PT. Bank Ganesha Tbk
20. BNLI PT. Bank Permata Tbk
21. PNBS PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk
22. BEKS PT. Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk
23. BNBA PT. Bank Bumi Arta Tbk
24. BNII PT. Bank Maybank Indonesia Tbk
25. BTPN PT. Bank BTPN Tbk
26. MCOR PT. Bank China Constr Tbk
27. PNBN PT. Bank Pan Indonesia
28. BVIC PT. Bank Victoria Intl Tbk
29. INPC PT. Bank Artha Graha Internasioanl Tbk
30. BKSW PT. Bank QNB Indonesia Tbk
31. AMAR PT. Bank Amar Indonesia Tbk
32. MEGA PT. Bank Mega Tbk
33. NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk
34. AGRS PT. Bank IBK Indonesia Tbk
35. BSIM PT. Bank Sinarmas Tbk

99
100

36. DNAR PT. Bank Oke Indonesia Tbk


37. BINA PT. Bank Ina Perdana Tbk
38. NOBU PT. Bank Nationalnobu Tbk
39. MAYA PT. Bank Mayapada Tbk
40. BMAS PT. Bank Maspion Indonesia Tbk
41. MASB PT. Bank Multiarta Sentosa Tbk
42. BCIC PT. Bank Jtrust Indonesia Tbk
43. BBSI PT. Bank Bisnis Internasional Tbk
44. SDRA PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk
45. BBMD PT. Bank Mestika Dharma Tbk
46. BSWD PT. Bank of India Indonesia Tbk

Lampiran 2: Market Share

No. BANK Market Share


1 Bank Mandiri 17,06%
2 Bank BRI 15,86%
3 Bank BCA 12,50%
4 Bank BNI 9,80%
5 Bank Panin 5,29%
6 Bank BTN 3,78%
7 Bank CIMB Niaga 3,13%
8 Bank OCBC NISP 2,20%

Lampiran 3: Rata-rata Bank Pemerintah (BUMN) per Rasio

Nama Rasio
Perusahaan CAR NPL NPM BOPO LDR
Bank Mandiri 20,81% 3,12% 82,02% 72,22% 88,35%
Bank BRI 22,59% 2,49% 102,37% 72,03% 87,55%
Bank BNI 18,61% 2,90% 94,17% 77,07% 87,22%
Bank BTN 18,87% 3,53% 88,31% 88,19% 101,47%
101

Lampiran 4: Rata-rata Bank Umum Swasta Nasional per Rasio

Nama Rasio
Perusahaan CAR NPL NPM BOPO LDR
Bank BCA 23,96% 1,58% 144,62% 58,99% 74,18%
Bank OCBC NISP 19,60% 1,90% 137,79% 77,29% 88,04%
Bank CIMB Niaga 20,32% 3,45% 80,35% 84,28% 92,22%
Bank Panin 24,47% 3,08% 138,40% 80,41% 95,67%

Lampiran 5: Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum


Swasta Nasional Rasio CAR

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
CAR BANK PEMERINTAH 24 20.2187 1.98203 .40458
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 22.1546 3.31045 .67574

Lampiran 6: Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum


Swasta Nasional Rasio NPL

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NPL BANK PEMERINTAH 24 3.0075 .78856 .16096
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 2.5012 .85465 .17445

Lampiran 7: Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum


Swasta Nasional Rasio NPM

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NPM BANK PEMERINTAH 24 91.7175 26.14677 5.33719
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 125.2917 37.45567 7.64561
102

Lampiran 8: Perbedaan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum


Swasta Nasional Rasio BOPO

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
BOPO BANK PEMERINTAH 24 77.3763 9.22455 1.88295
(BUMN)
BANK UMUM SWASTA 24 75.2417 10.39312 2.12149
NASIONAL

Lampiran 9: Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum


Swasta Nasional Rasio LDR

Group Statistics
BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LDR BANK PEMERINTAH 24 91.0304 8.15715 1.66507
(BUMN)
BANK SWASTA NASIONAL 24 87.6646 11.91934 2.43302

Lampiran 10: Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah (BUMN) dengan Bank Umum
Swasta Nasional Rata-rata keseleuruhan Rasio

Group Statistics
Std. Std. Error
BANK N Mean Deviation Mean
Rata-rata keseluruhan BANK PEMERINTAH 5 56.6960 41.99486 18.78067
Rasio (BUMN)
BANK SWASTA 5 62.5680 49.91497 22.32265
NASIONAL
103

Lampiran 11: Uji Independent Sample t-Test Rasio CAR

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differen Differe Difference
F Sig. t df tailed) ce nce Lower Upper
CAR Equal 3.079 .086 -2.458 46 .018 -1.93583 .78760 -3.52119 -.35048
variances
assumed
Equal -2.458 37.612 .019 -1.93583 .78760 -3.53079 -.34088
variances
not assumed

Lampiran 12: Uji Idenpendent t-Test Rasio NPL

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differen Differen Difference
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
NPL Equal 1.234 .272 2.133 46 .038 .50625 .23737 .02845 .98405
variances
assumed
Equal 2.133 45.705 .038 .50625 .23737 .02837 .98413
variances
not
assumed
104

Lampiran 13: Uji Independent t-Test Rasio NPM

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Error Interval of the
taile Mean Differe Difference
F Sig. t df d) Difference nce Lower Upper
NPM Equal 3.882 .055 -3.601 46 .001 -33.57417 9.3242 -52.34283 -14.80551
variances 1
assumed
Equal -3.601 41.114 .001 -33.57417 9.3242 -52.40320 -14.74514
variances not 1
assumed

Lampiran 14: Uji Independent Sample t-Test Rasio BOPO

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differenc Differen Difference
F Sig. t df tailed) e ce Lower Upper
BOPO Equal .049 .826 .753 46 .456 2.13458 2.83659 - 7.84433
variances 3.57517
assumed
Equal .753 45.36 .456 2.13458 2.83659 - 7.84651
variances not 1 3.57734
assumed
105

Lampiran 15: Uji Independent Sample t-Test Rasio LDR

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std.
Interval of the
Mean Error
Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
LDR Equal 4.763 .034 1.142 46 .260 3.3658 2.9482 - 9.30032
variances 3 3 2.5686
assumed 5
Equal 1.142 40.66 .260 3.3658 2.9482 - 9.32138
variances not 9 3 3 2.5897
assumed 2

Lampiran 16: Uji Independent Sample t-Test keseluruhan Rasio

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Sig. Std. Confidence
(2- Mean Error Interval of the
taile Differen Differe Difference
F Sig. t df d) ce nce Lower Upper
Rata-rata Equal .140 .718 -.201 8 .845 - 29.172 - 61.399
keseluruhan variances 5.87200 15 73.143 10
Rasio assumed 10
Equal -.201 7.773 .846 - 29.172 - 61.743
variances not 5.87200 15 73.487 34
assumed 34

Anda mungkin juga menyukai