PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.I (RM. 24 79 79)
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat : Pangkep
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal Masuk : 15 Maret 2019
Pembayaran : BPJS
II. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Demam sejak 5 hari SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSUD Batara Siang Kabupaten Pangkep
dibawa oleh keluarganya dengan keluhan demam sejak 5 hari
yang lalu. Demam tinggi timbul mendadak dirasakan naik turun
tidak tentu waktu. Demam dirasakan cenderung naik pada malam
hari dan turun pada pagi hari, dan demam turun dengan pemakaian
obat. Keluhan demam disertai dengan keringat dingin (+),
menggigil, badan terasa lemas (+), sakit kepala (+), nyeri belakang
mata, nyeri otot dan sendi, mual (+), muntah (+) 2x tidak
menyemprot warna kuning berisi cairan dan makanan, nyeri ulu hati
(-), nafsu makan dan minum pasien menurun. Keluhan mimisan
dan gusi berdarah disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal.
3
Kepala
Bentuk : normochepali
Pertumbuhan Rambut: distribusi merata, warna hitam
Deformitas : tidak terdapat deformitas
Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor +/+, diameter 3 mm
Telinga
Bentuk : normal(eutrofilia)
Liang telinga : lapang
Serumen : -/-
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak di tengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak terdapat hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : perdarahan(-)
Mulut dan Tenggorok
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-Geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak kotor, tidak tremor
Tonsil : T1/T1 tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula
di tengah
Gusi : tidak ada perdarahan
Leher
Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah
4
Kelenjar Getah Bening
Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax
Pulmo
o Inspeksi : simetris tidak ada hemithorax yang tertinggal,
dalam keadaan statis maupun dinamis
o Palpasi : gerak simetris pada kedua hemithorax vocal
fremitus +/+ suara kuat
o Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
o Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
o Palpasi : teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis sinistra, thrill (-)
o Perkusi : batas jantung kanan pada intercostal V
parasternal kanan, jantung kiri pada
intercostal V midclavicula kiri, pinggang
jantung pada intercosta III parasternal kiri
o Auskultasi : BJ I - II reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : normal, tidak terdapat asites, smiling umbilicus (-),
efloresensi (-)
Auskultasi : bising usus 4-5x/ menit, normal
Palpasi : supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (-), ballotement (-)
Perkusi : pekak pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok
CVA (-), shifting dullness (-)
Genitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
5
Tidak tampak deformitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Edema (-), CRT < 2”
Sianosis (-)
Turgor baik
Petechiae terdapat tersebar pada ekstremitas superior dextra et
sinistra
Rumple Leede test (+)
DIAGNOSA KERJA
Observasi Febris hari ke- 5 e.c. suspect Dengue Hemorrhagic
Fever grade 1
DIAGNOSA BANDING
Typhoid Fever
Malaria
Chikungunya
RENCANA DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah lengkap serial
Pemeriksaan kimia darah (GDS, SGPT, Cr)
Cek IgG, IgM anti Dengue (Tidak tersedia)
RESUME
Demam hilang timbul dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Demam dirasakan
cenderung naik pada malam hari dan turun pada pagi hari, dan demam
turun dengan meminum obat. Keluhan disertai keringat dingin, menggigil,
badan terasa lemas, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot dan
sendi, mual, muntah 2x tidak menyemprot warna kuning berisi cairan dan
makanan, nafsu makan dan minum pasien menurun. Pasien sudah minum
obat parasetamol, namun demam hanya turun sebentar dan naik kembali.
6
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ku: sakit sedang, kesadaran: compos
mentis, TD: 100/70 mmHg, nadi: 100x/i, suhu 37,8 C dan status generalis
pasien semua dalam batas normal. Pada ekstremitas tampak petechiae
tersebar pada ekstremitas superior dextra et sinistra. serta didapatkan
Rumple Leede test (+)
RENCANA TERAPI
IVFD Asering 500 cc 28 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Domperidone 3 x 10 mg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 15 Maret 2019 pukul 08.30
(waktu masuk)
FOLLOW UP
16 Maret 2019 17 Maret 2019
S Demam (-), nafsu makan mulai membaik, Demam (-), nafsu makan membaik,
mual (+), muntah (-),Perdarahan (-), nyeri mual (+), muntah (-), Perdarahan (-),
7
kepala (-), nyeri otot dan sendi (-), keringat nyeri kepala (-), nyeri otot dan sendi
dingin (-), mengigil (-), nyeri ulu hati (-) (-), keringat dingin (-), mengigil (-),
BAK (+) N, BAB (+) N nyeri ulu hati (-) BAK (+) N, BAB (+) N
O Ku/Ks : sakit sedang / CM Ku/Ks : baik/ CM
TD : 90/60 mmHg R : 20 x / menit TD : 120/80 mmHg S : 37,00 C
N : 84 x / menit S : 37,40 C N : 78 x / menit R : 18 x / menit
BB : 50 kg BB : 50 kg
Mata : dalam batas normal Mata : dalam batas normal
THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring THT : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring
hiperemis (-) hiperemis (-)
Thorax : Jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–) Thorax : jtg: BJ I-II reguler, m (-), g (–)
Paru : Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-- Paru : SN vesikuler +/+, rh -/-, wh –/-
Abd : datar, NT Epigastrium (+), BU (+) Abd : datar, NT Epigastrium (-), BU (+) N
Normal, Hepar dan lien : tidak teraba Hepar dan lien : tidak teraba membesar
membesar Ekst : dalam batas normal
Ekst : akral hangat, udem (-), sianosis (-),
petechiae (+)
Lab Hb : 12,3 g/dl Hb : 12,4 g/dl
Leuko : 4200 /mm3 Leuko : 4100 /mm3
Trombo : 78.000/mm3 Trombo : 152.000 /mm3
Ht : 36% Ht : 38%
8
Pasien pulang dengan persetujuan yang didapat dari dokter dan obat
diteruskan penggunaannya oleh pasien di rumah.
Terapi
Non-medikamentosa
o Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien disebabkan oleh
virus yang dibawa oleh nyamuk
o Edukasi bahwa penyakit tersebut biasanya akan reda setelah 7
hari
o Edukasi mengenai tanda bahaya yaitu nyeri perut yang berat,
muntah terus menerus, sesak, gusi berdarah, atau darah pada
muntah dan sarankan segera bawa ke rumah sakit apabila
muncul tanda bahaya
o Pastikan kecukupan cairan
o Sarankan untuk melakukan gerakan 3M
o Kontrol 3 hari ke depan
PEMBAHASAN KASUS
9
Pada pasien ini diagnosis Demam Hemoragik Fever derajat 1 ditegakkan
berdasarkan atas :
- Anamnesa :
o Demam mendadak sejak 5 hari
o Mual
o Keringat dingin
o Menggigil
o Badan terasa lemas
o Sakit kepala
o Nyeri belakang mata
o Nyeri otot dan sendi
- Pemeriksaan fisik :
o Ku/ks : sakit sedang/gelisah
o Tekanan Darah : 100 / 70 mmHg
o Nadi : 100 x/menit
o Suhu : 37,8oC
o Pernapasan : 18 x/menit
BB : 50 kg TB : 160 cm IMT : 19,53 kg/m 2
Status gizi : Kesan gizi cukup
o Rumple Leede test (+)
o Abdomen :
Supel, BU (+) N, Nyeri Tekan Epigastrium (+)
o Ekstremitas : Akral hangat, Petechiae (+)
10
Hasil Laboratorium
15/03/2019 16/03/2019 17/03/2019
1. IVFD Asering
2. Paracetamol 3 x 500 mg
11
Dosis paracetamol 10 – 15 ml/KgBB. Diberikan bila panas.
3. Domperidon 3 x 10 mg
BAB III
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. Virus Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang sekarang lebih dikenal sebagai
genus Flavivirus. Virus ini memiliki empat jenis serotipe yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Antibodi yang terbentuk dari infeksi salah satu
jenis serotipe tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk
serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
paling banyak menimbulkan manifestasi klinis yang berat. 1,2,5,8
Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk aedes dapat mengandung virus dengue
pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yakni dua
hari sebelum panas hingga 5 hari setelah demam timbul. Virus yang
terdapat pada kelenjar liur kemudian berkembang biak dalam waktu 8-10
hari dan selanjutnya dapat ditularkan kepada manusia lain melalui gigitan.
Sekali virus masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut dapat menularkan virus (infektif) sepanjang hidupnya. 2,8
B. Patogenesis
Patogenesis DBD masih kontroversial. Dua teori yang banyak dianut
adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection
theory) dan hipotesis immune enhancement. Menurut hipotesis infeksi
sekunder, akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda,
respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu dan menyebabkan
kenaikan titer tinggi IgG antidengue. Replikasi virus dengue
mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya
mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya
cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar
hematokrit (Ht), penurunan natrium (Na) dan terdapatnya cairan dalam
rongga serosa. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat
berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-48 jam dan
13
bila tidak ditangani secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan
anoksia yang dapat berakibat fatal. 1,2
Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara
tidak langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus
heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD
berat. Antibodi heterolog yang telah ada akan mengenali virus lain
kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan
Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai
tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang
kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. 1,2
C. Perjalanan Penyakit
Setelah masa inkubasi, penyakit ini diikuti oleh tiga fase, yaitu febris, kritis,
dan recovery (penyembuhan) (gambar-1).5
14
Fase Febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang
suhu tubuh sangat tinggi hingga 40 oC dan tidak membaik dengan obat
penurun panas. Fase ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan
diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia,
artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan
nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva). Sulit untuk
membedakan dengue dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase
awal demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini meningkatkan
kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat dijadikan
parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan tidak
gawat. Oleh karena itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan (warning
signs) dan parameter lain sangat penting untuk mengenali progresi ke
arah fase kritis.2,5,10 Warning signs meliputi:5
Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan,
perdarahan mukosa, pembesaran hati >2 cm
Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan
membran mukosa (hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul
pada hari-hari pertama demam, namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3
hingga hari ke-5 demam. Perdarahan vagina masif pada wanita usia subur
dan perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena) juga dapat terjadi
walau lebih jarang.2,5,10 Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji torniquet
positif, menandakan adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal
perjalanan penyakit 70,2% kasus DBD mempunyai hasil positif. 2
Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari
demam. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada
permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba hingga 2-
4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian kecil dapat ditemukan
ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui adalah
penurunan progresif leukosit, yang dapat meningkatkan kecurigaan ke
arah dengue.2,5
15
Fase Kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam
mulai cenderung turun dan pasien tampak seakan-akan sembuh, maka
hal ini harus diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai
turun hingga dibawah 37,5-38 oC yang biasanya terjadi pada hari ke 3-7,
peningkatan permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding
lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang
signifikan secara klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam. 2,5
Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat
merupakan tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat
bervariasi. Temuan efusi pleura dan asites secara klinis bergantung pada
derajat kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Derajat peningkatan
hematokrit sebanding dengan tingkat keparahan kebocoran plasma. 2,5
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka
kritis akibat kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs.
Terdapat tanda kegagalan sirkulasi: kulit teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien
menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.Saat terjadi
syok berkepanjangan, organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami
gangguan fungsi (impairment), asidosis metabolik, dan koagulasi
intravaskula diseminata (KID). Hal ini menyebabkan perdarahan hebat
sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada keadaan syok hebat.
1,2,5
16
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi
gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan
umum pasien membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal
berkurang, status hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Beberapa
pasien akan mengalami ruam kulit putih yang dikelilingi area kemerahan
disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan perubahan
elektrokardiografi juga sering ditemukan pada fase ini. Hematokrit akan
stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi
cairan. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat segera setelah demam
turun, namun trombosit akan meningkat kemudian. Pemberian cairan
pada fase ini perlu diperhatikan karena bila berlebihan akan menimbulkan
edema paru atau gagal jantung kongestif. 5
17
Riwayat penyakit sekarang, riwayat pengobatan lalu, dan
riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik, termasuk fisik umum dan mental
Investigasi, termasuk laboratorium rutin dan spesifik-dengue
2. Diagnosis, penilaian fase penyakit, dan keparahan
3. Manajemen: menetapkan tatalaksana berdasarkan manifestasi
klinis dan hal-hal terkait lainnya:
Rawat jalan (kelompok A)
Rawat inap (kelompok B)
Membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi (kelompok C)
18
Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi
sel neutrofil. Pada akhir demam, jumlah leukosit, dan sel neutrofil
bersama-sama menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif
meningkat.1,2,10
Penurunan jumlah trombosit menjadi <100.000/µl. Pada umumnya
trombosit terjadi sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi
sebelum suhu turun. Jumlah trombosit <100.000/µl biasanya ditemukan
antara hari sakit 3-7. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti
bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun. 1,2
Peningkatan kadar hematokrit (>20%) yang menggambarkan
hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang
peka akan terjadinya perembesan plasma sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala. Nilai hematokrit juga dipengaruhi
oleh penggantian cairan dan perdarahan. 1,2
Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan
terjadinya gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis
(PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat
dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin. 1,2,5
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pada foto toraks (DBD derajat III/IV dan sebagian besar derajat II)
didapatkan efusi pleura, terutama di hemitoraks sebelah kanan.
Pemeriksaan foto toraks sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral
dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.1
19
serta biaya yang relatif mahal. Pemeriksaan yang saat ini banyak
digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM
dan IgG-anti dengue.1,11
Pada infeksi primer, antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari kelima
seelah onset penyakit, yakni setelah jumlah virus dalam darah berkurang.
Kadar IgM meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam 2
minggu dan menurun hingga tak terdeteksi lagi setelah 2-3 bulan. Antibodi
IgG muncul beberapa hari setelah IgM dan pada infeksi primer, produksi
IgG lebih rendah dibandingkan IgM, namun dapat bertahan beberapa
tahun dalam sirkulasi, bahkan seumur hidup.11 Sedangkan pada infeksi
sekunder, kadar IgG meningkat lebih banyak dibandingkan IgM dan
muncul sebelum atau bersamaan dengan IgM. IgG merupakan antibodi
predominan pada infeksi sekunder.11
Salah satu metode pemeriksaan terbaru adalah pemeriksaan
antigen spesifik virus dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1).
Dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi
sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer dengue
atau sampai hari ke 5 pada infeksi sekunder dengue. Pemeriksaan ini juga
dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan
100%). Oleh karena itu, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen
NS1 sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer.
G. Diagnosis
Diagnosis DBD dapat ditegakkan secara klinis dan laboratoris.
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD secara klinis dapat
ditegakkan bila semua hal di bawah ini terpenuhi: 1,9
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung
positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa;
hematemesis, dan melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar.
20
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites,
hipoproteinemia, dan hiponatremia.
21
DBD I Gejala di atas Trombositopenia
ditambah uji bendung (<100.000/ml), bukti ada
positif kebocoran plasma
DBD II Gejala di atas Trombositopenia
ditambah perdarahan (<100.000/ml), bukti ada
spontan kebocoran plasma
DBD III Gejala di atas + Trombositopenia
kegagalan sirkulasi (<100.000/ml), bukti ada
(kulit dingin dan kebocoran plasma
lembab serta gelisah)
DBD IV Syok berat disertai Trombositopenia
dengan tekanan darah (<100.000/ml), bukti ada
dan nadi tidak terukur kebocoran plasma
Tabel 2. Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue (DD/DBD)
H. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD. Prinsip terapi utama
adalah terapi suportif. Pemeliharaan cairan sirkulasi merupakan hal
terpenting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan, terutama
melalui oral, harus dipertahankan. Jika tidak bisa, maka diperlukan
suplemen cairan melalui jalur intravena.1,4 Menurut WHO 2009,
berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya, pasien dapat dibagi
tiga kategori: rawat jalan (kelompok A), membutuhkan penanganan di
rumah sakit/rawat inap (kelompok B), dan membutuhkan penanganan
emergensi atau urgensi (kelompok C).5
Kelompok-A5
Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat
dimotivasi untuk minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya
sekali tiap enam jam, dan tidak mempunyai warning signs, khususnya
saat demam mereda.
Pasien rawat jalan harus diobservasi setiap hari untuk mencegah
progresi hingga melewati periode kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat
22
dipulangkan setelah dirawat dan diberikan edukasi untuk segera kembali
ke rumah sakit apabila warning signs muncul. Apabila warning signs
muncul maka tindakan selanjutnya adalah:
Memotivasi minum oral rehydration solution (ORS), jus buah, dan
cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti
cairan yang hilang akibat demam.
Memberikan parasetamol bila pasien merasa tidak nyaman akibat
demam. Interval pemberian parasetamol sebaiknya tidak kurang
dari enam jam.
Petugas kesehatan harus setiap hari memantau temperatur,
asupan dan keluaran cairan, urin output (volume dan frekuensi),
warning signs, tanda perembesan plasma atau perdarahan,
hematokrit, jumlah leukosit, dan trombosit (kelompok-B).
Kelompok-B5
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada
fase kritis. Kriteria rawat pasien DBD adalah: 5
1. Adanya warning signs
2. Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum,
hipotensi postural, berkeringat sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.
3. Perdarahan
4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun
tidak syok), neurologis, kardiak (nyeri dada, gangguan napas,
sianosis).
5. Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites
6. Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia
hemolitik, overweight/ obese, bayi, dan usia tua
7. Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa
transpor memadai.
Apabila pasien memiliki warning signs maka hal yang harus dilakukan
adalah:
Periksa Ht sebelum pemberian cairan. Berikan larutan isotonik
seperti normosalin 0,9%, RL. Mulai dari 5-7 ml/kg/jam selama 1-2
23
jam, lalu kurangi menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan
kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuai respon klinis.
Nilai kembali status klinis, ulangi Ht. Bila Ht sama atau meningkat
sedikit, lanjutkan dengan jumlah sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2-4
jam. Bila tanda vital memburuk dan Ht meningkat drastis,
tingkatkan pemberian cairan 5–10 ml/kg/jam selama 1-2 jam. Nilai
kembali status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus
berkala.
Berikan volume intravena minimum untuk menjaga perfusi dan urin
output 0,5 ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus
berkala saat kebocoran plasma berkurang, yakni saat akhir fase
kritis. Hal ini bisa diketahui dari urin output dan/atau asupan minum
cukup dan Ht menurun.
Pasien dengan warning signs harus diobservasi hingga fase kritis
lewat. Parameter yang harus dimonitor adalah tanda vital dan
perfusi perifer (tiap 1-4 jam hingga lewat fase kritis), urin output
(tiap 4-6 jam), Ht (sebelum dan setelah pemberian cairan,
selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi organ sesuai
indikasi.
Pada pasien tanpa warning signs, hal berikut harus dilakukan:
Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS
0,9% atau RL dengan atau tanpa dekstrosa dengan dosis
pemeliharaan. Untuk pasien obese atau overweight digunakan
dosis sesuai berat ideal. Berikan volume minimum untuk
memelihara perfusi dan urine output selama 24-48 jam.
Pasien harus dimonitor: temperatur, asupan dan keluaran cairan,
urin output (volume dan frekuensi), warning signs, hematokrit,
leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan laboratorium lain dapat
dilakukan sesuai indikasi.
Kelompok-C5
Pasien membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi apabila
mengalami DBD berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi
24
darah. Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat
penting untuk menjaga volume ekstravaskular saat periode kebocoran
plasma atau larutan koloid pada keadaan syok hipotensi. Pantau nilai Ht
sebelum dan sesudah resusitasi. Tujuan akhir resusitasi cairan adalah
meningkatkan sirkulasi sentral dan perifer (takikardia berkurang, tekanan
darah dan nadi meningkat, ekstremitas tidak pucat dan hangat, dan CRT
<2 detik) dan meningkatkan perfusi organ (level kesadaran membaik, urin
output >0,5 ml/kg/jam, asidosis metabolik menurun).
Terapi pada Pasien Syok Terkompensasi
25
Terapi pada Syok Hipotensi
26
o Bebas demam selama minimal 48 jam
o Terdapat perbaikan ststus klinis (keadaan umum baik, nafsu
makan makan membaik, status hemodinamik stabil, urine output
normal, tidak ada gangguan pernapasan)
Laboratoris:
o Peningkatan jumlah trombosit
o Hematokrit stabil tanpa cairan intravena
27
DAFTAR PUSTAKA
28
10. Fact Sheet on Dengue and Dengue haemorrhagic fever. World
Health Organization Sudan, 2005. Diunduh dari
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
11. World Health Organization. Dengue Fever. Diunduh dari
www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf
12. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy
R, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2007. P.522.
29