Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Anemia
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa
embrio atau fetus didalam tubuhnya. Awalnya kehamilan terjadi
pada saat sel telur perempuan lepas dan masuk kedalam saluran
sel telur. Pada saat berhubungan berjuta-juta cairan sel mania
tau sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke Rahim.
Dengan kompetensi yang ketat salah satu dari sperma tersebut
akan berhasil menembus sel telur. Peristiwa ini disebut. Peristiwa
ini disebut dengan fertilisasi dan konsepsi.
Kehamilan dapat didefinisikan sebagai fertilitas atau
persatuan dari spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan
nidasi atau implamantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai
dengan lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan diagi dalam 3 trimester, dimana
trimester pertama langsug dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke 13 sampai 27). Dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke 28 hingga ke 40).
b. Pengertian anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb
(Hemoglobin), hematokrit dan jumlah sel darah merah dibawah
nilai normal atau bisa disebut juga dengan penurunan kuantits
sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar
hemoglobin (Hb) dibawah batas normal. Menurut American
Society of Hematology, anemia adalah menurunnya jumlah
hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup
kejaringan perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu
sering lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang dan wajah
pucat. Hal ini dapat berdampak pada penurunan daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan menurunnya
aktivitas dan kurang konsengtrasi.
c. Faktor resiko anemia
Faktor-faktor yang menyebabkan anemia pada suatu
populasi dapat melibatkan beberapa interaksi kompleks dari
faktor sosial, politik, ekologi, dan biologi. Disamping itu kondisi
sosial ekonomi rumah tangga juga berkaitan dengan kejadian
anemia, beberapa penelitian menunjukan kejadian anemia
biasanya lebih tinggi pada rumah tangga miskin. Pada anemia
defisiensi besi dipengaruhi beberapa faktor yaitu kurang
mengomsusmsi makanan hewani sebagai salah satu sumber zat
besi yang mudah diserap (heme iron), dan bahan makanan
nabati (non heme iron) adalah zat besi yang tinggi tetapi sulit
siserap oleh tubuh sehingga diperlukan porsi yag besar untuk
mencukupi kebutuhan zat besi harian. Selain itu faktor lain yang
dapat mempengaruhi anemia defisiensi besi antara lain pola haid
pada wanita, pengetahuan tentang anemia itu sendiri dan status
gizi. Berdasarkan hasil penelitian dimeksiko, obesitas juga
merupakan faktor resiko anemia dan dapat meningkatkan resiko
2-4 kali pada wanita dan anak-anak.
d. Etiologi
Menurut Agragawal S, penyebab utama anemia adalah gizi
dan infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia adalah
kekurangan zat besi. Hal itu karena mengomsumsi makan yang
tidak beragam atau menotong dan kaya akan zat yang
menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat besi
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga
dapat diperburuk oleh gizi buruk, terutama yang berkaitan
dengan kekurangan asam folat,viatamin B12 dan vitamin A. pola
komsumsi sumber penghambat penyerapan zat besi dapat
berpengaruh terhadap status anemia.
2. Konsep Anemia Dalam kehamilan
a. Pengertian anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan ekonomi utama diseluruh dunia dan
berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.
Anemia kehamilan juga bisa memilki sekuele jangka pendek dan
jauh yang mendalam untuk bayi baru lahir.
Anemia merupakan penurunan jumlah sel darah sel darah
merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi
darah. Kadar hemoglobin kurang dari 11 gram/dl untuk wanita
hamil. Anemia dala kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr/dl% pada kehamilan trimester 1
sampai 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai batas
tersebut dan pemberdayaannya dengan kondisi wanita tidak
hamil adalah terjadi karena hemodikusi, terutama pada trimester
2.
b. Etiologi anemia dalam kehamilan
Penyebab anemia pada ibu hamil antara lain kehilangan
darah yang banyak seperti pada saat menstruasi dan infeksi
parasite,kondisi seperti malaria dan HIV yang menurunkan
konsentrasi hemoglobin (Hb) darah, dan kekurangan nutrisi
mikronutrien. Asupan yang rendah dan penyerapan zat besi yang
buruk terutama selama pertumbuhan dan kehamilan saat
kebutuhan zat besi juga lebih tinggi merupakan faktor anemia.
c. Diagnosis Anemia Dalam Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunan-kunang dan
keluhan mualmuntah yang lebih hebat pada saat hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut:
Hb 11 g% : tidak anemia
Hb 9-10g% : anemia ringan
Hb 7-8 : anemia sedang
Hb <7g% : anemia berat
Diantara metode yang sering digunakan di laboraterium dan
paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih
lagi adalah metode cyanmethemoglobin. Hasil pembacaan
metode sahli dipengaruhi subjektivitas Karena yang
membandingkan adalah mata telanjang. Disamping faktor mata,
faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan lain-lain dapat
mempengaruhi hasil pembacaan.
Meskipun demikian untuk pemeriksaan didaerah yang belum
mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan dilapangan,
metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah
terlatih maka hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih
canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Prinsip pembacaan
hasil sama dengan metode sahli tetapi menggunakan alat
elektronik (fotometer) sehingga lebih objektif. Namun, fotometer
saatini masih mahal lumayan sehingga belum semua
laboraterium memilikinya. Mengingat hal diatas,percobaan
dengan metode sahli masih digunakan disamping metode
cyanmethemoglobin yang lebih canggih.
d. Anemia fisiologi pada ibu hamil
Perubahan fisiologi yang dialami selama kehamilan akan
mempengaruhi jumlah sel darah merah normal pada kehamilan.
Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat
peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan sel darah merah.
Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah didalam
sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan
volume plasma. Ketidakseimbangan iniakan terlihat dalam bentuk
penurunan kadar Hb (hemoglobin), peningkatan jumlah eritrosit
ini juga merupakan salah satu faktor penyebab akan peningkatan
kebutuhan zat besi selama kehamilan sekali gus untuk janin.
Jumlah eritrosit yang tidak seimbang dan plasma mencapai
puncaknya pada trimester kedua karena peningkatan volume
plasma terhenti menjelang akhir kehamilan, sementara itu
produksi sel darah merah terus meningkat. Anemia dapat
didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Pada
kehamilan relative terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengeceran) dengan peningkatan volume 30%
sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Jumlah peningkatansel darah 18% dan hemoglobin
sekitar 19%.
e. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat
besi mencapai kurang lebih 95%. Wanita hamil sangat rentan
terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan
oksogen lebih tinggi sehingga memicu meningkatnya produksi
eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan terjadi
peningkatan sel darah merah (eritrosit). Namun peningkatan
volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. pada
wanita yang hamil cadangan zat besi dapat rendah karna
menstruasi dandiet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatkan
kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat. Zat besi
diperlukan untuk produksi zel darah merah ekstra, untuk enzim
tertentu yang dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta serta
untuk mengganti peningkatan kehilangan harian yang normal.
Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat
minggu terakhir kehamilan. Dan kebutuhan ini akan terpenuhi
dengan mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan tercukupi sebagian karena tidak terjadi
menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari diet oleh
mukosa usus walaupun hanya bergantung pada cadangan besi
ibu. Zat besi yang terkandung dalam makan hanya diabsorbsi
kuaran dari 10%. Dan diet biasa tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat besi ibu hamil. Kebutuhan zat besi yang tidak
terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi
anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk
pada ibu maupun janin. Dan dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi kehamilan dan persalinan.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada kehamilan
Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama
sampai ketiga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Umur Ibu Hamil
Anemia pada kehamilan siknifikan dengan umur ibu
hamil. Semakin muda dan semakin tua umur ibu hamil akan
mempengaruhi kebutuhan gizi yang diperlukan.
Kurangnya pemenuhan zat-zat gizi pada ibu hamil
terutama usia kuarang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
akan beresiko terjadinya anemia.
2) Umur Kehamilan
Umur kehamilan dihitung menggunakan rumus Naegele,
yaitu jangka waktu dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
sampai hari dilakukan perhitungan umur kehamilan. Umur
kehamilan dinyatakan dalam minggu, dan dapat
dikategorikan menjadi:
Trimester I : 0-12 minggu
Trimester II : 13-27 minggu
Trimester III : 28- 40 minggu
Ibu hamil pada trimester pertama dua kali lebih mungkin
mengalami anemia dibanding dengan trimester kedua. Dan
pada trimester ketiga hampir tiga kali lipat cenderung
mengalami anemia disbanding dengan trimester kedua.
Penyebab anemia pada trimester pertama biasanya
disebabkan karena kehilangan nafsu makan, morning
sickness, dan dimulainya hemodilusi pada kehamilan 8
minggu. Sementara penyebabanemia pada trimester ketiga
biasanya karena kebutuhan nutrisi tinggi untuk pertumbuhan
janin dan berbagai zat besi dalam darah kejanin yang akan
mengurangi cadangan zat besi ibu.
3) Paritas
Penelitian Abriha et al (2014) menunjukan bahwa ibu
dengan paritas dua atau lebih, beresiko 2,3 kali lebih besar
mengalami anemia dari pada ibu dengan paritas kurang dari
dua. Hal ini dapat disebabkan karena wanita yang memiliki
paritas tinggi umumnya dapat meningkatkan kerentanan
perdarahan dan deplesi gizi ibu. Dalam kehamilan yang
sehat, perubahan hormonal menyebabkan peningkatan
jumlah plasma yang menyebabkan penurunan kadar
hemoglobin namun tidak turun dibawah kadar tertentu
(misalnya 11,0 g/dl)
Dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, setiap
kehamilan meningkatkan resiko perdarahan sebelum,
selama, dan setelah melahirkan.paritas yang lebih tinggi
dapat memperparah resiko perdarahan.disisi lain seorang
paritas yang lebih tinggi memilki jumlah anak yang besar
yang berarti tingginya tempat berbagi makanan yang tersedia
dan sumber daya keluarga lainnya dapat mengganggu
asupan makanan ibu hamil.
4) Pekerjaan
Ibu hamil yang menjadi ibu rumah tangga merupakan
faktor resiko anemia. Kebanyakan ibu rumah tangga hanya
bergantung pada pendapatan suami mereka dalam kaitannya
dalam hubungan finansial. Penelitian Idowu et al (2005)
tentang anemia dalam kehamilan diafrika menunjukan bahwa
ibu hamil yang tidak bekerja berhubungan signifikan dengan
anemia karena ibu hamil yang tidak bekerja tidak dapat
melakukan kunjungan ANC lebih awal dan kurang
mengomsumsi makan bergizi.
5) Status KEK (Kekurangan Energi Kronis)
Anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan
kekurangan energi kronis (LLA < 23,5 cm) dibandingkan
dengan ibu hamil dengan gizi baik. Hal tersebut
mungkinterkait dengan efek negative dari kekurangan energi
protein dan kekurangan nutrisi mukronutrien lainnya. dalam
gangguanbiovailabitas dan penyimpananzat besi serta nutrisi
hematopoietik lainnya (asam folat dan vitamin B12).
6) Tingkat pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa
anemia yang diderita masyarakat, banyak dijumpai didaerah
pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan
dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil
yang tingkat pendidikan dan sosial ekonomi renda.
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh
terhadap penigkatan kemampuan berfikir. Seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan
yang lebih rasional, dan terbuka untuk menerima perubahan
atau hal baru disbanding dengan individu yang berpendidikan
rendah. Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan
memberikan wawasan kepada orang tersebut terhadap
fenomena ligkungan yang terjadi, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan semakin luas wawasan berfikir
sehingga keputusan yang akan diambilakan lebih realistis
dan rasional.dalam hal kesehatan tentunya jika pendidikan
seseorang cukup baik, maka gejala penyakit akan lebih dini
dikenali dan mendorong orang tersebut untuk mencari upaya
yang bersifat preventif.
Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2013, jenjang
pedidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lainnya yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasa tsanawiya (MTs), atau yang
sederajat. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan kejuruan. pendidikan menengah
berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK), dan yang sederajat. Pendidikan
tinggimerupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, megister, spesialis, dan doctor yang diselenggaran
oleh pendidika tinggi.
Diindonesia pemerintah mencanangkan program
pendidikan formal wajib belajar 9 tahun untuk seluruh
rakyatnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia
minimal harus menempuh pendidikan selama 9 tahun,
terhitung dari sekolah dasar sampai sekolah menengah
pertama. Masyarakat yang sudah menempuh pendidikan
selama 9 tahun dianggap sudah layak kualitasnya untuk
kehidupannya sendiri dan untuk memajukan Negara.undang-
undang RI No.20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan
nasional.
g. Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus,
partus pramatyr, partus lama, retensio plasenta, perdarahan
postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum maupun
postpartum. Anemia sangat berat dengan Hb kurang dari 4g/dl
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Akibat anemia
terhadap janin dapat menyebabkan terjadinya kematian janin
intrauterine, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal. Ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb) <8 g/dl
dikaitkan dengan peningkatan resiko berat lahir rendah dan bayi
kecil untuk usia kehamilan. Anemia defisiensi besi selama
kehamilan diketahui menjadi faktor resiko kelahiran premature,
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum dan
kematian perinatal.
Anemia pada wanita hamil meningkatkan resiko kematian
pada ibu dan anak serta memiliki konsekuensi negatif pada
kognitif dan fisik pengembangan anak-anak dan produktivitas
kerja. Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan hasil kehamilan
yang merugikan. Menifestasi kliniknya meliputi terbatasnya
pertumbuhan janin, persalinan premature, berat lahir rendah,
gangguan laktasi, interaksi yang buruk ibu atau bayi, depresi
postpartum dan meningkatkan kematian janin dan neonatal.
B. Kerangka Teori

Anemia Ibu Hamil


C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

1. Umur ibu hamil


Faktor-faktor yang mempengaruhi
2. Umur kehamilan
anemia pada ibu hamil
3. Paritas
4. Pekerjaan 1. Umur ibu hamil Anemia
5. Status KEK (Kekurangan
2. Umur kehamilan
Energi Kronik)
3. Paritas
6. Tingkat pendidikan
4. Pekerjaan
5. Status KEK (Kekurangan
Energi Kronik)
6. Tingkat pendidikan
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan penyataan tentative (sementara) mengenai
kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis dari penelitian ini
adalah
1. Ada pengaruh faktor umur ibu hamil terhadap anemia pada ibu hamil
di puskesmas ulugalung tahun 2020
2. Ada pengaruh faktor umur kehamilan terhadap anemia pada ibu hamil
di puskesmas ulugalung 2020
3. Ada pengaruh faktor paritas terhadap anemia pada ibu hamil
dipuskesmas ulugalung 2020
4. Ada pengaruh faktor pekerjaan terhadap anemia pada ibu hamil
dipuskesmas ulugalung 2020
5. Ada pengaruh faktor satatus KEK (Kekurangan Energi Kronik)
terhadap anemia pada ibu hamil di puskesma ulugalung 2020
6. Ada pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap anemia pada ibu
hamil dipuskesmas ulugalung 2020.

Anda mungkin juga menyukai