Anda di halaman 1dari 21

ACARA II

IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH

ABSTRAKSI

Praktikum Teknologi Benih acara II yang berjudul Identifikasi Benih dan Kecambah
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 Maret 2014, di Laboratorium Teknologi Benih,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi benih berdasar atas sifat - sifat fisik, bentuk,
warna, ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya.
Adapun alat - alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: scalpel, pinset, magnifier,
bak perkecambahan, pasir, dan kertas filter. Sedangkan bahan - bahan yang digunakan antara
lain : biji padi, jagung, kedelai, mentimun, bengkoang, selada, sorghum, caisim, buncis, kecipir,
bayam, kangkung, kacang hijau, wortel, terung, gambas, semangka, pare, cabe, kacang
Panjang, dan gandum. Pada praktikum ini akan diamati sifat fisik benih, bentuk, warna,
ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, warna dan bentuk kecambah benih. Benih
antara yang satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda - beda. Benih
dikotil memiliki cadangan makanan berupa kotiledon dan tipe perkecambahannya adalah tipe
epigeal. Sedangkan benih monokotilccadangan makanannya berupa endosperm dan tipe
perkecambahannya adalah tipe hipogeal.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identifikasi benih atau biji sangat berperan dalam program pengujian kualitas benih.
Morfologi benih atau bjji relatif tetap dapat dijadikan pegangan dalam melakukan identifikasi
benih atau biji.
Salah satu definisi biji secara botani adalah ovule yang masak yang terdiri dari
embrio, integument dan endosperm. Beberapa biji dilengkapi dengan pericarp misalnya pada
chenes, cryopsis dan lemma / palea pada rerumputan. Seed unit adalah istilah yang digunakan
untuk menyebutkan biji-biji yang sebenarnya adalah buah misalnya pada serealia dan
rerumputan. Seed unit ada pada padi, jagung, gandum dan biji-biji rerumputan makanan
ternak.
Di Negara-negara yang sudah maju, usaha untuk meningkatkan mutu benih melalui
prossesing benih yang dapat memisahkan biji dan kotoran benih berdasarkan perbedaan
warna, ukuran, permukaan dan berat jenis benih yang telah dilaksanakan. Namun dalam
kelompok benih masih sering ditemukan biji-biji yang tidak dikehendaki, yang lolos sewaktu
prosesing. Biji-biji yang lolos ini hampir serupa dengan benih murni, sehingga analis benih
yang berpengalaman yang dapat membedakannya.

B. Tujuan
Mengidentifikasi biji berdasarkan atas sifat-sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, permukaan
kulit, embrio, endosperm serta warna dan bentuk kecambahnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman
yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman (Nasrudin, 2009).
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)Benih utuh, artinya tidak
luka atau tidak cacat. b) Benih harus bebas hama dan penyakit. c) Benih harus murni, artinya
tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran. d) Benih diambil
dari jenis yang unggul atau stek yang sehat. e) Mempunyai daya kecambah 80%. f) Benih
yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air (Sadjad, 1977).
Memahami struktur benih, dan asal genetik benih sangatlah penting untuk
menganalisa mekanisme perkecambahan biji. Penjelasan mekanisme perkecambahan biji
sangat penting untuk memodifikasi kinerja perkecambahan biji melalui program pemuliaan,
dan untuk mengembangkan bioteknologi untuk peningkatan benih. Struktur benih pada
umumnya terdiri dari embrio, yang akan menjadi bakal tanaman; endosperm, yang
menyediakan nutrisi untuk perkecambahan; dan testa, yang melindungi embrio dan
endosperm dari lingkungan yang keras (Eng-Chong Pua & Davey, 2010).
Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan
pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa
fisiologis dan morfologis sebagai berikut (Gardner et al., 1991) :
a. Imbibisi dan absorbsi air
b. Hidrasi jaringan pencernaan
c. Absorbsi oksigen
d. Pengaktifan enzim dan pencernaan
e. Transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio
f. Peningkatan respirasi dan asimilasi
g. Inisiasi pembelahan
h. Munculnya pembelahan
Perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe epigeal dan tipe
hipogeal. Tipe perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah
dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah
radikula menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas
permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil
meluruskan diri. Dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas
permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya
kotiledon membuka daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian,
kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah (Sayektiningsih & Ningsih, 2009).
Sedangkan tipe Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas
batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon
tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Sutopo, 2002).
Berikut merupakan gambar tipe perkecambahan benih:
Sumber: http://biologigonz.blogspot.com/2010/02/faktor-pertumbuhan-tanaman.html

Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam
yang mempengaruhi perkecambahan yaitu: gen, hormon, tingkat kemasakan benih, ukuran
dan kekerasan biji, serta dormansi biji. Sedang faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkecambahan adalah air, oksigen dan karbondioksida, suhu, dan cahaya (Copeland &
McDoald, 1999).
III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih acara II yaitu Identifikasi Benih dan
Kecambah dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 27 Maret 2014 di Laboratorium Teknologi
Benih Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini antara lain benih padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kedelai
(Glycine maxima), mentimun (Cucumis sativus), bengkoang (Pochyrrhizus erosus), selada
(Lactuca sativa), sorghum (Sorghum bicolor), caisim (Brassica campestris), buncis
(Paseolus vulgaris), kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), bayam (Amaranthus spp),
kangkung (Ipomea aquatica), kacang hijau (Vigna radiata), wortel (Petroselinum crispum),
terung (Solanum melongenae), gambas(Luffa acutangula), semangka (Citrulus vulgaris), pare
(Momordica charantia), cabe (Capsicum spp), kacang panjang (Vigna sinensis) dan gandum
(Triticum aestivum). Sedangkan alat yang digunakan adalah scalpel, pinset, magnifer, bak
perkecambahan, pasir, dan kertas filter.
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah pertama, contoh 21 macam benih yang
tersedia diambil secukupnya untuk diamati ciri-ciri fisik yang meliputi bentuk, warna, ukuran
(panjang, lebar dan tebalnya), permukaan kulit, dan berat 100 bijinya kemudian digambar.
Kedua, beberapa biji meliputi biji jagung, biji kedelai, biji buncis, biji kacang hijau, biji
mentimun, biji kacang panjang, biji bengkoang, biji kecipir, dan biji gambas dilembapkan
secukupnya. Kemudian dibelah dan diamati warna embrio, warna cadangan makanan, dan
digambar bagian-bagian biji tersebut dan beri keterangan. Ketiga, biji jagung, biji ketimun,
dan biji kedelai dikecambahkan dan digambar bentuk kecambah serta bagian-bagiannya.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Identifikasi Biji
1. Padi (Oryza sativa)
Bentuk : lonjong, ujung meruncing
Ukuran : p =10 mm; l = 2 mm ; tbl = 2 mm
Warna : coklat muda
Permukaan : kasar dan sedikit berbulu
Berat 100 butir biji : 2,66 gr

Deskripsi : Biji padi mempunyai kulit (integument) yang keras sehingga diperlukan
perlakuan sebeum dikecambahkan seperti direndam dalam air. Biji padi merupakan biji
monokotil dan tipe perkecambahannya adalah hypogeal. Biji padi selain digunakan untuk
bahan tanam juga digunakan untuk konsumsi.
2. Kedelai (Glycine max)

Bentuk : bulat
Ukuran : p =6 mm;l =5 mm;tbl =3 mm
Warna : coklat
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 13,06 gr

Deskripsi : biji kedelai merupakan biji dikotil dengan tipe perkecambahan epigeal.
Biji kedelai mempunyai tekstur yang halus dengan warna yang berbeda – beda
tergantung dengan jenisnya. Biji kedelai selain dapat digunakan untuk bahan tanam juga
dapat digunakan sebagai bahan konsumsi. Menurut Zukhri et. al., (2002), ada berbagai
varietas kedelai lokal dengan ukuran yang berbeda-beda misalnya kedelai varietas wilis,
malabar, kerinci, dan sebagainya.
3. Jagung (Zea mays)
Bentuk : oval
Ukuran : p =9 mm; l=9 mm; tbl =3 mm
Warna : kuning
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 22,94 gr

Deskripsi : biji jagung merupakan biji yang berjenis monokotil yaitu biji yang tidak
dapat mengalami pembelahan. Apabila dikecambahkan maka biji akan mengalami
perkecambahan hypogeal. Biji jagung selain untuk bahan tanam juga dapat dimanfaatkan
untuk bahna konsumsi. Setiap biji jagung secara botanis adalah sebuah biji Caryopsis, biji
kering yang mengandung sebuah benih tunggal yang menyatu dengan jaringan-jaringan
dalam buahnya (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
4. Gandum (Triticum durum)

Bentuk : lonjong
Ukuran : p =6 mm; l =2mm; tbl =1 mm
Warna : coklat muda
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 4,74 gr

Deskripsi : Menurut Kirby (2002) cit. Malik (2011), biji gandum berbentuk oval
dengan lipatan di bagian tengahnya, sehingga terlihat seperti biji dikotil. Bagian dorsal
biji berbentuk bulat dan licin, sedangkan pada bagian ventralnya terdapat lipatan ke
dalam. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu yang melingkupi bagian
endospermnya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea yang melingkupi dan
melindungi biji. Biji-biji gandum terdapat di dalam spikelet. Embrio pada biji gandum
merupakan bagian biji yang menempel pada spikelet dan pada ujung bagian distalnya
terdapat bulu halus.
5. Sorghum (Sorghum bicolor)

Bentuk : bulat
Ukuran : p = 4 mm; l = 4 mm; tbl = 3 mm
Warna : putih kekuningan
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 2,27 gr

Deskripsi : pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira-kira 4
x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg – 50 mg, rata-rata berat 28 mg.
Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas: sorgum biji kecil (8 – 10 mg), sorgum biji
sedang ( 1 2 – 24 mg), dan sorgum biji besar (25-35 mg). Kulit biji ada yang berwarna
putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir dan yang berwarna
merah/coklat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna biji merupakan salah satu
kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan
menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai
makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan
menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini
cocok untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini,
biasanya digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah
difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung (Edysofyadi, 2011).
6. Bayam (Amaranthus sp.)
Bentuk : bulat
Ukuran : p = 1 mm; l = 1 mm; tbl =1 mm
Warna : hitam
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 0,05 gr

Deskripsi : Ukuran biji bayam sangat kecil sehingga sulit diamati. Tanaman bayam
menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak. Biji bayam relatif mudah rontok. Bijinya
berbelah-belah. Warna kulit biji hitam atau coklat tua, ukuran kecil bervariasi sekitar
1200-3000 biji per gram (Sastrapradja, 1977).
7. Selada (Lactuca sativa)
Bentuk : lonjong
Ukuran : p =2 mm; l =2 mm; tbl =1 mm
Warna : coklat muda
Permukaan : kasar
Berat 100 butir biji : 0,08 gr

Deskripsi : Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar
satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

8. Caisim (Brassica campestris)

Bentuk : bulat
Ukuran : p = 1 mm; l = 1 mm; tbl = 1 mm
Warna : coklat tua
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 0,18 gr
Deskripsi : Buah caisim termasuk tipe buah polong yang berbentuk memanjang dan
berongga. Tiap buah berisi 2-8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat kecil dan berwarna
coklat atau coklat kehitaman (Anonim(a), 2012).
9. Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
Bentuk : bulat lonjong
Ukuran : p =9,5 mm; l = 9 mm; tbl =8 mm
Warna : hitam kecoklatan
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 40,72 gr

Deskripsi : Kecipir berasal dari Indonesia bagian timur. Di Sumatera dikenal sebagai
kacang botol atau kacang belingbing. Nama lainnya adalah jaat (bahasa Sunda),
kelongkang (bahasa Bali), serta biraro (Ternate). Buah tipe polong, memanjang,
berbentuk segiempat dengan sudut beringgit, panjang sekitar 30cm, berwarna hijau
waktu muda dan menjadi hitam dan kering bila tua. Bijinya bulat dengan diameter 8-
10mm, berwarna coklat hingga hitam (Umiatun, 2011).
10. Buncis (Phaseolus vulgaris)
Bentuk : lonjong
Ukuran : p =12 mm; l = 5,5 mm; tbl =4 mm
Warna : hitam
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 20,89 gr

Deskripsi : Biji buncis yang telah tua agak keras dan warnanya sangat bervariasi,
tergantung pada varietasnya. Ada yang berwarna putih, hitam, coklat keungu-unguan,
coklat kehitam-hitaman, merah, ungu tua, dan coklat. Biji buncis berukuran agak
besar, berbentuk bulat lonjong dengan bagian tengah (mata biji) agak melengkung
(cekung), berat biji buncis berkisar 16-40,6 gram/100 biji, tergantung varietasnya
(cahyono, 2003).
11. Kacang Hijau (Vigna radiata)
Bentuk : bulat
Ukuran : p =5 mm; l =4 mm; tbl=4 mm
Warna : hijau
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 6,57 gr
Deskripsi : Biji kacang hiaju berbentuk bulat. Ukurannya lebih kecil dibandingkan
dengan biji kacang tanah atau kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-08 mg. Kulitnya
hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau tauge (Purwono & Hartono,
2005).
12. Kangkung (Ipomoea reptans)
Bentuk : setengah bulat
Ukuran : p =5 mm; l =3,5 mm; tbl=3,5 mm
Warna : merah kehitaman
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 3,85 gr

Deskripsi : Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau
kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji
kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative (Steenis, 2005)
13. Wortel (Daucus carota)
Bentuk : lonjong
Ukuran : p =5,3 mm; l =1,4 mm; tbl =1,1 mm
Warna : coklat terang
Permukaan : berbulu
Berat 100 butir biji : 0,15 gr

Deskripsi : Biji wortel merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan
untuk perbanyakan tanaman. Biji wortel berbentuk bulat pipih dan berwarna kecoklat-
coklatan, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 3 mm dan lebar 1,5 mm. Setiap
gram benih benih berisi kurang lebih 200 biji (Cahyono, 2002).
14. Mentimun (Cucumis sativus)
Bentuk : lonjong lancip
Ukuran : p =11,1 mm; l =3,2 mm; tbl =1,8 mm
Warna : putih
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 2,71 gr
Deskripsi : Biji mentimun bentuknya pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning-
kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman
(Rukmana, 1994).
15. Terong (Solanum melongena)
Bentuk : bulat
Ukuran : p =3,6 mm; l =2,2 mm; tbl =0,5 mm
Warna : oranye
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 0,42 gr

Deskripsi : Kenampakan fisik biji terong menyerupai biji cabai, namun lebih tebal dan
lebih besar ukurannya dibanding biji cabai. Biji berbentuk pipih kecil berwarna coklat
kekuningan. Biji itu dapat dimakan tetapi rasanya pahit karena mengandung nikotin,
sejenis alkaloid yang banyak dikandung tembakau. (Anonim(b), 2012).
16. Bengkoang (Pachyrrhizus erosus)
Bentuk : kotak
Ukuran : p =7,5 mm; l = 7,2 mm; tbl =3,6 mm
Warna : coklat gelap
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 15,86 gr

Deskripsi : Biji bengkoang memiliki bentuk yang hamapir kotak dengan warna kulit
biji adalah cokelat tua. Permukaan halus tetapi kulitnya agak keras sehingga perlu
adanya perlakuan terhadap biji sebelum dikecambahkan.

17. Gambas (Luffa acutangula)


Bentuk : lonjong lancip pipih
Ukuran : p =13,3 mm; l =7,1 mm; tbl =2,1 mm
Warna : hitam
Permukaan : kasar
Berat 100 butir biji : 13,55 gr
Deskripsi : Kulit biji pada gambas sangat keras. Gambas memiliki buah berbentuk
silinder atau bulat memanjang. Permukaannya halus dengan garis-garis tegas
memanjang. Daging buahnya lunak berwarna putih dengan biji tersebar di dalamnya
(Ashari, 1995).
18. Semangka (Citrullus vulgaris)

Bentuk : lonjong lancip


Ukuran : p =7,1 mm; l =3,5 mm; t =1,3
mm
Warna : coklat
Permukaan : halus
Berat 100 butir biji : 3,25 gr

Deskripsi : Bentuknya hampir segitiga. Biji semangka berbentuk lonjong pipih


berwarna coklat, dengan ujung biji berwarna hitam.
19. Pare (Momordica charantia)
Bentuk : lonjong bergerigi
Ukuran : p=13,1 mm; l=7,1 mm; tbl=3,2
mm
Warna : coklat terang
Permukaan : kasar
Berat 100 butir biji : 16,66 gr

Deskripsi : Kulit biji sangat keras. Bijinya tebal, pipih, dengan permukaan yang kasar
dan tepian yang tidak merata. Panjang biji mencapai 1 cm, berwarna kecoklatan,
perbanyakannya dilakukan dengan biji yang langsung disebar di lapangan yang tanahnya
cukup subur (Sastrapradja, 1977).

20. Kacang Panjang (Vigna sinesis)


Bentuk : lonjong melengkung
Ukuran : p=9,2 mm; l =4,3 mm;
tbl=2,4 mm
Warna : setengah krem, setengah hitam
Permukaan : setengah halus, setengah kasar
Berat 100 butir biji : 13,42 gr
Deskripsi : Biji kacang panjang berbentuk bulat agak memanjang, namun ada juga
yang pipih. Pada bagian tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan
antara biji dan kulit buah. Biji semakin tua akan semakin mengering. Kulit biji tua ada
yang berwarna putih, merah keputih-putihan, coklat, dan hitam. Pada satu polong
biasanya terdapat sekitar 15 biji atau lebih, tergantung pada panjang polong dan
dipengaruhi oleh pertumbuhan tanamna dan varietas kacang panjang (Pitojo, 2006).
21. Cabe (Capsicum annum L.)

Bentuk : bulat, pipih


Ukuran : p=2,2 mm; l=0,6 mm;
tbl=0,1mm
Warna : coklat terang
Permukaan : kasar
Berat 100 butir biji : 0,56 gr

Deskripsi : Biji cabai besar berwarna kuning, berbentuk bulat pipih, dan ada yang
sedikit runcing. Biji tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada empulur.
Ukuran biji kecil yaitu antara 3mm – 5 mm (Pitojo, 2003).

B. Identifikasi Embrio

Warna Warna cadangan


No Jenis Benih Gambar
Embrio makanan

2
1 Kedelai Kuning Kuning

4
1

2
2 Gambas Coklat muda Kuning

3 Kecipir Kuning Kuning 2

Kacang 2
4 Coklat Coklat
panjang

5 Kacang hijau Coklat Coklat 2

2
6 Jagung Kuning Putih

3
1

2
7 Mentimun Putih Putih

8 Bengkoang Coklat Coklat 2

2
9 Buncis Coklat Coklat

Keterangan gambar : 1. Embrio 2. Testa 3. Endosperm 4. Kotiledon

C. Identifikasi Bentuk Perkecambahan


Hari
Pengamata Jagung Kedelai Mentimun
n

2
4

10

12

14
Identifikasi benih secara fisik maupun morfologi sangat diperlukan dalam bidang
pertanian agar bisa mengetahui bahwa benih yang digunakan sebagai bahan tanam baik atau
tidak untuk ditanam di lahan, sehingga para petani tidak mengalami gagal panen, maupun
hasil produksi tidak maksimal karena disebabkan benih yang digunakan tidak baik. Berikut
merupakan ciri-ciri benih yang baik:
a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta
bersih dari kotoran.
c) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
d) Mempunyai daya kecambah > 80%.
e) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
f) Benih harus bebas hama dan penyakit.
Selain itu untuk keperluan budidaya, benih juga diharapkan memiliki
kekuatan tumbuh. Ciri benih yang kuat yaitu :
a) dapat tahan bila disimpan
b) berkecambah cepat dan merata
c) tahan terhadap gangguan mikroorganisme
d) bibit tumbuh kuat, baik di tanah yang basah maupun kering
e) bibit dapat memanfaatkan persediaan makanan dalam benih semaksimum mungkin
sehingga dari bibit dapat tumbuh jaringan-jaringan yang baru
f) laju tumbuhnya tinggi
g) menghasilkan produksi yang tinggi dalam waktu tertentu.
Struktur benih pada umumnya terdiri dari embrio, yang akan menjadi bakal tanaman;
endosperm, yang menyediakan nutrisi untuk perkecambahan; dan testa, yang melindungi
embrio dan endosperm dari lingkungan yang keras (Eng-Chong Pua & Davey, 2010).
1. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya
gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Struktur
embrio terdiri dari:
1. epikotil (calon pucuk),
2. hipokotil (calon batang),
3. kotiledon (calon daun)
4. radikula (calon akar).
2. Jaringan penyimpan cadangan makanan (endosperm)
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya
berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal biji bunga matahari kaya
akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji padi
mengandung banyak karbohidrat. Pada biji ada beberapa struktur yang
dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu :
1. Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
2. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia
lainnya.
3. Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat
dimakan merupakan endospermnya.
4. Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae.
5. Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae
yaitu pinus.
3. Pelindung biji (testa)
Kulit biji atau testa merupakan lapisan terluar dari biji. Pelindung biji
dapat terdiri
dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang bagian
buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule yang
mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung.
Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan
bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk
melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan
cendawan, bakteri dan insekta.
Menurut Sutopo (2002), perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu tipe epigeal dan tipe hipogeal.
1. Epigeal
Tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel
diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan
membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.
Benih dengan tipe perkecambahan ini adalah benih dikotil.
2. Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi teratas (epikotil)
sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon
tetap di bawah tanah. Benih dengan tipe perkecambahan ini adalah
benih monokotil.
V. KESIMPULAN

Antara benih yang satu dengan benih yang lain memiliki karakteristik yang berbeda.
Biji/benih mempunyai sifat fisik seperti ukuran, warna, sifat permukaan, tipe
perkecambahan, embrio, endosperm dan ukuran yang bervariasi. Tipe perkecambahan benih
ada dua macam yaitu hypogeal dan epigeal.
.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (a). 2012. Botani tanaman caisim.


http://asmaaulkhusna.blogspot.com/2012/06/botani-tanaman-caisim-kedudukan-
tanaman.html. Diakses 14 April 2014.

Anonim (b). 2012. Terong. http://id.wikipedia.org/wiki/terong. Diakses 14 April 2014.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cahyono, B.. 2002. Wortel. Kanisius, Yogyakarta.

Cahyono, B.. 2003. Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta.

Copeland, L. O. and M. B. McDonald. 1999. Seed Science and Technology. Kluwer


Academic Publishers, United States of America.

Edysofyadi. 2011. Aspek budidaya, prospek, kendala, dan solusi pengembangan sorgum di
Indonesia. http://edysof.wordpress.com/2011/04/21/aspek-budidaya-prospek-
kendala-dan-solusi-pengembangan-sorgum-di-indonesia/. Diakses 14 April 2014.

Eng-Chong Pua and M. R. Davey. 2010. Plant Developmental Biology-Biotechnological


Perspective. Springer, New York.

Gardner, F. B., R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. P hysiology of Crop P lant (Fisiologi
Tanaman Budidaya, alih bahasa : H. Susilo). UI Press, Jakarta.

Malik, C.. 2011. Karakterisasi galur murni mutan gandum (Tritichum aestivum L.) pada
daerah dataran rendah tropis. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam negeri
Syarif Hidayatullah. Skripsi.

Nasrudin. 2009. Pengertian benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/pengertian-


benih.html. diakses 25 Maret 2014.

Pitojo, S.. 2003. Benih Cabai. Kanisius, Yogyakarta.

Pitojo, S.. 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius, Yogyakarta.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Depok.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. World Vegetables: Principles, Production and Nutritive


Values (Sayuran Dunia 1 : Prinsip, Produksi, dan Gizi; alih bahasa C. Herison). ITB
Press, Bandung.

Sadjad, S. 1977 Policy Produksi Benih Berkualitas Tinggi untuk Menunjang Produksi
Pangan. Proc. Kursus Singkat Pengujian Benih. IPB, Bogor.

Sastrapradja, S. 1977. Sayur-Sayuran. Lembaga Biologi Nasional – LIPI, Bogor.


Sayektiningsih, T. dan M. K. Ningsih. 2009. Proses perkecambahan buah/benih vatica
pauciflora (Korth.) Blume dari pohon induk di Hutan Lindung Sungai Wain,
kalimantan Timur. Mitra Hutan Tanaman. 3:114-115.

Steenis, CGGJ Van. 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya


Paramita, Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Umiatun. 2011. Budidaya kecipir. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-kecipir-


1625. Diakses 14 April 2014.

Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Zukhri, M., L. Utari, B. I. Isnawan. 2002. Penampilan sifat agronomi kedelai introduksi
varietas edamame dengan inokulasi legin pada tanah steril dan non steril. Agr UMY
10 : 1-13.

Anda mungkin juga menyukai