Anda di halaman 1dari 8

AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No.

3, Edisi November 2022


e-ISSN 2723-6846 | p-ISSN 2527-6735
doi: http://dx.doi.org/10.36709/ampibi.v7i3.25043

KARAKTERISASI SORGUM (SORGHUM BICOLOR (L.) MOENCH) AKSESI BADONG ASAL DESA
AMONGGEDO, KECAMATAN AMONGGEDO, KABUPATEN KONAWE

Alwi Ganing Sinta *, La Kolaka, Damhuri


Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
*e-mail: alwi.ganing0@gmail.com

Abstrak: Keanekaragaman sorgum di Sulawesi Tenggara khususnya aksesi Badong yang terletak di Kabupaten
Konawe, Desa Amonggedo belum dilaporkan. Karakterisasi sorgum bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memilih jenis indukan dalam penentuan varietas baru. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui karakter
morfologi dan agronomi sorgum aksesi Badong asal Desa Amonggedo Kecamatan Amonggedo, Kabupaten
Konawe, (2) membandingkan karakter morfologi dan agronomi antara aksesi Badong dengan varietas Numbu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yaitu mengamati, mengukur, dan mencatat secara
bertahap karakter morfologi dan agronomi dari tanaman sorgum, yaitu sebanyak 25 karakter. Analisis data yang
digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif diperoleh dari 25 karakter
yang diamati ada 7 karakter unggul aksesi Badong dibandingkan dengan varietas Numbu yaitu tinggi tanaman,
lapisan lilin pada bunga, rasa cairan batang, tipe malai, tipe sekam, kilau biji dan bobot 1000 biji. Hasil analisis
inferensial dari 8 karakter yang diuji beda terdapat 1 karakter yang tidak berbeda nyata yaitu kerontokan biji dan
7 karakter yang berbeda yaitu tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah biji per malai,
ketebalan biji dan bobot 1000 biji.

Kata kunci: karakterisasi, sorgum lokal, karakter morfo-agronomi

CHARACTERIZATION OF SORGHUM (SORGHUM BICOLOR (L.) MOENCH) BADONG


ACCESSION FROM AMONGGEDO VILLAGE, AMONGGEDO DISTRICT, KONAWE REGENCY

Abstract: The diversity of sorghum in Southeast Sulawesi, especially the Badong accession located in Konawe
Regency, Amonggedo Village has not been reported. The characterization of sorghum aims to identify and choose
parental species for determining new varieties. This study aims to (1) determine the morphological and agronomic
characters of Badong accession sorghum from Amonggedo Village, Amonggedo District, Konawe Regency, (2)
compare morphological and agronomic characters between Badong accessions and Numbu variety. The method
used in this research was observation, which is observed, measured, and gradually recorded the morphological
and agronomic characters of the sorghum plant, which were 25 characters. Data was analyzed by descriptive and
inferential analysis. The results of descriptive analysis of the 25 characters that there 7 superior characters of
Badong accession compared to Numbu variety, such as plant height, waxy coating on flowers, stem fluid tasted,
panicle type, husk type, seed luster and 1000 seed weight. The results of inferential analysis of 8 characters tested
were different, there was 1 character was not significantly different, that a seed loss and 7 different characters,
that was plant height, leaf length, leaf width, number of leaves, number of seeds per panicle, thickness seed and
weight of 1000 seeds.

Keywords: characterization, local sorghum, morfo-agronomic character

PENDAHULUAN
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) secara global merupakan tanaman pangan penting dimana posisinya
berada pada peringkat kelima setelah gandum, padi, jagung dan barley. Sorgum dibudidayakan di banyak negara
dan sekitar 80% areal pertanaman berada di wilayah Afrika dan Asia (Siregar dan Mardiyah, 2018: 81). Sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap
kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan
hama/penyakit.
Karakterisasi bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat penting yang merupakan penciri dari varietas yang
bersangkutan. Karakter yang diamati dapat berupa karakter morfologis (bentuk daun, bentuk buah, warna kulit
biji, dan sebagainya), karakter agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan,

99
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Karakterisasi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Aksesi Badong Asal Desa Amonggedo, Kecamatan…

dan sebagainya), karakter fisiologis (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi pencoklatan, dan sebagainya),
marka isoenzim, dan marka molekuler (Kusumawati, dkk., 2013: 7-8).
Karakterisasi bertujuan untuk menghasilkan deskripsi yang akan bermanfaat dalam pemilihan tetua-tetua
pada program pemuliaan tanaman (Miswarti, dkk., 2014: 167). Melihat manfaat yang cukup luas, sorgum
mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh
kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup potensial diberdayakan. Sorgum merupakan tanaman
serealia yang berpotensi untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan
kering di Indonesia (Kusumawati, dkk., 2013: 8). Karakterisasi merupakan modal untuk pemilihan tetua dalam
kegiatan perakitan varietas baru. Kegiatan tersebut meliputi, koleksi plasma nuftah sebagai sumber keragaman,
identifikasi dan karakterisasi, meningkatkan keragaman plasma nutfah, misalnya melalui persilangan ataupun
dengan transfer gen, proses seleksi, pengujian dan evaluasi, pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas
(Syukur, dkk., 2009).
Kegiatan karakterisasi sorgum telah banyak dilakukan, namun pada varietas sorgum dengan karakter beragam
yang ditemukan di berbagai wilayah di Sulawesi Tenggara, terutama yang ditanam di Kabupaten Konawe Desa
Amonggedo belum dilaporkan. Masyarakat Desa Amonggedo Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe telah
lama membudidayakan sorgum atau lebih dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan batari, dimana populasinya
yang semakin berkurang, karena kurangnya pengetahuan petani terhadap potensi sorgum. Petani di Desa
Amonggedo hanya memanfaatkan biji sorgum sebagai pakan ternak ayam dan daunnya digunakan sebagai pakan
ternak sapi, sedangkan untuk batang sorgum sering dikonsumsi langsung oleh masyarakat tanpa diolah terlebih
dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan agronomi sorgum aksesi Badong asal
Desa Amonggedo Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe serta untuk membandingkan karakter morfologi
dan agronomi antara aksesi Badong dengan varietas Numbu.

METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari–Agustus 2020, bertempat di Perumahan Dosen UHO, Kota
Kendari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap sebanyak 10 ulangan. Media tanam yang
digunakan yaitu 3 (tanah top soil+arang sekam padi): 1 (pupuk kandang sapi) pada wadah ember (10 liter) dengan
bobot per ember 8 kg. Karakter morfologi dan agronomi yang diamati berjumlah 25 karakter yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang daun, lebar daun, warna tulang daun, umur berbunga, bulu pada bunga saat masak, warna
tanaman pada saat panen, sifat berair batang, rasa cairan batang, tipe malai, warna sekam, tipe sekam, jumlah biji
per malai, kerontokan biji, bobot 1000 biji, kulit ari biji, warna biji, lapisan lilin pada biji, kilau biji, bentuk biji,
ketebalan biji warna endosperm, tekstur endosperm, dan tipe endosperm. Analisis data yang digunakan yaitu
analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan uji beda t.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Data karakter kualitatif sorgum aksesi badong dan varietas numbu
Data pada karakter kualitatif sorgum aksesi Badong dan varietas Numbu dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Data karakter kualitatif sorgum aksesi badong dan varietas numbu
No. Indikator Aksesi badong Varietas numbu
(1) (2) (3) (4)
1. Warna tulang tengah bawah Kuning Kuning
daun

100
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Alwi Ganing Sinta, La Kolaka, Damhuri

2. Bulu pada bunga Ada Ada

3. Warna tanaman (daun dan Hijau muda Hijau muda kekuningan


pelepah batang) saat panen

4. Sifat berair batang Sangat berair Berair


5. Rasa cairan batang Manis Tawar
6. Lapisan lilin pada bunga Seluruhnya Tidak da
7. Kilau biji Berkilau Tidak berkilau
8. Bentuk biji Tunggal Tunggal
9. Ketebalan biji Gepeng Gemuk

(1) (2) (3) (4)


10. Tipe malai Cabang primer terkulai Kompak dan lonjong

101
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Karakterisasi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Aksesi Badong Asal Desa Amonggedo, Kecamatan…

11. Warna sekam Merah kehitaman Cokelat

12. Kulit ari biji Ada Ada

13. Warna biji Merah kecokelatan Putih

14. Tipe sekam Seluruh biji tertutu ¾ biji tertutup

(1) (2) (3) (4)

15. Warna endosperm Putih Putih

16. Tekstur endosperm Bertepung Sedang


17. Tipe endosperm Ketan Ketan

102
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Alwi Ganing Sinta, La Kolaka, Damhuri

Hasil analisis uji beda t antara sorgum aksesi badong dan varietas numbu
Hasil uji beda karakter morfologi dan agronomi sorgum aksesi badong dan varietas Numbu disajikan dalam
tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil analisis uji beda t karakter sorgum aksesi badong dan varietas numbu
Rerata
No. Indikator tHitung tTabel
BD NM
1. Tinggi Tanaman (cm) 297,10 250,70 9,63* 2,10
2. Panjang Daun (cm) 92,12 107,90 -7,89* 2,10
3. Lebar Daun (cm) 9,19 13,02 -15,72* 2,10
4. Jumlah Daun (helai) 12 14 -5,578* 2,10
5. Jumlah Biji Per Malai 1585 2455 -6* 2,10
tn
6. Kerontokan (%) 82,75 82,02 0,272 2,10
7. Ketebalan Biji 2,42 3,09 -12,79* 2,10
8. Bobot 1000 Biji (g) 26,60 22,53 6,03* 2,10
Ket : BD = Badong; NM = Numbu; * = Berbeda nyata; tn = .tidak berbeda nyata

PEMBAHASAN
Tinggi tanaman sorgum aksesi Badong lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Numbu. Tinggi tanaman
sorgum dipengaruhi faktor genetik yang mempengaruhi panjang dari batang tanaman sorgum. Tanaman yang
termasuk dalam kategori tinggi sangat rawan terhadap rebah, karena semakin tinggi suatu tanaman, maka akan
lebih mudah terkena angin. Tanaman sorgum yang sudah berisi akan mudah condong ke bawah karena tertarik
oleh berat bulir pada malai sehingga menjadikan tanaman mudah rebah apabila diterpa angin. Panjaitan, dkk.,
(2015: 5) menyatakan bahwa tinggi tanaman sorgum yang berbatang pendek (lebih kecil dari rata-rata populasi)
dapat digunakan sebagai tanaman induk karena tanaman sorgum yang pendek tahan terhadap rebah.
Panjang daun sorgum aksesi Badong lebih tinggi dibandingkan varietas Numbu, sedangkan karakter lebar
daun aksesi Badong lebih sempit dari varietas Numbu sebagai pembanding. Tanaman dengan lebar daun yang
sempit dapat menurunkan kualitas fotosintesis, sedangkan untuk daun yang terlalu lebar dapat mengganggu proses
fotosintesis daun. Panjang daun tanaman sorgum mempengaruhi produksi biomasa, varietas Numbu memiliki
produksi biomasa yang tinggi dibandingkan dengan aksesi Badong karena rerata panjang daun dari varietas
Numbu lebih tinggi dibandingkan aksesi Badong. Sriagtula dan Sowmen (2018: 139) menyatakan bahwa produksi
biomasa terendah dari galur sorgum disebabkan rendahnya pertumbuhan terutama pada diameter batang dan
panjang daun dari tanaman sorgum.
Jumlah daun yang dihasilkan sorgum aksesi Badong lebih rendah dari varietas Numbu. Jumlah daun dapat
mempengaruhi proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman, semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak
organ yang digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Siantar, dkk., (2019: 36) menyatakan bahwa semakin
banyak jumlah daun pada tanaman sorgum maka semakin tinggi fotosintesis yang terjadi pada tanaman tersebut.
Umur berbunga aksesi Badong lebih lama 9 hari dibandingkan varietas Numbu. Umur berbunga ditentukan
oleh lamanya fase vegetatif suatu tanaman. Umur berbunga tanaman sorgum dipengaruhi oleh faktor bawaan
genetik dan kondisi lingkungannya sehingga setiap tanaman sorgum meskipun memiliki jenis yang sama namun
tidak memiliki waktu umur berbunga yang sama, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi waktu umur
berbunga tanaman sorgum karena dapat mempengaruhi unsur hara yang didapat oleh tanaman sorgum. Sitepu,
dkk., (2015: 6) menyatakan bahwa umur berbunga tanaman sorgum berbeda-beda, faktor tersebut menyebabkan
umur berbunga pada masing-masing varietas lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman.
Karakter bulu pada bunga dapat ditemukan pada sorgum aksesi Badong dan varietas Numbu. Bulu bunga
pada tanaman sorgum berfungsi untuk melindungi biji sorgum dari serangan hama dan penyakit. Keberadaan bulu
pada bunga tanaman sorgum dipengaruhi oleh faktor genetik karena tidak semua jenis sorgum memiliki bulu pada
bunganya dan bulu pada bunga tanaman sorgum memiliki bentuk yang beragam. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Andriani dan Isnaini (2013:55-56) yang menyatakan bahwa bulu (awn) pada bunga tanaman

103
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Karakterisasi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Aksesi Badong Asal Desa Amonggedo, Kecamatan…

sorgum terdapat pada bagian lemma. Bagian lemma yang sering terdapat bulu adalah bagian atas bergantung pada
jenis varietas.
Lapisan lilin pada bunga aksesi Badong menutupi seluruh lapisan permukaan luar biji sorgum, sedangkan
untuk varietas Numbu tidak ditemukan lapisan lilin pada bunga. Lapisan lilin ini berfungsi untuk melindungi
tanaman sorgum dari penguapan air yang berlebihan sehingga mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman
sorgum. Menurut Peterson, et al., (1979: 22-30) menyatakan bahwa tanaman sorgum memiliki keistimewaan
dibandingkan tanaman pangan yang lain yaitu memiliki lapisan lilin yang tebal berwarna putih pada gagang
bunga, ketiak daun, dan permukaan daun.
Karakter sifat berair dan rasa cairan pada batang sorgum aksesi Badong menunjukkan sangat berair serta
memiliki rasa cairan yang manis, sedangkan untuk varietas Numbu memiliki sifat berair serta rasa cairan batang
yang tawar. Sifat berair dan rasa cairan batang tanaman sorgum diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
mempengaruhi kandungan nira pada tanaman sorgum. Semakin banyak kandungan nira pada batang sorgum maka
batang tanaman sorgum akan berair dan memiliki rasa manis. Menurut Sahuri (2017: 31) menyatakan bahwa nira
sorgum merupakan cairan yang diperoleh dari pengepresan batang sorgum manis. Kandungan nira dalam batang
sorgum manis dipengaruhi oleh jenis sorgum, iklim, umur sorgum, dan cara pemeliharaan yang meliputi
pemberian pupuk dan pengairan.
Warna tanaman saat panen (warna daun dan pelepah) pada aksesi Badong menunjukkan warna hijau muda,
sedangkan untuk varietas Numbu menujukkan warna hijau kekuningan. Warna daun yang dihasilkan oleh tanaman
sorgum disebabkan oleh keterlambatan pada saat pemupukan susulan, sehingga tanaman sorgum menghasilkan
warna daun menjadi kekuningan yang mengakibatkan proses fotosintesis terhambat. Namun, warna kuning pada
daun tanaman sorgum juga dapat disebabkan oleh faktor kelebihan logam Fe (besi) dalam tanah.
Tipe malai pada aksesi Badong bertipe cabang primer terkulai, sedangkan varietas Numbu bertipe kompak
dan lonjong. Tipe malai pada tanaman sorgum dapat memberikan pengaruh terhadap hasil panen biji sorgum. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati, dkk., (2016: 182) yang menyatakan bahwa malai
merupakan tempat biji sorgum berada. Di bagian tengah malai terdapat sumbu malai tempat cabang malai
menempel. Oleh karena itu diduga semakin panjang malai akan semakin banyak cabang malai dan jumlah biji
yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot biji per tanaman.
Warna dan tipe sekam aksesi Badong menunjukkan warna sekam hitam kemerahan sedangkan untuk varietas
Numbu menunjukkan warna sekam coklat. Untuk tipe sekam aksesi Badong bertipe seluruh permukaan biji
tertutup dan untuk varietas Numbu bertipe ¾ biji tertutup. Warna sekam sorgum mempengaruhi warna biji dari
sorgum. karakter warna sekam bervariasi dari mulai warna putih, krem, coklat, sampai coklat kehitaman. Warna
dan tipe sekam dipengaruhi faktor genetik yang menjadikan warna dan tipe sekam tiap jenis sorgum berbeda-
beda.
Jumlah biji per malai sorgum aksesi Badong lebih rendah dari varietas Numbu. Jumlah biji per malai pada
tanaman sorgum dipengaruhi oleh bentuk dan keberadaan cabang pada malai, semakin panjang dan banyak
terdapat cabang suatu malai maka kemungkinan besar akan banyak jumlah biji per malai pada tanaman sorgum
tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati, dkk., (2016: 182) yang menyatakan
bahwa semakin panjang malai akan semakin banyak cabang malai dan jumlah biji yang akan meningkatkan
produksi biji dan hasil panen yang semakin tinggi.
Persen kerontokan biji sorgum pada aksesi Badong dan varietas Numbu tergolong dalam kategori kerontokan
sedang. Persen kerontokan biji pada malai sorgum diduga dipengaruhi oleh faktor genetik berupa bentuk
morfologi dan kandungan kimia yang mempengaruhi faktor lingkungan berupa serangan hama burung. Menurut
Anas dan Suhanto (2018: 82) menyatakan bahwa keberagaman jumlah biji pada malai saat panen disebabkan oleh
serangan hama burung karena kandungan tanin yang cukup tinggi pada biji sorgum.
Bobot 1000 biji sorgum aksesi Badong lebih tinggi dibandingkan varietas Numbu. Bobot 1000 biji aksesi
Badong lebih berat dibandingkan bobot 1000 biji varietas Numbu, karena aksesi Badong terisi penuh pada fase
pengisian yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Biji sorgum yang tidak terisi penuh dapat
disebabkan oleh kurangnya cahaya matahari yang diserap pada saat fase pengisian, keterlambatan dalam
melakukan pemupukan susulan dan kurangnya kadar air dalam tanah, cahaya matahari, pemupukan susulan dan
jumlah air yang tersedia dalam tanah dapat mempengaruhi fotosintesis sehingga pengisian biji sorgum menjadi
terganggu. Menurut Sitepu, dkk., (2015: 9) menyatakan bahwa pemberian pupuk berpengaruh terhadap bobot
1000 biji tanaman sorgum. Bobot biji juga dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman seperti varietas Numbu
memiliki ukuran biji yang besar sehingga mempengaruhi bobot bijinya.

104
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Alwi Ganing Sinta, La Kolaka, Damhuri

Warna dan kilau biji aksesi Badong memiliki warna biji merah kecoklatan dan biji sorgum yang berkilau dan
untuk varietas Numbu warna dan kilau biji memiliki biji yang berwarna putih dan tidak bekilau. Varietas Numbu
memiliki warna biji yang cerah dibandingkan aksesi Badong. Karakter warna dan kilau biji dapat menjadikan
karakter yang spesifik dari tanaman sorgum, karena memiliki warna dan kilau biji yang berbeda dengan
pembanding.
Kulit ari biji pada aksesi Badong dan varietas Numbu memiliki kulit ari pada bijinya. Faktor yang
mempengaruhi keberadaan kulit ari biji pada tanaman sorgum adalah faktor genetik, semakin pendek tanaman
maka kulit ari biji semakin tipis atau bahkan tidak ada. Kulit ari biji juga mempengaruhi jumlah daun, diameter
batang, umur panen dan waktu antesis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zubair (2016: 25)
yang menyatakan bahwa semakin pendek tanaman maka kulit ari biji semakin tipis dan semakin tipis kulit ari biji
maka jumlah daun semakin banyak, diameter batang semakin besar, umur panen dan waktu antesis semakin
panjang.
Bentuk dan ketebalan biji aksesi Badong menunjukkan bentuk biji tunggal dengan rerata ketebalan biji 2,42
mm, sedangkan varietas Numbu menunjukkan bentuk biji yang tunggal dengan rerata ketebalan biji 3,09 mm. Biji
pada tanaman sorgum memiliki ketebalan yang bervariasi pada setiap malainya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
faktor gen dan juga berpengaruh terhadap lingkungan tempat tumbuh tanaman sorgum. Ketebalan biji sorgum
juga dapat berpengaruh pada hasil bobot timbangan 1000 biji dan juga mempengaruhi produksi sorgum itu sendiri.
Semakin tebal biji yang dihasilkan tanaman sorgum, maka bobot timbangan 1000 biji yang dihasilkan akan
semakin tinggi.
Warna dan tekstur endosperm pada aksesi Badong dan varietas Numbu menunjukkan warna endosperm yang
sama yaitu berwarna putih, sedangkan untuk tekstur endosperm yang dihasilkan aksesi Badong bertepung dan
varietas Numbu sedang. Warna endosperm sorgum dipengaruhi oleh keberadaan kandungan tanin, sedangkan
tekstur endosperm dipengaruhi oleh keberadaan lapisan terluar dari endosperm berupa aleuron yang merupakan
lapisan terluar dari endosperm biji sorgum. Menurut Suarni (2009: 181) menyatakan bahwa kelemahan pembuatan
tepung sorgum adalah adanya tanin pada bagian aleuron, yang merupakan antinutrisi dan memberi rasa sepat pada
pada produk olahan. Kandungan tanin dapat mempengaruhi warna tepung yang dihasilkan.
Tipe endosperm tanaman sorgum dari total 10 responden yang mencicipi rasa biji sorgum menunjukkan
bahwa tipe endosperm aksesi Badong dan varietas Numbu bertipe ketan untuk semua responden yang mencicipi
rasa biji sorgum. Sel-sel endosperm terdiri dari granula-granula tepung atau kanji yang menempel pada matriks
protein. Bagian granula-granula tepung berbentuk bola dan berubah bentuk menjadi poligonal pada saat berada
dalam area corneus dan endosperm. Tipe endosperm dari varietas Numbu dan aksesi Badong dari hasil responden
menunjukkan bahwa mengandung banyak granula-granula tepung atau kanji sehingga tipe endosperm dari
keduanya adalah tipe ketan. Sukarminah (2015: 2) menyatakan bahwa klasifikasi tipe endosperm biji sorgum
menurut persentase endosperm corneus terhadap keseluruhan endosperm biji ditentukan oleh kandungan
endosperm berupa floury atau corneus.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Karakter deskripstif morfologi dan
agronomi yang dimiliki sorgum aksesi Badong dari 25 karakter yang diteliti terdapat 7 sifat karakter unggul yaitu
tinggi tanaman, lapisan lilin pada bunga, rasa cairan batang, tipe malai, tipe sekam, kilau biji dan bobot 1000 biji,
yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman dan 18 karakter yang tidak unggul. (2) Karakter kuantitatif
morfologi dan agronomi sorgum aksesi Badong dengan varietas Numbu diperoleh 8 karakter yang diuji beda,
terdapat 7 karakter yang berbeda nyata yaitu tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah biji
per malai, ketebalan biji dan bobot 1000 biji dan terdapat 1 karakter yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
yaitu persen kerontokan. Saran untuk melakukan penelitian tentang karakter lain sorgum aksesi Badong yang
belum dikarakterisasi yaitu karakter kadar gula pada batang sorgum dan karakter fisiologis sorgum.

DAFTAR PUSTAKA
Anas, A. and Suhanto, A. (2018). Keragaan Penampilan Lima Genotipe Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.)
Moench) Introduksi Jepang di Jatinangor Indonesia. Zuriat. Vol. 29 (2): 80-87.

Andriani, A. and Isnaini, M. (2013). Morfologi dan Fase Pertumbuhan Sorgum. Inovasi Teknologi dan
Pengembangan. IAARD Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

105
AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, Vol. 7 No. 3, Edisi November 2022
Karakterisasi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Aksesi Badong Asal Desa Amonggedo, Kecamatan…

Kusumawati, A., Putri, N.E. Suliansyah, I. (2013). Karakterisasi dan Evaluasi Beberapa Genotipe Sorgum
(Sorghum bicolor L.) di Sukarami Kabupaten Solok. Jurnal Agroteknologi. Vol. 4 (1): 7-12.

Panjaitan, R., Zuhry, E. Deviona, D. (2015). Karakterisasi dan Hubungan Kekerabatan 13 Genotipe Sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Mouch) Koleksi BATAN. Jurnal Online Mahasiswa Faperta. Vol. 2 (1) : 1-13.

Peterson, G.C., Suksayetrup, K. and Webel, D.E. (1979). Inheritance and Interreletionship of Bloomless and
Sparse-Bloom Mutant in Sorghum. Sorghum Newsletter. Vol. 22: 30.

Sahuri. (2017). Uji Adaptasi Sorgum Manis Sebagai Tanaman Sela di Antara Tanaman Karet Belum
Menghasilkan. Indonesian Journal of Natural Rubber Research. Vol. 35 (1): 23-38.

Siantar, P.L., Pramono, E., Hadi, M.S. and Agustiansyah, A. (2019). Pertumbuhan, Produksi, dan Vigor Benih
pada Budidaya Tumpangsari Sorgum-Kedelai. Jurnal Galung Tropika. Vol. 8 (2): 91-102.

Siregar, D.S. and Mardiyah, A. (2018). Uji Adaptasi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) pada Lahan
Sawah Tadah Hujan di Desa Matang Seutui Kota Langsa. Prosiding Seminar Nasional Pertanian. Vol. 1
(1): 40-45.

Sitepu, L., Zuhry, E. and Nurbaiti, N. (2015). Aplikasi Beberapa Dosis Pupuk Fosfor untuk Pertumbuhan dan
Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Jurnal Online Mahasiswa Faperta.
Vol. 2 (2): 1-12.

Sriagtula, R. and Sowmen, S. (2018). Evaluasi Pertumbuhan dan Produktivitas Sorgum Mutan Brown Midrib
(Sorghum bicolor (L.) Moench) Fase Pertumbuhan Berbeda sebagai Pakan Hijauan pada Musim Kemarau
di Tanah Ultisol. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science). Vol. 20 (2): 130-
144.

Suarni, S. (2009). Potensi Tepung Jagung dan Sorgum Sebagai Substitusi Terigu dalam Produk Olahan. Iptek
Tanaman Pangan. Vol. 4 (2): 181-193.

Subagio, H. and Aqil, M. (2014). Perakitan dan Pengembangan Varietas Unggul Sorgum Untuk Tanaman Pangan,
Pakan dan Bioenergi. Iptek Tanaman Pangan. Vol. 9 (1): 39-50.

Sukarminah, E. (2015). Karakteristik Biji Sorgum Putih Varietas Lokal Bandung yang Berhubungan dengan
Penyosohan. Indonesian Journal of Applied Sciences. Vol. 5 (1): 1-6.

Sulistyowati, Y., Sopandie, D., Ardie, S.W. and Nugroho, S. (2016). Parameter Genetik dan Seleksi Sorgum
[Sorghum bicolor (L.) Moench] Populasi F4 Hasil Single Seed Descent (SSD). Jurnal Biologi Indonesia.
Vol. 12 (2): 175-184.

Syukur, M., Sujiprihati, S. and Yunianti, R. (2012). Teknik Pemuliaan Tanaman (Cetakan III, Edisi revisi Cetakan
1). Penebar Swadaya. Jakarta.

Zubair, A. (2016). Sorgum Tanaman Multi Manfaat. UNPAD Press. Bandung.

106

Anda mungkin juga menyukai