Anda di halaman 1dari 11

Vol. 2, No.

1, Maret 2018 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

HUBUNGAN OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN


DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK
KEMANG TAHUN 2018

Obesity Relationship and Physical Activity With Diabetes Type 2 in Olak Kemang Community
Health Center

Sintia Tri Handayani1 Hubaybah2 Dwi Noerjoedianto2


1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
2
Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jambi

Abstrak
Prevalensi di Puskemas Olak Kemang Kota Jambi memiliki peringkat pertama dari 20 Puskesmas yang ada di
Kota Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko obesitas dan aktivitas fisik yang berhubungan
dengan kejadian DM tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi 2018. Penelitian
menggunakan rancangan case control dengan teknik probability sampling dengan jumlah sampel 100 responden.
Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan CI: 95% dan α=0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran
obesitas dan aktivitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang yaitu responden yang obesitas (52,0%),
responden yang tidak obesitas (48,0%) dan responden yang memiliki aktivitas fisik cukup (97,0%), responden
yang memiliki aktivitas fisik rendah (3,0%). Faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe II adalah obesitas
nilai p value = 0,001; OR = 4,529 yaitu seseorang yang memiliki obesitas beresiko 4 kali lipat mengalami DM
tipe II dari yang tidak memiliki obesitas . Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian DM tipe II
adalah aktivitas fisik p value = 1,000; OR = 0,490 yaitu aktivitas fisik merupakan faktor protektif terhadap
kejadian DM tipe II. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas
dengan kejadian DM tipe II di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi 2018

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Obesitas, Aktivitas Fisik

Abstract
Diabetes type II most commonly found in public health center Olak Kemang among 20 Puskesmas in Jambi City.
Theoretically, the increase of DM prevalence is influenced by some risk factors. Risk factors of diabetes type II
include obesity and physical activity. This study aims to determine the association of obesity and physical activity
as risk factors with the incidence of type II DM in the public health center Olak Kemang municipality of Jambi
2018. This was an observational analytic study using case control design. Samples obtained by using probability
sampling technique with the numbers of samples 100 respondents. Data were analyzed by Chi Square test with
CI: 95% and α = 0,05. Result indicated respondents with obesity (52,0%), and respondents without obesity
(48,0%), meanwhile respondents who do enough physical activity (97,0%), and respondents who do less physical
activity (3,0%). The associated factors of DM type II incidence is obesity with pvalue=0,001; OR= 4,529, means
somebody with obesity risks to have type II DM 4 times more than those who doesnt. Also, physical activity with
pvalue=1,000; OR= 0,490 only plays role as the protective factor of type II of DM incidence. In conclusion of this
study is that there is a significant association between obesity and the incidence of DM type II in Public health
center Olak Kemang municipality of Jambi 2018

Keywords: Diabetes Mellitus type II, Obesity, Physical Activity

Korespondensi : Sintia Tri Handayani


Email:Sintiatri_handayani@yahoo.co.id

1
Handayani et al. Hubungan Aktivitas Fisik…

PENDAHULUAN Dinkes Provinsi Jambi 2014 (Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Diabetes
Diabetes melitus (DM) atau disingkat Melitus memiliki 3 tipe yaitu DM tipe I, DM
diabetes adalah gangguan kesehatan yang tipe II dan DM gestational (WHO,2017). Pada
berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh DM tipe II jumlah penderita lebih banyak
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat sekitar 90-99% (Helmanu & Ulfa, 2015).
kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit Berdasarkan beberapa faktor risiko DM tipe II
ini sudah lama dikenal, terutama dikalagan faktor yang memiliki peran adalah obesitas dan
keluarga, khususnya keluarga berbeda besar kurangnya aktivitas fisik
(kegemukan) bersama dengan gaya hidup yang (Padmiarso.M.Wijoyo,2011). Berdasarkan
tinggi (Hermanu Kurniadi & Ulfa Nurrahmani, Riseksdas 2013 prevalensi obesitas (15,4%)
2015). merupakan salah satu faktor risiko terbesar
Hal ini dapat dilihat dari jumlah penderita DM. (Helmanu Kurniadi & Ulfa Nurrahmani.
dan prevalensi diabetes melitus (DM) yang 2015).
meningkat dimasa yang akan datang, dimana DM tipe II mempunyai berbagai faktor
menurut WHO jumlah penderita DM risiko baik genetik maupun lingkungan. Pada
meningkat dari 171 juta di tahun 2000 menjadi umumnya DM tipe II biasanya terjadi pada
366 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2015, orang dewasa, akan tetapi biasa terjadinya
diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung setelah usia 30 tahun (Mirza Maulana, 2008).
disebabkan oleh diabetes melitus. WHO juga Dalam masyarakat, mereka yang kelompok
memproyeksikan bahwa diabetes melitus akan risiko tinggi (high risk group) DM yaitu usia
menjadi penyebab kematian ketujuh di tahun lebih dari 45 tahun, berat badan lebih
2030 (WHO, 2017). (BBR>110% atau IMT >25 kg/m), hipertensi
Peningkatan prevalensi akan lebih (>140/90 mmHg ), riwayat keturunan DM, dan
menonjol perkembangannya di negara kurang aktivitas fisik (Bustan, 2015).
berkemabang dibandingkan dengan negara Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
maju, dimana Indonesia termasuk salah satu Kota Jambi tahun 2016 penyakit dengan kasus
negara berkembang dengan prevalensi DM di baru terbanyak pada PTM yaitu diabetes
Indonesia besarnya 1,2 % -2,3% dari penduduk melitus merupakan urutan ke-2 dari penyakit
usia lebih dari 15 tahun. Pada prevalensi DM di hipertensi , asma, cedera akibat lain, dan
Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 (tahun obesitas. Alas an mengapa mengambil kota
2000) yang diproyeksikan mencapai Jambi dan DM tipe II dikarenakan penduduk
21.257.000 pada tahun 2030. Artinya, terjadi yang tinggal di kota lebih tinggi angka
kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun kesakitannya di bandingkan di perdesa. Dari
(Bustan, 2015) data prevalensi nasional penyakit diabetes di
Data Riskesdas tahun 2013 angka Indonesia adalah 2,1 %. Tetapi pada faktanya
prevalensi penyakit DM 2,1% di Provinsi prevalensi diabetes melitus daerah perkotaan
Jambi. Berdasarkan hasil laporan PTM Provinsi melebihi prevalensi nasional yaitu sebesar 5,7
Jambi tahun 2014 menunjukan bahwa penyakit %. Dari 20 Puskesmas yang terdapat dikota
DM merupakan kasus penyakit tertinggi. DM Jambi, Olak Kemang merupakan Puskesmas
merupakan urutan ke 2 dari 17 PTM lainnya, yang memiliki prevalensi tertinggi yang
dengan jumlah kasus sebesar 12.461 orang masyarakatnya banyak menderita DM tipe II.
2
Vol. 2, No. 1, Maret 2018 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

Prevalensi tersebut yaitu sebesar 4,7% (Dinas diabetes melitus tipe II. Bagian ketiga
Kesehatan Kota Jambi, 2016). merupakan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui obesitas di ukur dengan
METODE menggunakan kuesioner Riskesdas 2013
Penelitian ini menggunakan metode dengan melihat berat badan dan tinggi badan,
analitik observasional dengan pendekatan case sedangkan dibagian keempat merupakan
control. Kasus dan kontrol bisanya dipilih dari kuesioner aktivitas fisik dengan mengunakan
populasi sumber yang sama. Sehingga kedua kuesioner GPAQ ( Global Physicaal Activity
kelompok memiliki karakteristik yang Questionnaire) v2 yang memilki beberapa
sebanding kecuali status penyakit. Peneliti pertanyaan yang dilihat dari rendah dan cukup
mengukur paparan pada waktu yang lalu aktivitas fisik yang dilakukan dengan
(retrospektif) dengan cara wawancara, klasifikasi sesuai kriteria yang ada pada
mengkaji catatan medik (Murti, 2016). masing-masing bagian.
Berdasarkan rancangan tersebut penelitian Pengambilan data penelitian ini dilakukan
secara skema case control (restrofektif) dari setelah mendapatkan izin dari puskesmas, lalu
adanya paparan penyakit ditelusuri kebelakang memberikan penjelasan tentang penelitian yang
faktor risiko yang mempengaruhi dari paparan dilakukan kepada calon responden, meminta
penyakit. kesediaan untuk menjadi responden dan
Lokasi penelitian yang akan dilakukan mengisi informed consent, memberikan
adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Olak wawancara terhadap kuesioner yang ada, serta
Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. memeriksa kembali kelengkapan jawaban
Wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang kuesioner yang dijawab oleh responden. Data
meliputi 5 kelurahan yaitu kelurahan Pasir yang diperoleh selanjutnya diolah
Panjang, Tanjung Raden, Tanjung Pasir, Olak menggunakan analisis data software SPSS
Kemang, dan Ulu Gedong. Adapun waktu (Statistical Program for School Sciences),
penelitian yang direncanakan peneliti analisis univariat dan uji chi square.
dilakukan pada bulan April-Mei 2018. Sampel
pada penelitian ini adalah 50 orang, dengan
perbandingan 1:1 antara kasus 50 dan kontrol
50 sehingga total sample adalah 98 orang yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Olak
Kemang. Teknik pengambilan sample
dilakukan dengan non probabilitas (probability
sampling) dengan simple random sampling.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam 4
bagian yaitu bagian pertama berisikan tentang
identitas responden berupa nama lengkap,
alamat, dan no HP. Bagian kedua berisikan
karakteristik responden yang terdiri dari jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaa, riwayat
3
Handayani et al. Hubungan Aktivitas Fisik…

HASIL
Karakteristik sosiodemografi responden pendidikan yang dapat dilihat pada tabel dibawah
di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota ini:
Jambi berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan dan

Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasrkan Karakteristik Sosiodemografi dengan DM
Tipe II diwilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi 2018
Karakteristik Kasus Kontrol
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 30,0 16 32,0 31 31,0
Perempuan 35 70,0 34 68,0 69 69,0

Usia
≥45 tahun 46 92,0 26 52,0 72 72.0
<45 tahun 4 8,0 24 48,0 28 28,0
Pendidikan
Tinggi 3 6.0 4 8,0 7 7,0
Rendah 47 94.0 46 92,0 93 93,0
Pekerjaan
PNS 4 8,0 3 6,0 7
Pegawai swasta 3 6,0 1 2,0 4
Wiraswasta 5 10,0 8 16,0 13
Petani 3 6,0 1 2,0 4
Buruh 3 6.0 4 8,0 7
Lainnya 2 4,0 2 4,0 4
IRT 29 58,0 30 60,0 59
Pensiunan 1 2,0 1 2,0 2
Karakteristik (94,0%) dan
responden menurut jenis kelamin responden pada kontrol 46 (92,0%). Pada kelompok yang
kelompok kasus dan kontrol paling banyak menderita diabetes mellitus tipe 2. Karakteristik
berjenis kelamin perempuan. Pada kelompok responden menurut jenis pekerjaan, sebagian
kasus sebanyak 35 (70,0%) dan kontrol 34 besar responden baik pada kelompok kasus
(68,0%). Berdasarkan umur, sebagian besar maupun kontrol adalah ibu rumah tangga (IRT).
responden baik pada kelompok kasus maupun Pada kelompok kasus IRT sebanyak 29 (58,0%)
kontrol paling banyak berusia diatas 45 tahun. dan kontrol 30 (60,0)%, sedangkan pekerjaan
Pada kelompok kasus sebanyak 46 (92,0%) dan yang terendah pada kelompok kasus dan kontrol
kontrol 26 ( 52,0%). adalah pesiunan, untuk kelompok kasus
Berdasarkan pendidikan responden, baik sebanyak 1 (2,0%) dan kontrol 1 (2,0%).
pada kelompok kasus maupun kontrol sebagian Berikut adalah hasil analisis hubungan
besar responden memiliki pendidikan yang antara variabel obesitas dengan diabetes melitus
rendah. Pada kelompok kasus sebanyak 47
4
Vol. 2, No. 1, Maret 2018 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

tipe II di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi


Tahun 2018:
Tabel 2.
Hubungan Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe II di
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2018

Kasus Kontrol Total P OR


Variabel
n % n % n % Value (95% CI)
Obesitas
Obesitas (IMT ≥ 35 70,0 17 34,0 52 52,0
4,529
25kg/m2)
0,001 (1,952-10,508)
Tidak Obesitas 15 30,0 33 66,0 48 48,0
(IMT < 25kg/m2)
Aktivitas Fisik
Rendah 1 2,0 2 4,0 3 3.0 0,490
1,000
Cukup 49 98,0 48 96,0 97 97,0 (0,043-5,582)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh Berdasarkan tabel 4.5 dapat diperoleh
informasi bahwa dari 50 kasus, sejumlah 35 informasi bahwa dari 50 kasus, sejumlah 1 orang
orang (70,0%) mempunyai IMT > 25 kg/m2 (2,0%) memiliki aktivitas fisik rendah, dan
(obesitas), dan 15 orang (30,0%) mempunyai sejumlah 49 orang (98,0%) memiliki aktivitas
IMT < 25 kg/m2 (tidak obesitas). Sementara itu, fisik cukup. Sementara itu, dari 50 kontrol,
dari 50 kontrol, sejumlah 17 orang (34,0%) sejumlah 3 orang (3,0%) memiliki aktivitas fisik
obesitas, dan 33 orang (66,0%) tidak obesitas. rendah, dan 48 orang (96,0%) memiliki aktivitas
Hasil análisis uji chi square menunjukkan bahwa fisik cukup. Hasil análisis uji chi square
nilai p value = 0,001. Hal ini menunjukan bahwa menunjukkan bahwa nilai p value = 1,000. Hal
obesitas memiliki hubungan yang signifikan ini menunjukan bahwa aktivita fisik tidak ada
dengan kejadian diabetes melitus tipe II. hubungan yang signifikan dengan kejadian
Perhitungan risk estímate diperoleh nilai odds diabetes melitus tipe II. Perhitungan risk
ratio (OR = 4,529 231) (95% CI 1,952-10,508), estímate diperoleh nilai odds ratio 0,490 (OR <
sehingga dapat disimpulkan bahwa responden 1) dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik
yang obesitas memiliki risiko 4,529 kali untuk merupakan faktor protektif (melindungi) atau
menderita diabetes melitus tipe II apabila dapat mengurangi risiko terhadap kejadian
dibandingkan dengan responden yang tidak diabetes melitus tipe.
obesitas.

PEMBAHASAN penderita DM tipe II adalah obesitas ( ≥ 25 kg/m2


Indeks massa tubuh (IMT) yang berisiko ). Obesitas merupakan kondisi kelebihan berat
mengalami peningkatan kadar gula darah pada badan yang merupakan hasil dari ketidak
5
Handayani et al. Hubungan Aktivitas Fisik…

seimbangan antara jumlah energi yang masuk antara IMT dengan kejadian DM. Perbedaan
dan energi yang keluar melalui aktivitas fisik hasil ini dapat terjadi karena adanya faktor lain
(Soegih, 2009). yang terjadi pada saat melakukan penelitian
Hal ini sesuai dengan teori Suyono untuk mengukur IMT penderita DM tipe 2.
(2011), bahwa faktor risiko dari DM tipe II Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Puji
adalah faktor kegemukan/obesitas yang meliputi Rahayu, dkk (2011) yang menyatakan tidak ada
perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hubungan signifikan antara obesitas dengan
hidup barat, makan berlebih, dan hidup santai kejadian DM p value = 0,185, hal ini disebabkan
(kurang gerak). banyaknya responden yang diteliti memiliki IMT
Berdasarkan hasil analisis data, hubungan (<25kg/m2).
obesitas dengan DM tipe II didapatkan 52 Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
(52,0%) yang obesitas dengan diabetes mellitus peneliti menyimpulkan salah satu faktor yang
sedangkan yang tidak obesitas 48 (48,0%). Hasil berkaitan erat dengan obesitas yang dapat
analisis dengan uji chi square menggunakan menyebabkan responden penderita diabetes
metode case control, mendapatkan hasil analisis melitus tipe II di Puskesmas Olak Kemang Kota
bivariat bahwa obesitas memiliki hubungan yang Jambi yaitu usia. Faktor usia yang berhubungan
signifikan dengan kejadian diabetes melitus tipe antara obesitas dengan kejadian diabetes melitus
II didapatkan nilai p value = 0,001 dan diperoleh tipe II dapat di liat dari distribusi frekuensi usia
OR 4,529 (95% CI 1,952-10,508) dengan diatas ≥ 45 tahun pada kelompok kasus dan
kesimpulan seseorang yang obesitas berisiko kontrol sebanyak 72 (72,0%) lebih tinggi
4,529 kali dari yang tidak obesitas. dibandingkan usia < 45 tahun sebanyak 28
Penelitian ini sejalan dengan hasil (28,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
penelitian Trisnawati (2012) yang dilakukan dilakukan John S. Kekenusa, Budi T. Ratag,
kandou Manado (Indonesia) mengemukakan Gloria Wuwungan (2013) terdapat hubungan
bahwa ada hubungan signifikan antara IMT antara umur dengan DM tipe II. Orang yang
(≥25kg/m2) dengan kejadian DM tipe II dan pada berumur ≥45 tahun 8 kali lebih berisiko
kelompok kasus memiliki OR (Odds Ratio) 7,14 menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang
kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang berumur <45 tahun.
IMT normal. Penelitian Oba, dkk (2013) yang Faktor pendidikan yang berhubungan
dilakukan di Jepang menemukan hubungan yang antara obesitas dengan kejadian DM tipe II,
positif antara IMT dengan glycemic indeks dan dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan
risiko diabetes. Selain itu, penelitian Ko, dkk dan di dukung dengan distribusi frekuensi untuk
Jo, dkk (2014) yang dilakukan di Korea, kelompok kasus dan kontrol yang lebih besar
menyatakan bahwa ada hubungan yang pada responden yang tingkat pendidikan rendah
bermakna antara IMT dengan DM. sebanyak 93 (93,0%). Menjelaskan bahwa hal ini
Penelitian tersebut bertentangan dengan lebih cenderung memiliki tingkat pengetahuan
penelitian Marieska (2014) yang dilakukan di yang rendah sehingga tidak menyadari ketika
RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, mereka sakit, sehingga mempengaruhi pola
menyatakan tidak ada hubungan signifikan konsumsi makanan yang tidak terkendali yang
6
Vol. 2, No. 1, Maret 2018 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

akan mengakibatkan terjadinya obesitas yang value = 0,369. Penelitian Nurul, (2014) pada
mempengaruhi penyakit DM tipe II. Menurut pegawai Universitas Gadjah Mada, yang
penelitian Dyah Surya Kusumawati (2016) melakukan medical check up di GMC Health
bahwa ada hubungan yang bermakna antara Center Yogyakarta menyatakan hasil uji statistik
tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes didapat nilai p-value pada variabel aktivitas fisik
melitus tipe II pada usia produktif p value = p value 0,634, sehingga dapat dinyatakan bahwa
0,011. Tingkat pendidikan merupakan faktor tidak ada hubungan signifikan antara aktivitas
resiko yag berhubungan dengan diabetes meltus fisik dengan kejadian DM tipe II.
tipe II di RSUD dr Soeroto Kab. Ngawi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan yang dilakukan Regita Gebrila Rondonuwu,
dengan menggunakan rancangan case control Sefti Rompas , Yolanda Bataha (2016) terdapat
dengan menggunakan uji chi square, hasil yang hubungan antara perilaku olahraga dengan kadar
di dapatkan adalah tidak terdapat hungungan gula darah penderita diabetes mellitus.
signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian Penelitian tersebut bertentangan dengan
DM tipe II nilai p value = 1,000. Hal ini penelitian Trisnawati (2012) yang menyatakan
menunjukan bahwa aktivita fisik tidak ada bahwa ada hubungan signifikan antara aktivitas
hubungan yang signifikan dengan kejadian DM fisik dengan kejadian DM tipe II. Hal ini
tipe II dan diperoleh nilai odds ratio 0,490 dapat menyatakan bahwa memiliki nilai p value 0,038
disimpulkan bahwa kelompok kasus tidak . Penelitian Wasdansari (2013) juga
memiliki risiko dikarenakan (OR < 1) karena mengungkapkan bahwa ada hubungan yang
responden pada kelompok kasus kebanyakan signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian
memiliki aktivitas fisik cukup. DM tipe II. Hal ini dilakukaan dengan uji bivariat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan nilai p value 0,03 dan OR = 3,217
yang dilakukan oleh Poluakan (2014), menunjukan bahwa seseorang yang terartur
menyatakan p value= 0,501 yang berarti tidak melakukan olahraga dapat menurunkan risiko
ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik DM sebesar 3,217 kali dibandingkan yang tidak
dengan kejadian DM. Hal ini juga sesuai dengan teratur melakukan olahraga.
penelitian yang dilakukan sebelumnya di Rumah Hal ini sejalan pada teori Ilyas (2009),
Sakit Umum Bunda Margonda Depok oleh menyatakan pada DM tipe II aktivitas fisik
Nuraini (2016), berdasarkan hasil uji statistik memiliki peran utama dalam mengatur kadar
didapatkan nilai p value = 0,634 hal ini gula darah. Pada saat melakukan aktivitas fisik
dinyatakan bahwaa tidak ada hubungan (berolahraga) restensi insulin berkurang,
signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian sebaliknya sensitifitas insulin meningkat, hal ini
DM tipe II. Temuan yang sama juga dilakukan dapat menyebabkan kebutuhan insulin
oleh Munawir (2014) di RSUD Karel meningkat pada DM tipe II akan berkurang.
sadsuitubun Langgur Maluku Tenggara, Sensitifitas insulin meningkat dikarenakan pada
berdasarkan hasil uji statistik yang di dapatkan, saat melakukan aktivitas fisik (berolahraga)
tidak ada hubungan signifikan antara aktivitas terjadinya peningkatan aliran darah. Hal ini
fisik dengan kejadian DM tipe II dengan nilai p sejala dengan penelitian yang dilakukan A Andi
7
Handayani et al. Hubungan Aktivitas Fisik…

Kurniawan, dan Y Nining Sri Wuryaningsih dengan kejadian DM tipe II dengan (OR= 2,72)
(2016) bahwa olahraga akan memperbaiki (p value = 0,015).
sensitivitas insulin, meningkatkan uptake
glukosa, dan memperbaiki kontrol gula darah. Kesimpulan
Olahraga yang sifatnya aerobic akan 1. Karakteristik responden pada penderita DM
menurunkan kadar HbA1C dan meningkatkan tipe II diwilayah kerja Puskesmas Olak Kemang
sensitivitas insulin. Kota Jambi berdasarkan jenis kelamin yaitu pada
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian kelompok perempuan sebanyak 70,0%
yang berbeda dengan teori yang dikemukakan, dibandingkan kelompok laki-laki 30,0%, usia
mungkin dikarenakan responden kelompok yaitu pada kelompok usia ≥ 45 tahun sebanyak
kasus melakukan aktivitas fisik dalam batas 92,0% dibandingkan kelompok < 45 tahun 8%,
normal (cukup) sebanyak 97 (97,0%) tanpa pendidikan adalah kelompok pendidikan rendah
melakukan aktivitas fisik tidak normal (rendah) sebanyak 94,0% dibandingkan kelompok
sebanyak 3 (3,0%) seperti yang disebutkan pendidikan tinggi 6,0%, pekerjaan adalah pada
dalam beberapa teori dan penelitian sebelumnya kelompok pekerjaan ibu rumah tangga (IRT)
sehingga responden tidak mengalami kejadian sebanyak 58,0% dan terkecil untuk kelompok
DM yang diakibatkan faktor risiko aktivitas fisik. pekerjaan adalah pensiunan sebanyak 2,0%.
Peneliti juga menyimpulkan salah satu 2. Hasil uji chi square bahwa ada hubungan yang
faktor yang berkaitan erat dengan MET- signifikan antara obesitas dengan kejadian
menit/mingu responden dalam melakukan diabetes melitus tipe II dengan p value = 0,001
aktivitas fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Olak dan memiliki OR (4,529) (95% CI 1,952-10,508)
Kemang Kota Jambi, yaitu responden pada yaitu responden yang obesitas memiliki risiko
kelompok kasus dan kontrol memiliki pekerjaan 4,529 kali untuk menderita diabetes melitus tipe
ibu rumah tangga sebanyak 59 (59,0%) yang II dibandingkan dengan responden yang tidak
melakukan pekerjaan rumah setiap hari selama obesitas.
seminggu, dimana mereka melakukan aktivitas 3. Hasil uji chi square bahwa tidak ada hubungan
fisik cukup yang dihitung menggunakan MET- yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
menit/minggu. Aktivitas fisik merupakan kejadian diabetes melitus tipe II dengan p value
kegiatan menggerekan tubuh yang dilakukan = 1,000 dan memiliki OR (0,490) ( CI 95% :
terus menerus dalam satu waktu tertentu yang 0,043-5,582) bahwa aktivitas fisik merupakan
diperoleh perhitungan MET-menit/minggu. faktor protektif (melindungi) atau dapat
Aktivitas fisik yang berisiko mempengaruhi mengurangi risiko terhadap kejadian diabetes
peningkatan kadar gula darah adalah aktivitas melitus tipe II.
fisik rendah dengan nilai MET-menit/minggu Saran
(WHO,2007). Menurut penelitian yang 1. Petugas kesehatan melakukan promosi
dilakukan oleh Trivena Merlin Palimbunga, kesehatan dengan upaya edukasi kepada
Budi T. Ratag, Wulan. P. J. Kaunang (2016) masyarakat tentang pengendalian daan
Terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan pencegahan penyakit DM tipe II kegiatan ini
dapat melibatkan ibu kader prolanis di wilayah
8
Vol. 2, No. 1, Maret 2018 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

kerja Puskesmas Olak Kemang ataupun dalam pengawasan dengan mengukur tinggi badan dan
kegiatan yang di selenggarakan oleh masyarakat berat badan masyarakat yang mengalami IMT
seperti acara pengajian atau arisan guna berlebih, agar tidak mengalami obesitas yang
peningkatan hidup sehat. akan mengakibatkan penyakit komplikasi
2. Petugas kesehatan harus lebih sering lainnya.
memotivasi semua masyarakat dan mengadakan 4. Mengoptimalkan program pengendalian
skrining (pengecekan) di pos prolanis dan penyakit DM dengan melakukan peningkatkan
posbindu secara rutin dalam satu minggu untuk promosi kesehatan khususnya tentang Perilaku
memeriksakan kadar gula darah, agar masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang difokuskan
dapat dimonitoring kadar gula darah dalam tubuh pada Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
sehingga dapat mencegah terjadinya peningkatan (GERMAS) minimal implementasi melalui;
kadar gula darah. melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari,
3. Petugas kesehatan mengaktifkan kunjungan ke deteksi dini penyakit tidak menular, makan buah
rumah (Home Visit) kepada masyarakat yang dan sayur, dan memeriksa kesehatan secara rutin.
mengalami penyakit DM untuk melakukan

9
Handayani et al. Hubungan Aktivitas Fisik…

Daftar Pustaka Rekomendasi Latihan Fisik


Bustan Najib M. 2015. Epidemiologi Untuk Diabetes Melitus Tipe 2.
Penyakit Tidak Menular. Edisi Kusumawati Surya Dyah. 2016.
ke-2. Jakarta : PT. Rineka Cipta Diabetes Melitus (Tipe 2) Pada
Dinas Kesehatan Kota Jambi. 2016 Usia Produktif Dan Faktor-
Data Penuyakit Diabetes Faktor Resiko Yang
Melitus di wilayah Puskesmas Mempengaruhinya (Studi
Kota Jambi Tahun 2016. Jambi Kasus Di Rsud Dr. Soeroto
: Dinas Kesehatan Kota Kabupaten Ngawi).
Ilyas, E.I. 2009. Olahraga bagi Marieska Y,dkk. 2014. Hubungan
Diabetes .Jakarta:FKUI antara IMT dan Riwayat
Joen, dkk. 2014. Current Status of Keluarga denga Kejadian
Glycemic Control of Patients Diabetes Melitus di RSUD Dr.
with Diabetes in Korea: The Sam Ratulangi Tondando.
Fifth Korea National Health Maulana Mirza. 2008. Mengenal
and Nutrition Examination Diabetes Melitus Panduan
Survey. Diabetes & Praktis Menangani Penyakit
Metabolisme Journal. Volume Kencing Manis. Jogjakarta
38,No.2. Murti, B. 2016. Prinsip dan Metode
Kementerian Kesehatan Republik Riset Epidmiologi. Yuma
Indonesia. 2014. Petunjuk Pustaka
Pengukuran Risiko Diabetes Munawir. 2014. Hubungan Pola
Melitus. Jakarta : Direktorat Makan dan Aktivitas Fisik
P2PL dengan kejadian Daibetes
Ko, dkk. 2014. Hypertension in Melitus tipe 2 di RSUD Karel
Patients with Diabetes than Sadsuitubun Langgur Maluku
General Population: The Fifth Tenggara. Maluku Tenggara.
Korea National Health and Nurul C. 2014. Hubungan Aktivitas
Nutrition Examination Survey Fisik dan Suku dengan
in 2011. Diabetes Metabolism Kejadian Diabetes Melitus
Journal. Volume 38, No.1. Pada Pegawai Universitas
Kurniadi Helmanu, Nurrahmani Ulfa. Gadjah Mada. Yogyakarta.
2015. Stop Gejala Oba S, dkk. 2013.Detary glycemic
PenyakitDiabetes Hipertensi index, glycemic load and
Kolesterol Jnatung Koroner. incidence of type 2 diabetes in
Yogyakarta : PT. Istana Media Japanese men and women: the
Kurnia Andi A, Wuryaningsih Sti Japan public health center-
Nining Y, dan Indonesia Sport based prospective study.
Medicine Center . 2016. Nutrition Journal.Volume
12,No.1

10
Vol. 2, No. 1, Maret 2018 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

Palimbungan Merlin Trivena, Ratag Suyono, S. 2009 Patofisiologi


T. Budi, dan Kaunang P.J Diabetes Melitus dalam buku
Wulan. 2017. Faktor-Faktor Penatalaksanaan Diabetes
Yang Berhubungan Dengan melitus Terpadu sebagai
Kejadian Diabetes Melitus Tipe Panduan Pelaksanaan Diabetes
2 Di Rsu Gmim Pancaran Kasih Melitus bagi dokter maupun
Manado. Manado. edukator diabetes. Jakarta:
Poluakan Feibi Fega, dkk. 2016. Fakultas Kedokteran Indonesia .
Hubungan antara Aktivitas Trinawati, SK dan Setyorogo. 2012
Fisik dan Riwayat Keluarga Faktor Resiko Kejadian
dengan Kejadian Diabetes Diabetes Melitus Tipe II Di
Melitus Pada Pengunjung di Puskesmas Kecamatan
Puskemas Ranotana Weru Kota Cengkareng Jakarta Barat
Menado. Manado. Tahun 2012. (diakses
Rondonuwu Gebrila Regita, Rompas 06/10/2017) : (5) (1).
Sefti , dan Bataha Yolanda. Wandansari Kunthi. 2013. Hubungan
2016. Hubungan Antara Pola Makan Dan Aktivitas
Perilaku Olahraga Dengan Fisik Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Kejadian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus Di Wilayah Tipe 2 Di Rsud Dr. Moewardi
Kerja Puskesmas Wolaang Surakarta. Surakarta.
Kecamatan Langowan Timur. World Health Organization (WHO).
Volume 4 Nomor 1. 2017. Diabetes melitus 2017
Soegih Rachamad, Wiramihardja K juni ( online ). Diakses
Kunkun. 2009 Obesitas 02/10/2017 Diunduh dari URL:
Permasalahan dan Terapi http:// who .int
Praktis. Jakarta : CV. Sagung
Seto

11

Anda mungkin juga menyukai